Anda di halaman 1dari 34

BAB I.

PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang

Dalam menentukan karakteristik reservoir telah dikembangkan berbagai cara – cara yang
mempermudah pekerjaan di lapangan agar mendapatkan hasil yang akurat dan baik
sehingga dapat digunakan untuk pengembangan lapangan di masa depan. Penggunaan
analisa batuan, analisa logging hingga uji sumur (well test) dilakukan untuk menentukan
sifat fisik batuan yang paling representatif di lapangan terserbut. Tiap cara memiliki
kelebihan dan kekurangan baik dari segi keakuratan maupun skala objek yang diletiti.

Penggunaan uji sumur merupakan metode yang memberikan pandangan dalam skala yang
lebih besar dibandingkan dengan analisa batuan maupun analisa logging dalam
menentukan karakteristik reservoir. Uji sumur (well test) dapat terbagi menjadi beberapa
tipe pengujian seperti pressure drawdown test, pressure buildup test, interference test,
fall off test, dan injectivity test.

Penggunaan analisis drawdown dan analisis buildup dalam hal ini dilakukan pada Sumur
J-1 untuk mengetahui sifat dari reservoir dan juga menentukan model reservoir. Hasil –
hasil dari analisa nantinya akan menjadi acuan dalam penentuan operasi yang akan
dilakukan untuk dapat pengembangan lapangan.

I.2 Tujuan Analisis Well Testing

Informasi-informasi yang didapat dari well testing seperti analisis pressure drawdown
testing dan analisis pressure buildup testing adalah sebagai berikut:

1. Tujuan analisis pressure drawdown :

a. Penentuan periode aliran

b. Konstanta wellbore storage

c. Permeabilitas formasi (k)

d. Faktor skin (S)

e. Penentuan P^

f. Volume pori-pori yang berisi fluida (Vp)

g. Penentuan Ca dan geometri pengurasan reservoir

2. Tujuan analisis pressure buildup :

1
a. Penentuan periode aliran

b. Konstanta wellbore storage

c. Permeabilitas formasi (k)

d. Faktor skin (S)

e. Penentuan P*

f. Tekanan rata – rata reservoir

I.3 Metodologi Analisis Well Testing

Dalam melakukan analisis drawdown dan analisis buildup hingga bisa menentukan sifat
fisik reservoir dan model reservoir beberapa tahapan perlu dilakukan. Tahapan – tahapan
yang perlu dilalui sebagai berikut.

Gambar I.1 Metodologi Analisis Pressure Drawdown

2
Gambar I.2 Metodologi Analisis Pressure Buildup

3
BAB II. DASAR TEORI WELL TESTING

II.1 Pengertian Analisis Pressure Drawdown

Pressure drawdown testing adalah suatu pengujian yang dilaksanakan dengan jalan
membuka sumur dan mempertahankan laju produksi tetap selama pengujian berlangsung.
Sebagai syarat awal, sebelum pembukaan sumur tersebut tekanan hendaknya seragam di
seluruh reservoir yaitu dengan menutup sumur sementara waktu agar dicapai
keseragaman tekanan di reservoirnya. Pada dasarnya pengujian ini dapat dilakukan pada :

a. Sumur baru

b. Sumur-sumur lama yang telah ditutup sekian lama hingga dicapai


keseragaman tekanan reservoir.

c. Sumur-sumur produktif yang apabila dilakukan buil-up test, yang punya


sumur akan sangat merugi.

Berdasarkan pada rejim aliran yang terjadi, maka metoda analisa pressure drawdown test
dapat dibagi menjadi tiga, yaitu :

a. Pada saat periode transien.

b. Periode transien lanjut.

c. Periode pseudo steady-state

Skema dari idealized drawdown test ditunjukan pada Gambar II.1.

Gambar II.1 Skema Drawdown Test Ideal [ CITATION Lee82 \l 14345 ]

4
Ada tiga grafik yang selalu harus dilakukan didalam menganalisa pressure drawdown,
yaitu log-log plot untuk menentukan wellbore storage dan semilog plot untuk
menentukan karakteristik formasi dan periode aliran, dan plot partesian untuk
menentukan periode aliran serta penentuan volume pori.

II.1.1 Analisis Log-Log Plot Pressure Drawdown

Plot dalam log-log antara log Δp (psi) dan log Δt (jam) dapat digunakan untuk
menentukan konstanta wellbore storage. Log Δp (psi) merupakan selisih antara P wf Δt=0

atau Pi dan Pwf. Wellbore storage domination pada grafik log-log plot ditandai dengan
unit slope line. Unit slope line yang mulai menyimpang dari data pressure drawdown
merupakan batas akhir kondisi wellbore storage domination, kemudian dilanjutkan
dengan zona transisi dan periode transien. Besarnya Cs dapat dihitung dengan persamaan
berikut ini.
q.B Δt
Cs = 24 Δp (1)
Keterangan =

C = konstanta wellbore storage, bbl/psi

Δt = pembacaan Δt pada unit slope, jam

Δp = pembacaan Δp pada unit slope, jam

q = laju alir, bopd

B = Oil FVF, bbl/psi

II.1.2. Analisis Semilog Plot Untuk Menentukan Periode Aliran Dan Karakteristik
Formasi

Grafik ini adalah semilog plot antara Pwf vs log (t). Dalam plot antara Pwf vs log (t)
dapat digunakan untuk menentukan periode aliran. Garis lurus (straight line) yang
terbentuk pada grafik semilog menunjukan periode transien. Penyimpangan di awal garis
lurus merupakan batas wellbore storage telah berakhir. Sedangkan pada kondisi impuls
tekanan telah mencapai batas, boundary effect akan ditunjukan dengan penyimpangan
dari garis lurus (straight line) periode transien pada waktu pengujian yang lebih besar.
Grafik semilog ini juga digunakan untuk penentuan karakteristik formasi. Parameter
seperti permebilitas (k) dan skin (s) dapat ditentukan pada periode transien di semilog
plot. Dengan membaca kemiringannya (m) pada periode transien (ditandai dengan
straight line), maka permeabilitas formasi dapat ditentukan, yaitu:

5
−162,6Q μo Bo
k= (2)
mh

Keterangan =

k = permeabilitas, md

Q = laju alir, Bopd

μo = viskositas minyak, cp

Bo = faktor volume formasi minyak, bbl/stb

m = psi/cycle

h = ketebalan net pat, ft

Tanda negatif disana digunakan karena nilai m pada grafik semilog bernilai negatif akibat
arah dari garis lurus yang miring naik ke kiri. Besarmya permeabilitas dapat digunakan
untuk evaluasi kondisi skin. Skin dihitung untuk menentukan kondisi reservoir apakah
dalam kondisi damaged, undamaged atau simulated. Kondisi damaged ditunjukan dengan
nilai skin positif dan stimulated ditunjukan dengan nilai skin negatif. Sedangkan pada
kondisi undamaged nilai skin adalah sebesar 0. Pada perhitungan skin dibutuhkan data
tekanan P1hr. P1hr dibaca pada garis lurus semilognya saat menunjukan waktu pengujian 1
jam. Jika data tersebut tidak terletak pada garis lurus, maka harus dilakukan ekstrapolasi
dan harga itulah yang digunakan untuk menghitung faktor skin menggunakan persamaan
(3) berikut.

Pi−P1 hr k
S = 1,151 x
[ −m
−log
(
θxμ xCtxrw 2 )
+3 , 23
] (3)
Keterangan =

Pi = tekanan awal reservoir, pwf Δt=0, psi

P1hr = tekanan terbaca pada garis lurus semilog saat pengujian drawdown 1 jam, psi

k = permeabilitas, md

Φ = porositas, fraksi

Ct = kompresibilitas total, 1/psi

rw = jari-jari sumur, inch

6
μo = viskositas minyak, cp

m = psi/cycle

S = skin, dimensionless

Selanjutnya waktu berakhirnya wellbore storage secara perhitungan dapat ditentukan


dengan persamaan (4).

(200000+ 12000 s) x Cs
t wbs=
kh (4)
( )
μ

II.1.3. Analisis Pressure Drawdown Pada Periode Transien Lanjut

Pengembangan teori Analisis tekanan pada periode transien lanjut didasarkan pada
persamaan untuk reservoir silindris yang terbatas. Pada periode transien lanjut besarnya
tekanan rata – rata (P^) dapat ditentukan. Berdasarkan metode extended muskat, plot
antara log (Pwf – P^) (psi) vs t (jam) akan menghasilkan garis lurus jika asumsi nilai P^
itu sesuai. Persamaan umum yang dapat menunjukan kondisi ini adalah sebagai berikut.

[ (
log [ Pwf − P^ ]= log 118. 6⋅Q⋅μ⋅B
2 π kh )]
− 0.φ⋅μ⋅C
00168⋅k⋅t
⋅r2
t e

(5)
Dari persamaan (4) grafik log (Pwf-P) vs t harus merupakan garis lurus dengan
kemiringan β.
k⋅t
β=0 . 00168
φ⋅μ⋅C t⋅r2e

(6)
dan titik potong terhadap sumbu tegak (b), adalah :

b=118. 6⋅Q⋅μ⋅B
k⋅h
(7)
Keterangan =

Pwf = tekanan alir sumur, psi

P^ = Pwf rata – rata di sumur saat memasuki periode transien lanjut, psi

k = permeabilitas, md

t = waktu pengujian drawdown, jam

7
Φ = porositas, fraksi

Ct = kompresibilitas total, 1/psi

re = jari-jari pengurasan reservoir, inch

B = faktor volume formasi minyak, bbl/stb

Q = laju alir, Bopd

h = ketebalan net pay, ft

Plot antara log (Pwf-P^) vs t akan linier asalkan P^ diketahui besarnya. Tetapi karena
tidak diketahui, sehingga pada metoda ini harus dilakukan coba-coba menggunakan suatu
harga P. Apabila harga P tadi cocok dengan kondisi yang ada, maka akan didapatkan
garis lurus. Plot dilakukan pada periode transien lanjut. Contoh dari skema iterasi P^,
ditunjukan pada Gambar II.1.

Gambar II.2 Skema Analisis Late Transien

II.1.4. Analisis Pressure Drawdown Pada Periode Pseudo Steady-State

Analisis pressure drawdown pada periode pseudo steady-state digunakan untuk


menentukan periode aliran dan juga perhitungan volume pori. Periode aliran pseudo
steady-state dapat ditentukan dari plot kartesian antara P wf (psi) vs t (jam) dengan kondisi
adanya straight line atau garis lurus sampai menyimpang dari data pressure drawdown.
Besarnya slope pada cartesian plot ini merupakan βL yang merupakan parameter yang
digunakan untuk menentukan Vp dengan persamaan berikut.

8
Q⋅B
V p =0 . 0418 β ⋅Ct
L
(8)
Q
βL=
π⋅φ⋅C t⋅r 2e

(9)
Keterangan =

Vp = volume pori reservoir, bbl

βL = slope pada cartesian plot

Φ = porositas, fraksi

Ct = kompresibilitas total, 1/psi

re = jari-jari pengurasan reservoir, inch

Q = laju alir, Bopd

h = ketebalan net pat, ft

B = faktor volume formasi minyak, bbl/stb

Penentuan geometri reservoir dapat ditentukan dari analisa pada periode pseudo steady-
state. Geometri pengurasan reservoir ini berkaitan dengan shape factor (CA). Penentuan
Ca ini membutuhkan kombinasi data semilog plot dan cartesian plot. Pada semilog plot
data yang diperoleh yakni slope (m) dan juga P1hr pada garis lurus periode transien.
Selanjutnya pada cartesian plot data yang diperoleh yakni slope (m) pada garis lurus
periode pseudo steady-state dan juga Pint. Pint adalah intercept garis lurus yang menunjukan
tekanan tertentu (psi). Dengan data diatas maka besarnya C A dapat dihitung dengan
persamaan berikut.

m P 1hr −P int
C A =5 . 456 m∗ ¿
Exp[ 2. 303 m
]¿
(10)
Keterangan =
CA = dietz shape factor, dimensionless

m = slope periode transien semilog plot

m* = slope periode pseudo steady-state cartesian plot

P1hr = tekanan terbaca pada garis lurus semilog saat pengujian drawdown 1 jam, psi

9
Pint = tekanan tertentu saat intercept garis lurus cartesian plot, psi

Hasil dari perhitungan CA akan disesuaikan dengan CA yang ada pada tabel II.1 untuk
menentukan geometri pengurasan reservoir.

Tabel II.1 Shaped Factor Untuk Closed Single Well Drainage Area[ CITATION
Lee82 \l 14345 ]

10
11
Tabel II.1 Shaped Factor Untuk Closed Single Well Drainage Area (cont’d)
[ CITATION Lee82 \l 14345 ]

12
II.2 Pengertian Analisis Pressure Buildup

13
Pressure Buildup Testing (PBU) adalah suatu teknik pengujian transien tekanan yang
dilakukan pertama-tama dengan memproduksikan sumur selama suatu selang waktu
tertentu dengan laju aliran yang tetap, kemudian menutup sumur tersebut dengan waktu
tertentu juga. Penutupan sumur ini menyebabkan naiknya tekanan yang dicatat sebagai
fungsi waktu (tekanan yang dicatat ini biasanya adalah tekanan dasar sumur).

Kelebihan dari penggunaan pressure buildup ini adalah pengaturan laju alir yang lebih
stabil serta pressure gauge yang relatif lebih stabil dibandingkan dengan menggunakan
analisis pressure drawdown. Kekurangan penggunaan metode analisis pressure buildup
adalah sumur tidak menghasilkan produksi karena harus ditutup serta pada kondisi
reservoir gas dengan kandungan kondensat atau liquid tinggi, liquid dan condensate dapat
mengalami loading di dasar sumur dan membuat sumur akan mati ketika dibuka kembali.

Dasar analisa pressure buildup test ini dilakukan oleh Horner, yang pada prinsipnya
adalah memplot tekanan terhadap suatu fungsi waktu berdasarkan suatu prinsip yang
dikenal dengan superposisi (superposition principle). Seperti pada Gambar II.3
menunjukan bahwa sebelum melakukan analisis buildup, sumur harus diproduksikan
dengan laju alir yang konstan. Laju alir sama dengan (q) akan mengganggu impuls
tekanan dari saat memproduksikan dengan laju alir konstan hingga akhir build up (tp+Δt)
sedangkan pada saat laju alir sama dengan (-q) akan mengganggu impuls tekanan saat
pengujian buildup dimulai (Δt). Dalam hal ini besarnya perubahan tekanan di dasar sumur
dapat didefinisikan sebagai berikut.

1688 Φμ Ct r 2w 1688 Φμ Ct r 2w
Pi−Pws=−70.6
qμB
kh
ln
{(
k (tp+ Δt )
−2 s −70.6 ) }
−qμB
kh
ln
k Δt {(
−2 s ) }
(11)

Kemudian dengan menyederhanakan persamaan di atas maka didapatkan hasil Pws


sebagai berikut.

qμB tp+ Δt
Pws =Pi−162,6
kh
log
Δt[ ] (12)

tp + Δt
Plot antara Pws vs log [ Δt ]akan menghasilkan garis lurus yang bernilai

qμB
m=162,6 (13)
kh

Keterangan:

14
Pws = Tekanan dasar sumur, psi

Pi = Tekanan mula-mula reservoir, psi

q = Laju (produksi) sebelum sumur ditutup, bbl/d

μ = Viskositas minvak. cp

B = Faktor volume formasi, bbl/stb

k = Permeabilitas, mD

h = Ketebalan formasi, ft

tp = Waktu produksi sebelum sumur ditutup, jam

Δt = Waktu penutupan sumur, jam

s = Skin, dimensionless

Gambar II.3 Skema Analisis Pressure Buildup Test [ CITATION Lee82 \l 14345 ]

tp + Δt
Berdasarkan grafik semilog plot antara Plot antara Pws (psi) vs log [ Δt ] (jam) atau

disebut sebagai horner time, akan terbentuk garis lurus yang menunjukan bahwa test
buildup telah memasuki periode transien. Sebelum mencapai garis lurus ini merupakan
periode wellbore storage sedangkan jika setelah periode transien terdapat penyimpangan
dari garis lurus periode transien maka boundary effect telah tercapai atau dalam hal ini

15
periode aliran mencapai periode pseudo steady-state. Selain log – log plot antara Log Δp
(psi) dan log Δt (jam) dapat digunakan untuk menentukan wellbore storage coefficient
dan juga menentukan periode aliran berdasarkan unit slope line di awal waktu yang
terbentuk.

Pada kondisi tertentu saat sumur telah berproduksi dengan waktu produksi yang lama dan
laju alir berubah – ubah analisis pressure buildup dilakukan dengan mencari rata – rata
laju alir selama produksi seperti tercantum pada Earlougher (1977). Sedangkan Pi dapat
dihasilkan dengan menarik garis lurus pada periode transien hingga menyentuh sumbu y.

II.2.1 Analisis Log-Log Plot Pressure Buildup

Plot dalam log-log antara log Δp (psi) dan log Δt (jam) dapat digunakan untuk
menentukan konstanta wellbore storage. Log Δp (psi) merupakan selisih antara P ws
dengan Pwf Δt=0 (awal buildup test). Wellbore storage domination pada grafik log-log plot
ditandai dengan unit slope line. Unit slope line yang mulai menyimpang dari data
pressure buildup merupakan batas akhir kondisi wellbore storage domination, kemudian
dilanjutkan dengan zona transisi dan periode transien setelah 1 – 1.5 cycle dari keadaan
penyimpangan tersebut. Besarnya Cs dapat dihitung dengan persamaan berikut ini.
q.B Δt
Cs = 24 Δp (14)
Keterangan:

C = Konstanta wellbore storage, bbl/psi

Δt = Pembacaan Δt pada unit slope, jam

Δp = Pembacaan Δp pada unit slope, jam

q = Laju alir, bopd

B = Oil FVF, bbl/psi

II.2.2 Analisis Semilog Plot Untuk Menentukan Periode Aliran Dan Karakteristik
Formasi

tp + Δt
Grafik ini adalah semilog plot antara Pws vs log log [ Δt ]. Dalam plot antara Pws vs

tp+ Δt
log [ Δt ]dapat digunakan untuk menentukan periode aliran. Garis lurus (straight

line) yang terbentuk pada grafik semilog menunjukan periode transien. Penyimpangan di

16
awal garis lurus merupakan batas wellbore storage telah berakhir. Sedangkan pada
kondisi impuls tekanan telah mencapai batas, boundary effect akan ditunjukan dengan
penyimpangan dari garis lurus (straight line) pada periode transien saat waktu pengujian
yang lebih besar. Grafik semilog ini juga digunakan untuk penentuan karakteristik
formasi. Parameter seperti permebilitas (k) dan skin (s) dapat ditentukan pada periode
transien di semilog plot. Dengan membaca kemiringannya (m) pada periode transien
(ditandai dengan straight line) seperti ditunjukan pada persamaan (2), maka permeabilitas
formasi dapat ditentukan, yaitu:

162,6 Q μo B o
k= (15)
mh

Keterangan:

k = Permeabilitas, md

Q = Laju alir, Bopd

μo = Viskositas minyak, cp

Bo = Faktor volume formasi minyak, bbl/stb

m = Kemiringan, psi/cycle

h = Ketebalan net pay, ft

Dari grafik semilog plot ini juga dapat ditentukan besarnya tekanan awal reservoir atau
ditandai P*. Konsep ini menggunakan metode horner yang menunjukan bahwa saat waktu
pengujian buildup test mencapai tak terhingga dengan waktu produksi konstan yang kecil,
maka akan menghasilkan horner time yang bernilai 1. Pada kondisi penutupan tak
terhingga ini dapat dipastikan pada jenis reservoir yang belum mencapai batas (infinite
acting) dan open reservoir tekanan reservoir akan kembali ke tekanan awal reservoir.
Dalam hal ini tekanan awal reservoir yang terbaca saat horner time bernilai 1 dinotasikan
sebagai P*.

Besarmya permeabilitas dapat digunakan untuk evaluasi kondisi skin. Skin dihitung untuk
menentukan kondisi reservoir apakah dalam kondisi damaged, undamaged atau
simulated. Kondisi damaged ditunjukan dengan nilai skin positif dan stimulated
ditunjukan dengan nilai skin negatif. Sedangkan pada kondisi undamaged nilai skin
adalah sebesar 0. Pada perhitungan skin dibutuhkan data tekanan P1hr. P1hr dibaca pada
garis lurus semilognya saat menunjukan waktu pengujian 1 jam. Jika data tersebut tidak

17
terletak pada garis lurus, maka harus dilakukan ekstrapolasi dan harga itulah yang
digunakan untuk menghitung faktor skin menggunakan persamaan (3) berikut.

P 1hr−Pwf k
S = 1,151 x
[ m
−log
(
θxμ xCtxrw 2 )
+3 , 23
] (16)

Keterangan:

P1hr = Tekanan terbaca pada garis lurus semilog saat pengujian buildup test 1 jam, psi

Pwf = Tekanan alir sumur saat awal pengujian buildup test, psi

k = Permeabilitas, md

Φ = Porositas, fraksi

Ct = Kompresibilitas total, 1/psi

rw = Jari-jari sumur, inch

μo = Viskositas minyak, cp

m = Kemiringan, psi/cycle

S = Skin, dimensionless

Sedangkan adanya hambatan aliran yang terjadi pada formasi produktif akibat adanya
skin effect, biasanya diterjemahkan kepada besarnya penurunan tekanan, ΔPs yang
ditentukan menggunakan persamaan

ΔPs=0.869ms (17)

Sehingga besarnya flow efficiency (FE) berdasarkan analisa pressure build up ini dapat
ditentukan menggunakan persamaan :

p∗−Pwf Δt=0−ΔPs
FE= (18)
p∗−Pwf Δt=0

Keterangan:

FE = Flow efficiency, dimensionless

P* = Tekanan awal reservoir (false pressure), psi

Pwf Δt=0 = Pwf saat awal waktu tes, psi

ΔPS = Perbedaan tekanan di zona altered, psi

18
Nilai dari FE ini merepresentasikan banyaknya kenaikan atau penurunan laju alir akibat
adanya faktor skin dibandingkan dengan laju alir tanpa ada skin (s=0) saat P wf yang sama.
Selain dari pada itu efek dari skin dapat terlihat pada jari – jari sumur efektif yang dapat
dihitung dengan persamaan berikut.

rwe = rwe-s (19)

Waktu berakhirnya wellbore storage secara perhitungan dapat ditentukan dengan


persamaan (10) untuk membandingkan dengan penentuan secara kualitatif melalui
pembacaan semilog plot.

(170000 x C x e 0,14 s )
t wbs=
kh (20)
( )
μ

II.2.3 Penentuan Tekanan Rata-Rata Reservoir


Seperti diketahui bersama bahwa tekanan rata-rata reservoir merupakan suatu besaran
fisik yang mendasar untuk diketahui pada proses primary recovery maupun enhanced
recovery, yaitu sangat berguna untuk karakterisasi suatu reservoir, penentuan cadangan,
peramalan kelakuan reservoir tersebut serta pembuatan inflow performance relationship
pada sumur – sumur yang telah lama diproduksikan.

Untuk reservoir yang bersifat infinite acting, tekanan rata-rata reservoir ini adalah P* = Pi
= P yang dapat diperkirakan dengan mengekstrapolasikan segmen garis lurus pada
Horner plot sampai ke harga (tp+Δt)/Δt = 1. Tetapi pada reservoir yang terbatas, hal di
atas tidak dapat dilakukan mengingat bahwa dengan adanya pengaruh dari batas
reservoir, maka tekanan pada umumnya akan jatuh berada di bawah garis lurus Horner.

Ada beberapa cara yang dapat digunakan untuk memperkirakan besarnya tekanan rata-
rata reservoir ini, yaitu :

a. Metode Matthews - Brons - Hazebroek (Metode MBH),


b. Metode Miller - Dyes - Hutchinson (Metode MDH).
c. Metode Dietz.

II.2.3.1 Metode Matthews - Brons - Hazebroek (MBH)

Metode ini dilakukan dengan asumsi bahwa mobilitas dan kompresibilitas fluida tidak
bervariasi sampai sebatas radius pengurasan atau dapat dikatakan bahwa tidak ada variasi
sifat-sifat fluida dan batuan reservoirnya.

Langkah-langkah pengerjaan metode ini adalah sebagai berikut:

19
a. Dapatkan harga P* dari Metode Horner (untuk reservoir yang terbatas, P* ini
dikenal sebagai "False Pressure").
b. Dapatkan juga harga kemiringannya (slope, m).
c. Perkirakan besarnya harga tekanan rata-rata reservoir (P) menggunakan persamaan:

m
Pave=P∗− P [t ]
2. 303 DMBH pDA (21)

PDMBH atau dikenal sebagat "MBH Dimensionless Pressure" dibaca pada grafik MBH
Dimensionless Pressure tergantung pada bentuk dari daerah pengurasannya seperti
tercantum pada Gambar II.2 Sedangkan harga absisnya (tpDA) didapat dengan persamaan :

0,0002637 k tp
t pDA =
φ μ Ct A (22)

Keterangan:

Pave = Tekanan rata – rata reservoir, psi

tpDA = Waktu dimensionless production time, dimensionless

k = Permeabilitas, md

Φ = Porositas, fraksi

Ct = Kompresibilitas total, 1/psi

tp = Waktu produksi, jam

A = Luas pengurasan reservoir, sqft

20
Gambar II.4 MBH Dimensionless Pressure Untuk Jenis Pengurasan Dengan Sumur
Terletak di Tengah Reservoir (Earlougher, 1977)

II.2.3.2 Metode Miller - Dyes - Hutchinson (MDH)

Metode ini hanya dapat digunakan untuk menentukan tekanan rata-rata reservoir pada
reservoir-reservoir yang berbentuk lingkaran atau bujur sangkar dengan sumur produksi
pada pusatnya. Salah satu syarat mutlak untuk menggunakan metode MDH ini adalah
anggapan bahwa sebelum sumur ditutup (shut in) kondisi telah mencapai pseudo steady-
state.

Langkah-langkah pengerjaan metode ini adalah sebagal berikut:

a. Buat MDH plot yaitu Pws vs log Δt, kemudian tentukan m dan k.
b. Pilihlah sembarang harga Δt, asalkan masih terletak pada semi log straight line
(katakanlah Δt), kemudian baca harga Pws yang berhubungan dengan waktu Δt
tadi.
c. Hitung besarnya ΔtDA, yaitu :

0,0002637 k ( Δt )
Δt DA =
φ μ Ct A (23)

21
d. Dari Gambar II.3 bacalah harga PDMDH untuk reservoir yang sesuai dengan
pendekatan lingkaran atau bujur sangkar dan kondisi pada batasnya (no flow atau
constant pressure).
e. Tentukan tekanan rata-rata reservoir berdasarkan persamaan :

m PDMDH ( Δt DA )
Pave=Pws+
φ μ CtA (24)

Keterangan:

Pave = Tekanan rata – rata reservoir, psi

PDMDH = Tekanan dimensioless Miller - Dyes - Hutchinson (MDH), psi

Pws = Tekanan shut-in saat Δt tertentu, psi

m = Slope pada periode transien plot semilog, psi/cycle

tDA = Waktu dimensionless shut-in time, dimensionless

k = Permeabilitas, md

Φ = Porositas, fraksi

Ct = Kompresibilitas total, 1/psi

Δt = Waktu pengujian buildup test, jam

A = Luas pengurasan reservoir, sqft

II.2.3.3 Metode Dietz

Syarat untuk menggunakan metode ini adalah kondisi pseudo steady-state telah
dicapai sebelum penutupan sumur, telah diketahui shape factor (CA) dan skin
faktor harus lebih besar dari negatif 3.

Langkah-langkah pengerjaan metode ini adalah sebagai berikut :

a. Buat MDH plot (Pws vs Δt), kemudian tentukan m dan k.


b. Tentukan besarnya harga (Δt)p, yaitu pada saat:

tp φ μ CtA
( Δt ) P= =
C A t pDA 0 .0002637 C A k (25)

c. Kemudian Pave dibaca pada waktu (Δt)p yang dihitung dari langkah b pada
semi log straight line.

22
Keterangan:

CA = Konstanta Dietz shape factor, dimensionless

tp = Waktu production time, jam

tpDA = Waktu dimensionless production time, dimensionless

k = Permeabilitas, md

Φ = Porositas, fraksi

Ct = Kompresibilitas total, 1/psi

Δt = Waktu pengujian buildup test, jam

A = Luas pengurasan reservoir, sqft

Gambar II.5 MDH Dimensionless Pressure Untuk Jenis Pengurasan Dengan Sumur
Terletak di Tengah Reservoir (Earlougher, 1977)

BAB III. DATA PENGUJIAN

III.1 Data Analisis Well Testing

Pengujian sumur telah dilakukan pada pada Sumur J-1 dengan laju alir konstan saat
drawdown sebesar 300 BOPD dengan waktu drawdown sepanjang 24 jam dan waktu

23
buildup sepanjang 72 jam. Hasil well testing pada Sumur J-1 ini ditunjukan pada Gambar
III.1.

Well Testing
3254

3252

3250

3248
Pwf, psi

3246

3244

3242

3240
0 20 40 60 80 100 120
t, jam

Gambar III.1 Hasil Pengujian Tekanan Sumur J-1

Data – data penunjang yang digunakan untuk analisa tercantum sebagai berikut.

Tabel III.1 Data Penunjang Analisis Tekanan

Well Radius ft 0.3


Net Pay ft 30
Porosity fraction 0.1
Oil FVF bbl/stb 1.25
Viscosity cP 1
Total Compressibility 1/psi 1.00E-05
     
Oil Rate BOPD 800
PDD hours 24
PBU hours 72
BAB IV. ANALISIS PRESSURE DRAWDOWN DAN
PRESSURE BUILDUP SUMUR J-1

IV.1 Penentuan Periode Aliran Berdasarkan Analisis Pressure Drawdown

24
Pada grafik semilog plot antara Pwf (psi) vs log Δt (jam) (Gambar IV.1), bahwa straight
line dimulai dari waktu pengujian 0.5 jam yang mana periode ini dinamakan periode
transien. Sebelum garis lurus ini dapat dikatakan sebagai periode wellbore storage
domination.

Gambar IV.1 Hasil Analisis Periode Aliran Dari Plot Semilog Sumur J-1

Sedangkan berdasarkan data plot kartesian antara Pwf (psi) dan t (jam) (Gambar IV.2)
secara kasar didapatkan hasil terdapat garis lurus dimulai dari waktu pengujian
drawdown sebesar 14.5 jam. Kondisi ini dinyatakan sebagai periode pseudo steady-state.
Sedangkan periode transien dan wellbore storage tidak dapat ditentukan berdasarkan
grafik ini.

Periode aliran wellbore storage dihasilkan dari log –log plot antara log ΔP (psi) dan log
Δt (jam) (Gambar IV.3). Wellbore storage domination akan ditandai dengan slope unit
line. Unit slope line yang menyimpang akan merupakan akhir dari wellbore storage
domination yang pada grafik ini didapatkan sebesar 0,09 jam. Pembacaan Δp dan Δt atau
slope akan menghasilkan nilai Cd yang digunakan kemudian untuk menghitung Cs.
Waktu 1,5 cycle log dari penyimpangan ini akan menunjukan kondisi periode aliran
memasuki periode transien. Waktu masuknya periode aliran berdasarkan log log plot
antara log ΔP dan log Δt adalah sebesar 0.5 jam. Hal ini sesuai dengan plot semilog
antara Pwf (psi) vs log Δt (jam)

25
Gambar IV.2 Hasil Analisis Periode Aliran Dari Cartesian Plot Sumur J-1

Periode aliran wellbore storage dihasilkan dari log –log plot (Gambar IV.3) antara log Δp
dan log Δt. Wellbore storage domination akan ditandai dengan slope unit line. Unit slope
line yang menyimpang akan merupakan akhir dari wellbore storage domination yang
pada grafik ini didapatkan sebesar 0,021 jam.. Pembacaan Δp dan Δt atau slope akan
menghasilkan nilai Cd yang digunakan kemudian untuk menghitung Cs

26
Gambar IV.3 Hasil Analisis Wellbore Storage Dari Plot Log-Log Sumur J-1

IV.2 Penentuan Konstanta Wellbore Storage Sumur J-1 Berdasarkan Analisis


Pressure Drawdown

Konstanta wellbore storage (Cs) dihitung menggunakan 1 sebagai berikut

300 .1 ,12 0,00484712


x
Cs = 24 3,31 = 0,020501414 bbl/psi

Berdasarkan Gambar IV.3 garis lurus yang terbentuk di awal memiliki slope atau Cd
sebesar 0,001464387. Selanjutnya didapatkan besarnya Cs seperti tercantum di atas
sebesar 0,020501414 bbl/psi.

IV.3. Penentuan Permeabilitas Berdasarkan Analisis Pressure Drawdown Periode


Transien

Besarnya permeabilitas dapat dihitung setelah diketahui nilai m atau slope pada plot
semilog ketika memasuki kondisi periode transien. Dalam hal ini didapatkan nilai m
sebesar -16,28 psi/hr. Maka besarnya permeabilitas dapat dihitung dengan persamaan (2)
sebagai berikut.

−162,6 x 300 x 0,5 x 1,12


k= =55,917 md
(−16,28 ) x 30

IV.4. Penentuan Skin Berdasarkan Analisis Pressure Drawdown Periode Transien

Besarnya skin dapat dihitung setelah diketahui nilai permeabilitas reservoir. Data lain
yang dibutuhkan disini adalah P1hr yang merupakan tekanan yang terbaca dari straight
line pada semilog plot (periode transien) saat menunjukan waktu pengujian 1 jam.
Dengan menggunakan persamaan (3) maka didapatkan skin sebagai berikut.

3000 −2890 ,7 56 , 556


s = 1,151 x
[ (16 ,28 )
−log
( )
0,1 x 0,5 x (3 x 10−6 )x 0,32 ]
+3 ,23 =0 , 374

Dengan begitu maka dapat dihitung waktu berakhirnya wellbore storage dengan
persamaan (4)

(200000+ 12000 x 0,374)x 0,020501414


t wbs= =1,25 jam
55,917 x 30
( )
0,5

27
IV.5. Penentuan P^ Berdasarkan Analisis Pressure Drawdown Periode Transien
Lanjut

Penentuan P^ dilakukan secara iterasi hingga P^ yang diasumsikan menghasilkan straight


line pada plot antara log (Pwf – P^) vs t. Berdasarkan hasil percobaan maka didapatkan
nilai P^ sebesar 2859 psi yang menghasilkan garis lurus pada Gambar IV.4.

Gambar IV.4 Hasil Analisa P^ Metode Extended Muskat Untuk Periode Transien Lanjut
Sumur J-1

IV.6. Penentuan Vp Berdasarkan Analisis Pressure Drawdown Periode Pseudo


Steady-State

Dalam perhitungan Vp dibutuhkan data slope pada straight line di plot kartesian antara
Pwf (psi) dan t (jam). Nilai ini dinotasikan sebagai βL pada persamaan (8). Mengacu pada
Gambar IV.2 maka besarnya βL didapatkan sebesar -0,4585 psi/hr. Nilai negatif
menandakan bahwa slope mengarah ke kiri. Dengan begitu maka besarnya volume pori
dapat dihitung dengan persamaan (8) sebagai berikut.

300 x 1 , 12
V p =0 . 0418 =10 . 210 .225,85 bbl ¿
|−0 , 4585|x ( 3 x 10 −6 )⋅¿

IV.7. Penentuan CA Berdasarkan Analisis Pressure Drawdown

28
CA merupakan parameter dimensionless yang dapat digunakan untuk mengetahui
geometri reservoir. Dalam menentukan C A parameter yang dibutuhkan adalah seperti
slope semilog periode transien (m), slope kartesian periode pseudo steady-state (m*), P1hr
dan juga Pint. . Pint adalah intercept garis lurus yang menunjukan tekanan tertentu (psi).
Berdasarkan Gambar IV.2 didapatkan nilai P int sebesar 2878,1 psi. Perhitungan CA dengan
persamaan (10) dilakukan sebagai berikut.
−16,28 2890,7−2878,1
C A=5,456
−0,4585 [
exp 2,303
−0,4585
=¿32,61 ]
Hasil dari CA kemudian disesuaikan dengan CA pada berbagai jenis drainage areas pada
Tabel II.1 dan didapatkan bahwa bentuk pengurasan reservoir lingkaran yang paling
dekat karena memiliki nilai CA sama dengan 31,62.

29
V. PEMBAHASAN ANALISIS PRESSURE DRAWDOWN
SUMUR J-1

Dalam melakukan analisa drawdown penentuan periode aliran merupakan tahapan


pertama yang dilakukan. Periode aliran dapat ditentukan berdasarkan tiga grafik yakni
grafik semilog plot antara Pwf (psi) vs log t (jam), grafik cartesian plot antara Pwf (psi)
vs t (jam), dan grafik log-log plot antara ΔP vs Δt. Pada semilog plot straight line
menunjukan periode transien yang waktu sebelum mencapai periode transien ini
merupakan wellbore storage domination. Sedangkan pada kondisi penyimpangan dari
garis lurus sepanjang waktu pengujian bertambah merupakan boundary effect yang
menunjukan kondisi pseudo steady-state telah tercapai. Berdasarkan hasil analisa periode
transien dialami setelah waktu pengujian lebih dari 1,5 jam dan periode pseudo steady-
state dialami setelah waktu lebih dari 27 jam. Plot kartesian antara Pwf (psi) dan t (jam)
dapat menunjukan periode pseudo steady-state. Mulainya periode pseudo steady-state
ditandai dengan garis lurus yang terbentuk pada plot kartesian. Berdasarkan hasil
pembacaan setelah waktu lebih dari 12 jam garis lurus terbentuk yang berarti periode
pseudo steady-state tercapai. Grafik yang terakhir yakni log-log plot antara log ΔP vs log
Δt dapat menunjukan periode wellbore storage domination. Wellbore storage domination
ini ditandai dengan adanya unit slope line di awal plot log-log. Penyimpangan dari unit
slope line merupakan berakhirnya wellbore storage domination dan memasuki periode
transisi dan kemudian periode transien setelah 1 - 1,5 cycle. Berdasarkan hasil
perhitungan dengan persamaan (4) waktu berakhirnya wellbore storage adalah 1,25 jam
dengan begitu hasil dari semilog plot merupakan hasil yang paling sesuai dengan
perhitungan yang ada. Plot semilog merupakan plot yang paling sensitif karena
berpengaruh dalam penentuan karakteristik formasi, sehingga atas alasan demikian
semilog plot menjadi acuan dalam penentuan periode aliran.

Konstanta wellbore storage (Cs) yang didapatkan perhitungan berkaitan dengan slope
yang terbentuk pada log-log plot. Berdasarkan hasil perhitungan didapatkan nilai Cs
sebesar 0,020501414 bbl/psi. Nilai ini dapat divalidasi dengan perhitungan wellbore
storage menggunakan pendekatan ukuran lubang bor dan densitas fluida di sumur. Kedua
nilai Cs ini harus saling mendekati, jika tidak berarti ada kesalahan dalam penentuan unit

30
slope line di log-log plot. Nilai konstanta wellbore storage yang besar menandakan
bahwa periode wellbore storage yang semakin cepat. Dalam mengurangi efek wellbore
storage komplesi menggunakan sub-surface valve. Sub-surface valve dapat menahan agar
fluida tidak terus mengisi kolom lubang bor dan menjaga fluida bor hanya ada mengisi
kolom di bawah sub-surface valve.

Karakteristik formasi seperti permeabilitas (k) dan skin (s) dihitung setelah mengetahui
posisi periode transien sehingga dapat dihitung slope (m) pada kondisi tersebut.
Berdasarkan hasil perhitungan didapatkan nilai permeabilitas (k) sebesar 55,917 md dan
skin (s) sebesar 0,374. Menurut Tiab dan Donaldson (2004) nilai permeabilitas ini
memasuki range good (50 md – 250 md). Sedangkan skin positif menunjukan bahwa
telah ada kerusakan pada formasi di sekitar lubang bor yang mengurangi potensi laju alir
sumur. Skin ini merupakan total skin pada reservoir yang dapat diakibatkan karena skin
damage, skin perforari, skin turbulen, atau skin deviasi akibat sumur miring. Skin positif
ini dapat disebabkan atas berbagai hal seperti akibat pemboran, komplesi, ataupun
produksi. Oleh karenanya perlu dilakukan pemeriksaan data – data lain seperti fluida
pemboran yang digunakan, fluida komplesi yang digunakan, jenis komplesi, laju alir
kritis, compressive strength batuan, dan juga mineral penyusun batuan agar dapat
menentukan skin tersebut berasal dari proses eksploitasi tertentu. Dengan diketahui
kemungkinan pembentuk skin positif, maka operasi pembuatan sumur selanjutnya dapat
mempertimbangkan hal-hal tersebut.

Dalam penentuan P^ atau tekanan rata – rata dasar sumur saat memasuki periode transien
lanjut maka metode iterasi dilakukan. Iterasi dilakukan dengan cara mengasumsikan nilai
P^ sampai plot log Pwf-P^ (psi) vs t (jam) membentuk garis lurus. Garis melengkung ke
atas menandakan asumsi P^ terlalu kecil sebaliknya garis melengkung ke bawah
menandakan asumsi P^ terlalu besar. Berdasarkan hasil perhitungan seperti juga
tercantum pada Gambar IV.4 nilai P^ sebesar 2859 psi dipilih sebagai nilai yang paling
relevan dengan kebutuhan syarat garis lurus. Tekanan pada periode transien lanjut ini
biasanya terbaca saat geometri pengurasan reservoir tidak berbentuk lingkaran sehingga
impuls tekanan akan memiliki waktu yang berbeda untuk mencapai batas. Hal ini dapat
terjadi saat geometri reservoir rectangular dengan sumur di sisi dari zona pengurasan
reservoir. P^ menjadi tidak representatif pada reservoir dengan bentuk geometri
pengurasan lingkaran dengan sumur terletak di tengan lingkaran dikarenakan pada
kondisi ini semua impuls tekanan mencapai batas secara bersamaan dan tidak akan
membentuk periode transien lanjut.

31
Kelebihan dari analisa drawdown adalah kemampuannya dalam menentukan volume pori
reservoir. Fitur ini memerlukan kondisi test yang telah mencapai batas atau dalam
cartesian plot antara pwf (psi) vs t (jam) telah menunjukan adanya garis lurus. Slope dari
garis lurus tersebut (βL) kemudian digunakan untuk mencari Vp. Vp yang didapatkan
sebesar 10.210.225,85 bbl. Nilai ini kemudian bisa dianalisa lebih lanjut untuk
menentukan jari – jari pengurasan (re) apakah sesuai dengan sebelumnya
direkomendasikan oleh geologis dalam net pay isopach map dengan menggunakan data
penunjang seperti Bo, saturasi minyak, ketebalan net pay, dan porositas.

Selain dari volume pori reservoir, bentuk reservoir juga dapat diketahui dari analisa
pressure drawdown dengan mencari nilai dietz shape factor atau CA. Nilai CA yang
didapatkan sebesar 32,61 mendekati nilai CA untuk bentuk geometri reservoir lingkaran
sebesar 31,62. Hal ini dapat juga berarti bahwa reservoir dengan bentuk lingkaran
memiliki sedikit kemungkinan adanya periode transien lanjut. Hal ini akan berkaitan
dengan penentuan P^ untuk periode transien lanjut.

32
VI. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil analisa maka dapat disimpulkan:

1. Periode transien dicapai setelah waktu pengujian lebih besar dari 1,5 jam dan
periode pseudo steady-state dicapai setelah waktu pengujian lebih besar dari 27
jam menyesuaikan dengan hasil pembacaan pada semilog plot.

2. Karakteristik reservoir yang didapatkan tercantum pada tabel sebagai berikut


Analisa Hasil Satuan
Cd 0,001464387  
Cs 0,020501414 bbl/psi
m -16,28 psi/hr 
k 55,917 md
s 0,374  
P^ 2859 psi
m* -0,4585 psi/hr 
Pint 2878,1 psi
10.210.225,8
Vp bbl
5
Ca 32,61
3. Bentuk geometri reservoir yang mendekati nilai C A untuk lingkaran (CA = 31,62)
menunjukan bahwa kondisi transien lanjut seharusnya tidak terjadi pada uji
pressure drawdown di reservoir ini sehingga penentuan P^ menjadi tidak
representatif.

33
DAFTAR PUSTAKA

Lee, J. (1982). Well testing. Texas: Society of Petroleum Engineers.

Tiab, D., & Donaldson, E. C. (2004). Petrophysic Theory and Practice of Measuring
Reservoir Rock and Fluid Transport Properties. Burlington: Gulf Profesionnal
Publishing.

34

Anda mungkin juga menyukai