Anda di halaman 1dari 31

TEKNIK PRODUKSI NO : TP 04.

01
JUDUL : PERENCANAAN PERFORASI Halaman : 1 / 31
SUB JUDUL : Penentuan Panjang Selang Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
Perforasi

PENENTUAN PANJANG SELANG PERFORASI

1. TUJUAN
Menentukan panjang selang perforasi dan posisinya agar diperoleh laju produksi minyak yang
optimum tanpa terjadi water dan gas coning.

2. METODE DAN PERSYARATAN


2. 1. METODE
• Metode analitis-grafis dari Chierici et. al
• Metode analitis-grafis Chaney
• Metode Pirson
• Metode Abbas

2. 2. PERSYARATAN
Tidak ada persyaratan khusus.

3. LANGKAH KERJA
3. 1 LANGKAH KERJA METODE CHIERICI
1. Siapkan data yang diperlukan :
a. Tebal zone minyak, h (ft)
b. Jari-jari pengurasan sumur, re (ft)
c. Permeabilitas efektif minyak pada arah vertikal dan horizontal, kvo, kho (md)
d. Massa jenis minyak, air dan gas, ρo, ρw, ρg (gr/cc)
e. Faktor volume formasi minyak, Bo (bbl/STB)
f. Viskositas minyak, µo (cp)
2. Misalkan harga selang perforasi b ft.
3. Nyatakan harga selang perforasi sebagai fraksi tebal zone minyak (= h ft):
b
ε=
h
4. Hitung parameter jari-jari pengurasan rDE dengan persamaan:

re k vo
rDE =
h k ho

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK PRODUKSI NO : TP 04.01
JUDUL : PERENCANAAN PERFORASI Halaman : 2 / 31
SUB JUDUL : Penentuan Panjang Selang Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
Perforasi

dengan re = Jari-jari pengurasan sumur (ft)


kvo = permeabilitas efektif minyak pada arah vertikal, mD.
kho = permeabilitas minyak pada arah horizontal, mD.
∆ρ og
5. Hitung , yaitu perbandingan antara selisih massa jenis minyak dan gas, serta selisih massa
∆ρ wo

jenis air dan minyak.


∆ρ og
6. Dengan harga rDE dan , dapatkan harga-harga Yg dan δg dari grafik fungsi untuk berbagai harga
∆ρ wo

pada Lampiran C. Apabila tidak tersedia grafik untuk harga rDE hasil perhitungan, maka kedua
besaran tersebut diperoleh dari hasil interpolasi linier dari dua harga tersebut untuk rDE yang paling
mendekati.
7. Hitung δw = 1 - ε - δg.
8. Dengan menggunakan grafik korelasi pada Lampiran , tentukan harga ψ w.
9. Hitung laju produksi maksimum tanpa terjadi water coning dengan persamaan :
 ∆ρ k 
qow = 0.003073 h 2 wo × ho  ×ψ w STB/hari
 Bo kvo 

Laju produksi maksimum tanpa terjadi gas coning :


 ∆ρ og k ho 
qow = 0.003073 h 2 ×  ×ψ w STB/hari
 Bo kvo 

dengan µo = viskositas minyak, cp


Bo = faktor volume formasi minyak, bbl/STB
Secara teoritis bila terdapat tudung gas dan aquifer bersama-sama, maka qoptimum = qow = qog
10. Ulangi perhitungan untuk berbagai kemungkinan harga interval perforasi atau harga-harga ε yang
lain.
11. Bandingkan qoptimum untuk berbagai interval perforasi dari hasil perhitungan dengan q yang
diharapkan (qactual dari pengalaman lapangan).
Bila informasi tidak tersedia, laju produksi maksimum dengan penetrasi ε dapat dihitung dari
formula berikut :
h × k ro ∆Pmax
qo = αF1F2 Fsk ×
µ o ×B o ln re / rw
qo = laju aliran minyak harian (cu m/D atau STB/D)
Manajemen Produksi Hulu
TEKNIK PRODUKSI NO : TP 04.01
JUDUL : PERENCANAAN PERFORASI Halaman : 3 / 31
SUB JUDUL : Penentuan Panjang Selang Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
Perforasi

α = tetapan (52.52×10-3 untuk metric units, 7.08×10-3 untuk American units).


F1 = faktor untuk memperhitungkan pengaruh perforasi 11)
F2 = faktor untuk memperhitungkan pengaruh penetrasi 12)
Fsk = faktor komplesi yang tergantung dari besarnya formation damage.
∆pmax = α’(ρw-ρo)D
α’ = 0.1 bila ∆p (kg/cm2), D (meter), ρ (gr/cc), 0.433 bila ∆p (psi), D (ft), ρ (gr/cc).
D = kedalaman

12. Dari qoptimum yang dipilih (yaitu q dengan selisih antara hasil perhitungan dan kenyataannya paling
kecil), sehingga diperoleh program perencanaan perforasi, dengan:
- jarak dari puncak zone minyak hingga puncak perforasi:
Lg = δg × h (ft)
- jarak dari alas zone minyak ke alas perforasi :
= h - Lg - b (ft)
- Selang perforasi = b (ft).

3.2 LANGKAH KERJA METODE PIRSON


1. Siapkan data permeabilitas minyak, ko, dan data PVT (µo, Bo, ρo dan ρw) serta data geometri
sistem reservoir (h, D, rw dan re).
2. Dengan menggunakan persamaan
( ρ w − ρ o )k o
q o max = 0.001535 (h 2 − D 2 )
Bo µ o ln ( re rw )
masukkan data PVT dan geometri sistem reservoir.
3. Bandingkan harga hasil perhitungan diatas dengan laju produksi yang dikenakan terhadap
sumur. Jika laju produksi sumur lebih besar dari hasil perhitungan maka sumur akan
memproduksikan air kepermukaan.

3.3 LANGKAH KERJA METODE CHANEY


1. Tentukan batas air minyak
2. Tentukan jarak antar puncak perforasi dengan puncak lapisan pasir.
3. Tentukan tebal interval zona minyak.

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK PRODUKSI NO : TP 04.01
JUDUL : PERENCANAAN PERFORASI Halaman : 4 / 31
SUB JUDUL : Penentuan Panjang Selang Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
Perforasi

4. Tentukan panjang interval perforasi.


5. Pilih kurva standar dari Chaney yang sesuai, jika tidak ada yang cocok bisa dilakukan
interpolasi linear.
6. Koreksi harga qkurva dengan persamaan :
• Untuk water coning dalam sistem minyak-air
0.00333k o × ∆ρ ow × q kurva
q o max =
µ o Bo
• Untuk water coning dalam sistem gas-air
0.00333k g × ∆ρ gw × qkurva
q g max =
µ g Bg
• Untuk gas coning dalam sistem minyak-gas
0.00167 ko × ∆ρ og × qkurva
qo max =
µo Bo

3.4 LANGKAH KERJA METODE H.H. ABBAS


Langkah-langkah perhitungan metode Abbas :
1. Tentukan kondisi geometri sumur dan sifat fluida maupun batuan.
2. Hitung qc dengan persamaan :
3.07 k h ∆z (γ w − γ o )(ho − ∆N − ∆z )
qc =
 r12 r 1
µ o Bo  ln 1 − 
 r1 − rw rw 2 
2 2

3. Bandingkan hasil perhitungan dengan laju alir dilapangan. Jika laju alir di lapangan lebih besar
maka coning telah terjadi pada sumur tersebut.

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK PRODUKSI NO : TP 04.01
JUDUL : PERENCANAAN PERFORASI Halaman : 5 / 31
SUB JUDUL : Penentuan Panjang Selang Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
Perforasi

4. DAFTAR FUSTAKA
1. Allen T.O and Roberts A.P.: "Well Completions, Work Over and Stimulation", Oil and Gas
Consultants International Inc., Tulsa, 1978.
2. Buzade, Jr. L.E. et al: "Production Operation Course I Well Completion", SPE of AIME, Texas,
1972.
3. Chierici, G.L. et al: "A Systematic Study of Gas and Water Coning by Potentiometric Models",
Trans AIME, 1964.
4. Frick, T.C.: "Petroleum Production HandBook", Trans., AIME, 1964.
5. Schwartz, D.H.: "Successful Sand Control Design for High Rate Oil and Water Wells", SPE of
AIME, Texas, 1971.
6. "Well Completion Methods", Petroleum Extension Services, Texas, 1971.
7. "Well Completions", Oil and Gas Journal and The Petroleum Publishing Company, Tulsa, 1964.
8. "Well Completion and Workover HandBook", Gulf Publishing Company, Texas, 1969.
9. "Esso Production Research",
10. Lynch: "Formation Evaluation", Harper & Row, 1982.
11. McDowell, J. and Muskat, M.: "The Effect on Well Productivity of Formation Penetration Beyond
Perforated Casing", Trans. AIME (1950) 189, p. 309.
12. Muskat, M.: "Physical Principles of Oil Production", McGraw-Hill Book Co., Inc., NY, (1949), pp.
210-214.
13. Abbas, H.H.: “The Critical Production Rate in Water – Coning System“, SPE 17311, presentation
at the SPE Permian Basin and Gas Recovery Conference held in Midland, Texas, 1988.

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK PRODUKSI NO : TP 04.01
JUDUL : PERENCANAAN PERFORASI Halaman : 6 / 31
SUB JUDUL : Penentuan Panjang Selang Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
Perforasi

5. DAFTAR SIMBOL
b = selang perforasi , ft.
h = tebal zone minyak, ft.
b
ε = selang perforasi dalam fraksi tebal zone minyak (= )
h
Lw = jarak WOC ke dasar selang perforasi, ft.
Lg = jarak GOC ke puncak perforasi, ft
Lw
δw =
h
qow = laju alir kritis, tanpa water coning, STB/hari
qog = laju alir kritis, tanpa gas coning STB/hari
qoptimum = laju alir optimum, STB/hari
re = jari jari pengurasan sumur, ft
kvo = permeabilitas efektif minyak pada arah vertikal, mD
kho = permeabilitas efektif minyak pada arah horisontal, mD
rDE = jari tak berdimensi, didefinisikan sebagai :

re k vo
rDE =
h k ho

ρo = massa jenis minyak


ρw = massa jenis air
ρg = massa jenis gas
∆ρog = selisih massa jenis minyak dan gas
∆ρwo = selisih massa jenis minyak dan air
Bo = faktor volume formasi, bbl/STB
µo = viskositas minyak, cp
ψ = fungsi tak berdimensi yang menunjukkan hubungan antara laju produksi kritis
dengan parameter geometri sistem (rDE, ε, ∂w atau ∂g)
ψw = fungsi (rDE, ε, δw)
ψg = fungsi (rDE, ε, δg)

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK PRODUKSI NO : TP 04.01
JUDUL : PERENCANAAN PERFORASI Halaman : 7 / 31
SUB JUDUL : Penentuan Panjang Selang Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
Perforasi

∆z = Tebal perforasi, ft
∆N = Jarak antara puncak lapisan pasir dengan puncak perforasi, ft
r1 = Jari-jari cone, ft

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK PRODUKSI NO : TP 04.01
JUDUL : PERENCANAAN PERFORASI Halaman : 8 / 31
SUB JUDUL : Penentuan Panjang Selang Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
Perforasi

6. LAMPIRAN
6.1 LATAR BELAKANG
6.1.1 Metode Chierici
Petunjuk pada pedoman kerja ini juga merupakan penjelasan lebih terinci dalam kaitannya dengan
metode b, d, e, f, g, h dan i pada pedoman kerja mengenai perencanaan penyelesaian didalam
sumur.

Pemilihan selang yang akan diperforasi bukan saja tergantung pada sifat litologis dan kelakuan fisis
formasi produktif, tetapi juga perlu diperhatikan letak sumur pada reservoir, misalnya pada kasus
antiklinal yang diskemakan pada Gambar 1, hendaknya pemilihan selang perforasi pada sumur no.
2 tidak dibuka pada seluruh selang formasi untuk menghindari pengaruh lapisan air, juga pada
sumur no. 3 hendaknya menghindari pengaruh lapisan gas. Pemikiran lebih jauh harus juga
memperhatikan pengaruh mekanisme pendorongan reservoir, shale barriers, kemungkinan stimulasi
dan teknik produksi sekunder.

GAMBAR 1. PENAMPANG KASUS RESERVOIR ANTIKLINAL

Penentuan laju produksi kritis dari Chierici memperhitungkan permeabilitas horizontal dan
vertikal. Dalam penurunan persamaan laju produksi kritis, metode Chierici menggunakan suatu

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK PRODUKSI NO : TP 04.01
JUDUL : PERENCANAAN PERFORASI Halaman : 9 / 31
SUB JUDUL : Penentuan Panjang Selang Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
Perforasi

model potensiometrik yang dikembangkan oleh Muskat. Model potensiometrik ini didasarkan
pada observasi bahwa kecepatan suatu ion pada sistem elektrolit adalah sebanding dengan gradien
tekanan. Dengan menyamakan aliran mantap dari fluida incompressible pada media berpori
dengan aliran arus listrik pada konduktor dapat diketahui besarnya laju produksi maksimum
sehubungan dengan ketinggian maksimum kolom air dan gas bebas yang merembes ke dalam
zona minyak di sekitar lubang sumur tanpa memasuki lubang sumur tersebut.

Beberapa anggapan yang digunakan dalam pendekatan ini untuk mendapatkan laju produksi
kritis, adalah :
• Reservoirnya homogen
• Bidang kontak antar fluida horisontal dan statis
• Pengaruh tekanan kapiler diabaikan
• Fluida reservoir incompresible
• Aquifer terbatas
• Pengembangan gas terjadi dengan lambat, sehingga gradien potensial di daerah gas cap dapat
diabaikan
Dengan anggapan diatas, Chierici menurunkan persamaan dan kurva-kurva untuk menentukan
laju produksi kritis minyak tanpa terjadinya coning, sebagai berikut :
 δρ k 
qow = 3.037 × 10 − 3  h 2 ow h ψ (rDe , f b , δ w ) (1)
 µ o Bo 

 δρog k h 
qog = 3.037 × 10 − 3  h 2 (
ψ r , f , δ
µo Bo  De b g
) (2)

dimana :
qow = Laju produksi maksimum minyak tanpa terjadi water coning, stb/hari
qog = Laju produksi maksimum minyak tanpa terjadi gas coning, bbl/hari
h = Ketebalan zona minyak, ft
δρow = Perbedaan densitas minyak-air, gr/cc
δρog = Perbedaan densitas minyak-gas, gr/cc
kh = Permeabilitas minyak horisontal, mD
µo = Viskositas minyak, cp
Bo = Faktor volume formasi minyak, bbl/stb

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK PRODUKSI NO : TP 04.01
JUDUL : PERENCANAAN PERFORASI Halaman : 10 / 31
SUB JUDUL : Penentuan Panjang Selang Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
Perforasi

b = Panjang interval perforasi, ft

rDe =  e   h  = Parameter jari-jari pengurasan


r k
 h   kv 

fb = b ( h) =Parameter interval perforasi

δ w =  hcw h  =Parameter batas air-minyak


 
 hcg 
δg =   =Parameter batas gas-minyak
 h
hcw = Jarak batas air-minyak dengan perforasi terbawah, ft
hcg = Jarak batas gas-minyak dengan puncak perforasi, ft
kv = permeabilitas efektif vertikal minyak, mD
ψ = Fungsi tak berdimensi
re = jari-jari pengurasan sumur

Jika laju produksi minyak lebih besar dari laju produksi yang diberikan oleh persamaan (1) dan
persamaan (2), maka permukaan kontak air-minyak dan gas-minyak tidak stabil, sehingga air dan
gas bebas ikut terproduksi ke permukaan. Maka syarat untuk tidak terproduksinya air dan gas ke
permukaan adalah qo harus kurang dari qow atau qo kurang dari qog. Dimana qo merupakan laju
produksi yang dikenakan terhadap reservoir.

Berdasarkan persamaan diatas, terlihat bahwa Chierici memberikan fungsi tak berdimensi Ψ,
yang merupakan fungsi dari sifat fluidanya, dan digunakan untuk menentukan besarnya bidang

potensiometri dengan menganggap bahwa aliran mantap. Hubungan antara rDe , f b , dan
δw ,
g
dengan fungsi tak berdimensi ψ, ditunjukkan dengan Gambar 3 hingga 11, dengan beberapa
batasan harga, sebagai berikut:
• 5 ≤ rDe ≤ 80

• 0 ≤ f b ≤ 0.75
hc
• 0.07 ≤
h

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK PRODUKSI NO : TP 04.01
JUDUL : PERENCANAAN PERFORASI Halaman : 11 / 31
SUB JUDUL : Penentuan Panjang Selang Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
Perforasi

hc
• ≤ 0.9
h
Dengan batasan tersebut akan ditemui kesulitan jika akan digunakan pada kondisi lapangan
dimana kondisinya yang beragam. Pemakaian persamaan tersebut hanya untuk kasus dimana
tidak tersedia grafik yang mewakili kondisi dari data.
Persamaan yang dikembangkan adalah sebagai berikut :
C = −0.31253676 − 0.32957799 ln(rDE ) (3)

D = −1.17760395 + 0.19623644 ln(rDE ) (4)

E = 1.409514123 + 0.00293411 rDE ln(rDE ) (5)


ln(rDE )
F = −0.50297452 + 0.826966176 (6)
rDE

 
ψ = EXP (C + D ⋅ EXP(− f b ) ) +  ( E + F f b ) ln(hc h )  (7)
  

6.1.2 Metode Chaney


Chaney telah mengembangkan metode untuk menentukan besarnya laju produksi kritis dari
reservoir untuk menghindari coning. Chaney, menggunakan persamaan dasar dari Muskat untuk
studi potensiometri dari gas dan water coning. Dari hasil analisa yang telah dilakukannya
dikembangkan beberapa kurva standard yang dapat digunakan untuk menentukan laju produksi
kritis pada sumur-sumur yang mempunyai gas-oil contact, water-oil contact atau keduanya
sekaligus.

Asumsi yang digunakan ialah :


• Zona pengurasan berbentuk silindris
• Po = Pw ( mengabaikan tekanan kapiler )
• Tidak ada aliran air ke sumur di aquifer (Hw konstan)
• Reservoir homogen isotropik
• Jari-jari reservoir 1000 ft

Kurva-kurva tersebut diperlihatkan pada Gambar (12) sampai (14). Kurva-kurva tersebut
menunjukkan hubungan antara laju produksi kritis dalam reservoir (BPD) terhadap jarak antara

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK PRODUKSI NO : TP 04.01
JUDUL : PERENCANAAN PERFORASI Halaman : 12 / 31
SUB JUDUL : Penentuan Panjang Selang Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
Perforasi

puncak interval perforasi dengan puncak lapisan pasir atau bidang kontak gas-minyak. Kurva-kurva
tersebut akan baik jika digunakan untuk ketebalan lapisan minyak 12½’, 25’, 50’, 75’, 100’, dengan
radius pengurasan 1000 ft. Untuk mendapatkan laju produksi kritis reservoir dengan ketebalan
kolom minyak antara harga-harga tersebut diatas, maka dapat dilakukan dengan interpolasi linear.

Setiap kurva dalam Gambar tersebut akan menunjukkan lima kurva water coning yang dinyatakan
dalam kurva A, B, C, D, dan E, serta lima kurva gas coning yang dinyatakan dalam kurva a, b, c, d ,
dan e. Kurva A dan a digunakan untuk 10% tebal kolom minyak yang diperforasi, kurva B dan b
digunakan untuk 20%, kurva C dan c untuk 30%, kurva D dan d untuk 40%, kurva E dan e untuk
50% tebal kolom minyak yang diperforasi.

Batasan-batasan yang dipakai pada kurva yang dikembangkan oleh Chaney ialah :
• Tebal zona minyak antara 12.5 ft sampai 100 ft.
• Tebal perforasi antara 10% sampai 50% tebal minyak
• Jari-jari pengurasan 1000 ft
• Jari-jari lubang sumur 3 inch

Kurva-kurva tersebut diturunkan dengan menggunakan karakteristik reservoir, sebagai berikut :


• Permeabilitas minyak, ko = 1000 mD
• Viskositas minyak, µo = 1 cp
• Perbedaan densitas air-minyak, δρow = 0.3 gr/cc
• Perbedaan densitas gas-minyak, δρgo = 0.6 gr/cc

Dalam penggunaan kurva-kurva tersebut harga laju alir yang diperoleh harus dikoreksi terhadap
harga yang sebenarnya dari karakteristik fluida dan formasi pada kondisi permukaan, yaitu :
• Untuk water coning dalam sistem minyak-air
0.00333k o × ∆ρ ow × q kurva
q o max = (8)
µ o Bo
• Untuk water coning dalam sistem gas-air
0.00333k g × ∆ρ gw × q kurva
q g max = (9)
µ g Bg

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK PRODUKSI NO : TP 04.01
JUDUL : PERENCANAAN PERFORASI Halaman : 13 / 31
SUB JUDUL : Penentuan Panjang Selang Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
Perforasi

• Untuk gas coning dalam sistem minyak-gas


0.00167k o × ∆ρ og × q kurva
q o max = (10)
µ o Bo
dimana :
qomax = laju produksi maksimum minyak tanpa terproduksikan air, stb/hari
qgmax = laju produksi maksimum gas tanpa terproduksikan air, Mscfd
qkurva = laju produksi kritis yang dibaca dari kurva
ko = permeabilitas efektif minyak, mD
kg = permeabilitas efektif gas, mD
µo = viskositas minyak, cp
µg = viskositas gas, cp
Bo = faktor volume formasi minyak, bbl/stb
Bg = faktor volume formasi gas, 1000 scf/bbl
δρow, δρgw, δρog = perbedaan densitas

6.1.3 Metode Pirson


Metode Pirson mencoba untuk melakukan pembatasan laju produksi dengan menggunakan
beberapa asumsi dasar :
• Zona pengurasan berbentuk silindris
• Po = Pw (mengabaikan tekanan kapiler)
• Tidak ada aliran air ke sumur di aquifer (Hw konstan)
• Reservoir homogen isotropik

Pembatasan laju alir dilakukan sebagai berikut :


Ho dan Hw merupakan besarnya potensial aliran di zona minyak dan zona air yang besarnya dapat
dinyatakan dengan :
( Po − P ' )
Ho = z + (11)
g ρο

( Pw − P ' )
Hw = z + (12)
g ρw
dimana :

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK PRODUKSI NO : TP 04.01
JUDUL : PERENCANAAN PERFORASI Halaman : 14 / 31
SUB JUDUL : Penentuan Panjang Selang Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
Perforasi

z = elevasi diatas referen level


P’ = tekanan di referen
Dengan mengabaikan tekanan kapilernya (Po = Pw), dan menganggap tidak ada aliran air kesumur
diaquifer, maka Hw adalah konstan (δHw = 0), akan diperoleh :
ρw ρo − ρw
Ho = Hw + z (13)
ρo ρo
Dengan menggunakan persamaan Darcy untuk aliran radial minyak dalam lubang sumur, maka :
ko dH o
q o = −2πgρ o (h − z )r (14)
Bo µ o dr

Jika Persamaan (13) disubstitusikan kedalam persamaan (14), diperoleh :


ko dz
q o = −2πg ( ρ o − ρ w ) (h − z )r (15)
Bo µ o dr

Integral dari persamaan (15) akan menghasilkan persamaan laju produksi kritis tanpa terjadi
coning, yaitu :
re 0
dr k
qo ∫
rw
r
= −2πg ( ρ o − ρ w ) o
Bo µo
∫ (h − z )dz
h− D
(16)

Bila dikonversikan dalam satuan lapangan maka akan diperoleh :


( ρ w − ρ o )k o
q o max = 0.001535 (h 2 − D 2 ) (17)
Bo µ o ln ( re rw )
dimana :
qomax = Laju produksi kritis tanpa terjadi coning, BPD
h = Ketebalan net oil zone, ft
D = Jarak antara lubang bottom perforation terhadap puncak lapisan pasir, ft
ρo = Spesifik gravity minyak
ρw = Spesifik gravity air
ko = Permeabilitas efektif minyak, mD
µo = Viskositas minyak, cp
re = Jari-jari pengurasan sumur, ft
rw = Jari-jari sumur, ft

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK PRODUKSI NO : TP 04.01
JUDUL : PERENCANAAN PERFORASI Halaman : 15 / 31
SUB JUDUL : Penentuan Panjang Selang Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
Perforasi

6.1.4 Metode Abbas


Abbas mengembangkan persamaan yang dapat menyelesaikan secara analitik, laju pruduksi
maksimum suatu sumur tanpa terjadi water coning. Persamaan yang dikembangkannya
menggunakan 4 asumsi keadaan fisik dari reservoir:
• Energi yang terjadi hanya tergantung dari ekspansi fluida dan batuan.
• Tenaga pendorong air aktif
• Produksi minyak digantikan dengan injeksi minyak dan produksi air diganti dengan
injeksi air.
• Produksi minyak digantikan injeksi minyak sedangkan batas kontak air-minyak berada
pada kondisi setimbang (statis).

Model matematik dibangun dari dua dimensi, dua fasa (air-minyak). Persamaan aliran untuk
aliran simultan dua fluida yang immiscible (air-minyak) di media berpori telah dikembangkan
dari persamaan kontinuitas, modifikasi persamaan Darcy dan persamaan keadaan. Persamaan
aliran dikembangkan untuk menggambarkan reservoir radial dan aliran linear.

Asumsi yang digunakan untuk membangun persamaan adalah :


• Daerah pengurasan radial
• Tekanan kapiler diabaikan
• Tidak ada aliran dari batas
• Untuk persamaan difusivitas (Cw,Cf = 0)
• Pengaruh skin diabaikan
Pengembangan persamaan dilakukan untuk kondisi pseudo steady state dan steady state.
Pengembangan persamaan sebagai berikut :
Kondisi aliran unsteady state
3.07 k h ∆z (γ w − γ o )(ho − ∆N − ∆z )
qc = ……………………..... (3.18)
 r2 r r2 + r2 1
µ o Bo  2 1 2 ln 1 − 1 2 w − 
 r1 − rw rw 4re 2 

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK PRODUKSI NO : TP 04.01
JUDUL : PERENCANAAN PERFORASI Halaman : 16 / 31
SUB JUDUL : Penentuan Panjang Selang Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
Perforasi

Kondisi aliran Steady State


3.07 k h ∆z (γ w − γ o )(ho − ∆N − ∆z )
qc = ……………………… (3.19)
 r2 r 1
µ o Bo  2 1 2 ln 1 − 
 r1 − rw rw 2 
dimana :
kh = Permeabilitas minyak horizontal, Darcy
∆z = Tebal perforasi, ft
∆N = Jarak antara puncak lapisan pasir dengan puncak perforasi, ft
γw = SG air formasi
γo = SG minyak
Ho = Ketebalan zona minyak, ft
r1 = Jari-jari cone, ft
rw = Jari-jari sumur, ft
µo = Viskositas minyak, cp
Bo = Faktor volume formasi minyak, bbl/stb

Untuk harga r1 dijelaskan oleh Abbas bahwa merupakan fungsi dari perbandingan
permeabilitas horizontal dengan permeabilitas vertikal. Jika permeabilitas vertikal dan
horizontal sama maka harganya sama dengan Hwc.

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK PRODUKSI NO : TP 04.01
JUDUL : PERENCANAAN PERFORASI Halaman : 17 / 31
SUB JUDUL : Penentuan Panjang Selang Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
Perforasi

6.2. CONTOH PERHITUNGAN


Diketahui :

GAMBAR 2
- Tebal zone minyak, h : 100 ft
- Jari-jari pengurasan sumur, re : 1000 ft
- Permeabilitas efektif minyak vertical, kvo : 100 mD
horizontal, kho : 300 mD
- Masa jenis minyak, ρo : 0.745 gr/cc
- Masa jenis air, ρw : 1.095 gr/cc
- Faktor volume formasi minyak, Bo : 1.2 bbl/STB
- Viskositas minyak, µo : 0.85 cp

Penyelesaian :
1. Misalkan interval yang akan diperforasi b = 20 ft
2. Parameter interval perforasi ε = b/h = 20/100 = 0,2
3. Parameter jari-jari pengurasan, rDE
 1000 100 
untuk rDE =  ( ( ) = 5.7
 100 300 

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK PRODUKSI NO : TP 04.01
JUDUL : PERENCANAAN PERFORASI Halaman : 18 / 31
SUB JUDUL : Penentuan Panjang Selang Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
Perforasi

∆ρ og
4.
∆ρ wo

= (ρo - ρg) / (ρw - ρo)


= (0.745 – 0.095)/(1.095 – 0.745)
= (0.65/0.35) = 1. 85
5. Dari grafik korelasi pada Gambar 3 dan 4 diperoleh :
Untuk rDE = 5 harga δg = 0.325 dan ψ g = 0.050
Untuk rDE = 10 harga δg = 0.325 dan ψ g = 0.048
∆ρ og
Dari hasil interpolasi linier diperoleh untuk harga rDE = 5.77 dan = 1.85 harga :
∆ρ wo

ψ g = 0.0495
δg = 0.3235
6. Harga δw = 1 - ε - δg = l – 0.2 – 0.325 = 0.475
7. Dengan cara yang sama, untuk ε = 0.2 dan δw = 0.475
diperoleh untuk rDE = 5, diperoleh ψ w = 0.084
untuk rDE = 10 diperoleh ψ w = 0.074
Dengan interpolasi linier, diperoleh : ψ w = 0.0824
8. Laju produksi minyak maksimum tanpa terjadi gas coning adalah :
0.35 300
qow = 0.003073 × 100 2 × × × 0.0824 = 261 STB/hari
1.2 0.85
Dari kedua harga laju produksi diatas ternyata laju produksi yang terkecil adalah qow; dengan
demikian laju produksi optimum = 261 STB/hari
9. Perhitungan yang sama dilakukan untuk beberapa harga ε dan hasilnya dapat dilihat pada Tabel
1.
10.Dari hasil perhitungan ternyata
∆Q = |Qactual – Qopt| yang terkecil apabila :
- Interval perforasi = 20 ft
- Jarak dari puncak zone ke puncak perforasi, Lg
= δg × h = 0.325 × 100 = 32.5 -20 ft
- Jarak dari Bottom oil zone ke Bottom perforasi
= h - Lg - b = 100 – 32.5 – 20
= 47.5 ft
Manajemen Produksi Hulu
TEKNIK PRODUKSI NO : TP 04.01
JUDUL : PERENCANAAN PERFORASI Halaman : 19 / 31
SUB JUDUL : Penentuan Panjang Selang Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
Perforasi

- Laju produksi minyak maksimum yang diizinkan agar tidak terjadi gas coning dan water
coning adalah = 261 STB/hari.
TABEL 1
HASIL PERHITUNGAN LAJU PRODUKSI MINYAK OPTIMUM UNTUK BERBAGAI HARGA
INTERVAL PERFORASI
ε b (ft) G δg ψ w qog qow qoptimum qactual ∆Q
STB/hari STB/hari STB/hari STB/hari

0,1 10 0.0520 0.3620 0.538 0.090 306 285 285 200 85


0.2 20 0.0497 0.3250 0.475 0.062 292 261 261 270 9
0.3 30 0.0442 0.2790 0.421 0.076 260 243 243 350 107
0,4 40 0.0392 0.2385 0.3615 0.066 230 215 215 460 245
0.5 50 0.0342 0.1940 0.306 0.059 201 166 188 525 237

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK PRODUKSI NO : TP 04.01
JUDUL : PERENCANAAN PERFORASI Halaman : 20 / 31
SUB JUDUL : Penentuan Panjang Selang Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
Perforasi

6.3 GRAFIK DAN TABEL YANG DIPERLUKAN

GAMBAR 3. FUNGSI UNTUK rDE = 10

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK PRODUKSI NO : TP 04.01
JUDUL : PERENCANAAN PERFORASI Halaman : 21 / 31
SUB JUDUL : Penentuan Panjang Selang Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
Perforasi

GAMBAR 4. FUNGSI UNTUK rDE = 5

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK PRODUKSI NO : TP 04.01
JUDUL : PERENCANAAN PERFORASI Halaman : 22 / 31
SUB JUDUL : Penentuan Panjang Selang Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
Perforasi

GAMBAR 5. FUNGSI UNTUK rDE = 5

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK PRODUKSI NO : TP 04.01
JUDUL : PERENCANAAN PERFORASI Halaman : 23 / 31
SUB JUDUL : Penentuan Panjang Selang Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
Perforasi

GAMBAR 6. FUNGSI UNTUK rDE = 10

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK PRODUKSI NO : TP 04.01
JUDUL : PERENCANAAN PERFORASI Halaman : 24 / 31
SUB JUDUL : Penentuan Panjang Selang Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
Perforasi

GAMBAR 7. FUNGSI UNTUK rDE = 20

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK PRODUKSI NO : TP 04.01
JUDUL : PERENCANAAN PERFORASI Halaman : 25 / 31
SUB JUDUL : Penentuan Panjang Selang Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
Perforasi

GAMBAR 8. FUNGSI UNTUK rDE = 30

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK PRODUKSI NO : TP 04.01
JUDUL : PERENCANAAN PERFORASI Halaman : 26 / 31
SUB JUDUL : Penentuan Panjang Selang Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
Perforasi

GAMBAR 9. FUNGSI UNTUK rDE = 40

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK PRODUKSI NO : TP 04.01
JUDUL : PERENCANAAN PERFORASI Halaman : 27 / 31
SUB JUDUL : Penentuan Panjang Selang Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
Perforasi

GAMBAR 10. FUNGSI UNTUK rDE = 60

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK PRODUKSI NO : TP 04.01
JUDUL : PERENCANAAN PERFORASI Halaman : 28 / 31
SUB JUDUL : Penentuan Panjang Selang Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
Perforasi

GAMBAR 11. FUNGSI UNTUK rDE = 80

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK PRODUKSI NO : TP 04.01
JUDUL : PERENCANAAN PERFORASI Halaman : 29 / 31
SUB JUDUL : Penentuan Panjang Selang Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
Perforasi

GAMBAR 12 KURVA HUBUNGAN LAJU PRODUKSI KRITIS


TERHADAP JARAK ANTARA INTERVAL PERFORASI DENGAN WOC ATAU GOC

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK PRODUKSI NO : TP 04.01
JUDUL : PERENCANAAN PERFORASI Halaman : 30 / 31
SUB JUDUL : Penentuan Panjang Selang Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
Perforasi

GAMBAR 13 KURVA HUBUNGAN LAJU PRODUKSI KRITIS


TERHADAP JARAK ANTARA INTERVAL PERFORASI DENGAN WOC ATAU GOC

Manajemen Produksi Hulu


TEKNIK PRODUKSI NO : TP 04.01
JUDUL : PERENCANAAN PERFORASI Halaman : 31 / 31
SUB JUDUL : Penentuan Panjang Selang Revisi/Thn : 2/ Juli 2003
Perforasi

GAMBAR 14 KURVA HUBUNGAN LAJU PRODUKSI KRITIS


TERHADAP JARAK ANTARA INTERVAL PERFORASI DENGAN WOC ATAU GOC

Manajemen Produksi Hulu

Anda mungkin juga menyukai