Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH PENGANTAR FISIKA ZAT PADAT

Konduktor Superionik

Dosen Pengampu:

Dr. Albertus D. Lesmono, M.Si

Disusun oleh :

Sepdiana Widya Rahmawati


130210102027
A

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA


JURUSAN PENDIDIKAN MIPA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JEMBER
2016
BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Kebanyakan pada bahan padatan, misalnya semikonduktor, dikembangkan
berdasarkan gerak elektron didalam zat padat dan seperti kita ketahui bidang
elektronika padatan berkembang sangat cepat, khususnya mikroelektronika.
Berbeda dengan gerak elektron tersebut gerak ion didalam zat padat belum
banyak mendapat perhatian, meskipun pengetahuan kristal ionik telah sangat
dikenal oleh para fisikawan dan kimiawa zat padat. Hal ini disebabkan karena
padatan ionik yang mempunyai konduktivitas ion cukup tinggi pada temperatur
ruang, belum dikenal (Marsongkohadi, 1996).
Padahal saat ini penggunaan bahan konduktor super ionic menjadi salah
satu bagian terpenting dibidang teknologi yaitu yang mendasari adanya batrai isi
ulang. Ilmuwan Indonesia sendiri juga tengah melakukan pengembangan
konduktor superionik, teknologi dasar dari baterai isi ulang. Penelitian ini
tergolong masih minim, padahal jika mau diekspos, Indonesia punya potensi besar
di bidang industri yang satu ini.
Konduktor Super Ionik (KSI) dipakai dalam batrai isi ulang , baik untuk
bagian elektrolit maupun untuk elektrodanya. Selain itu bahan KSI juga
digunakan untuk sensor, smart window dan fuel cell. Aplikasi dalam teknologi ini
juga terus berkembang sejalan dengan ditemukannya berbagai bahan-bahan KSI
baru. Oleh karena itu di dalam makalah ini akan dibahas mengenai bahan
konduktor superionik

1.2. Rumusan Masalah


a. Apakah bahan konduktor superionik ?
b. Bagaimana suatu bahan menjadi konduktor superionik?
c. Apa saja contoh bahan-bahan superionik?
d. Apa saja penggunaan bahan superionik?
1.3. Tujuan
a. Mengetahui bahan konduktor superionik
b. Mengetahui terbentuknya bahan menjadi konduktor superionik
c. Mengetahui contoh bahan-bahan superionik
d. Mengetahui penggunaan bahan superionik
BAB II PEMBAHASAN

2.1. Konduktor Superionik


Bahan KSI (superionic conductor) dikenal juga dalam istilah lain di
kalangan ilmuwan sebagai elektrolit padat (solid electrolyte) ataupun konduktor
ion cepat (fast ionic conductor) adalah bahan padatan yang mempunyai
konduktivitas ionik yang tinggi pada temperature jauh di bawah titik leleh bahan
tersebut. Bahan superionik atau konduktor ion cepat itu memiliki konduktivitas
yang tinggi sekitar102 S/cm (Basar, 2008). Kebanyakan bahan konduktor padat
seperti AgI, CuI dan Ag2S dapat bersifat superionik pada temperatur tinggi atau
dengan kata lain mengalami perubahan sifat dari bukan superionik ke superionik
(Candra, 1979)
Konduktivitas listrik adalah ukuran dari kemampuan suatu bahan untuk
menghantarkan arus listrik. Jika suatu beda potensial listrik ditempatkan ujung-
ujung sebuah konduktor maka muatannya akan bergeraknya atau berpindah
menghasilkan arus lisrik (Kartini da Collins, 2000)
Bahan superionik adalah padatan yang mempunyai konduktivitas ion
yang sangat tinggi sebanding dengan konduktivitas garam lebur ("molten salt")

yaitu >102 1 cm1 . Akan tetapi,kebanyakan bahan tersebut bersifat

superionik pada temperatur tinggi (Alfian dan Safei, 2009).


Umumnya, senyawa padatan kristal ionik seperti sodium chloride (NaCl,
garam dapur) mempunyai konduktivitas yang sangat rendah. Konduktivitas
senyawa ionik ini umumnya sedikit mengalami peningkatan sejalan dengan
peningkatan temperatur. Bila senyawa padatan tersebut telah melampaui titik
lelehnya biasanya konduktivitasnya meningkat tajam. Jadi, untuk senyawa
padatan ionik pada umumnya, konduktivitas yang tinggi hanya dicapai dalam
kondisi telah terlampauinya titik leleh senyawa tersebut. Namun diantara padatan
ionik ada beberapa senyawa yang mempunyai konduktivitas tinggi meskipun pada
temperatur jauh di bawah titik lelehnya, senyawa-senyawa inilah yang dikenal
sebagai bahan konduktor super ionic (Basar, 2008)..
Tidak seperti bahan konduktor umumnya (misalnya tembaga, emas atau
perak yang juga mempunyai daya hantar listrik yang tinggi) di mana muatan
penghantar listrik adalah electron dan hole, konduktivitas tinggi pada bahan
konduktor super ionik utamanya disebabkan oleh ion. Bahkan ada beberapa
senyawa konduktor super ionik yang konduktivitas elektroniknya (konduktivitas
yang disebabkan oleh elektron dan hole) sangat kecil dibandingkan konduktivitas
ioniknya, misalnya pada bahan AgI (Basar, 2008).

2.2. Terbentuknya Konduktor Superionik


Dalam kristal normal memiliki struktur beraturan tiga dimensi dan
atom/ion tidak bergerak, tetapi dalam elektrolit padat tidak memiliki struktur
beraturan dan atom/ion bergerak bebas.Salah satu alasan sederhana yang diyakini
oleh para ahli adalah karena adanya ketidakteraturan (disordered) atau cacat
(defect) dalam struktur kristal bahan konduktor super ionik. Ketidakteraturan
posisi atom atau adanya cacat dalam struktur menyebabkan tersedianya posisi
kosong pada tempat-tempat tertentu dalam kristal. Posisi yang kosong ini dapat
diisi oleh atom lain di sekitarnya dan meninggalkan posisi kosong yang baru,
demikian seterusnya sehingga ion dalam kristal tersebut dapat berpindah-pindah.
Inilah yang berperan dalam tingginya konduktivitas ionik bahan konduktor
superionik.
Konduksi ion atau difusi timbul apabila ada cacat atau ketidak-teraturan
("disorder") dalam bahan. Karena vibrasi termal, maka ion-ion mendapat cukup
energi untuk melompat keposisi kekosongan ("vacancy") atau keposisi
interstisial terdekat. Kekosongan interstisial ini ditimbulkan oleh adanya cacat
titik yang disebut cacat "Schottky" dan cacat "Frenkel".
Gambar 1. Cacat Schottky dan Frankel
Gambar 1. Menerangkan terjadinya cacat "Schottky" yakni apabila suatu
atom/ion pindah dari posisi normalnya kepermukaan bahan sehingga
menimbulkan kekosongan. Sedangkan cacat "Frenkel" terjadi apabila atom/ion
meninggalkan posisi normalnya ke posisi interstisial dan menimbulkan
kekosongan. Pada dasarnya ada dua jenis cacat titik, yaitu :
1. Jenis cacat titik ("Schottky. Frenkel") dengan konsentrasi 10 8cm-3
sampai 1020 cm-3
2. Jenis subkisi 1ebur ("Molten Sublattice") dengan konsentrasi 1022 cm-3
Pada bahan superionik bercacat titik, transport ion terjadi melalui
cacat-cacat Schottky dan Frenkel yang ditimbulkan dari pemanasan. Energi
aktivasinya tinngi 1 eV atau lebih. Keluarga Fluorit (PbF 2, SrF2, dan Ca F2)
termasuk dalam kategori ini. Pada bahan superionik jenis subkisi lebur,
jumlab posisi yang kosong dalam subkisi, jauh melebihi jumlah ion mobil,
sehingga semua ion dapat melompat atau bergerak seperti ion bebas dari
suatu posisi ke posisi lainnya, sehingga konduktivitasnya tinggi dan energi
aktivasinya rendah.Keluarga perak (AgI, Ag3SI, dll) termasuk dalam kategori
ini (Marsongkohadi, 1996).
Selain dari cacat dan ketidak-teraturan, struktur kristalnya juga
memegang peranan penting dalam konduksi ion. Dalam bahan superionik
struktur kristaInya yang khas, menyebabkan ion-ion mobil dapat bergerak
melalui terowongan (seperti dalam AgI), melalui saluran tiga arab (seperti
dalam RbAg4I5) atau melalui lapisan tiga dimensi (seperti dalam beta alumina).
Untuk pembabasan model teoritik, bahan superionik cocok digolongkan
menurut struktur kristalnya, menjadi dua kelompok, yaitu kristalin berkerangka
("framework crystalline") dan padatan yang mempunyai ketidak-teraturan tinngi
("highly disordered materials"). Bahan kristalin berkerangka terdiri dari suatu
kerangka kaku dan ion-ion mobil. Kelompok ini lebih jauh dapat dibagi
dalam Kristal lunak (misalnya AgI, CuI, Ag 2HgI4, dlI) dan kristal teras yakni
beta alumina, LiSO4, dlI. Padatan yang mempunyai ketidak-teraturan tinggi,
seperti polimer dan gelas mulai banyak diteliti. Termasuk dalam golongan ini
polimer P(EO)~iCFe3S03 dan gelas AgI-Ag2O-B2O3 dengan cirri tidak
mempunyai keturunan berjangkauan panjang sehingga strukturnya sangat
kompleks dan penggunaannya dalam teknologi sangat menarik.

2.3. Bahan Konduktor Superionik


a. Keluarga Perak (AgI, AgzS, Ag3SI, dll)
Senyawa ini umumnya mengalami transisi rasa orde pertama, ke rasa
superionik. AgI merupakan senyawa yang paling sering diteliti karena
temperatur transisinya relatif rendah ( 1470C). Struktur kristalnya
terdiri dari dua subkisi yang saling mengisi. Anionnya membentuk kisi bcc.
Dua ion Ag tidak teratur dan didistribusikan secara acak pada posisi
tetrahedral. Karena jumlah posisi kosong (n) jauh lebih besar dari jumlah ion
yang bergerak (nAg+)'maka migrasi ion mudah terjadi (Marsongkohadi, 1996).
b. Keluarga Fluorit (CaF2, SrCl2, PbF2, UO2, dan ZrO2)
Senyawa fluorit ini menunjukkan konduktivitas ion tinggi pada
temperatur tinggi, misalnya untuk beta-PbF2 konduktivitasnya mencapai
1 (Qcm)-l pada temperatur diatas 5000C. Strukturnya sederhana,
yaitu kubik dengan grup ruang Fm3m. Konduktivitas dilakukan oleh ion F
melalui cacat Frenkel. Termasuk dalam keluarga fluorit, konduktor ion oksigen
(elektrolit padat oksida) yang digunakan dalam fuel cell yaitu 85 % zrO 2, 15 %
Y2O3 (Marsongkohadi, 1996)..
Kebanyakan konduktor ion oksigen mempunyai konduktivitas tinggi
pada temperature 10000C. Konduktivitasnya sangat bergantung
pada temperatur dan doping dengan ketidakmurnian yang mengendalikan
cacat-cacat. Sifat unik dari bahan ini ialah ketergantungan konduktivitasnya
pada tekanan oksigen disekitarnya. Jika tekanan oksigen disekitamya rendah
maka ion oksigen dalam bahan keluar meninggalkan kekosongan.
c. Beta Alumina
Dari semua bahan superionik, beta alumina adalah yang terpenting,
karena telah berhasil diterapkan dalam teknologi baterai NaS. Perbedaan
penting antara beta alumina dengan AgI antara lain ialah : semua rasa non-
stoichiometrik, gerak ion mobil hanya melalui dua dimensi (struktur lapis)
dan tidak terjadi transformasi rasa yang jelas. Dari berbagai jenis beta alumina,
yang paling banyak diteliti ialah : Na 2O11Al2O3. Strukturnya mempunyai simetri
hexagonal terdiri dari blok spinel Al11O6 yang berjajar kearah sumbu c dan
dipisahkan oleh bidang cermin yang mengandung Na + dan O- dimana Na+
dapat bergerak bebas (Marsongkohadi, 1996).

2.4. Penggunaan Bahan Konduktor Superionik


Pengembangan bahan-bahan baru dibidang ionik padatan sangat
mendukung inovasi dalam teknologi yang membuka kemungkinan terjadinya
penemuan-penemuan barn dibidang industri. Penemuan bahan baru yang
pertama dibidang ini ialah elektrolit padatan Ag 3SI, yang berhasil dikembangkan
sebagai baterai padat AgI (Takhashi dan Yamamoto, 1996)
Sejak itu penggunaan bahan superionik diberbagai bidang termasuk
dikembangkan diantaranya ialah generator listrik dan sistem penyimpanan
energi, electrolyzer, sensor, divais memori dan divais optik.
Secara singkat dapat dikemukakan penggunaan bahan superionik
sebagai berikut.
a. Fuel Cell
Fuel Cell mengubah energi kimia menjadi daya listri. Fuel cell pertama
kali diusulkan oleh Nernst pada tahun 1899 dan fuel cell pertama yang
beroperasi menggunakan elektrolit padatan dibuat oleh Bauer dan Preis pada
tahun 1937, menggunakan ZrO2 -Y2O3 (YSZ).
b. Baterai Berkapasitas Besar
Baterai berkapasitas besar, menggunakan elektrolit padat, telah
dikembangkan untuk "loadlevelling" di pusat pembangkit daya listrik dan
untuk kendaraan listrik. Beta dan betaalumina digunakan dalam baterai Na/S
dan Na/MCl2 dan AMTEC (Alkali Metal Thermal Energy Conversion).
c. Baterai Mikro
Baterai mikro digunakan dalam divais biomedik, divais portable, dan
mikroelektronik. Perkembangan barn dalam baterai mikro ialah digunakannya
elektrolit padat komposit LiI (Al2O3) untuk sumber listrik cardiac pacemaker
(Schoteim, 1986).
BAB III PENUTUP

3.1. Kesimpulan
a. Bahan konduktor superionik adalah bahan padatan yang mempunyai
konduktivitas ionik yang tinggi pada temperature jauh di bawah titik leleh
bahan tersebut
b. Suatu bahan dapat menjadi konduktor superionik karena adanya ketidak
teraturan posisi atom atau pada tempat-tempat tertentu dalam kristal yang
menyebabkan kekosongan yang dapat diisi oleh atom lain di sekitarnya
dan meninggalkan posisi kosong yang baru, demikian seterusnya sehingga
ion dalam kristal tersebut dapat berpindah-pindah.
c. Contoh bahan-bahan konduktor superionik antaralain Keluarga Perak
(AgI, AgzS, Ag3SI, dll), Keluarga Fluorit (CaF2, SrCl2, PbF2, UO2, dan
ZrO2), dan Beta Alumina
d. Penggunaan bahan konduktor superionik antaralain untuk Fuel Cell,
Baterai Berkapasitas Besar, dan Baterai Mikro

3.2. Saran
Melihat banyaknya manfaat dari penggunaan bahan konduktor superionik
maka sebaiknya dapat dilakukan penelitian yang lebih mendalam mengenai
karakteristik bahan ini dan menjadi landasan pengembangan baru dalam teknologi
material.

d.
Daftar Pustaka

Basar, Khairul. 2008. Sekilas Mengenal Bahan Konduktor Superionik. [online]


http://personal.fmipa.itb.ac.id/khbasar/?p=38
Candra, Manas. 1979. Superionic Conductor: Analysis of AgI. Journal of Science
of Engineering Matrials, Vol. 3. Indian Institute Of Science Bangalore.
E. Kartini dan M.F. Collins. 2000. Physical B.213276-278.
Makhsun dan Evvy Kartini. 2010. Sintesis dan Karakterisasi Elektrolit Padat
Berbasis Gelas Litium (AgI)0,33 (LiI)0,33(LiPO3)0,34. Jurnal Sains Materi
Indonesia Vol 12, No 1.
Marsongkohadi. 1996. Konduktor Super Ionik : Sifat-sifat Fisis dan
Penggunaannya dalam Teknologi. Prosiding Pertemuan Ilmiah Sains
Materi 1996.
T. Takahashi and O. Yamamoto. 1966. Electrochem. Acta, 11 (779)
T. A. Skotheim dan O. Inganas. 1986. J. Electrochem. Soc. ill 31

Anda mungkin juga menyukai