Salah satu alasan utama kegunaan semikonduktor dalam elektronik adalah sifat elektroniknya
dapat diubah banyak dalam sebuah cara terkontrol dengan menambah sejumlah kecil
ketidakmurnian. Ketidakmurnian ini disebut dopan.
Doping sejumlah besar ke semikonduktor dapat meningkatkan konduktivitasnya dengan faktor
lebih besar dari satu milyar.[butuh rujukan] Dalam sirkuit terpadu modern, misalnya, polycrystalline
silicon didop-berat seringkali digunakan sebagai pengganti logam.
Persiapan bahan semikonduktor
Semikonduktor dengan properti elektronik yang dapat diprediksi dan handal diperlukan
untuk produksi massa. Tingkat kemurnian kimia yang diperlukan sangat tinggi karena adanya
ketidaksempurnaan, bahkan dalam proporsi sangat kecil dapat memiliki efek besar pada properti
dari material. Kristal dengan tingkat kesempurnaan yang tinggi juga diperlukan, karena
kesalahan dalam struktur kristal (seperti dislokasi, kembaran, dan retak tumpukan) mengganggu
properti semikonduktivitas dari material. Retakan kristal merupakan penyebab utama rusaknya
perangkat semikonduktor. Semakin besar kristal, semakin sulit mencapai kesempurnaan yang
diperlukan. Proses produksi massa saat ini menggunakan ingot (bahan dasar) kristal dengan
diameter antara empat hingga dua belas inci (300 mm) yang ditumbuhkan sebagai silinder
kemudian diiris menjadi wafer.
Karena diperlukannya tingkat kemurnian kimia dan kesempurnaan struktur kristal untuk
membuat perangkat semikonduktor, metode khusus telah dikembangkan untuk memproduksi
bahan semikonduktor awal. Sebuah teknik untuk mencapai kemurnian tinggi termasuk
pertumbuhan kristal menggunakan proses Czochralski. Langkah tambahan yang dapat digunakan
untuk lebih meningkatkan kemurnian dikenal sebagai perbaikan zona. Dalam perbaikan zona,
sebagian dari kristal padat dicairkan. Impuritas cenderung berkonsentrasi di daerah yang
dicairkan, sedangkan material yang diinginkan mengkristal kembali sehingga menghasilkan
bahan lebih murni dan kristal dengan lebih sedikit kesalahan.
I. Struktur Fisis Bahan Semi konduktor
Silikon dan germanium adalah bahan yang biasanya dipakai sebagai bahan semi konduktor.
Kedua bahan tersebut terdapat dalam kolom ke empat dari sistem periodik unsur-unsur kimia. Pada
material ini, lapisan terluar elektron-elektron yang sering juga disebut lapisan valensi (menurut
model atom Bohr), terdiri dari empat elektron yang memungkinkan suatu hablur atau kristal murni
untuk membentuk ikatan-ikatan kovalen yang kuat.
Pada struktur atom silikon murni terdapat tiga lapisan yaitu lapisan dalam mempunyai dua
elektron, lapisan tengah mempunyai delapan elektron, dan lapisan luar mempunyai empat elektron.
Sedangkan pada struktur atom germanium murni, terdapat empat lapisan masing-masing
mengandung dua, delapan, delapan belas, dan empat elektron.
Ikatan kovalen yang terjadi adalah sangat kuat sekali, sehingga akan diperlukan energi yang
cukup besar untuk membebaskan sebuah elektron dari ikatannya. Dapat dikatakan bahwa pada
temperatur kamar, bahan semi konduktor murni mempunyai tahanan listrik yang sangat tinggi,
oleh karena itu merupakan bahan isolator. Tahanan jenis bahan semi konduktor akan turun dengan
naiknya temperatur.
Untuk mempersiapkan bahan semi konduktor murni, misalnya digunakan sebagai transistor
atau penyearah (rectifier), perlu dilakukan rekayasa (engineering) sehingga energi dari elektron-
elektron pada lapisan valensi bertambah. Hal ini dapat dilakukan dengan suatu proses yang
biasanya disebutdoping, dimana bahan semi konduktor dicampur dengan bahan lain.
II. Macam-macam bahan semi konduktor
Jenis bahan semi konduktor intrinsik umumnya mempunyai valensi empat dan ikatan dalam
kristalnya adalah ikatan kovalen, hal ini dapat dimengerti karena elektron valensi pada kulit terluar
dipakai bersama-sama.
Pada bahan semi konduktor intrinsik, hantaran listrik yang terjadi disebabkan oleh mengalirnya
elektron karena panas. Apabila temperatur naik, maka akan terjadi random thermis sehingga akan
ada elektron yang terbebas dari ikatan atomnya (elektron pada kulit terluarnya). Dengan
terlepasnya elektron ini, maka terjadilah kekosongan elektron yang sering disebut “hole”. Hole ini
mempunyai sifat seperti partikel-pertikel yang dapat menghantarkan arus listrik karena dapat
berpindah-pindah, dan dianggap sebagai partikel yang bermuatan positif sebesar muatan elektron.
Gerakan hole ini menyebabkan gerakan elektron yang terikat.
Sifat-sifat semi konduktor intrinsik:
· Jumlah elektron bebas sama dengan hole
· Hantaran arus disebabkan oleh elektron bebas dan hole
· Arah pergerakan hole sama dengan arah polaritas medan listrik E dan berlawanan arah dengan
pergerakan elektron
· Umur rata-ratanya adalah antara 100-1000 detik atau lebih. Umur rata-rata dari sepasang
elektron-hole (electron-hole pair) adalah jumlah waktu saat tertutupnya pasangan elektron-hole
sampai bertemunya elektron bebas dengan hole. Adapun yang mengisi hole pada umumnya adalah
elektron yang terikat dilapisan sebelah bawahnya.
Dengan adanya kelebihan elektron, maka akan memberikan level energi baru dimana elektron
akan mudah ber-eksitasi ke pita valensi. Jadi pada N-type semi konduktor akan terjadi level energi
baru yang disebut energy level donor (Ed), dimana pada level ini berisi penuh dengan elektron,
sehingga apabila ada elektron berpindah ke pita valensi, maka elekatron ini akan meninggalkan
muatan positif pada level donor. Akibatnya pada atom bervalensi 5 terkumpul muatan positif
1) Silikon
Silikon (Si) tidak ditemukan dalam bentuk aslinya, akan tetapi ditemukan dalam bentuk silika
yang direduksi dengan kokas dan kemudian dimurnikan dengan converter, menghasilkan SiO
atau SiHCl , atau dengan proses didestilasi berulang-ulang dan kemudian direduksi dengan
hydrogen menghasilkan SiH .
Sifat-sifat silikon :
· Mempunyai mobilitas yang tinggi
· Konstanta dielektriknya kecil
· Konduktivitas termis yang besar
· Disipasi panas yang baik.
· Impurity ionization energy yang sangat kecil
Dari sifat-sifat silikon tersebut diatas, maka silikon banyak digunakan sebagai bahan semi
konduktor, misalnya sebagai dioda rectifier, thyristor (SCR), dan lain-lain. Senyawa silikon, SiO
(quartz), sering dipergunakan pada alat-alat optik dengan index bias 1,54.
SMART MATERIALS
2.1PerkembanganMaterial
Perkembangan ilmu pengetahu-an dan teknologi dewasa ini cukup pe-sat, baik dibidang
material logam dan bu-kan logam. Selama ini keberadaan mate-rial logam mendominasi
dalam bidang in-dustri. Namun masih belum terpenuhi material yang mempunyai sifat
tertentu dalam aplikasi di industri maka dikem-bangkan material bukan logam khusus-
nya dengan penguat serat alam yang bersifat lebih ringan, mudah dibentuk, tahan korosi,
harga murah dan memiliki kekuatan yang sama dengan material lo-gam. Sehingga
memang selayaknya jika bahan komposit digunakan secara luas dibidang industri,
otomotif, dan arsitektur.
Bahan bisa diklasifikasikan sbb :
1. Logam : konduktor yang baik, tidak transparan.
2. Keramik : campuran / senyawa logam + non logam.
3. Polimer : adalah senyawa karbon dengan rantai molekul panjang, termasuk bahan
plastik dan
karet.
4. Komposit : adalah campuran lebih dari satu bahan. (misal: keramik dengan polimer)
5. Semi konduktor : adalah bahan-bahan yang mempunyai sifat setengah menghantar.
elektronik : IC, transistor
6. Biomaterial : bahan yang digunakan pada komponen-komponen yang dimasukkan
ketubuh manusia untuk menggantikan bagian tubuh yang sakit atau rusak.
Dalam dekade ini, material kom-posit dengan penguat serat alam telah diaplikasikan oleh
para produsen mobil sebagai bahan penguat panel mobil.
Maka pada saat ini kita telah mengenal Perkembangan material diantaranya :
1.smart material
2.natural material
3.chemichal material
4.nanomaterial
Sepanjang kebudayaan manusia penggunaan serat alam sebagai salah satu material
pendukung kehidupan, mulai dari serat ijuk sebagai bahan bangunan, serat nanas atau
tanaman kayu sebagai bahan sandang dan serat alam yang dapat digunakan untuk
membuat tambang. Seiring dengan perkembangan teknologi bahan, peran serat-serat
alam mulai tergantikan oleh jenis bahan serat sintetik seperti serat gelas atau serat karbon.
Seiring dengan inovasi yang dilakukan dalam bidang material, serat alam kembali
“dilirik” oleh peneliti untuk dijadikan sebagai bahan penguat komposit. Elastis, kuat,
melimpah, ramah lingkungan dan biaya produksi yang lebih rendah merupakan kelebihan
yang dimiliki oleh serat alam. Selain itu juga terdapat kekurangan dari jenis serat ini
terutama kekuatan yang tidak selalu merata. Jenis-jenis serat alam seperti misalnya ; Sisal
, Flex, Hemp, Jute, Rami, Kelapa, mulai digunakan sebagai bahan penguat untuk
komposit polimer.
Bahan komposit merupakan hasil penggabungan dari dua jenis atau lebih bahan yang
memberikan sifat berbeda dari pada bahan-bahan tersebut jika dalam keadaan terpisah.
Filosofinya adalah efek kombinasi dari bahan-bahan penyusunnya.
Umumnya dalam komposit terdapat bahan yang disebut sebagai “matriks” dan bahan
“penguat”. Bahan matriks umumnya dapat berupa logam, polimer, keramik, karbon.
Matriks dalam komposit berfungsi untuk mendistribusikan beban kedalam seluruh
material penguat komposit. Sifat matriks biasanya “ulet” (ductile). Bahan penguat dalam
komposit berperan untuk menahan beban yang diterima oleh material komposit. Sifat
bahan penguat biasanya kaku dan tangguh. Bahan penguat yang umum digunakan selama
ini adalah serat karbon, serat gelas, keramik. Serat alam sebagai jenis serat yang memiliki
kelebihan-kelebihan mulai diaplikasikan sebagai bahan penguat dalam komposit polimer.
Industri yang paling gencar menggunakan serat alam sebagai material penguat komposit
polimer adalah produsen otomotif Daimler Chrysler. Produsen mobil