Anda di halaman 1dari 6

HUKUM BIOT-SAVART

Medan magnetik akan timbul pada penghantar yang dialiri arus listrik. Konsep ini telah diteliti oleh
ilmuwan asal Denmark, yaitu Hans Christian Oersted (1777-1851). Dari hasil penelitiannya, Oersted
mengemukakan bahwa jika sebuah magnet didekatkan pada suatu penghantar yang dialiri arus listrik,
maka magnet tersebut akan menyimpang (terjadi simpangan). Penyimpangan ini dibuktikan dengan
bergeraknya jarum kompas saat didekatkan pada sebuah kawat yang berarus.

Medan magnetik merupakan besaran vektor, sehingga memilki besar dan arah. Vektor medan
magnetik diberi simbol B, sedangkan besar medan magnetik diberi simbol B. Arah medan magnetik
dapat ditentukan dengan kaidah tangan kanan, yaitu ibu jari menunjukkan arah arus listrik dan keempat
jari lainnya menunjukkan arah medan magnetik. Satuan medan magnetik adalah Tesla (T), dengan 1 T =
1 N.s/C.m.

Lalu, bagaimana kalian menghitung besar medan magnetik yang ditimbulkan oleh arus listrik
tersebut? Penelitian Oersted tentang medan magnetik dilanjutkan oleh ilmuwan lain yang bernama Jean
Baptiste Biot dan Felix Savart. Keduanya dapat menentukan besarnya medan magnetik yang ditimbulkan
oleh kawat berarus pada suatu jarak tertentu. Temuan ini dikenal sebagai hukum Biot-Savart. Hukum
Biot-Savat merupakan persamaan yang digunakan untuk menghitung medan magnetik yang dihasilkan
oleh kawat berarus listrik. Berikut ini merupakan beberapa penggunaan hukum Biot-Savart.

📣 Hukum Biot-Savart untuk medan magnetik yang ditimbulkan oleh elemen arus

Hukum ini digunakan untuk menentukan medan magnetik B di sembarang titik P pada sebuah kawat.
Biot dan Savart menyatakan bahwa besar medan magnetik:

🎯 berbanding lurus dengan arus listrik (I);

🎯 berbanding lurus dengan panjang elemen kawat penghantar (dl);

🎯 berbanding terbalik dengan kuadrat jarak antara titik itu ke elemen kawat penghantar (r2);

🎯 berbanding lurus dengan sinus sudut antara arah arus dan garis penghubung titik itu ke

elemen kawat penghantar.

Secara matematis, dirumuskan sebagai berikut.

Dalam bentuk vektor, persamaan tersebut dapat ditulis menjadi:


Keterangan:

dB = perubahan medan magnet dalam tesla ( T );

μo = permeabilitas ruang hampa (4π x 10-7 Wb/A.m);

I = kuat arus listrik (A);

dl = perubahan elemen panjang (m);

θ = sudut antara elemen berarus dan jarak ke titik yang ditentukan besar medan magnetiknya; dan

r = jarak titik P ke elemen panjang (m).

Untuk menghitung medan magnetik total di sembarang titik yang ditimbulkan oleh kawat berarus
listrik, kalian dapat mengintegralkan persamaan di atas yang mencangkup semua elemen kawat dl,
sehingga:

📣 Hukum Biot-Savart untuk medan magnetik yang ditimbulkan oleh kawat lurus panjang berarus listrik

Besarnya medan magnetik di sekitar kawat lurus berarus listrik, dipengaruhi oleh besarnya kuat arus
listrik dan jarak titik tinjauan terhadap kawat. Semakin besar kuat arus, semakin besar kuat medan
magnetiknya. Sebaliknya, semakin jauh jaraknya terhadap kawat, semakin kecil kuat medan
magnetiknya. Berdasarkan hukum Biot-Savart, besarnya medan magnetik di sekitar kawat lurus yang
panjang dan berarus listrik dirumuskan sebagai berikut.

Jika terdiri dari N lilitan kawat, maka medan magnetiknya adalah

Keterangan:

B = medan magnetik dalam tesla (T);

μ0 = permeabilitas ruang hampa;

I = kuat arus listrik (A); dan


a = jarak titik P dari kawat (m)

🍩 Contoh soal

Seutas kawat tembaga dengan panjang 1 cm dialiri arus listrik 125 A. Berapakah perubahan medan
magnetik di sebuah titik yang berjarak 1,2 m dari kawat jika titik itu adalah titik P yang arahnya tegak
lurus elemen kawat?

Diketahui:

μ0 = 4π x 10-7 Wb/A.m

dl = 10-2 m

r = 1,2 m

I = 125 A

Ditanyakan: dB?

Jawab:

Panjang elemen kawat 1 cm lebih kecil daripada jarak antara titik sumber dan titik P, sehingga kalian
dapat menggunakan persamaan berikut.

θ adalah 90o, sehingga didapatkan:

Jadi, perubahan medan magnetik di titik P adalah 86,8 x 10-9 T.

C. HUKUM BIO-SAVART
Pada saat Hans Christian Oersted mengadakan percobaan untuk mengamati hubungan antara kelistrikan
dan kemagnetan, ia belum sampai menghitung besarnya kuat medan magnet di suatu titik di sekitar
kawat berarus. Perhitungan secara matematik baru dikemukakan oleh ilmuwan dari Prancis yaitu Jean
Bastiste Biot dan Felix Savart. Berdasarkan hasil eksperimennya tentang pengamatan medan magnet di
suatu titik P yang dipengaruhi oleh suatu kawat penghantar dl, yang dialiri arus listrik I diperoleh
kesimpulan bahwa besarnya kuat medan magnet (yang kemudian disebut induksi magnet yang diberi
lambang B) di titik P :

a. Berbanding lurus dengan kuat arus listrik (I).

b. Berbanding lurus dengan panjang kawat (dl).

c. Berbanding terbalik dengan kuadrat jarak antara titik P ke elemen kawat penghantar (r).

d. Sebanding dengan sinus sudut apit θ antara arah arus dengan garis hubung antara titik P ke elemen
kawat penghantar.

Pernyataan tersebut dikenal dengan hukum Biot-Savart yang secara matematik dapat dinyatakan dalam
persamaan :

dengan :

dB = Induksi magnet di titik P (Wb/m2 atau Tesla)

I = kuat arus listrik (A)

dl = panjang elemen kawat berarus (m)

θ = sudut antara arah I dengan garis hubung P ke dl

k = = bilangan konstanta = 10-7 Wb A-1m-1

r = jarak dari P ke dl (m)

Ilmuwan mengatakan bahwa ruang disekitar kawat berarus listrik berubah menjadi medan magnetik.
Arus listrik menimbulkan medan magnetik di sekitar kawat berarus listrik.
http://teknikfisikaku.blogspot.com/2017/11/hukum-hukum-pada-kemagnetan.html?m=1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Magnet adalah suatu obyek yang mempunyai medan magnet. Pada saat ini, suatu magnet
adalah suatu materi yang mempunyai suatu medan magnet. Materi tersebut bisa dalam wujud magnet
tetap atau wujud tidak tetap. Magnet yang ada sekarang ini hampir semuanya adalah magnet buatan.

Magnet selalu memiliki dua kutub yaitu: kutub utara (north/ N) dan kutub selatan (south/ S).
Walaupun magnet itu dipotong-potong, potongan magnet kecil tersebut akan tetap memiliki dua kutub.

Magnet dapat menarik benda lain. Beberapa benda bahkan tertarik lebih kuat dari yang lain,
yaitu bahan logam. Namun tidak semua logam mempunyai daya tarik yang sama terhadap magnet. Besi
dan baja adalah dua contoh materi yang mempunyai daya tarik yang tinggi oleh magnet. Sedangkan
oksigen cair adalah contoh materi yang mempunyai daya tarik yang rendah oleh magnet.

B. Rumusan Makalah

Mengetahui lebih jauh tentang Medan magnetik Bumi

C. Tujuan Penulisan
Makalah ini dibuat dengan tujuan untuk meningkatkan pemahaman mahasiswa tentang hal-hal
yang berkaitan dengan medan magnet di bumi

BAB II

PEMBAHASAN

Pada tahun 1893 Gauss pertama kali melakukan analisa harmonik dari medan magnetik bumi untuk
mengamati sifat-sifatnya. Analisa selanjutnya yang dilakukan oleh para ahli mengacu pada kesimpulan
umum yang dibuat oleh Gauss yaitu :

1. Intensitas medan magnetik bumi hampir seluruhnya berasal dari dalam bumi

2. Medan yang teramati di permukaan bumi dapat didekati dengan persamaan harmonik yang
pertama yang berhubungan dengan potensial dwi kutub di pusat bumi. Dwi kutub Gauss ini mempunyai
kemiringan 11.5o terhadap sumbu geografi.

Medan magnet bumi terkarakterisasi oleh parameter fisis atau disebut juga elemen medan magnet
bumi (gambar 3), yang dapat diukur yaitu meliputi arah dan intensitas kemagnetannya. Parameter fisis
tersebut meliputi :

Deklinasi (D), yaitu sudut antara utara magnetik dengan komponen horizontal yang dihitung dari utara
menuju timur.

Inklinasi(I), yaitu sudut antara medan magnetik total dengan bidang horizontal yang dihitung dari bidang
horizontal menuju bidang vertikal ke bawah.

Intensitas Horizontal (Bh), yaitu besar dari medan magnetik total pada bidang horizontal.

Medan magnetik total (B), yaitu besar dari vektor medan magnetik total.

Anda mungkin juga menyukai