Anda di halaman 1dari 9

ANALISIS PRESSURE BUILD UP TEST MENGGUNAKAN SOFTWARE ECRIN DAN METODE

MANUAL PADA SUMUR GAS CP-52 & CP-54 LAPANGAN CHAPIN

Oleh :

Adven Charlos M. Pappin *

Ir. R. S. Trijana Kartoatmodjo, M.Sc.,Ph.D **

Ir. Pauhesti Rusdi, MT ***

Abstrak

Sumur CP-52 dan CP-54 merupakan sumur yang berlokasi pada struktur Tambun Daerah Tingkat II Kabupaten Bekasi
Propinsi Jawa Barat dengan Baturaja sebagai formasi target. Uji sumur atau well testing dilakukan untuk kegiatan monitoring guna
mendapatkan informasi model reservoir dan boundary, innitial pressure (Pi), permeabilitas (k), skin (s), penurunan tekanan akibat
skin (∆P skin), tekanan rata-rata (Pavg), dan flow efficiency. Uji yang dilakukan pada kedua sumur yaitu menggunakan uji pressure
build up (PBU) dan dalam analisanya digunakan metode Horner dengan 2 pendekatan yaitu pendekatan pseudo pressure dan metode
P2. Kedua metode ini digunakan karena tekanan reservoir yang kurang dari 2000 psia pada ke dua sumur yaitu tekanan reservoir
1454 psia pada sumur CP-52 dan tekanan sebesar 1056 psia pada sumur CP-54. Pada Tugas Akhir ini dibahas tentang Analisa
Pressure Build Up Test Menggunakan Software Ecrin dan Metode Manual pada Sumur Gas CP-52 & CP-54 Lapangan Chapin.
Berdasarakan hasil analisa yang dilakukan pada sumur CP-52 diperoleh hasil plot derivative yang matching dengan parameter res-
ervoir dengan permeabilitas sebesar 38.2 mD, skin factor 6, ∆Pskin 26.38 mD, dan tekanan reservoir rata-rata sebesar 1458 psia.
Dengan menggunakan metode Horner pendekatan pseudo pressure yang dihitung secara manual diperoleh nilai permeabilitas sebe-
sar 40.44 mD (dengan metode yang sama pada ecrin diperoleh 39.9 mD) dan skin sebesar 7.36 (dengan ecrin diperoleh 7.11), ∆Pskin
sebesar 30 psia, dan Pavg sebesar 1458 psia. Selain itu, jika dilakukan perhitungan dengan menggunakan metode P 2 diperoleh nilai
permeabilitas 41.28 mD (dengan metode yang sama pada ecrin diperoleh 39.5 mD), skin sebesar 7.34 (dengan ecrin diperoleh 7),
∆Pskin sebesar 30 psia, dan Pavg sebesar 1458 psia. Untuk sumur CP-54 setelah dilakukan matching derivative dengan perangkat
lunak ecrin diperoleh nilai permeabilitas sebesar 3.84 mD, skin -2.73, ∆Pskin -178, dan Pavg 1049 psia. Jika dilakukan perhitungan
secara manual dengan pendekatan m(P) diperoleh nilai permeabilitas sebesar 3.52 mD (dengan metode yang sama pada ecrin di-
peroleh 3.39 mD), faktor skin sebesar -2.86 (dengan ecrin diperoleh -2.82), ∆Pskin sebesar -231 psia, dan Pavg 1049 psia. Sedangkan
dengan pendekatan P2 diperoleh permeabilitas 3.55 mD (dengan metode yang sama pada ecrin diperoleh 3.29 mD), faktor kerusakan
formasi sebesar -2.87 baik secara manual maupun ecrin, ∆P skin sebesar -229 psia, dan Pavg sebesar 1049 psia.

Kata Kunci: Pressure Build Up Test, Software Ecrin, Sumur Gas

Abstract

CP-52 and CP-54 well located at Tambun structure with Baturaja as a fomation target. Well testing is performed to deter-
mine reservoir and boundary model, innitial reservoir pressure (Pi), permeability (k), skin factor (indicate a formation damage or
stimulation on the well), pressure drop due to skin (∆P skin), radius investigation (ri), and flow efficiency (FE). Analysis is done with
using Ecrin v4.02 as a mean to validate the calculation done manually using Horner method pseudo pressure and P 2 approach. Based
on analysis done on CP-52, derivative plot matched with reservoir parameters permeability 38.2 mD, skin factor 6, ∆P skin 26.38, and
reservoir average pressure 1458 psia. Using Horner method pseudo pressure approach which is calculated manually, the value of
permeability obtained is 40.44 mD (with the same method in ecrin, the result is 39.9 mD) and skin factor 7.36 (with ecrin, the value
is 7.11), ∆Pskin 30 psia, and Pavg 1458 psia. Furthermore, if calculation is done using P 2 method, the value of permeability changes to
41.28 mD (with the same method on ecrin, 39.5 mD is obtained), skin factor 7.34 (with ecrin, the value is 7), ∆P skin 30 psia, and Pavg
1458 psia. For CP-54 well, after matching derivative is done by using ecrin software, value of permeability is 3.84 mD, skin -2.73,
∆Pskin -178, and Pavg 1049 psia. If calculation is done manually with m(P) approach, permeability is 3.52 mD (with the same method
in ecrin, permeability value is 3.39 mD), skin factor is -2.86, ∆Pskin is -231 psia, and Pavg 1039 psia. While with P2 approach, perme-
ability is 3.55 mD9 with the same method in ecrin, the value is 3.29 mD), formation damage factor -2.87 whether it is done manually
or with ecrin, ∆Pskin is -229 psia, and Pavg is 1049 psia.

Keyword: Pressure Build Up Test, Software Ecrin, Gas Well

*) Mahasiswa Program Studi Teknik Perminyakan – Universitas Trisakti

1
**) Dosen Pembimbing I Program Studi Teknik Perminyakan – Universitas Trisakti

***) Dosen Pembimbing II Program Studi Teknik Perminyakan – Universitas Trisakti

PENDAHULUAN Metode ini digunakan untuk sumur gas dengan semua


tekanan reservoir gas dimana dengan memperhitungkan
Produksi minyak dan gas bumi seiring berjalannya perubahan viskositas dan faktor deviasi gas.
waktu seringkali mengalami penurunan produksi yang antara Langkah kerja PBU test dengan menggunakan metode
lain dapat disebabkan baik karena penurunan tekanan reser- Horner pendekatan m(P) dan P2 sebagai berikut.
voir maupun faktor lainnya berupa kerusakan formasi yang 1. Menyiapkan data pendukung seperti daily production
terjadi. Kerusakan formasi (formation damage) ini dapat sebelum tes (Qlast), porositas (ϕ), kompresibilitas
disebabkan karena kegiatan pemboran yang dilakukan sebe- batuan (Cf), radius lubang bor (rw), faktor volume
lumnya (seperti invasi lumpur maupun akibat proses formasi gas, viskositas gas (µ), dan tebal lapisan
penyemenan), kegiatan komplesi (dampak kegiatan per- produktif.
forasi), maupun kegiatan produksi itu sendiri. Dampak yang 2. Menghitung waktu produksi sumur dengan persamaan :
dapat terlihat jelas dengan adanya kerusakan formasi ini ada- G
t  P  24 hr ..........................................(1)
p
lah terjadinya penurunan produksi pada suatu sumur yang Qg
disebabkan karena menurunnya permeabilitas formasi dari 3. Membuat tabel datat bottomhole pressure (Pws), waktu
kondisi awal yang berdampak pada menurunnya produktivi- penutupan (∆t), horner time ratio atau (tp+∆t)/∆t, serta
tas sumur atau kemampuan sumur untuk mengalirkan fluida ∆P (Pws-Pwf) dimana Pwf merupakan tekanan dasar
ke dalam lubang sumur. Untuk mengetahui kondisi formasi sumur pada t=0.
tersebut apakah terdapat kerusakan atau apakah upaya 4. Plot antara ∆P dan log t pada kertas log-log. Garis lurus
perbaikan yang dilakukan terhadap sumur sudah effektif dengan sudut 45° (slope=1) pada bagian awal data
maka perlu dilakukan kegiatan monitorinng sumur dengan mengindikasikan adanya wellbore storage. Dari garis
melakukan uji sumur atau well test. ini, kemudian ditentukan titik awal mulai terjadinya
Tujuan dari penulisan ini adalah untuk mem- deviasi dan diukur 1 sampai 1.5 cycle dari titik tersebut
perkirakan parameter-parameter penting reservoir seperti untuk mengetahui awal data tekanan yang tidak
tekanan reservoir, permeabilitas (k), faktor skin, penurunan dipengaruhi oleh efek wellbore storage.
tekanan akibat skin, serta flow efficiency. Berdasarkan analisa 5. Membuat horner plot antara log HTR atau (tp+∆t)/∆t
tersebut diharapkan hasil yang diperoleh dapat memberikan dan Pws. Kemudian tarik garis lurus (trendline) dari
gambaran secara menyeluruh mengenai kondisi sumur datat yang tidak dipengaruhi oleh efek wellbore storage.
sehingga dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk Hitung slope (m) yang dihitung berdasarkan pembacaan
pekerjaan sumur tersebut selanjutnya. nilai ∆P untuk 1 cycle. P* diperoleh dengan
mengektrapolasi trendline sampai HTR=1
TEORI DASAR 6. Hitung nilai permeabilitas untuk metode pseudo
pressure dengan persamaan :
Pengujian sumur ini pada prinsipnya dilakukan
1637 Qg ( Mscf ) T (0 R) ................................. (2)
dengan cara memberikan gangguan tekanan pada sumur, baik k
dengan cara membuka sumur maupun dengan menutup mh
sumur tersebut dimana untuk uji pressure build up, pengujian Sedangkan untuk metode P2 persamaan permeabilitas
sumur dilakukan dengan memproduksikan sumur dengan laju sebagai berikut.
produksi yang konstan selama waktu tertentu kemudian 1637 Qg ( Mscf )   g (cp)  Z  T (0 R) .............. (3)
menutup sumur. penutupan sumur ini menyebabkan naikknya k
mh
tekanan yang dicatat berdasarkan fungsi waktu.
Dasar analisa pressure build up test ini diajukan oleh 7. Kemudian baca nilai Pws pada ∆t = 1 jam
Horner (1951) yang pada dasarnya memplot tekanan (P) 8. Hitung skin factor dengan persamaan :
terhadap suatu fungsi waktu (tp+∆t)/∆t. Prinsip yang  P1 hr 2  Pwf 2   
s  1.151   log 
k   3.23 ......... (4)
mendasari analisis ini adalah prinsip superposisi. Terdapat 3  m   C r 2  
 t w 
metode pendekatan Horner yang dapat digunakan untuk
Persamaan yang sma juga digunakan untuk metode
menganalisa pressure build up pada reservoir gas, yaitu :
pseudo pressure dengan mengganti P1 hr dan Pwf
1. Metode Pendekatan P2
dengan nilai pseudo pressure-nya.
Metode ini digunakan untuk sumur gas dengan tekanan
Nilai skin yang diperoleh dengan persamaan 4 di atas
reservoir kurang dari 2000 psia dimana pendekatan
variabel µgz adalah konstan. adalah total skin yaitu skin baik yang di akibatkan oleh
kerusakan formasi tersebut maupaun karena faktor
2. Metode Pendekatan P
turbulensi. Sedangkan, skin yang dikarenakan oleh
Metode ini digunakan untuk sumur gas dengan tekanan
kerusakan formasi itu sendiri atau true skin dapat
reservoir di atas 3000 psia, dimana pendekatan variabel
ditentukan dengan persamaan :
p/(𝜇 gz) adalah konstan.
3. Metode Pendekatan m(P) s'  s  DQg ................................................... (5)
Dimana parameter D (turbulence flow factor) dihitung
dengan persamaan :

2
  1.88 10 10  k 1.47  0.53 ............................ (5) Start

  T ( R )  g  ............................ (6)
F  3.161  10 12   - Input data rw, h, ø, reference phase, Pr, Tr,
  g h rw 
2
Spesific gravity, non-HC, Cf

F  k  h ............................................. (7) - Input data tekanan dan laju alir (load P & load Q)
D
1422  T ( R) Matching data tekanan dan laju alir
9. Hitung penurunan tekanan yang diakibatkan oleh skin
Extract dP
dengan persamaan :
141 .2 Qg ( Mscf )  Bg (bbl / scf )   g (cp )  s
P  .... (8) History Plot Derivative Plot Horner Plot
kh
10. Hitung radius of investigation dengan persamaan :
 k  t  12 .......................................... (9) Analisa Model
ri   
 948   C t  Improve Model

11. Hitung flow efficiency dan produktivitas formasi (PI)


Matching Kurva
dengan persamaan : No
Actual dan Model
P  Pwf  P skin .................................. (10)
FE  avg Yes
Pavg  Pwf Perhitungan

Q  scfd  ...................................... (11) Output Parameter Reservoir


PI    Tiap Metode
Pavg  Pwf
 psi 
12. Hitung QAOFP (absolute open flow potential) dengan Stop

mengambil beberapa sampel laju alir dengan


.
menggunakan persamaan Fetkovich berikut.
Q  C m( Pi )  m( Pwf )  n .................................... (12)
Gambar 1
Flowchart Kerja Ecrin
Pada reservoir dengan batas reservoir (boundary) yang telah
dicapai selama pressure survey, maka nlai tekanan rata-rata
akan mempunyai nilai yang lebih kecil dibandingkan dengan
P*. Metode yang digunakan untuk menentukan Pavg pada
analisa ini yaitu dengan MBH (Matthews-Brons-Hazebroek)
dengan persamaan :
m
P  P*   PDMBH ..................................... (13)
2.303
Metode MBH ini dilakukan dengan asumsi bahwa mobilitas
dan kompresibilitas fluida tidak bervariasi sampai sebatas ra-
dius pengurasan atau dapat dikatakan bahwa tidak ada variasi
sifat-sifat fluida dan batuan reservoirnya. PDMBH atau dikenal
sebagai “MBH Dimensionless pressure” dibaca dari grafik
MBH dimensionless pressure vs tpDA disesuaikan dengan
bentuk dari daerah pengurasannya. Sedangkan untuk harga
absisnya (tpDA) diperoleh dengan persamaan 14 berikut.
0.0002637 k t p
t pDA  ........................................ (14)
  Ci A

METODOLOGI

Pada penelitian kali ini metode penelitian akan diawali


dengan melakukan Analisa menggunakan software Ecrin
v.4.02 dengan flowchart kerja analisa pressure build up
dengan ecrin dan metode manual dapat dilihat pada gambar 1
dan 2 berikut.
Gambar 2
Flowchart Kerja Metode Manual

3
HASIL & PEMBAHASAN 2. Analisa Pressure Build Up Test dengan Software
Ecrin v.4.02
Dari hasil uji pressure build up tersebut, dapat
diketahui parameter-parameter penting reservoir antara lain Pada analisa dengan perangkat lunak Ecrin, digunakan
berupa pemreabilitas (k), skin factor, penurunan tekanan metode type curve pressure derivative dan metode Horner.
akibat skin (∆P skin), flow efficiency, dan tekanan reservoir Analisa PBU metode Horner pada sumur CP-52 dan sumur
rata-rata (Pavg). Diharapkan dengan mengetahui kondisi CP-54 dilakukan dengan menggunakan pendekatan m(P)-
kerusakan atau perbaikan pada formasi dapat dijadikan pseudo pressure dan pendekatan P2 didasarkan pada referensi
sebagai bahan pertimbangan dalam kegiatan kerja ulang yang menyatakan bahwa metode pendekatan pseudo pressure
sumur ke depannya. dapat digunakan pada semua kondisi tekanan reservoir dan
pendekatan P2 yang dapat digunakan pada kondisi tekanan
1. Evaluasi Data reservoir <2000 psia.

Dalam analisa PBU diperlukan data-data reservoir, 2.1 Analisa PBU dengan Ecrin Sumur CP-52
data produksi, data petrofisik, serta data tambahan lainnya
yang berhubungan dalam tujuannya dengan analisa PBU Berdasarkan data tekanan hasil perekaman EMR
seperti ditunjukkan pada tabel 1 dan 2 berikut. (electric memory recorder), maka dapat diperoleh hasil
history plot untuk sumur gas CP-52 seperti pada gambar 3
Tabel 1 berikut.
Input Parameter

Data Reservoir
Data CP-52 CP-54 Satuan
Spesific Gravity Gas 0.741496 0.71
Viskositas Gas 0.015913706 0.015420987 Cp
Kompresibilitas Formasi (Cf) 3.00E-06 3.00E-06 Psi-1
Kompresibilitas Total (Ci ) 0.000687649 0.000826241 Psi-1
Faktor Deviasi Gas (Z) 0.909027247 0.92404
Faktor Volume Formasi Gas (Bg) 0.002205 0.002685867 Bbl/Scf
Tekanan Reservoir 1454.23 1210.3 Psia
0
Temperatur Reservoir 240 238 F
Karbondioksida 2.73 2.16 %
Hidrogen Sulfida 0 0 %
Nitrogen 0.2 0.17 %
Data Produksi
Data Nilai Nilai Satuan Gambar 3
Qg last 2772 415 Mscf
History Plot Sumur CP-52
Qo last 63.996 58 Bopd
Qt 2799.16 Mscf/d
Kumulatif Prod. Gas (Gp) 183434 664433 Mscf Setelah dilakukan matching terhadap history plot dan
kemudian dengan exctract dp dapat diperoleh kurva log-log
Tabel 2 plot pressure derivative seperti gamabr 4 berikut.
Data Petrofisik dan Data Pendukung

Data Petrofisik & Data Pendukung


Data CP-52 CP-54 Satuan
Perforation 2054-2079 1952-1957 m.k.u
Thickness 83.23 9.84 ft
Porositas 36 15 %
Jari-Jari Sumur (rw) 0.3 0.3 ft

Perlu diketahui bahwa parameter faktor deviasi gas (z)


dan viskositas gas (µ) seperti yang tertera pada tabel 1 Redistribution phase
diperoleh dengan menggunakan korelasi Dranchuk-Abou-
Kassem (untuk z) dan korelasi Lee-Gonzales-Eakin (untuk Constant Pres. Bound.
µ).
Gambar 4
Pressure Derivative Plot Sumur CP-52

4
Berdasarkan hasil improve dengan perangkat lunak
Ecrin diperoleh interpretasi model reservoir yang matching
dengan kurva pressure derivative yaitu :

Tabel 3
Interpretasi Model Reservoir untuk Sumur CP-52
Efek Redistribution
Interpretasi Model Reservoir phase/ Gas Hump
Selected Model Result CP-52
Model Option Standard Model
Wellbore Model Changing Storage (Fair)
Well Model Vertical
Reservoir Model Two Porosity PSS
Boundary Model Circle, Constant Pressure
Gambar 5
Seperti terlihat pada gambar 4 di atas, terdapatnya Horner Plot Sumur CP-52
suatu anomali pembacaan tekanan yang disebabkan oleh
redistribution phase. Penjelasan skematik mengenai fase ini Dengan menggunakan 2 pendekatan Horner diperoleh hasil
dimana ketika sumur ditutup maka akan terdapat fluid level interpretasi untuk sumur CP-52 sebagai berikut.
dengan gas yang akan naik ke permukaan/ mengisi bagian
atas dari tubing dan liquid berada di bawah dari gas. Tabel 5
Penutupan sumur tersebut menyebabkan naiknya tekanan Hasil Interpretasi Metode Horner Sumur CP-52
sehingga semakin banyak gas yang terbentuk/ mengisi kolom
tubing (lihat diagram fasa) dan liquid level (kondensat) Hasil Interpretasi Metode Horner
menjadi turun. Selanjutnya akibat liquid level yang turun, Parameter Metode m(P) Metode P2
2
maka menyebabkan tekanan ikut turun. Ketika pressure Slope 951400 psi /cp 13866.3 psia2
wellbore turun, maka terjadi kembali perubahan fasa dari gas Intercept 153528000 psi2/cp 2153110 psia2
menjadi kondensat. Tekanan akan kembali naik karena P1 hr (psia) 1452 1452
adanya supply tekanan dari reservoir sehingga menyebabkan k.h, mD-ft 3320 3290
terbentuknya gas kembali yang mengisi bagian atas tubing. k-average , mD 39.9 39.5
Proses tersebut terus berulang selama penutupan sumur yang Skin 7.11 7
menyebabkan pembacaan tekanan mengalami anomali. Hasil
interpretasi dengan metode pressure derivative pada sumur Berdasarkan hasil skin positif yang diperoleh
CP-52 dapat dilihat pada tabel berikut. berdasarkan hasil analisa maka dapat disimpulkan bahwa
terdapatnya kerusakan formasi pada sumur CP-52 sehingga
Tabel 4 perlu dilakukan kegiatan stimulasi.
Hasil Interpretasi Type Curve Sumur CP-52
2.2 Analisa PBU dengan Ecrin Sumur CP-54
Hasil Interpretasi
Main Model Parameters Berikut merupakan history plot tekanan dan laju alir
Nilai terhadap waktu untuk sumur CP-54
C 0.034 bbl/psi
Total Skin 6
k.h total 3180 md.ft
k, average 38.2 md
Pi 1454 psia
Reservoir & Boundary Parameters
Pi 1454 Psia
Omega 0.306
Lamda 6.35E-06
Re – Constant Pressure 200 ft
Derived & Secondary Parameters
∆P (Total Skin ) 26.38 psi

Selain dengan metode pressure derivative, analisa


PBU juga dilakukan dengan metode Horner pendekatan
pseudo pressure dan P2. Gambar 5 berikut ini merupakan
Gambar 6
contoh Horner plot berdasarkan pendekatan pseudo pressure
History Plot Sumur CP-54
untuk sumur CP-52.

5
Dengan cara yang sama seperti pada sumur CP-52, Gambar 8 berikut ini merupakan hasil Horner plot dengan
maka diperoleh kurva pressure derivative sebagai berikut. menggunakan pendekatan pseudo pressure untuk sumur CP-
54

Gambar 7
Model Derivative Sumur CP-54 Gambar 8
Horner Plot Sumur CP-54
Kurva pressure derivative ini matching dengan model
reservoir pada tabel 6 berikut. Dengan 2 pendekatan tersebut diperoleh hasil interpretasi
sebagai berikut.
Tabel 6
Interpretasi Model Reservoir untuk Sumur CP-54 Tabel 8
Hasil Interpretasi Metode Horner Sumur CP-54
Interpretasi Model Reservoir
Selected Model Result CP-54 Hasil Interpretasi Metode Horner
Model Option Standard Model Parameter Metode m(P) Metode P2
Wellbore Model Changing Storage (Hegeman)
Slope 1.422E+07 psi /cp 1.93779E+05 psia2
2
Well Model Vertical
Intercept 1.27231E+8 psi2/cp 1.70409E+6 psia2
Reservoir Model Two Porosity PSS
P1 hr (psia) 904 903
Boundary Model One Fault – Constant P.
k.h, mD-ft 33.2 32.4
k-average , mD 3.39 3.29
Hasil interpretasi dengan metode pressure derivative Skin -2.82 -2.87
pada sumur CP-52 dapat dilihat pada tabel berikut.
Berdasarkan hasil skin negatif yang diperoleh
Tabel 7
berdasarkan hasil analisa maka dapat disimpulkan bahwa
Hasil Interpretasi Type Curve Sumur CP-54
perbaikan yang dilakukan pada sumur CP-54 sudah tergolong
efektif untuk menurunkan nilai skin.
Hasil Interpretasi
Main Model Parameters
3. Analisa Pressure Build Up dengan Metode Horner
Nilai
C 0.0647 bbl/psi
Selain dengan menggunakan software Ecrin v.4.02,
Total Skin -2.73
analisa pressure build up untuk menentukan parameter-
k.h total 37.8 md.ft
parameter reservoir juga dilakukan perhitungan secara
k, average 3.84 md
manual dengan menggunakan ms. Excel dimana pendekatan
Pi 1061 psia
yang digunakan pada perhitungan manual juga serupa seperti
Reservoir & Boundary Parameters
pada Ecrin yaitu dengan pendekatan pseudo pressure dan P2.
Pi 1061 Psia
Omega 0.673
3.1 Analisa PBU Manual Sumur CP-52
Lamda 3.84E-06
L - Constant Pressure 144 ft
Pada metode pseudo pressure, dalam analisanya
Derived & Secondary Parameters
menggunakan Horner plot antara horner time ratio atau
∆P (Total Skin ) -177.501 psi (𝑡𝑝+∆𝑡)
[ ] terhadap m(Pws) pada grafik semilog. Sedangkan
∆𝑡
Analisa juga dilakukan dengan metode Horner pada pendekatan P2 dilakukan plot antara HTR terhadap Pws2.
pendekatan pseudo pressure dan P2 dikarenakan tekanan Pada metode m(P), hal pertama yang harus dilakukan yaitu
reservoir pada sumur CP-54 ini kurang dari 2000 psia. mengkonversi data tekanan hasil pembacaan EMR tiap waktu

6
menjadi pseudo pressure dengan menggunakan persamaan
yang diperoleh dari hasil plot P vs m(P) berikut.

P vs m(P)
m(P*)
1.70E+08
153850743.4
1.60E+08
1.50E+08
1.40E+08 m(P)1 hr
1.30E+08 150800007.9
1.20E+08
m(P) - Psia^2/cp

1.10E+08 y = 69.286145139651x2 + 3,728.751483852470x - 685,871.229987389000


1.00E+08 R² = 0.999979638832
9.00E+07
8.00E+07
7.00E+07
6.00E+07
5.00E+07
4.00E+07 P1 hr P*
3.00E+07 1452 1467
2.00E+07 Psia Psia
1.00E+07
0.00E+00 Gambar 11
0 200 400 600 800 1000 1200 1400 1600
Horner Plot Pendekatan P2 Sumur CP-52
Pressure (Psia)

Hasil perhitungan kedua pendekatan secara manual dapat


Gambar 9 dilihat pada tabel 9 berikut.
Grafik P vs m(P) Sumur CP-52
Tabel 9
Dengan persamaan garis : Hasil Perhitungan Metode Horner Manual Sumur CP-52
y  69.28614514 x 2  3728 .751484 x  685871 .23
Maka dapat dikonversi data tekanan yang ada menjadi pseudo Hasil Interpretasi Metode Horner Manual
pressure yaitu dengan mengganti nilai x dengan data tekanan. Parameter Metode m(P) Metode P2
Selanjutnya, dilakukan perhitungan tp (production time) dari Slope 953006.04 13503.86
sumur CP-52 diperoleh tp sebesar 1588.17316 hr yang dapat k.h, mD-ft 3365.73 3436.09
digunakan untuk menghitung horner time ratio tiap waktu k, mD 40.44 41.28
perekaman data tekanan. Dengan demikian dapat dilakukan Skin Total (s') 7.36 7.34
plot kurva Horner untuk pendekatan pseudo pressure seperti True Skin 7.28 7.29
pada gambar 10 berikut. ∆Pskin , psia 30 30
ri (ft) 657.51 664.34
Pavg, psia 1458 1458
FE 0.48 0.49

Untuk nilai true skin di atas, yaitu nilai skin akibat


kerusakan formasi di luar pengaruh faktor turbulensi dan laju
alir fluida produksi dapat dihitung dengan menggunakan
persamaan :
s'  s  DQg
Dalam perhitungannya, terlebih dahulu ditentukan parameter
β (turbulence parameter) dan F (non-Darcy flow coefficient)
yang nantinya kedua parameter tersebut digunakan untuk
menentukan nilai D (turbulent flow factor). Pada sumur CP-
52 ini, diperoleh nilai turbulence flow factor sebesar
Gambar 10 2.35496E-05 dengan nilai β sebesar 140385789.3 dan F
Horner Plot Pendekatan m(P) Sumur CP-52 sebesar 0.006965 psi2/cp/(Mscf/day)2. Nilai turbulence flow
factor ini tergolong sangat kecil yang berarti pengaruh faktor
Setelah dilakukan penarikan trendline dari kurva pada turbulensi pada sumur CP-52 ini sangat kecil hal ini
gambar 10 di atas, diperoleh persamaan garis : dikarenakan geometry sumur CP-52 berupa vertical dimana
y  -413885.26 4440289  ln(x) + 153850743. 373702 peforasi dilakukan peda seluruh tebal lapisan reservoir
Dengan persamaan garis tersebut maka diperoleh nilai slope, sehingga mengurangi efek faktor turbulensi aliran.
P*, permeabilitas, skin factor, ∆P skin, flow efficiency, dan Untuk tekanan rata-rata reservoir (Pavg) pada sumur
radius investigasi dengan menggunakan persamaan (2)-(10). ini dilakukan perhitungan dengan menggunakan persamaan
Sedangkan untuk metode Horner pendekatan P 2 diperoleh MBH (Matthews-Brom-Hazebrook) untuk pendekatan
hasil plot seperti pada gambar 11 berikut. pseudo pressure dan metode Dietz untuk pendekatan P2
sebagai perbandingan (lihat persamaan 13 dan 14 untuk
metode MBH).

7
3.2 Analisa PBU Manual Sumur CP-54

Sama seperti pada sumur CP-52, hal pertama yang


perlu dilakukan pada pengerjaan manual metode pseudo
pressure yaitu mengkonversi data tekanan menjadi pseudo
pressure dengan persamaan pada gambar berikut.

P vs m(P)
9.00E+07
y= 70.945257913803x2 + 1,125.898386559060x - 171,528.653845017000
8.00E+07 R² = 0.999996228178
m(P avg)
7.00E+07 79130254.26
6.00E+07
m(P) - Psia^2/cp

m(P 1hr)
5.00E+07
58700297.02
4.00E+07 Gambar 14
3.00E+07 Horner Plot Pendekatan P2 Sumur CP-54
2.00E+07
P 1hr P avg
1.00E+07 903 psia 1049 psia Dari persamaan garis lurus (trendline) dari kedua
0.00E+00
kurva pada gambar 13 dan 14 di atas, maka dapat dilakukan
0 100 200 300 400 500 600 700 800 900 1000 1100 1200 perhitungan parameter reservoir. Hasil perhitungan kedua
Pressure (Psia)
pendekatan secara manual dapat dilihat pada tabel 10 berikut.

Gambar 12 Tabel 10
Grafik P vs m(P) Sumur CP-54 Hasil Perhitungan Metode Horner Manual Sumur CP-54

Dengan persamaan garis : Hasil Interpretasi Metode Horner Manual


y  70.94526 x 2  1125 .898387 x  171528 .6538 Parameter Metode m(P) Metode P2
yang diperoleh dari gambar 12 maka dapat dihitung nilai Slope 13866810.6 193801.58
m(P) tiap data tekanan. Selain itu juga dihitung production k.h, mD-ft 34.6 34.91
time yang digunakan untuk menghitung horner time ratio. Tp k, mD 3.52 3.55
pada sumur CP-54 diperoleh selama 38425.04 hr. Setelah Skin -2.86 -2.87
nilai HTR dan m(P) diperoleh maka dilakukan plot kurva ∆Pskin , psia -231 -229
Horner sebagai berikut. ri (ft) 298.29 299.65
Pavg, psia 1049 1049
FE 1.83 1.83

4. Summary Perhitungan Analisa PBU

Tabel 11
Summary Analisa PBU
Sumur CP-52 Sumur CP-54
Ecrin v.4.02 Ms. Excel Ecrin v.4.02 Ms. Excel
Parameter
Metode Metode Metode Metode Metode Metode Metode Metode
m(P) P2 m(P) P2 m(P) P2 m(P) P2
Slope 9.51E+05 13866.3 953006 13503.9 1.42E+07 1.94E+05 13866810.6 193802
k.h, mD-ft 3320 3290 3365.73 3436.09 33.2 32.4 34.6 34.91
k, mD 39.9 39.5 40.44 41.28 3.39 3.29 3.52 3.55
Skin 7.11 7 7.36 7.34 -2.82 -2.87 -2.86 -2.87
∆Pskin , psia - - 30 30 - - -230.66 -229.11
Gambar 13 ri (ft) - - 657.51 664.34 - - 298.29 299.65
Horner Plot Pendekatan m(P) Sumur CP-54 Pavg, psia - - 1458 1458 - - 1049 1049
FE - - 0.48 0.49 - - 1.83 1.83

Dengan metode Horner pendekatan P2 dengan


Dari hasil yang diperoleh seperti terlihat pada tabel 11
melakukan plot HTR terhadap P2 diperoleh Horner plot
di atas, maka dapat dilihat bahwa hasil analisa perangkat
seperti pada gambar 14 berikut.
lunak Ecrin dapat divalidasikan dengan perhitungan secara
manual diperoleh hasil yang hampir sama. Jika terdapat
perbedaan pada hasil perhitungan di atas mungkin
dikarenakan human error dalam tabulasi dan penarikan slope
yang dilakukan secara manual.

8
KESIMPULAN PI = Productivity index, bbl/psi
Pwf = Tekanan alir dasar sumur, psia
Berdasarkan analisa pressure build up yang telah Qg = Laju produksi gas, Mscf/d
dilakukan pada sumur gas CP-52 dan CP-54, dapat diperoleh rw = Jari-jari sumur, ft
beberapa kesimpulan singkat sebagai berikut. s = Skin
1. Dengan nilai skin positif + 7 pada sumur CP-52 maka T = Temperatur reservoir, °R
diketahui bahwa sumur CP-52 mengalami kerusakan tp = Lamanya waktu produksi, jam
formasi sehingga perlu dilakukannya pekerjaan TPda = Dimensionless production time, dimensionless
perbaikan sumur berupa kegiatan stimulasi reservoir.
2. Dengan nilai skin negatif + -2.8 maka dikatahui bahwa DAFTAR PUSTAKA
pekerjaan perbaikan yang telah dilakukan pada sumur
CP-54 tergolong efektif menurunkan skin yang terjadi 1. Ahmed, Tarekh, Advanced Reservoir Engineering, Gulf
di formasi. Professional Publishing, Texas, 2005.
3. Nilai true skin (s) pada sumur CP-52 tidak jauh berbeda 2. Ahmed, Tarekh, Reservoir Engineering Handbook Sec-
dengan total skin (s’) dikarenakan berdasarkan data ond Edition, Gulf Professional Publishing, Texas, 2001.
petrofisik diketahui bahwa geometri sumur adalah 3. Al Ismail, Maytham I., Field Observations of Gas Con-
vertical (perforasi dilakukan pada seluruh tebal lapisan densate Well Testing, Stanford University, California,
reservoir) sehingga efek turbulensi aliran menjadi 2010.
sangat kecil sejalan dengan turbulent flow factor (D) 4. Andeka, Indira Pratiwi, Analisa Pressure Build-Up Test
yang diperoleh sebesar 2.35496E-05. dengan Menggunakan Metode Horner Manual dan
4. Berdasarkan nilai omega (ω) yang diperoleh sebesar Saphir 3.20 Untuk Identifikasi Kerusakan Formasi pada
0.306 dan nilai lamda (λ) sebesar 6.35E-06 pada sumur Sumur “KB” Lapangan “D”, Universitas Pem-
CP-52 berdasarkan anlisa pressure derivative dengan bangunan Nasional “Veteran”, Yogyakarta, 2011.
ecrin maka dapat dikatahui bahwa hampir sebagian 5. Graha, Arya Bintang, dkk, Analisa Pressure Build Up
besar fluida berada pada matriks batuan dan hanya dan Interference Test Pada Sumur Alpha dan “Beta
sedikit pada rekahan (fissure). Lapangan X”, Program Studi Teknik Perminyakan Uni-
5. Pada sumur CP-54 berdasarkan analisa dengan ecrin, versitas Trisakti, Jakarta, 2015.
diperoleh nilai omega (ω) sebesar 0.673 dan nilai lamda 6. Gunarso, Pratama Adrian, dkk, Analisa Well Testing Su-
(λ) sebesar 3.84E-06 yang mengindikasikan fluida lebih mur Lapangan T dengan Metoda Horner dan Type
banyak terakumulasi pada rekahan (fissure) Curve Derivative, Program Studi Teknik Perminyakan
dibandingkan dengan matriks batuan. Universitas Trisakti, Jakarta, 2015.
6. Hasil analisa uji pressure build up yang diperoleh 7. Mahenda, Aldhitia, dkk, Analisa Data Pressure Build
menggunakan software Ecrin dapat divalidasikan Up Test dengan Metode Horner dan Standing Untuk
dengan nilai yang didapat dengan perhitungan manual Mengetahui Kondisi Produktivitas Sumur SGC-X PT.
karena hampir sebagian parameter reservoir yang Pertamina EP Asset 1 Field Jambi, Jurusan Teknik Per-
diperoleh mempunyai nilai yang hampir sama. Dan jika tambangan Universitas Sriwijaya, Palembang, 2014.
terjadi perbedaan pada salah satu parameter 8. Nugroho, Bayu Rizky, Pressure Build Up Analysis of a
kemungkinan dikarenakan human error pada tabulasi Gas Condensate Well at Carbonate Platform Reservoir,
data dan penarikan slope pada analisa secara manual. Petroleum Engineering Department Trisakti University,
Jakarta, 2012.
DAFTAR SIMBOL 9. Tim POFD Field Tambun, POFD Waterflood Lapangan
Tambun, PT. Pertamina EP, Tambun, 2014.
Pskin = Penurunan tekanan akibat skin, psia 10. Anonimous, Introduction to Well Testing, Schlum-
ϕ = Porositas, fraksi berger, Bath-England, 1998.
µg = Viskositas gas, cp
A = Drainage area, ft2
Bg = Faktor volume formasi gas, bbl/scf
c = Koef. performance deliv. stabil, Mscf/psia2
Ci = Kompresibilitas total, psi-1
FE = Flow efficiency, dimensionless
Gp = Kumulatif produksi gas, Mscf
h = Tebal lapisan produktif, ft
k = Permeabilitas, mD
m = Slope, 1/cycle
m(P) = Pseudo pressure, psia2/cp
n = Inversi slope dari deliverabilitas yang stabil
P* = Tekanan pada HTR 1, psia
P1hr = Tekanan pada ∆t 1 jam, psia
PDMBH = MBH dimensionless pressure, dimensionless

Anda mungkin juga menyukai