Anda di halaman 1dari 7

Evaluasi Performa Sumur Produksi melalui Pumping Test

pada Daerah Pemboran Air Baku di Desa Blimbing, Kecamatan Boja, Kab. Kendal

Sari

Hasil dari nilai Step-Drawdown Test mampu mencerminkan Total Drawdown pada sumur yang
dilakukan uji pemompaan. Dengan hasil tersebut mampu dievaluasi performa sumur produksi. Selain itu
kombinasi dari nilai dari Continous-Test mampu mengevaluasi potensi akuifer pada daerah pemboran
airtanah di desa Blimbing, Kecamatan Boja, Kabupaten Kendal. Evaluasi performa sumur dan evaluasi
potensi akuifer melalui pumping test memerlukan keakuratan dalam perekaman atau pencatatan data.
Parameter yang harus diperhatikan antara lain adalah debit atau ketinggan air dan waktu pengukuran.
Dalam pemboran sumur produksi untuk air baku pedesaan, spesifikasi teknis sudah dijalankan
dengan baik dari mulai pemboran, konstruksi dan development sumur. Dengan melakukan pumping test
maka performa sumur dapat dievaluasi. Dengan evaluasi tersebut maka dapat diketahui bahwa sumur
produksi tersebut masuk dalam kategori sumur yang baik atau perlu dilakukan evaluasi dan redevelop.
Berdasarkan uji sumur (well test) nilai Well Loss dan Aquifer Loss memiliki nilai yang kecil yaitu
0,0051 kemudian didukung nilai efisiensi sumur juga berada pada prosentase 98,81%. Dari nilai tersebut
maka dapat disimpulkan sumur berada dalam klasifikasi yang cukup baik dan tidak memerlukan re-
develop. Debit optimum yang tersedia 14,693 liter/detik, sedangkan rencana debit pengambilan atau
debit operasi sumur yang dioperasikan pada daerah studi adalah 2,2 liter/detik sehingga debit
pemompaan tidak melebihi debit potensi airtanah.. Sumur memiliki nilai transmisivitas (T) antara 10 -
100 m2/d, maka kondisi karakteristik akuifer dari titik sumur tersebut termasuk kedalam kondisi
Intermediate , yang diartikan bahwa cadangan air tanah dari titik sumur ini adalah cukup
produktif.

Kata Kunci : Step-Drawdown test, Well Loss, Well Efficiency, Q Safe, Transmivitas

1. PENDAHULUAN
Studi dilakukan di daerah pemboran sumur produksi di Desa Blimbing, Kecamatan Boja,
Kabupaten Kendal. Studi ini dimaksudkan untuk mendapatkan gambaran yang lebih mendalam
tentang performa sumur dan potensi airtanah sumur produksi. Tujuannya mengevalusi hasil
konstruksi dan mengetahui debit optimum yang tersedia untuk rencana debit airtanah yang akan
diproduksi atau dieksploitasi. Wilayah Kabupaten Kendal bagian selatan merupakan daerah dataran
tinggi yang terdiri atas tanah pegunungan dengan ketinggian antara 10 - 2.579 meter dpl. Lokasi
studi berada di bagian selatan dari Kabupaten Kendal yaitu di Kecamatan Boja. Lokasi kegiatan di
Kecamatan Boja termasuk kedalam CAT (Cekungan Air Tanah) Ungaran, dengan luas area
cekungan air tanah 329 km2. Berdasarkan Peta Hidrogeologi, lokasi kegiatan ini merupakan daerah
dengan akuifer produktif , setempat berarti. akuifer yang terdapat di lokasi kegiatan diperkirakan
berupa endapan volkanik muda terdiri dari tufa, lahar, breksi.

Gambar 1. Keberadaan lokasi studi dalam peta Hidrogeologi

2. METODOLOGI
Pumping test merupakan metode pengukuran debit air berupa pengamatan kontinuitas
sumber air dan ketersedian air dari sumber itu sendiri. Inti dari pumping test ini adalah
perbandingan antara penurunan muka air pada saat uji pemompaan terhadap kenaikan muka air
pada uji pemulihan dalam tenggat waktu yang sama.
Teknik Pengukuran
Tahap-tahap yang dilakukan dalam proses pumping test adalah sebagai berikut:
a. Mencatat semua aspek lokasi sumur, tanggal & waktu pemompaan, operator;
b. Mengukur tinggi muka airtanah sumur sebelum sumur dipompa;
c. Mengukur waktu penurunan dan pemulihan secara teliti
d. Dalam pelaksanaan dilapangan 3 Uji Pemompaan yang dibutuhkan untuk analisa adalah Uji
Pemompaan berikut ini :
Uji Pemompaan Debit Bertingkat
Uji pemompaan debit bertingkat dilaksanakan dengan debit pemompaan diubah di setiap tahapan
yang dikehendaki dalam kurun waktu tertentu. Debit tersebut dapat ditambah atau dikurangi di
setiap tingkatan. Uji pemompaan debit bertingkat dengan debit ditambah dilakukan dengan
memperbesar debit pemompaan pada setiap tahapan.
Uji Pemompaan Debit Menerus/ Konstan
Prinsip uji pemompaan adalah jika kita memompa air dari sumur dan mengukur debit sumur dan
drawdown dalam sumur dalam waktu yang konstan selama 24 Jam non-stop.
Uji Pemulihan
Prinsip uji pemulihan adalah dengan mengamati dan mencatat waktu pulihnya Muka air tanah
(SWL) menuju titik awal dalam waktu tertentu.
e. Menganalisa hasil Uji Pemompaan Debit bertingkat
f. Menganalisa hasil Uji Pemompaan Debit Menerus
g. Menghitung debit optimum dan rencana debit eksploitasi airtanah

3. HASIL DAN PEMBAHASAN


a. Lokasi dan Litologi Akuifer daerah Pemboran
Pekerjaan pemboran Sumur Produksi PWP 295 terletak di Desa Blimbing, Kecamatan Boja,
Kabupaten Kendal. Pemboran Lubang Pandu (Pilot Hole Drilling) untuk air baku di PWP 295
Desa Belimbing, Kec. Boja, Kab. Kendal telah selesai dilaksanakan dengan kedalaman total 82
meter . Setelah kegiatan Logging dilaksanakan pada lubang tersebut maka dilakukan pelebaran
lubang bor (Reaming Hole Drilling) . Pelebaran lubang bor dilaksanan dengan keterdapat litologi
berupa batuan beku andesit yang massif dan sangat kompak pada bagian atas dan kemudian
lempung dan lempung pasiran berada di kedalaman setelah 25 meter.

Gambar 2. Well Design yang berisi analisis Cutting, coring, data penetrasi dan Log.
Dari litologi dan pola log yang ditunjukkan, dapat diketahui bahwa keberadaan potensi akuifer
berada pada kedalaman 39 hingga 80 meter. Konstruksi dilakukan dengan total pemasangan pipa
81,5 dan Pemasangan screen dilakukan pada beberapa kedalaman dan jumlah screen yang
terpasang adalah dengan total 24 meter.
b. Analisa performa sumur produksi
Tujuan awal studi ini adalah mengetahui nilai Well Loss, Aquifer Loss dan Well Efisiency
yang digunakan untuk melakukan evaluasi terhadap performa sumur produksi. Hasil tersebut
akan dijadikan acuan dalam evaluasi terhadap konstruksi pada sumur tersebut. Analisa tersebut
diawali dengan melihat hasil dari uji pemompaan debit bertingkat.

Gambar 3. Hasil Pengamatan pada Uji pemompaan Debit bertingkat PWJ 400, Salatiga dalam kurva linier

Pada gambar 3 merupakan hasil Hasil Uji pemompaan debit bertingkat yang disajikan dalam
grafik linear untuk daerah pemboran PWP 295 Kendal. Uji pemompaan tersebut terdiri atas 3
step dengan step pertama pada 1,08 l/dt, step kedua pada 2,07 l/dt dan step ketiga adalah pada
3,02 l/dt. SWL awal berada pada kedalaman 48,26 meter dan maksimal Drawdown berada pada
49,57 meter. Parameter tersebut akan digunakan untuk menghitung nilai – nilai yang digunakan
untuk mengetahui kemampuan sumur pada pengujian sumur (well test). Dalam Well Test antara
lain dihitung nilai Sw (Total penurunan permukaan air), B (Aquifer Loss), C (Well Loss
Coefisient) dan Effisiensi sumur.
Berikut ini adalah hasil dari Step-Drawdown test pada lokasi studi di Desa Belimbing,
Kec. Boja, Kab. Kendal. Dari hasil tersebut maka dipergunakan Rumus turunan utama untuk
menghitung paramater B (Aquifer Loss) dan C (Well Loss Coefisien) adalah persamaan berikut :

Step Q SWL PWL Sw


(l/s) (m) (m) (m)
1 1,80 13,00 17,06 4,06
2 3,60 21,70 8,70
3 5,40 25,28 12,28

Dari hasil Rumus turunan diatas maka hasil perhitungan parameter pengujian sumur
padasumur PWP 295 adalah sebagai berikut
Aquifer loss coefficient B= 2,2969 m/l/s
Well loss coefficient C= 0,0051 m/(l/s) 2
Exponent by turbulence n= 2
Well efficiency (third step) E= 98,81 %

Dari hasil perhitungan tersebut dapat dianalisa bahwa sumur produksi memiliki performa
sumur yang cukup baik. Hal itu dapat dilihat dari nilai Well Loss dan Aquifer Loss yang cukup
kecil. Hal itu mengacu pada hasil penelitian dari Walton tahun 1962 mengenai klasifikasi nilai C
dan hubungannya dengan Well Performance.
Tabel 2. Hubungan Well Loss Coeffisient dengan Well Performance (Walton, 1962)

Setelah parameter Well Loss dan Aquifer Loss diketahui maka dilihat nilai Efisienso
sumur. Efisiensi sumur merupakan sebuah ukuran dari efektivitas dari sebuah sumur dalam
mengeluarkan air dari akuifer. Nilai efisiensi sumur PWP 295 Desa Blimbing, Kecamatan Boja
Kabupaten Kendal berada pada kondisi yang sangat ideal yaitu 98,81 %. Dari beberapa
kesimpulan tersebut maka dapat diketahui performa sumur cukup baik, konstruksi dan
development sumur dilakukan sesuai spesifikasi teknik yang ada sehingga tidak memerlukan
development ulang.
c. Potensi debit air tanah yang bisa diambil
Tujuan utama melakukan Pumping Test adalah untuk mengetahui karakter kemampuan
akuifer seperti konduktivitas hidrolik dan transmisivitas. Lebih khusus lagi uji pompa dilakukan
untuk mengetahui kemampuan residual drawdown akuifer untuk mengisi kembali setelah sumur
dipompa. Uji pompa juga bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemompaan sumur produksi
terhadap kondisi muka airtanah sumur yang ada di sekitarnya.
Gambar 3. Hasil Plotting grafik antara Drawdown dan Log (t/t’) Hasil Continous Pumping dan Recovery PWP 295

Berdasarkan Grafik diatas dapat diketahui nilai Transmivity yang mampu digunakan untuk mengetahui
kemampuan akuifer, nilainya adalah sebagai berikut :
T = (0.183 Qx86.4) / D s
Condition Ds T
2
(m) (m / d)
Pumping 1,57 43,91
Recovery 2,46 28,10
Perhitungan debit maksimum :
Q Safe = ( Sc x ((PC-1,5) - SWL) - 10 %)
Q Safe = 14,63 l/s
Q optimum : 14,63 liter/detik
Berdasarkan hasil pemompaan didapatkan Debit maksimum yang dapat dipompa pada sumur
produksi adalah sebesar 14.63 liter/detik. Dengan debit pemompaan yang telah terpasang untuk
sumur tersebut adalah sebesar 2.2 liter/dt.

Sumur memiliki nilai transmisivitas (T) antara 10 - 100 m2/d, maka kondisi karakteristik akuifer
dari titik sumur tersebut termasuk kedalam kondisi Intermediate , yang diartikan bahwa cadangan
air tanah dari titik sumur ini adalah cukup produktif, akan tetapi hanya bisa diaplikasikan untuk
komunitas/kelompok orang yang terbatas Dari keadaan tersebut maka pengambilan harus dapat
dilaksanakan secara teratur dan tidak berlebihan

4. KESIMPULAN
1. Berdasarkan uji sumur (well test) nilai Well Loss dan Aquifer Loss memiliki nilai yang kecil
yaitu 0,0051 kemudian didukung nilai efisiensi sumur juga berada pada prosentase 98,81%.
Dari nilai tersebut maka dapat disimpulkan sumur berada dalam klasifikasi yang cukup baik.
2. Dari beberapa kesimpulan tersebut maka dapat diketahui performa sumur cukup baik,
konstruksi dan development sumur dilakukan sesuai spesifikasi teknik yang ada sehingga tidak
memerlukan development ulang.
3. Berdasarkan hasil perhitungan debit optimum pemompaan, diperoleh debit pemompaan
maksimum sebesar 18,69 liter/dt dan debit yang diambil pada sumur saat ini adalah sebesar 2,2
liter/detik. sehingga debit pemompaan sumur produksi tersebut tidak berpengaruh terhadap
kondisi sumur penduduk yang ada di sekitar .
4. Cadangan air tanah dari titik sumur ini adalah cukup produktif, akan tetapi hanya bisa
diaplikasikan untuk komunitas/kelompok orang yang terbatas

DAFTAR PUSTAKA
Acworth, R.I., 2001a, Electrical Methods in Groundwater Studies, Short Course Note, School of
Civil and Environmental Engineering, University of New South Wales, Sydney, Australia.
Driscoll, F.G., 1986. Groundwater and Well: Second edition, Johnson Division, St.Paul, Minnesota,
497-528 pp.
Soekardi, P dan Kunwardiantara, N 1999. Hidrogeological Report. Report of drilling works in
Central Java Groundwater Irrigation Development Project
Setiadi, Hendri. 2004. Peta Cekungan Air Tanah Provinsi Jawa Tengah dan Daerah Istimewa
Yogyakarta, Lembar 3, Skala 1:250000. Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral,
Direktorat Jenderal Geologi dan Sumber Daya Mineral, Direktorat Tata Lingkungan Geologi
dan Kawasan Pertambangan
Todd, D.K., 1980, Groundwater Hydrology. 2nd Ed. John Wiley & Sons

Anda mungkin juga menyukai