Anda di halaman 1dari 26

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Besi termasuk unsur yang melimpah di permukaan bumi bahkan sampai ke
inti bumi dan berbagai benda langit yang jatuh ke bumi. Sebagai logam yang
paling murah dan penggunaannya sangat luas, besi menjadi logam terbesar yang
diproduksi di dunia. Seiring dengan perkembangan teknologi saat ini, kebutuhan
sumber daya mineral khususnya besi terus meningkat, sehingga penambangan
bijih besi yang merupakan mineral utama untuk kebutuhan industri terus
meningkat. Endapan bijih besi yang terdapat di bumi dapat terbentuk secara
primer maupun sekunder. Pembentukan bijih besi primer dapat terjadi oleh proses
magmatik, metasomatik kontak, dan hidrotermal. Sedangkan endapan bijih
sekunder terbentuk oleh proses sedimenter, residual, dan oksidasi. Besi pada
umumnya berbentuk oksida besi seperti hematite (Fe2O3), magnetit (Fe3O4) dan
jenis batuan besi lainnya (Jensen dan Batemen, 1981).
Metode geolistrik (resistivity) merupakan salah saatu metode geofisika yang
sangat popular dan sering digunakan baik dalam survey geologi maupun
eksplorasi. Hal ini disebabkan karena metode geolistrik sangat baik digunakan
untuk mengetahui kondisi bawah permukaan bumi berdasarkan variasi nilai
tahanan jenis batuannya agar didapatkan gambar lapisan bawah permukaan bumi
yang detil terutama untuk daerah yang mempunyai kontras tahanan jenis yang
cukup jelas terhadap sekitarnya dan tentunya berhubungan dengan kondisi
geologi, kadar dan struktur mineral penyusun batuan, seperti untuk keperluan
penyelidikan bijih besi.

1.2. Rumusan masalah


Bagaimana respon bawah permukaan yang dihasilkan dari metode geolistrik
(Electrical Resistivity Tomography) pada daerah penelitian dan bagaimana
korelasi metode geofisika dengan data geologi untuk eksplorasi sumberdaya bijih
besi di desa Uekuli.
1.3. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini untuk eksplorasi sumberdaya bijih besi
dan menetukan korelasi antara data geologi dengan data geolistrik di Desa Uekuli,
Kecamatan Tojo, Kabupaten Tojo Una-una.

1.4. Manfaat Penelitian


Diharapkan bahwa penelitian ini dapat memberikan informasi atau
kontribusi terkait dengan eksplorasi sumberdaya bijih besi di desa Uekuli maupun
daerah lain yang memiliki potensi sumberdaya bijih besi.

1.5. Ruang Lingkup


Pada penelitian eksplorasi sumberdaya bijih besi kali ini menggunakan
pendekatan aspek geologi dan metode geolistrik (Electrical Resistivity
Tomography).
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Bijih Besi


Besi merupakan mineral logam kedua yang terdapat di bumi ini. Karakter
dari endapan besi ini bisa berupa endapan logam yang berdiri sendiri namun
seringkali ditemukan berasosiasi dengan mineral logam lainnya. Kadang besi
terdapat sebagai kandungan logam tanah (residual), namun jarang yang memiliki
nilai ekonomis yang tinggi. Endapan besi yang ekonomis umumnya berupa
Magnetite, Hematite, Limonite, dan Siderite. Kadang kala dapat berupa mineral
Pyrite, Pyrhotite, Marcasite, dan Chamosite
Berdasarkan kejadiannya endapan besi dapat dikelompokkan menjadi tiga
jenis, pertama endapan besi primer (terjadi karena proses hidrotermal), kedua
endapan besi Laterit (terbentuk akibat proses pelapukan), dan ketiga endapan pasir
besi (terbentuk karena proses rombakan dan sedimentasi secara kimia maupun
fisika.
Beberapa jenis genesa dann endapan yang memungkinakan endapan besi
bernilai ekonomis antara lain :
1. Magmatik : Magnetit dan Titaniferous Magnetite.
2. Metasomatik Kontak : Magenetit dan Spekularit.
3. Pergantian/Replacement : Magnetit dan Hematit.
4. Sedimentasi/Placer : Hematit, Limonit, dan Siderit.
5. Konsenterasi Mekanik dan Residual : Hematit, Magnetit, dan Limonit.
6. Oksidasi : Hematit dan Limonit.
7. Letusan Gunung Api.
Dari mineral-mineral bijih besi, Magnetit adalah mineral dengan kandungan
Fe paling tinggi, tetapi terdapat dalam jumlah kecil. Sementara hematit
merupakan mineral bijih utama yang dibutuhkan dalam industry besi.
Mineral-mineral pembawa besi dengan nilai ekonomis dengan susunan
kimia, kanduungan Fe dan klasifikasi komersil dapat dilihat pada table di bawah
ini :

Tabel 2.1 Mineral-mineral Bijih Besi bernilai Ekonomis


Mineral Susunan Kimia Kandungan Fe (%) Klasifikasi Komersil
Magnetik atau bijih
Magnetit FeO, Fe2O3 72,4
hitam
Hematit Fe2O3 70,0 Bijih merah
Limonit Fe2O3,nH2O 59 – 63 Bijih Coklat
Sphatic, black band,
Siderit FeCO3 48,2
clay ironstone
Sumber : Iron & Ferroalloy Metals in (ed) M. L. Jensen & A. M. Baferman, 1981;
Economic MinerAL Deposits, P. 392.

Besi merupakan komponen kerak bumi yang persentasenya sekitar 5%. Besi
atau ferrum tergolong unsur logam dengan symbol Fe. Kenampakan murninya
berwarna gelap, abu-abu keperakan dengan kilap logam. Logam ini sangat mudah
bereaksi dan teroksidasi membentuk karat. Sifat megnetis besi sangat kuat, dan
sifat dalamnya malleable atau dapat ditempa. Tingkat kekerasan 4 – 5 skala mohs
dengan berat jenis 7,3 – 7, 8. Besi oksidasi pada tanah dan batuan menunjukkan
warna merah, jingga, hingga kekuningan. Besi bersama nikel merupakan alloy
pada inti bumi/inner core. Biijih besi utama terdiri dari Hematit (Fe 2O3) dan
Magnetit (Fe3O4). Deposit hematit dalam lingkaran sedimentasi seringkali berupa
formasi banded iron (BIFs) yang merupakan lapisan chert, kuarsa, hematit, dan
magnetit. Proses pembentukan dari presipitasi unsur besi dari laut dangkal.

2.2. Metode Resistivitas Listrik Tomografi (Electrical Resistivity


Tomography)
Electrical Resistivity Tomography (ERT) merupakan teknik untuk
pencitraan struktur bawah permukaan menggnakan arus konduksi listrik (William
Daily dan Abelardo Ramires, 2000). ERT diusulkan 22 tahun yang lalu
Independen oleh Henderson dan Webster (1978) sebagai modalitas pencitraan
medis dan oleh Lytle dan Dines (1978) sebagai alat pencitraan geofisika.
Data ERT dapat digunakan untuk melihat gambaran bawah permukaan
secara 1D, 2D, maupun 3D. prinsip dari metode ini adalah dengan mengalirkan
arus listrik ke dalam tanah melalui 2 pasang elektroda. Fungsi dari 2 pasang
elektroda tersebut adalah sepasang elektroda digunakan untuk mengalirkan listrik
ke dalam tanah dan sepasang lainnya digunakan untuk menangkap arus listrik
yang dialirkan. Kemudian dari 2 pasang elektroda tersebut diperoleh nilai beda
potensial (V) dan arus listrik (I).

Gambar 2.1. Dua elektroda arus dan dua elektroda potensial di permukaan bumi yang
homogen (Telford dkk,1990).

Gambar 2.2. Persamaan yang digunakan dalam menghitung nilai resistivity.


BAB III
METODE PENELITIAN

3.1. Lokasi Penelitian


Penelitian dilakukan di daerah Uekuli. Secara geografis terletak di
121º07’0” S 01º25’0” E – 121º07’0” S 01º23’0” E hingga 121º09’0” S 01º23’0 “
S – 121º09’0” S 01º25’0” E. Secara administratif terletak di desa Uekuli,
Kecamatan Tojo, Kabupaten Tojo Una-una.

3.2. Jenis Data dan Software yang digunakan


Jenis data merupakan data geologi dan data resistivitas. Adapun software
yang digunakan yaitu Argis 10.3, Surfer 10, dan RES2DINV.

3.3. Proses Pengerjaan Laporan


Dalam proses pengerjaan laporan dilakukan di Laboratorium Eksplorasi
program studi S1 Teknik Geologi, Fakultas Teknik, Universitas Tadulako.
Laporan ini dikerjakan selama dua hari.
Didalam penelitian ini menghasilkan dua data yaitu data geologi dan data
geolistrik. Proses pengerjaan dimulai dari studi pustaka. Dilanjutkan dengan
pengolahan data geologi berupa pembuatan peta geologi dan peta lintasan
pengukuran geolistrik yang dilakukan dengan menggunaka software Arcgis 10.3
dan Surfer 10.
Data geolistrik dihasilkan merupakan data resistivitas yang diambil dari
pengukuran geolistrik Electrical Resistivity Tomography. Metode ini berdasarkan
pada kenyataan mengenai konduktivitas tanah dan batuan yang bervariasi dengan
kehadiran garam terionisasi. Batuan padat dengan banyak rongga, sedikit
kelembaban, dan sedikit ionisasi akan memiliki resistensi yang tinggi, sementara
tanah liat jenuh akan memiliki resistensi yang rendah. Dalam metodenya
menggunakan konfigurasi wenner dengan empat elektroda yang berjarak sama
lebih sederhana dan banyak digunakan dalam investigasi bawah permukaan.
Software yang digunakan dalam pengolahan data resistivity merupakan software
RES2DINV. Dalam pengolahannya data yang diperlukan adalah data spasi
elektroda dan nilai resistivitas. Dari pengolahan ini dilakukan pemodelan hingga
mengasilkan penampang nilai resistivitas batuan pada daerah pengukuran.
BAB IV
GEOLOGI DAN INTERPRETASI DATA RESISTIVITAS

4.1. Geologi Daerah Penelitian


Penyelidikan sumber daya mineral logam telah dilakukan oleh
Belanda setidaknya dari tahun 1896 sampai dengan tahun 1927. Selanjutnya
prospek sumberdaya mineral di daerah ini dilakukan oleh perusahaan swasta,
diantaranya PT. Tropic Endeavour Indonesia, BHP-Utah Sulawesi dan oleh PT.
Newcrest Nusa Sulawesi. Sumber daya mineral logam berupa bijih besi dan pasir
besi banyak ditemukan dalam bentuk singkapan di wilayah Uekuli, Uedele dan
Tojo (ESDM, 1994). Wilayah ini merupakan bagian dari gugusan zona mandala
Sulawesi timur, yang terdiri dari Batuan Sedimen Tersier, Batuan Ultramafik, dan
Batuan Metamorf. Berdasarkan keadaan geologi tersebut di daerah ini banyak
terdapat singkapan batuan yang diindikasikan banyak mengandung bijih besi
(Simandjuntak, 1991).
Dari bijih besi inilah kemudian menghasilkan endapan sekunder berupa
pasir besi yang banyak ditemukan di pesisir pantai Desa Uekuli. Sejalan dengan
penelitian Apriyono (2008) dalam Parhusip dan Rusli (2015) menjelaskan adanya
hubungan antara karakteristk geometri (warna dan ukuran butir) dan potensi
(derajat kemagnetan, kadar mineral besi, kadar unsur Fe, dan sumberdaya)
dengan proses geologi (sistem dan lokasi pengendapan).
Pembentukan pasir besi sebagai endapan bijih besi sekunder (endapan
placer) terjadi karena adanya akumulasi atau pengumpulan mineral-mineral berat
melalui proses sedimentasi. Sebagian dari hasil sedimentasi dapat mengalami
proses diagenesa (pembatuan) yang meliputi sementasi dan kompaksi. Hasil
akhir dari proses tersebut dikenal sebagai batuan sedimen. Sedangkan untuk
hasil sedimentasi yang tidak mengalami proses diagenesa hanya dikenal
dengan endapan sedimen. Keterdapatan endapan-endapan sedimen dapat
berupa endapan laterit, endapan sungai, endapan danau, endapan rawa,
endapan delta, endapan placer, endapan laut dan lain sebagainya (Parhusip dan
Rusli, 2015).

Karena cebakan pasir besi selain mengandung mineral-mineral bijih


besi utama tersebut. Dimungkinkan barasosiasi dengan mineral-mineral
mengandung Fe lainnya diantaranya : markasit (FeS), pirhotite (Fe1-xS),
chamosite [Fe2Al2SiO5 (OH)4], wolframite [(Fe,Mn)WO4], kromite
(FeCr2O4); atau juga , mineral-mineral non-Fe yang memberikan nilai
tambah seperti rutile (TiO2), kasiterite (SnO2), monazite [Ce, La, Nd, Th(PO4,
SiO4)], intan, emas (au), platinum (Pt), xenotim (YPO4), zircon (ZrSiO4)
dan lain-lain. Suatu batuan atau mineral ini terbentuk pada zona pelapuk-an
maka asosiasi mineral dalam formasi tersebut juga dipengaruhi faktor-faktor;
stabilitas geokimia dan ketahanan selama transportasi dari meneral-mineral
penyusunnya (Herman, 2007 dalam Parhusip dan Rusli, 2015).
Sejarah tektonik wilayah studi dapat diuraikan dimulai dari jaman Kapur,
yaitu saat Mandala Sulawesi Timur bergerak ke barat mengikuti gerakan
penunjaman kearah barat bagian timur Mandala Sulawesi Barat. Pada awal jaman
Kapur terjadi pemekaran dan pembentukan kerak samudera yang sebagian teralih
tempatkan sampai kala Miosen Tengah menjadi kompleks Ultramafik dan Mafik.
Penunjaman ini juga menyebabkan terbentuknya bancuh tektonik dan sekis
glokofan, dimana pada jaman yang bersamaan juga terjadi pembentukan batuan
metamorf dimana kompleks Pompangeo termasuk di dalamnya. Pada akhir
Miosen Tengah sampai Pliosen terjadi pengendapan sedimen molase secara tidak
selaras pada lingkungan laut dangkal diatas batuan ofiolit dan batuan metamorf
dimana sedimentasi membentuk Formasi Bonga. Setelah itu pada Plio-Pliosen
terjadi tektonik yang diikuti pengangkatan di seluruh daerah hingga
menghasilkan kenampakan seperti sekarang. Periode Holosen sampai saat ini
terus berlangsung terjadi proses pelapukan, pengangkutan dan sedimentasi
membentuk sebaran aluvial.
Berdasarkan hasil pengamatan sifat-sifat fisik batuan di lapangan, endapan
bijih besi di daerah Uekuli dan sekitarnya merupakan bagian dari proses
sedimentasi sehingga dapat dikelompokkan ke dalam tipe endapan batu-besi yang
termasuk dalam Endapan Sedimen dan Metasedimen (Rusli, 2009). Batuan
ultrabasa, pelapukannya terutama serpentinit mengalami dekomposisi dan
akumulasi kimia menghasilkan bijih besi tipe leterit. Bijih besi laterit pada
pelapukan batuan periodotit dan piroksenit disertai pada bongkah bijih besi
berupa hematite/geotit berukuran granule-cobble.
Berdasarkan sebaran bijih besi di lapangan diperoleh data tiga model
sebaran/keterdapatan bijih besi, yaitu :
1. Dalam bentuk lapisan/lensa-lensa bijh besi
2. Dalam bentuk fragmen pada tubuh bancuh
3. Dalam bentuk aluviasi
Keterdapatan dalam bentuk lapisan/lensa-lensa bijih besi, Singkapan dalam
bentuk ini dapat diamati pada banyak tempat di wilayah studi, terutama pada
wilayah dekat kontak antara batuan ultrabasa dengan batuan Formasi Bongka,
seperti halnya teramati pada wilayah di sekitar perbukitan dan pada wilayah aliran
S. Tojo, S. Masalogi, S. Betaua, S. Maetangi, S. Tabango, S. Uekuli dan S.
Nangga. Tubuh lapisan yang mengandung besi umumnya berbentuk lentikular
dengan ketebalan berkisar antara 1 sampai melebihi 5 meter. Tubuh singkapan
yang cukup besar teramati di Bukit Sampoi, dengan ketebalan lapisan melebihi 5
m, dengan indikasi tubuh bukit disusun hampir keseluruhan oleh bijih besi.
Akumulasi bijih secara sekunder (aluviasi), Keterdapatan bijih besi secara
sekunder (aluvial) di wilayah studi dapat teramati pada beberapa wilayah aliran
sungai yang terdapat di sekitar dan di bagian hulu lokasi yang diindikasikan
merupakan tempat mineralisasi primer. Ukuran bijih ini bervariasi dari butiran
halus (lanau) sampai berukuran bongkah (Rusli, 2009).
Keterdapatan dalam bentuk fragmen pada tubuh bancuh, Keterdapatan
dengan model ini sangat umum dijumpai, terutama pada wilayah sungai dimana
singkapan bancuh tersebar cukup luas dan memanjang sepanjang sungai pada
wilayah batas litologi antara batuan ultrabasa dengan Formasi Bongka. Singkapan
ini teramati di S. Tabango, S. Maetangi, S. Betaua, S. Nangga, Anak S. Betaua, S.
Tojo, S. Masalogi. Ukuran fragmen bervariasi mencapai lebih dari 3 m (Rusli,
2009).
Keterdapatan dalam bentuk fragmen pada basal konglomerat, Basal konglomerat
merupakan bagian alas dari Formasi Bongka. Variasi batuan sangat menonjol,
didominasi oleh batuan ultrabasa dan metamorf dan pada beberapa tempat
dijumpai besi yang melimpah, dengan ukuran bervariasi 1 sampai dengan 50 cm.

Gambar 4.1. Mineralisasi keterdapatan bijih besi di lokasi studi (Rusli, 2009).
Akumulasi bijih secara sekunder (aluviasi), Keterdapatan bijih besi secara
sekunder (aluvial) di wilayah studi dapat teramati pada beberapa wilayah aliran
sungai yang terdapat di sekitar dan di bagian hulu lokasi yang diindikasikan
merupakan tempat mineralisasi primer. Ukuran bijih ini bervariasi dari butiran
halus (lanau) sampai berukuran bongkah (Rusli, 2009).
Gambar 4.2. Keterdapatan dalam bentuk fragmen pada tubuh bancuh (Rusli,
2009).
Gambar 4.3. Foto Singkapan bijih besi sebagai fragmen dalam basal
konglomerat (Rusli, 2009).

Wilayah sekitar Desa Uekuli, tempat lokasi penelitian mempunyai


morfologi yang terdiri dari dataran, dan bukit. Morfologi dataran menempati
wilayah bagian barat memanjang dari utara ke selatan dan merupakan kawasan
pesisir pantai, penduduk dan wilayah pertanian penduduk. Di sebelah barat desa
uekuli memiliki morfologi berbukit, yang mana terdapat sumber daya bijih besi
yang ditandai dengan ditemukannya singkapan bijih besi (Asrafil, 2010).

Di desa Uekuli terdapat beberapa sungai kecil diantaranya sungai Uekuli,


sungai Masanese dan sungai Betaua. Sungai-sungai ini relatif sejajar dengan arah
tenggara-baratlaut yang bermuara ke teluk tomini, dengan pola aliran sejajar.
Keberadaan sungai sangat berperan penting sebagai pembawa material sedimen
dari hasil bebatuan yang mengalami pelapukan akibat erosi ataupun proses fisis
lainnya. Daerah muara sungai yang dijadikan lokasi penelitian terdapat pasir besi
dan bongkahan bijih besi yang nampak. Sungai Masanese sendiri tergolong sungai
muda, hanya saja suplai airnya minim sehingga hasil sedimentasinya kurang,
ditambah lagi dengan tipe sungainya yang cenderung sungai tadah hujan (Asrafil,
2010).

Gambar 4.4. Morfologi daerah penelitian (Asrafil, 2010).

Gambar 4.5. Pasir besi di daerah penelitian (Asrafil, 2010).


Gambar 4.6. Peta Geologi Daaerah Penelitian.
Berdasarkan peta geologi lembar Poso, Sulawesi (Simandjuntak, 1997)
daerah penelitian Uekuli dan sekitarnya secara geologis terletak pada Mandala
Geologi Sulawesi Timur dengan startigrafi batuan tersusun atas beberapa formasi
batuan, yang terdiri dari batuan Kompleks Ultramafik, Kompleks Pompangeo,
Formasi Bongka, serta Alluvium dan Endapan Pantai. Kompleks Ultramafik
didominasi batuan ultrabasa dan merupakan bagian dari jalur Ofiolit Sulawesi,
terdiri atas hazburgit, lezorlit, werlit, websterlit, dunit, piroksenit, dan serpentinit.
Kompleks Pompangeo terdiri dari sekis, grafit, batusabak, genes, serpentinit,
kuarsit, batugamping malih, dan setempat breksi. Formasi Bongka terdiri dari
perselingan batupasir, konglomerat, napal, batulempung, dan lignit. Alluvium dan
Endapan Pantai terdapat pada bagian pantai yang berupa pasir, lumpur, kerikil dan
kerakal. Daerah di bagian pantai inilah yang diduga terdapat lapisan endapan pasir
besi, yang mana endapan pasir besi ini bersumber dari pelapukan batuan induk
(bijih besi) yang berasal dari daerah bukit desa Uekuli yang kemudian mengalir
melalui sungai-sungai di sekitarnya dan diendapkan di tepi pantai, seperti yang
teramati di pantai pada muara sungai Masanese yang menjadi lokasi pengukuran
geomagnet. Keberadaan endapan bijih besi dimungkinkan oleh adanya kontak
antara formasi bongka dan kompleks ultramafik yang mengindikasikan adanya
endapan bijih besi di daerah bukit desa Uekuli (Asrafil, 2010).

4.2. Data Pengukuran Resistivitas Listrik


TABEL DATA RESISTIVITAS
(KONFIGURASI WENNER)

No.Titik : 1
Hari/Tanggal : Sabtu 23 Mei 2009
Lokasi : Uekuli
ArahBentangan : 317° NE
Keterangan : ada singkapan bijih besi di patok 18
Posisi : 292469 E, 9844567 S
No a
C1 P1 P2 C2 n k V (mV) I(mA) Rho
. (m)
1 1 2 3 4 1 5 31.4 196 160 38.47
2 2 3 4 5 1 5 31.4 142 165 27.02
3 3 4 5 6 1 5 31.4 179 164 34.27
4 4 5 6 7 1 5 31.4 271 189 45.02
5 5 6 7 8 1 5 31.4 105 102 32.32
6 6 7 8 9 1 5 31.4 127 102 39.10
7 7 8 9 10 1 5 31.4 177 150 37.05
8 8 9 10 11 1 5 31.4 119 104 35.93
9 9 10 11 12 1 5 31.4 115 116 31.13
10 10 11 12 13 1 5 31.4 121 153 24.83
11 11 12 13 14 1 5 31.4 175 263 20.89
12 12 13 14 15 1 5 31.4 189 247 24.03
13 13 14 15 16 1 5 31.4 150 270 17.44
14 14 15 16 17 1 5 31.4 152 320 14.92
15 15 16 17 18 1 5 31.4 134 288 14.61
1 1 3 5 7 2 10 125.6 91 148 77.23
2 2 4 6 8 2 10 125.6 83 95 109.73
3 3 5 7 9 2 10 125.6 90 115 98.30
4 4 6 8 10 2 10 125.6 88 156 70.85
5 5 7 9 11 2 10 125.6 94 182 64.87
6 6 8 10 12 2 10 125.6 106 167 79.72
7 7 9 11 13 2 10 125.6 107 184 73.04
8 8 10 12 14 2 10 125.6 42 105 50.24
9 9 11 13 15 2 10 125.6 37 124 37.48
10 10 12 14 16 2 10 125.6 60 200 37.68
11 11 13 15 17 2 10 125.6 95 278 42.92
12 12 14 16 18 2 10 125.6 76 260 36.71
1 1 4 7 10 3 15 282.6 74 128 163.38
2 2 5 8 11 3 15 282.6 106 183 163.69
3 3 6 9 12 3 15 282.6 100 200 141.30
4 4 7 10 13 3 15 282.6 91 195 131.88
5 5 8 11 14 3 15 282.6 96 202 134.30
6 6 9 12 15 3 15 282.6 55 170 91.43
7 7 10 13 16 3 15 282.6 77 241 90.29
8 8 11 14 17 3 15 282.6 24 103 65.85
9 9 12 15 18 3 15 282.6 28 118 67.06
1 1 5 9 13 4 20 502.4 69 144 240.73
2 2 6 10 14 4 20 502.4 94 198 238.51
3 3 7 11 15 4 20 502.4 90 212 213.28
4 4 8 12 16 4 20 502.4 101 259 195.92
5 5 9 13 17 4 20 502.4 64 200 160.77
6 6 10 14 18 3 20 376.8 48 182 99.38
1 1 6 11 16 5 25 785 78 183 334.59
2 2 7 12 17 5 25 785 79 204 304.00
3 3 8 13 18 5 25 785 70 217 253.23

TABEL DATA RESISTIVITAS


(KONFIGURASI WENNER)

No.Titik : 2
Hari/Tanggal : Sabtu 23 Mei 2009
Lokasi : Uekuli
Arah Bentangan : 317° NE
Keterangan : patok 4-5, 12-18, ada singkapan bijih besi
Posisi : 292317 E, 9844569 S
No a
C1 P1 P2 C2 n k V (mV) I(mA) Rho
. (m)
1 1 2 3 4 1 5 31.4 105 50 65.94
2 2 3 4 5 1 5 31.4 98 43 71.56
3 3 4 5 6 1 5 31.4 136 52 82.12
4 4 5 6 7 1 5 31.4 76 48 49.72
5 5 6 7 8 1 5 31.4 84 33 79.93
6 6 7 8 9 1 5 31.4 87 39 70.05
7 7 8 9 10 1 5 31.4 102 28 114.39
8 8 9 10 11 1 5 31.4 58 30 60.71
9 9 10 11 12 1 5 31.4 110 24 143.92
10 10 11 12 13 1 5 31.4 76 23 103.76
11 11 12 13 14 1 5 31.4 116 33 110.38
12 12 13 14 15 1 5 31.4 75 28 84.11
13 13 14 15 16 1 5 31.4 86 25 108.02
14 14 15 16 17 1 5 31.4 70 30 73.27
15 15 16 17 18 1 5 31.4 91 42 68.03
1 1 3 5 7 2 10 125.6 40 31 162.06
2 2 4 6 8 2 10 125.6 31 25 155.74
3 3 5 7 9 2 10 125.6 44 38 145.43
4 4 6 8 10 2 10 125.6 66 37 224.04
5 5 7 9 11 2 10 125.6 108 61 222.37
6 6 8 10 12 2 10 125.6 38 32 149.15
7 7 9 11 13 2 10 125.6 31 24 162.23
8 8 10 12 14 2 10 125.6 46 21 275.12
9 9 11 13 15 2 10 125.6 64 30 267.95
10 10 12 14 16 2 10 125.6 34 25 170.82
11 11 13 15 17 2 10 125.6 58 44 165.56
12 12 14 16 18 2 10 125.6 52 35 186.61
1 1 4 7 10 3 15 282.6 29 25 327.82
2 2 5 8 11 3 15 282.6 42 37 320.79
3 3 6 9 12 3 15 282.6 35 31 319.06
4 4 7 10 13 3 15 282.6 36 39 260.86
5 5 8 11 14 3 15 282.6 38 35 306.82
6 6 9 12 15 3 15 282.6 45 39 326.08
7 7 10 13 16 3 15 282.6 53 34 440.52
8 8 11 14 17 3 15 282.6 38 26 413.03
9 9 12 15 18 3 15 282.6 51 43 335.18
1 1 5 9 13 4 20 502.4 23 26 444.43
2 2 6 10 14 4 20 502.4 21 26 405.78
3 3 7 11 15 4 20 502.4 32 37 434.51
4 4 8 12 16 4 20 502.4 44 42 526.32
5 5 9 13 17 4 20 502.4 50 49 512.65
6 6 10 14 18 3 20 376.8 59 57 390.02
1 1 6 11 16 5 25 785 24 29 649.66
2 2 7 12 17 5 25 785 29 31 734.35
3 3 8 13 18 5 25 785 49 56 686.88

TABEL DATA RESISTIVITAS


(KONFIGURASI WENNER)

No.Titik : 3
Hari/Tanggal : Sabtu 23 Mei 2009
Lokasi : Uekuli
Arah Bentangan : 317° NE
Keterangan : patok1-6, 8-11, 15-18 ada singkapan bijih besi
Posisi : 292333 E, 9844634 S
a
No
C1 P1 P2 C2 n (m k V (mV) I(mA) Rho
.
)
1 1 2 3 4 1 5 31.4 54 68 24.94
2 2 3 4 5 1 5 31.4 50 43 36.51
3 3 4 5 6 1 5 31.4 91 71 40.25
4 4 5 6 7 1 5 31.4 65 47 43.43
5 5 6 7 8 1 5 31.4 81 51 49.87
6 6 7 8 9 1 5 31.4 122 60 63.85
7 7 8 9 10 1 5 31.4 77 52 46.50
8 8 9 10 11 1 5 31.4 309 163 59.53
9 9 10 11 12 1 5 31.4 236 164 45.19
10 10 11 12 13 1 5 31.4 259 168 48.41
11 11 12 13 14 1 5 31.4 196 137 44.92
12 12 13 14 15 1 5 31.4 145 93 48.96
13 13 14 15 16 1 5 31.4 92 39 74.07
14 14 15 16 17 1 5 31.4 124 91 42.79
15 15 16 17 18 1 5 31.4 67 46 45.73
1 1 3 5 7 2 10 125.6 154 175 110.53
2 2 4 6 8 2 10 125.6 185 243 95.62
3 3 5 7 9 2 10 125.6 154 200 96.71
4 4 6 8 10 2 10 125.6 222 237 117.65
5 5 7 9 11 2 10 125.6 191 204 117.60
6 6 8 10 12 2 10 125.6 249 343 91.18
7 7 9 11 13 2 10 125.6 192 225 107.18
8 8 10 12 14 2 10 125.6 220 233 118.59
9 9 11 13 15 2 10 125.6 116 143 101.89
10 10 12 14 16 2 10 125.6 135 158 107.32
11 11 13 15 17 2 10 125.6 137 155 111.01
12 12 14 16 18 2 10 125.6 311 400 97.65
1 1 4 7 10 3 15 282.6 204 289 199.48
2 2 5 8 11 3 15 282.6 197 260 214.12
3 3 6 9 12 3 15 282.6 207 299 195.65
4 4 7 10 13 3 15 282.6 43 66 184.12
5 5 8 11 14 3 15 282.6 26 39 188.40
6 6 9 12 15 3 15 282.6 26 38 193.36
7 7 10 13 16 3 15 282.6 21 27 219.80
8 8 11 14 17 3 15 282.6 34 38 252.85
9 9 12 15 18 3 15 282.6 55 75 207.24
1 1 5 9 13 4 20 502.4 55 85 325.08
2 2 6 10 14 4 20 502.4 32 50 321.54
3 3 7 11 15 4 20 502.4 24 36 334.93
4 4 8 12 16 4 20 502.4 22 35 315.79
5 5 9 13 17 4 20 502.4 31 55 283.17
6 6 10 14 18 3 20 376.8 39 55 267.19
1 1 6 11 16 5 25 785 24 39 483.08
2 2 7 12 17 5 25 785 29 42 542.02
3 3 8 13 18 5 25 785 29 80 284.56

TABEL DATA RESISTIVITAS


(KONFIGURASI WENNER)

No.Titik : 4
Hari/Tanggal : Minggu, 24 Mei 2009
Lokasi : Uekuli
Arah Bentangan : 317° NE
Keterangan : patok1-3, 10-18 ada singkapan bijihbesi
Posisi : 292346 E, 9844577 S
a V
No. C1 P1 P2 C2 n k I(mA) Rho
(m) (mV)
1 1 2 3 4 1 5 31.4 177 70 79.40
2 2 3 4 5 1 5 31.4 189 72 82.43
3 3 4 5 6 1 5 31.4 91 33 86.59
4 4 5 6 7 1 5 31.4 129 62 65.33
5 5 6 7 8 1 5 31.4 113 72 49.28
6 6 7 8 9 1 5 31.4 50 39 40.26
7 7 8 9 10 1 5 31.4 140 92 47.78
8 8 9 10 11 1 5 31.4 115 84 42.99
9 9 10 11 12 1 5 31.4 87 65 42.03
10 10 11 12 13 1 5 31.4 107 46 73.04
11 11 12 13 14 1 5 31.4 107 42 80.00
12 12 13 14 15 1 5 31.4 59 30 61.75
13 13 14 15 16 1 5 31.4 107 33 101.81
14 14 15 16 17 1 5 31.4 79 39 63.61
15 15 16 17 18 1 5 31.4 62 32 60.84
7 7 9 11 13 2 10 125.6 47 45 131.18
11 11 13 15 17 2 10 125.6 85 75 142.35
10 10 12 14 16 2 10 125.6 57 50 143.18
6 6 8 10 12 2 10 125.6 38 32 149.15
4 4 6 8 10 2 10 125.6 70 58 151.59
5 5 7 9 11 2 10 125.6 75 60 157.00
9 9 11 13 15 2 10 125.6 52 34 192.09
12 12 14 16 18 2 10 125.6 96 62 194.48
8 8 10 12 14 2 10 125.6 67 41 205.25
1 1 3 5 7 2 10 125.6 74 43 216.15
2 2 4 6 8 2 10 125.6 164 92 223.90
3 3 5 7 9 2 10 125.6 113 63 225.28
1 1 4 7 10 3 15 282.6 114 104 309.77
2 2 5 8 11 3 15 282.6 92 81 320.98
3 3 6 9 12 3 15 282.6 51 50 288.25
4 4 7 10 13 3 15 282.6 33 36 259.05
5 5 8 11 14 3 15 282.6 35 35 282.60
6 6 9 12 15 3 15 282.6 25 21 336.43
7 7 10 13 16 3 15 282.6 58 48 341.48
8 8 11 14 17 3 15 282.6 89 84 299.42
9 9 12 15 18 3 15 282.6 82 82 282.60
1 1 5 9 13 4 20 502.4 33 51 325.08
2 2 6 10 14 4 20 502.4 38 42 454.55
3 3 7 11 15 4 20 502.4 25 29 433.10
4 4 8 12 16 4 20 502.4 35 38 462.74
5 5 9 13 17 4 20 502.4 59 63 470.50
6 6 10 14 18 3 20 376.8 29 35 312.21
1 1 6 11 16 5 25 785 39 53 577.64
2 2 7 12 17 5 25 785 66 84 616.79
3 3 8 13 18 5 25 785 49 63 610.56

4.3. Analisa dan Interpretasi


Hasil Inversi dengan menggunakan perangkat lunak RES2DINV
memberikan profil penampang 2D Secara Vertikal yang menunjukkan kedalaman
dan sebaran resistivitas semunya.
Pada lintasan 1 hasil inversi berupa penampang 2D (gambar 4.7) diketahui
bahwa nilai resistivitas bawah permukaan berkisar antara ± 8,88Ωm hingga
49048Ωm. Berdasarkan data geologi di lapangan dan menurut klasifikasi nilai
resistivitas batuan maka ditafsirkan bahwa pada lintas ini terdapat lapisan endapan
bijih besi.
Gambar 4.7. Hasil Inversi pengukuran pada lintasan 1.
Interpretasi untuk setiap lapisan berdasarkan nilai resistivitasnya adalah :
 Nilai resistivitas yang berkisar antara 14322Ωm – 49048Ωm adalah sebagai
endapan bijih besi Limonit.
 Nilai resistivitas Nilai resistivitas yang berkisar antara 357Ωm – 4182Ωm
adalah sebagai endapan bijih besi magnetit.
 Nilai resistivitas Nilai resistivitas yang berkisar antara 8,88Ωm – 104Ωm
adalah sebagai endapan bijih besi hematit.

hematit

magnetit

limonit

Gambar 4.8. Hasil interpretasi lintasan 1

Pada lintasan 2 hasil inversi berupa penampang 2D (gambar 4.9) diketahui


bahwa nilai resistivitas bawah permukaan berkisar antara ± 26,7Ωm hingga
71122Ωm. Berdasarkan data geologi di lapangan dan menurut klasifikasi nilai
resistivitas batuan maka ditafsirkan bahwa pada lintas ini terdapat lapisan endapan
bijih besi.

Gambar 4.9. Hasil Inversi pengukuran pada lintasan 2.


 Nilai resistivitas yang berkisar antara 7468Ωm – 71122Ωm adalah sebagai
endapan bijih besi Limonit.
 Nilai resistivitas Nilai resistivitas yang berkisar antara 784Ωm – 7468Ωm
adalah sebagai endapan bijih besi magnetit.
 Nilai resistivitas Nilai resistivitas yang berkisar antara 26,7Ωm – 254Ωm
adalah sebagai endapan bijih besi hematit.

hematit

magnetit

limonit

Gambar 4.10. Hasil interpretasi lintasan 2.

Pada lintasan 3 hasil inversi berupa penampang 2D (gambar 4.11) diketahui


bahwa nilai resistivitas bawah permukaan berkisar antara ± 16,8Ωm hingga
71435Ωm. Berdasarkan data geologi di lapangan dan menurut klasifikasi nilai
resistivitas batuan maka ditafsirkan bahwa pada lintas ini terdapat lapisan endapan
bijih besi.

Gambar 4.11. Hasil Inversi pengukuran pada lintasan 3.


 Nilai resistivitas yang berkisar antara 6563Ωm – 71435Ωm adalah sebagai
endapan bijih besi Limonit.
 Nilai resistivitas Nilai resistivitas yang berkisar antara 603Ωm – 6563Ωm
adalah sebagai endapan bijih besi magnetit.
 Nilai resistivitas Nilai resistivitas yang berkisar antara 16,8Ωm – 603Ωm
adalah sebagai endapan bijih besi hematit.
hematit

magnetit

limonit

Gambar 4.12. Hasil interpretasi lintasan 3.

Pada lintasan 4 hasil inversi berupa penampang 2D (gambar 4.13) diketahui


bahwa nilai resistivitas bawah permukaan berkisar antara ± 16,8Ωm hingga
71435Ωm. Berdasarkan data geologi di lapangan dan menurut klasifikasi nilai
resistivitas batuan maka ditafsirkan bahwa pada lintas ini terdapat lapisan endapan
bijih besi.

Gambar 4.13. Hasil Inversi pengukuran pada lintasan 4.


 Nilai resistivitas yang berkisar antara 8173Ωm – 78211Ωm adalah sebagai
endapan bijih besi Limonit.
 Nilai resistivitas Nilai resistivitas yang berkisar antara 854Ωm – 8173Ωm
adalah sebagai endapan bijih besi magnetit.
 Nilai resistivitas Nilai resistivitas yang berkisar antara 28,9Ωm – 276Ωm
adalah sebagai endapan bijih besi hematit.

Gambar 4.14. Hasil interpretasi lintasan 4.


BAB V
PENUTUP

5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengukuran geolistrik di desa Uekuli, kecamatan tojo,
kabupaten Tojo una-una maka dapat disimpulkan bahwa
1. Terdapat tiga jenis sumbeerdaya endapan bijih besi di desa Uekuli yaitu
Limonit, Hematit, dan Magnetit.
2. Keterdapatan sumberdaya endapan bijih besi di lokasi penelitian sangat
didukung oleh data geologi yang di ambil dilapangan. Yaitu adanya
singkapan bijih besi sebagai fragmen dalam basal konglomerat.

5.2. Saran
Dalam pengerjaan laporan sebaiknya dilakukan dengan sangat teliti agar
data yang didapat dan dihitung menghasilkan interpretasi yang baik.
DAFTAR PUSTAKA

Sunarya. W., dkk. 2017. IDENTIFIKASI BIJIH BESI (Fe) MENGGUNAKAN


METODA GEOLISTRIK RESISTIVITAS KONFIGURASI WENNER-
SCHLUMBERGER DI KABUPATEN LUWU. Universitas Hasanaudin :
Makassar.
Asrafil, 2010, Aplikasi Metode Geomagnet dalam Penentuan Distribusi Sebaran
Pasir Besi di Desa Uekuli Kabupaten Tojo Una-una, Skripsi Jurusan
Fisika FMIPA UNTAD.
Parhusip, J.A., dan Rusli, M., 2015, Model 3-D Mineral Hematite Berdasarkan
Data Geomagnet di Desa Uekuli Kabupaten Tojo Una-una, Jurnal
Promine, Vol 3(1), Hal. 1-9.
Rusli, M., 2009, Penelitian Potensi Bahan Magnet Alam Di Desa Uekuli
Kecamatan Tojo Kabupaten Tojo Una-una Provinsi Sulawesi Tengah,
Jurnal Sains Materi Indonesia, Hal. 14-19.
Simandjuntak, T.O., Surono, dan Supandjono, J.B., 1991, Peta Geologi Lembar
Poso Skala 1:250.000, Pusat Penelitian Pengembangan Geologi

Anda mungkin juga menyukai