Anda di halaman 1dari 7

1.5.

GRAFIK

Grafik 2.1.
Elapsed Time (dt) vs Tekanan (P) & Temperature (T)
Keterangan Grafik
P Vs Elapsed Time (∆t)
1-2 = RIH
2 = Final stop produksi @900 m max
3-4 = Put the well on Production test, on 23mm choke .
4-5 = Shut in well at wing valve for PBU
5-6 = P.O.O.H
6-7 = re RIH
7-8= Rate test (deliverability test)
8-9 = Open well
10 = switched choke. extended flow test
11 = POOH

T Vs elapsed time
A-B = RIH
B-C = Final stop produksi
C-D = POOH
D-E = re RIH
E-F = PBU test
F-G = POOH
1.6. PEMBAHASAN
Pada Praktikum Uji S minggu pertama yang berjudul “Pengolahan Data
dan Analisa PVT Minyak dan Gas”. Dengan mengolah data sumur Case 1 yang
betujuan untuk memahami dan mengerti data apa saja yang diperlukan untuk
mendukung dalam melakukan analisa data uji tekanan serta bagaimana
mendapatkan data tersebut. Selain itu juga untuk menentukan segmen data yang
akan dianalisa guna mengetahui fenomena direservoir. Prinsip kerja praktikum ini
adalah dengan memberikan suatu gangguan kestimbangan pada sumur yang akan
diuji. Adapun dari pengolahan data tersebut akan didapat parameter yang
menunjukan jenis reservoir tersebut dilihat dari komposisi dari gas dan minyak,
serta akan didapatkan parameter seperti Kelarutan Gas (Rs), Faktor Volume
Formasi Gas (Bg), Viskositas gas (μg), Faktor Deviasi Gas (Z), Kompresibilitas
gas (Crg) dan 0API.
Pada pengolahan data, diberikan data berupa Well Testing Data, Sequence
Operation, dan Analisa Fluida. Pada Well Testing Data terdapat data time, pressure,
dan temperature. Dimana dari data tersebut kita dapat mengolah data untuk mencari
nilai elapsed time (dt). Elapsed time (dt) merupakan lamanya waktu yang
dibutuhkan selama pengujian sumur itu dilakukan, yang mana diperhitungkan
dalam satu hari yang sama. Setelah memperoleh nilai elapsed time (dt) maka kita
meghitung nilai dp pada seluruh sumur. Selanjutnya membuat grafik Pressure vs
Elapsed Time (dt) dan Temperature vs Elapsed Time (dt) pada satu grafik yang
sama. Grafik tersebut berfungsi untuk menganalisa tekanan dan temperaturnya
selama pengujian sumur dilakukan, serta mengetahui menggunakan metode
Pressure Build Up (PBU) atau Pressure Draw Down (PDD). Pressure Build Up
(PBU) merupakan uji tekanan dimana sumur pada awal diproduksikan dengan
selang waktu tertentu hingga laju produksinya konstan kemudian sumur ditutup
hingga tekanan konstan atau sama dengan tekanan reservoirnya. Sedangkan
Pressure Draw Down (PDD) merupakan uji tekanan dimana pada dasarnya sumur
yang awalnya ditutup sampai tekanannya konstan atau sama dengan tekanan
reservoirnya, kemudian sumur diproduksikan hingga laju produksinya konstan.
Grafik tersebut disingkronkan dengan data Sequence Operationnya.
Sequence Operation merupakan data yang menggambarkan kegiatan apa saja yang
dilakukan dalam pengujian sumur dari awal sampai tahap akhir. Analisa data
Sequence ini dipadukan dengan grafik yang dihasilkan pada Well Testing atau
dengan grafik Pressure vs Elapsed Time (dt) dan Temperature vs Elapsed Time
(dt). Dimana setiap kenaikan atau penurunan kurva pada grafik dapat disinkronkan
dengan data Sequence Operation. Pada Grafik Well Testing sumur Case 1 dapat
dilihat bahwa metode yang digunakan pada pengujian sumur ini yaitu metode
Deliverability Test, karena lapangan pada Case 1 merupakan lapangan gas. Pada
titik 1 menggambarkan rangkaian dimasukkan ke dalam sumur sehingga
temperatur dan tekanan akan semakin meningkat seiring bertambahnya
kedalaman, titik 1-2 menunjukkan sedang dilakukannya kegiatan RIH (Running
In Hole) hal ini ditunjukkan dengan naiknya tekanan sebanding dengan naiknya
dt. Hal ini disebabkan karena alat perekam tekanan diturunkan, dimana kita tahu
semakin dalam formasi maka tekanannya semakin besar akibat adanya gradien
tekanan statis. Titik 2-3 menggambarkan kondisi saat penutupan valve, sehingga
membuat tekanan dan temperature semakin naik. Titik 3-4 menggambarkan
kondisi saat sumur diproduksikan yang membuat rate konstan. Titik 4-5 merupakan
kondisi saat Pressure Build Up (PBU) mulai dilakukan stelah diproduksikan, pada
proses ini dilakukan juga penutupan valve yang didasarkan pada tekanan yang tiba
tiba naik pada titik 5. Pada Titik 6 pada tekanan +- 1350 psia menggambarkan
akhir dari test Pressure Build Up (PBU) karena tidak terjadi tekanan yang naik
yang mengidentifikasikan bahwa tekanan sumur sama dengan tekanan di
reservoir. Jika tekanan sudah konstan berarti sudah mencapai boundary
reservoirnya. Titik 6-7 menggambarkan kondisi saat rangkaian mulai dicabut dari
lubang sumur keatas (Put Of Out Hole (POOH)) sehingga tekanan dan temperature
akan semakin turun , yang dilanjutkan pada Titik 7-8 dilakukan penutupan sumur
sehingga perlahan tekanan dan temperature naik. Titik 8-9 dilakukan Rate Test
(deliverability test) dengan cara membuka dan menutup choke aga rate berubah,
proses ini dilakukan hanya pada lapangan gas. Pada titik 10-11pada saat sumur
dibuka kemudian kita lakukan extended flow test untuk mencari konstanta
deliveribilitas kemudian yang terakhir pada titik 11 menggambarkan kondisi saat
rangkaian mulai dicabut dari lubang sumur keatas (pull out of hole (POOH))
sehingga tekanan dan temperature semakin turun dan pengujian selesai.
Dari data fluida yang diberikan dapat dilakukan analisa fluida pada sumur
Case 1 untuk mengetahui sifat fisik gasnya. Dikarenakan pada grafik menunjukan
adanya proses deliverability test, maka lapangan pada Case 1 merupakan lapangan
gas dan karena fraksi mol dari C1 sebesar 66,19% dapat dikatakan jenis gasnya
merurupakan gas kondensat. Dari hasil perhitungan dapat diketahui harga Z tanpa
impuritis dengan korelasi carr et. al sebesar 0,84 dan harga Z (faktor deviasi gas)
dengan impuritis menggunakan metode carr, kobayashi sebesar 0,95. Kemudian
didapatkan harga Bg sebesar 0,001857125 cuft/scf, harga Crg sebesar 0,00073 dan
harga viskositas gas sebesar 0.1153 cP.
Well test teridiri dari uji tekanan (pressure test) dan uji produksi
(production test) dimana pada umumnya gas ada beberapa jenis tes seperti Gas
Deliverability Test, Flow After Flow Rate atau Back Pressure Test, Isocronal Test,
dan Modified Isocronal Test. Pada Flow After Flow Rate atau Back Pressur Test
grafik yang muncul akan kotak-kotak dan penurunan tekanan akan semakin tinggi
bila choke diganti, tujuan dari test ini adalah untuk mengetahui laju alir yang
etrbesar dari berbagai pergantian choke biasanya pada etst ini akan dilakuka 3
sampai 4 kali pergantian choke. Isocronal Test yaitu test yang dilakukan dengan
menutup sumur hingga sampai tekanan reservoir, kemudian dibuka. Pada test ini
tekan yang dihasilkan akan mencapai maksimum sehingga periode penutupan dan
pembukaan sumur tidak sama. Modified Isocronal Test yaitu test yang hampir sama
dengan Isocronal Test namun yang membedakannya yaitu periode penutupan dan
pembukaan sumurnya sama, shingga tekanan yang naik akibat dari penutupan
sumur itu tidak akan maksimal. Sedangkan pada sumur minyak test yang dilakukan
adalan Pressur Build Up (PBU) dan Pressure Drawdown (PDD) yang kegunaanya
hampir sama. Jika pada analisa tekanan sudah konstan berarti sudah mencapai
boundary reservoir. Alat DST ini terdiri dari SPRD (Service Pressure Road Out)
dan EMR (Electric Memory Read). Alat EMR ini yang akan diturunkan ke lapisan
produktif. Analisis dari grafik yang diperoleh, pada saat tekanan naik EMR sedang
diturunkan sehingga terbaca tekanan naik karena masih terpengaruh dari gradien
tekanan, pada saat mendatar menandakan sumur sedang di produksikan atau sedang
dibuka, lalu sumur ditutup sehingga tekanan akan naik hingga batas maksimal dari
tekanan yang jika tekanan sudah konstan berarti sudah tersebar hingga ke boundary
lalu alat dinaikkan akan terjadi penurunan tekanan. Dari grafik tersebut tidak ada
tes produksi.
Aplikasi lapangan dari praktikum “Pengolahan Data dan Analisa PVT
Minyak dan Gas” adalah digunakan untuk menetukan data reservoir seperti
Viskositas gas, Faktor volume formasi gas (Bg), Faktor deviasi gas (Z) dan
Compresibilitas gas (Crg). Kemudian data reservoir ini digunakan untuk
menentukan kemampuan produksi suatu reservoir.
2.7. KESIMPULAN
1. Dari hasil perhitungan yang diperoleh dari lapangan Case 1 didapat data
sebagai berikut :
 Faktor deviasi gas (Z) tanpa impuritis = 0,84
 Faktor deviasi gas (Z) tanpa impuritis = 0,95
 Volume Formasi Gas (Bg) = 0,014432 bbl/stb
 Kompresibilitas Gas = 0.00073 cP
 Viskositas Gas = 0,01153 Cp
2. Dari analisa grafik dapat diketahui bahwa jenis Pressure Test yang
digunakan pada sumur Case 1 adalah deliverability test. Hal ini
dilakukan karena Case 1 merupakan lapangan gas
3. Pada pengolahan data akan didapatkan grafik P vs dt dan T vs dt
4. Jenis metode dalam Uji Sur (Well Test) adalah Pressure Test Analysis
dan Deliverability Test. Pressure Test Analysis dibagi menjadi 2 proses
yaitu Pressure Build Up (PBU) dan Pressure Drawdown (PDD)

Anda mungkin juga menyukai