Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN FISIKA EKSPERIMEN BIDANG : MATERIAL

JUDUL EKSPERIMEN SINTESIS SENYAWA PEROVSKIT Ba1-xSrxTiO3 (x = 0,0; 0,03) MELALUI SINTERING DAN KARAKTERISASI STRUKTUR DAN DIELEKTRISITAS

OLEH NAMA NIM OFF. KELOMPOK HARI/TGL PEMBIMBING : RIZMEIA NUR ATMASARI : 100322405278 : N-H :7 : 22 FEBRUARI 2013 : Dr. MARKUS DIANTORO. M.Si

PROGRAM STUDI FISIKA JURUSAN FISIKA FMIPA UNIVERSITAS NEGERI MALANG 2013

SINTESIS SENYAWA PEROVSKIT Ba1-xSrxTiO3 (x = 0,0; 0,03) MELALUI SINTERING DAN KARAKTERISASI STRUKTUR DAN DIELEKTRISITAS

I.

TUJUAN

1. Mahasiswa dapat mengetahui fase murni BaTiO3 dan Ba0.97Sr0.03TiO3 2. Mahasiswa dapat mengetahui parameter kisi BaTiO3, Ba0.97Sr0.03TiO3 dan data ICSDD dengan software PCW. 3. Mahasiswa dapat mengetahui pengaruh Doping Sr terhadap struktur Kristal 4. Mahasiswa dapat mengetahui pengaruh Doping Sr terhadap sifat fisis Kristal 5. Mahasiswa mampu membandingkan BaTiO3 sebelum dan sesudah didopping dengan Sr. 6. Mahasiswa dapat membandingkan besarnya konstanta dielektrik BaTiO3 sebelum dan sesudah didopping dengan Sr.

II.

DASAR TEORI Penelitian pada bidang fisika material terus dikembangkan dan makin

gencar dilakukan. Hal ini ditunjukkan dengan adanya meningkatnya jumlah artikel ilmiah yang diterbitkan dan dapat juga dilihat dari makin cepatnya teknologi canggih yang memanfaatkan sifat material cerdas. Pada dasarnya ada dua main stream dalam penelitian material yaitu; (1) untuk mendapatkan jawaban permasalahan fisika fundamental, dan (2) untuk menemukan dan memenuhi permintaan dunia aplikasi teknologi. Usaha meningkatkan nilai ekonomi suatu material dapat dilakukan melalui berbagai cara. Secara garis besar cara itu adalah dengan mengubah performa makroskopis dan dengan mengubah struktur mikroskopis. Secara makroskopis suatu material dapat ditingkatkan performanya dengan melakukan pengecatan, pelapisan dengan material lain yang sesuai, pengubahan bentuk maupun ukurannya. Material untuk keperluan seni kerajinan, untuk keperluan bangunan termasuk dalam kategori ini. Secara mikroskopis, material dapat diubah sifatnya melalui doping atau subtitusi unsur serupa, membuat komposit, membuat hibrid organik-inorganik. Material untuk keperluan elektronik, fotonik, spintronik,

magnetodielektrik atau material cerdas lain termasuk dalam kategori ini. Pada modul ini yang akan dipelajari adalah kelompok kedua. Metode sintesis material fungsional pada umumnya dapat dilakukan secara fisika atau secara kimia atau gabungan keduanya. Secara fisika sintesis bahan dapat dilakukan melalui proses sintering, parsial melting, atau melting. Proses melting dilakukan dengan tujuan membentuk kristal tunggal, proses partial melting ditempuh untuk memperoleh polikristal yang terorientasi. Sedangkan proses sintering dipilih untuk mendapatkan material yang orientasi butirannya random atau polikristal. Unutk kajian awal, sintering merupakan pilihan utama dan paling banyak digunakan karena merupakan proses yang murah dan cepat. Proses presipitasi atau kopresipitasi merupakan contoh sintesis melalui reaksi kimia. Kedua cara kimia maupun fisika di atas digunakan untuk mensintesis material bulk. Pada dasarnya untuk mendapatkan material yang dikategorikan sebagai kelompok film tipis dapat dilakukan melalui proses deposisi. Proses deposisi dapat berupa deposisi fasa padat, fasa cair maupun deposisi fasa gas. Untuk deposisi fase padat dapat dilakukan melalui elektrodeposisi. Prinsip utama elektro deposisi adalah memberi tegangan pada larutan ionik. Dengan kondisi ini ion positif akan menuju kutub negatif terus menerus sampai terbentuk lapisan. Metode sintesis film tipis fase cair dapat dilakukan melalui spincoating, deep coating, dan spray coating. Material yang akan dibuat dalam bentuk film tipis harus dibentuk dalam fasa cair atau gel menggunakan pelarut yang sesuai. Beberapa metode sintesis film tipis fase uap antara lain CVD, MOCVD, dan sputtering. Barium Strontium Titanat (BST) merupakan salah satu bahan maju untuk aplikasi sirkuit terpadu (IC). Secara khusus, BST memiliki potensi penting untuk digunakan sebagai sel penyimpan muatan dalam DRAM (Dynamic Random Access Memori) karena memiliki konstanta dielektrik tinggi. Konstanta dielektrik senyawa ini dapat mencapai 20000 dalam keramik BST bulk. Ba1-xSrxTiO3, memiliki struktur perovskit ABX3, yang ditunjukkan pada Gambar 1. Tingginya konstanta dielektrik merupakan hasil dari perpindahan ion Ti dari pusat oksigen oktahedral. Berdasarkan penelitian Ba1-xSrxTiO3 menunjukkan kelarutan padat(solid solubility) penuh atas semua rentang komposi,

dengan struktur kubik pada suhu kamar untuk rentang 0,3 < x , 1, menjadi tetragonal untuk 0 x 0,3. Parameter kisi mulai dari 3,905 A untuk SrTiO3, dengan a = 3,994 dan c = 4,038 untuk BaTiO3 untuk BST bulk. Untuk aplikasi DRAM, bentuk kubik BST lebih disukai, dengan konstanta dielektrik yang tinggi dicapai dekat pada x = 0,3. Distorsi tetragonal dari BST terkait dengan transisi paraelektrik-ke-feroelektrik dekat dengan suhu kamar untuk komposisi Ba0,7Sr0,3TiO3.

Gambar 1. Struktur kristal perovskit (Ba,Sr)TiO3. Teori Dielektrisitas Secara sederhana bahan dielektrik adalah bahan yang tidak memiliki muatan bebas atau semua partikel bermuatannya terikat kuat pada molekul penyusunnya. Senyawa ini termasuk dalam kelompok kristal non-sentrosimetrik. Jika dikenai medan listrik, material dielektrik tidak menghantarkan arus listrik E, tetapi akan timbul pergeseran listrik D. Dalam bahan dielektrik, kumpulan momen dipol p membentuk polarisasi P, yakni jumlah momen dipol persatuan volume. Untuk suatu Kristal, polarisasi merupakan jumlah momen dipole dalam suatu sel satuan dibagi dengan volume sel. Jika bahan mengandung jumlah molekul persatuan volume sebanyak N, dan masing-masing memiliki momen p, maka polarisasinya dapat didefinisikan sebagai P= Np ..(1) Dalam kasus ini P, E, p, dan D merupakan besaran berarah. Menurut persamaan Maxwell tentang pergeseran, D= 0 (E + P) ............................................ (2)

Dengan D adalah pergeseran (displacement) atau induksi listrik, 0 adalah dielektrisitas bahan dalam ruang hampa, E adalah medan listrik, dan P adalah polarisasi. Polarisasi dapat dikelompokkan dalam beberapa jenis, diantaranya yaitu, polarisasi elektronik, polarisasi ionik, polarisasi dipolar, polarisasi muatan ruang. Secara eksperimen konstanta dielektrik dapat diperoleh dari pengukuran kapasitansi listrik. Pada kesempatan ini hanya dibahas pengukuran DC. Kapasitansi merupakan ukuran kemampuan dua konduktor dalam menyimpan muatan Q, ketika beda potensial V diterapkan yang memenuhi persamaan C = Q/V = = Farad (F) .. (3)

Kapasitansi suatu kapasitor kosong sangat ditentukan oleh geometri. Konstanta kesebandingan didefinisikan sebagai o merupakan permitivitas ruang hampa. Selanjutnya kapasitansi kapasitor lempeng sejajar memiliki persamaan Co =
( )

(4)

Dengan q : muatan listrik (C), d : jarak (m), dan A : luas (m2) Ketika suatu bahan disisipkan diantara plat sejajar, kapasitansi menjadi bertambah. Konstanta dielektrik dituliskan seperti pada persamaan (5). K= = = ...... (5)

Dengan merupakan permitivitas bahan dielektrik dalam F/m. BaTiO3 Barium titanat pada saat ini merupakan material ferroelektrik yang sangat cepat perkembangan penelitiannya. Hal ini menarik karena barium titanat mempunyai struktur kristalperovskite yang sederhana, hal ini dapat mempermudah pemahaman tentang material ferroelektrik itu sendiri.Struktur Kristal yang jauh lebih sederhana bila dibanding dengan bahan feroelektrik lainnya.Barium titanat mudah diaplikasi karena dalam segi kimia maupun mekanik lebih stabil dan mempunyai temperatur curie yang mendekati temperatur kamar dibandingkan material ferroelektrik lainnya yaitu sebesar 120o. Aplikasi dari barium titanat antara lain sebagai kapasitor baik sebagai kapasitor multilayer maupun kapasitor single layer, sebagai sensor tekanan dan sensor suhu.

Barium Titanat (BaTiO3) merupakan salah satu bahan dielektrik dari jenis feroelektrik yang mempunyai struktur perovskite ABO3 dengan A menyatakan atom Ba2+ dan B menyatakan ion Ti4+.Masing-masing ion barium dikelilingi oleh 12 ion oksigen. Ion-ion barium dan oksigen ini membentuk kisi kubus pusat muka ( face centered cubic ). Atom-atom titanium terletak di posisi oktahedral dikelilingi oleh 6 ion oksigen. Akibat penambahan maupun penggantian pada posisi atom Ba2+ dan Ti4+ sebagian atau seluruhnya dengan ion-ion dapat menyebabkan (Moulson,1990): a. Perubahan suhu Curie menyebabkan puncak permitivitas dapat bergeser posisinya. Penggantian Sr2+ pada posisi Ba2+ dalam BaTiO3akan menurunkan Tc sedangkan penggantian dengan Pb2+ akan meningkatkan Tc. b. Ion-ion ( Fe3+, Ni2+, Co3+) yang menempati posisi Ti4+ dapat mereduksi faktor disipasi. c. Penambahan senyawa seperti CaZrO3 pada BaTiO3 dapat

menyebabkan pelebaran puncak permitivitas terhadap temperatur. Bahan tersebut juga akan mempengaruhi suhu Curie, dan diharapkan permitivitas permitivitas bahan yang tinggi dapat diperoleh. d. Kation-kation dengan valensi lebih tinggi dari ion-ion yang

digantikan pada konsentrasi tinggi (>0.5% kation) mengakibatkaan terhambatnya pertumbuhan kristal. e. Subsituen dengan valensi yang lebih tinggi pada Ba2+ pada

konsentrasi rendah (<0.2% kation) menyebabkan resistivitasnya menurun. Tetapi bila substituen memiliki valensi lebih rendah seperti pada posisi Ti4+, maka subtituen akan bertindak sebagai akseptor dan dapat meningkatkan resistivitas bahan dielektrik. Keramik BaTiO3 mempunyai nilai konstanta dielektrik yang sangat besar pada temperature ruang, tetapi juga mempunyai nilai dielektrik loss yang besar pula. Besarnya nilai konstanta dielektrik ini sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya adalah temperatur kalsinasi saat pembuatan keramiknya. Oleh karena itu, nilai konstanta dielektrik dari suatu keramik merupakan suatu fungsi temperatur. Semakin tinggi temperatur kalsinasi saat pembuatan keramiknya maka nilai konstanta dielektriknya semakin besar pula.

III. III.1

PROSEDUR EKSPERIMEN ALAT

1. Neraca digital 2. Mortar dan pestel 3. Alat cetak/ dies 4. Alat penekan hidrolik 5. Tungku listrik 6. DC capacitance 7. Set pengukur I-V 8. XRF PanAnalytical 9. XRD Pan Analytical III.2 BAHAN

1. BaCO3 2. SrCO3 3. TiO2

III.3

CARA MEMPEROLEH DATA

1. Desain Bahan Menganalisis bahan dengan membuat persamaan reaksi Ba1-xSrxTiO3 untuk masing masing x=0 dan x=0,03 dari bahan awal yang disediakan. a. Ba1-xSrxTiO3 dengan x = 0 Bahan dasar yang digunakan adalah BaCO3, SrCO3 dan TiO2. Melalui tabel periodik unsur unsur dapat diketahui berat atom relatif masing masing unsurnya. Massa Atom relatif (Ar) C O = 12 = 16

Ti = 47,88 Ba = 137,33 Sr = 87,6 Massa Molekul Relatif (Mr) BaCO3 = 137,33 + 12 + (3 x 16) = 197,33

TiO2 CO2 BaTiO3

= 47,88 + (2 x 16) = 79,88 = 12 + (2 x 16) = 44 = 137,33 + 47,88 + (3 x 16) = 233,21


BaCO3 + TiO2 BaTiO3 + CO2

Persamaan kesetaraan reaksi Melalui perbandingan mol yang dari hasil kesetaraan reaksi didapatkan perbandingan mol untuk massa 1 gram BaTiO3 yakni perbandingan koefisien bahan dengan BaTiO3 x Mr bahan x mol BaTiO3 BaCO3 TiO CO2 = = = gram gram gram

Jadi komposisi sampel adalah Massa BaCO3 Massa TiO2 = 0.84615 gram = 0.34252 gram 1.18867 gram b. Ba1-xSrxTiO3 dengan x = 0.03 Bahan dasar yang digunakan adalah BaCO3, SrCO3 dan TiO2. Melalui tabel periodik unsur unsur dapat diketahui berat atom relatif masing masing unsurnya. Massa Atom relatif (Ar) C O = 12 = 16
+

Ti = 47,88 Ba = 137,33 Sr = 87,6 Massa Molekul Relatif (Mr) BaCO3 SrCO3 TiO2 CO2 Ba0.97Sr0.03TiO3 = 137,33 + 12 + (3 x 16) = 197,33 = 87,6 + 12 + (3 x 16) = 147,6 = 47,88 + (2 x 16) = 79,88 = 12 + (2 x 16) = 44 = (0.97 x 137,33) + (0.03 x 87,6) + 47,88 + (3 x 16)

= 231,72 Persamaan kesetaraan reaksi


0.97 BaCO3 + 0.03 SrCO3 + TiO2 Ba0.7Sr0.03TiO3 + CO2

Melalui perbandingan mol yang dari hasil kesetaraan reaksi didapatkan perbandingan mol untuk massa 1 gram Ba0.97Sr0.03TiO3 yakni perbandingan koefisien bahan dengan Ba0.97Sr0.03TiO3 x Mr bahan x mol Ba0.97Sr0.03TiO3 BaCO3 SrCO3 TiO2 CO2 = = = = gram gram gram gram

Jadi komposisi sampel adalah Massa BaCO3 Massa SrCO3 Massa TiO2 = = = gram gram gram + 1.18988 gram

2. Pencampuran dan Penghalusan a. Menuangkan masing masing bahan dalam mortar b. Menggerus bahan sampai homogen dan halus, minimal dilakukan sampai 10 jam agar mendapatkan hasil yang maksimal 3. Pembentukan pellet a. Mencetak bahan yang sudah tercampur dan halus tersebut dalam bentuk pellet. b. Memasukkan bahan yang sudah tercampur dan halus dalam tabung yang kemudian ditekan atau dipress dengan tekanan tinggi. c. Menimbang massa dari sampel yang sudah dipelet tersebut. 4. Sintering a. Memasukkan sampel pelet tersebut dalam cawan alumina atau cawan keramik. b. Memasukkannnya dalam tungku listrik

c. Memanaskan dari temperature ruang sampai 1000 oC dengan laju kira-kira 6 sampai 10 oC per menit. d. Tercapailah temperatur 1000 oC tersebut pada 6 jam. e. Menahan pada 1000 oC selama sekitar 10 sampai 48 jam. f. Menurunkan suhu sampai temperature ruang. g. Mengeluarkan sampel pada saat sudah dingin h. Menimbang massa sampel setelah proses sintering

III.4

CARA ANALISIS DATA

a. Mengkarakterisasi data BaTiO3 dan BaSrTiO3 dengan XRD b. Mengkarakterisasi kandungan bahan pada data BaTiO3 dan BaSrTiO3 dengan XRF c. Mambuat analisa fase yang ada pada senyawa hasil sintering dan mengamati apakah struktur kristalnya sama d. Menghitung berapa konstanta dielektrik bahan. e. Mambandingkan hasil perhitungan bahan yang sudah di dopping dengan bahan yang tidak di dopping.

IV. IV.1 o

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL

1. Hasil XRD
BaTiO3 data dari database dan BaTiO3 model

BaTiO3 data dari database dan Ba0.7Sr0.03TiO3

2. Hasil XRF

IV.2

PEMBAHASAN

Posisi puncak yang ditunjukkan oleh grafik menggambarkan tempat atom atom berada yang direpresentasikan dengan sudut 2. Untuk mendapatkan parameter kisi dari hasil X-RD maka digunakan Hukum Bragg untuk menganalisisnya. Berdasar dari sumber pustaka seperti pada jurnal dan International Centre for Diffraction Data (ICSDD) telah diketahui system kristal BaTiO3 yakni berbentuk tetragonal dan Ba0.97Sr0.03TiO3 berbentuk kubik.. Informasi ini mempermudah untuk dapat menganalisi parameter kisi baik pada Kristal BaTiO3 maupun yang telah didoping dengan SrCO3 yakni Ba0.97Sr0.03TiO3. Berdasar hasil Cell Ref dalam mencari sudut 2 didapatkan data
untuk Ba0.97Sr0.03TiO3

Parameter Kisi BaTiO3 Sebelum direfinement a = 3.994500 Sesudah direfinement a = 4.002288 Parameter Kisi BaSrTiO3 Sebelum direfinement a = 3.994500 Sesudah direfinement a = 3.995951 ; ; c = 4.033500 c = 4.013430 ; ; c = 4.033500 c = 4.030170

Terjadi perubahan parameter kisi antara sebelum dan sesudah di doping. Hasil eksperimen bahan Ba0.97Sr0.03TiO3 dibandingkan dengan model bahan sebelum didoping menunjukkan bahwa terdapat kandungan jenis bahan

yang sama kecuali terhadap pendopingnya (Sr) tidak terdapat dalam BaTiO3. Kandungan bahan Ba0.97Sr0.03TiO3 menunjukkan bahwa selain kandungan Ba =77,8%, Sr = 2,2% dan Ti = 19,0% itu sendiri terdapat kandungan bahan lain seperti P = 0,2%, Ca = 0,13%, Fe = 0,095%, Ni = 0,01%, Cu = 0,049%, Ga = 0,074%, Yb = 0,21%, dan Os = 0,31% menunjukkan bahwa bahan yang disintesa mengandung impuritas yang berasal lingkungan sekitar. Hal ini dimungkinkan disebabkan karena 1) Pada waktu mencampur bahan tidak dalam kondisi udara bersih artinya berada pada kelembapan normal, 2) Pada waktu penggerusan terjadi kontak antara bahan dengan udara sehingga memungkinkan terjadinya reaksi, 3) Pada waktu penyimpanan, aluminium foil yang digunakan kurang begitu rapat dalam menutupnya, 4) Seharusnya jangka waktu penggerusan yang diperlukan lebih dari 10 jam, 5) Kurang sterilnya alat alat yang digunakan

Setelah dilakukan pengukuran terhadap konstanta dielektriknya memakai kapasitansi meter diperoleh bahwa kapasitansinya sebesar 3,5 nF (C = 3,5 nF), jari jari bahan sebesar 7,5 mm dan tebal 3,5 mm. Sedangkan untuk data model diperoleh bahwa kapasitansinya 22 pF. Berikut perhitungan kapasitansi C = 3,5 nF = 4,3 x 10-9 F r = 7,5 mm = 7,5 x 10-3 m d = 3,5 mm = 3,5 x 10-3 m A = Luas lingkaran = r2 = (7,5 x 10-3)2 = 1,7662 x 10-4 m2
( )

F/m

, dengan 0 = 8.85 x 10-12 C/Nm2

962,8

Setelah melalui analisa dielektrisitas bahan Ba0.7Sr0.3TiO3 maka didapatkan konstanta dielektrik bahan yakni sebesar K = 962,8 Pemberian doping berarti proses penambahan atom baru pada Kristal yang sudah tersusun oleh atom atom penyusun Kristal sebelumnya. Berdasar referensi dari jurnal jurnal material Sr2+ termasuk ion soft doping yang berarti ion ini dapat menghasilkan material ferroelektrik lebih soften yaitu koefisien elastic lebih tinggi, sifat medan koersif yang lebih rendah, factor kualitas mekanik yang lebih rendah dan kualitas listrik yang lebih rendah. Terbukti untuk factor kualitas listrik yang lebih rendah, berikut merupakan perbandingan kapasitansi bahan yang dieksperimenkan dengan data bahan eksperimen tanpa doping karena konstanta dielektrik bahan sebanding dengan kapasitansi bahan (K = Ba0.97Sr0.03TiO3 = 3,5 nF BaTiO3 = 22 pF Semakin besar kapasitansi bahan maka muatan listrik yang dihasilkan akan semakin besar pula (C = ) ) yakni

V.

KESIMPULAN Berdasarkan hasil eksperimen di atas maka

1. Pengkarakterisasi menggunakan XRD dapat diketahui pengaruh pendopingan pada BaTiO3 mempengaruhi perubahan parameter kisi dan besar dielektrisitas bahan. 2. Kandungan bahan setelah disinterring baik pada model pembanding atau bahan sebelum didoping yakni BaTiO3 dan setelah didoping Ba0.97Sr0.03TiO3 masih mengandung impuritas dengan kandungan yang cukup tinggi 3. Struktur bahan sebelum didoping BaTiO3 dan setelah didoping yakni Ba0.97Sr0.03TiO3 memiliki perbedaan struktur kristalnya. BaTiO3 memiliki struktur Kristal tetragonal dan Ba0.97Sr0.03TiO3 struktur kristalnya kubik. 4. Struktur Kristal BaTiO3 dan Ba0.97Sr0.03TiO3 terbukti berkisi sama yakni primitif.

SARAN a. Lebih ditingkatkan lagi membaca jurnal-jurnal penelitian yang ada dan Sering melakukan eksperimen sehingga dapat memberikan pengalaman yang lebih baik bagi peneliti. b. Sebaiknya sebelum melakukan eksperimen, peneliti terlebih dahulu membaca dan mengetahui teori yang ada sehingga peneliti tidak mengalami kesulitan dalm melaksanakan eksperimen. c. Saat melakukan pengukuran terhadap dielektrisitas bahan, peneliti diharapkan lebih teliti lagi sehingga pengukuran tersebut dapat dilakukan dengan benar.

VI.

DAFTAR PUSTAKA William D Callister, dan David G. Rethwisch, Materials Science and Engineering, SI version, edisi VIII, John Wiley & Sons, 2011 Thomas Remmel, Richard Gregory and Beth Baumert, Characterization of Barium Strontium Titanate Films Using XRD, JCPDS-International Centre for Diffraction Data 1999, 42 pp 38-45 Piticescu, R. M., Vilarnhoa, P., Popescu, L. M., Piticescu, R. R., Hydrothermal microelectronic synthesis of perovskite Journal of based materials for and

applications,

Optoelectronics

Advanced Materials Vol. 8, No. 2, April 2006, p. 543 547 Diantoro, Markus. 2013. Petunjuk Eksperimen Fisika, Sintesis Senyawa Perovskit Ba1-xSrxTiO3 (x = 0,0; 0,03) Melalui Sintering dan Karakterisasi Struktur dan Dielektrisitas. Malang : Universitas Negeri Malang Parno. 2006. Modul Pendamping I Mata Kuliah Fisika Zat Padat Bab I Struktur Kristal. Malang : Universitas Negeri Malang Parno. 2000. Diktat Kristalografi. Malang : Universitas Negeri Malang

VII.

LAMPIRAN

Gambar penentuan di elektrisitas

Anda mungkin juga menyukai