08 TAHUN 2017
“KONTRAK BAGI HASIL GROSS SPLIT”
BAGIAN HUKUM
DIREKTORAT JENDERAL MINYAK DAN GAS BUMI
1
1
I LATAR BELAKANG
2
2
Kondisi Hulu Migas Saat ini
1. Skema PSC Cost Recovery kurang efektif dan tidak mendorong terciptanya
efisiensi.
a. Reserve replacement ratio Indonesia (dengan skema PSC saat ini) lebih
rendah dari beberapa negara, bahkan dari Vietnam dan Myanmar.
b. Waktu yang diperlukan oleh kontraktor dari eksplorasi hingga produksi saat
ini dapat mencapai 15 tahun.
2. Porsi penerimaan negara dari migas dengan split minyak 85%:15% dan gas
70%:30% pada PSC Cost Recovery apabila dihitung secara gross, berada pada
dikisaran 30%-70%, dan terus menurun seiring dengan menurunnya
penerimaan migas nasional.
3. Dalam rangka peningkatan efisiensi dan efektivitas pola bagi hasil produksi
Minyak dan Gas Bumi, Pemerintah menetapkan bentuk dan ketentuan-
ketentuan pokok kontrak bagi hasil tanpa mekanisme pengembalian biaya
operasi.
3
3
Background: Reserve Replacement
Thailand
Reserve Replacement
(2011-2015)
Indonesia
India
Australia
Malaysia
Vietnam
4
4
Time to Production in Indonesia
2000s
1990s
0 5 10 15 20
Years
5
5
Tantangan Pengelolaan Hulu MIGAS
6
6
II LANDASAN HUKUM
7
7
Dasar Pengaturan
1. Pasal 1 angka 19 UU No. 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi:
Kontrak Kerja Sama adalah Kontrak Bagi Hasil atau bentuk kontrak kerja sama
lain dalam kegiatan Eksplorasi dan Eksploitasi yang lebih menguntungkan
Negara dan hasulnya dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat.
2. Pasal 6 ayat (2) UU No. 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi,
Kontrak kerja sama paling sedikit memuat persyaratan:
a. Kepemilikan sumber daya alam tetap di tangan Pemerintah sampai pada
titik penyerahan;
b. Pengendalian manajemen operasi berada pada SKK Migas;
c. Modla dan risiko seluruhnya ditanggung Badan Usaha atau Bentuk Usaha
Tetap.
3. Pasal 1 angka 4 PP N0. 35 Tahun 2004 tentang Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan
Gas Bumi:
Kontrak Bagi Hasil adalah suatu bentuk Kontrak Kerja Sama dalam Kegiatan
8
Usaha Hulu berdasarkan prinsip pembagian hasil produksi 8
III Skema Gross Split
9
9
Tujuan Gross Split
10
10
Kedaulatan Negara
11
11
Prinsip Umum Gross Split
- Barang milik negara (Pasal 21 Permen ESDM No. 08 Tahun 2017)
”seluruh barang dan peralatan yang secara langsung digunakan dalam Kegiatan Usaha
Hulu Minyak dan Gas Bumi yang dibeli Kontraktor menjadi milik/kekayaan Negara yang
pembinaannya dilakukan oleh Pemerintah dan dikelola oleh SKK Migas”
13
13
PSC Gross Split Before Tax
Gross Revenue
A% 1-A%
Split
Deductible
Expenses
Contractor Depreciation
Taxable
Profit
PPh
Income Tax CAPEX OPEX
14
14
14
Proses Bisnis PSC Gross Split
•Base Split, kriteria variable dan
progressive points ditentukan di awal.
Penawaran •Dievaluasi berdasarkan komitmen
WK eksplorasi, bonus, dll
Komponen Komponen
Contractor Split = Base Split + +
Variabel Progresif
Kriteria penambahan split: Kriteria penambahan split:
1. Status lapangan 1. Harga minyak
2. Lokasi lapangan (onshore, 2. Kumulatif Produksi
offshore)
3. Kedalaman reservoir
4. Ketersediaan infrastruktur
pendukung
5. Kondisi reservoir
6. Kondisi CO2
7. Kondisi H2S
8. Berat Jenis Minyak Bumi
(API)
9. Tingkat Komponen Dalam
Negeri (TKDN)
10. Tahapan Produksi
16
16
Base Split
Pemerintah Kontraktor
Minyak 57 43
Gas 52 48
17
17
Kriteria Pemberian Insentif(1)
Komponen Variabel
5 Kondisi Konvensional 0
reservoir
Non Konvensional 16%
19
19
Kriteria Pemberian Insentif(3)
Komponen Variabel
Koreksi Split Bagian
Karakteristik
Kontraktor
<5% 0.0%
5%≤x<10% 0.5%
Kandungan 10%≤x<20% 1.0%
6
CO2 (%) 20≤x<40% 1.5%
40%≤x<60% 2.0%
x≥60% 4.0%
<100 0.0%
Kandungan 100≤x<300 0.5%
7
H2S (ppm) 300≤x<500 0.75%
x≥500 1.0%
Berat Jenis API<25 1%
8 Minyak Bumi
API≥25 0
(API) 20
20
Kriteria Pemberian Insentif(4)
Komponen Variabel
<30% 0%
Tingkat
Komponen 30%≤x<50% 2.0%
9
Dalam Negeri 50%≤x<70% 3.0%
(TKDN)
70%≤x<100% 4.0%
Primer 0%
Tahapan
10 Sekunder 3%
Produksi
Tersier 5%
21
21
Kriteria Pemberian Insentif(5)
Komponen Progresif
23
23
24
24
www.migas.esdm.go.id
25
10 25