TEORI DASAR
15
Gambar 3.1 Hubungan Linier antara ∆P2 vs Qsc dalam skala log-log
(Abdassah, 1998 )
16
tekanan reservoir dengan jalan menutup sumur, untuk menentukan harga Pr.
Selanjutnya sumur diproduksi dengan laju sebesar Qsc hingga aliran mencapai
stabil, kemudian laju alir diganti sebanyak empat kali. Setiap perubahan laju alir
tidak didahului dengan penutupan sumur. Adapun langkah dalam pelaksanaan test
ini, sebagai berikut :
1. Tekanan reservoir distabilkan dengan cara menutup sumur. Didapat Pr.
2. Sumur diproduksi sebesar Q1 sampai tekanan stabil. Didapat Q1 dan Pwf1.
3. Sumur diproduksi sebesar Q2 sampai tekanan stabil. Didapat Q2 dan Pwf2.
4. Sumur diproduksi sebesar Q3 sampai tekanan stabil. Didapat Q3 dan Pwf3.
5. Sumur diproduksi sebesar Q4 sampai tekanan stabil. Didapat Q4 dan Pwf4.
Dimana Q1<Q2<Q3<Q4 dan antara langkah 1 ke langkah berikutnya tidak
perlu dilakukan penutupan sumur. Gambaran skematik dari proses Back Pressure
Test dapat dilihat pada (Gambar 3.2).
Gambar 3.2 Diagram Laju Produksi dan Tekanan Back Pressure Test
(Abdassah, 1998)
17
Tabel 3.1
Pengolahan Data untuk Analisis Back Pressure
(Abdassah, 1998)
Qsc P ∆P2
0 Pr -
Q1 Pwf1 (Pr2-Pwf12)
Q2 Pwf2 (Pr2-Pwf22)
Q3 Pwf3 (Pr2-Pwf32)
Q4 Pwf4 (Pr2-Pwf42)
∑Q
18
Salah satu tes produksi ini dilakukan sampai mencapai kondisi stabil. Gambar
skematis dari proses Isochronal Test dapat dilihat pada (Gambar 3.3). Adapun
langkah dalam pelaksanaan test ini, sebagai berikut:
1. Tekanan reservoir distabilkan dengan cara menutup sumur. Didapat Pr1.
2. Sumur dibuka selama waktu t. didapat Q1 dan Pwf1.
3. Sumur ditutup selama waktu ts. Didapat Pr2.
4. Sumur dibuka selama waktu t. didapat Q2 dan Pwf2.
5. Sumur ditutup selama waktu ts. Didapat Pr3.
6. Sumur dibuka selama waktu t. Didapat Q3 dan Pwf3.
7. Sumur ditutup selama waktu ts. Didapat Pr4.
8. Sumur dibuka selama waktu t. Didapat Q4 dan Pwf4.
9. Sumur dibuka sebesar Qext dan ditunggu sampai P stabil sebesar Pwfext.
19
Analisis data dilaksanakan dengan mencatat harga tekanan alir dasar sumur
untuk jangka waktu alir yang sama bagi masing-masing produksi yang
direncanakan. Berdasarkan (Gambar 3.3), maka data yang ditabulasikan seperti
pada (Tabel 3-2)
Tabel 3.2
Pengolahan Data untuk Analisis Isochronal Test
(Abdassah, 1998)
Tekanan di
Jenis Kegiatan Lama Kegiatan Laju Produksi
Dasar Sumur
Penutupan Awal ts PS -
Tutup ts (2) Pr -
Tutup ts (3) Pr -
Tutup ts (4) Pr -
20
3.1.3 Modified Isochronal Test
Metode ini merupakan pengembangan dari metode isochronal. Pada reservoir
yang ketat, penggunaan tes isochronal belum tentu menguntungkan bila
diinginkan penutupan sumur sampai mencapai keadaan stabil (Katz dkk,1959),
telah mengusulkan suatu metode untuk memperoleh hasil yang mendekati hasil
tes isochronal. Perbedaan metode ini dengan metode lain terletak pada persyaratan
bahwa penutupan sumur tidak perlu mencapai stabil. Selain dari itu, selang waktu
penutupan dan pembukaan sumur dibuat sama besar.
Pengolahan data untuk analisis deliverability sama seperti pada metode
isochronal, kecuali untuk harga Pr diganti dengan Pws, yaitu harga tekanan yang
dibaca pada akhir dari setiap massa penutupan sumur. Makin banyak garis
panduan, makin besar kemungkinan untuk mendapatkan garis stabil dengan slope
yang mendekati slope garis panduan rata-rata. Untuk itu biasanya dilakukan test
isochronal dengan pembukaan sumur yang bertingkat (dua atau tiga tingkat)
sesuai ketelitian yang diinginkan. Gambaran skematis dari proses Modified
Isochronal Test dapat dilihat pada (Gambar 3.4). Adapun langkah dalam
perencanaan test isochronal dengan dua tingkat, sebagai berikut :
1. Tekanan reservoir distabilkan dengan cara menutup sumur. Didapat Pr1.
2. Sumur dibuka selama waktu t1. didapat Q1 dan Pwf1.
3. Sumur dibuka terus sampai waktu t2. didapat Q2 dan Pwf2.
4. Sumur ditutup selama waktu ts. Didapat Pr2.
5. Sumur dibuka selama waktu t. didapat Q3 dan Pwf3.
6. Sumur dibuka terus sampai t2. didapat Q4 dan Pwf4.
7. Sumur ditutup selama waktu ts. Didapat Pr3.
8. Sumur dibuka selama waktu t. Didapat Q5 dan Pwf5.
9. Sumur dibuka terus sampai t2. didapat Q6 dan Pwf6.
10. Sumur ditutup selama waktu ts. Didapat Pr4.
11. Sumur dibuka selama waktu t. Didapat Q7 dan Pwf7.
12. Sumur dibuka terus sampai t2. didapat Q8 dan Pwf8.
13. Sumur dibuka sebesar Qext dan ditunggu sampai P stabil sebesar Pwfext.
21
Gambar 3.4 Diagram Laju Produksi dan Tekanan Modified Isochronal
(Beggs, 1984)
22
aliran tersebut. Dengan kata lain, fluida mengalir tenang tanpa diiringi oleh
pusaran (vorteks) meskipun terdapat gangguan di sepanjang aliran fluida.
23
3.3 Aliran di Lubang Sumur
Menurut Beggs (2002) terdapat beberapa metode dapat digunakan untuk
menentukan P statis dasar sumur (Pws) dan tekanan alir dasar sumur (Pwf).
Dimana :
Pws = Tekanan statis dasar sumur, (psia)
Pts = Tekanan statis di permukaan, (psia)
ɣg = Specific gravity gas
H = Kedalaman sumur, (ft)
T = Temperatur rata-rata, (ºR)
Z = Faktor deviasi gas pada T dan P rata-rata
24
Ims = Harga I yang dievaluasi pada Pms dan T rata-rata
Its = Harga I yang dievaluasi pada Pts dan Ts
Iws = Harga I yang dievaluasi pada Pws dan Tf
Dimana :
S ̅ . Z̅
= 0,0375 . ɣg . TVD / T (3-12)
H = Kedalaman yang terukur, (feet)
TVD = Kedalaman sebenarnya, (feet)
T = Temperatur, (ºR)
Q = Laju alir gas, (MMSCFD)
d = Diameter, (inch)
f = Faktor gesekan
25
Harga Z dievaluasi pada ̅
P = (Ptf + Pwf)/2. Dengan membagi sumur menjadi
beberapa segmen akan mendapatkan hasil yang lebih akurat. Prosedur untuk
metode ini adalah :
1. Memperkirakan Z* (sebagai perkiraan awal gunakan angka 0,9).
2. Menentukan tekanan yang tidak diketahui dengan persamaan (3-11) dengan Z
= Z*.
3. Menentukan tekanan rata-rata, ̅
P = (Ptf + Pwf)/2.
̅ dan T
4. Menentukan Z pada P ̅.
5. Membandingkan Z dan Z*. Jika hasil yang didapat belum sama atau cukup
𝑍−𝑍 ∗
dekat, atur Z* = Z dan lanjutkan ke langkah 2. Ulangi sampai < 0,001.
𝑍
Dengan
Units
Variabel
Field SI
Qsc = laju alir gas MMSCFD MM m/day
𝛾𝑔 = specific gravity gas - -
𝜇 = viskositas gas cp Kg/m-sec
d = diameter pipa inch M
C = konstanta 20011 17,96
20011.𝛾𝑔.𝑞𝑠𝑐
𝑁𝑅𝑒 = (3-14)
𝜇.𝑑
26
Dimana :
𝑃
𝑃𝑤𝑓 𝑑𝑝
𝑍𝑇
∫𝑃 𝑃 2 𝑇𝑉𝐷
= 18,75. 𝛾𝑔 . 𝑀𝐷 (3-17)
𝑡𝑓 0,001( ) . +𝐹2
𝑍𝑇 𝑀𝐷
Dimana:
0,667.𝑓.𝑄𝑠𝑐 2
𝐹2 = (3-18)
𝑑5
𝑇𝑉𝐷
dan = 𝑐𝑜𝑠𝜃
𝑀𝐷
Persamaan dapat ditulis dalam bentuk yang lebih pendek dengan membagi
sumur menjadi dua bagian, H/2 sehingga menghasilkan :
18,75.𝛾𝑔 .𝐻𝑡
𝑃𝑚𝑓 = 𝑃𝑡𝑓 + (3-20)
𝐼𝑚𝑓 +𝐼𝑡𝑓
18,75.𝛾𝑔 .𝐻𝑡
𝑃𝑤𝑓 = 𝑃𝑚𝑓 + (3-22)
𝐼𝑤𝑓 +𝐼𝑚𝑓
Dimana:
𝑃
𝑇.𝑍
𝐼= 𝑃 2 𝑇𝑉𝐷
(3-23)
0,001.( ) +𝐹2
𝑇.𝑍 𝑀𝐷
27
3.5 Analisis Sistem Nodal
Analisis sistem nodal atau biasa disebut sistem analisis optimasi produksi
adalah sebuah prosedur untuk menentukan flow rate pada sumur minyak dan gas
yang berproduksi dan untuk mengevaluasi efek dari beberapa komponen seperti
ukuran tubing-string, ukuran flow-line, tekanan separator, posisi choke, safety
valves dan kondisi well completion termasuk gravel pack dan perforasi pada
sumur biasa. Komponen-komponen tersebut dievaluasi terpisah-pisah dan
dikombinasi untuk mengoptimasi seluruh sistem sehingga mendapat aliran
produksi yang paling efisien (Brown,1984).
Adapun tujuan dari nodal analisis nodal menurut Brown (1984) adalah
sebagai berikut :
1. Untuk menentukan flow rate pada sumur minyak dan gas yang berproduksi
dengan mempertimbangkan geometry wellbore dan batasan komplesi (awalnya
secara natural flow).
2. Untuk menentukan kondisi aliran ketika sumur masih mengalir atau mati.
3. Untuk menentukan waktu yang tepat untuk memasang instalasi artificial lift
dan membantu dalam memilih metode pengangkatan yang optimum.
4. Untuk mengoptimasi sistem agar memproduksi flow rate yang diinginkan.
5. Untuk mengecek setiap komponen dalam sistem sumur untuk menentukan
bagian mana yang tidak diperlukan untuk menahan flow rate.
6. Untuk membantu management operator dan engineer staff dalam menambah
laju produksi.
Hal dasar yang diperlukan untuk analisis optimasi sumur dengan analisis
sistem nodal adalah Inflow Performance Relationship (IPR) sumur pada kondisi
terkini. Data well test yang akurat harus didapatkan dan IPR dapat dibuat sehingga
analisis sukses dilakukan. Kemudian model dari komponen-komponen sumur
dapat digunakan untuk memprediksi performa sumur. Komponen-komponen dari
sistem nodal analysis dapat dilihat pada (Gambar 3.5)
28
Gambar 3.5 Sistem Kehilangan Tekanan Pada Sumur Produksi
(Beggs,1984)
29
Gambar 3.6 Kurva Titik Optimum dari Perpotongan IPR vs TPR
(Ikoku, 1984)
Dengan adanya pilihan titik nodal dan berdasarkan fasilitas serta ketersediaan
peralatan penunjang di lapangan dapat memberikan referensi dan informasi apa
yang harus dilakukan di sumur tersebut agar mendapatkan rate produksi yang
optimum.
Titik nodal di dasar sumur merupakan pertemuan antara komponen formasi
produktif/reservoir dengan komponen tubing apabila komplesi sumur adalah open
hole atau pertemuan antara komponen tubing dengan komponen komplesi yang
diperforasi atau ber-gravel pack.
30
PI yang diperoleh secara langsung maupun secara teoritis hanya merupakan
gambaran secara kualiatif mengenai kemampuan suatu sumur untuk berproduksi
(Brown, Kermit E. 1979). Dalam kaitannya dengan perencanaan suatu sumur
ataupun untuk melihat sifat suatu sumur untuk berproduksi, maka harga PI dapat
dinyatakan secara grafis, yang disebut dengan grafik Inflow Performance
Relationship (IPR) atau juga dapat didefinisikan sebagai hubungan antara laju alir
dengan tekanan alir dasar sumur. Berdasarkan definisi Productivity Index, maka
variabelnya adalah laju produksi (Q) dan tekanan aliran dasar sumur (Pwf). Oleh
karena itu persamaan tersebut dapat diubah menjadi :
𝑞
𝑃𝑤𝑓 = 𝑃𝑠 − 𝑃𝐼 (3-24)
Dimana:
Q = Laju produksi, (STB/day)
Ps = Tekanan statis reservoir, (psia)
Pwf = Tekanan aliran di dasar sumur, (psia)
Adapun untuk membuat suatu kurva IPR untuk sumur gas dipakai persamaan
Darcy untuk aliran gas. Jika Kg, h, μg, Z, re dan rw dianggap tetap, maka
persamaannya dapat ditulis menjadi :
𝑞 = 𝐶(𝑃𝑟 2 − 𝑃𝑤𝑓 2 ) (3-25)
Atau,
log 𝑞 = log 𝐶 + 𝑛 log(𝑃𝑟 2 − 𝑃𝑤𝑓 2 ) (3-26)
Dimana :
31
2. Adanya partikel lumpur pemboran yang menutup pori-pori batuan di sekitar
lubang bor.
3. Hambatan aliran minyak disebabkan oleh penurunan saturasi minyak di sekitar
lubang bor.
4. Lubang perforasi dan gravel pack.
5. Turbulensi aliran.
Sesuai dengan yang telah diuraikan di atas, bahwa pembuatan grafik IPR
dengan menggunakan metode-metode perhitungan kinerja aliran fluida dari
formasi ke lubang sumur atau sekarang dapat dikelompokkan berdasarkan kriteria
sebagai berikut :
1. Jumlah fasa yang mengalir.
2. Pengaruh skin.
3. Pengaruh turbulensi.
32
3.5.2 Outflow Performance Relationsip (OPR)
Outflow Performance Relationship dikenal dengan berbagai macam nama,
seperti Tubing Intake atau Tubing Performance Relationship. Dengan mengetahui
kondisi OPR, dapat dilihat performa sumur pada beberapa kondisi permukaan.
Dengan menghubungkannya terhadap kurva IPR maka akan didapat suatu
performa sumur dengan keadaan pada kondisi permukaan-permukaan tertentu.
Salah satu penggunaan OPR adalah untuk mengetahui ukuran choke serta
tekanan pada wellhead yang cocok digunakan pada suatu sumur dengan keadaan
IPR tertentu untuk mendapatkan laju produksi yang optimum.
Dengan menggabungkan kurva IPR dan kurva OPR akan terlihat performa
produktivitas suatu sumur. Untuk itulah kedua kurva ini sangat penting digunakan
agar tidak terjadi kesalahan dalam pemilihan ukuran peralatan produksi yang akan
digunakan terhadap suatu sumur. Untuk beberapa contoh hubungan kurva IPR dan
kurva OPR dapat dilihat pada (Gambar 3.8)
Tubing
intake
P
IPR
33
Jika kurva IPR dan kurva OPR tidak berpotongan (Gambar 3.9), maka dapat
dikatakan bahwa sumur tersebut mati karena tidak ada fluida yang dapat
terproduksi dari sumur tersebut. Pada keadaan seperti ini penyebabnya bisa karena
beberapa hal, misalnya ukuran tubing tidak sesuai dengan kondisi sumur atau
sumur tersebut telah beberapa waktu berproduksi dan mengalami penurunan
tekanan, sehingga kondisi dimana sebelumnya sumur dapat terproduksi dengan
baik namun karena mengalami penurunan tekanan, fluida produksi tidak dapat
naik ke permukaan. Jika dengan kondisi demikian, pada saat inilah artificial lift
mulai digunakan
34
3. Choke di dasar sumur
4. Tubing
5. Subsurface Safety Valve (SSSV)
6. Choke di permukaan
7. Well Flowline
8. Separator
9. Aliran dari kompresor ke pipa dan ke konsumen
10. Tekanan di konsumen
Meskipun komponen-komponen dari sistem produksi dapat dianalisis secara
terpisah, dalam menentukan kinerja dari suatu sistem produksi gas alam, semua
itu harus dikombinasikan menjadi suatu sistem terpadu atau yang disebut analisis
nodal. Analisis nodal merupakan suatu sistem pendekatan untuk mengevaluasi
dan mengoptimasikan sistem produksi minyak dan gas secara keseluruhan. Dalam
analisis ini sistem produksi dibagi menjadi beberapa bagian (titik), mulai dari
tekanan reservoir hingga tekanan separator. Titik penyelesaian dapat diambil pada
titik (node) manapun dalam sistem produksi.
Tujuan utama dari analisis nodal adalah menggabungkan kinerja dari
berbagai komponen sumur minyak dan gas dalam sistem produksi untuk
menentukan laju produksi dan menentukan suatu sistem produksi yang optimal.
Dalam pendekatan analisis nodal ini, sistem produksi meliputi reservoir
(aliran dari reservoir ke sandface), perforasi, gravel pack, screen, tubing,
downhole safety valves, choke, pipa permukaan dan separator.
Ada enam komponen yang menghubungkan anatara formasi produktif
dengan separator (Gambar 3.10), keenam komponen ini berpengaruh terhadap laju
produksi sumur yang akan dihasilkan. Keenam komponen ini, meliputi :
1. Komponen formasi produktif/reservoir.
2. Komponen komplesi.
3. Komponen tubing.
4. Komponen pipa salur (flowline).
5. Komponen restriksi/jepitan.
35
6. Komponen separator.
Gambar 3.10 Lokasi Pada Berbagai Titik Nodal Analysis (Beggs, 1984)
36
3.6.1.2 Tekanan di Kepala Sumur Berubah
Kasus ini mungkin terjadi jika jarak dari sumur ke separator cukup jauh,
ukuran pipa dari sumur ke separator akan mempengaruhi kapasitas aliran dari
sistem. Jika pengaruh pipa tersebut diperhitungkan, maka sistem di kepala sumur
akan dibagi menjadi dua sub sistem, yaitu :
1. Reservoir + Tubing
2. Pipa alir + Tekanan Separator
Prosedur untuk mendapatkan solusinya, sebagai berikut :
1. Asumsikan nilai Qsc dan tentukan nilai pwf dengan menggunakan persamaan
Inflow Performance Relationship.
2 𝑛
𝑞𝑠𝑐 = 𝐶(𝑃𝑟2 − 𝑃𝑤𝑓 ) (3-27)
Atau
1 0.5
𝑞𝑠𝑐 𝑛
𝑝𝑤𝑓 = 𝐶 [𝑃𝑟2 − (𝐶) ] (3-28)
Buat tabulasi hasil perhitungan ini bersamaan dengan hasil pada langkah 1.
3. Memplot antara Ptf dan Qsc.
4. Menggunakan tekanan separator yang konstan dan persamaan aliran di pipa
tentukan ptf untuk beberapa asumsi laju alir. Persamaan yang digunakan
adalah :
0.5
𝑃𝑡𝑓 = [𝑃𝑠𝑒𝑝 2 + (25. 𝛾𝑔 . 𝑞𝑠𝑐
2 ̅ ̅
. 𝑇. 𝑍. 𝑓. 𝑑𝐿5)] (3-30)
5. Memplot Ptf terhadap Qsc pada grafik yang sama dengan grafik yang
digunakan pada langkah 3. Perpotongan antara kedua kurva tersebut akan
memberikan harga Ptf dan Qsc dari kedua sub sistem tersebut.
37
3.7 IPM (Integrated Production Modelling)
IPM merupakan perangkat lunak simulasi yang di dalamnya terdiri dari sub-
perangkat lunak yang berfungsi secara spesifik. Sub-perangkat lunak yang
terhubung di dalam IPM antara lain: PROSPER, MBAL, GAP, PVTP, REVEAL
dan RESOLVE.
3.7.1 PvtP
Pvt Package merupakan salah satu bagian simulator dari Petroleum Expert
IPM bagi production atau reservoir engineer yang digunakan untuk memprediksi
pengaruh dari kondisi dan proses pada komposisi campuran hidrokarbon dengan
akurat dan cepat. Perilaku komposisi campuran yang kompleks termasuk gas
campuran, gas kondensat, kondensat retrograde, volatile oil dan black oil dapat
diinterpretasikan dan diprediksi dengan benar.
38