Anda di halaman 1dari 137

BAB 1

PENDAHULUAN

Mengacu kepada Surat Perjanjian Kerjasama antara PERTAMINA Area


Panasbumi Hulu Kamojang dengan Unit Jasa Kepakaran (UJK) Fakultas
Ilmu Kebumian dan Teknologi Mineral, Institut Teknologi Bandung
(FIKTM–ITB) No. 09/B-2/I/A/2001, telah dilaksanakan pekerjaan Uji Datar
Sumur KMJ-73 dan KMJ-74 di PERTAMINA Area Panasbumi Hulu
Kamojang.

1.1. LATAR BELAKANG

Uji produksi pada suatu sumur panasbumi terutama bertujuan untuk


mengetahui deliverabilitas suatu sumur dimana hal ini sangat penting
untuk mengetahui pada kondisi apa sebaiknya suatu sumur dioperasikan.

Uji produksi untuk mengetahui deliverabilitas suatu sumur yang selama ini
dilaksanakan di lapangan panasbumi Kamojang adalah menggunakan
metoda Back Pressure. Metoda ini dikenal sebagai metoda yang memiliki
keakuratan tinggi akan tetapi dalam praktek pelaksanaan pengukuran di
lapangan ditemukan kendala terutama waktu pelaksanaan uji yang cukup
lama dan sebagai konsekuensinya juga akan memerlukan biaya yang
cukup besar.

Pada dasarnya ada 3 macam test yang dapat digunakan untuk


memperoleh deliverabilitas sumur, yaitu Back Pressure, Isochronal dan
Modified Isochronal. Metoda Modified Isochronal membutuhkan waktu uji
yang relatif singkat dibandingkan dengan Back Pressure. Meskipun bila
dilihat dari segi waktu, metoda modified isochronal memiliki keunggulan
akan tetapi juga memiliki keterbatasan terutama akurasi hasil pengukuran

Uji Datar Sumur KMJ-73 dan KMJ-74 1


dan juga kesulitan pelaksanaan uji karena sumur harus dibuka dan ditutup
(berselang-seling) sehingga akan mempengaruhi jumlah uap yang masuk
turbin bila selama pengujian berlangsung, sumur harus tetap mensuplai
uap untuk turbin.

Untuk mengetahui metoda uji mana yang sesuai untuk sumur-sumur di


lapangan Kamojang di waktu yang akan datang maka perlu dilakukan
pembandingan dari metoda-metoda tersebut diatas. Dari pembandingan
ini nantinya juga diharapkan dapat diketahui secara rinci kemudahan dan
kesulitan secara teknik dari metoda-metoda tersebut sehingga dalam
prakteknya akan dapat disesuaikan dengan situasi, kondisi dan skala
prioritas yang dikehendaki.

1.2. TUJUAN

Tujuan dari pekerjaan “Uji Datar Sumur KMJ-73 dan KMJ-74 di Pertamina
Area Panasbumi Hulu Kamojang” adalah sebagai berikut :
1. Mengkaji karakteristik dan potensi sumur KMJ-73 dan KMJ-74
berdasarkan data-data yang sudah ada yaitu data pemboran dan
komplesi.
2. Mengajukan model pengujian sumur yang baru.
3. Membuat desain uji produksi.
4. Mengaplikasikan desain uji dalam pengukuran yang sebenarnya di
sumur KMJ-73 dan KMJ-74.
5. Menganalisa data hasil pengukuran.
6. Melakukan uji laboratorium kandungan kimia dari sample fluida
yang diambil selama uji produksi dilaksanakan.
7. Membuat kesimpulan mengenai metoda uji produksi yang paling
sesuai untuk pengujian-pengujian selanjutnya di lapangan
panasbumi Kamojang dan juga membuat rekomendasi
berdasarkan analisa hasil pengukuran yang telah dilaksanakan.

Uji Datar Sumur KMJ-73 dan KMJ-74 2


1.3. MANFAAT PEKERJAAN
Akan didapat data uji hasil pengukuran yang sebenarnya pada sumur
KMJ-73 dan KMJ-74 kemudian kedua hasil uji Back Pressure dan
Modified Isochronal akan dibandingkan hasilnya untuk menjastifikasi
apakah uji Modified Isochronal akan dapat menggantikan uji Back
Pressure untuk pengujian yang akan datang pada sumur yang lainnya di
lapangan panasbumi Kamojang.

Uji Datar Sumur KMJ-73 dan KMJ-74 3


BAB 2
METODOLOGI

Salah satu tujuan uji produksi adalah untuk menentukan kapasitas


produksi atau deliverability sumur. Persamaan dasar yang digunakan
dalam test penentuan deliverability ini adalah :

q = C ( p R2 – pwf2) n 1)

Persamaan ini menyatakan hubungan antara q terhadap ∆ p 2 pada


kondisi aliran yang stabil dimana,
q = laju produksi pada keadaan standar, kg/s
pR = tekanan reservoir rata-rata, ksc
pwf = tekanan alir dasar sumur, ksc
C = konstanta, tergantung pada satuan dari qsc dan p
n = harga berkisar antara 0.5 – 1.0
Harga n ini mencerminkan derajat pengaruh faktor inersia turbulensi
aliran. Sedangkan persamaan yang menerangkan aliran stabil dalam arah
penyerapan radial adalah :

kh( p R 2 − pwf 2 )
q= 2)
1.422 x106 z µT ln 0.472 re / rw

Jika kita perhatikan, persamaan 1 mirip dengan persamaan 2 jika harga n


sama dengan satu. Pembuatan grafik pada persamaan 1 pada sistem
koordinat log-log akan menghasilkan hubungan yang linier.

log qsc = log C + n log ∆p2 3)

∆p2 = ( p R2 – pwf2)

Uji Datar Sumur KMJ-73 dan KMJ-74 4


Contoh grafik dapat dilihat pada Gambar-1 dibawah ini.

Gambar 2.1
Hubungan Linier antara ∆P 2 vs qsc dalam skala log-log

Harga C dapat dicari secara grafis, yaitu berdasarkan titik perpotongan


grafik dengan sumbu mendatar (qsc). Harga n diperoleh dari sudut
kemiringan grafik dengan sumbu tegak (∆p2). Satuan ukuran lain yang
digunakan dalam analisa deliverability adalah Absolute Open Flow
Potential (AOF). Besar potensial ini diperoleh bila dalam persamaan 1 kita
masukkan harga pwf sama dengan nol.

AOF = C ( p R2)

Analisa deliverability berdasarkan persamaan 1 dikenal sebagai analisa


konvensional. Analisa dengan menggunakan pseudo potensial, Ψ, serta
kondisi aliran laminer-inersia- turubulen (LIT) merupakan cara lain dalam
uji ini.
Dasar analisa LIT ini menggunakan persamaan :
(∆pD) rD = 1 = pt + s + D qsc 4)

Uji Datar Sumur KMJ-73 dan KMJ-74 5


dimana,
s = skin
D = bilangan konstan
re
pt = ln 0.472 yang berlaku untuk keadaan stabil yang laminer.
rw
Penjabaran dari persamaan 4 ini memberikan hasil sebagai berikut,
re
Ψ R − Ψwf = qD Ψi (ln 0.472 + S + Dqsc)
rw

T r
Ψ R − Ψwf = 1.422 x 106 ( ln 0.472 e + S ) qsc +
kh rw
T
(1.422 x 106 D) qsc2
kh
atau,
∆Ψ = a qsc + b qsc2 5)

Bilangan b akan tetap sama baik pada kondisi aliran transien maupun
semi-mantap asalkan qsc tidak berubah. Sebaliknya harga a akan
berubah-ubah dan menjadi konstan bila aliran semi-mantap (stabil) sudah
tercapai. Penyusunan kembali persamaan 5 dan kemudian dibuat log-log
akan memberikan grafik linier dengan sudut kemiringan 450.

(∆Ψ - b qsc2) = a qsc 6)

Harga a dan b diperoleh dari least square, yaitu

∆Ψ
∑ ∑ q 2 − ∑ q ∑ ∆Ψ
q
a=
N ∑ q2 − ∑ q ∑ q

Uji Datar Sumur KMJ-73 dan KMJ-74 6


∆Ψ
N ∑ ∆Ψ − ∑ q ∑
q
b=
N ∑q − ∑q∑q
2

dengan N adalah jumlah data. Selain itu konstanta a dan b dapat pula
∆Ψ
diperoleh secara langsung dengan membuat grafik vs qsc
q
berdasarkan persamaan 7 dibawah :

∆Ψ
= a + b qsc 7)
qsc

Persamaan 6 adalah persamaan kuadrat dalam qsc, sehingga akar


persamaan tersebut dapat dicari dengan

− a + ( a 2 + 4b( ∆Ψ ))0.5
qsc = 8)
2b

AOF diperoleh dengan membuat Ψwf sama dengan nol.

− a + ( a 2 + 4b( ∆Ψ ))0.5
qAOF =
2b

Permeabilitas dari reservoir gas akan mempengaruhi lama waktu aliran


mencapai kondisi stabil. Pada reservoir yang ketat kestabilan dicapai pada
waktu yang lama. Untuk mencapai keadaan ini maka ada 3 macam test
yang dapat digunakan untuk memperoleh deliverability, yaitu :
a. Back Pressure
b. Isochronal
c. Modified Isochronal

Uji Datar Sumur KMJ-73 dan KMJ-74 7


2.1. BACK PRESSURE
Merupakan suatu metoda test sumur gas untuk mengetahui kemampuan
sumur berproduksi dengan memberikan tekanan balik (back pressure)
yang berbeda-beda. Pelaksanaan dari test konvensional ini dimulai
dengan menstabilkan tekanan reservoir dengan cara menutup sumur lalu

ditentukan harga p R . Selanjutnya sumur diproduksi diubah-ubah empat


kali dan setiap kali sumur itu dibiarkan berproduksi sampai tekanan
mencapai stabil sebelum diganti dengan laju produksi lainnya. Setiap
perubahan laju produksi tidak didahului dengan penutupan sumur.
Gambar skematis dari proses ‘back pressure’ diperlihatkan pada Gambar-
2 dibawah :

Gambar 2.2
Skema Tekanan dan Laju Alir pada Uji Back Pressure

Analisa deliverability didasarkan pada kondisi aliran yang stabil. Untuk


keperluan ini diambil tekanan alir dasar sumur, pwf, pada akhir perioda
suatu laju produksi. Pada gambar sebelumnya dinyatakan oleh pwfx.
Analisa data untuk keperluan pembuatan grafik deliverability didasarkan
pada metoda konvensional atau LIT. untuk ini disiapkan tabulasi
perhitungan seperti berikut ini.

Uji Datar Sumur KMJ-73 dan KMJ-74 8


Analisa Konvensional Analaisa LIT
qsc P ∆p2 ψ ∆Ψ ∆Ψ qsc2
q sc

0 pR - ΨR -

Ψw1
( ΨR - Ψ1)
q1 Pwf1
( p R 2-pwf12)
Ψw2
( ΨR - Ψ2)
q2 Pwf1
( p R 2-pwf22)
Ψw1
( ΨR - Ψ3)
q1 Pwf1
( p R 2-pwf32)
Ψw1
( ΨR - Ψ4)
q1
( p R 2-pwf42)
pwf1

Σq ΣΨw Σ∆Ψ ∆Ψ Σq2


Σ q

Kemudian dibuat grafik hubungan :


Konvensional : Log ∆p2 vs Log qsc
LIT : Log (∆Ψ b qsc2) vs Log qsc
Harga b ditentukan lebih dulu dengan metode least square di depan.
Berdasarkan grafik ini ditentukan absolute open flow (AOF) dengan
memberikan harga pwf sama dengan nol. Lama waktu pencapaian kondisi
stabil dipengaruhi oleh permabilitas batuan. Makin kecil permeabilitas
batuan, makin lama waktu yang diperlukan untuk mencapai kestabilan. Ini
dapat diperkirakan berdasarkan waktu mulai berlakunya aliran semi
mantap.

tD = 0.25 reD 9)
Berdasarkan definisi tD, yaitu

kt
-4
tD = 2,637 x 10 µφcr 2
w

Maka harga waktu untuk mencapai kondisi stabil ts, adalah :

Uji Datar Sumur KMJ-73 dan KMJ-74 9


µφcre 2
Ts ≅ 948
k

µφre 2
Ts ≅ 1000
k pR

1
Dimana, c ≅ dan µ = viskositas pada p R
pR2

2.2. ISOCHRONAL TEST


Anggapan yang digunakan pada pada test ini adalah bahwa jari-jari
daerah penyerapan yang efektif, rD, adalah fungsi dari tD dan tidak
dipengaruhi oleh laju produksi. Uji produksi dilakukan dalam laju yang
berbeda-beda tapi dengan selang waktu yang sama dimana akan
memberikan grafik log ∆p2 vs log qsc yang linier dengan harga eksponen n
yang sama seperti pada kondisi aliran stabil. Tes ini terdiri dari
serangkaian proses penutupan sumur sampai mencapai kondisi stabil,
p R . Salah satu tes ini dilakukan sampai mencapai kondisi stabil. Diagram

laju produksi dan tekanan didasar sumur dapat dilihat pada Gambar-3
dibawah ini.

Gambar 2.3
Skema Tekanan dan Laju Alir pada Uji Isochronal

Uji Datar Sumur KMJ-73 dan KMJ-74 10


Analisa dilakukan dengan mencatat harga tekanan alir sumur untuk
jangka waktu alir yang sama bagi masing-masing laju produksi yang
direncanakan. Setelah data diolah, sesuai dengan jenis analisa yang
digunakan maka dibuat grafik log ∆p2 vs log qsc. atau log (∆Ψ - b qsc2) vs
log qsc.

Pada Gambar-4 dibawah ini terlihat bahwa harga C berubah-ubah, bila


keadaan stabil belum dicapai. Deliverability pada keadaan stabil diperoleh
dengan membuat garis lurus yang sejajar dengan grafik utnuk t1 dan t2
melalui titik yang diperoleh pada keadaan stabil.

Gambar 2.4
Plot ∆p2 vs. qsc pada analisa data Uji Isochronal

Uji Datar Sumur KMJ-73 dan KMJ-74 11


Pada analisa LIT seperti pada Gambar-5 dibawah ini dilakukan setelah
harga b dihitung berdasarkan least square.

Gambar 2.5
Gambar Deliverability Uji Isochronal dengan Metoda LIT

Sedangkan harga a ditetapkan berdasarkan data pengaliran sumur


sampai mencapai keadaan stabil, saat dihitung harga ∆Ψ pada keadaan
stabil.
∆Ψ − bqsc
2

a=
qsc

Data Isochronal test

Jenis Kegiatan Lama Kegiatan Tekanan Sumur Laju Produksi


Penutupan awal ts(1) ps -

Buka sumur (1) T1, t2 Pwf1 (1), pwf2 (1) q1(1),q2(1)


Tutup ts(2) pR -

Buka sumur (2) t1, t2 Pwf1 (2), pwf2 (2) q1(2), q2(2)
Tutup ts(2) pR -

Uji Datar Sumur KMJ-73 dan KMJ-74 12


Buka sumur (3) t1, t2 Pwf1 (3), pwf2 (3) q1(3), q2(3)
Tutup ts(3) pR -

Buka sumur (4) T1, t2 Pwf1 (4), pwf2 (4) q1(4), q2(4)
Aliran yang stabil text pwf(5) q(5)

2.3. MODIFIED ISOCHRONAL


Perbedaan antara metoda ini dengan isochronal adalah terletak pada
syarat penutupan sumur tidak perlu mencapai stabil. Selain itu selang
waktu penutupan dan pembukaan sumur dibuat sama besar. Diagram
tekanan dan laju produksi dari modified isochronal dapat dilihat pada
gambar dibawah ini.
Pengolahan data untuk analisa metode ini sama dengan isochronal
kecuali untuk harga p R diganti dengan pws yaitu harga tekanan dibaca
pada akhir dari setiap masa penutupan sumur. Dari gambar juga dapat
dilihat bahwa untuk suatu harga q diperoleh pasangan ∆p2 atau ∆Ψ
dengan kombinasi :

q1 : (pws1)2 – (pwf1)2
q2 : (pws2)2 – (pwf2)2
q3 : (pws3)2 – (pwf3)2
q4 : (pws4)2 – (pwf4)2

Uji Datar Sumur KMJ-73 dan KMJ-74 13


Gambar 2.6
Modified Isochronal

2.4. METODE DAN PROSEDUR UJI PRODUKSI


Untuk keperluan uji produksi sumur KMJ-73 dan KMJ-74 dilakukan
dengan menggunakan Metode Back Pressure yang diakhiri dengan Build
Up Test (PBU). Kelebihan dari metode back pressure ini adalah
diperolehnya data aktual antara TKS dan laju produksi yang stabil,
sedangkan dari analisis PBU diperoleh harga kh, S, kondisi batas
reservoir. Untuk keakuratan data yang akan diperoleh dan kemungkinan
adanya histerisis, dilakukan dua kali pengukuran untuk masing-masing
laju produksi. Secara umum, gambaran pengujian yang telah dilakukan
dapat dilihat pada Gambar-6 dibawah ini.

Uji Datar Sumur KMJ-73 dan KMJ-74 14


Gambar 2.7
Uji Back Pressure dan PBU di KMJ-73 dan KMJ-74

Setelah PBU selesai dilaksanakan akan dilanjutkan dengan uji Modified


Isochronal. Seperti telah dijelaskan sebelumnya bahwa uji Back Pressure
memiliki tingkat keakuratan yang tinggi akan tetapi membutuhkan waktu
uji yang relatif lama karena menunggu sampai tercapai kestabilan
sedangkan uji Modified Isochronal membutuhkan waktu yang relatif lebih
pendek dengan hasil yang relatif kurang akurat. Dari kedua hasil uji (Back
Pressure dan Modified Isochronal) akan dibandingkan dengan hasilnya
untuk menjastifikasi apakah uji Modified Isochronal akan dapat
menggantikan uji Back Pressure untuk pengujian yang akan datang.

Uji Datar Sumur KMJ-73 dan KMJ-74 15


2.5 Perhitungan laju alir dengan menggunakan orifice plate.

Orifice flowmeter digunakan untuk menentukan laju alir liquid maupun gas
dengan cara mengukur beda tekanan (P1 - P2) yang melewati orifice plate.
Orifice meter biasanya dipakai pada pipa berdiamere 5 cm sampai 1 m.
Biasanya instalasi maupun pembuatan orifice meter ini relatif murah
dibandingkan dengan differential pressure flowmeter yang sering
digunakan lainnya, namun demikian nozzle dan venturi flow meter
memiliki banyak kegunaan terutama untuk pressure drop yang lebih
rendah. Persamaan untuk orifice meter memiliki keuntungan dengan tidak
adanya batas tertinggi dari bilangan Reynold. Orifice flow meter biasanya
dipasang diantara flange pada sambungan dua pipa.

Tiga standard pemasangan/susunan pressure tapping dapat dilihat pada


gambar 2.8, lokasi dari pressure tap mempengaruhi discharge coefficient
yang dipakai. Flange pressure tap menembus flange and pada jarak
standard 1 inch dari salah satu sisi orifice. Untuk corner tap atau D dan
D/2, pressure tap terletak seperti pada gambar. Umumnya orifice memiliki
ketebalan kurang dari 0.05D

Geometri dan spesifikasi orifice yang pasti dapat dilihat pada British
Standard 1042 (Part 1964) atau yang lebih baru di ISO (1991) atau ASME
(1971). BS 1042 telah diadopsi menjadi Standard Nasional Indonesia
untuk pengukuran laju alir fluida panasbumi

Orifice merupakan metoda yang akurat untuk pengukuran laju alir satu
fasa, untuk pengukuran gas harus mengikutsertakan faktor ekspansibilitas
(e) tetapi untuk liquid faktor ekspansibiltas ini tidak perlu dipertimbangkan.
Faktor ekspansibilitas perlu diikutsertakan karena adanya perubahan
densitas gas sebagai efek perubahan tekanan waktu gas mengalir melalui
orifice.

Uji Datar Sumur KMJ-73 dan KMJ-74 16


Gambar 2.8
Tiga standard pemasangan/susunan pressure tapping

Parameter yang diamati dalam pengujian meliputi :


1. Tanggal pengujian
2. Waktu/jam pengujian
3. Tekanan kepala sumur (TKS)
4. Tekanan di upstream (Pu)
5. Selisih tekanan (∆P) di upstream dan downstream
6. Temperatur aliran di upstream (Tu)
7. Diameter dalam lempeng Orifice (d)
8. Diameter dalam pipa uji di upstream (D)
9. Jenis material pipa dan orifice (umumnya material pipa adalah Mild
Steel dan material orifice adalah

Catatan : Lempeng orifice yang dibicarakan di sini adalah lempeng


orifice bertipe sisi lubang persegi (square-or sharp-edged orifice
plates) dengan lubang tekanan pada D dan D/2 (with D and D/2
tapping) karena jenis tapping ini yang dipakai di Kamojang

2.5.1. Rumus Dasar Perhitungan

M= 0.001252 CZ ∈ E d2 √( ∆P ρ)

Keterangan :
M : Laju alir massa (ton/jam).
C: : Koefisien dasar.

Uji Datar Sumur KMJ-73 dan KMJ-74 17


Z : Faktor koreksi.
∈ : Faktor ekspansibilitas.
γ : Rasio panas spesifik dari uap dan CO2.
d : Diameter dalam orifice (mm)
D : Diameter dalam pipa uji (mm),
D dan d dikoreksi sesuai dengan faktor panas logam pada
Tu.
m : Perbandingan luas (m)= (d/D)2
E : Faktor kecepatan (E) = (l-m2)-0.5
∆P : Selisih tekanan di upstream dan downstream (Ksc)
ρ : Berat jenis fluida (Kg/m3).

2.5.2. Prosedur Perhitungan Menggunakan Orifice Radius


Tapping
Prosedur dan urut-urutan perhitungan adalah sebagai berikut.
1. Catatan temperatur alir uap,Tu di upstream (oC)
2. Koreksi diameter lubang orifice (d) dan diameter dalam pipa
(D) hasil pengukuran dengan menggunakan grafik di bawah
berdasarkan Tu.

Uji Datar Sumur KMJ-73 dan KMJ-74 18


Multiplying Factor for Thermal Expansion
1.012
12% Chromium Iron

Cast Iron
y = 1.9156E-05x + 9.9913E-01
Mild Steel
1.01
Monel

18-8 Stainless Steel y = 1.4796E-05x + 9.9945E-01


Bronze/Gun Metal y = 1.6890E-05x + 9.9938E-01
1.008
Hot Rolled Brass
Thermal Expansion

Aluminium y = 1.2685E-05x + 9.9935E-01


y = 1.5017E-05x + 9.9886E-01
1.006 y = 2.2814E-05x + 9.9916E-01

y = 1.9068E-05x + 9.9929E-01

1.004 y = 2.5276E-05x + 9.9906E-01

1.002
y = 1.7699E-05x + 9.9935E-01
y = 1.1628E-05x + 9.9957E-01

1
0 100 200 300 400 500 600
o
Temperature, C

Gambar 2.9
Multiplying Factor For Thermal Expansion

3. Catat perbedaan tekanan pada lubang tekanan di orifice, ∆P


(Ksc)
4. Catat tekanan di upstream, P (Ksc gauge); dan tentukan Pu
abs-nya di upstream (Pu abs = P + Pa)
Pa diperoleh dari Gambar di bawah ini

Uji Datar Sumur KMJ-73 dan KMJ-74 19


Patm vs Ketinggian

1.05

1
6 5 4 3 2
y = -5.7522E-22x + 4.3125E-18x - 1.2291E-14x + 1.6430E-11x - 4.8744E-09x - 1.1727E-04x + 1.0133E+00
2
0.95 R = 1.0000E+00

0.9

0.85
Patm, bar

0.8

0.75

0.7

0.65

0.6
0 500 1000 1500 2000 2500 3000
Ketinggian, m

Gambar 2.10
Patm vs Ketinggian

5. Tentukan berat jenis fluida, ρ (Kg/m3) pada kondisi upstream (kondisi


Tu dan Pu abs).
6. Tentukan viskositas fluida, µ (poise) pada kondisi Tu dan Pu abs.
7. Tentukan harga specific heat ratio γ sesuai Gambar 2.11, jika harga
yang dicari tidak sesuai dengan tekanan yang ada, dilakukan
interpolasi. (heat ratio)

Uji Datar Sumur KMJ-73 dan KMJ-74 20


Ratio Panas Spesifik (γγ) Uap atau CO2

1.7
y = 2.7721E-17x6 - 1.0883E-13x5 + 1.7286E-10x4 - 1.4250E-07x3 + 6.4909E-05x2 - 1.5923E-02x + 2.9390E+00
R2 = 9.9955E-01

1.6

100 atm
1.5 10 atm
Ratio Panas Spesifik Uap, g

1 atm

1.4
6 5 4 3 2
y = 1.3245E-18x - 5.7613E-15x + 9.9489E-12x - 8.8723E-09x + 4.4842E-06x - 1.3447E-03x + 1.3928E+00
2
R = 9.9972E-01

1.3

1.2

y = -3.0564E-19x6 + 2.0404E-16x5 + 1.1193E-12x4 - 2.0235E-09x3 + 1.4778E-06x2 - 6.1386E-04x + 1.3143E+00


R2 = 9.9992E-01
1.1

1
0 200 400 600 800 1000 1200

Temperature, oC

Gambar 2.11
Rasio Panas Spsifik Uap(γ) atau CO2

8. Hitung m = (d/D)2 setelah dilakukan koreksi menggunakan langkah 2 di


atas. Harga m harus lebih besar dari 0.1 dan lebih kecil dari 0.7.
9. Hitung faktor kecepatan E=(1-m2)-0.5
10. Tentukan koefisien dasar C, gunakan grafik sesuai rasio luas (m)
antara penampang lubang orifice dan diameter dalam pipa uji.

Uji Datar Sumur KMJ-73 dan KMJ-74 21


Konstanta Orifice Radius

0.62

0.615

0.61 6 5 4 3 2
y = -60.253x + 107.26x - 70.268x + 20.878x - 2.8622x + 0.2149x + 0.5901
R2 = 0.9996
C

0.605

6 5 4 3 2
y = 101.11x - 319.23x + 421.79x - 297.89x + 118.5x - 25.177x + 2.8398
2
0.6 R = 0.9999

0.595

0.59
0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7
m

Gambar 2.12
Konstanta Orifice Radius

11. Hitung perkiraan Laju alir massa, M1 (Kg/detik) = 0.659862 C E d2 √(∆P


ρ) (faktor Z dan ∈ akan ditentukan kemudian).
12. Hitung bilangan Reynold. Rd = 3.54x3600 Ml/µd, dimana M1 dalam
kg/s, µ dalam Pa.s dan d dalam m.
13. Hitung harga Z besarnya tergantung m, D dan Rd (bilangan Reynold) Z
= ZR x ZD. Tentukan ZR dan ZD dengan grafik.

Uji Datar Sumur KMJ-73 dan KMJ-74 22


Faktor Koreksi Bilangan Reynold (Zr)

1.035
Rd = 20000
Rd = 50000
Rd = 100000
y = 7.4241x6 - 12.966x5 + 8.9433x4 - 3.0859x3 + 0.6123x2 - 0.0294x + 1.0074
1.03 Rd = 200000
R2 = 0.9999
Rd = 500000 y = -0.3696x6 + 0.2472x5 + 0.4451x4 - 0.5503x3 + 0.2353x2 - 0.0073x + 1.0042
R2 = 0.9997

1.025

y = -2.3757x6 + 5.4883x5 - 4.7416x4 + 1.8757x3 - 0.3197x2 + 0.0449x + 0.9999


R2 = 0.9999
1.02
Zr

y = 3.2103x6 - 8.2524x5 + 8.4022x4 - 4.2877x3 + 1.1549x2 - 0.135x + 1.0063


1.015
R2 = 0.9997

1.01

y = 8.2864x6 - 22.361x5 + 23.68x4 - 12.48x3 + 3.4379x2 - 0.463x + 1.0241


1.005 R2 = 0.9982

1
0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7
m

Gambar 2.13
Faktor Koreksi Bilangan Reynold (Zx)

Faktor Koreksi Ukuran Pipa (ZD)

1.02
D = 1 in
D = 2 in
D = 3 in
D = 4 in
D = 6 in y = 0.0403x + 0.996
D = 8 in
1.015 D = 16 in y = 0.025x + 0.9975
ZD

1.01 y = 0.0167x + 0.9983

y = 0.0147x + 0.9972

1.005 y = 0.0098x + 0.9981

y = 0.0053x + 0.9988

1 y=1
0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7
m

Gambar 2.14
Faktor Koreksi Ukuran Pipa (ZD)

Uji Datar Sumur KMJ-73 dan KMJ-74 23


14. Tentukan faktor ekspansibilitas (Expansibility Factor), ∈ sesuai dengan
∆P, Pu, γ dan m, atau gunakan persamaan berikut;
{( )
→ ∈ = 1 − 0.41 + 0.35 m 2 (1 / γ )(∆P / Pu ab }
15. Hitung kembali M; M = M1Z∈

2.5.3 Desain orifice.


Sebelum uji produksi dengan menggunakan orifice, pertama yang harus
dilakukan adalah mendesain atau menentukan berapa besarnya diameter
orifice yang akan dipasang pada instalasi pipa yang akan dilewati fluida.
Pendesainan orifice ini penting mengingat selama uji dengan
menggunakan orifice, orifice yang telah dipasang jarang sekali atau sulit
untuk dilakukan penggantian orifice dengan diameter yang berbeda.
Desain ini dilakukan agar diameter orifice tersebut akan mampu
digunakan untuk melakukan pengukuran pada range laju alir yang akan
diukur. Untuk menentukan berapa besarnya diameter orifice yang akan
dipasang, data yang umum dipakai untuk memperkirakan laju alir
maksimum adalah data dari uji tegak.
Rumus perhitungan diameter lubang orifice diperoleh dari turunan rumus
laju aliran massa, laju aliran (volume) dan persamaan untuk mendapatkan
bilangan Reynold dengan mensubstitusi mD2 untuk d2. Perhitungan
diawali dengan menentukan harga N yang didapatkan dari persamaan
berikut.

3600M
N = (1)
0.01252 D 2 dPx10000 x ρ

Besarnya N dapat dievaluasi dari data yang sudah diketahui


sebelumnya.

Uji Datar Sumur KMJ-73 dan KMJ-74 24


Tahapan berikutnya adalah menghitung besarnya mE yang
berhubungan dengan N dengan persamaan

mE = N / CZε (2)

Tetapi karena C, Z dan ε tergantung harga m, besarnya mE tidak


dapat dievaluasi langsung dari persamaan 2 tersebut diatas. Hal ini
ditemukan dengan satu metode perkiraan berikut yang diterangkan
dibawah ini dengan menggunakan hubungan :

CmE = N / Zε dan mE = CmE / C (3a, 3b)

Bilangan Reynold diperlukan pada tahapan pertengahan untuk


perhitungan mE yang diberikan oleh persamaan.

M
Rd = (4)
15.8µD (m )

Tahap akhir adalah menghitung rasio diameter d/D dari mE, dan
kemudian diameter lubang orifice, dengan mengikuti persamaan,

 (mE )2 
1/ 4

d / D= 2 
(5)
1 + (mE ) 

Uji Datar Sumur KMJ-73 dan KMJ-74 25


Dimana :

N : adalah nilai CZεEm (non-dimensional)


M : Perkiraan alir laji massa (kg/detik)
dP: Perbedaan tekanan (ksc).
D : Diameter pipa uji (mm)
d : Diameter lubang orifice (mm)
ρ : Densitas fluida (kg/m3)
µ : Viskositas fluida pada lubang di upstream (poise)
C : Koefisien dasar
Z : faktor koreksi
ε : Faktor ekspansibilitas
E : Faktor pendekatan kecepatan
M : Rasio luas penampang ( = d2/D2)
Rd: Bilangan Reynold

Data input:
Laju alir masa maksimum(Mmaks), kg/s
Tekanan upstream (Pu), bar gauge
Temperature upstream (Tu), oC
Diameter dalam pipa (D), mm
Delta pressure (dP), bar
Jenis material pipa
Jenis material orifice
Type tapping (dalam hal ini Radius)

Prosedure perhitungan orifice diameter:


1. Hitung tekanan atmosfer, Patm, sebagai fungsi dari elevasi
2. Hitung tekanan upstream (Pup abs) dalam bar abs
Pu abs = Pu gauge + Patm
3. Hitung densitas steam (ρs) sebagai fungsi dari temperature upstream
(Tu) dan tekanan upstream (Pu abs).

Uji Datar Sumur KMJ-73 dan KMJ-74 26


4. Tentukan viskositas fluida, µ (poise) pada kondisi upstream
5. Hitung Koreksi diameter dalam pipa (D) hasil pengukuran dengan
menggunakan grafik ekspansi thermal dari material sesuai dengan Tu.

Dcorrected = D x expansi thermal material

Untuk selanjutanya, yang dinotasikan sebagai D adalah Dcorrected


6. Tentukan harga specific heat ratio γ sesuai Gambar, jika harga yang
dicari tidak sesuai dengan tekanan yang ada, dilakukan interpolasi.
(heat ratio)
7. Karena orifice akan dipakai untuk mengukur satu harga laju alir masa
(laju alir yang mau diukur ada dalam range dibawah harga laju alir
masa maksimum) maka:

M = 0.7 x Mmaks

8. Check apakah harga dP (ksc) < 27.68 Pu (ksc)


Jika memenuhi, teruskan perhitungan, jika tidak berarti dP terlalu
besar, masukan harga dP baru yang lebih kecil.

9. Hitung N

3600M
N =
0.01252 D 2 dPx10000 x ρ

10. Berdasarkan harga N cari harga m berdasarkan gambar di bawah

Uji Datar Sumur KMJ-73 dan KMJ-74 27


CmE vs m
untuk Radius Tapping

0.7

0.6
2
y = -1.020448E+00x + 1.747114E+00x + 2.833666E-03
2
R = 9.999090E-01
0.5

0.4
m

0.3

0.2

0.1

0
0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7
CmE

Gambar 2.15
CmE vs m Untuk Radius Tapping

N = CmE
Untuk keperluan komputasi besarnya m Radius Tapping dapat
dihitung dengan rumus dibawah:
m = -1.020448(CmE)2 + 1.747114(CmE) + 2.833666x10-3
11. Dari harga m yang didapat, cari besarnya harga C dari gambar
dibawah

Uji Datar Sumur KMJ-73 dan KMJ-74 28


0.62

0.615

0.61 y = -60.253x6 + 107.26x5 - 70.268x4 + 20.878x3 - 2.8622x2 + 0.2149x + 0.5901


2
R = 0.9996

0.605
C

6 5 4 3 2
y = 101.11x - 319.23x + 421.79x - 297.89x + 118.5x - 25.177x + 2.8398
2
0.6 R = 0.9999

0.595

0.59
0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7
m

Gambar 2.16
C Radius Tapping

Untuk keperluan komputasi, C dapat dihitung dengan persamaan


berikut:

C = -60.253m6 + 107.26 m5 - 70.268 m4 + 20.878 m3 - 2.8622 m2 +


0.2149 m + 0.5901 untuk 0.054 ≤ m ≤ 0.41

C = 101.11m6 - 319.23 m5 + 421.79 m4 - 297.89 m3 + 118.5 m2 -


25.177 m + 2.8398 untuk 0.41 < m ≤ 0.7

12. Hitung mE
mE = N/C

13. Hitung d/D

Uji Datar Sumur KMJ-73 dan KMJ-74 29


 (mE )2 
1/ 4

d / D= 2 
1 + (mE ) 

14. Hitung d (diameter orifice)


d = (d/D) x D

15. Hitung RD (Reynold Number)


16. Hitung ZR dan ZD seperti pada prosedure perhitungan orifice
17. Hitung ε
{( )
→ ∈ = 1 − 0.41 + 0.35 m 2 (1 / γ )(∆P / Pu ab }
18. Hitung CmE
CmE = N/(ε x ZR x ZD)
19. Ulangi langkah nomor 10 sampai 14 untuk mendapatkan d.
20. d hasil perhitungan adalah d pada working temperatur. d pada kondisi
ruangan (room condition) adalah
d = d/expansi thermal material

2.5.4. Perhitungan data hasil uji produksi dengan menggunakan


metoda lip pressure
Uji tegak yang sederhana (selama beberapa jam tergantung dari
peraturan setempat karena fluida dari sumur akan menyembur dengan
kecepatan sangat tinggi) biasanya dilakukan setelah uji komplesi dan uji
panas. Uji tegak berguna untuk memperoleh perkiraan awal mengenai
potensi sumur dan menentukan peralatan yang dibutuhkan dalam menguji
kemampuan sumur pada waktu yang lebih lama. Dalam metoda ini
besaran yang diukur adalah:
1. Tekanan kepala sumur.
2. Tekanan lip
3. Diameter pipa sembur (Lip pipe)

Uji Datar Sumur KMJ-73 dan KMJ-74 30


Gambar 2.17
Metoda Vertical Discharge

2.5.5. Metoda Perhitungan


Output sumur dihitung dengan rumus James yang menghubungkan antara
laju alir masa, flowing enthalpy, luas area pipa dan tekanan lip:

(GH1.102)/p0.96 = 184 (2.8)


G = W/A (2.9)
W = (184 A plip0.96)/H1.102 (kg/s) (2.10)
H = Huap = fungsi dari TKS, pada kondisi saturasi (uap)

Dimana p adalah tekanan lip dari pengukuran (bar absolute); G adalah


laju alir masa per unit area (kg/cm2.s), H adalah enthalpy (kJ/kg), W
adalah laju alir masa (kg/s) and A luas area pipa (cm2). Untuk vertical
discharge kita dapat mengasumsikan besarnya flowing enthalpy
berdasarkan pada interpretasi data downhole dan dengan demikian
besarnya laju alir panas, Q (MW thermal diatas 0oC) dapat dihitung.

Q = WH/1000 [MW thermal]

Uji Datar Sumur KMJ-73 dan KMJ-74 31


= (184 A p0.96)/(1000 H0.102)

Untuk range of discharge enthalpy (900 – 2800 kJ/kg), H0.102 sangat kecil
bedanya, sehingga Q dapat didapat dengan ketepatan yang cukup
memadai.

Uji Datar Sumur KMJ-73 dan KMJ-74 32


BAB 3
ANALISA TRANSIEN TEKANAN DAN
DATA HASIL PENGUKURAN

Pressure build-up adalah suatu teknik pengujian transien tekanan yang


sangat sering dilakukan di lapangan panasbumi dominasi uap karena
sangat mudah dalam pelaksanaannya. Pengujian build-up dilakukan
dengan cara memproduksikan sumur selama suatu selang tertentu
dengan laju alir yang tetap sampai didapatkan tekanan kepala sumur yang
relatif konstan, setelah itu sumur ditutup. Sebenarnya data yang diukur
adalah data perubahan tekanan dasar sumur pada saat penutupan
terhadap waktu, akan tetapi pada saat sumur uap ditutup tekanan kepala
sumur mempunyai harga yang hampir sama dengan harga tekanan dasar
sumur sehingga alat pencatat tekanan tidak perlu ditempatkan di dasar
sumur tapi cukup dengan merekam perubahan tekanan di kepala sumur.

Dari data tekanan yang didapat, kemudian dapat ditentukan :


a. Permeabilitas formasi, (k)
b. faktor skin, (s)
c. Efisiensi aliran (Flow Efficiency)
d. Tekanan awal dan tekanan rata-rata reservoir

Analisa data pressure build-up dapat dilakukan dengan 2 metoda yaitu


analisa konvensional Horner dan analisa pressure derivative.

3.1 Analisa Horner


Dasar analisa pressure build up ini diajukan oleh HORNER, yang
pada dasamya adalah mem-plot tekanan terhadap fungsi waktu.
Persamaan dasar untuk menganalisa pressure build up testing
adalah :

Uji Datar Sumur KMJ-73 dan KMJ-74 33


qµBo  t p + ∆t 
Pws = Pi − 162.6 log  
kh  ∆t 

3.2 Prosedur Analisa Pressure Build Up Testing


1. Siapkan data pendukung untuk analisa yaitu :
a. produksi kumulatif sumur, Np [STB]
b. Laju aliran produksi yang distabilkan sebelum pengujian sumur,
qo (STB/Hari)
c. Porositas, φ (fraksi)
d. Kompressibilitas total, Ct (psia)-1
e. Jari-jari lubang bor, rw (rt)
f. Faktor volume formasi minyak, Bo (BBL/STB)
g. Viscositas minyak, µo (cp)
h. Tebal formasi, h (diambil tebal gross dari log sumur) [ft]
2. Hitung berapa lama sumur telah berproduksi (tp) menurut rumus :
tp = 24 Np/qo
3. Buat tabel data uji, tekanan dasar sumur (Pws), waktu penutupan
(∆t),
(tp + ∆t)/∆t), dan (Pws - Pwf)
4. Plot Pws terhadap (tp + ∆t)/ ∆t)pada kertas semilog. Tarik garis lurus
dimulai dari data yang dipengaruhi oleh wellbore storage. Kemudian
tentukan sudut kemiringan (m) [psi/log cycle) dan tekanan ∆P*
diperoleh dengan mengekstrapolasikan ganis lurus tersebut hingga
harga waktu penutupan (∆t)) tak terhingga atau harga (tp + ∆t) ∆t/∆t=
1
5. Hitung harga permeabilitas (k) dari persamaan:
qoµ o Bo
k = 162.6
mh

Uji Datar Sumur KMJ-73 dan KMJ-74 34


6. Pada garis lurus yang telah ditarik baca tekanan Pws pada 1 jam
atau P1hr
7. Hitung harga factor skin (S) dari persamaan :
 P − Pwf  k  
S = 1.151 1hr − log   + 3.23
2 
 m  φ.µ.C.rw  
8. Hitung efisiensi aliran (FE) dengan persamaan- persamaan
berikut :
PI nyata
FE =
PI ideal
dimana :
PINyata = q/(P* - Pwf)
Plideal = g/(P* - Pwf - ∆Pskin )
∆Pskin = 0.87 (S) (m)

9. Tentukan tekanan rata-rata reservoir. Dalam hal ini dibedakan dua


kasus yaitu :
• Reservoir tak terbatas (infinite), dan
• Reservoir terbatas (finite)
a. Dalam praktek kasus pertama dapat diberlakukan untuk
reservoir yang belum dikembangkan penuh dimana jumlah
sumurnya masih sangat terbatas, sehingga jari-jari
pengurasannya dapat diketahui seolah olah tak terbatas. Dalam
hal ini tekanan reservoir rata-rata ( P ) sama dengan P*.
b. Dalam kasus kedua, untuk reservoir yang sudah
dikembangkan, bentuk maupun luas daerah pengurasannya
sudah dapat diperkirakan.

Uji Datar Sumur KMJ-73 dan KMJ-74 35


3.3 Metoda Pressure Derivative
Dengan semakin berkembangnya peralatan yang dipakai untuk uji
tekanan dimana respon tekanan dapat direkam secara regular tiap
rentang waktu yang pendek maka dikembangkanlah metoda uji pressure
derivative. Metoda ini berbeda dengan analisa konvensional Horner
dimana analisa tidak didasarkan pada plot antara tekanan terhadap waktu
akan tetapi laju perubahan tekanan terhadap waktu atau dengan kata lain
dengan cara mengamati laju perubahan tekanan terhadap waktu ( turunan
dpW / dt ). Disamping itu, turunan parsial ∂ P/ ∂ t merupakan fungsi yang
terdapat pada persamaan diffiuivity dan dapat dipandang sebagai hal
yang lebih mendasar dibandingkan tekanan itu sendiri.

Dalam metode ini, laju perubahan tekanan terhadap waktu ditentukan


dengan menurunkan persamaan tekanan terhadap natural logaritma dari
waktu, atau dapat dinotasikan sebagai
dp D
P' D = (3.1)
d (1nt D )
Persamaan tersebut jika diaplikasikan pada persamaan tekanan untuk
berbagai jenis reservoir akan membentuk kurva yang unik, sehingga
dapat digunakan untuk justifikasikan karakteristik reservoir.

A. Pengaruh Well Bore Storage Murni


Pada waktu awal dari respon tekanan, sumur berada dalam pengaruh
wellbore storage murni. Pada periode tersebut, persamaan tekanan
tanpa dimensi akan memenuhi persamaan berikut
t
P' D = D (3.2)
CD
atau dapat ditulis sebagai :
ln PD = ln tD – ln CD (3.3)

Uji Datar Sumur KMJ-73 dan KMJ-74 36


jika persamaan diatas dituliskan dengan menggunakan logaritma, maka
persamaan tersebut dapat ditulis sebagai :
log PD = log tD - log CD

Dengan melihat persamaan ini, maka jika di plot antara PD terhadap tD


pada skala log-log, maka akan didapat suatu garis lurus dengan
kemiringan garis sebesar 1 (satu), seperti terlihat pada gambar dibawah.

Gambar 3.1
Efek wellbore storage

Jika P’D di turunkan terhadap waktu, maka didapat


dp D 1
P' D = = (3.4)
dt D C D
sedangkan, jika pD diturunkan terhadap ln tD, maka didapat
dp D dp dtD t
P' D = = D = D (3.5)
d (1nt D ) dt D d (1nt D ) C D
atau :

Uji Datar Sumur KMJ-73 dan KMJ-74 37


t
P' D = PD t D = D (3.6)
CD

Persamaan ini memperlihatkan bahwa laju perubahan tekanan terhadap


waktu adalah sama dengan perubahan tekanan itu sendiri, atau dapat
ditulis sebagai :
t
P' D = D (3.7)
CD
Dengan demikian, plot pada skala log-log antara PD terhadap tD akan
menunjukkan bentuk yang sama dengan plot antara PD terhadap tD ,
dimana keduanya akan menghasilkan suatu garis lurus dengan
kemiringan garis sebesar 1 (satu)

Gambar 3.2
Plot P’D terhadap tD pada periode aliran yang didominasi well bore storage

Uji Datar Sumur KMJ-73 dan KMJ-74 38


B. Infinite-Acting Radial Flow
Setelah efek dari wellbore strorage berakhir, maka laju aliran pada
sand face akankonstan dan stabil. Pada periode tersebut, respon
tekanan terhadap waktu akan menghasilkan garis lurus pada skala
semilog, dimana respon tekanan tersebut akan memenuhi
persamaan dibawah ini.

PD =
1   tD
1n
2   C D

( )
 + 0.80907 + 1n C D e 2 S 

(3.10)

Karakteristik dari respon tekanan tersebut dapat dilihat pada


gambar (3.3), dimana karakteristik untuk periode aliran radial tidak
dapat dikenali. Oleh sebab itu, dibuat suatu tanda (garis putus-
putus) untuk mengidentifikasikan bahwa periode infinite acting
radial flow telah dicapai

Gambar 3.3
Type Curve untuk reservoir homogen
Dengan pengaruh wellbore storage dan skin

Uji Datar Sumur KMJ-73 dan KMJ-74 39


Jika regime aliran infinite acting telah tercapai (persamaan diatas
dapat aplikasikan), maka laju perubahan tekanan, yaitu turunan
persamaan terhadap natural logaritma dari tD adalah :

dp D t dp D
= D = 0.5
d (1nt D ) C D d (t D / C D )

terlihat bahwa periode infinite acting, seluruh kurva yang dibentuk


oleh respon tekanan akan bentuk suatu garis lurus pada Y = 0.5.
Dengan demikian, karakteristik aliran infinite acting dengan mudah
dapat dikenali seperti terlihat pada gambar (3.4)

Gambar 3.4
Derivative Type Curve untuk reservoir homogen

Sedangkan pada gambar (3.5) terlihat bahwa data akan mempunyai


benntuk yang sama dengan kurva idealnya, dimana pada waktu awal
akan terbentuk unit slope yang mengidentifikasikan adanya pengaruh
wellbore storage. Sedangkan pada periode infinite acting akan terlihat
suatu garis lurus dimana harga pada sumbu Y akan konstan untuk
setiap harga X.

Uji Datar Sumur KMJ-73 dan KMJ-74 40


Gambar 3.5
Respon tekanan dasar sumur pada reservoir homogen

Terlihat pula bahwa kurva diantara dua asimtot, yaitu antara garis lurus
yang membentuk unit slope dan garis pada Y=0.5, mempunyai bentuk
yang berbeda-beda yang bergantung pada harga CDe2S. Dari karakteristik
tersebut, maka dimungkinkan untuk melakukan matching guna
mengetahui karakteristik reservoir.

Matching pada derivative Type-Curve dapat dilakukan dengan prosedur


sebagai berikut:
1. Menentukan kh
Bagian data yang konstan dari plot data aktual di tempatkan atau
digeser secara horizontal hingga sesuai dengan garis Y=0.5 dari
grafik derivative type curve. Tentukan match point yaitu :
 PD 
Pressure match :  
 ∆P  M
Maka :
P 
kh = 141.2qBµ  D 
 ∆P  M

Uji Datar Sumur KMJ-73 dan KMJ-74 41


2. Menentukan Cs
Dari langkah 1, data aktual kemudian ditempatkan sedemikian rupa
dengan menggeser plot data secara horizontal hingga data pada
saat awal berhimpit dengan data awal type curve, kemudian
tentukan match point, yaitu :
 tD / CD 
Time Match :  
 ∆t  M
Maka
kh  ∆t 
C s = 0.000295  
µ  t D / C D M

3. Menentukan S
Dari langkah 1 dan 2, dapat ditentukan curve match CDe2S , yang
sesuai atau mendekati, sehingga harga S dapat dihitung dengan
persamaan berikut :
 C e 2S 
S = 0.51n D 
 CD 
 

Uji Datar Sumur KMJ-73 dan KMJ-74 42


Gambar 3.8
Hasil matching data actual untuk menentukan Karakteristik reservoir,
infinite acting

3.4 Pengaruh Batas Reservoir.


Pada prakteknya kurva yang dibentuk dari data hasil uji tekanan pada
reservoir dengan pengaruh batas terdapat perbedaan terutama pada
waktu akhir. Perbedaan tersebut yang diakibatkan oleh pengaruh batas
berupa penyimpangan dari garis yang dibentuk pada periode infinite
acting yaitu Y = 0.5. Walaupun demikian, penentuan garis yang terjadi
selama periode infinite acting harus pula dikenali. Hal ini dilakukan agar
proses matching dapat dilakukan, disamping itu setiap bentuk kurva yang
dibentuk selama hasil uji tekanan, diinterprestasi secara relatif terhadap
garis referensi atau garis yang dibentuk selama periode infinite acting.

Sebagai ilustrasi dalam penggunaan metode pressure derivative untuk uji


tekanan yang dipengaruhi batas, dapat dilihat pada gambar (3.9), dimana
kurva tersebut dibentuk oleh reservoir yang berbentuk bujursangkar
dengan kondisi batas yang berbeda. Dimana pada kasus (1) adalah untuk

Uji Datar Sumur KMJ-73 dan KMJ-74 43


reservoir yang tertutup, dan kasus (2) adalah untuk reservoir yang
memiliki salah satu batas dengan tekanan konstan. Secara teoritis,
tekanan drawdown dan respon derivative pressure ditunjukkan sebagai
fungsi dari tDA, dengan atau tanpa wellbore storage, dan termasuk efek
skin.
Dari gambar tersebut, tampak bahwa kondisi aliran infinite acting dapat
dikenali dengan jelas tanpa pengaruh wellbore storage. Pada periode
tersebut, maka respon tekanan yang diberikan dalam bentuk tekanan dan
derivative pressure adalah :

1   A  
PD = 1n(t DA ) + 1n  + 0.80907 (3.11)
2  r2  
  w  
maka :
dp D dp D
= t DA = 0.5 (3.12a)
d (1n t DA ) d (t DA )
atau dapat ditulis sebagai :
P' D = PD t DA = 0.5 (3.12b)

dimana persamaan tersebut menunjukkan hubungan yang sama pada


persamaan (3.7), dimana persamaan (3.12b) terlihat pada gambar (3.9)

sebagai garis putus-putus hingga harga t DA ≈ 2.10 −5 . Untuk harga tDA


yang lebih besar, maka dari efek dari batas reservoir mulai berpengaruh,
sehingga meneyebabkan kurva yang dibentuk mengalami deviasi ari garis
referensi.

Uji Datar Sumur KMJ-73 dan KMJ-74 44


Gambar 3.9
Respon Drawdown pada reservoir dengan batas bujursangkar

Untuk menentukan karakteristik dari reservoir, maka proses matching


dapat dilakukan seperti yang telah diterangkan pada Bab 3.3, dimana
match point ditentukan dengan memperhatikan kurva yang dibentuk pada
periode wellbore storage dan periode infinite acting. Sedangkan untuk
menentukan tekanan rata-rata dari reservoir, untuk uji penutupan sumur,
dapat ditentukan dari matching terhadap model teoritis, yaitu dengan
mengekstrapolasi kurva tersebut menuju penutupan tak terbatas (infinite
shut-in time) sehingga menghasilkan kondisi tekanan reservoir rata-rata.

3.4.1. Closed Reservoir


Pada periode pseudosteady state, persamaan tekanan tak berdimensi
memenuhi persamaan (2.33), yaitu :

1  2.2458 A 
PD = 2πt DA + 1n  +S
2  C r2 
 A w 
dimana persamaan tersebut akan membentuk suatu garis lurus pada
semilog plot. Hal tersebut memungkinkan untuk menentukanan
parameter-parameter reservoir. Dengan menggunakan metode derivative
pressure, maka persamaan tersebut diturunkan terhadap natural logaritma
dari waktu menjadi :

Uji Datar Sumur KMJ-73 dan KMJ-74 45


dp D dp D
= t DA = 2πt DA (3.13a)
d (1n t DA ) d (t DA )
atau dapat ditulis sebagai :

P' D = PD t DA = 2πt DA (3.13b)


jika persamaan tersebut dituliskan dalam persamaan logaritma, maka
dapat ditulis sebagai

log P' = log t DA 2π (3.13c)

Dengan demikian jika persamaan tersebut di plot pada skala log-log akan
menyebabkan kurva yang dibentuk mempunyai kecenderungan
membentuk unit slope untuk waktu produksi yang cukup lama.

Kecenderungan trsebut dapat terlihat pada harga t DA ≈ 2.101 seperti


terlihat pada gambar 3.9 untuk contoh kasus 1.

Dengan demikian respon tekanan untuk reservoir tertutup dapat dengan


mudah dikenali dengan adanya kurva yang mempunyai kecenderungan
mempunyai unit slope pada waktu produksi yang cukup lama atau pada
late time. Sedangkan untuk mengetahui karakteristik dari reservoir yang
homogen, maka proses matching dapat dilakukan dengan menggunakan
data pada waktu awal dan waktu pertengahan yang telah dijelaskan pada
sub bab sebelumnya yaitu pada periode infinite acting.

Uji Datar Sumur KMJ-73 dan KMJ-74 46


Gambar 3.10a
Respon pada reservoir tertutup

3.4.2 Fault Boundaries


Pada metode konvensional respon tekanan akibat pengaruh batas
patahan ini ditandai dengan adanya garis lurus yang menandakan adanya
dua periode aliran transient, dimana besarnya slope pada periode yang
kedua adalah 2 (dual kali dari slope yang pertama. Untuk batas patahan
yang lebih dari satu dan saling tegak lurus, maka slope dari garis yang
didapat adalah sebesar dua kali dari besamya slope dari garis yang
sebelumnya.

Pada metode derivative pressure, respon tekanan akibat patahan dapat


terlihat pula dari besarnya nilai maksimum dari kurva pada saat akhir (late
time). Sebagai contoh dapat dilihat pada gambar (3.9) kasus 2. Pada
contoh tersebut, reservoir berbentuk bujur sangkar dimana dekat sumur
produksi terdapat dua batas patahan yang saling tegak lurus. Maka

Uji Datar Sumur KMJ-73 dan KMJ-74 47


respon tekanan akibat batas patahan yang terdekat memenuhi persamaan
berikut :
PD = 1n t DA + Cons tan t (3.14)

maka, respon dari derivative pressure yang merupakan turunan


persamaan (3.15) terhadap natural logaritma dari waktu adalah :
dp D dp D
= t DA = 1.0 (3.16a)
d (1n t DA ) d (t DA )

atau dapat ditulis sebagai


P' D = PD t DA = 1.0 (3.16b)

Dari persamaan tersebut terlihat bahwa respon derivative pressure


akibat adanya patahan akan memberikan harga Y = 1.0 yang berarti
sebesar 2 (dual kali dari harga yang diberikan pada periode infinite acting
tanpa adanya patahan. Jika dilihat pada gambar (3.9), efek dari batas

patahan yang terdekat akan mulai berpengaruh pada t DA ≈ 1.10 −3 ,


dimana pada waktu tersebut kurva yang dibentuk mulai menyimpang dari
harga Y=0.5 yang pada akhirnya akan membentuk garis lurus pada Y=1.0.

Sedangkan pengaruh batas patahan kedua kedua yang tegak lurus


terhadap han yang pertama, dengan prinsip superposisi, akan
memberikan respon derivative pressure sesuai dengan persamaan berikut
:
dp D dp D
= t DA = 2.0
d (1n t DA ) d (t DA )
dapat ditulis sebagai :
P' D = PD t DA = 2.0

Uji Datar Sumur KMJ-73 dan KMJ-74 48


Dari persamaan tersebut, dapat dilihat pula bahwa harga yang diberikan
sebesar 2 (dua) dari respon batas patahan sebelumnya atau 4 (empat)
kali dari respon yang rikan selama periode intinte acting. Sedangkan,
pengaruh patahan yang kedua ii terlihat pada t DA ≈ 0.1 3.10-3,
dimana pada waktu tersebut kurva yang dibentuk mulai menyimpang
dari harga Y=1.0 dan pada akhirnya membentuk suatu garis lurus
pada t DA ≈ 0.1.

Dengan demikian, untuk mendeteksi adanya sebuah patahan atau dua


patahan yang saling tegak lurus, dapat dilihat dari respon yang diberikan
terutama pada waktu akhir (late time), dimana untuk sebuah patahan
respon derivative pressure akan memberikan harga dua kali sebesar
respon yang diberikan selama periode infinite acting Begitu pula untuk
patahan berikutnya, maka respon pada pressure derivative akan
memberikan harga sebesar dua kali dari respon pada patahan yang
pertama.

Gambar 3.10b
Respon pada reservoirdengan batas patahan

Uji Datar Sumur KMJ-73 dan KMJ-74 49


3.4.2.1 Batas patahan yang saling berpotongan
Konsep superposisi dapat digunakan untuk membentuk respon drawdown
dari sumur yang dekat dengan dua patahan yang tidak tegak lurus. Sudut
perpotongan antara patahan tersebut adalah π / n atau 2π / n untuk sumur
yang tepat terletak pada garis simetri dari kedua patahan tersebut, dimana
n adalah bilangan bulat positif.
Sebagai contoh dapat dilihat pada gambar 3.11

Gambar 3.11
Respon drawdown pada batas patahan
Yang saling berpotongan

Kasus 1, adalah sumur yang terletak secara simetris dari kedua patahan,
dimana jarak sumur terhadap titik perpotongan yang di tuliskan dalam
variabel tak berdimensi adalah rD = 2500. Respon pada saat awal berupa
efek dari wellbore storage, kemudian diikuti dengan periode infinte acting
yang dapat diindikasikan oleh garis Y = 0.5 pada kurva derivative. Pada
harga tD / CD ≈ 2.103, efek dari periode infinite acting berhenti, dan setelah
periode transisi, efek dari kedua patahan mulai terlihat dengan
memberikan harga Y = 4 pada tD / CD ≈ 1.106. Jika kasus tersebut
menggunakan prinsip superposisi dengan metode sumur bayangan, maka
diperlukan hasil dari 8 (delapan) persamaan respon infinite acting.

Uji Datar Sumur KMJ-73 dan KMJ-74 50


Kasus 2, adalah untuk sumur yang terletak secara simetris, dimana sumur
tersebut lebih dekat dengan titik perpotongan dengan rD = 1000.Jika
dibandingkan dengan kasus 1, maka respon dari derivative pressure akan
memberikan kelakuan yang sama. Perbedaannya adalah respon pada
periode transisi dan efek dari patahan tejadi lebih cepat dibandingkan
pada kasus 1.

Kasus 3, adalah untuk sumur yang terletak lebih dekat dengan salah satu
batas patahannya. Dengan demikian, fUngsi dari respon derivative
pressure dipengaruhi pula dari letak sumur. Jika efek wellbore storage
dihilangkan, maka efek dari periode infinite acting berlaku sampai harga
tD / CD ≈ 2. 102. Pada saat itu efek dari batas patahan terdekat mulai
berpengaruh, hal tersebut dapat terlihat dengan terjadinya deviasi dari
harga Y = 0.5 menuju Y = 1.0 pata tD / CD ≈ 8.103. Efek dari batas yang
kedua terjadi pada tD / CD ≈ 3.104 dan kemudian diikuti dengan periode
transisi. Efek keseluruhan sistem yang dipengaruhi oleh kedua batas
tersebut tejadi setelah harga tD / CD ≈ 2.106, dimana respon dari kurva
derivative akan mencapai harga yang konstan yaitu pada Y = 4.0.

Untuk menentukan besarnya sudut perpotongan antara kedua patahan


tersebut, maka dapat digunakan persamaan berikut

θ 0 = 0.5 (3.19)
Y
dimana Y adalah harga maksimum yang dapat dicapai kurva derivative
pada periode aliran yang dipengaruhi oleh batas reservoir.

3.4.2.2. Batas dua patahan paralel


Untuk reservoir yang memiliki dua buah patahan pararel dapat dilihat pada
gambar (3.12) dibawah ini Gambar tesebut menggambarkan respon
derivative pressure untuk tiga kasus reservoir.

Uji Datar Sumur KMJ-73 dan KMJ-74 51


Gambar 3.12
Respon derivative pressure pada batas patahan pararel

Untuk menyelesaikan persoalan ini, maka didefinisikan suatu parameter


tak berdimensi, yaitu :
1. XD yaitu posisi sumur tak berdimensi tak berdimensi
2. bD yaitu jaral antara dua batas patahan pararel tak berdimensi

Kedua parameter tersebut dapat ditentukan dengan persamaan 3.20 dan


3.21 sebagai berikut :
x
XD = (3.20)
b
b
bD = (3.21)
rw
dimana :
x = Posisi sumur dari pusat suatu segi empat atau
= Jarak sumur terhadap batas terdekat (ft).
b = Jarak antara dua batas patahan (ft)

Sedangkan persamaan tekanan tak berdimensi tanpa skin dan efek


wellbore storage setelah waktu produksi yang cukup lama sehingga efek
dari kedua batas tersebut telah berpengaruh akan memnuhi persamaan
berikut

Uji Datar Sumur KMJ-73 dan KMJ-74 52


πt D
PD = 2 πt Db = 2 (3.22)
2
bD

dengan demikian, turunan tekanan terhadap natural logaritma dari waktu


adalah :
dp D dp D πt D
= t Db = πt Db = (3.23a)
d (1n t Db ) d (t Db ) bD2

atau
πt D
PD t Db = πt Db = (3.23b)
2
bD

jika persamaan tersebut dituliskan dengan persamaan logaritma, maka :

log(PD t Db ) =
1
log t D + Constant (3.24)
2

Dengan demikian, respon dari derivative pressure terhadap waktu akan


menunjukkan suatu garis asimtoot dengan slope sebesar 1/2. Hal tersebut
merupakan suatu indikasi adanya pola aliran linier pada sistem tersebut.

Jika dilihat contoh kasus pada gambar 3.12, maka untuk kasus 1, dimana
sumur terletak dengan jarak yang sama dari kedua batas pararel dengan
harga xD = 0.5 dan bD = 2000. Dari grafik tersebut terlihat efek dari kondisi
infinite acting akan berlangsung hingga harga tD / CD ≈ 2.103 . Respon
selanjutnya adalah pengaruh dari kedua batas tersebut yang ditunjukkan
oleh garis lurus dengan slope sebesar 1/2.

Sedangkan pada kasus 2, dimana sumur terletak lebih dekat ke salah satu
batas maka setelah periode infinite acting kemudian diikuti dengan
respon akibat satu batas patahan yang terdekat. Hal tersebut terlihat
dengan adanya deviasi kurva derivative dari harga Y = 0.5 menuju Y =
1.0. Setelah respon tekanan mencapai ke seluruh batas, maka respon

Uji Datar Sumur KMJ-73 dan KMJ-74 53


derivative akan menunjukkan suatu garis dengan slope sebesar 1/2 pada
tD / CD ≈ 2.105. Hal tersebut menunjukkan bahwa pada sistem tersebut
terdapat dua buah batas patahan yang pararel.

Sedangkan pada contoh kasus 3, dimana sumur tersebut terletak tepat di


titik dari daerah reservoir. Respon dari aliran linier tetap terlihat dengan
adanya garis dengan slope sebesar 1/2, kemudian setelah respon
tekanan dipengaruhi oleh seluruh batas dari reservoir tertutup rnaka
reservoir akan berkelakuan seperti halnya pada resevoir tertutup Pada
periode tersebut rspon dari derivative pressure akan menunjukkan suatu
garis dengan slope sebesar 1.0. pada contoh tersebut, periode
pseudosteady state terjadi pada tD / CD ≈ 8.106 .

3.4.3. Constant Pressure Boundaries


Indikasi adanya batas reservoir dengan tekanan yang konstan pada
batasnya dapat dilihat terlihat dari harga yang konstan dari respon
tekanan terhadap waktu yang diplot pada skala semilog. Harga yang
konstan tersebut tejadi pada periode semisteady state, dimana
hubungan fungsi tekanan tak berdimensi memenuhi persamaan 2.46
yaitu :
r 
PD = 1n e 
 rw 
maka, respon derivative pressure pada periode tersebut yaitu turunan
tekanan terhadap
natural logaritma dari waktu adalah :
dPD dPD
= t DA =0 (3.25)
d (1n t DA ) d (t DA )
dari persamaan diatas, terlihat bahwa pada periode tersebut jika diplot
antara turunan tekanan terhadap logaritma waktu pada sumbu Y terhadap
waktu pada sumbu X, kurva dari respon derivative pressure tersebut akan
menunjukkan nilai yang konstan pada Y = 0

Uji Datar Sumur KMJ-73 dan KMJ-74 54


Dengan demikian untuk mengindikasikan adanya batas reservoir dengan
tekanan yang konstan, dapat dilihat dari korva derivative pressure yang
diperoleh, dimana kurva derivative pressure yang diplot pada skala log-log
tersebut akan turun secara menerus yang pada akhirnya mempunyai
kecendrungan untuk menuju 0 (nol) seperti terlihat pada gambar 3.13.

Gambar 3.13
Respon akibat pengaruh batas dengan tekanan konstan

3.5 Fractured Reservoir (Reservoir Yang Direkahkan)


3.5.1. Finite Conductivity Fractured
Pada reservoir rekah buatan, regime aliran yang dapat dikenali adalah
pola aliran bilinear dan pola aliran linear, dimana hubungan antara

Uji Datar Sumur KMJ-73 dan KMJ-74 55


tekanan tak berdimensi dan parameter rekahan tanpa adanya skin adalah
sebagai berikut:
(
PwD = F1 t Dxf , C fD ) (3.26)

Persamaan tersebut jika direpresentasikan dalam bentuk sebuah grafik


dapat terlihat seperti pada gambar (3.14). Dari grafik tersebut, terlihat
bahwa pada kondisi aliran bilinear dapat dikenali dengan adanya suatu
garis lurus dengan slope sebesar 1/4, dan kondisi aliran linear dikenali
dengan adanya suatu garis lurus dengan slope sebesar 1/2.

Gambar 3.14
Pressure Type Curve (1) Finite Conductivity Fractured

Respon derivative pressure yang diturunkan secra numeris dengan


pendekatan central difference dari kurva tersebut dapat dilihat pada
gambar 3.15

Uji Datar Sumur KMJ-73 dan KMJ-74 56


Gambar 3.15
Pressure derivative type curve ( 1 ) Finite conductivity fractured

Dari grafik tersebut, terlihat bahwa karakteristik kurva yang dibentuk


adalah sebagai
berikut :
1. Regim aliran bilinear direpresentasikan oleh sebuah garis lurus
dengan slope sebesar 1/4.
2. Regim aliran linear atau pseudo-linear direpresentasikan dengan garis
lurus yang memiliki slope sebesar 1/2.
4 Terdapat periode transisi yang pendek antara regim aliran bilinear dan
pseudo-linear.
5 Adanya aliran pseudoradial ditandai dengan adanya garis horizontal.
Sedangkan kelakuan tekanan pada kondisi aliran bilinear dengan

Uji Datar Sumur KMJ-73 dan KMJ-74 57


pengaruh wellbore storage dan skin dapat dinyatakan sebagai berikut
:

(
PWD = F2 tD xf , C fD , S fD , S D ) (3.27)

atau
 
 
 π 
PWD = −1   (3.28)
 S 1/ 4 C 1
+ πS fD 
S 2


fD
( )
S fs / π s + 1 / 2 

Kelakuan tekanan tersebut dapat dipresentasikan kedalam bentuk grafik
sebagai hubungan dari :

PWD C 2fD/ 3 tD xf C 2fD/ 3


F1 = Vs.F2 =
S 1fD
/3 S 4fD/ 3

S fs C 1fD
/3
untuk range dari F4 = s D = , dan hasil yang didapat dari
S 2fD/ 3

persamaan 3.28 dapat dilihat pada gambar 3.16.

Uji Datar Sumur KMJ-73 dan KMJ-74 58


Gambar 3.16
Pressure type curve (2)
Untuk sumur dengan finite conductivity fracture

Karakteristik dari kurva yang dibentuk adalah sebagai berikut :


1. Kelakuan tekanan yang didominasi oleh wellbore storage akan
membentuk
2. suatu unit slope.
3. Pada Sfs = 0, tekanan menunjukkan suatu garis dengan slope
sebesar 1/4 setelah berakhirnya efek wellbore storage.
4. Pada Sfs ≠ 0, kurva kelakuan tekanan terletak diatas kurva Sfs = 0
dan mendekati harga Sfs= 0 secara asimptot.
5. Untuk harga Sfs , yang lebih besar akan mempercepat membentuk
kurva yang konstan (rata) setelah efek welbore storage.

Uji Datar Sumur KMJ-73 dan KMJ-74 59


Jika parameter yang tergabung dalam F1 diturunkan secara numerik
dengan pendekatan central difference sehingga membentuk kurva yang
terlihat pada gambar 3.17. Karakteristik dari kurva tersebut adalah sebagai
berikut :
1. Efek wellbore storage murni dikenali dengan kurva yang membentuk
unit slope.
2. Setelah wellbore storage berakhir, kurva akan mencapai harga
maksimum dan kemudian akan menurun.
3. Nilai maksimum akan lebih besar dan akan terbentuk lebih lama
sebanding dengan besarnya harga Sfs.
4. Harga minimum akan lebih kecil dan akan terbentuk lebih lama
sebanding dengan kenaikan harga Sfs.
5. Setelah harga minimum dicapai, kurva akan bertendensi membentuk
suatu garis lurus dengan slope sebesar 1/4.

Dengan demikian, jika digabungkan gambar 3.14 dan gambar 3.15 seperti
terlihat pada gambar 3.18 dan gabungan gambar 3.16 dan gambar 3.17
seperti terlihat pada gambar 3.19, maka didapat suatu type curve
yang unik yang dapat Memberikan kemudahan dalam proses matching
dan memberikan hasil yang lebih akurat.

Uji Datar Sumur KMJ-73 dan KMJ-74 60


Gambar 3.17
Pressure derivative type curve (2) untuk finite Conductivity
fracture, dalam pengaruh wellbore storage dan skin Pada
periode aliran bilinear

Uji Datar Sumur KMJ-73 dan KMJ-74 61


Gambar 3.18
Pressure and pressure derivative type Curve (1)
Untukfinite conductivity fracture pada periode aliran bilinear

Uji Datar Sumur KMJ-73 dan KMJ-74 62


Gambar 3.19
Pressure and pressure derivative type curve (2) untuk finite
Conductivity fracture, dalam pengaruh wellbore storage dan skin
Pada periode aliran bilinear

Data actual dari log-log dapat dimatching dengan menggunakan gambar


3.18 jika pada rekahan tidak terjadi kerusakan (damage), setelah titik
match ditentukan, maka parameter-parameter reservoir dapat ditentukan,
yaitu
Formation Permeability :
• Untuk minyak :

α 0 qBµ (PWD C fD )M
K0 =
h(∆p )M (C fD )M
(3.29)

• Untuk Gas :

Uji Datar Sumur KMJ-73 dan KMJ-74 63


(
α g qBT PWD C fD )M
Kg =
h[∆m( p )]m (C fD )
(3.30)
M

Lebar Rekahan :

βk (t )M (C fD )2M
xf =
φµct (t Dxf C 2fD )M (3.31)

Fracture Conductivity :

(
k f b f = kx f C fD )M (3.32)

Jika terjadi kerusakan pada rekahan, maka respon tekanan dari log-log
plot dapat dicocokkan dengan menggunakan type curve pada gambar
(3.19). setelah didapatkan match point, maka parameter-parameter yang
dapat dihitung adalah sebagai berikut

Konstanta Wellbore storage :

• Untuk minyak :

2πα 0 βqB(t )M [F1 (PwD )]M


C=
(∆p )M (
F2 tD xf
M
) (3.33)

• Untuk Gas :

2πα 0 βqT (t )M [F1 (PwD )]M


C=
[
µ ∆m( p )wf ]M (
F2 tD xf
M
) (3.34)

Fracture Conductivity :

Uji Datar Sumur KMJ-73 dan KMJ-74 64


• Untuk minyak :

0.4 C [
α 0 qBµ F1 ( p wD )M ]
C= cf =   (3.35)
h 2 φct k  (∆p )M 

• Untuk Gas :

0.4 C [
α 0 qBµ F1 (PwD )M ]3
k f bf =  
h2 φctk  [∆m( p )]M 

Harga Minimum lebar rekahan untuk C fD ≥ 3 :


( )
10 β k f b f 2 t ebf
xf ≥4 (3.37)
φµct k
Hubungan fracture damage dengan lebar rekahan :

kC 2
S fs x f = 0.22937(S D )M 3 (3.38)
k f b f (φhct )2

3.5.2 Infinite conductivity Fracture

Gringarten dan Ramey telah mengembangkan persamaan kelakuan


tekanan pada reservoir yang direkahkan dengan model infinite
conductivity fracture. Dengan menulis kembali persamaan (2.80),
persamaan tersebut adalah :
    0.866      
1   0.134     − 0.067 Ei  − 0.018  − 0.433Ei − 0.750 
pD = πtD xf efr
  t + erf
2   t Dxf    t Dxf 
   t Dxf 
  Dxf   

dimana :

Uji Datar Sumur KMJ-73 dan KMJ-74 65


∞  −u 
E i (− X ) = − ∫e  du
 u  ; dikenal sebagai
x  
ExponentialIntegral,
x  −u 
2 e 
erf =
π ∫  u 
du ; dikenal sebagai Error Function
0  

dengan menurunkan persamaan tersebut terhadap dimensionless time (


tDxf ), maka didapat persamaan (3.38) yaitu :

1  0.143  − 0.018  0.866  − 0.75 


PD = −  exp + exp 
2  t Dxf  t Dxf  t Dxf  t Dxf 
    

π   0.143      
+ 0.25 erf   + erf  0.866  + 0.067 exp − 0.018 
t Dxf   t Dxf   t Dxf  t Dxf   t Dxf 
 
   
0.433   − 0.75 
+ exp  (3.38)
t Dxf   t Dxf 
 

Untuk harga tDxf > 10, maka persamaan (3.38) dapat didekati dengan
persamaan (3.39), yaitu :
1
PD = (3.39)
2t Dxf

sedangkan untuk harga tDxf < 0.01, persamaan (3.38) dapat didekati
dengan :
1 π
PD = (3.40)
2 t Dxf

persamaan tersebut dikembangkan untuk membentuk type curvbe dari


respon drawdown dan representasi dalam bentuk grafik dapat dilihat pada
gambar 3.20

Uji Datar Sumur KMJ-73 dan KMJ-74 66


Gambar 3.20
Drawdown type curve dari derivative pressure
Untuk infinite conductivity fracture Pada infinite reservoir

Untuk persamaan tekanan yang dipengaruhi oleh lamanya waktu


produksi tertentu selama ∆t , maka dengan prinsip super posisi,
persamaan (3.38) dapat ditulis menjadi persamaan (3.39), dimana type
curve yang dibentuk oleh persamaan ini dapat dilihat pada gambar 3.21 :


1  0.134  − 0.018   − 0.75 
exp + exp 
0.866
PDs = − 
2  (t + ∆t )Dxf

 (t + ∆t )
 Dxf 
(
 (t + ∆t )
Dxf 
)
 (t + ∆t )
Dxf



       
π erf  0.134  + erf  0.866  + 0.067exp − 0.018 
+ 0.25
(t + ∆t )Dxf   (t + ∆t )Dxf 

 (t + ∆t )Dxf    (t + ∆t )Dxf



  


0.433   − 0.75  1  0.134  − 0.018  
 + 0.866 exp − 0.75

+ exp  +  exp 
(t + ∆t )Dxf   (t + ∆t )Dxf  2  (t + ∆t )Dxf  (t + ∆t )Dxf  (t + ∆t )Dxf  (t + ∆t )Dxf 


π   0.134      
+ 0.25 erf   + erf  0.866  + 0.067exp − 0.018 
(t + ∆t )Dxf   ∆tDxf   ∆t


Dxf    ∆t Dxf 

Uji Datar Sumur KMJ-73 dan KMJ-74 67


0.433   − 0.75 
+ exp  (3.39)
∆t Dxf   ∆t Dxf 
 

presedur penggunaan kedua type curve tersebut adlah sebagai berikut :

1. Data actual diplot antara Pws = ∆(∆p )ws / ∆(∆t ) terhadap ∆t (jam) pada

tracing paper yang memiliki skala log-log yang sama dengan master
type curve.
2. Setelah mendapat didapat bentuk yang sesuai antara kurva actual
data dan
3. salah satu kurva pada master type curve, maka tentukan titik match
yang berupa pressure match dan time match
4. Tentukan parameter-parameter reservoir dengan persamaan berikut :

• Flow Capacity :
P   ∆t D 
kh = 141.2qµB ds    (3.40)
 Pws  M  ∆t  M
• Lebar rekahan :
0.0002637 kt
tD = (3.41)
φµctx 2f
1
 0.0002637kt  2
xf =   (3.42)
 φµct D 

Uji Datar Sumur KMJ-73 dan KMJ-74 68


Gambar 3.21
Buildup type curve dari derivative pressure
Untuk infinite Conductivity Fracture Pada infinite Reservoir

3.5.3 Uniform Flux Fracture


Persamaan distribusi tekanan pada uniform flux fracture untuk reservoir
yang tak terbatas telah dikemukakakn pada persamaan (2.94) yaitu :
 1  1  1 
PD = πt Dxf erf  − E  
2 t  2 i  4t Dxf 
 Dxf   

pada persamaan tersebut , untuk harga tDxf >10,maka harga PD dapat


didekati dengan persamaan berikut :

PD =
1
2
[
1nt Dxf + 2.8097 ] (3.43)

sedangkan untuk tDxf < 0.1, maka PD didekati dengan persamaan berikut :
PwD = πt Dxf

(3.44)

Uji Datar Sumur KMJ-73 dan KMJ-74 69


dengan menurunkan persamaan (2.94) terhadap dimensionless time,
maka didapat persamaan (3.45) yaitu :
 1  π
erf  
1
PD = (3.45)
2 2 t  t Dxf
 Dxf 
dimana persamaan tersebut dapat didekati oleh persamaan berikut :

• Untuk tDxf > 10 :


1
PD = (3.46)
2t Dxf

• Untuk tDxf < 0.1 :


1 π
PD = (3.47)
2 t Dxf

Persamaan (3.45) tidak lain adalh persamaan untuk membentuk


Drawdown type curve untuk uniform flux vertical fracture pada reservoir
tak terbatas. Drawdown type curve tersebut dapat dilihat pada gambar
3.22 dibawah ini.

Gambar (3.22)
Drawdown Type curve dari derivative pressure Untuk Uniform flux fracture
Pada reservoir tak terbatas

Uji Datar Sumur KMJ-73 dan KMJ-74 70


Untuk pressure buildup dengan pengaruh waktu produksi sebesar ∆ t,
mak type curve tersebut dibentuk dengan menggunakan prinsip
superposisi yang diaplikasikan pada persamaan (3.45), sehingga didapat
persamaan (3.48), yaitu :

π     
erf   − 1 erf  
1 1 1
PDs = (3.48)
2 (t + ∆t )Dxf  2 (t + ∆t )  ∆t Dxf  
  Dxf   2 ∆t Dxf 

Type curve yang dibentuk dengan menggunakan persamaa ini, dapat


dilihat pada gambar 3.23

Sedangkan prosedur penggunaan type curve yang dikembangkan untuk


model uniform flux dapat menggunakan prosedur yang telah dijelaskan
pada bagian 3.4.2.

Gambar 3.23
Buildup type curve dari derivative pressure Untuk uniform flux fracture
Pada reservoir tak terbatas

Uji Datar Sumur KMJ-73 dan KMJ-74 71


3.6 Double Porosity Behavior
Sifat double porosity, disebabkan oleh adanya media dalam reservoir
yang memiliki permeabilitas yang berbeda. Permeabilitas yang besar,
umumnya diakibatkan oleh adanya rekahan alami. Sedangkan
permeabilitas yang lebih kecil, terdapat pada matrik batuan. Dengan
adanya media tersebut maka aliran akan tejadi pada rekahan menuju
sumur, dan aliran dari matirk batuan menuju rekahan. Berdasarkan sifat
aliran yang tejadi, maka ada 2 (dual model reservoir yang telah
dikembangkan, yaitu :

3.6.1 Pseudosteady state interporosity flow :


Respon tekanan pada model ini dengan pengaruh wellbore storage dan
skin dapat dilihat pada gambar (3.24). Dari gambar tersebut kurva yang
berlabel CDe2S menggambarkan sifat reservoir homogen, sedangkan λ e-
25
berhubungan dengan aliran transisi. Respon tekanan tersebut dibentuk
akibat dari sifat aliran yang tejadi, yaitu :

1. Pada saat sumur dibuka, maka aliran yang tejadi berasal dari rekahan.
Hal tersebut mengakibatkan respon yang diberikan akan menunjukkan
sifat seperti pada reservoir homogen. Selama periode ini, data
tekanan akan mengikuti bentuk dari salah satu kurva reservoir
homogen (CDe2S)f.
2. Aliran tersebut akan mengakibatkan perbedaan tekanan antara matrik
dan rekahan. Pada akhirnya perbedaan tekanan tersebut akan
mengakibatkan tejadinya aliran dari matrik ke rekahan. Pada periode
tersebut, reservoir tidak bersifat homogen, dan respon tekanan akan
menyimpang dari kurva reservoir homogen (CDe2S), menuju kurva
transisi ( λ e-2S). Disamping itu, tekanan pada matrik akan menurun. 3.
Saat tejadi keseimbangan tekanan pada matrik dan rekahan, maka
respon tekanan yang diberikan oleh reservoir tersebut kembali
menunjukkan seperti pada reservoir homogen. Dengan demikian kurva

Uji Datar Sumur KMJ-73 dan KMJ-74 72


yang diberikan akan mengikuti salah satu kurva reservoir homogen
yang diakibatkan oleh matrik dan rekahan (CDe2S)f+m

Gambar 3.24
Type curve untuk reservoir double porosity dengan Pengaruh Skin and
Wellbore strorage, Pseudo steady state interporosity flow

Dua contoh respon tekanan yang menggambarkan kelakuan reservoir ini


dapat pula dilihat pada gambar 3.24. Pada contoh A, respon tekanan
memnunjukkan sifat homogen dengan ( CDe2S ) f = 1, kemudian pada
periode transisi ( λ e-2s ) = 3.10-4 dan pada akhirnya mencapai system
homogen total pada ( CDe2S ) f+m =10-4. sedangkan pada contoh B, respon

Uji Datar Sumur KMJ-73 dan KMJ-74 73


homogen tersebut menunjukkan ( CDe2S )f = 105 kemudian mencapai (
CDe2S )f+m = 104 dan melalui periode transisi dengan ( λ e-2S ) = 10-7.
kedua contoh tersebut akan membentuk garis lurus selama periode sifat
aliran homogen seperti terlihat pada gambar 3.25.

Gambar 3.25
Contoh A,B pada semilog plot

Dari kedua contoh tersebut terlihat bahwa kurva yang dibentuk


dipengaruhi oleh parameter yang terdapat pada rekahan dan matriknya.
Parameter yang mempengaruhi tersebut adalah ϖ ( strorativity ratio)
dan λ (interporosity flow parameter). Dimana harga ϖ merupakan
kontribusi dari system rekahan terhadap total pengisian dalam reservoir
atau dapat ditulis dengan persamaan berikut
(C e ) 2S
f +m
ϖ=
D
(3.49)
(C e ) D
2S
f

sedangkan λ (interporosity flow parameter) merupakan fungsi dari


perbandingan harga permeabilitas antara dua media berpori dan dapat
mengidentifikasikan kapan mulai terjadi periode transisi. Harga λ dapat
ditentukan dengan persamaan berikut :
km
λ = αrw2 (3.50)
kf

Uji Datar Sumur KMJ-73 dan KMJ-74 74


Dengan demikian, pada periode transisi karakteristik dari kurva derivative
pressure dipengaruhi oleh kedua parameter tersebut , dimana pada
λ (C D ) f + m
waktu-waktu awal kurva tersebut akan sesuai dengan , tetapi
ϖ (1 − ϖ )
jika efek wellbore strorage masih berpengaruh pada saat dimulainya
periode transisi, maka respon derivative tersebut akan menyimpang dari
harga tersebut. Sedangkan pada waktu akhir, kurva yang dibentuk akan
λ (C D ) f + m
sesuai dengan , walaupun efek wellbore storage baru akan
(1 − ϖ )
berakhir pada periode waktu tersebut.

Gambar 3.26
Derivative type curve untuk reservoir heterogen
Model pseudosteady state interporosity flow

3.6.2 Transient Interporosity Flow


Pada model ini, asumsi aliran yang terjadi dari matrik menuju rekahan
adalah pola aliran transient. Pada periode aliran transisi, respon yang
dihasilkan didiskribsikan sesuai dengan harga β ' dimana harga tersebut
identik dengan harga CDe2S jika tekanan dan waktu dibagi dengan faktor 2
(dual, atau dapat diekspresikan d persamaan berikut :

Uji Datar Sumur KMJ-73 dan KMJ-74 75


C D e 2S ) f + m
(
β'= δ' (3.51)
λe −2 S
dimana
δ ' = 1.8914 untuk slab blocks,
δ ' = 1.0508 untuk spherical block.

Dengan demikian, pada periode transisi, kurva yang dibentuk akan


cenderung mendekati hargaY = 0.25, dimana harga tersebut adalah
setengah dari harga yang dicapai pada kondisi reservoir homogen.

Contoh respon tekanan pada semilog plot untuk reservoir heterogen den
transient interporosity flow dapat dilihat pada gambar 3.27. Contoh A
respon tekanan dimana periode transisi terlalu pendek, sehingga -lihatkan
sebuah garis lurus. Sedangkan contoh B adalah untuk respon tekanan
mempunyai periode aliran transisi cukup panjang, sehingga kurva yang
dihasilkan memberikan dua buah garis lurus dengan salah satu slopenya
sebesar 2 kali garis yang pertama.

Respon derivative pressure pada contoh A yaitu untuk slab matrik blocks,
dilihat pada gambar (3.28), dimana dari gambar tersebut kurva yang
dibentuk akan memenuhi (CDe2S)f = 6 x 106, δ ' =1010 dan (CDe2S)f + m = 6 x
l03. Dari gambar tersebut,terlihat bahwa respon dari aliran pada rekahan
sangat pendek dan berakhir pada saat awal, sehingga respon tersebut
tidak terlihat. Dengan demikian kurva yang

Dibentuk mengikuti kurva pada periode transisi yaitu sesuai dengan harga
β ' tertentu sampai mencapai harga Y = 0.25 dan pada akhirnya akan
mencapai Y = 0.5 yang mengidentifikasikan adanya aliran radial pada
sistem tersebut. Pada akhir dari periode transisi, regim aliran antara β '

Uji Datar Sumur KMJ-73 dan KMJ-74 76


λ (C D ) f +m
dan Y = 0.5, tergantung dari harga Respon dari data aktual
(1 − ϖ )2
yang tidak mencapai harga Y = 0.25 mengindikasikan bahwa plot tidak
terbentuk suatu garis lurus pada periode aliran transisi.

Gambar 3.27
Respon tekanan pada reservoir heterogen

Gambar 3.28
Derivative Respon Untuk Contoh A2.

Sedangkan garnbar 3.29 adalah respon derivative pressure untuk contoh


B dibentuk untuk geometri matrik berbentuk slab dan spherical. Dari
gambar t, terlihat bahwa pada periode transisi, kedua kurva dengan

Uji Datar Sumur KMJ-73 dan KMJ-74 77


geometri matrik berbeda akan mengikuti suatu harga β ' , dan cendrung
menuju Y = 0.25 kemudian hir pada Y = 0.5 yang mengindikasikan aliran
radial untuk keseluruhan sistem. gambar tersebut, terlihat bahwa,
geometri matrik yang berbentuk slab akan i harga 0.25, sedangkan untuk
bentuk spherical, kurva derivative akan deviasai sebelum mencapai harga
0.25. Dengan demikian, dengan menggunakan derivative pressure
dimungkinkan untuk mngidentifikasi geometri dari hasil uji tekanan.
Disamping itu, respon yang diberikan pada gambar 3.29 bahwa dengan
periode transisi yang cukup panjang dan storativity ratio kecil, garis lurus
pada skala semilog akan terbentuk pada periode transisi hanya
kontigurasi matrik yang berbentuk slab, walaupun dengan harga o yang

(
lebih realistis ϖ = 1 x 10 −2 )

Gambar 3.29
Derivative Pressure Type Curve Untuk
Reservoir Heterogen Model Transient Interporosity Flow

Pemilihan model yang digunakan antara pseudosteady state flow dan


transient now merupakan problem tersendiri. Hal tersebut disebabkan
karena dalam beberapa kasus, hasil dari repon tekanan akan sesuai

Uji Datar Sumur KMJ-73 dan KMJ-74 78


dengan kedua model yang dikembangkan, tetapi di kasus lain respon
tersebut hanya sesuai dengan salah satu model. Pseudosteady state
kadang-kadang menjadi tidak realistis. Perbedaan tersebut akan semakin
besar jika digunakan analisis pressure derivative. Sebagai contoh untuk
harga ϖ yang sama (ϖ =10-2), respon dari pseudosteady state akan lebih
rendah dari harga 0.25 seperti terlihat pada gambar (3.30). Tetapi untuk
harga ϖ yang cukup besar (ϖ =0.2 ) dimana pada kondisi tersebut model
pseudosteady state tidak akan memberikan yang lebih rendah dari harga
0.25 dan pada kasus lain model transient flow akan bentuk yang hampir
sama tetapi dengan harga ϖ yang lebih rendah ( ϖ =10-3 ) Untuk kasus
tersebut, maka model yang dipilih adalah yang memberikan harga yang
sesuai dengan diskripsi fisik dari reservoir tersebut.

Uji Datar Sumur KMJ-73 dan KMJ-74 79


Gambar 3.30
Respon yang diberikan jika menggunakan
pseudosteadystate atau transient flow

Uji Datar Sumur KMJ-73 dan KMJ-74 80


3.6.3. Teknik Pendeferensiasian
Proses diferensiasi menggunakan data sebelum dan sesudah minimal L,
dimana L dikenal sebagai smoothing factor atau interval diferensial. Harga
L biasanya antara 0.1 – 0.5, tetapi umunya adalah 0.2. Dengan
menggunakan algoritma ini, maka nilai tekanan turunan terhadap
logaritma waktu pada data ke-i, dapat dihitung dengan menggunakan
persamaan berikut :
 ∂P 
(Pw )i = t  ∂P =  
 ∂t  i  ∂1n t  i

  ti   t i + j t i −1   ti+ j  
 1n ∆Pi + j
 1n 2 ∆Pi 1n ∆Pi − k 
=   i −k   1   i  
t t t
+ +
t  t  t   t   t  t 
1n i + j 1n i + j  1n i + j 1n i  1n i 1n i + j 
  t i   t i − k 

 t  t 
 i   i −k 
t  t
 i + k   i −k



dimana :

j,k = 1,2,3,…..,n yang memenuhi persamaan dibawah ini :


1n ti+j – 1n ti ≥ L
1n ti – 1n ti-k ≥ L

Dengan algoritma ini , kehalusan kurva dipengaruhi oleh harga L. Untuk


harga L yang terlalu besar, maka nilai dari diferensiasi tersebut akan
mengalami penyimpangan. Hal tersebut dapat dilihat pada gambar 4.19a
– 4.19c, dimana pada gambar 4.19c, punuk/hump dari grafik tersebut
akan bergeser kesebelah kanan, jika dibandingkan dengan grafik
sebelumnya.

Hasil Diferensiasi Menggunakan Algoritma E; L ≥ 0.5.

Uji Datar Sumur KMJ-73 dan KMJ-74 81


Untuk uji tekanan Build-up, dimana sumur ditutup setelah berproduksi
dengan laju alir konstan selama tp, maka persamaan tekanan tak
berdimensi untuk Build-up adalah :

t  t  t   t   tD 
PDBU  D  = PD  D  + PD  PD  − PD  PD  +  
C D  C D  CD   C D   CD 

Dengan menurunkan persamaan (4.5), maka menjadi :

t   t   t   t PD 
PDBU  D  = PD  D  −  PD  +  
C D   C D   C D   CD 

t  t   t   tD 
PDBU  D  = PD  D  − PD  PD  +  
CD  CD   C D   CD 

Jika periode infinite acting telah tercapai , maka persamaan (4.7) akan
terpenuhi , yaitu :
0.5
PD =
(t D / C D )
sehigga persamaan (4.6) akan menjadi :

t  0.5 0.5
PDBU  D  = −
 C D  (t D / C D ) (t PD / C D ) + (t D / C D ) ]

= [t PD / (t PD / t D )][0.5 / (t D / C D )]

atau :
= [(t PD / t D ) / t PD ] (t D / C D )PD {t D / C D }= 0.5

Dengan demikian ,untuk uji tekanan build-up, maka plot yang digunakan
adalah [(t P + ∆t )/ t P ]∆P∆t terhadap ∆ t, dimana ∆ p ∆ t tidak lain adalah
turunan perubahan tekanan terhadap logaritma dari waktu, yang dapat

Uji Datar Sumur KMJ-73 dan KMJ-74 82


dihitung dengan menggunakan algoritma yang telah dijelaskan
sebelumnya. Kurva yang dihasilkan pada uji Build-up akan mempunyai
karakteristik yang sama dan dapat dicocokkan /matching dengan type
curve yang telah dikembangkan untuk solusi drawdown

Uji Datar Sumur KMJ-73 dan KMJ-74 83


BAB 4
PENGOLAHAN DATA UJI DATAR KMJ-73 & KMJ-74
4.1. DESAIN ORIFICE
Berdasarkan prosedur perhitungan seperti yang telah dijelaskan pada Bab
2, hasil dari desain sebesar 19.44 kg/s untuk KMJ-73 dan 14.4 kg/s untuk
KMJ-74 (berdasarkan hasil dari uji tegak/maksimum discharge),
sedangkan diameter pipa baik KMJ-73 dan 74 adalah 254.508 mm maka
didapatkan hasil seperti pada tabel berikut:
Tabel 4.1 Hasil Perhitungan Desain Orifice KMJ-73
Laju alir masa maksimum(Mmaks), kg/s 19.44
Laju alir masa untuk desain = 0.7 x Mmaks, kg/s 13.608
Tekanan upstream (Pu), ksc gauge 3.9
Temperature upstream (Tu), oC 142.2
Diameter dalam pipa (D), mm 254.508
Jenis material pipa Mild Steel
Jenis material orifice Stainless Steel
Type tapping Radius
Elevasi, masl 1600
Delta pressure dP, ksc 1.2
Atmospheric Pressure, ksc 0.85
Tekanan upstream (Puabs), ksc abs 4.75
Tekanan upstream (Puabs), atm abs 4.60
Densitas Fluida (uap) 2.6571
Viscositas Fluida (uap), 1e-6 Pa.s 13.69
Mild Steel Thermal Expansion 1.0016
D corrected, mm 254.90
Stainless Steel Thermal Expansion 1.0040
Specific Heat Ratio 1.2591
N 0.3372
m 0.4760
C 0.6059
mE 0.5566
d/D 0.6974
d 177.5
Nre 7134627
Zr 1.0000
Zd 1.0010
Epsilon 0.901867968
CmE 0.373572
d nominal, mm 176.8

Uji Datar Sumur KMJ-73 dan KMJ-74 84


Tabel 4.2 Hasil Perhitungan Desain Orifice KMJ-74

Laju alir masa maksimum(Mmaks), kg/s 14.4


Laju alir masa untuk desain = 0.7 x Mmaks, kg/s 10.08
Tekanan upstream (Pu), ksc gauge 3
Temperature upstream (Tu), oC 133
Diameter dalam pipa (D), mm 254.508
Jenis material pipa Mild Steel
Jenis material orifice Stainless Steel
Type tapping Radius
Elevasi, masl 1600
Delta pressure dP, ksc 1.2
Atmospheric Pressure, ksc 0.85
Tekanan upstream (Puabs), ksc abs 3.85
Tekanan upstream (Puabs), atm abs 3.73
Densitas Fluida (uap) 2.1902
Viscositas Fluida (uap), 1e-6 Pa.s 13.37
Mild Steel Thermal Expansion 1.0014
D corrected, mm 254.87
Stainless Steel Thermal Expansion 1.0040
Specific Heat Ratio 1.2607
N 0.2752
m 0.4064
C 0.6069
mE 0.4535
d/D 0.6427
d 163.6
Nre 5874565
Zr 1.0000
Zd 1.0007
Epsilon 0.88440479
CmE 0.310980
d nominal, mm 162.9
Dengan demikian diameter orifice yang akan digunakan untuk pengukuran
laju alir adalah 176.8 mm untuk KMJ-73 dan 162.9 mm untuk KMJ-74.

Uji Datar Sumur KMJ-73 dan KMJ-74 85


4.2. PERHITUNGAN LAJU ALIR
Perhitungan laju alir dilakukan dengan menggunakan langkah dan
prosedur perhitungan menurut BS 1042 seperti yang telah dijelaskan
dalam Bab 2. Perhitungan dengan BS 1042 ini dilakukan dengan dua
cara:
1. Melakukan perhitungan secara lengkap dari langkah 1 sampai 15.
Hasil perhitungannya akan disebut sebagai BS Corr.
2. Melakukan perhitungan secara pendekatan yaitu dari langkah 1
sampai 11. Hasil perhitungannya akan disebut sebagai BS Appr.
Perhitungan juga dilakukan dengan menggunakan software Proxi yang
dipakai oleh PERTAMINA Area Panasbumi Hulu Kamojang selama ini
sebagai bahan perbandingan.

Hasil perhitungan tersebut untuk KMJ-73 dan 74 dapat dilihat pada tabel
dibawah dimana baik untuk KMJ-73 dan 74 menggunakan:
- D (diameter dalam pipa) = 254.508 mm
- d (diameter dalam pipa) = 159.6 mm

Uji Datar Sumur KMJ-73 dan KMJ-74 86


Tabel 4.3. Hasil Perhitungan Laju Alir KMJ-73
TKS Pu dP Tu Proxi BS Corr BS appr
Tgl
ksc deg-C ton/jam
24-09-2001 9.9 9.49 1.553 180.0 60.17 54.11 57.56
25-09-2001 10.0 9.75 1.520 179.9 60.22 54.49 57.79
26-09-2001 10.0 9.76 1.520 180.9 60.25 54.44 57.73
27-09-2001 11.9 11.81 1.342 185.0 61.66 57.35 59.82
28-09-2001 11.5 11.33 1.245 185.0 58.35 54.07 56.32
29-09-2001 11.6 11.34 1.261 186.1 58.75 54.33 56.62
30-09-2001 11.6 11.59 1.294 185.7 60.06 55.72 58.08
01-10-2001 11.7 11.60 1.278 188.8 59.72 55.17 57.48
02-10-2001 11.7 11.60 1.278 188.8 59.72 55.17 57.48
03-10-2001 12.7 12.66 1.083 189.5 57.18 53.74 55.45
04-10-2001 12.7 12.66 1.082 190.1 57.16 53.66 55.38
05-10-2001 12.5 12.44 1.067 190.1 56.34 52.77 54.46
06-10-2001 12.5 12.15 1.061 189.9 55.56 51.93 53.63
07-10-2001 12.6 12.55 1.067 191.0 56.55 52.97 54.65
08-10-2001 15.6 15.30 0.694 199.1 49.95 47.80 48.58
09-10-2001 15.5 15.38 0.700 199.1 50.3 48.15 48.94
10-10-2001 15.7 15.30 0.705 199.1 50.34 48.17 48.97
11-10-2001 15.6 15.03 0.712 202.0 50.18 47.69 48.51
12-10-2001 15.5 15.19 0.712 203.0 50.43 47.91 48.72
13-10-2001 17.7 17.44 0.498 205.0 44.96 43.46 43.89
14-10-2001 17.5 17.40 0.497 205.0 44.84 43.36 43.79
15-10-2001 17.7 17.55 0.507 206.0 45.5 43.93 44.37
16-10-2001 17.7 17.44 0.502 206.0 45.14 43.56 43.99
17-10-2001 17.7 17.45 0.501 206.0 45.11 43.53 43.96
18-10-2001 20.0 19.88 0.304 213.0 37.34 36.29 36.47
19-10-2001 20.1 20.04 0.309 213.0 37.78 36.75 36.93
20-10-2001 20.0 19.93 0.306 213.0 37.51 36.46 36.64
21-10-2001 20.2 20.04 0.306 212.0 37.6 36.63 36.82
22-10-2001 20.0 19.94 0.306 213.0 37.51 36.47 36.65
23-10-2001 17.5 17.14 0.529 206.0 45.96 44.24 44.72
24-10-2001 17.5 17.32 0.540 206.0 46.66 44.96 45.45
25-10-2001 18.2 17.93 0.453 206.0 43.43 42.09 42.45
26-10-2001 18.2 17.93 0.454 209.0 43.48 41.93 42.29
27-10-2001 17.5 17.14 0.526 209.0 45.83 43.91 44.38
28-10-2001 14.9 14.24 0.825 196.0 52.68 50.08 51.14
29-10-2001 14.5 14.24 0.825 196.0 52.68 50.08 51.14
30-10-2001 14.7 14.26 0.809 196.0 52.2 49.65 50.68
31-10-2001 14.5 14.26 0.817 199.0 52.47 49.66 50.70
01-11-2001 14.4 14.26 0.815 199.0 52.4 49.60 50.63
02-11-2001 12.5 12.66 1.132 192.0 58.46 54.65 56.48
03-11-2001 12.4 12.15 1.101 192.0 56.61 52.67 54.46
04-11-2001 12.4 12.15 1.116 190.8 56.99 53.10 54.92
05-11-2001 12.5 12.36 1.083 190.5 56.6 52.91 54.64
06-11-2001 12.5 12.36 1.083 190.5 56.6 52.91 54.64
07-11-2001 11.7 11.34 1.224 190.0 57.89 53.28 55.46
08-11-2001 11.7 10.49 1.245 187.0 56.37 51.52 53.85
09-11-2001 11.7 11.60 1.245 188.6 58.95 54.53 56.75
10-11-2001 11.7 11.60 1.262 186.0 59.34 55.09 57.35
11-11-2001 11.7 11.60 1.245 186.0 58.94 54.75 56.97
12-11-2001 11.5 11.39 1.251 188.0 58.63 54.12 56.37
13-11-2001 15.2 15.08 0.679 188.0 49.07 47.77 48.54
14-11-2001 15.2 15.03 0.679 188.0 48.99 47.67 48.45
15-11-2001 15.5 15.30 0.663 188.0 48.8 47.62 48.36

Uji Datar Sumur KMJ-73 dan KMJ-74 87


Tabel 4.4. Hasil Perhitungan Laju Alir KMJ-74
TKS Pu dP Tu Proxi BS Corr BS appr
Tgl
ksc deg-C ton/jam
24-09-2001 10.4 10.30 0.628 182.0 39.86 37.31 38.15
25-09-2001 10.0 9.75 0.770 181.9 43.03 39.84 41.01
26-09-2001 10.0 9.98 0.781 181.0 43.79 40.70 41.88
27-09-2001 11.2 11.16 0.647 185.5 41.91 39.40 40.24
28-09-2001 11.6 10.81 0.630 185.5 40.76 38.21 39.02
29-09-2001 11.6 11.16 0.647 185.5 41.91 39.40 40.24
30-09-2001 11.6 11.07 0.642 185.4 41.59 39.08 39.91
01-10-2001 11.1 11.08 0.631 186.9 41.25 38.69 39.50
02-10-2001 11.2 11.16 0.632 187.2 41.43 38.86 39.67
03-10-2001 12.7 12.67 0.485 190.2 38.42 36.59 37.08
04-10-2001 12.5 12.15 0.553 189.1 40.25 38.14 38.76
05-10-2001 12.5 11.87 0.546 189.1 39.58 37.40 38.03
06-10-2001 12.5 12.03 0.550 188.9 39.96 37.83 38.46
07-10-2001 12.6 12.13 0.553 188.5 40.22 38.13 38.76
08-10-2001 15.0 14.65 0.372 196.7 35.96 34.55 34.85
09-10-2001 14.8 14.77 0.372 196.9 36.09 34.70 35.00
10-10-2001 14.8 14.77 0.372 196.9 36.08 34.70 35.00
11-10-2001 15.4 14.76 0.372 197.7 36.75 34.64 34.94
12-10-2001 17.6 14.76 0.386 199.0 32.21 35.20 35.52
13-10-2001 17.9 17.14 0.259 205.0 34.44 31.19 31.34
14-10-2001 17.9 17.40 0.291 205.0 34.57 33.32 33.51
15-10-2001 17.9 17.41 0.293 206.0 34.42 33.39 33.58
16-10-2001 17.9 17.20 0.294 206.0 34.42 33.22 33.40
17-10-2001 17.8 17.30 0.294 206.0 29.91 33.33 33.51
18-10-2001 20.4 19.82 0.187 212.0 29.41 28.52 28.60
19-10-2001 20.0 19.94 0.187 212.0 29.99 28.62 28.70
20-10-2001 20.6 19.98 0.194 212.0 29.42 29.18 29.26
21-10-2001 20.6 19.95 0.187 212.0 29.42 28.63 28.71
22-10-2001 20.0 19.77 0.187 212.0 29.3 28.48 28.56
23-10-2001 16.9 15.98 0.376 201.0 37.62 36.24 36.53
24-10-2001 16.9 15.95 0.376 201.0 37.59 36.20 36.50
25-10-2001 17.6 17.14 0.313 205.0 35.46 34.25 34.45
26-10-2001 17.6 16.93 0.313 205.0 35.26 34.01 34.22
27-10-2001 16.0 15.82 0.356 205.0 35.57 34.86 35.13
28-10-2001 15.0 14.37 0.454 196.2 39.38 37.70 38.12
29-10-2001 15.0 14.77 0.436 196.2 39.07 37.54 37.93
30-10-2001 15.3 14.26 0.454 196.3 39.24 37.53 37.95
31-10-2001 14.9 14.77 0.477 198.0 40.87 39.12 39.56
01-11-2001 14.9 13.99 0.451 198.0 38.76 36.91 37.33
02-11-2001 12.6 11.87 0.623 189.0 42.27 39.86 40.63
03-11-2001 12.5 11.65 0.632 189.0 42.23 39.72 40.50
04-11-2001 12.5 11.55 0.631 186.8 42.04 39.62 40.41
05-11-2001 12.5 11.60 0.631 188.9 42.12 39.59 40.38
06-11-2001 12.5 11.63 0.632 187.0 42.19 39.80 40.58
07-11-2001 12.2 11.08 0.647 184.0 41.77 39.33 40.17
08-11-2001 12.1 11.07 0.647 186.5 41.76 39.16 40.00
09-11-2001 12.1 11.07 0.653 187.0 41.95 39.31 40.16
10-11-2001 12.1 11.34 0.647 185.0 42.23 39.79 40.62
11-11-2001 12.1 11.34 0.655 185.0 42.49 40.03 40.87
12-11-2001 11.9 11.13 0.654 187.0 42.09 39.46 40.31
14-11-2001 20.0 19.51 0.178 212.0 28.42 27.58 27.65

Uji Datar Sumur KMJ-73 dan KMJ-74 88


4.3. METODE BACK PRESSURE

Analisa data hasi Uji Back Pressure dimaksudkan untuk mencari nilai ‘n’
dan ‘C’ , yang selanjutnya gunakan untuk membangun persamaan dan
Kurva Output Produksi dari masing-masing sumur.

4.3.1 SUMUR KMJ-73


Hubungan TKS dan Laju produksi pada saat stabil dari sumur KMJ-73
bisa dilihat pada Tabel dan Gambar dibawah ini :

Tabel 4.5
Tekanan Kepala Sumur dan Laju Alir Massa

TKS, ksc Q, ton/jam


11.7 59.72
12.6 56.55
15.5 50.43
17.7 45.11
20 37.51
17.5 45.83
15.5 48.80
14.4 52.40
12.5 56.60
11.5 58.63

Uji Datar Sumur KMJ-73 dan KMJ-74 89


Laju Produksi Stabil pada Berbagai TKS
30

TKS Turun
25
TKS Naik
20
TKS, ksc

15

10

0
0 10 20 30 40 50 60 70 80
Laju Produksi, ton/jam

Gambar 4.1
Plot Laju Produksi vs Tekanan Kepala Sumur

Pencarian Harga C dan n


Untuk mencari nilai n dan C digunakan plot antara Laju Produksi (Q) dan
dP2 dalam skala Log-log. Hasil perhitungan dan plot tersebut dapat dilihat
pada tabel 4.6 dan Gambar 4.2.

Tabel 4.6
Hasil perhitungan mencari harga C dan n
TKS, ksc Q, ton/jam dP^2 Log(Q) Log(dP^2)
20 37.51 405.67 1.57415 2.60818
17.7 45.11 492.38 1.65427 2.69230
15.5 50.43 565.42 1.70269 2.75237
12.6 56.55 646.91 1.75243 2.81085
11.7 59.72 668.78 1.77612 2.82529
17.5 45.83 499.42 1.66115 2.69847
15.5 48.8 565.42 1.68842 2.75237
14.4 52 598.31 1.71933 2.77693
12.5 56.6 649.42 1.75282 2.81253
11.5 58.63 673.42 1.76812 2.82829

Uji Datar Sumur KMJ-73 dan KMJ-74 90


Pencarian Nilai C dan n
KMJ-73

1.80

1.75 y = 0.8769x - 0.7116


2
R = 0.9894
Log(q), ton/jam

1.70

1.65

1.60

1.55
2.55 2.60 2.65 2.70 2.75 2.80 2.85
2 2
log(dP ), ksc

Gambar 4.2
Plot penentuan Nilai C dan n KMJ - 73

-0.7116
Berdasarkan gambar diatas didapatkan harga C =10 = 0.19427 dan
n = 0.8769 sehingga Output Curve untuk sumur KMJ-73 dapat
direpresentasikan dalam persamaan:

q = 0.19427 (Pr2 - TKS2) 0.8769

Persamaan di atas merupakan persamaan deliverablitas sumur KMJ-73


dari hasil Uji Back Pressure. Kurva output produksi dibangun dengan
menggunakan persamaan di atas, dengan mengasumsikan berbagai
harga TKS. Hasil perhitungan dan Kurva Output Produksi Sumur KMJ-73
dapat dilihat pada table 4.3 dan Gambar 4.3 berikut.

Uji Datar Sumur KMJ-73 dan KMJ-74 91


Tabel 4.7
Hasil perhitungan kurva output produksi Sumur KMJ –73

TKS, ksc Q, ton/jam


0 68.68
2 68.38
4 67.48
6 65.98
8 63.87
10 61.14
12 57.79
14 53.78
16 49.11
18 43.74
20 37.63
22 30.70
24 22.85
26 13.84
28 2.88
28.3844 0.00

K urva O utputProduksiK M J-73


H asilU jiB ack Pressure

30

25

20
TKS, ksc

15

10

0
0 10 20 30 40 50 60 70 80

Laju Produksi, ton/jam


Kurva Output Produksi Data Back Pressure Data Uji Tegak

Gambar 4.3
Kurva Output Produksi Hasil Uji Back Pressure Sumur KMJ-73

Uji Datar Sumur KMJ-73 dan KMJ-74 92


4.3.2 SUMUR KMJ-74
Hubungan TKS dan Laju produksi pada saat stabil dari sumur KMJ-74
bisa dilihat pada Tabel 4.8 dan Gambar 4.4 dibawah ini

Tabel 4.8
Tekanan Kepala Sumur dan Laju Alir Massa

TKS, ksc Q, ton/jam


11.2 41.43
12.6 40.22
15.4 36.75
17.9 34.42
20 29.3
16 35.57
14.9 38.76
12.5 42.19
11.9 42.09

Laju Produksi Stabil pada Berbagai TKS


25

TKS Turun
20
TKS Naik
TKS, ksc

15

10

0
0 10 20 30 40 50 60

Laju Produksi, ton/jam

Gambar 4.4
Plot Laju Produksi vs Tekanan Kepala Sumur

Uji Datar Sumur KMJ-73 dan KMJ-74 93


Pencarian nilai C dan n

Seperti prosedur sebelumnya, pencarian nilai C dan n dilakukan dengan


membuat plot Q vs. dP^2 dalam skala Log-log. Hasil perhitungan
selengkapnya diberikan pada Tabel 4.9 dan Gambar 4.5.

Tabel 4.9
Hasil perhitungan mencari harga C dan n

TKS, ksc Q, ton/jam dP^2 Log (Q) Log (dP^2)


11.2 41.43 624.59 1.61731 2.79559
12.6 40.22 591.27 1.60444 2.77178
15.4 36.75 512.87 1.56526 2.71000
17.9 34.42 429.62 1.53681 2.63308
20.0 29.3 350.03 1.46687 2.54410
16.0 35.57 494.03 1.55108 2.69375
14.9 38.76 528.02 1.58838 2.72265
12.5 42.19 593.78 1.62521 2.77362
11.9 42.09 608.42 1.62418 2.78420

P e n c a ria n N ila i C d a n n
K M J -7 4
1.64
1.62 y = 0.6196x - 0.1062
R 2 = 0.967
1.60
1.58
log(q), ton/jam

1.56
1.54
1.52
1.50
1.48
1.46
1.44
2.50 2.55 2.60 2.65 2.70 2.75 2.80 2.85
2 2
lo g (d P ), k s c

Gambar 4.5
Plot penentuan Nilai C dan n KMJ - 74

Uji Datar Sumur KMJ-73 dan KMJ-74 94


–0.1062
Berdasarkan gambar diatas didapatkan harga C =10 = 0.78307
dan n = 0.6196 sehingga Output Curve untuk sumur KMJ-74 dapat
direpresentasikan dalam persamaan:

q = 0.78307 (Pr2 - TKS2) 0.6196

Dengan menggunakan persamaan diatas, dibangun kurva output produksi


dengan mengasumsikan berbagai harga TKS. Hasil selengkapnya
disampaikan pada Tabel 4.10 dan Gambar 4.6 berikut.

Tabel 4.10
Hasil perhitungan Kurva Output Produksi Sumur KMJ-74
TKS, ksc Q, ton/jam
0 47.34
2 47.18
4 46.71
6 45.92
8 44.79
10 43.32
12 41.48
14 39.24
16 36.55
18 33.34
20 29.52
22 24.90
24 19.15
26 11.27
27.39 0.00

Uji Datar Sumur KMJ-73 dan KMJ-74 95


Kurva Output Produksi Sumur KMJ- 74
Hasil Uji Back Pressure
30

25
TKS, ksc

20

15

10

0
0 10 20 30 40 50

Laju Produksi, ton/jam


Kurva Output Produksi Data Back Pressure Data Uji Tegak

Gambar 4.6
Kurva Output Produksi Sumur KMJ-74 Hasil Uji Back Pressure

Uji Datar Sumur KMJ-73 dan KMJ-74 96


4.4. METODE MODIFIED ISOCHRONAL

Sepertihalnya pengolahan data Uji Back Pressure, prosedure pengolahan


data Uji Modified Isochronal adalah untuk mencari nilai Slope ‘n’ dan C.
Langkah pertama adalah menghitung nilai dP2 dan membuat plot antara
dP2 vs q dalam skala log-log. Dalam hal ini dP2 adalah selisih antara
Tekanan Tutup dengan Tekanan Buka.

4.4.1. SUMUR KMJ-73

30 60

25 50

Laju Produksi, (ton/jam)


20 40
TKS, (ksc)

15 30

10 20

5 10

0 0
25-Nov

30-Nov

10-Dec

15-Dec

20-Dec
5-Dec

t, (hari)

Gambar 4.7
Plot data Laju Alir dan TKS terhadap waktu Uji Modified Isochronal Sumur
KMJ-73

Uji Datar Sumur KMJ-73 dan KMJ-74 97


Tabel 4.11
Perhitungan untuk mencari harga Slope “n” Sumur KMJ-73

SITP, KSC FTP, KSC Q, ton/jam dP^2 Log(dP^2) Log(Q) Keterangan


28.3844 21.5 36.44 343.42 2.5358 1.5616
27.5 20 42.56 356.25 2.5518 1.6290
28.1 17.5 50.4 483.36 2.6843 1.7024
27 15 57.12 504.00 2.7024 1.7568
27.3 14 53.28 549.29 2.7398 1.7266 Extended Flow
28.3844 3.7 67.76 791.98 2.8987 1.8310 Uji Tegak

Plot untuk Mencari Harga Slope 'n'


1.80
y = 0.932x - 0.7781
R2 = 0.9032
1.75
Log(w), ton/hr

1.70

1.65

1.60

1.55
2.50 2.55 2.60 2.65 2.70 2.75 2.80

Log(dP^2)

Gambar 4.8
Plot dP2 vs.q dalam skala log-log untuk mencari nilai Slope ‘n’ Sumur
KMJ-73

Dari plot tersebut diperoleh nilai Slope ‘n’ sebesar 0.932.


Garis dengan kemiringan 0.932 kemudian digeser sehingga melalui titik
‘Uji Tegak’ untuk memperoleh nilai C. Secara matematis, nilai C diperoleh

Uji Datar Sumur KMJ-73 dan KMJ-74 98


dengan memasukkan nilai titik (dP2, q) ketika Uji tegak pada persamaan
garis :
Log (q) = 0.932 Log (dP2) + Log C
Atau
C = 10^ (Log (q) - 0.932 Log(dp2) )

Dengan cara tersebut diperoleh nilai C = 0.1347.


Dengan diperoleh nilai C dan n, maka persamaan deliverabilitas untuk
Sumur KMJ-73 adalah sbb:

Q = 0.1347 * (Pr2 – TKS2)0.932

Dengan persamaan tersebut diatas, dibuat kurva IPR sebagai hasil dari Uji
Modified Isochronal. Hasil perhitungan dapat dilihat pada Tabel 4.12, dan
kurva IPR dapat dilihat pada Gambar 4.9.

Tabel 4.12
Perhitungan Kurva IPR hasil Uji MI KMJ-73

TKS Q=C(Pr^2-TKS^2)^n
0 68.85
2 68.53
4 67.58
6 65.98
8 63.74
10 60.85
12 57.31
14 53.10
16 48.21
18 42.63
20 36.32
22 29.26
24 21.38
26 12.55
28 2.37
28.38 0.00

Uji Datar Sumur KMJ-73 dan KMJ-74 99


Kurva IPR Hasil Uji Modified Isochronal
30

25

20
TKS, KSC

15

10

0
0.00 10.00 20.00 30.00 40.00 50.00 60.00 70.00 80.00
Laju Produksi, ton/jam

Gambar 4.9
Kurva IPR Hasil Uji Modified Isochronal KMJ-73

Uji Datar Sumur KMJ-73 dan KMJ-74 100


4.4.2 SUMUR KMJ - 74

Dengan prosedur yang sama dengan Sumur KMJ-73, pengolahan data


Uji Modified Isochronal Sumur KMJ-74.

30 60

25 50

Laju Alir (ton/jam)


20 40
TKS (ksc)

15 30

10 20

5 10

0 0
10-Nov

15-Nov

20-Nov

25-Nov

30-Nov

5-Dec
t (hari)

Gambar 4.10
Plot data Laju Alir dan TKS terhadap waktu Uji Modified Isochronal Sumur
KMJ-73

Tabel 4. 13
Perhitungan untuk mencari harga Slope “n” Sumur KMJ-74

SIP, KSC FTP, KSCW, ton/jam dP^2 Log(dP^2) Log(Q) Keterangan


24.61 20.00 28.42 205.65 2.31 1.45 -
24.60 18.00 32.66 281.16 2.45 1.51 -
25.67 16.00 44.61 402.95 2.61 1.65 -
25.60 14.00 50.53 459.36 2.66 1.70 -
25.60 14.50 37.57 445.11 2.65 1.57 Extended Flow poin
27.39 2.40 47.70 744.27 2.87 1.68 Uji Tegak

Uji Datar Sumur KMJ-73 dan KMJ-74 101


Plot untuk Mencari Harga Slope 'n'
1.75
y = 0.7274x - 0.2437
1.7 2
R = 0.9778
1.65
log(q), ton/jam

1.6

1.55

1.5

1.45

1.4
2.2 2.3 2.4 2.5 2.6 2.7
log(dP^2), ksc^2

Gambar 4.11
Plot dP2 vs.q dalam skala log-log untuk mencari nilai Slope ‘n’ KMJ-74

Dari plot tersebut diperoleh harga slope ‘n’ = 0.7274. Dan dengan
memasukkan harga titik (dP2, q) pada Uji Tegak, diperoleh harga C =
0.38871. Jadi persamaan deliverabilitas Sumur KMJ –74 adalah:

q = 0.38871 * (Pr 2 − TKS 2 ) 0.7274

Dengan persamaan tersebut diatas dihitung kurva IPR untuk Sumur KMJ -
74. Hasil selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 4.14 dan Gambar 4.4
berikut.

Uji Datar Sumur KMJ-73 dan KMJ-74 102


Tabel 4. 14
Perhitungan Kurva IPR hasil Uji MI KMJ-74

TKS Q=C(Pr^2-TKS^2)^n
0.00 47.97
2.00 47.78
4.00 47.22
6.00 46.28
8.00 44.95
10.00 43.23
12.00 41.08
14.00 38.48
16.00 35.40
18.00 31.79
20.00 27.56
22.00 22.57
24.00 16.57
26.00 8.90
27.39 0.00

Kurva IPR Hasil Uji Modified Isochronal

30
25
TKS (ksc)

20
15
10
5
0
0 10 20 30 40 50 60
Laju Produksi (ton/jam)

Gambar 4.12
Kurva IPR Hasil Uji Modified Isochronal KMJ-74

Uji Datar Sumur KMJ-73 dan KMJ-74 103


4.5. UJI PRESSURE BUILD UP

Uji Pressure Build Up atau PBU test dimaksudkan untuk mencari nilai
tekanan reservoir rata-rata, permeabilitas efektif, Skin, dan batas-batas
reservoir seperti fault, water influks, dsb.

Uji PBU kali ini dilakukan dengan menggunakan Pruett sehingga


dihasilkan data dalam format elektronik dengan tingkat kerapatan data
yang tinggi. Dengan data elektronik tersebut memungkinkan kita
mengolah dan menganalisa data dengan menggunakan aplikasi
perangkat lunak. Analisa PBU dilakukan dengan menggunakan metode
pressure derivative dan strightline (Horner dan Infinite Acting Plot). Hasil
selengkapnya diperlihatkan dalam gambar-gambar berikut.

Uji Datar Sumur KMJ-73 dan KMJ-74 104


Uji Datar Sumur KMJ-73 dan KMJ-74 105
Uji Datar Sumur KMJ-73 dan KMJ-74 106
Uji Datar Sumur KMJ-73 dan KMJ-74 107
Uji Datar Sumur KMJ-73 dan KMJ-74 108
Uji Datar Sumur KMJ-73 dan KMJ-74 109
Uji Datar Sumur KMJ-73 dan KMJ-74 110
Uji Datar Sumur KMJ-73 dan KMJ-74 111
Uji Datar Sumur KMJ-73 dan KMJ-74 112
Uji Datar Sumur KMJ-73 dan KMJ-74 113
Uji Datar Sumur KMJ-73 dan KMJ-74 114
Uji Datar Sumur KMJ-73 dan KMJ-74 115
Uji Datar Sumur KMJ-73 dan KMJ-74 116
4.6. PERHITUNGAN FRAKSI UAP
Fraksi uap dihitungan berdasarkan analisa kimia gas dengan
menggunakan pendekatan D’Amore et.al (1982) dan D’Amore and Celati
(1983).

D’Amore et.al (1982)

 B    X CH 4  
y i =  i  EXP log X i + A + − C log(T ) − D log
B  − 1
 X CO  
 Bi − 1   T  2  
Dimana:
y = fraksi uap
B = koefisien partisi gas pada kondisi saturasi
X = fraksi mole gas dalam uap
T = temperatur reservoir, K
Subscribe i = gas H2 atau H2S
A, B, C, D = 6.355 ; 951.6 ; 2.076 ; .25 untuk gas H2
= 2.122 ; 2543 ; 0.098 ; 1/12 untuk gas H2S

D’Amore and Celati (1983).


 1 
0.25  
 X CO2   P   BH 2 
y = X H2 X m    0.25  −
K   1 
 X CH 
   C   −1
 BH 
4

 2 
Dimana
y = fraksi uap
BH2 = koefisien partisi gas H2 pada kondisi saturasi
XCO2 = fraksi mole gas CO2 dalam uap
XH2 = fraksi mole gas H2 dalam uap
XCH4 = fraksi mole gas CH4 dalam uap
Xm = fraksi mole gas total dalam uap
P = tekanan uap, barabs

Uji Datar Sumur KMJ-73 dan KMJ-74 117


Kc = konstanta equilibrium pada kondisi saturasi
Hasil perhitungan fraksi uap/saturasi air dengan menggunakan D’Amore
et.al (1982) dapat dilihat pada tabel dibawah:

Tabel 4.15 Perhitungan Fraksi Uap Dengan Menggunakan D’Amore et.al


(1982)
Temp. Res. 225 230 235 240 245
BH2 @ t res. 1179.10 1003.23 853.59 726.27 617.95
BH2S @ t res. 70.38 62.86 56.15 50.15 44.80
Spec. Vol Steam 0.07834 0.07144 0.06524 0.05965 0.05460
Spec. Vol. Liq. 0.00120 0.00121 0.00122 0.00123 0.00124

H2 H2S CO2 CH4


Date CH4/CO2
%mole in steam %mole in steam %mole in steam %mole in steam

10/6/2001 (Vulkanologi)/KMJ-74 0.00521 0.01000 0.120000 0.000397 0.00331


10/11/2001 (Vulkanologi)/KMJ-74 0.00539 0.01000 0.090000 0.000442 0.00491
10/31/01 (Kamojang)/KMJ-74 0.00048 0.01198 0.155617 0.000308 0.00198
10/11/01 (Kamojang)/KMJ-74 0.00305 0.01168 0.153640 0.000481 0.00313
10/31/01 (Kamojang)/KMJ-73 0.00066 0.01369 0.159699 0.000066 0.00041
10/11/01 (Kamojang)/KMJ-73 0.00189 0.01413 0.159299 0.000045 0.00028

y H2 @ Temp. res. Sw H2 @ Temp. res. (%) y H2S @ Temp. res. Sw H2S @ Temp. res. (%)

225 230 235 240 245 225 230 235 240 245 225 230 235 240 245 225 230 235 240 245

9.07 8.44 7.86 7.33 6.83 13.3 15.5 18.0 20.7 23.6 27.70 24.61 21.90 19.53 17.45 3.8 4.9 6.2 7.8 9.7
8.43 7.85 7.30 6.80 6.34 14.3 16.6 19.2 22.0 25.1 26.77 23.78 21.16 18.86 16.85 4.0 5.1 6.5 8.1 10.1
0.05 -0.01 -0.07 -0.13 -0.18 96.7 100.8 104.1 106.7 108.7 34.89 31.02 27.63 24.67 22.07 2.8 3.6 4.7 5.9 7.4
4.98 4.61 4.26 3.95 3.65 22.6 25.9 29.6 33.4 37.5 32.67 29.04 25.86 23.08 20.64 3.1 4.0 5.1 6.4 8.0
1.14 1.01 0.88 0.77 0.67 57.0 62.4 67.7 72.6 77.2 45.76 40.71 36.31 32.45 29.06 1.8 2.4 3.2 4.1 5.3
5.73 5.31 4.93 4.57 4.24 20.1 23.2 26.5 30.1 33.9 48.77 43.40 38.71 34.60 31.00 1.6 2.2 2.9 3.7 4.8

Uji Datar Sumur KMJ-73 dan KMJ-74 118


Hasil perhitungan fraksi uap/saturasi air dengan menggunakan D’Amore
and Celati (1983) dapat dilihat pada tabel dibawah :

Tabel 4.16 Hasil perhitungan fraksi uap/saturasi air dengan menggunakan


D’Amore and Celati (1983)
Temp. Res., deg C 225 230 235 240 245
P(H2O) @ t res., barabs 25.50 27.98 30.63 33.48 36.52
Kc @ t res. 1.1E-08 1.7E-08 2.5E-08 3.8E-08 5.6E-08
BH2 @ t res. 1179.10 1003.23 853.59 726.27 617.95
Spec. Vol Steam, cu-m/kg 0.07834 0.07144 0.06524 0.05965 0.05460
Spec. Vol. Liq., cu-m/kg 0.00120 0.00121 0.00122 0.00123 0.00124

H2 CO2 CH4
Xg
Date
(mole/106
%mole in total gas %mole in total gas %mole in total gas mole H2O)
(mole %)
10/6/2001 (Vulkanologi)/KMJ-74 3.593 60.000 0.265 1500.0 0.0015
10/11/2001 (Vulkanologi)/KMJ-74 4.146 69.231 0.340 1300.0 0.0013
10/31/01 (Kamojang)/KMJ-74 0.266 86.4541 0.17099224 1803.2 0.0018
10/11/01 (Kamojang)/KMJ-74 1.696 85.3555 0.2674106 2004.0 0.002
10/31/01 (Kamojang)/KMJ-73 0.366 88.722 0.037 1301.7 0.0013
10/11/01 (Kamojang)/KMJ-73 1.048 88.500 0.025 1402.0 0.0014

y @ Temp. res. Sw @ Temp. res. (%)

225 230 235 240 245 225 230 235 240 245

0.10 0.10 0.09 0.09 0.08 15.3 16.2 17.1 18.1 19.0
0.10 0.09 0.09 0.08 0.08 15.7 16.6 17.6 18.5 19.5
0.01 0.01 0.01 0.01 0.01 66.4 68.1 69.9 71.7 73.7
0.07 0.07 0.06 0.06 0.05 21.6 22.7 23.8 25.0 26.2
0.02 0.01 0.01 0.01 0.01 56.6 58.3 60.1 62.0 63.9
0.05 0.05 0.05 0.05 0.04 26.2 27.5 28.8 30.2 31.5

Uji Datar Sumur KMJ-73 dan KMJ-74 119


BAB 5
ANALISA DAN PEMBAHASAN

Analisa yang dilakukan meliputi analisa hasil perhitungan laju alir dengan
menggunakan orifice, hasil uji Back Pressure, Modified Isochronal, PBU,
dan Analisa Kimia untuk masing-masing sumur. Khusus mengenai Uji
Metode Modified Isochronal, dilakukan kajian yang mendalam tentang
validitasnya untuk menggantikan Uji Back Pressure.

5.1. PERHITUNGAN LAJU ALIR


Secara umum terlihat dari Gambar 5.1 dan 5.2 bahwa perhitungan laju alir
metoda orifice dengan menggunakan BS Appr. Selalu memberikan hasil
yang lebih besar dari jika prosedur BS 1042 diikuti secara penuh. Hal ini
terjadi karena BS Appr. (pendekatan) tidak dilakukan koreksi terhadap
bilangan Reynold dan diameter pipa. Semakin rendah tekanan upstream
maka penyimpangan terhadap BS Corr. akan semakin besar. Hal yang
sama juga terjadi pada perhitungan dengan menggunakan software Proxi.
Hasil software Proxi bahkan menyimpang lebih jauh dari BS Corr.
dibandingkan dengan BS Appr. Penyimpangan software Proxi dari BS
Corr. akan semakin mengecil dengan naiknya tekanan upstream. Pada
tekanan 15 kcs perbedaan antara Proxi dengan BS Corr. kira-kira 3 – 4
ton/jam. Perbedaan ini akan menjadi sangat penting sekali jika
diasumsikan semua sumur di Lapangan Kamojang dioperasikan
seluruhnya pada tekanan kepala sumur 15 ksc dan dibutuhkan paling
sedikit 25 sumur untuk memenuhi kebutuhan uap PLTP. Ini berarti ada
perbedaan hasil pengukuran 75 – 100 ton/jam uap dari kedua hasil
perhitungan tersebut.

Uji Datar Sumur KMJ-73 dan KMJ-74 120


PERBANDINGAN HASIL PERHITUNGANLAJUALIR KMJ-73

65
Proxi
BS Appr.
BS Corr.
Linear (Proxi)
60 Linear (BS Appr.)
Linear (BS Corr.)
LAJU ALIR MASSA, KG/H

55

50

45

40
8.0 10.0 12.0 14.0 16.0 18.0 20.0
TEKANANUPSTREAM, KSC

Gambar 5.1 Perbandingan Hasil Perhitungan Laju Alir KMJ-73

PERBANDINGAN HASIL PERHITUNGAN LAJU ALIR KMJ-74

45
Proxi
BS Corr.
43
BS Appr.
Linear (BS Corr.)
41 Linear (Proxi)
Linear (BS Appr.)

39
LAJU ALIR MASSA, KG/H

37

35

33

31

29

27

25
8.00 10.00 12.00 14.00 16.00 18.00 20.00 22.00
TEKANAN UPSTREAM, KSC

Gambar 5.2 Perbandingan Hasil Perhitungan Laju Alir KMJ-74

Uji Datar Sumur KMJ-73 dan KMJ-74 121


5.2. UJI BACK PRESSURE.
Seperti yang telah diterangkan pada Dasar Teori pada Bab 2, Uji Back
Pressure dimulai dengan menutup sumur sampai dicapai kondisi reservoir
yang stabil. Kondisi stabil ini merepresentasikan tingkat energi reservoir
pada saat akan dilakukan Uji Back Pressure tersebut. Pada Kondisi stabil
ini dicatat Tekanan Reservoir. Lamanya penutupan sumur sampai
diperoleh kondisi stabil tergantung dari besar kecilnya permeabilitas
reservoir. Dari pengamatan lapangan pada pengujian Sumur KMJ 73 dan
KMJ-74 diperoleh waktu stabil sekitar 120 s.d. 140 jam atau sekitar 5 - 6
hari. Akan lebih bermanfaat apabila penutupan sumur dilakukan sebagai
Uji PBU.

Setelah diperoleh kondisi stabil, sumur diproduksikan pada berbagai TKS


dimana masing-masing TKS adalah 5 hari. Dalam pengujian kali ini
dilakukan pada 5 harga TKS (5 titik) dan masing-masing TKS dilakukan 2
kali untuk menguji adanya histerisis. Namum dalam praktek dilapangan,
sulit sekali dilakukan pengontrolan terhadap setting TKS tertentu,
sehingga diperoleh harga TKS yang berbeda-beda (11 titik). Dengan
demikian pengujian terhadap kemungkinan adanya histerisis tidak dapat
dilakukan. Namun demikian, semua harga TKS hasil pengujian kali ini
dimasukkan dalam perhitungan sehingga menambah akurasi hasil
pengujian.
Secara teori, waktu pembukaan sumur adalah sampai diperoleh stabilized
flow. Dalam pengujian kali ini, waktu pembukaan masing-masing TKS
adalah 5 hari. Dari data lapangan menunjukkan waktu pembukaan sekitar
5 hari sudah memberikan hasil yang baik. Total waktu yang diperlukan
untuk Uji Back pressure kali ini adalah 50 hari untuk masing-masing
sumur. Hasil Uji Back Pressure untuk masing-masing sumur dirangkum
pada Table 5.1 berikut.

Uji Datar Sumur KMJ-73 dan KMJ-74 122


Tabel 5.1
Hasil Analisa Uji Back Pressure

Sumur
KMJ -73 KMJ-74

C 0.19427 0.78307
n 0.8769 0.6196
R^2 0.9894 0.967
AOF (Ton/Jam) 68.68 47.34

5.3. UJI MODIFIED ISOCHRONAL


Tujuan dilakukannya Uji Modified Isochronal kali ini adalah untuk
menjajagi kemungkinan penggunaan Metode Modified Isochronal untuk
menggantikan Metode Back Pressure. Metode Back pressure memerlukan
total waktu 50 hari, sedangkan Metode Modified Isochronal didisain hanya
dalam waktu 9 hari. Dengan demikian akan diperoleh penghematan
waktu dan biaya yang sangat berarti.

Seperti halnya Uji Back Pressure, Uji Modified Isochronal dimulai dengan
cara menutup sumur sampai diperoleh kondisi stabil dan dicatat tekanan
reservoirnya. Dalam pengujian kali ini, penutupan sumur dilakukan
sebagai Uji PBU sehingga diperoleh informasi tambahan seperti
permeabilitas, Skin, dan batas reservoir. Setelah diperoleh kondisi
reservoir stabil, sumur dibuka-tutup secara selang-seling selama masing-
masing satu hari (24 jam tepat). Pembukaan sumur dilakukan pada
berbagai harga TKS yang berbeda (5 titik). Dalam Uji Modified Isochronal
ini tidak perlu sampai kondisi stabil asalkan waktu pembukaan sama
dengan waktu penutupannya.

Uji Datar Sumur KMJ-73 dan KMJ-74 123


Pada akhir Metode Modified Isochronal dilakukan extended flow, yang
dimaksudkan untuk memperoleh stabilized flow. Pada pengujian kali ini
dilakukan extended flow selama 9 hari. Dari proses pengolahan data
diketahui bahwa extended flow selama 9 hari masih belum cukup. Akan
tetapi apabila extended flow diperpanjang lebih dari 9 hari akan menjadi
tidak efektif lagi, mengingat tujuan penggunaan Metode Modified
Isochronal adalah untuk mempersingkat waktu pengujian. Sebagai
gantinya, digunakan titik stabilized flow pada waktu Uji Tegak.
Penggunaan titik stabilized flow hasil Uji Tegak memberikan hasil yang
sangat memuaskan. Perlu di tegaskan disini bahwa penggunaan
stabilized flow hasil Uji Tegak pada pengolahan data Modified Isochronal
merupakan pengalaman yang baru dan sangat berharga baik di
lingkungan industri panas bumi maupun di lingkungan akademis. Dari
pengalaman tersebut, pada pengujian Modified Isochronal yang akan
datang tidak perlu dilakukan extended flow seperti lazimnya metode ini
dilaksanakan, akan tetapi wajib dilakukan Uji Tegak sebelumnya.

Dengan mengkombinasikan antara Metode Modified Isochronal dan Uji


Tegak memberikan hasil yang sangat memuaskan. Hasil Uji Modified
Isochronal ini memberikan hasil sbb:

Tabel 5.2
Hasil Analisa Uji Modified Isochronal

Sumur
KMJ -73 KMJ-74
C 0.1347 0.38871
n 0.932 0.7274
R^2 0.9032 0.9778
AOF (Ton/Jam) 68.85 47.97

Uji Datar Sumur KMJ-73 dan KMJ-74 124


Uji Modified Isochronal memberikan hasil yang mendekati hasil Uji Back
Pressure. Secara visual, hasil uji sumur dengan kedua metode tersebut
dapat dilihat pada gambar 5.3 dan gambar 5.4. berikut.

Kurva Output Produksi KMJ- 73

30

25
TKS, ksc

20

15

10

0
0 10 20 30 40 50 60 70 80

Laju Produksi, ton/jam


Back Pressure UjiTegak M 'Isochronal

Gambar 5.3
Kurva Output Produksi KMJ -73

Uji Datar Sumur KMJ-73 dan KMJ-74 125


Kurva Output Produksi KMJ- 74
30

25

20
TKS, ks

15

10

0
0 10 20 30 40 50 60

Laju Produksi, ton/jam


Back Pressure Uji Tegak M' Isochronal

Gambar 5.4.
Kurva Output Produksi KMJ - 74

Melihat kesesuaian hasil Uji Modified Isochronal dengan Uji Back


Pressure, maka dapat disimpulkan bahwa Metode Modified Isochronal
DAPAT dipakai menggantikan Uji Back Pressure.

5.4. UJI PRESSURE BUILD UP


Pada umunya orang berpendapat bahwa hasil utama dari uji PBU adalah
diperolehnya nilai permeabilitas efektif reservoir dan nilai Skin di sekitar
wellbore. Pendapat tersebut tidaklah salah, meskipun sebenarnya banyak
hal yang bisa kita ketahui dari Uji PBU. Dari Uji PBU kita akan
memperoleh gambaran tentang model reservoir, seperti adanya sealing
fault, jarak fault dari sumur, model aliran di dalam reservoir, batas-batas
reservoir seperti adanya aquifer, dsb. Nilai Skin dan permeabilitas
hanyalah salah satu hasil dari Uji PBU. Apabila model reservoir sudah
kita ketahui dari Uji PBU, maka langkah menuju simulasi reservoir manjadi
lebih mudah.

Uji Datar Sumur KMJ-73 dan KMJ-74 126


Data hasil Uji PBU dianalisa dengan menggunakan metode pressure
derivative dan strightline plot (Infiniet acting dan Horner). Tujuan
penggunakan kedua metode tersebut adalah untuk cross-check,
mengingat hasil PBU KMJ 73 dan KMJ-74 menunjukkan sistem reservoir
yang sangat kompleks.

Secara umum, reservoir KMJ-73 dibatasi oleh sealing fault pada salah
satu sisinya, dan berhubungan dengan satu sistem water influx pada sisi
yang lainnya. Adanya water influx tersebut ditandai dengan adanya harga
tekanan yang konstan di pinggir reservoir (constant pressure boundary).
Jarak sealing fault dari sumur kurang lebih 405 ft (123.4 m) dari sumur,
sedangkan jarak water influx tersebut kurang lebih 2388 ft (727.8 m) dari
lubang bor. Permeabilitas efektif sebesar 386 md atau k*h sebesar
126600 md-ft (38.6 D-m), sedangkan nilai Skin sebesar 2.1. Dengan
penutupan sumur selama 14 hari diperoleh radius investigasi sejauh
16280 ft (4962 m), yang berati penutupan sumur selama 14 hari sudah
menjangkau hampir seluruh sistem reservoir.

Uji PBU selama 14 hari pada sumur KMJ-74 memberikan radius


investigasi sejauh 18160 ft (5535 m). Dari investigasi sejauh itu terlihat
bahwa reservoir KMJ-74 merupakan sistem reservoir yang tertutup, yaitu
dibatasi oleh adanya sealing faults pada tepi reservoirnya. Jarak faults
tersebut kurang-lebih 1500 ft (457.2 m) dari lubang sumur. Gejala lain
seperti adanya water influx tidak tampak pada reservoir KMJ-74. Nilai
permeabilitas efektif sebesar 347 md atau k*h sebesar 79880 md-ft
(24.35 D-m), sedangkan nilai Skin sebesar –1.67. Hasil keseluruhan
analisa Uji PBU sumur KMJ-73 dan KMJ-73 dirangkum pada tabel 5.3
berikut.

Uji Datar Sumur KMJ-73 dan KMJ-74 127


Tabel 5.3.
Parameter Reservoi Hasil Uji PBU

Parameter Sumur
KMJ - 73 KMJ - 74

Radius Ivestigasi, ft (m) 16280 (4962) 18160 (5535)


Permeabilitas efektif, md 386 347
kh, md-ft (D-m) 126600 (38.59) 79880 (24.35)
Skin 2.116 -1.664
Jarak sealing fault, ft (m) 405 (123) 1501 (457.50
Jarak water influx, ft (m) 2388 (727.9) -

5.5. ANALISA SAMPLE KIMIA


5.5.1 Saturasi Air (Sw)
Perkiraan saturasi air pada sumur KMJ-73 dengan menggunakan metoda
D’Amore et.al (1982) dan D’Amore and Celati (1983) terlihat pada Gambar
5.5 dan 5.6. Dari kedua perhitungan memberikan hasil perkiraan Sw
sebesar 30%. Perhitungan dengan berdasarkan gas H2S dengan
menggunakan D’Amore et.al (1982) memberikan hasil Sw yang sangat
kecil yaitu berkisar 4%. Sedangkan untuk sample no. 1 memberikan
perkiraan Sw yang terlalu besar. Hal ini kemungkinan besar disebabkan
oleh terlalu kecilnya fraksi mole gas H2 pada sample tersebut. Fraksi mole
gas lain (CO2, H2S dan CH4) baik pada sample no. 1 maupun no. 2
memiliki besar yang hampir sama.
80.0
H2
H2S
60.0
Sw, %

40.0

20.0

0.0
0 1 2 3
Sample

Gambar 5.5 Sw KMJ-73 dengan D’Amore et.al (1982)

Uji Datar Sumur KMJ-73 dan KMJ-74 128


80.0

60.0

Sw, %
40.0

20.0

0.0
0 1 2 3
Sample

Gambar 5.6 Sw KMJ-73 dengan D’Amore and Celati (1983)

Sw pada KMJ-74 diperkirakan sebesar 20%. Seperti halnya pada KMJ-73,


perhitungan dengan berdasarkan gas H2S dengan menggunakan D’Amore
et.al (1982) memberikan hasil Sw yang sangat kecil yaitu berkisar 7% dan
juga untuk sample no. 3 memberikan perkiraan Sw yang terlalu besar.
Kemungkinan besar penyebabnya adalah terlalu kecilnya fraksi mole gas
H2 pada sample tersebut. Hasil analisa laboratorium baik yang dilakukan
oleh PERTAMINA Area Panasbumi Hulu Kamojang dan juga oleh
Direktorat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi terhadap sample-
sample tersebut menunjukkan bahwa fraksi mole gas memiliki besar yang
hampir sama kecuali untuk gas H2.
120.0
H2
100.0 H2S

80.0
Sw, %

60.0

40.0

20.0

0.0
0 1 2 3 4 5
Sample

Gambar 5.7 Sw KMJ-74 dengan D’Amore et.al (1982)

Uji Datar Sumur KMJ-73 dan KMJ-74 129


80.0

60.0

Sw, %
40.0

20.0

0.0
0 1 2 3 4 5
Sample

Gambar 5.8 Sw KMJ-73 dengan D’Amore and Celati (1983)

5.5.2 Kondisi reservoar


5.5.2.1. Pengaruh kegiatan magma dan vulkanik
Hasil analisis kimia contoh dari lokasi sumur K-73 dan K-74 memberikan
informasi bahwa, kedua sumur dipengaruhi oleh aktivitas magmatis dan
vulkanik dengan adanya kandungan gas Cl dan H2S serta konsentrasi
SO4 yang relatif tinggi di kedua sumur. Cl yang dikenal sebagai gas
magma terditeksi di contoh K-73/SCS sebesar 0.46 ppm dan contoh K-
73/SPW mengandung Cl sebesar antara 0.93 hingga 2.30 ppm.

Contoh K-74/SCS mengandung konsentrasi Cl antara 0.46 hingga 2.30


ppm dan 0.90 hingga 2.78 ppm untuk contoh K-74/SPW.

Adanya konsentrasi sulfat yang tinggi dalam contoh kondensat dan


kandungan H2S dalam contoh gas indikasi adanya pengaruh kegiatan
vulkanik.

Distribusi gas vulkanik dalam bentuk H2S kedalam contoh gas dari lokasi
K-73 sebesar 0.006-0.007 mol % lebih kecil dibandingkan dengan lokasi

Uji Datar Sumur KMJ-73 dan KMJ-74 130


K-74 yang konsentrasinya sebesar 0.01 mol %, demikian juga halnya
dengan konsentrasi SO4 di lokasi K-73 berkisar

5.5.2.2. Interaksi Air-Batuan dan pengaruh vulkanik


Hasil interaksi air dengan batuan sekitarnya di reservoar akan
menghasilkan unsur-unsur yang mendominasi batuan diantaranya adalah
Na, K, Li, dan SiO2. Konsentrasi unsur tersebut di Lokasi K-74 lebih besar
dibandingkan dengan lokasi K-73. Tingginya konsentrasi silika dalam air
sebagai indikasi bahwa proses terjadi pada suhu tinggi.

Beberapa unsur lain seperti F dan B konsentrasinya lebih tinggi di lokasi


K-74, secara umum K-74 mengandung lebih tinggi konsentrasi unsur kimia
dibandingkan dengan lokasi K-73 hal ini menunjukkan bahwa interaksi air
dengan batuan di lokasi K-74 lebih intensif dan berlangsung pada suhu
lebih tinggi dibandingkan dengan K-73.

Sangat dimungkin lokasi K-74 dipengaruhi atau terletak dekat dengan


patahan/sesar sebagai media penerobosan gas vulkanik ke resevoar.

Lain halnya dengan lokasi K-73 pengaruh vulkanik tidak begitu besar dan
dan contoh kondensat di lokasi K-73 didominasi oleh kandungan air dan
proses interaksi antara air dan batuan kurang intensif dibandingkan di
lokasi K-74 dan berlangsung pada suhu yang relatif lebih rendah.

5.5.2.3. Potensi terjadinya scaling


Hasil analisis kimia dari contoh kondensat dan gas yang mengandung
konsentrasi CO2 dan SiO2 relatif tinggi dapat di perkirakan bahwa potensi
terjadinya pengerakan karbonat atau terjadinya silikasisasi tidak dapat
dihindari, walaupun waktunya kapan hal itu mulai terjadi tidak dapat di
perkirakan. Proses pengerakan atau scalling sangat tergantung kepada
kondisi thermodinamik didalam sistim. Faktor tekanan, suhu, pH dan

Uji Datar Sumur KMJ-73 dan KMJ-74 131


kandungan unsur-unsur lain termasuk trace elemen akan banyak
mempengaruhinya.

Data hasil analisis kimia yang terbatas pada unsur major tidak dapat
diproses untuk memperoleh informasi secara jelas pada kondisi
bagaimana pengerakan itu akan terjadi.

Pemakaian modeling dengan program SOLVEQ (Reed, 1982 dan


Spycher, 1984) untuk memperkirakan kondisi saturasi mineral telah
dipakai untuk menghitung indek saturasi dari silika. Perhitungan indek
saturasi sebagai Log Q/K dimanan Q adalah aktivitas ion yang dihasilkan
dan K adalah konstanta kesetimbangan thermodinamik pda suhu yang
ditetapkan. Bila Log Q/K<0 disebut dibawah saturasi, larutan disebut
saturasi atau diatas saturasi terhadap mineral (contohnya silika) apabila
Log Q/K<0.

Sebagai gambaran, diperlihatkan perhitungan mineral saturasi untuk silika


dari dua contoh air panas di Patuha, Ciwidey, Bandung, yang memiliki
kondisi pH dan suhu yang berbeda. Contoh air pertama pada pH=2.84,
T=30.30 oC dan yang kedua pH=4.50, T=24 oC. Konsentrasi silika pada
contoh pertama 38 ppm dan kedua 68 ppm. Perhitungan saturasi mineral
silika dengan sekenario menaikkan suhu hingga 250 oC.

Hasilnya menunjukkan bahwa pada contoh yang pertama pada pH=2.84


terjadinya saturasi silika terjadi pada suhu >50 oC, garis saturasi silika
o o
lebih besar pada suhu antara 150 C-150 C dan memperlihatkan
kecenderungan menurun pada suhu yang lebih tinggi. Demikian juga
untuk contoh yang kedua memperlihatkan gejala yang sama indek
saturasi menurun ketika suhu bertambah. (Gambar 5.9 dan 5.10).
Keduanya memperlihatkan bahwa mineral chalcedoni, cristobalite, quartz
dan amorph silika cenderung negativ pada kisaran suhu 100-150 oC.

Uji Datar Sumur KMJ-73 dan KMJ-74 132


2

1
Log Q/K
0

-1

-2
24 50 100 150 200 250

Gambar 5.9 Contoh air pertama

1
Log Q/K

-1

-2
24 50 100 150 200 250

Gambar 5.10 Contoh air kedua

Chalcedony Quartz

Cristobalit Am. Silika

Uji Datar Sumur KMJ-73 dan KMJ-74 133


5.5.2.4. Kualitas air/kondensat.
Evaluasi kualitas kondensat yang dimaksud kususnya untuk keperluan
analisis dampak terhadap lingkungannya, baik emisi, penyebaran maupun
akumulasi unsur-unsur yang diperkirakan akan mempengaruhi kesehatan
atau terhadap ketahanan peralatan yang dipergunakan terutama yang
terbuat dari metal.

Dari kedua sumur di temukan konsentrasi As, Cl H2S dan F, unsur kimia
gas seperti halnya H2S dan HCl dapat menyebabkan korosivitas terhadap
pipa ataupun turbin dan peralatan lain yang dipergunakan, disamping
akan menyebabkan iritasi pada pekerja bila tidak mempergunakan alat
pengaman, lebih jauhnya iritasi terhadap paru-paru akan menyebabkan
patalitas.
Arsen dan flour dalam waktu lama dapat menyebabkan keracunan dan
atau ditandai dengan pengrusakan gigi dan kuku.

Akumulasi unsur-unsur tersebut secara bersama-sama dalam satu waktu


akan meningkatkan sifat toksisitas terhadap mahluk hidup. Terutama perlu
diperhatikan pengaruh unsur ini di K-73 dan K-74 memerlukan perhatian
khusus.

Tidak dapat dipastikan apakah kandungan air yang tinggi di lokasi K-73
adalah tipe air meteorik yang di serap atau sisa dari air yang diinjeksikan
saat kegiatan pemboran. Untuk dapat memastikan tipe air ini diperlukan
unsur isotope dan unsur runut.

Dari pengalaman selama ini, melihat komposisi kimia airnya diperkirakan


jenis air didominasi oleh air meteorik.

Uji Datar Sumur KMJ-73 dan KMJ-74 134


BAB 6
KESIMPULAN dan SARAN

Uji Produksi KMJ-73 dan KMJ 74 yang dilakukan oleh PERTAMINA dan
TIM UJK FIKTM – ITB memberikan beberapa kesimpulan sbb:

1. Perhitungan laju alir metode orifice dengan menggunakan software


Proxi akan menyimpang makin jauh dengan hasil perhitungan
dengan menggunakan BS 1042 jika tekanan upstream menurun
dan kira-kira menyimpang 3-4 ton/jam jika digunakan pada tekanan
15 ksc.
2. Uji Back Pressure dan Modified Isochronal berhasil memberikan
gambaran kapasitas produksi Sumur KMJ –73 dan Sumur KMJ-74.
Hasil selengkapany dirangkum pada tabel dibawah ini.

Parameter Sumur
KMJ - 73 KMJ - 74
Back Pressure M' Isochronal Back Pressure M' Isochronal

C 0.19427 0.1347 0.78307 0.38871


n 0.8769 0.932 0.6196 0.7274
R^2 0.9894 0.9032 0.967 0.9778
AOF, ton/jam 68.68 68.85 47.34 47.97

3. Dari hasil analisa menunjukkan bahwa Metode Modified Isochronal


yang dikombinasikan dengan Uji Tegak DAPAT diaplikasikan untuk
menggantikan Uji Back Pressure di Lapangan Panasbumi
Kamojang, sehingga dapat dilakukan penghematan waktu dan
biaya pada uji produksi yang akan datang.

4. Dari analisa PBU diperoleh gambaran reservoir sbb:


• Reservoir KMJ-73 berhubungan dengan suatu sistem water
influx, dan dibatasi oleh fault.

Uji Datar Sumur KMJ-73 dan KMJ-74 135


• Reservoir KMJ-74 merupakan sistem reservoir tertutup, dibatasi
oleh sealing faults.

4. Hasil evaluasi geokimia dapat memberikan kesimpulan sbb:


a. Saturasi air (Sw) dengan menggunakan D’Amore et.al (1982)
dan D’Amore and Celati (1983) diperkiraan 30% untuk KMJ-73
dan 20% untuk KMJ-74
b. Sumur KMJ-73 dan KMJ-74 memiliki sistem reservoar yang
berbeda, keduanya dipengaruhi oleh aktivitas magma dan
vulkanik.
c. Interaksi antara air dan batuan lebih intensif dan berlangsung
pada suhu lebih tinggi dibandingkan dengan lokasi KMJ-73.
d. Kandungan polutan As, Cl, SO4, F dan H2S dalam gas dan
kondensat memerlukan perhatian khusus.
e. Kemungkinan terjadinya Scaling di kedua lokasi sangat besar,
hanya berapa besaran, kecepatan dan kapan waktunya terjadi
scalling diperlukan study khusus yang lebih teliti dan rinci,
termasuk bahan pemikiran semua cara mengatasinya sedini
mungkin, baik secara teknik maupun secara thermodinamik

Saran:
1. Sebaiknya software Proxi digunakan untuk menghitung laju alir
uap pada tekanan diatas 20 ksc. Penyimpangan hasil
perhitungan terhadap BS 1042 akan semakin besar dengan
semakin turunnya tekanan upstream.

2. Untuk meningkatkan tingkat kepercayaan penggunaan Metode


Modified Isochronal perlu dilakukan validasi pada sumur-sumur
yang lain, khususnya pada sumur-sumur dengan karakteristik
yang berbeda dengan sumur KMJ-73 dan KMJ-74.

Uji Datar Sumur KMJ-73 dan KMJ-74 136


3. Dengan melihat hasil Uji PBU yang dilakukan pada KMJ-73 dan
KMJ-73, disarankan untuk dilakukan Uji PBU pada sumur-sumur
lainnya agar didapat gambaran yang lebih baik mengenai
reservoir Panasbumi Kamojang. Uji PBU tersebut harus
menggunakan Pruett agar dapat diperoleh data yang akurat.
Sedangkan gambaran yang komprehensif mengenai Kinerja
Reservoir Panas Bumi Kamojang akan diperoleh dari Simulasi
Reservoir.

4. Sebaiknya KMJ-73 dan 74 dioperasikan minimal pada TKS 15


ksc karena dibawah tekanan tersebut sumur menunjukkan profile
laju alir yang tidak stabil (intermitten).

5. Dari analisa sample kimia, dapat diberikan saran-saran sbb:


a. Agar bekerja disekitar lokasi KMJ-73 dan KMJ-74
melengkapi diri dengan peralatan pengaman terutama
masker saat mendung atau sore hari (berkabut).

b. Untuk memastikan jenis air di kedua lokasi contoh gas dan


kondensatnya dianalisis secara lengkap termasuk
konsentrasi oksigen isotopenya.
c. Untuk memastikan sistem reservoar di lokasi KMJ-73 perlu
dibandingkan dengan sumur KMJ-63, apakah sumur KMJ-73
sama dengan KMJ-63 mengingat sistem yang ditemukan di
KMJ-73 berbeda dengan KMJ-74.

Uji Datar Sumur KMJ-73 dan KMJ-74 137

Anda mungkin juga menyukai