PENDAHULUAN
Uji produksi untuk mengetahui deliverabilitas suatu sumur yang selama ini
dilaksanakan di lapangan panasbumi Kamojang adalah menggunakan
metoda Back Pressure. Metoda ini dikenal sebagai metoda yang memiliki
keakuratan tinggi akan tetapi dalam praktek pelaksanaan pengukuran di
lapangan ditemukan kendala terutama waktu pelaksanaan uji yang cukup
lama dan sebagai konsekuensinya juga akan memerlukan biaya yang
cukup besar.
1.2. TUJUAN
Tujuan dari pekerjaan “Uji Datar Sumur KMJ-73 dan KMJ-74 di Pertamina
Area Panasbumi Hulu Kamojang” adalah sebagai berikut :
1. Mengkaji karakteristik dan potensi sumur KMJ-73 dan KMJ-74
berdasarkan data-data yang sudah ada yaitu data pemboran dan
komplesi.
2. Mengajukan model pengujian sumur yang baru.
3. Membuat desain uji produksi.
4. Mengaplikasikan desain uji dalam pengukuran yang sebenarnya di
sumur KMJ-73 dan KMJ-74.
5. Menganalisa data hasil pengukuran.
6. Melakukan uji laboratorium kandungan kimia dari sample fluida
yang diambil selama uji produksi dilaksanakan.
7. Membuat kesimpulan mengenai metoda uji produksi yang paling
sesuai untuk pengujian-pengujian selanjutnya di lapangan
panasbumi Kamojang dan juga membuat rekomendasi
berdasarkan analisa hasil pengukuran yang telah dilaksanakan.
q = C ( p R2 – pwf2) n 1)
kh( p R 2 − pwf 2 )
q= 2)
1.422 x106 z µT ln 0.472 re / rw
∆p2 = ( p R2 – pwf2)
Gambar 2.1
Hubungan Linier antara ∆P 2 vs qsc dalam skala log-log
AOF = C ( p R2)
T r
Ψ R − Ψwf = 1.422 x 106 ( ln 0.472 e + S ) qsc +
kh rw
T
(1.422 x 106 D) qsc2
kh
atau,
∆Ψ = a qsc + b qsc2 5)
Bilangan b akan tetap sama baik pada kondisi aliran transien maupun
semi-mantap asalkan qsc tidak berubah. Sebaliknya harga a akan
berubah-ubah dan menjadi konstan bila aliran semi-mantap (stabil) sudah
tercapai. Penyusunan kembali persamaan 5 dan kemudian dibuat log-log
akan memberikan grafik linier dengan sudut kemiringan 450.
∆Ψ
∑ ∑ q 2 − ∑ q ∑ ∆Ψ
q
a=
N ∑ q2 − ∑ q ∑ q
dengan N adalah jumlah data. Selain itu konstanta a dan b dapat pula
∆Ψ
diperoleh secara langsung dengan membuat grafik vs qsc
q
berdasarkan persamaan 7 dibawah :
∆Ψ
= a + b qsc 7)
qsc
− a + ( a 2 + 4b( ∆Ψ ))0.5
qsc = 8)
2b
− a + ( a 2 + 4b( ∆Ψ ))0.5
qAOF =
2b
Gambar 2.2
Skema Tekanan dan Laju Alir pada Uji Back Pressure
0 pR - ΨR -
Ψw1
( ΨR - Ψ1)
q1 Pwf1
( p R 2-pwf12)
Ψw2
( ΨR - Ψ2)
q2 Pwf1
( p R 2-pwf22)
Ψw1
( ΨR - Ψ3)
q1 Pwf1
( p R 2-pwf32)
Ψw1
( ΨR - Ψ4)
q1
( p R 2-pwf42)
pwf1
tD = 0.25 reD 9)
Berdasarkan definisi tD, yaitu
kt
-4
tD = 2,637 x 10 µφcr 2
w
µφre 2
Ts ≅ 1000
k pR
1
Dimana, c ≅ dan µ = viskositas pada p R
pR2
laju produksi dan tekanan didasar sumur dapat dilihat pada Gambar-3
dibawah ini.
Gambar 2.3
Skema Tekanan dan Laju Alir pada Uji Isochronal
Gambar 2.4
Plot ∆p2 vs. qsc pada analisa data Uji Isochronal
Gambar 2.5
Gambar Deliverability Uji Isochronal dengan Metoda LIT
a=
qsc
Buka sumur (2) t1, t2 Pwf1 (2), pwf2 (2) q1(2), q2(2)
Tutup ts(2) pR -
Buka sumur (4) T1, t2 Pwf1 (4), pwf2 (4) q1(4), q2(4)
Aliran yang stabil text pwf(5) q(5)
q1 : (pws1)2 – (pwf1)2
q2 : (pws2)2 – (pwf2)2
q3 : (pws3)2 – (pwf3)2
q4 : (pws4)2 – (pwf4)2
Orifice flowmeter digunakan untuk menentukan laju alir liquid maupun gas
dengan cara mengukur beda tekanan (P1 - P2) yang melewati orifice plate.
Orifice meter biasanya dipakai pada pipa berdiamere 5 cm sampai 1 m.
Biasanya instalasi maupun pembuatan orifice meter ini relatif murah
dibandingkan dengan differential pressure flowmeter yang sering
digunakan lainnya, namun demikian nozzle dan venturi flow meter
memiliki banyak kegunaan terutama untuk pressure drop yang lebih
rendah. Persamaan untuk orifice meter memiliki keuntungan dengan tidak
adanya batas tertinggi dari bilangan Reynold. Orifice flow meter biasanya
dipasang diantara flange pada sambungan dua pipa.
Geometri dan spesifikasi orifice yang pasti dapat dilihat pada British
Standard 1042 (Part 1964) atau yang lebih baru di ISO (1991) atau ASME
(1971). BS 1042 telah diadopsi menjadi Standard Nasional Indonesia
untuk pengukuran laju alir fluida panasbumi
Orifice merupakan metoda yang akurat untuk pengukuran laju alir satu
fasa, untuk pengukuran gas harus mengikutsertakan faktor ekspansibilitas
(e) tetapi untuk liquid faktor ekspansibiltas ini tidak perlu dipertimbangkan.
Faktor ekspansibilitas perlu diikutsertakan karena adanya perubahan
densitas gas sebagai efek perubahan tekanan waktu gas mengalir melalui
orifice.
M= 0.001252 CZ ∈ E d2 √( ∆P ρ)
Keterangan :
M : Laju alir massa (ton/jam).
C: : Koefisien dasar.
Cast Iron
y = 1.9156E-05x + 9.9913E-01
Mild Steel
1.01
Monel
y = 1.9068E-05x + 9.9929E-01
1.002
y = 1.7699E-05x + 9.9935E-01
y = 1.1628E-05x + 9.9957E-01
1
0 100 200 300 400 500 600
o
Temperature, C
Gambar 2.9
Multiplying Factor For Thermal Expansion
1.05
1
6 5 4 3 2
y = -5.7522E-22x + 4.3125E-18x - 1.2291E-14x + 1.6430E-11x - 4.8744E-09x - 1.1727E-04x + 1.0133E+00
2
0.95 R = 1.0000E+00
0.9
0.85
Patm, bar
0.8
0.75
0.7
0.65
0.6
0 500 1000 1500 2000 2500 3000
Ketinggian, m
Gambar 2.10
Patm vs Ketinggian
1.7
y = 2.7721E-17x6 - 1.0883E-13x5 + 1.7286E-10x4 - 1.4250E-07x3 + 6.4909E-05x2 - 1.5923E-02x + 2.9390E+00
R2 = 9.9955E-01
1.6
100 atm
1.5 10 atm
Ratio Panas Spesifik Uap, g
1 atm
1.4
6 5 4 3 2
y = 1.3245E-18x - 5.7613E-15x + 9.9489E-12x - 8.8723E-09x + 4.4842E-06x - 1.3447E-03x + 1.3928E+00
2
R = 9.9972E-01
1.3
1.2
1
0 200 400 600 800 1000 1200
Temperature, oC
Gambar 2.11
Rasio Panas Spsifik Uap(γ) atau CO2
0.62
0.615
0.61 6 5 4 3 2
y = -60.253x + 107.26x - 70.268x + 20.878x - 2.8622x + 0.2149x + 0.5901
R2 = 0.9996
C
0.605
6 5 4 3 2
y = 101.11x - 319.23x + 421.79x - 297.89x + 118.5x - 25.177x + 2.8398
2
0.6 R = 0.9999
0.595
0.59
0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7
m
Gambar 2.12
Konstanta Orifice Radius
1.035
Rd = 20000
Rd = 50000
Rd = 100000
y = 7.4241x6 - 12.966x5 + 8.9433x4 - 3.0859x3 + 0.6123x2 - 0.0294x + 1.0074
1.03 Rd = 200000
R2 = 0.9999
Rd = 500000 y = -0.3696x6 + 0.2472x5 + 0.4451x4 - 0.5503x3 + 0.2353x2 - 0.0073x + 1.0042
R2 = 0.9997
1.025
1.01
1
0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7
m
Gambar 2.13
Faktor Koreksi Bilangan Reynold (Zx)
1.02
D = 1 in
D = 2 in
D = 3 in
D = 4 in
D = 6 in y = 0.0403x + 0.996
D = 8 in
1.015 D = 16 in y = 0.025x + 0.9975
ZD
y = 0.0147x + 0.9972
y = 0.0053x + 0.9988
1 y=1
0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7
m
Gambar 2.14
Faktor Koreksi Ukuran Pipa (ZD)
3600M
N = (1)
0.01252 D 2 dPx10000 x ρ
mE = N / CZε (2)
M
Rd = (4)
15.8µD (m )
Tahap akhir adalah menghitung rasio diameter d/D dari mE, dan
kemudian diameter lubang orifice, dengan mengikuti persamaan,
(mE )2
1/ 4
d / D= 2
(5)
1 + (mE )
Data input:
Laju alir masa maksimum(Mmaks), kg/s
Tekanan upstream (Pu), bar gauge
Temperature upstream (Tu), oC
Diameter dalam pipa (D), mm
Delta pressure (dP), bar
Jenis material pipa
Jenis material orifice
Type tapping (dalam hal ini Radius)
M = 0.7 x Mmaks
9. Hitung N
3600M
N =
0.01252 D 2 dPx10000 x ρ
0.7
0.6
2
y = -1.020448E+00x + 1.747114E+00x + 2.833666E-03
2
R = 9.999090E-01
0.5
0.4
m
0.3
0.2
0.1
0
0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7
CmE
Gambar 2.15
CmE vs m Untuk Radius Tapping
N = CmE
Untuk keperluan komputasi besarnya m Radius Tapping dapat
dihitung dengan rumus dibawah:
m = -1.020448(CmE)2 + 1.747114(CmE) + 2.833666x10-3
11. Dari harga m yang didapat, cari besarnya harga C dari gambar
dibawah
0.615
0.605
C
6 5 4 3 2
y = 101.11x - 319.23x + 421.79x - 297.89x + 118.5x - 25.177x + 2.8398
2
0.6 R = 0.9999
0.595
0.59
0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7
m
Gambar 2.16
C Radius Tapping
12. Hitung mE
mE = N/C
d / D= 2
1 + (mE )
Untuk range of discharge enthalpy (900 – 2800 kJ/kg), H0.102 sangat kecil
bedanya, sehingga Q dapat didapat dengan ketepatan yang cukup
memadai.
Gambar 3.1
Efek wellbore storage
Gambar 3.2
Plot P’D terhadap tD pada periode aliran yang didominasi well bore storage
PD =
1 tD
1n
2 C D
( )
+ 0.80907 + 1n C D e 2 S
(3.10)
Gambar 3.3
Type Curve untuk reservoir homogen
Dengan pengaruh wellbore storage dan skin
dp D t dp D
= D = 0.5
d (1nt D ) C D d (t D / C D )
Gambar 3.4
Derivative Type Curve untuk reservoir homogen
Terlihat pula bahwa kurva diantara dua asimtot, yaitu antara garis lurus
yang membentuk unit slope dan garis pada Y=0.5, mempunyai bentuk
yang berbeda-beda yang bergantung pada harga CDe2S. Dari karakteristik
tersebut, maka dimungkinkan untuk melakukan matching guna
mengetahui karakteristik reservoir.
3. Menentukan S
Dari langkah 1 dan 2, dapat ditentukan curve match CDe2S , yang
sesuai atau mendekati, sehingga harga S dapat dihitung dengan
persamaan berikut :
C e 2S
S = 0.51n D
CD
1 A
PD = 1n(t DA ) + 1n + 0.80907 (3.11)
2 r2
w
maka :
dp D dp D
= t DA = 0.5 (3.12a)
d (1n t DA ) d (t DA )
atau dapat ditulis sebagai :
P' D = PD t DA = 0.5 (3.12b)
1 2.2458 A
PD = 2πt DA + 1n +S
2 C r2
A w
dimana persamaan tersebut akan membentuk suatu garis lurus pada
semilog plot. Hal tersebut memungkinkan untuk menentukanan
parameter-parameter reservoir. Dengan menggunakan metode derivative
pressure, maka persamaan tersebut diturunkan terhadap natural logaritma
dari waktu menjadi :
Dengan demikian jika persamaan tersebut di plot pada skala log-log akan
menyebabkan kurva yang dibentuk mempunyai kecenderungan
membentuk unit slope untuk waktu produksi yang cukup lama.
Gambar 3.10b
Respon pada reservoirdengan batas patahan
Gambar 3.11
Respon drawdown pada batas patahan
Yang saling berpotongan
Kasus 1, adalah sumur yang terletak secara simetris dari kedua patahan,
dimana jarak sumur terhadap titik perpotongan yang di tuliskan dalam
variabel tak berdimensi adalah rD = 2500. Respon pada saat awal berupa
efek dari wellbore storage, kemudian diikuti dengan periode infinte acting
yang dapat diindikasikan oleh garis Y = 0.5 pada kurva derivative. Pada
harga tD / CD ≈ 2.103, efek dari periode infinite acting berhenti, dan setelah
periode transisi, efek dari kedua patahan mulai terlihat dengan
memberikan harga Y = 4 pada tD / CD ≈ 1.106. Jika kasus tersebut
menggunakan prinsip superposisi dengan metode sumur bayangan, maka
diperlukan hasil dari 8 (delapan) persamaan respon infinite acting.
Kasus 3, adalah untuk sumur yang terletak lebih dekat dengan salah satu
batas patahannya. Dengan demikian, fUngsi dari respon derivative
pressure dipengaruhi pula dari letak sumur. Jika efek wellbore storage
dihilangkan, maka efek dari periode infinite acting berlaku sampai harga
tD / CD ≈ 2. 102. Pada saat itu efek dari batas patahan terdekat mulai
berpengaruh, hal tersebut dapat terlihat dengan terjadinya deviasi dari
harga Y = 0.5 menuju Y = 1.0 pata tD / CD ≈ 8.103. Efek dari batas yang
kedua terjadi pada tD / CD ≈ 3.104 dan kemudian diikuti dengan periode
transisi. Efek keseluruhan sistem yang dipengaruhi oleh kedua batas
tersebut tejadi setelah harga tD / CD ≈ 2.106, dimana respon dari kurva
derivative akan mencapai harga yang konstan yaitu pada Y = 4.0.
atau
πt D
PD t Db = πt Db = (3.23b)
2
bD
log(PD t Db ) =
1
log t D + Constant (3.24)
2
Jika dilihat contoh kasus pada gambar 3.12, maka untuk kasus 1, dimana
sumur terletak dengan jarak yang sama dari kedua batas pararel dengan
harga xD = 0.5 dan bD = 2000. Dari grafik tersebut terlihat efek dari kondisi
infinite acting akan berlangsung hingga harga tD / CD ≈ 2.103 . Respon
selanjutnya adalah pengaruh dari kedua batas tersebut yang ditunjukkan
oleh garis lurus dengan slope sebesar 1/2.
Sedangkan pada kasus 2, dimana sumur terletak lebih dekat ke salah satu
batas maka setelah periode infinite acting kemudian diikuti dengan
respon akibat satu batas patahan yang terdekat. Hal tersebut terlihat
dengan adanya deviasi kurva derivative dari harga Y = 0.5 menuju Y =
1.0. Setelah respon tekanan mencapai ke seluruh batas, maka respon
Gambar 3.13
Respon akibat pengaruh batas dengan tekanan konstan
Gambar 3.14
Pressure Type Curve (1) Finite Conductivity Fractured
(
PWD = F2 tD xf , C fD , S fD , S D ) (3.27)
atau
π
PWD = −1 (3.28)
S 1/ 4 C 1
+ πS fD
S 2
fD
( )
S fs / π s + 1 / 2
Kelakuan tekanan tersebut dapat dipresentasikan kedalam bentuk grafik
sebagai hubungan dari :
S fs C 1fD
/3
untuk range dari F4 = s D = , dan hasil yang didapat dari
S 2fD/ 3
Dengan demikian, jika digabungkan gambar 3.14 dan gambar 3.15 seperti
terlihat pada gambar 3.18 dan gabungan gambar 3.16 dan gambar 3.17
seperti terlihat pada gambar 3.19, maka didapat suatu type curve
yang unik yang dapat Memberikan kemudahan dalam proses matching
dan memberikan hasil yang lebih akurat.
α 0 qBµ (PWD C fD )M
K0 =
h(∆p )M (C fD )M
(3.29)
• Untuk Gas :
Lebar Rekahan :
βk (t )M (C fD )2M
xf =
φµct (t Dxf C 2fD )M (3.31)
Fracture Conductivity :
(
k f b f = kx f C fD )M (3.32)
Jika terjadi kerusakan pada rekahan, maka respon tekanan dari log-log
plot dapat dicocokkan dengan menggunakan type curve pada gambar
(3.19). setelah didapatkan match point, maka parameter-parameter yang
dapat dihitung adalah sebagai berikut
• Untuk minyak :
• Untuk Gas :
Fracture Conductivity :
0.4 C [
α 0 qBµ F1 ( p wD )M ]
C= cf = (3.35)
h 2 φct k (∆p )M
• Untuk Gas :
0.4 C [
α 0 qBµ F1 (PwD )M ]3
k f bf =
h2 φctk [∆m( p )]M
kC 2
S fs x f = 0.22937(S D )M 3 (3.38)
k f b f (φhct )2
dimana :
π 0.143
+ 0.25 erf + erf 0.866 + 0.067 exp − 0.018
t Dxf t Dxf t Dxf t Dxf t Dxf
0.433 − 0.75
+ exp (3.38)
t Dxf t Dxf
Untuk harga tDxf > 10, maka persamaan (3.38) dapat didekati dengan
persamaan (3.39), yaitu :
1
PD = (3.39)
2t Dxf
sedangkan untuk harga tDxf < 0.01, persamaan (3.38) dapat didekati
dengan :
1 π
PD = (3.40)
2 t Dxf
1 0.134 − 0.018 − 0.75
exp + exp
0.866
PDs = −
2 (t + ∆t )Dxf
(t + ∆t )
Dxf
(
(t + ∆t )
Dxf
)
(t + ∆t )
Dxf
π erf 0.134 + erf 0.866 + 0.067exp − 0.018
+ 0.25
(t + ∆t )Dxf (t + ∆t )Dxf
(t + ∆t )Dxf (t + ∆t )Dxf
0.433 − 0.75 1 0.134 − 0.018
+ 0.866 exp − 0.75
+ exp + exp
(t + ∆t )Dxf (t + ∆t )Dxf 2 (t + ∆t )Dxf (t + ∆t )Dxf (t + ∆t )Dxf (t + ∆t )Dxf
π 0.134
+ 0.25 erf + erf 0.866 + 0.067exp − 0.018
(t + ∆t )Dxf ∆tDxf ∆t
Dxf ∆t Dxf
1. Data actual diplot antara Pws = ∆(∆p )ws / ∆(∆t ) terhadap ∆t (jam) pada
tracing paper yang memiliki skala log-log yang sama dengan master
type curve.
2. Setelah mendapat didapat bentuk yang sesuai antara kurva actual
data dan
3. salah satu kurva pada master type curve, maka tentukan titik match
yang berupa pressure match dan time match
4. Tentukan parameter-parameter reservoir dengan persamaan berikut :
• Flow Capacity :
P ∆t D
kh = 141.2qµB ds (3.40)
Pws M ∆t M
• Lebar rekahan :
0.0002637 kt
tD = (3.41)
φµctx 2f
1
0.0002637kt 2
xf = (3.42)
φµct D
PD =
1
2
[
1nt Dxf + 2.8097 ] (3.43)
sedangkan untuk tDxf < 0.1, maka PD didekati dengan persamaan berikut :
PwD = πt Dxf
(3.44)
Gambar (3.22)
Drawdown Type curve dari derivative pressure Untuk Uniform flux fracture
Pada reservoir tak terbatas
π
erf − 1 erf
1 1 1
PDs = (3.48)
2 (t + ∆t )Dxf 2 (t + ∆t ) ∆t Dxf
Dxf 2 ∆t Dxf
Gambar 3.23
Buildup type curve dari derivative pressure Untuk uniform flux fracture
Pada reservoir tak terbatas
1. Pada saat sumur dibuka, maka aliran yang tejadi berasal dari rekahan.
Hal tersebut mengakibatkan respon yang diberikan akan menunjukkan
sifat seperti pada reservoir homogen. Selama periode ini, data
tekanan akan mengikuti bentuk dari salah satu kurva reservoir
homogen (CDe2S)f.
2. Aliran tersebut akan mengakibatkan perbedaan tekanan antara matrik
dan rekahan. Pada akhirnya perbedaan tekanan tersebut akan
mengakibatkan tejadinya aliran dari matrik ke rekahan. Pada periode
tersebut, reservoir tidak bersifat homogen, dan respon tekanan akan
menyimpang dari kurva reservoir homogen (CDe2S), menuju kurva
transisi ( λ e-2S). Disamping itu, tekanan pada matrik akan menurun. 3.
Saat tejadi keseimbangan tekanan pada matrik dan rekahan, maka
respon tekanan yang diberikan oleh reservoir tersebut kembali
menunjukkan seperti pada reservoir homogen. Dengan demikian kurva
Gambar 3.24
Type curve untuk reservoir double porosity dengan Pengaruh Skin and
Wellbore strorage, Pseudo steady state interporosity flow
Gambar 3.25
Contoh A,B pada semilog plot
Gambar 3.26
Derivative type curve untuk reservoir heterogen
Model pseudosteady state interporosity flow
Contoh respon tekanan pada semilog plot untuk reservoir heterogen den
transient interporosity flow dapat dilihat pada gambar 3.27. Contoh A
respon tekanan dimana periode transisi terlalu pendek, sehingga -lihatkan
sebuah garis lurus. Sedangkan contoh B adalah untuk respon tekanan
mempunyai periode aliran transisi cukup panjang, sehingga kurva yang
dihasilkan memberikan dua buah garis lurus dengan salah satu slopenya
sebesar 2 kali garis yang pertama.
Respon derivative pressure pada contoh A yaitu untuk slab matrik blocks,
dilihat pada gambar (3.28), dimana dari gambar tersebut kurva yang
dibentuk akan memenuhi (CDe2S)f = 6 x 106, δ ' =1010 dan (CDe2S)f + m = 6 x
l03. Dari gambar tersebut,terlihat bahwa respon dari aliran pada rekahan
sangat pendek dan berakhir pada saat awal, sehingga respon tersebut
tidak terlihat. Dengan demikian kurva yang
Dibentuk mengikuti kurva pada periode transisi yaitu sesuai dengan harga
β ' tertentu sampai mencapai harga Y = 0.25 dan pada akhirnya akan
mencapai Y = 0.5 yang mengidentifikasikan adanya aliran radial pada
sistem tersebut. Pada akhir dari periode transisi, regim aliran antara β '
Gambar 3.27
Respon tekanan pada reservoir heterogen
Gambar 3.28
Derivative Respon Untuk Contoh A2.
(
lebih realistis ϖ = 1 x 10 −2 )
Gambar 3.29
Derivative Pressure Type Curve Untuk
Reservoir Heterogen Model Transient Interporosity Flow
ti t i + j t i −1 ti+ j
1n ∆Pi + j
1n 2 ∆Pi 1n ∆Pi − k
= i −k 1 i
t t t
+ +
t t t t t t
1n i + j 1n i + j 1n i + j 1n i 1n i 1n i + j
t i t i − k
t t
i i −k
t t
i + k i −k
dimana :
t t t t tD
PDBU D = PD D + PD PD − PD PD +
C D C D CD C D CD
t t t t PD
PDBU D = PD D − PD +
C D C D C D CD
t t t tD
PDBU D = PD D − PD PD +
CD CD C D CD
Jika periode infinite acting telah tercapai , maka persamaan (4.7) akan
terpenuhi , yaitu :
0.5
PD =
(t D / C D )
sehigga persamaan (4.6) akan menjadi :
t 0.5 0.5
PDBU D = −
C D (t D / C D ) (t PD / C D ) + (t D / C D ) ]
= [t PD / (t PD / t D )][0.5 / (t D / C D )]
atau :
= [(t PD / t D ) / t PD ] (t D / C D )PD {t D / C D }= 0.5
Dengan demikian ,untuk uji tekanan build-up, maka plot yang digunakan
adalah [(t P + ∆t )/ t P ]∆P∆t terhadap ∆ t, dimana ∆ p ∆ t tidak lain adalah
turunan perubahan tekanan terhadap logaritma dari waktu, yang dapat
Hasil perhitungan tersebut untuk KMJ-73 dan 74 dapat dilihat pada tabel
dibawah dimana baik untuk KMJ-73 dan 74 menggunakan:
- D (diameter dalam pipa) = 254.508 mm
- d (diameter dalam pipa) = 159.6 mm
Analisa data hasi Uji Back Pressure dimaksudkan untuk mencari nilai ‘n’
dan ‘C’ , yang selanjutnya gunakan untuk membangun persamaan dan
Kurva Output Produksi dari masing-masing sumur.
Tabel 4.5
Tekanan Kepala Sumur dan Laju Alir Massa
TKS Turun
25
TKS Naik
20
TKS, ksc
15
10
0
0 10 20 30 40 50 60 70 80
Laju Produksi, ton/jam
Gambar 4.1
Plot Laju Produksi vs Tekanan Kepala Sumur
Tabel 4.6
Hasil perhitungan mencari harga C dan n
TKS, ksc Q, ton/jam dP^2 Log(Q) Log(dP^2)
20 37.51 405.67 1.57415 2.60818
17.7 45.11 492.38 1.65427 2.69230
15.5 50.43 565.42 1.70269 2.75237
12.6 56.55 646.91 1.75243 2.81085
11.7 59.72 668.78 1.77612 2.82529
17.5 45.83 499.42 1.66115 2.69847
15.5 48.8 565.42 1.68842 2.75237
14.4 52 598.31 1.71933 2.77693
12.5 56.6 649.42 1.75282 2.81253
11.5 58.63 673.42 1.76812 2.82829
1.80
1.70
1.65
1.60
1.55
2.55 2.60 2.65 2.70 2.75 2.80 2.85
2 2
log(dP ), ksc
Gambar 4.2
Plot penentuan Nilai C dan n KMJ - 73
-0.7116
Berdasarkan gambar diatas didapatkan harga C =10 = 0.19427 dan
n = 0.8769 sehingga Output Curve untuk sumur KMJ-73 dapat
direpresentasikan dalam persamaan:
30
25
20
TKS, ksc
15
10
0
0 10 20 30 40 50 60 70 80
Gambar 4.3
Kurva Output Produksi Hasil Uji Back Pressure Sumur KMJ-73
Tabel 4.8
Tekanan Kepala Sumur dan Laju Alir Massa
TKS Turun
20
TKS Naik
TKS, ksc
15
10
0
0 10 20 30 40 50 60
Gambar 4.4
Plot Laju Produksi vs Tekanan Kepala Sumur
Tabel 4.9
Hasil perhitungan mencari harga C dan n
P e n c a ria n N ila i C d a n n
K M J -7 4
1.64
1.62 y = 0.6196x - 0.1062
R 2 = 0.967
1.60
1.58
log(q), ton/jam
1.56
1.54
1.52
1.50
1.48
1.46
1.44
2.50 2.55 2.60 2.65 2.70 2.75 2.80 2.85
2 2
lo g (d P ), k s c
Gambar 4.5
Plot penentuan Nilai C dan n KMJ - 74
Tabel 4.10
Hasil perhitungan Kurva Output Produksi Sumur KMJ-74
TKS, ksc Q, ton/jam
0 47.34
2 47.18
4 46.71
6 45.92
8 44.79
10 43.32
12 41.48
14 39.24
16 36.55
18 33.34
20 29.52
22 24.90
24 19.15
26 11.27
27.39 0.00
25
TKS, ksc
20
15
10
0
0 10 20 30 40 50
Gambar 4.6
Kurva Output Produksi Sumur KMJ-74 Hasil Uji Back Pressure
30 60
25 50
15 30
10 20
5 10
0 0
25-Nov
30-Nov
10-Dec
15-Dec
20-Dec
5-Dec
t, (hari)
Gambar 4.7
Plot data Laju Alir dan TKS terhadap waktu Uji Modified Isochronal Sumur
KMJ-73
1.70
1.65
1.60
1.55
2.50 2.55 2.60 2.65 2.70 2.75 2.80
Log(dP^2)
Gambar 4.8
Plot dP2 vs.q dalam skala log-log untuk mencari nilai Slope ‘n’ Sumur
KMJ-73
Dengan persamaan tersebut diatas, dibuat kurva IPR sebagai hasil dari Uji
Modified Isochronal. Hasil perhitungan dapat dilihat pada Tabel 4.12, dan
kurva IPR dapat dilihat pada Gambar 4.9.
Tabel 4.12
Perhitungan Kurva IPR hasil Uji MI KMJ-73
TKS Q=C(Pr^2-TKS^2)^n
0 68.85
2 68.53
4 67.58
6 65.98
8 63.74
10 60.85
12 57.31
14 53.10
16 48.21
18 42.63
20 36.32
22 29.26
24 21.38
26 12.55
28 2.37
28.38 0.00
25
20
TKS, KSC
15
10
0
0.00 10.00 20.00 30.00 40.00 50.00 60.00 70.00 80.00
Laju Produksi, ton/jam
Gambar 4.9
Kurva IPR Hasil Uji Modified Isochronal KMJ-73
30 60
25 50
15 30
10 20
5 10
0 0
10-Nov
15-Nov
20-Nov
25-Nov
30-Nov
5-Dec
t (hari)
Gambar 4.10
Plot data Laju Alir dan TKS terhadap waktu Uji Modified Isochronal Sumur
KMJ-73
Tabel 4. 13
Perhitungan untuk mencari harga Slope “n” Sumur KMJ-74
1.6
1.55
1.5
1.45
1.4
2.2 2.3 2.4 2.5 2.6 2.7
log(dP^2), ksc^2
Gambar 4.11
Plot dP2 vs.q dalam skala log-log untuk mencari nilai Slope ‘n’ KMJ-74
Dari plot tersebut diperoleh harga slope ‘n’ = 0.7274. Dan dengan
memasukkan harga titik (dP2, q) pada Uji Tegak, diperoleh harga C =
0.38871. Jadi persamaan deliverabilitas Sumur KMJ –74 adalah:
Dengan persamaan tersebut diatas dihitung kurva IPR untuk Sumur KMJ -
74. Hasil selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 4.14 dan Gambar 4.4
berikut.
TKS Q=C(Pr^2-TKS^2)^n
0.00 47.97
2.00 47.78
4.00 47.22
6.00 46.28
8.00 44.95
10.00 43.23
12.00 41.08
14.00 38.48
16.00 35.40
18.00 31.79
20.00 27.56
22.00 22.57
24.00 16.57
26.00 8.90
27.39 0.00
30
25
TKS (ksc)
20
15
10
5
0
0 10 20 30 40 50 60
Laju Produksi (ton/jam)
Gambar 4.12
Kurva IPR Hasil Uji Modified Isochronal KMJ-74
Uji Pressure Build Up atau PBU test dimaksudkan untuk mencari nilai
tekanan reservoir rata-rata, permeabilitas efektif, Skin, dan batas-batas
reservoir seperti fault, water influks, dsb.
B X CH 4
y i = i EXP log X i + A + − C log(T ) − D log
B − 1
X CO
Bi − 1 T 2
Dimana:
y = fraksi uap
B = koefisien partisi gas pada kondisi saturasi
X = fraksi mole gas dalam uap
T = temperatur reservoir, K
Subscribe i = gas H2 atau H2S
A, B, C, D = 6.355 ; 951.6 ; 2.076 ; .25 untuk gas H2
= 2.122 ; 2543 ; 0.098 ; 1/12 untuk gas H2S
2
Dimana
y = fraksi uap
BH2 = koefisien partisi gas H2 pada kondisi saturasi
XCO2 = fraksi mole gas CO2 dalam uap
XH2 = fraksi mole gas H2 dalam uap
XCH4 = fraksi mole gas CH4 dalam uap
Xm = fraksi mole gas total dalam uap
P = tekanan uap, barabs
y H2 @ Temp. res. Sw H2 @ Temp. res. (%) y H2S @ Temp. res. Sw H2S @ Temp. res. (%)
225 230 235 240 245 225 230 235 240 245 225 230 235 240 245 225 230 235 240 245
9.07 8.44 7.86 7.33 6.83 13.3 15.5 18.0 20.7 23.6 27.70 24.61 21.90 19.53 17.45 3.8 4.9 6.2 7.8 9.7
8.43 7.85 7.30 6.80 6.34 14.3 16.6 19.2 22.0 25.1 26.77 23.78 21.16 18.86 16.85 4.0 5.1 6.5 8.1 10.1
0.05 -0.01 -0.07 -0.13 -0.18 96.7 100.8 104.1 106.7 108.7 34.89 31.02 27.63 24.67 22.07 2.8 3.6 4.7 5.9 7.4
4.98 4.61 4.26 3.95 3.65 22.6 25.9 29.6 33.4 37.5 32.67 29.04 25.86 23.08 20.64 3.1 4.0 5.1 6.4 8.0
1.14 1.01 0.88 0.77 0.67 57.0 62.4 67.7 72.6 77.2 45.76 40.71 36.31 32.45 29.06 1.8 2.4 3.2 4.1 5.3
5.73 5.31 4.93 4.57 4.24 20.1 23.2 26.5 30.1 33.9 48.77 43.40 38.71 34.60 31.00 1.6 2.2 2.9 3.7 4.8
H2 CO2 CH4
Xg
Date
(mole/106
%mole in total gas %mole in total gas %mole in total gas mole H2O)
(mole %)
10/6/2001 (Vulkanologi)/KMJ-74 3.593 60.000 0.265 1500.0 0.0015
10/11/2001 (Vulkanologi)/KMJ-74 4.146 69.231 0.340 1300.0 0.0013
10/31/01 (Kamojang)/KMJ-74 0.266 86.4541 0.17099224 1803.2 0.0018
10/11/01 (Kamojang)/KMJ-74 1.696 85.3555 0.2674106 2004.0 0.002
10/31/01 (Kamojang)/KMJ-73 0.366 88.722 0.037 1301.7 0.0013
10/11/01 (Kamojang)/KMJ-73 1.048 88.500 0.025 1402.0 0.0014
225 230 235 240 245 225 230 235 240 245
0.10 0.10 0.09 0.09 0.08 15.3 16.2 17.1 18.1 19.0
0.10 0.09 0.09 0.08 0.08 15.7 16.6 17.6 18.5 19.5
0.01 0.01 0.01 0.01 0.01 66.4 68.1 69.9 71.7 73.7
0.07 0.07 0.06 0.06 0.05 21.6 22.7 23.8 25.0 26.2
0.02 0.01 0.01 0.01 0.01 56.6 58.3 60.1 62.0 63.9
0.05 0.05 0.05 0.05 0.04 26.2 27.5 28.8 30.2 31.5
Analisa yang dilakukan meliputi analisa hasil perhitungan laju alir dengan
menggunakan orifice, hasil uji Back Pressure, Modified Isochronal, PBU,
dan Analisa Kimia untuk masing-masing sumur. Khusus mengenai Uji
Metode Modified Isochronal, dilakukan kajian yang mendalam tentang
validitasnya untuk menggantikan Uji Back Pressure.
65
Proxi
BS Appr.
BS Corr.
Linear (Proxi)
60 Linear (BS Appr.)
Linear (BS Corr.)
LAJU ALIR MASSA, KG/H
55
50
45
40
8.0 10.0 12.0 14.0 16.0 18.0 20.0
TEKANANUPSTREAM, KSC
45
Proxi
BS Corr.
43
BS Appr.
Linear (BS Corr.)
41 Linear (Proxi)
Linear (BS Appr.)
39
LAJU ALIR MASSA, KG/H
37
35
33
31
29
27
25
8.00 10.00 12.00 14.00 16.00 18.00 20.00 22.00
TEKANAN UPSTREAM, KSC
Sumur
KMJ -73 KMJ-74
C 0.19427 0.78307
n 0.8769 0.6196
R^2 0.9894 0.967
AOF (Ton/Jam) 68.68 47.34
Seperti halnya Uji Back Pressure, Uji Modified Isochronal dimulai dengan
cara menutup sumur sampai diperoleh kondisi stabil dan dicatat tekanan
reservoirnya. Dalam pengujian kali ini, penutupan sumur dilakukan
sebagai Uji PBU sehingga diperoleh informasi tambahan seperti
permeabilitas, Skin, dan batas reservoir. Setelah diperoleh kondisi
reservoir stabil, sumur dibuka-tutup secara selang-seling selama masing-
masing satu hari (24 jam tepat). Pembukaan sumur dilakukan pada
berbagai harga TKS yang berbeda (5 titik). Dalam Uji Modified Isochronal
ini tidak perlu sampai kondisi stabil asalkan waktu pembukaan sama
dengan waktu penutupannya.
Tabel 5.2
Hasil Analisa Uji Modified Isochronal
Sumur
KMJ -73 KMJ-74
C 0.1347 0.38871
n 0.932 0.7274
R^2 0.9032 0.9778
AOF (Ton/Jam) 68.85 47.97
30
25
TKS, ksc
20
15
10
0
0 10 20 30 40 50 60 70 80
Gambar 5.3
Kurva Output Produksi KMJ -73
25
20
TKS, ks
15
10
0
0 10 20 30 40 50 60
Gambar 5.4.
Kurva Output Produksi KMJ - 74
Secara umum, reservoir KMJ-73 dibatasi oleh sealing fault pada salah
satu sisinya, dan berhubungan dengan satu sistem water influx pada sisi
yang lainnya. Adanya water influx tersebut ditandai dengan adanya harga
tekanan yang konstan di pinggir reservoir (constant pressure boundary).
Jarak sealing fault dari sumur kurang lebih 405 ft (123.4 m) dari sumur,
sedangkan jarak water influx tersebut kurang lebih 2388 ft (727.8 m) dari
lubang bor. Permeabilitas efektif sebesar 386 md atau k*h sebesar
126600 md-ft (38.6 D-m), sedangkan nilai Skin sebesar 2.1. Dengan
penutupan sumur selama 14 hari diperoleh radius investigasi sejauh
16280 ft (4962 m), yang berati penutupan sumur selama 14 hari sudah
menjangkau hampir seluruh sistem reservoir.
Parameter Sumur
KMJ - 73 KMJ - 74
40.0
20.0
0.0
0 1 2 3
Sample
60.0
Sw, %
40.0
20.0
0.0
0 1 2 3
Sample
80.0
Sw, %
60.0
40.0
20.0
0.0
0 1 2 3 4 5
Sample
60.0
Sw, %
40.0
20.0
0.0
0 1 2 3 4 5
Sample
Distribusi gas vulkanik dalam bentuk H2S kedalam contoh gas dari lokasi
K-73 sebesar 0.006-0.007 mol % lebih kecil dibandingkan dengan lokasi
Lain halnya dengan lokasi K-73 pengaruh vulkanik tidak begitu besar dan
dan contoh kondensat di lokasi K-73 didominasi oleh kandungan air dan
proses interaksi antara air dan batuan kurang intensif dibandingkan di
lokasi K-74 dan berlangsung pada suhu yang relatif lebih rendah.
Data hasil analisis kimia yang terbatas pada unsur major tidak dapat
diproses untuk memperoleh informasi secara jelas pada kondisi
bagaimana pengerakan itu akan terjadi.
1
Log Q/K
0
-1
-2
24 50 100 150 200 250
1
Log Q/K
-1
-2
24 50 100 150 200 250
Chalcedony Quartz
Dari kedua sumur di temukan konsentrasi As, Cl H2S dan F, unsur kimia
gas seperti halnya H2S dan HCl dapat menyebabkan korosivitas terhadap
pipa ataupun turbin dan peralatan lain yang dipergunakan, disamping
akan menyebabkan iritasi pada pekerja bila tidak mempergunakan alat
pengaman, lebih jauhnya iritasi terhadap paru-paru akan menyebabkan
patalitas.
Arsen dan flour dalam waktu lama dapat menyebabkan keracunan dan
atau ditandai dengan pengrusakan gigi dan kuku.
Tidak dapat dipastikan apakah kandungan air yang tinggi di lokasi K-73
adalah tipe air meteorik yang di serap atau sisa dari air yang diinjeksikan
saat kegiatan pemboran. Untuk dapat memastikan tipe air ini diperlukan
unsur isotope dan unsur runut.
Uji Produksi KMJ-73 dan KMJ 74 yang dilakukan oleh PERTAMINA dan
TIM UJK FIKTM – ITB memberikan beberapa kesimpulan sbb:
Parameter Sumur
KMJ - 73 KMJ - 74
Back Pressure M' Isochronal Back Pressure M' Isochronal
Saran:
1. Sebaiknya software Proxi digunakan untuk menghitung laju alir
uap pada tekanan diatas 20 ksc. Penyimpangan hasil
perhitungan terhadap BS 1042 akan semakin besar dengan
semakin turunnya tekanan upstream.