Anda di halaman 1dari 14

SEMIKONDUKTOR DAN PENGGUNAANNYA DALAM KEHIDUPAN SEHARI-HARI

DISUSUN OLEH :

ALVIANNO WARDHANI

FRENGKI S. P. PASARIBU

MUHAMMAD IKHSAN

REXSI YUNANDA

TOTI JULIANDI
POLIEKNIK NEGERI PONTIANAK TAHUN AKADEMIK 2020/2021

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur atas kehadirat Allah SWT karena telah memberikan kesempatan pada kami untuk
menyelesaikan makalah ini. Atas rahmat dan hidayah-Nya lah kami dapat menyelesaikan makalah
yang berjudul Semikonduktor dan Pemanfaatannya Dalam Kehidupan sehari-hari dengan tepat
waktu. Makalah semikonduktor dan Pemanfaatannya dalam Kehidupan sehari-hari disusun guna
memenuhi tugas Bapak Suharto pada Mata kuliah Ilmu Bahan di Politeknik Negeri Pontianak.
Selain itu, kami juga berharap agar makalah ini dapat menambah wawasan bagi pembaca tentang
penggunaan bahan semikonduktor.

Kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Bapak Suharto selaku dosen mata
ku;iah Ilmu Bahan. Tugas yang diberikan ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan terkait
bidang yang ditekuni oleh mahasiswa. Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pohak yang
telah mendukung proses penyusunan makalah ini.

Kami menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang
membangun akan kami terima demi kesempurnaan makalah ini.
BAB 11

SEMI KONDUKTOR DAN SUPER KONDUKTOR

Semi konduktor dewasa ini mempunyai peranan yang penting di bidang elektronika yang
penggunaannya tidak terbatas pada arus lemah saja. Sedangkan super konduktor merupakan
bahan yang masih memerlukan penelitian untuk penyempurnaan lebih lanjut.

11.1 Semi konduktor

Suatu hal yang penting untuk memahami konduksi elektronik baik pada
bahan konduktor maupun pada bahan semi konduktor adalah susunan pita dari
atom. Pada bahan-bahan terdapat pita konduksi maupun pita valensi. Pada
konduktor kedua pita tersebut saling menumpuk, pada isolator jarak kedua cukup
jauh. Sedangkan pada semi konduktor jaraknya tidak terlalu jauh dan ini
memungkinkan terjadinya tumpang tindih jika di pengaruhi misalnya : panas,
medan magnet dan tegangan yang cukup tinggi.
Perbandingan jarak kedua pita yang di sebut celah energi seperti ditunjukan
pada Gb.11-1.

Dari Gb.11-1 di atas terlihat bahwa celah energi pada intan adalah 6 ev, dan
intan merupakan bahan isolator dengan resistivitas yang tinggi. Sedangkan bahan
semi konduktor mempunyai celah energi lebih sempit daripada isolator yaitu 0,12
hingga 5,3 ev. Misalnya Si sebagai salah satu bahan semi konduktor mempunyai
celah energi 1,1 ev.
Berdasakan lebar dan sempitnya celah enargi bahan-bahan di atas terlihat
bahwa untuk menjadi bahan semi konduktor agar menghantar listrik di perlukan
energi yang tidak terlalu besar. Silikon maupun germanium murni disebut semi
konduktor intrinsik jika belum mendapatkan bahan tambahan, sedangkan yang
sudah mendapatkan bahan tambahan disebut ekstrinsik. Bahan tambahan yang
dimaksud adalah arsenikum (As) atau boron (B). Bahan semi konduktor yang
mendapatkan tambahan As akan menjadi semi konduktor jenis N, sedangkan yang
mendapat tambahan B akan menjadi semi konduktor P. Beberapa bahan tambahan
untuk semi konduktor dapat di lihat pada tabel 11-1.

11.2.1 Semi Konduktor Intrinsik

Seperti telah dibahas sebelumnya, untuk menjadikan pita valensi


bertumpang tindih dengan pita konduksi di antarnya adalah di perlukan medan.
Sebagai contoh : Si mempunyai celah energi 1 ev ini adalah diperkirakan beda
energi antara 2 inti ion yang terdekat dengan jarak ± 1 A0 ( 10 -10 m ). Maka dari itu,
diperlukan gradien medan ± 1 V/10 -10 m untuk menggerakkan elektron dari bagian
atas valensi ke bagian bawah pita konduktor. Namun gradien sebesar itu adalah
kurang praktis. Kemungkinan lain untuk keadaan transisi yaitu tumpang tindih
kedua pita dapat di peroleh dengan pemanasan. Pada suhu kamar ada juga
beberapa elaktron yang melintasi celah energi dan hal ini yang menyebabkan
terjadinya semi konduksi. Pada semi konduksi intrinsik, konduksi tersebut
disebabkan proses intrinsik dari bahan tanpa adanya pengaruh tambahan. Kristal-
kristal Si dan Ge murni adalah semi konduksi intrinsik. Elektron-elektron yang di
keluarkan dari bagian teratas pita valensi ke bagian pita konduksi karena energi
termal adalah penyebab konduksi. Banyak elektron yang terkuat untuk bergerak
melintasi celah energi dapat di hitung dengan distribusi kemungkinan fermi-dirac
sebagi berikut :

P ( E ) = 1 / ( 1 + e ) ( E – EF ) / K . T . . . ( 11-1 )

Ef adalah tingkatan fermi seperti ditunjukan pada Gb. 11-2

K adalah konstanta boltzman sebesar 8,64 . 10 -5 eV/0K

E – EF adalah sama dengan E8/2

E8 adalah besaran celah energi termal KT pada suhu kamar ( 0,026 eV )

Karena nilai 1 pada penyebut dapat diabaikan, maka persamaan 11-1 di atas
dapat di tulis :

P ( E ) = e ( -E8 / 2 K T ) . . . ( 11-2 )

Pada suhu 00 C semua elektron berada pada pita valensi. Pada keadaan ini
kemungkinan adanya elektron di dearah 0 > E > E F adalah 100 % atau P ( ɛ ) = 1 ;
se,ua keadaan terdapat elektron. Untuk E > E F, P ( E ) = 0 kemungkinan adanya
elektron di daerah E > EF adalah 0 %, semua keadaan di atas EF adalah kosong kalau
energi elektron E sama besarnya dengan kemungkinan P ( E ), maka dapat dituliskan
bahwa banyaknya elektron n yang melalui celah energi adalah :
Karena perpindahan elektron-elektron dari pita valensi, maka pada pita
valensi terjadi lubang di setiap tempat yang di tinggalkan elektron tersebut. Suatu
semi konduktor intrinsik mempunyai lubang yang sama pada pita valensi dan
elektron pada pita konduksi.

Pada pemakaian, elektron yang lari ke pita konduksi dari pita valensi,
misalnya karena panas dapat dipercepat menggunakan keadaan kosong yang
memungkinkan pada pita konduksi. Pada waktu yang sama lubang-lubang pada pita
valensi juga bergerak tetapi berlawanan arah dengan gerakan elektron.
Konduktivitas dari semi konduktor intrinsik tergantung konsentrasi muatan
pembawa tersebut yaitu ne dan nh.

11.2.2 Semi Konduktor Ekstrinsik

Pada semi konduktor ekstrinsik, konduksi dapat dilakukan setelah adanya


penyuntikan bahan penambah atau pengotoran dari luar ( extraneous impurities ).
Proses penyuntikan bahan tambahan terhadap semi konduktor murni disebut
droping. Penambahan bahan tersebut kepada semi konduktor murni akan
meningkatkan konduktivitas semi konduktor. Suatu kristal silikon yang di droping
dengan elemen kolom 5 pada susunan berkata seperti A, As atau Sb. Pada Gb 11-3
ditunjukan kristal Si yang di droping dengan P. Pada Gb 11-3 tersebut 4 dari 5
elektron pada orbit terluar dari atom pospor meningkat 4 silikon sekelilingnya.
Elektron ke 5 dari atom P tidak mempunyai dengan atom semula dan dapat
diasumsikan berputar mengelilingi ion pospor positif seperti halnya elektron 1s
mengelilingi inti hidrogen. Namun demikina, mempunyai sebuah perbedaan yang
penting. Elektron dari atom pospor adalah bergerak pada medan listrik dari kristal
silikon dan bukan pada ruang bebas seperti halnya pada atom H. Hal ini membawa
akibat

konstanta dielektrik dari kristal pada perhitungan orbital dan radius orbit
elektron menjadi sangat besar yaitu kira-kira 80 A 0 dibandingkan 0,5 A0 dari orbit
hidrogen. Ini di artikan bahwa elektron ke -5 tersebut bebas dan tingkat energinya
berdekatan terhadap pita konduksi. Periksa Gb. 11-3. Eksistensi elektron ke 5 dalam
pita konduksi lebih cepat terlaksana daripada eksistensi dari pita valensikristal Si.
Atom P dinamakan mendonorkan elektronnya pada semi konduktor. Tingkat energi
dari elektron ke -5 dinamakan tingkat donor. Semi konduktor yang didonorkan dari
elemen-elemen pada kolom 4 ( mendonorkan muatan negatif ) disebut semi
konduktor tipe n. Energi yang diperlukan untuk mengeluarkan elektron ke -5 masuk
kedalam pita konduksi disebut energi ionisasi seperti ditunjukan pada tabel 11-1.

Dibandingkan dengan celah energi, besarnya energi ionisasi dari atom


pengotor adalah sangat kecil. Pada suhu kamar, elektron-elektron tingkat donor
sudah dikeluarkan dari pita valensi masuk ke dalam pita konduksi. Kumpulan
elektron ini jauh lebih besar dari kumpulan elektron yang di keluarkan dari pita
valensi pada proses intrinsik.

Tabel 11-1

Energi Ionisasi

Bahan Pengotoran Si ( eV ) Ge ( eV )
Tipe n Pospor 0,044 0,012
Arsen 0,049 0,013
Antimon 0,039 0,010
Tipe p Boron 0,045 0,010
Alumunium 0,057 0,010
Gallium 0,065 0,011
Indium 0,16 0,011

sesuai dengan hukum gerakan massa, hasil dari banyaknya elektron-


elektron pada pita konduksi dan banyaknya lubang pada pita valensi harus konstan.
Kondisi ini secara drastis akan mengurangi banyaknya lubang pada semi konduktor
tipe n. Elektron-elektron pada pita konduksi menjadi pembawa muatan mayoritas
( majority charge carriers ). Sedangkan proses droping kristal Si dengan elemen
kolom 3 antara lain : Ga, Al, dan In. Dapat di jelaskan sebagai berikut : alumunium
mempunyai 3 elektron pada orbit terluarnya. Sedangkan untuk menyisipkan Si pada
kristal ini Al memerlukan elektron ekstra untuk melengkapkan ikatan sekelilingnya
menjadi tetra hedral ( meningkat 4 atom Si ). Elektron ekstra ini dapat diperoleh
dari atom Si yang terdekat sehingga menimbulkan lubang pada Si. Atom Al dengan
elektron ekstra menjadi sebuah muatan negatif dan lubang dengan sebuah muatan
positif dapat dianggap berputar mengelilingi atom Al. Hal ini dapat dijelaskan pada
Gb. 11-4

Pada suhu 00, lubang tetap terikat pada atom pengotor. Kalau suhu
dinaikan, lubang-lubang akan terlepas dari atom-atom pengotor dan menjadi
konduksi. Energi ionisasi untuk sebuah ikatan lubang bebas ke pengotorannya kira-
kira sama dengan energi ionisasi dari elektron-elektron donor pada kristal yang
sama. Tingkat ikatan lubang disebut tingkat akseptor ( alumunium menerima
sebuah elektron ) dan selalu di atas pita valensi.

Kumpulan lubang-lubang diusahakan dengan eksitasi termal pada Si yang di


droping adalah jauh lebih besar daripada yang di usahakan dengan eksitasi dari
elektron pada pita konduksi.

Menurut hukum gerakan massa, disini lubang-lubang positif sebangai


pembawa mayoritas muatan. Dengan demikian semi konduktor ekstrinsik disebut
semi konduktor tipe p.

Pada semi konduktor ekstrinsik, banyaknya elektron pada pita konduksi dan
banyaknya lubang pada pita valensi adalah tidak sama apakah elektron atau yang
lubangnya lebih dominan tergantung dari tipe proses ekstrinsiknya. Ada pun
macam-macam penggunaan semi konduktor seperti ditunjukan pada table 11-2.

Tabel 11-2

Macam-macam semi konduktor dan penggunaannya

Nama Semi Konduktor Penggunaannya


Barium Titinate ( Ba Ti ) Termistor ( PTC )
Bismut Telurida ( Bi2 Se3 ) Konversi Termoelektrik
Cadmium Sulfida ( Cd S ) Sel foto Konduksi
Gallium Arsenida ( Ga As ) Dioda, Transistor, Laser, Led, Generator
Gelombang Mikro
Germanium ( Ge ) Diode, Transistor
Indium Antimonida ( In Sb ) Magneto Resistor, Piezo Resistor,
Detektor Radiasi Infra Merah
Indium Arsenida ( In As ) Piezo Resistor
Silikon ( Si ) Diode, Transistor, IC
Silikon Carbida ( Si Cb ) Varistor
Seng Sulfida ( Zn S ) Perangkat Penerangan Elektro
Germanium Silikon ( Ge-Si ) Pembangkit Termoelektrik
Selenium ( Se ) Rectifier
Alumunium Stibium ( Al Sb ) Diode Penerangan
Gallium Pospor ( Ga P ) Diode Penerangan
Indium Pospor ( In P ) Filter Infra Merah
Tembaga Oksida Rectifier
Plumbun Sulfur ( Pb S ) Foto Sel
Plumbun Selenium ( Pb Se ) Foto Sel
Indium Stibium ( In Sb ) Detektor Infra Merah, Filter Infra
Merah, Generator Hall

11.2 Super Konduktor

Pada bahan-bahan konduktor yang dijumpai sehari-hari, selalu mempunyai


resistansi. Hal ini disebabkan bahan-bahan tersebut mempunyai resistivitas.
Seperti telah dibahas pada bab sebelumnya, bahwa resistivitas akan akan
mencapai harga nol pada suhu kritis ( Tc ).
Dewasa ini sedang dikembangkan usaha untuk mencapai suhu kritis ( Tc )
bahan-bahan untuk dijadikan super konduktor. Di samping itu, medan magnet pada
bahan super konduktor adalah lebih kecil daripada medan kritis ( Hc ) seperti
ditunjukan pada Gb. 11-5
Dengan demikian suatu super konduktor akan hilang super konduktivitasnya
jika suhunya di atas kritis dan medannya di atas kuat medan kritisnya. Terdapat 30
unsur dan hampir 100 senyawa yang dapat digunakan sebagai bahan super
konduktor. Suhu kritis tertinggi super konduktor adalah 18,1 0 K untuk senyawa Nb3
Sn yang ditemukan oleh mathias seorang ahli dari USA.

Tabel 11-3

Suhu kritis ( Tc ) beberapa bahan Super Konduktor

Unsur Tc ( 0K ) Senyawa Tc ( 0K )
Ti 0,49 NaBi 2,2
Zn 0,82 BaBa3 6,0
Al 1,20 Nb3 Zn 10,8
Tl 2,38 Mo N 12,0
In 3,40 Mo Re 12,6
Sn 3,73 V2,95 Ga 14,4
Hg 4,16 Nb N 15,2
Ta 4,39 V3 Si 17,1
V 5,1 Nb3 Al 18,0
Pb 7,22 Nb3 Sn 18,1
Nb 8,00
Tc 11,2
Th 1,37 Cu S 1,6
U 0,68 Pb Sb 1,5

Tetapi perlu diingat bahwa tidak selalu terjadi pada bahan yang pada suhu
kamar misalnya : Cu, ag dan Au merupakan konduktor yang baik akan menjadi
super konduktor pada kondisi yang lebih mudah dibandingkan bahan lain yang pada
suhu kamar konduktivitasnya lebih jelek.
Terdapat dua jenis super konduktor yaitu jenis I termasuk Pb, Ag dan Sn,
menyalurkan arus pada permukaannya sampai ke dalaman 10 -4 mm pada medan
magnet hingga setinggi-tingginya adalah kuat medan magnet Nb dan paduan Pb.
Pada super konduktor jenis II, jika medan magnetnya mencapai medan kritis dan
suhu kritisnya relatif ( kondisi tersebut lebih tinggi dari jenis I ), keadaan super
konduktor tidak langsung berubah menjadi konduktor normal, tetapi menjadi
bahan yang merupakan peralihan atau dari kondisi super konduktor menjadi
konduktor normal.

Pada jenis I yang menghantarkan arus tetap akan menimbulkan medan


magnet tanpa kerugian karena medan listriknya di semua tempat adalah 0.
Sedangkan pada jenis II dalam keadaan yang sama akan menimbulkan kerugian
yang sangat kecil dan dapat diabaikan.

Jika di teliti dari tabel 11-3, dapat dicatat bahwa :

a. Logam-logam menovalen adalah bukan super konduktor


b. Logam-logam ferromagnetik dan antiferromagnetik adalah bukan super
konduktor
c. Konduktor yang baik pada suhu kamar adalah bukan super konduktor dan
logam super konduktor sebagai logam normal adalah bukan konduktor yang
baik pada suhu kamar
d. Film tipis dari Be, Bi dan Fe adalah menunjukan sebagai super konduktor
e. Bismut, Pb dan Te menjadi super konduktor jika mendapat tekanan yang tinggi

11.2.1 Penggunaan

Sampai saat ini super konduktor belum dipabrikasi dalam skala yang besar.
Mesin-mesin listrik, transformator dan kabel sedang dikembangkan menggunakan
super konduktor. Dengan menggunakan super konduktor efisiensi dapat mencapai
99,99 %. Dengan kabel super konduktor berdiameter beberapa sentimeterndapat
digunakan menyalurkan semua daya yang di hasilkan semua pembangkit listrik di
indonesia.
Terdapat 2 perangkat yang sudah umum menggunakan super konduktor
yaitu :

a. Elektromagnet
Karena konduktor tidak mempunyai kerugian yang disebabkan
resistansi,maka dikemungkinan membuat selenoid dengan super konduktor
tanpa kerugian yang menimbulkan panas.
Selenoid dengan arus yang sangat kecil pada medan magnet nol untuk
kawat yang digunakan adalah kemungkinan membangkitkan sebuah medan
magnet kritis dari lilitan. Karena dengan bahan super konduktor memungkinkan
membuat elektron yang kuat dengan ukuran yang kecil. Aplikasi dari
elektromagnet dengan super konduktor antara lain komponen magneto hidro
dinamik.
b. Elemen penghubung
Karena super konduktor mempunyai Hc dan Tc, maka dalam pemakaian
super konduktor sebagai elemen penghubung dapat menggunakan pengaruh
salah satu besaran di atas. Artinya suatu gawai penghubung dapat
menggunakan super konduktor akan dapat berubah sifatnya dari super
konduktor menjadi konduktor biasa karena pengubahan suhu atau medan
magnet di atas nilai kritisnya.
Pemutus arus yang berkerjanya di pengaruhi oleh magnetik dielektrik
crytron,misalnya digunakan pada pemutus komputer.
TUGAS KELOMPOK
Mata Kuliah Ilmu bahan

“Pemanfaatan Konduktor &


Super Konduktor Listrik Di Bidang Energi
Listrik”

Nama-nama/NIM Kelompok :
1. Juliadi / xxxxxx
2.

Program Studi Teknik Listrik


Jurusan Teknik Elektro
Politeknik Negeri Pontianak
2015

Anda mungkin juga menyukai