Anda di halaman 1dari 19

Analisa Performa Reservoir Tight Gas Menggunakan Analisa Decline Curve Metode

Duong Pada Sumur Vertikal Dan Horizontal Multifrakturing Menggunakan Simulasi


CMG-IMEX

Deny Fatryanto Edyzoh Eko Widodo

Dosen STT Migas Balikpapan

Abstrak
Reservoir tight gas merupakan salah satu jenis reservoir non konvensional yang kini mulai banyak
dikembangkan guna memenuhi kebutuhan energi dunia. Seperti reservoir non konvensional lainnya, reservoir jenis
ini dicirikan dengan permeabilitas batuannya yang rendah sampai amat sangat rendah.
Banyak metode dilakukan untuk lebih memahami dan meramalkan perilaku reservoir jenis ini, salah
satunya menggunakan analisa decline curve. Masalah yang timbul ketika menganalisa decline curve pada reservoir
tight gas adalah tidak bisa menggunakan metode tradisional atau yang biasa digunakan seperti metode Arps.
Studi ini berfokus pada penggunaan metode Duong untuk menganalisa performa reservoir tight gas berdasarkan
analisa decline curve yang dikemukakan oleh Duong (2011). Model reservoir dibuat menggunakan simulator untuk
medapatkan data produksi selama lima tahun dengan lima kasus yang terdiri dari dua tipe sumur (vetikal &
horizontal) dan tiga nilai permeabilitas yang berbeda untuk masing masing jenis sumur. Setelah data produksi
diperoleh lalu dilakukan analisa decline curve menggunakan metode Duong. Hasilnya rata rata sumur dapat
beproduksi diatas 40 tahun sebelum mencapai batas laju minimal. Perekahan hidrolik dan sumur horizontal juga
merupakan keharusan untuk mendapatkan hasil yang maksimal dalam memproduksikan reservoir tight gas.

Keyword : Reservoir Tight Gas, Reservoir Non Konvensional, Metode Duong

Pendahuluan
Permintaan dunia akan sumber energi terutama yang berasal dari bahan bakar fosil
semakin hari semakin meningkat. Cadangan hidrokarbn dunia yang semakin hari semakin
menipis menuntut ditemukannya sumber cadangan baru demi memenuhi permintaan dunia akan
sumber energi. Hidrokarbon yang selama ini diproduksikan sebagian besar berasal dari reservoir
konvensional dimana metode memproduksikannya relatif lebih mudah dibanding
memproduksikan dari reservoir non konvensional. Reservoir non konvensional sendiri
mengandung lebih banyak deposit hidrokarbon dibanding reservoir konvensional, namun yang
menjadi permasalahan adalah teknik yang digunakan untuk memproduksikan dari reservoir jenis
ini perlu penanganan khusus dan studi lebih lanjut. Permasalahan lain yang selalu muncul adalah
properti dari batuan reservoir non konvensional khususnya permeabilitasnya yang rendah
cenderung amat sangat rendah ( <0.01 mD) (Stephen A. Holditch, 2006). Reservoir non
konvensional juga dipengaruhi oleh parameter-parameter lainnya seperti densitas, tekanan,
permeabilitas efektif, tipe sumur, teknik komplesi, dan parameter fluida, sama seperti pada
reservoir konvensional.
Pada paper ini akan dibahas mengenai performa dari tight gas reservoir sebagai salah satu
jenis reservoir non konvensional berdasarkan analisa decline curve analysis metode duong.
Pendekatan yang dilakukan pada reservoir tersebut yaitu perilaku tight gas reservoir pada dua
jenis sumur ( vertikal atau horizontal) dimana sumur DF-19 adalah sumur vertikal dan sumur
DF-92 adalah sumur horizontal terhadap nilai permeabiltas yang berbeda-beda (0.001 , 0.0001 ,
dan 0.0005 mD).
Tight gas adalah istilah yang umumnya mengacu pada reservoir dengan permeabilitas
rendah yang umumnya memproduksi dry natural gas. Banyak pengembangan terdahulu
terdahulu terhadap reservoir dengan permeabilitas rendah adalah pada reservoir sandstone, tetapi
jumlah yang signifikan dihasilkan oleh karbonat, shale, dan lapisan batu bara yang juga memiliki
permeabilitas rendah.
Secara umum, sumur dibor secara vertikal dan komplesi pada tight gas resevoir harus
berhasil distimulasi untuk memproduksi rate aliran gas dan volume gas dalam skala yang
ekonomis. Normalnya, pelaksanaan perekahan hidrolik berskala besar dibutuhkan untuk
menghasilkan jumlah gas dalam skala ekonomis. Dibeberapa tight gas reservoir dengan
perekahan alami, sumur horizontal dapat dibor namun sumur tersebut tetap memerlukan
stimulasi.
Untuk mengoptimasi pengembangan dari tight gas reservoir, tim geologis dan engineer
harus mengoptimasi jumlah dan lokasi sumur untuk dibor dengan baik untuk semua sumur.
Karena itu lebih banyak data dan banyak tenaga engineer dibutuhkan dibanding yang dibutuhkan
pada konvensional reservoir. Jika dilihat dari performa per sumur, pada tight gas reservoir akan
memproduksi lebih sedikit gas dalam waktu yang lama dibanding pada konvensional reservoir
yang akan memproduksikan gas dalam jumlah banyak dalam waktu yang lebih sebentar. Oleh
karena itu, banyak sumur dengan jarak yang dekat harus dibor pada tight gas reservoir untuk
mendapatkan hasil sebanding dengan konvensional reservoir.

Gambar 1. Segitiga Sumber Daya Dari Gas Alami (Stephen A. Holditch, 2006)

Pertimbangan Aspek Reservoir


A. Aspek Geologi
Dalam menganalisa tight gas reservoir, hal pertama yang harus diperhatikan adalah
memahami karakteristik geologi dari formasi. Parameter geologi yang penting adalah pola
struktural dan tektonik, gradien suhu, dan gradien tekanan. Memahami stratigrafi sangat penting
dan bisa berefek pada aktifitas pengeboran, evaluasi, komplesi dan stimulasi.

B. Reservoir Continuity
Satu parameter yang tersulit dalam mengevaluasi reservoir tight gas adalah ukuran zona
pengurasan dan bentuknya. Dalam reservoir tight gas, produksi normal beberapa bulan atau
tahun dibutuhan sebelum tekanan transien dipengaruhi oleh tekanan dari batas reservoir
(Boundary Dominated Flow).
Volume pengurasan non circular biasanya dipengaruhi oleh trending rekahan dan
orientasi perekahan hidraulik. Pada reservoir tight gas berbentuk blanket, area pengurasan sumur
sebagian besar bergantung pada jumlah sumur yang dibor dan ukuran rekahan yang dipompakan
kedalam sumur.

C. Tektonik Regional
Aktivitas tektonik selama proses eksploitasi tight gas reservoir dapat berpengaruh besar
terhadap aktivitas ini. Tektonik regional berpengaruh pada tegangan horizontal pada semua
lapisan batuan. Tegangan horinzontal mengakibatkan patahan, perubahan parameter pengeboran,
perambatan perekahan hidraulik, perekahan alami dan stabilitas lubang bor. Perhatian utama
akan efek tektonik regional terhadap reservoir tight gas adalah pada perambatan perekahan
hidraulik dan perekahan alami dalam formasi.

D. Perlapisan Reservoir
Umumnya, reservoir tight gas dapat dideskripsikan sebagai sistem perlapisan. Untuk
mengembangkan reservoir tight gas, tim geoscientist, petrophysicist dan engineer harus
mengkarakteristikkan batuan diatas, didalam dan dibawah dari zona produktif pada reservoir.
Data tentang tebal gross pay, tebal net pay, permeabilitas, porositas, saturasi air, tekanan,
tegangan in-situ, dan young modulus untuk semua perlapisan dibutuhkan untuk mensimulasikan
reservoir secara 3D dan memodelkan perambatan perekahan untuk mengevaluasi formasi,
mendesain perekahan dan peramalan laju produksi dan recovery.

E. Data Log
Data log sangat diperlukan untuk mengevaluasi formasi pada reservoir tight gas, sama
halnya pada reservoir-reservoir konvensional. Metode log minimal yang diperlukan seperti
spontaneous potential log, gamma ray, density log, neutron log, sonic log dan induction log.

F. Data Core
Analisa core sangat krusial untuk memahami perlapisan seluruh sistem reservoir. Untuk
mendapatkan data yang diperlukan dan memahami properti aliran fluida, properti mekanikal dan
properti lainnya.

Metodologi
Dalam penulisan paper ini, penulis melakukan observasi terhadap beberapa lapangan yang akan
dijadikan sampel. Data-data lapangan berupa property reservoir tersebut didapatkan dari paper
SPE 153914, “Production Optimization and Forecasting of Shale Gas Wells”. Kemudian data-
data tersebut dimasukkan kedalam simulator reservoir CMG-IMEX agar dapat dimodelkan
reservoirnya untuk mendapatkan data produksi yang nantinya akan dianalisa menggunakan
analisa decline curve metode duong.
Akan ada 6 kasus dalam studi kasus kali ini, dimana terdiri atas dua tipe sumur yang
berbeda (Vertikal dan Horizontal) dengan sensitifitas tiga nilai permeabilitas matrix yang
berbeda (0.001, 0.0001, dan 0.0005 mD) dengan hasil performa yang berbeda-beda pula.

Persamaan
Setelah model reservoir dan data produksi didapatkan sebagai hasil simulasi, Maka persamaan
yang digunnakan dalam penulisan paper ini adalah :
1. Peramalan Laju Alir

= 1 ( , ) + ∞.....................................................................(1)
dimana
( )
( , )= ......................................................(2)
2. Estimasi Komulatif Produksi Gas Pada Waktu Tertentu

( )
= + ∞ ....................................................(3)

Hasil Dan Pembahasan


Data kemudian dimasukkan kedalam CMG-IMEX , maka

Gambar 2 Proses Pemodelan Reservoir Tight Gas

Gambar 3 Tampilan 2D Sumur DF-19


Gambar 4 Tampilan 2D Sumur DF-92

Berikut adalah data yang diperoleh dari hasil simulasi CMG-IMEX

Tabel 1 Data Hasil Simulasi

Parameter Nilai Satuan


RESERVOIR MODEL
Grid 51 x 51 x 1
10,000 x 10,000 Ft
I : 200 Ft
J : 200 ft
Refine Grid → Fracture I : 22;30
J : 22;30
To 5 x 5 x 1
RESERVOIR PROPERTIES
Permeabilitas 0.001 mD
0.0001 mD
Tabel 4.2 (Lanjutan)
0.0005 mD
Porositas 5 %
H 300 Ft
Pr 3000 Psia
Parameter Nilai Satuan
Pb 1000 Psia
γg 0.818
WELL PROPERTIES
Depth 10500 ft
BHP min 700 psia
rw 0.125 ft
FRACTURE PROPERTIES
Kf 4000 mD
W 0.001 ft
Frac. Cond 4 mD
Xf 900 ft

PENENTUAN ESTIMATED ULTIMATE RECOVERY (EUR)


Berdasarkan hasil simulasi reservoir yang dilakukan, diketahui bahwa lapangan EFF
memiliki original gas in place (OGIP) sebesar 236696 MMSCF. Reservoir tight gas memiliki
Recovery Factor (RF) sebesar 25% (NTNU, 2011) namun bila dilakukan perekahan hidrolik
pada lapangan tersebut, maka RF nya bisa mencapai 45% (Schlumberger, 2012) sehingga EUR
untuk lapangan EFF dapat dihitung sebagai berikut:

EUR = OGIP x RF = 237 BSCF x 45% = 107 BSCF

ANALISA DECLINE CURVE BERDASARKAN MODEL DUONG

Anh.N.Duong (2011) menawarkan sebuah metode analisa decline curve untuk reservoir
tight gas dimana metode tradisional decline curve (Arps’) tidak dapat digunakan karena tidak
sesuai dengan spesifikasi yang digunakan oleh Arps’. Berikut adalah langkah-langkah dalam
melakukan analisa decline curve berdasarkan model duong.
1. Persiapan Data
Data produksi sebelumnya dipersiapkan terutama data gas rate harian, produksi
komulatif dan waktu.
2. Menentukan “a” dan “m”
Nilai dari “a” dan “m” dapat diperoleh dengan memplotkan data q/Gp vs time dalam
grafik log log. Hasil dari grafik tersebut lalu dicari persamaan garisnya. “a” adalah
nilai dari slope sedangkan “m” adalah nilai dari intercept. Dalam metode Duong,
persamaan garis yang disarankan adalah yang memiliki R² diatas 0.95
3. Peramalan Laju Alir
Dalam metode Duong, untuk menentukan q dimasa perlu terlebih dahulu mencari
nilai dari q1 dan q∞ dengan cara memplotkan t(a,m) terhadap laju alir gas.
= 1 ( , ) + ∞.....................................................................(1)
dimana
( )
( , )= ......................................................(2)
Jika q1 dan q∞ telah ditentukan nilainya, rate gas dimasa datang akan dapat
ditentukan dengan persamaan 4.1
4. Estimasi Komulatif Produksi Gas Pada Waktu Tertentu
Setelah q1 dan q∞ ditentukan nilainya, maka komula f produksi gas pada waktu
tertentu dapat ditentukan dengan persamaan berikut:
( )
= + ∞ ....................................................(3)
Analisa Sumur DF-19 Dengan Berbagai Permeabilitas
Berikut adalah hasil analisa sumur DF-19 dengan sensitifitas permeabilitas 0.001,
0.0001, dan 0.0005 mD

10
a & m determination
1 DF-19 , 0.001 mD
0.1 1 10 100 1000 10000
q/Gp, 1/day 0.1

0.01

0.001
y = 0.8872x-0.997
R² = 0.9999
0.0001 Time (day)
Gambar 5 Grafik q/Gp vs Time untuk Menentukan a & m Sumur DF-19 Pada
Permeabilitas 0.001 mD

50000 q1 & qinf Determination


40000 DF19, 0.001 mD
Gas Rate m³/day

30000

20000 y = 43271x - 1388.3


R² = 0.9863
10000

0
0.0 0.2 0.4 0.6
t(a,m) 0.8 1.0 1.2

Gambar 6 Grafik Gas Rate vs t(a,m) untuk Menentukan q1& q∞ Sumur DF-19 Pada
Permeabilitas 0.001 mD
10 a & m determination
1 DF-19, 0.0001mD
0.1 1 10 100 1000 10000

q/Gp (1/day)
0.1

0.01

0.001
y = 0.9256x-1.008
R² = 0.9998
0.0001 Time (Day)
Gambar 7 Grafik q/Gp vs Time untuk Menentukan a & m Sumur DF-19 Pada
Permeabilitas 0.0001 mD

35000 q1 & qinf Determination


30000 DF-19, 0.0001 mD
y = 30118x - 368.81
25000 R² = 0.9846
Gas Rate, m³/day

20000

15000

10000

5000

0
0.0 0.2 0.4 0.6
t (a,m) 0.8 1.0 1.2
Gambar 8 Grafik Gas Rate vs t(a,m) untuk Menentukan q1& q∞ Sumur DF-19
Pada Permeabilitas 0.0001 mD

10 a & m determination
1
DF-19, 0.0005 mD
0.1 1 10 100 1000 10000
q/Gp (1/day)

0.1

0.01
y = 0.8771x-0.998
0.001 R² = 0.9997

0.0001
t (day)
Gambar 9 Grafik q/Gp vsTime untuk Menentukan a & m Sumur DF-19 Pada
Permeabilitas 0.0005 mD
45000
40000 q1 & qinf Determination
35000 DF-19, 0.0005 mD

Gas rate, m³/day


30000
y = 40136x - 671.42
25000 R² = 0.9834
20000
15000
10000
5000
0
0.0 0.2 0.4 t (a,m)
0.6 0.8 1.0 1.2
Gambar 10 Grafik Gas Rate vs t(a,m) untuk Menentukan q1& q∞ sumur DF-19 Pada
Permeabilitas 0.0005 mD

Tabel 2 Hasil Penentuan Nilai a,m,qi dan q∞ Pada Sumur DF-19 untuk
Masing-masing Nilai Permeabilitas
a m q1 q∞
0.001 mD 0.8903 0.997 43271 -1388.3
0.0001 mD 0.9256 1.008 30118 -368.81
0.0005 mD 0.8771 0.998 40136 -671.42

4.3.2.Analisa Sumur DF-92 Dengan Berbagai Permeabilitas


Berikut adalah hasil analisa sumur DF-92 dengan sensitifitas permeabilitas 0.001, 0.0001,
dan 0.0005 mD
10
a & m determination
1 DF-92, 0.001 mD
0.1 1 10 100 1000 10000
q/Gp (1/day)

0.1

0.01

0.001
y = 0.8989x-1.043
R² = 0.999
0.0001 Time (day)
Gambar 11 Grafik q/Gp vs Time untuk Menentukan a & m Sumur DF-92 Pada
Permeabilitas 0.001 mD
500000
q1 & qinf Determination
400000
Gas Rate, m³/day
DF-92, 0.001 mD
300000

200000
y = 430062x - 936.7
100000 R² = 0.987

0
0.0 0.2 0.4 t(a,m)
0.6 0.8 1.0 1.2
Gambar 12 Grafik Gas Rate vs t(a,m) untuk Menentukan q1& q∞ Sumur DF-92 Pada
Permeabilitas 0.001 mD

10
a & m determination
0.1
1
1
DF-92,
10
0.0001
100
mD 1000 10000
q/gp , 1/day

0.1

0.01

0.001 y = 1.0717x-1.077
R² = 0.9991
0.0001
time (day)
Gambar 13 Grafik q/Gp vs Time untuk Menentukan a & m Sumur DF-92 Pada
Permeabilitas 0.0001 mD

250000
q1 & qinf Determination
200000 DF-92, 0.0001 mD
Gas Rate, m³/day

y = 231267x - 374.2
150000 R² = 0.9917

100000

50000

0
0.0 0.2 0.4 0.6
t(a,m) 0.8 1.0 1.2
Gambar 14 Grafik Gas Rate vs t(a,m) untuk Menentukan q1& q∞ Sumur DF-92 Pada
Permeabilitas 0.0001 mD
10
a & m determination
1 DF-92, 0.0005 mD
0.1 1 10 100 1000 10000
q/Gp, 1/day

0.1

0.01
y = 0.9078x-1.051
0.001 R² = 0.9987

0.0001 time (day)


Gambar 15 Grafik q/Gp vs Time untuk Menentukan a & m Sumur DF-92 Pada
Permeabilitas 0.0005 mD
450000
400000
q1 & qinf Determination
350000 DF-92, 0.0005 mD
300000
250000
gas rate, m³/day

200000
y = 396672x + 69.677
150000
R² = 0.9846
100000
50000
0
0.0 0.2 0.4 0.6
t(a,m) 0.8 1.0 1.2

Gambar 17 Grafik Gas Rate vs t(a,m) untuk Menentukan q1& q∞ Sumur DF-92 Pada
Permeabilitas 0.0005 mD

Tabel 3 Hasil Penentuan Nilai a,m,qi dan q∞ Pada Sumur DF-92 untuk
Masing-masing Nilai Permeabilitas
a m q1 q∞
0.001 mD 0.8989 1.043 430062 -936.7
0.0001 mD 1.0717 1.077 231267 -374.2
0.0005 mD 0.9078 1.051 396672 69.677

Setelah semua parameter yang dibutuhkan telah diketahui berdasarkan metode yang
dikemukakan oleh Duong, maka analisa decline curve berdasarkan metode Duong dapat
dilakukan. Peramalan laju alir dimasa datan serta peramalan produksi komulatif juga dapat
dilakukan dengan menggunakan persamaan 1 dan persamaan 3. Berikut adalah hasil berupa
grafik untuk laju alir vs waktu dan produksi vs waktu pada kedua sumur dengan sensitifitas
permeabilitas yang berbeda selama 40 tahun.
5.1. SUMUR DF-19
Seperti telah dijelaskan pada bab sebelumnya, bahwa sumur DF-19 pada lapangan EFF
adalah sumur vertikal yang berproduksi pada reservoir tight gas. Dalam kasus kali ini, penulis
melakukan uji sensitifitas sumur terhadap beberapa nilai permeabilitas dan menghasilkan grafik
seperti dibawah ini:

1.6
1.4
Gas Rate DF-19
Gas Rate (MMSCF/day)

1.2 Permeabilitas 0.001 mD


1
0.8 q Produksi
0.6 q Forecasting
0.4
0.2
0
0 5000 10000 15000 20000
Time (days)

Gambar 18 Grafik Laju Alir Gas Selama Kurun Waktu 40 Tahun Pada Permeabilitas 0.001
mD

100000
Produksi Komulatif DF-19
Comulative Production Gas

Permeabilitas 0.001
10000
(MMSCF)

1000
Gp produksi 5 tahun
Gp Forecasting
100

10
0 5000 10000 15000 20000
Time (days)

Gambar 19 Grafik Produksi Kumulatif DF-19 Selama Kurun Waktu 40 Tahun Pada
Permeabilitas 0.001 mD
1.2
Gas Rate DF-19

Gas Rate (MMSCF/day)


1 Permeabilitas 0.0001 mD
0.8
0.6
q Produksi
0.4
q Forecasting
0.2
0
0 5000 10000 15000 20000
Time (days)

Gambar 20 Grafik Laju Alir Gas Selama Kurun Waktu 40 Tahun Pada Permeabilitas 0.0001
mD

100000
Produksi Komulatif DF-19
10000 Permeabilitas 0.0001 mD
1000
Comulative Production Gas

Gp Produksi
100 Gp Forecasting
(MMSCF)

10

1
0 5000 10000 15000 20000
Time (days)

Gambar 21 Grafik Produksi Kumulatif DF-19 Selama Kurun Waktu 40 Tahun Pada
Permeabilitas 0.0001 mD
1.6
Gas Rate (MMSCF/day) 1.4
Gas Rate DF-19
1.2 Permeabilitas 0.0005 mD
1
0.8
q Produksi
0.6
q Forecasting
0.4
0.2
0
0 2000 4000 6000 8000 10000 12000 14000 16000
Time (days)

Gambar 22 Grafik Laju Alir Gas Selama Kurun Waktu 40 Tahun Pada Permeabilitas 0.0005
mD

100000
Produksi Komulatif DF-19
Comulative Production Gas (MMSCF)

Permeabilitas 0.0005 mD
10000

1000

Gp Produksi
100
Series2
10

1
0 2000 4000 6000 8000 10000 12000 14000 16000
Time (days)

Gambar 23 Grafik Produksi Kumulatif DF-19 Selama Kurun Waktu 40 Tahun Pada
Permeabilitas 0.0005 mD

Tabel 4 Perbandingan Gas Rate dan Kumulatif Produksi Sumur DF-19 Pada
Berbagai Nilai Permeabilitas
K (mD) Qg (MMSCF/day) Gp (BSCF)
0.001 0.6 9.25
0.0001 0.33 5.73
0.0005 0.5 7.55
Tabel 5 Cadangan Sisa Setelah 40 Tahun Produksi Pada Berbagai Nilai
Permeabilitas
K (mD) Gp (BSCF) G - Gp (BSCF)
0.001 9.25 97.7
0.0001 5.73 101.3
0.0005 7.55 99.5

Dalam kasus ini, penulis menetapkan batas laju alir minimal untuk sumur dapat terus
diproduksikan secara ekonomis adalah sebesar 0.35 MMscfd. Dari tabel 4 terlihat bahwa setelah
40 tahun berproduksi, sumur DF-19 dengan sensitifitas permeabilitas 0.0001 mD telah mencapai
batas laju alir minimal

Dari tabel 5 terlihat sumur DF-19 setelah 40 tahun berproduksi, cadangan yang tersisa
masih sangat besar. Untuk itu perlu dilakukan studi lebih lanjut agar memaksimalkan waktu
pengurasan termasuk didalamnya jumlah sumur produksi, jarak antar sumur (tidak dibahas dalam
paper ini).

SUMUR DF-92
Seperti telah dijelaskan pada bab sebelumnya, bahwa sumur DF-19 pada lapangan EFF
adalah sumur horizontal yang berproduksi pada reservoir tight gas. Dalam kasus kali ini, penulis
melakukan uji sensitifitas sumur terhadap beberapa nilai permeabilitas dan menghasilkan grafik
seperti dibawah ini:
16
Gas Rate DF-92
14
Permeabilitas 0.001 mD
Gas Rate (MMSCF/day)

12
10
8
q Produksi
6
q Forecasting
4
2
0
0 2000 4000 6000 8000 10000 12000 14000 16000
Time (days)

Gambar 24 Grafik Laju Alir Gas Selama Kurun Waktu 40 Tahun Pada Permeabilitas
0.001 mD
100000
Produksi Kumulatif DF-92
Comulative Production Gas 10000
Permeabilitas 0.001 mD
(MMSCF)
1000
Gp Produksi

100 Gp Forecasting

10
0 5000 10000 15000 20000
Time (days)

Gambar 25 Grafik Produksi Kumulatif DF-92 Selama Kurun Waktu 40 Tahun Pada
Permeabilitas 0.001 mD
10
Gas Rate DF-92
Gas Rate (MMSCF/day)

8 Permeabilitas 0.0001 mD
6
q Produksi
4 q Forecasting

0
0 5000 10000
Time (days) 15000 20000
Gambar 26 Grafik Laju Alir Gas Selama Kurun Waktu 40 Tahun Pada Permeabilitas 0.0001
mD

100000
Produksi Kumulatif DF-92
Comulative Production Gas

10000 Permeabilitas 0.0001


(MMSCF)

1000
Gp Produksi
100 Gp Forecasting

10
0 5000 10000 15000 20000
Time (days)

Gambar 27 Grafik Produksi Kumulatif DF-92 Selama Kurun Waktu 40 Tahun Pada
Permeabilitas 0.0001 mD
16
Gas Rate DF-92
14

Gas Rate (MMSCF/day)


12
Permeabilitas 0.0005 mD
10
8
q Produksi
6
4 q Forecasting
2
0
0 5000 10000 15000 20000
Time (days)

Gambar 28 Grafik Laju Alir Gas Selama Kurun Waktu 40 Tahun Pada Permeabilitas 0.0005
mD

100000 Produksi Kumulatif DF-92


Comulative Production Gas

Permeabilitas 0.0005 mD
10000
(MMSCF)

1000
Gp Produksi
100 Gp Forecasting

10

1
0 5000 Time
10000
(days) 15000 20000

Gambar 29 Grafik Produksi Komulatif DF-92 Selama Kurun Waktu 40 Tahun Pada
Permeabilitas 0.0005 mD

Tabel 6 Perbandingan Gas Rate Dan Kumulatif Produksi Sumur DF-19 Pada
Berbagai Nilai Permeabilitas
K (mD) Qg (MMSCF/day) Gp (BSCF)
0.001 0.7 19.6
0.0001 0.4 10.7
0.0005 0.6 15
Tabel 7 Cadangan Sisa Setelah 40 Tahun Produksi Pada Berbagai Nilai
Permeabilitas
K (mD) Gp (BSCF) G - Gp (BSCF)
0.001 19.6 87.4
0.0001 10.7 96.3
0.0005 15 92

Tabel 8 Perbandingan Sumur DF-19 Dengan Sumur DF-92


DF-19 Vertikal DF-92 Horizontal
K (mD) Qg Gp (BSCF) Qg (MMSCF/day) Gp (BSCF)
(MMSCF/day)
0.001 0.6 9.25 0.7 19.6
0.0001 0.3 5.73 0.4 10.7
0.0005 0.5 7.55 0.6 15

Dalam kasus ini, penulis menetapkan batas laju alir minimal untuk sumur dapat terus
diproduksikan secara ekonomis adalah sebesar 0.35 MMscfd. Dari tabel 6 terlihat bahwa setelah
40 tahun berproduksi, sumur DF-92 belum mencapai batas laju alir minimal yang ditetapkan.
Dari tabel 7 terlihat sumur DF-92 setelah 40 tahun berproduksi, cadangan yang tersisa
masih sangat besar. Untuk itu perlu dilakukan studi lebih lanjut agar memaksimalkan waktu
pengurasan termasuk didalamnya jumlah sumur produksi, jarak antar sumur (tidak dibahas dalam
laporan ini).
Dari tabel 8 terlihat bahwa sumur DF-92 menghasilkan kumulatif produksi dua kali lipat
dibanding sumur DF-19. Dalam kasus ini sumur horizontal memang sangat disarankan untuk
menghasilkan laju alir dan pengurasan yang maksimal.

Kesimpulan
1. Dalam menganalisa performa reservoir tight gas, metode decline curve yang
dikemukakan oleh Arps (1945) tidak dapat dipergunakan karena tidak sesuai dengan
asumsi yang digunakan oleh Arps. Salah satu metode yang dapat digunakan adalah
metode yang dikemukakan oleh Anh.N.Duong (2011)
2. Agar produksi reservoir tight gas menjadi komersil, perekahan hidrolik dan sumur
horizontal sangat direkomendasikan, agar daerah pengurasan reservoir lebih maksimal.
Hal ini terlihat dari studi yang dilakukan.
3. Dari grafik laju alir didapatkan hasil bahwa sumur DF-19 dengan permeabilitas 0.0005
mD dapat diproduksikan sampai 174,520 hari sebelum mencapai batas laju alir minimal,
sedangkan untuk sumur DF-92 dengan permeabilitas masing masing 0.001, 0.0001 dan
0.0005 mD dapat diproduksikan masing masing 70,900 , 15,730 , dan 38,470 hari
sebelum mencapai batas laju alir minimal.

Ucapan Terima Kasih

Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada semua yang membantu dalam pembuatan
paper ini. Kepada Zulmi Ramadhana,ST,MT atas bantuan dalam proses memodelkan reservoir.
Daftar Simbol

Pr = Tekanan Reservoir, psia


H = Tebal Reservoir, ft
Pb = Tekanan Gelembung, psia
γg = Spesifik Gravity gas
rw = Radius Sumur, ft
Kf = Permeabilitas rekahan, mD
W = Tebal Rekahan, ft
Xf = Panjang Rekahan, ft
RF = Recovery Factor, %
q = Laju Alir, MSCF/D
t = Waktu, Hari
GP = Komulatif Produksi, MSCF

Daftar Pustaka

Ahmed, T., and McKinney, P. D., “Advanced Reservoir Enginneering”, Elsevier Inc, 2005.
Ikewun, Peter., and Ahmadi, Mohabbat., “Production Optimizaion and Forecasting of Shale Gas
Wells Using Simulation Models and Decline Curve Analysis”, SPE 153914, 2012.
Kupchenko, C.L., Gault, B.W., and Mattar, L., “Tight Gas Production Performance Using
Decline Curves”, SPE 114991, 2008.
Duong, A.N., “An Unconventional Rate Decline Approach for Tight and Fracture-Dominated
Gas Wells”, CSUG/SPE 137748, 2010.
Duong, A.N., “Rate-Decline Analysis for Fracture-Dominated Shale Reservoir”, SPE Reservoir
Evaluation & Engineering, 2011.
Holditch, Stephen A., “Tight Gas Sands”, SPE 103356, 2006.
Meyet, Marie., Dutta, Riteja., and Burns, Chris., “Comparison of Decline Curve Analysis
Methods with Analytical Models in Unconventional Plays”, SPE 166365, 2013.
Joshi, Krunal., and Lee, John., “Comparison of Various Deterministic Forecasting Technique in
Shale Gas Reservoir”¸ SPE 163870, 2013.
Ramadhana, Zulmi., “Inflow Performance Relationship for Liquid Rich Reservoirs-Horizontal
Multifractured Wells” , Thesis, Petroleum Engineering ITB, 2014.
Joshi, Krunal Jaykant., “Comparison of Various Deterministic Forecasting Techniques in Shale
Gas Reservoirs with Emphasis on The Duong Method”, Thesis, Department of Science,
Texas A&M University, 2012.
Kanfar, Mohammed Sami A., “Comparison of Empirical Decline Curve Analysis for Shale
Wells”, Thesis, Department of Science, Texas A&M University, 2013.
Torsaeter, Professor Ole., “Tight Gas Reservoirs”, NTNU, 2011.

Anda mungkin juga menyukai