Anda di halaman 1dari 15

HOLE PROBLEM PADA SUMUR

GEOTHERMAL
KELOMPOK

19010045 tengku aqsa madani


19010046 ilham ariq pratama
19010044 bagus wibawanto

Teknik perminyakan B 19
Abstrak
Operasi pemboran mempunyai tugas utama yaitu membuat lubang dari
permukaan sampai titik target secara aman. Titik target itu dapat berupa
formasi yang mengandung hidrokarbon atau reservoir panas bumi
Permasalahan yang tidak terduga itu disebut.

NPT ( Non Productive Time ), contoh NPT ( Non Productive Time ) seperti
terjadinya problem pada surface dan problem pada subsurface . Maka
dari itu perlunya dilakukan Analisa tentang masalah dan solusi dalam
proses pengeboran ( Hole problems ) tersebut agar dapat menjadi acuan
dan pembelajaran pada pemboran selanjutnya.
PENDAHULUAN

Geothermal adalah energi baru dan terbarukan yang kini banyak dikembangkan. Panas
bumi dapat dimanfaatkan secara langsung maupun tidak langsung.
Seperti halnya dengan energi fosil (minyak dan gas), energi panas bumi juga melalui tahapan
antara lain survei pendahuluan, eksplorasi, studi kelayakan, eksploitasi, hingga
pemanfaatan
Operasi pemboran memiliki resiko besar dan biaya yang sangat tinggi, oleh karena itu agar
kegiatan operasi pemboran memperoleh hasil yang efektif dan efisien diperlukan
perencanaan yang baik dan matang
METODE
NPT
Data DDR Sumur X Pada tahap ini dilakukan perencanaan program Analisa penyebab
Pada tahap ini pengumpulan data untuk Hole problems pada sumur X dan solusi untuk Hole problems
menunjang penelitian kerta kerja wajib, penulis tersebut.Sehingga output pada tahap ini berupa :
menggunakan data yang sudah dikumpulkan
berupa DDR Sumur X. Setelah dikumpulkan Penyebab dan Solusi Problem Loss Circulation
dilakukan pengolahan data berupa analisis guna Pada sub tahap ini dilakukan pembacaan DDR dan
mengkaji data menjadi kesesuaian dengan yang membandingkan data geologi dapat diketahui dimana letak
dibutuhkan atau output berupa Data NPT pada Problem Loss Circulation tersebut . Dari Penyebab Problem Loss
sumur X yang dapat di Analisa penyebab dan Circulation tersebut dapat dicari solusi yang tepat untuk sumur
solusi NPT pada sumur tersebut tersebut

Penyebab dan Solusi Problem Stuck pipe


Pada sub tahap ini dilakukan pembacaan DDR dan
membandingkan data geologi dapat diketahui dimana letak
Problem Stuck pipe tersebut . Dari Penyebab Problem Stuck pipe
tersebut dapat dicari solusi yang tepat untuk sumur tersebut.
PEMBAHASAN
A. Well Completion Time Analysis

Untuk menganalisis durasi penyelesaian sumur pada


sumur X, maka perlu dilakukan penguraian terlebih
dahulu penyelesaian sumur pada tiap section. Setelah
dilakukan analisa per section, kemudian diakumulasi
dan dibedakan menjadi dua parameter yaitu Productive
Time (PT) dan Non-Productive Time (NPT). Setelah itu
dilakukan perbandingan seperti yang ditunjukan pada
Grafik 1 , dengan melihat total waktu well completions
per section berdasarkan nilai PT maupun NPT.
Perbandingan ini bertujuan untuk mengetahui nilai
presentase parameter waktu yang terjadi selama
operasi pemboran
B. NPT Breakdown

Setelah mengetahui nilai PT dan NPT, tahap


selanjutnya adalah membedah nilai NPT untuk
dianalisa lebih detail. Nilai tersebut didapatkan
berdasarkan data Daily Drilling Report (DDR) pada
sumur X, kemudian dikelompokan dalam bentuk
nilai presentase seperti pada Grafik 2 NPT terbesar
yang terjadi pada sumur X adalah Stuc pipe 46%,
reaming sebesar 26% dan Lost circulation sebesar
20%. Dari Data-data pada grafik 2, diambil 80%
Total NPT ( Stuc pipe , reaming, Lost circulation )
dan akan dianalisis pada penelitian ini
Hasil dan Analisa

Untuk kedalaman yang dangkal ( 0-500m ) Loss Sirkulasi yang terjadi pada sumur X disebabkan karena terdapat
formasi yang belum kompak ( terjadi karena proses fisik dimana sedimen dikonsolidasikan , menghasilkan
pengurangan ruang pori karena butiran dikemas lebih dekat , lebih rapat satu sama lain ) sehingga lumpur pemboran
dapat masuk ke dalam formasi yang belum kompak tersebut

Loss sirkulasi yang terjadi pada sumur X terutama disebabkan oleh jenis formasinya yang banyak terdapat formasi
yang belum kompak , rekahan alami dan adanya kontak litologi sehingga pada waktu pemboran menembus formasi
yang terdapat formasi yang belum kompak , rekahan alami dan adanya kontak litologi lumpur pemboran akan hilang
atau masuk kedalam formasi tersebut
• Jika terdapat banyak air dilapangan Dilakukan sirkulasi LCM karena disini kita ingin menahan lumpur
pemboran agar tidak masuk kedalam formasi yang belum kompak , rekahan alami dan adanya kontak litologi.

• Jika tidak banyak air dilapangan Dilakukan Cement Plug , karena tingkat ke-efektifannya yang tinggi
dalam menyumbat formasi dan tidak membutuhkan air yang banyak . Namun Cement Plug memilik
kekurangn yaitu harus WOC ( waiting on cement ) , dan waktu WOC bisa menyampai waktu 10 jam hal ini
juga dapat menambah biaya sewa rig
Metoda Pembuatan Lumpur Aerated

Pembuatan lumpur aerasi terbagi menjadi 3 jenis berdasarkan cara menginjeksikan udara kedalam lumpur, yaitu:

1. Injeksi udara melalui standpipe adalah metoda yang paling umum dilakukan pada pemboran aerated yaitu dengan menginjeksikan
udara melalu standpipe. Faktor pembatas pada metode ini adalah kemampuan memampatkan udara pada peralatan permukaan
dimana tekanan injeksi operasional terbatas pada tekanan 1250 psi. Tekanan injeksi ini dapat mencapai kedalaman sumur bor 8000
ft sampai dengan 9000 ft. Dibawah tekanan operasioanl ini, tekanan injeksi pada standpipe akan terlalu tinggi untuk diatasi tekanan
udara dari kompressor

2. Injeksi udara adalah Parasite string, yaitu pipa tambahan yang menempel pada casing intermediate dan berfungsi menginjeksikan
udara kedalam annulus diantara casing dan drillpipe. Penentuan kedalaman titik injeksi parasite string berdasarkan antisipasi
penurunan tekanan maksimum untuk mencegah terjadinya hilang sirkulasi. Total penurunan tekanan adalah fungsi dari kedalaman
tubing, perbandingan udara dan lumpur, dan densitas lumpur

3. Injeksi melalui jet subs merupakan kombinasi dua cara injeksi diatas. Injeksi dilakukan melalui beberapa jet sub pada drillstring.
Penempatan jet sub berdasarkan perbedaan densitas lumpur dan kedalaman sumur total dan pada posisi drillstring masih berada di
dalam casing intermediate. Menempatkan jet sub ketika drillstring berada di annulus terbuka (tanpa casing) akan menyebabkan
washout
Setelah ditentukan kondisi dari produksi sebelum dilaksanakan hole cleaning sumur, penelitian
dilanjut dengan menentukan nilai wellbore coefficient initial dan perubahan nilai wellbore coefficient
selama produksi berlangsung. Perubahan yang ditampilkan pada gambar 4 berikut akan
menunjukan bukti bahwa terdapat permasalahan yang berasal dari perubahan kondisi sumur
Berdasarkan grafik diatas dapat dilihat nilai CWB mengalami penurunan dari kondisi initial adalah sebesar 0,72
kg/bar-s yang turun menjadi 0,49 kg/bar-s pada saat sebelum dilaksanakan hole cleaning sumur. Setelah harga CWB
ditentukan maka langkah selanjutnya adalah melakukan perhitungan terhadap estimasi produksi yang mungkin
dihasilkan dengan perbaikan kepada kondisi Sumur Z. Pada table 1 akan terlihat estimasi yang dapat dihasilkan dari
perhitungan menggunakan persamaan (2) dengan input nilai tiap parameter menyesuaikan kondisi aktual sumur,
dengan pengecualian nilai CWB. Tabel 1 berikut ini akan menunjukan perbandingan antara estimasi yang dilakukan
dengan hasil yang didapatkan secara aktual dari proses hole cleaning sumur
Berdasarkan grafik pada gambar terlihat bahwa kontribusi dari
feedzone dari Sumur Z mengalami peningkatan yang
signifikan. Hal ini menunjukan hole cleaning sumur
dengan metode waterjetting dengan setelan nozzle 90°
yang bertujuan untuk merontokan scale yang terbentuk
pada lubang-lubang slotted liner berhasil dan memiliki
dampak yang signifikan terhadap produksi Sumur Z
Patient satisfaction

Gender

75%
Berdasarkan perbandingan estimasi tambahan produksi yang dibuat dengan persamaan (2)
dengan tambahan produksi aktual yang didapat dari hole cleaning sumur menunjukan
bahwa peningkatan produksi bukan hanya hasil dari kontribusi perbaikan kondisi bagian
dalam sumur, muncul kemungkinan bahwa ada faktor selain perbaikan dari kondisi bagian
dalam sumur yang turut berkontribusi pada peningkatan produksi Sumur Z karena produksi
aktual setelah hole cleaning sumur melebihi angka 9,9 kg/s. Dimana nilai estimasi ini
dihasilkan dari estimasi dengan kondisi sumur kembali ke kondisi idealnya
Persamaan matematika

Jenna Doe, 25 John James, 36


“Mercury the closest “Venus has a beautiful
planet to the Sun and it’s name, but it’s hot, even
only a bit larger than the hotter than Mercury”
Moon” Dimana :
W = Rate Produksi
Psi = Tekanan statis ( shut-in)
Pf = Tekanan Flowing
C = Indeks produktivitas sumur
n = Faktor turbulens
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai