(121810201025)
(121810201027)
(121810201038)
1. Pendahuluan
Magnet atau magnit adalah suatu obyek yang mempunyai suatu medan magnet. Magnet
dapat dibuat dari bahan besi, baja, dan campuran logam serta telah banyak dimanfaatkan untuk
industri otomotif dan lainnya. Sebuah magnet terdiri atas magnet-magnet kecil yang memiliki
arah yang sama (tersusun teratur), magnet-magnet kecil ini disebut magnet elementer. Pada
logam yang bukan magnet, magnet elementernya mempunyai arah sembarangan (tidak teratur)
sehingga efeknya saling meniadakan, yang mengakibatkan tidak adanya kutub-kutub magnet
pada ujung logam. Setiap magnet memiliki dua kutub, yaitu: utara dan selatan. Kutub magnet
adalah daerah yang berada pada ujung-ujung magnet dengan kekuatan magnet yang paling besar
berada pada kutub-kutubnya.
Magnet dapat menarik benda lain, beberapa benda bahkan tertarik lebih kuat dari yang
lain, yaitu bahan logam. Namun tidak semua logam mempunyai daya tarik yang sama terhadap
magnet. Besi dan baja adalah dua contoh materi yang mempunyai daya tarik yang tinggi oleh
magnet. Sedangkan oksigen cair adalah contoh materi yang mempunyai daya tarik yang rendah
oleh magnet. Satuan intensitas magnet menurut sistem metrik Satuan Internasional (SI) adalah
Tesladan SI unit untuk total fluks magnetik adalah weber
(1 weber /m 2=1tesla)
yang
magnetik terdiri atas tiga kategori, yaitu paramagnetik, feromagnteik dan diamagnetik. Masingmasing jenis bahan tersebut memiliki sifat dan karakteristik yang khas dan berbeda-beda. Bahanbahan yang ada di alam semesta masing-masing memiliki sifat-sifat yang khas (karekteristik)
yang dapat dimanfaatkan untuk proses industri. Perkembangan, penemuan dan pemilihan bahanbahan sangat menentukan proses dan hasil suatu industri, karena bahan-bahan memiliki sifat dan
karakteristik yang berbeda-beda dimana sifat dan karakteristik bahan ditentukan oleh struktur
intern penyusun bahan tersebut. Dengan sifat dan karakteristiknya ternyata jenis bahan
feromagnetik paling banyak dipilih sebagai bahan untuk teknik dan industri, seperti pada aplikasi
untuk motor listrik, generator, loadspeaker dan beberapa aplikasi yang lain.
a. Bahan Diamagnetik
Bahan diamagnetik adalah bahan yang resultan medan magnet atomis masing-masing
atom/ molekulya adalah nol, tetapi medan magnet akibat orbit dan spin elektronnya tidak nol
(Halliday & Resnick, 1989). Bahan diamagnetik tidak mempunyai momen dipol magnet
permanen. Jika bahan diamagnetik diberi medan magnet luar, maka elektron-elektron dalam
atom akan mengubah gerakannya sedemikian rupa sehingga menghasilkan resultan medan
magnet atomis yang arahnya berlawanan dengan medan magnet luar tersebut.
Sifat diamagnetik bahan ditimbulkan oleh gerak orbital elektron. Karena atom
mempunyai elektron orbital, maka semua bahan bersifat diamagnetik. Suatu bahan dapat bersifat
magnet apabila susunan atom dalam bahan tersebut mempunyai spin elektron yang tidak
berpasangan. Dalam bahan diamagnetik hampir semua spin elektron berpasangan, akibatnya
< 0
dengan suseptibilitas
105 m3 / kg . Contoh
m <0
medan magnet atomis masing-masing atom saling meniadakan (Halliday & Resnick, 1989). Di
bawah pengaruh medan eksternal, mereka mensejajarkan diri karena torsi yang dihasilkan. Sifat
paramagnetik ditimbulkan oleh momen magnetik spin yang menjadi terarah oleh medan magnet
luar.
Gambar 1. Arah domain-domain dalam bahan paramagnetic sebelum diberi medan magnet luar
Bahan ini jika diberi medan magnet luar, elektron-elektronnya akan berusaha sedemikian
rupa sehingga resultan medan magnet atomisnya searah dengan medan magnet luar. Sifat
paramagnetik ditimbulkan oleh momen magnetik spin yang menjadi terarah oleh medan magnet
luar.
Gambar 2. Arah domain dalam bahan paramagnetic setelah diberi medan magnet luar
Dalam bahan ini hanya sedikit spin elektron yang tidak berpasangan, sehingga bahan ini
sedikit menarik garis-garis gaya. Dalam bahan paramagnetik, medan B yang dihasilkan akan
lebih besar dibanding dengan nilainya dalam hampa udara. Suseptibilitas magnet dari bahan
> 0
10
sampai
10
m /Kg ,
m 0
dengan suseptibilitas
ferromagnetik akan hilang pada temperatur Currie. Temperatur Currie untuk besi lemah adalah
770o C
o
dan untuk baja adalah 1043 C .
Sifat bahan ferromagnetik biasanya terdapat dalam bahan ferit. Ferit merupakan bahan
dasar magnet permanen yang banyak digunakan dalam industri- industri elektronika, seperti
dalamloudspeaker, motor-motor listrik,dynamo dan KWH- meter.
Bahan ferromagnetik mula-mula memiliki magnetisasi nol pada daerah yang bebas
medan magnetik, bila mendapat pengaruh medan magnetik yang lemah saja akan memperoleh
magnetisasi yang besar. Jika diperbesar medan magnetnya, akan makin besar pula
magnetisasinya. Eksperimen menunjukkan bila medan magnetik ditiadakan, magnetisasi bahan
tidak kembali menjadi nol. Jadi bahan ferromagnetik itu dapat mempunyai magnetisasi walaupun
tidak ada medan, sehingga bahan dikatakan memiliki magnetisasi spontan. Di atas temperatur
Curie, ferromagnetik berubah menjadi paramagnetik
mencapai nilai nol di titik Hc. Titik Hc ini disebut sebagai gaya koersif atau koersivitas bahan
yaitu besarnya medan magnet atau intensitas H yang diperlukan unrtuk mengembalikan rapat
fluk magnetik menjadi nol. Apabila siklus ini diteruskan maka akan didapat kurva dengan bentuk
simetris yang dikenal dengan fenomena histeresis seperti pada Gambar 1 di atas.
Dari kurva histeresis dapat diketahui besarnya koersivitas bahan Hc, remanensi bahan Br
dan permeabilitas bahan yang besaran-besaran tersebut menentukan sifat dan karakteristik
kemagnetan suatu bahan.
3. Perilaku Magnetik
B=H
B=0 H + 0 M
=suseptibilitas magnetik
B=0 H + 0 M
B=0 H ( 1+ )=H
0 (1+ )=
( 1+ )=
=r
0
r =permitivitas relatif
H = medan magnet
M = magnetisasi
Perubahan dengan
Perilaku
Tipe nilai
mningkatnya
temperatur
Diamagnetisme
8 106 untuk Cu
paramagnetisme
Paramagnetisme
8.3 10
pauli
Ferromagnetisme
5 103 untuk Fe
antiferromagnetisme
untuk Mn
0 sampai 10
Ketergantunga
n medan ?
Tidak ada
Tidak
menurun
Tidak
Tidak ada
Tidak
Menurun
Iya
meningkat
iya
ketergantungan medan
negative
Nilai absolute : material ferromagnetic menunjukkan nilai positif yang sangat
besar.
Ketergantungan temperature : diamagnetic tidak tergantung pada temperature,
material antiferromagnetik meningkat dengan meningkatnya temperature dan
paramagnetik dan material ferromagnetic menurun dengan meningkatnya
temperature.
Ketergantungan medan : hanya bahan ferro dan antiferromagnetik yang
tergantungan pada medan.
5. Efek Temperature
C
T
Tidak ada interaksi spontan di antara electron tidak berpasangan yang berdekatan. Dengan
meningkatnya temperature penjalaran lebih sulit dan menurun.
Bahan paramagnetic menunjukkan beberapa magnetic (ferromagnetic) :
Hukum Curie-Weiss
=
C
T
=konstanta Weiss
6.
Medan B
. B=0
' .'
, operator vector
artinya
( x , y , z )
Bx B y Bz
merupakan divergnsi (div) suatu vector. Scalar produk . B= x , y , z
. B=0
B . dA=0
S
hukum Gauss
diberikan oleh persamaan Maxwell yang mana dapat juga dituliskan dalam bentuk titik atau
dalam bentuk integral. Kita mengasumsikan tidak ada variasi. Contoh : magnetostatis
B=o j
B . dl=o
3
Dalam bentuk turunan B=( o / 4 ) Ir l /r
loop
, hokum ampere
Hukum biosavart
7. Medan H
Berbeda dengan magnet padat yang mana rapat arus j berasal dari konstribusi dari arus dalam
rangkaian eksternal
jo
yang menciptakan magnetisasi bahan (arus tidak dapat diukur). Hubungan di antara
Jm
Jm
dan
M yaitu
H=
M =J m
dan
B=o ( J 0 + J m )
. Karena
( B M )= J
0
maka
( B M )
0
Atau
B=0 ( H + M )
Hokum Ampere untuk medan H tidak tergantung pada arus
JM
H=J 0
atau dalam
H .dI = I 0
bentu integral
loop
8. Momen Magnetik
Semua magnet dapat dihubungkan terhadap arus listrik
Tidak ada kutub magnet
Momen magnetic
( )
tidak berpasangan. Bila terdapat dua buah kutub magnet yang berlawanan
terpisah sejauh l, maka besarnya momen magnetiknya
+m
dan
(
M ) adalah
M =m/ r^
dengan
r^
kutub positif. Arah momen magnetik dari atom bahan non magnetik adalah acak sehingga
momen magnetik resultannya menjadi nol. Sebaliknya di dalam bahan-bahan magnetik, arah
momen magnetik atom-atom bahan itu teratur sehingga momen magnetik resultan tidak nol.
gauss . cm
A .m
eh
4 mc
e = muatan electron
h = konstanta Plank
m = massa electron
c = kecepatan cahaya
momen magnetic electron tunggal :
s =g s ( s +1 )
s =1.73 BM
g = perbandingan gyromagnetik-2 (untuk momen magnetic spin electron)
s = bilangan quantum spin
S = penjumlahan bilangan quantum spin 1 elektron tidak berpasangan
s =g s ( s +1 )
I=
ev
2 r
1/ 2
m=IA=
ev
r =(
r
( ev
2 r )
2 )
2
Pada teori quantum Bohr, momentum sudut orbital L dikuantisasi dalam satuan
34
J .s
h
, 1.055 1034 J . s
2
m=ml
( 2em )=m
l
I =r me v
satuannya J
Besaran
e
2 me
B =9.274 1024 A m2
Jumlah electron
Ion
yang tidak
S (cale)
S +L(cale )
(observed )
berpasangan
4 +
V
1.73
3.00
3+
2.83
4.47
3+
Cr
3.87
5.20
1.8
2.8
3.8
2+
Mn
5 (spin tinggi)
5.92
5.92
3+
Fe
5 (spin tinggi)
5.92
5.92
2+
Fe
4 (spin tinggi)
4.90
5.48
3+
Co
4 (spin tinggi)
4.90
5.48
2+
Co
3 (spin tinggi)
3.87
5.20
4.1-5.2
2+
2.83
4.47
2.8-4.0
2+
Cu
1.73
3.00
1.7-2.2
5.9
5.9
5.1-5.5
5.4
11. Magnetisasi
Di hadapan medan magnet, bahan menjadi bermagnet; yang mana pengujian yang sangat
kecil sekaliitu akan ditemukan untuk mengetahui banyaknya dipole yang sangat kecil, dengan
penjajaran selama beberapa arah. Kita telah mendiskusikan dua mekanisme yang menghitung
untuk polarisasi magnetik ini: (1) paramagnetism (dipole berasosiasi dengan putaran elektron
tidak berpasangan mengalami torsi mendekati garisnya yang sejajar terhadap medan) dan (2)
diamagnetik (kecepatan orbit elektron diubah dalam beberapa cara untuk mengubah momen
orbital dipole dalam arah berlawanan terhadap medan). Kita menggambarkan keadaan polarisasi
magnetik dengan besaran vektor :
M magnetik dipole per unit volume
M disebut magnetisasi; itu bermain aturan analogous terhadap polarisasi P dalam elektrostatik.
Magnetisai (kemagnetan) tidak dapat dipisahkan dari mekanika kuantum. Momen dipole
magnet (momen magnet) untuk sebuah atom bebas berasal dari 3 sumber utama yaitu spin
electron, orbit electron dan perubahan momen magnet orbit yang diinduksi oleh medan magnet
luar.
Magnetisasi (M) didefinisikan sebagai momen dipole magnet ( ) per satuan volume (V)
maka :
M=
B
, sedangkan untuk superkonduktor M =
V
4
Bila suseptibilitas medan magnet (daya tembus medan magnet) per satuan volume didefinisikan
(X)
=
=
cgs
B VB
= 0
= 0
MKS
B
VB
B /4 1
=
B
4
dan
dan tidak
ada memon. Hanya electron yang tidak berpasangan yang kulitnya tidak terisi yang
mempunyai momen. Kemagnetan pada zat padat cenderung dirusak oleh interaksi kimia
pada electron luar :
+ Cl
Na
6
kedua ion yaitu 2 p
Formasi iktan d dan s dalam metal. Ikatan s tidak mempunyai momen. Ikatan d mungkin
mempunyai 1 jika mereka dekat. Nikel mempunyai konfigurasi
3d yang tidak berpasangan, m=0.6
Fe
ferromagnet
2.2
YF e 2
ferromagnet
1.45
Fe
antiferromagnet
Tidak stabil
YF e 2 Si 2
Pauli paramagnet
0
1
B
0 m
Tetapi custom dictate yang mana itu dituliskan dalam bentuk H debagai ganti B :
M = m H
Konstanta kesebandingan
dimensi yang berubah-ubah dari satu zat ke zat yang lainnya-positif untuk paramagnet dan
negative untuk diamagnet.
Gambar 6. Histeris material magnet (a) Material Lunak (b) material keras
Diagram histeresis di atas menunjukkan kurva histeresis untuk material magnetic lunak
pada gambar (a) dan material magnetic keras pada gambar (b). H adalah medan magnetik yang
diperlukan untuk menginduksi medan berkekuatan B dalam material. Setelah medan H
ditiadakan, dalam specimen tersisa magnetisme residual Br, yang disebut residual remanen, dan
diperlukan medan magnet Hc yang disebut gaya koersif, yang harus diterapkan dalam arah
berlawanan untuk meniadakannya. Magnet lunak mudah dimagnetisasi serta mudah pula
mengalami demagnetisasi, seperti tampak pada Gambar 6 Nilai H yang rendah sudah memadai
untuk menginduksi medan B yang kuat dalam logam, dan diperlukan medan Hc yang kecil untuk
menghilangkannya.
Magnet keras adalah material yang sulit dimagnetisasi dan sulit di demagnetisasi. Karena
hasil kali medan magnet (A/m) dan induksi (V.det/m2) merupakan energi per satuan volume, luas
daerah hasil integrasi di dalam loop histerisis adalah sama dengan energi yang diperlukan untuk
satu siklus magnetisasi mulai dari 0 sampai +H hingga Hsampai 0. energi yang dibutuhkan
magnet lunak dapat dapat diabaikan; medan magnet keras memerlukan energi lebih banyak
sehingga pada kondisi-ruang, demagnetisasi dapat diabaikan. Dikatakan, magnetisasi permanen
15. Sifat-Sifat Magnet
Sifat-sifat kemagnetan suatu bahan dapat diperlihatkan dalam kurva histerisis yaitu kurva
hubungan intensitas magnet (H) terhadap medan magnet (B). Seperti ditunjukkan pada gambar 7
merupakan kurva histerisis pada saat magnetisasi.
Pada gambar 7 di atas tampak bahwa kurva tidak berbentuk garis lurus sehingga dapat
dikatakan bahwa hubungan antara B dan H tidak linier. Dengan kenaikan harga H, mula-mula B
turut naik cukup besar, tetapi mulai dari nilai H tertentu terjadi kenaikan nilai B yang kecil dan
makin lama nilai B akan konstan. Harga medan magnet untuk keadaan saturasi disebut dengan
Bs atau medan magnet saturasi. Saturasi magnetisasi adalah keadaan dimana terjadi kejenuhan,
nilai medan magnet B akan selalu konstan walaupun medan eksternal H dinaikkan terus. Bahan
yang mencapai saturasi untuk harga H rendah disebut magnet lunak seperti yang ditunjukkan
kurva (a). Sedangkan bahan yang saturasinya terjadi pada harga H tinggi disebut magnet keras
seperti yang ditunjukkan kurva (c). Sesudah mencapai saturasi ketika intensitas magnet H
diperkecil hingga mencapai H = 0, ternyata kurva B tidak melewati jalur kurva semula. Pada
harga H = 0, medan magnet atau rapat fluks B mempunyai harga Br 0 seperti ditunjukkan pada
kurva histerisis pada gambar 7. Harga Br ini disebut dengan induksi remanen atau remanensi
bahan. Remanen atau ketertambatan adalah sisa medan magnet B dalam proses magnetisasi pada
saat medan magnet H dihilangkan, atau remanensi terjadi pada saat intensitas medan magnetik H
berharga nol dan medan magnet B menunjukkan harga tertentu.
Pada gambar 8 tampak bahwa setelah harga intensitas magnet H = 0 atau dibuat negatif
(dengan membalik arus lilitan), kurva B(H) akan memotong sumbu pada harga Hc. Intensitas Hc
inilah yang diperlukan untuk membuat rapat fluks B=0 atau menghilangkan fluks dalam bahan.
Intensitas magnet Hc ini disebut koersivitas bahan. Koersivitasdigunakan untuk membedakan
hard magnet atau soft magnet. Semakin besar gaya koersivitasnya maka semakin keras sifat
magnetnya. Bahan dengan koersivitas tinggi berarti tidak mudah hilang kemagnetannya.Untuk
menghilangkan kemagnetannya diperlukan intensitas magnet H yang besar. Bila selanjutnya
harga diperbesar pada harga negatif sampai mencapai saturasi dan dikembalikan melalui nol,
berbalik arah dan terus diperbesar pada harga H positif hingga saturasi kembali, maka kurva
B(H) akan membentuk satu lintasan tertutup yang disebut
mempunyai koersivitas tinggi kemagnetannya tidak mudah hilang. Bahan seperti itu baik untuk
membuat magnet permanen.
16. Aplikasi
a. Transformator atau inti motor : merupakan material magnetic lemah, hysteresis rendah
dan hilangnya arus eddy