Anda di halaman 1dari 12

ELEKTRODINAMIS , Sunarta-2014

Pengertian :

Pada bab ini akan dipelajari kelakuan muatan yang bergerak didalam bahan konduktor yang
fenomena ini sering disebut adanya arus listrik ( i ), karena secara definisi dituliskan sebagai :

𝒅𝑸
𝒊=( )
𝒅𝒕
Adapun bahan konduktor yang merupakan media untuk lewat arus listrik mempunyai ciri fisis
adanya “hambatan listrik” atau sering disebut juga “Tahanan listrik” yang disimbulkan dengan huruf ( R
= resistor ) dengan kode gambar : R

Arus listrik ( i ) yang melewati suatu konduktor dengan hambatan ( R ), maka pada ujung-ujung
konduktor timbul beda potensial atau “tegangan listrik” ( V ), hal ini dikemukakan oleh “Ohm” yang
sering disebut sebagai hukum ohm :
i R i
a b
𝑽𝒂𝒃 = 𝒊 𝑹
Topik elektrodinamika pada fisika dasar ini, pembahasannya berkisar pada analisa hubungan
antara besaran listrik ( i ), ( R ), dan ( V ), yang nantinya akan menghasilkan tenaga listrik maupun daya
listrik ( P ) . Untuk ini diperlukan pengetahuan tentang analisa untai listrik, mulai dari sumber “DC”
sampai “AC”.

A. UNTAI HAMBATAN LISTRIK ( R )

Di dalam analisa kelistrikan selalu dijumpai kedudukan hambatan (resistor) dalam kondisi
gabungan/sambungan dengan resistor lain, sehingga perlu ada dipelajari beberapa model
sambungan resistor diantaranya ( sambungan SERIAL, PARALEL, CAMPURAN, JEMBATAN, dsb. )

1. Sambungan “SERIAL” ( S ) → kode analitik ( + ).

𝑵
𝑹𝑺 = 𝑹𝑨𝑩 = 𝒊=𝟏 𝑹𝒊 R1 R2 R3
A B
𝑹𝑨𝑩 = 𝑹𝟏 + 𝑹𝟐 + 𝑹𝟑

2. Sambungan “PARALEL” ( P ) → kode analitik ( // ). R1

𝑹𝑷 = 𝑹𝑨𝑩 = 𝑹𝟏 ⁄⁄ 𝑹𝟐 ⁄⁄ 𝑹𝟑 ; R2
A B
𝟏 𝟏 𝟏 𝟏 𝟏
= 𝑵 𝑹 = + + R3
𝑹𝑷 𝒊=𝟏 𝒊 𝑹𝟏 𝑹𝟐 𝑹𝟑

Sunarta,Fisika,MIPA-UGM,2014
Page 1
𝑹𝟏 𝑹𝟐 𝑹𝟑
𝑹𝑷 =
𝑹𝟏 𝑹𝟐 +𝑹𝟐 𝑹𝟑 +𝑹𝟑 𝑹𝟏

𝑹𝟏 𝑹𝟐
Untuk nilai N = 2 , rumus menjadi : 𝑹𝑷 = 𝑹𝟏 ⁄⁄ 𝑹𝟐 =
𝑹𝟏 +𝑹𝟐

𝑹𝟏 𝑹𝟐 𝑹𝟑 𝑹𝟒
Untuk nilai N = 4, rumus menjadi : 𝑹𝑷 =
𝑹𝟏 𝑹𝟐 𝑹𝟑 +𝑹𝟐 𝑹𝟑 𝑹𝟒 +𝑹𝟑 𝑹𝟒 𝑹𝟏 +𝑹𝟒 𝑹𝟏 𝑹𝟐

3. Sambungan “SERI-PARALEL” ( S-P )

 Gambar-1 R1 R2 R3
A B
R4

𝑹𝑨𝑩 = 𝑹𝟏 + 𝑹𝟐𝟒 + 𝑹𝟑
𝑹𝟐 𝑹𝟒
𝑹𝟐𝟒 = ; merupakan R2 paralel R4.
𝑹𝟐 +𝑹𝟒

𝑹𝟏 𝑹𝟐 +𝑹𝟏 𝑹𝟒 +𝑹𝟐 𝑹𝟒 +𝑹𝟑 𝑹𝟐 +𝑹𝟑 𝑹𝟒


𝑹𝑨𝑩 = ; dan dsb. Silahkan dicoba .. !
𝑹𝟐 +𝑹𝟒

R1 R2
 Gambar-2

A B
R5

𝑹𝟏𝟐 𝑹𝟓 𝑹𝟑𝟒 R4 R3
𝑹𝑨𝑩 =
𝑹𝟏𝟐 𝑹𝟓 +𝑹𝟓 𝑹𝟑𝟒 +𝑹𝟑𝟒 𝑹𝟏𝟐

Dengan : 𝑹𝟏𝟐 = 𝑹𝟏 + 𝑹𝟐 𝑑𝑎𝑛 ; 𝑹𝟑𝟒 = 𝑹𝟑 + 𝑹𝟒

 Gambar-3
B R2 C R3 D
𝑹𝑨𝑩 = 𝑹𝟏 ∕∕ 𝑹𝟐 + 𝑹𝟕 ∕∕ 𝑹𝟑𝟒𝟓 + 𝑹𝟔

𝑹𝟑𝟒𝟓 = 𝑹𝟑 + 𝑹𝟒 + 𝑹𝟓 R1 R7 R4
R4
Catatan : ( // ) merupakan kode “paralel” R6 R5

Bagaimana untuk yang lainnya; seperti nilai : A F E

𝑹𝑨𝑪 ; 𝑹𝑨𝑭 ; 𝑹𝑪𝑭 ; 𝑹𝑪𝑫 ; 𝒅𝒂𝒏 𝒍𝒂𝒊𝒏𝒏𝒚𝒂 ? . . 𝒔𝒊𝒍𝒂𝒉𝒌𝒂𝒏 𝒅𝒊𝒄𝒐𝒃𝒂 . . !

Sunarta,Fisika,MIPA-UGM,2014
Page 2
4. Sambungan “DELTA” ( Δ ) dan “STAR” ( Y )

B B

RB
R2 R3
RA RC

A C
A R1 C
o Sambungan delta ( Δ ) merupakan jenis sambungan yang minimal terdiri atas 3 buah
resistor ( R1 , R2 dan R3 ) dengan tiga (3) terminal sambungan ( A, B, dan C ).
o Sambungan Star ( Y ) merupakan jenis sambungan yang minimal terdiri atas 3 buah
resistor ( RA , RB , dan RC ) dengan tiga (3) terminal ( A, B, dan C ).
o Antara sambungan delta dan star dapat saling menggantikan ( transformasi ), artinya
model sambungan delta dapat diganti (ditransformasi) menjadi sambungan star dan
sebaliknya.
o RUMUSAN TRANSFORMASI : 𝚫 𝒅𝒆𝒍𝒕𝒂 ⇄ 𝐘(𝒔𝒕𝒂𝒓)

𝚫 𝒅𝒆𝒍𝒕𝒂 𝐘(𝒔𝒕𝒂𝒓)
B B

RB
R2 R3 TRANSFORMASI
RA RC

A R1 C A C

(𝑹𝑨 𝑹𝑩 + 𝑹𝑩 𝑹𝑪 + 𝑹𝑪 𝑹𝑨 ) 𝑹𝟏 𝑹𝟐
𝑹𝟏 = 𝑹𝑨 =
𝑹𝑩 (𝑹𝟏 + 𝑹𝟐 + 𝑹𝟑 )

(𝑹𝑨 𝑹𝑩 + 𝑹𝑩 𝑹𝑪 + 𝑹𝑪 𝑹𝑨 ) 𝑹𝟐 𝑹𝟑
𝑹𝟐 = 𝑹𝑩 =
𝑹𝑪 (𝑹𝟏 + 𝑹𝟐 + 𝑹𝟑 )

(𝑹𝑨 𝑹𝑩 + 𝑹𝑩 𝑹𝑪 + 𝑹𝑪 𝑹𝑨 ) 𝑹𝟑 𝑹𝟏
𝑹𝟑 = 𝑹𝑪 =
𝑹𝑨 (𝑹𝟏 + 𝑹𝟐 + 𝑹𝟑 )

Sunarta,Fisika,MIPA-UGM,2014
Page 3
5. Sambungan “JEMBATAN”
R1 R2

R5
𝑹𝑨𝑩 = 𝑹𝑱𝒆𝒎𝒃𝒂𝒕𝒂𝒏 : → A B

R4 R3

Merupakan model sambungan yang minimal terdiri atas 5(lima) resistor yang saling
berhubungan seperti sketsa gambar di atas. Sambungan ini bukan type S-P, karena
keberadaan ( R5 ) yang merupakan “hambatan jembatan” pada sambungan tersebut.
Untuk menjadi model sambungan S-P perlu syarat yaitu tidak fungsinya hambatan
jembatan tersebut, secara teknis dapat dilakukan dengan mengatur nilai resistor yang lain ( R 1 ,
R2 , R3 , dan R4 ) sedemikian sehingga bila diberikan tegangan listrik antar ujung ( A-B ) tidak ada
arus yang lewat R5 . Hal ini dapat dicapai ketika nilai ( R1 x R3 ) = ( R2 x R4 ) yang sering disebut
sebagai kondisi “JEMBATAN SETIMBANG”.
𝑺𝒚𝒂𝒓𝒂𝒕 𝒔𝒆𝒕𝒊𝒎𝒃𝒂𝒏𝒈 ∶ 𝑹𝟏 𝐱 𝑹𝟑 = 𝑹𝟐 𝐱 𝑹𝟒
METODE ANALISA MODEL JEMBATAN :

o Bila syarat setimbang dipenuhi, berakibat resistor jembatan ( R5 ) tidak dilewati arus listrik,
sehingga secara teknik operasional tidak manfaat, dan secara teoritik nilai R5 dapat
diabaikan ( tidak diperhitungkan ).
𝑹𝑨𝑩 = 𝑹𝑺−𝑷 , 𝒕𝒂𝒏𝒑𝒂 𝑹𝟓

𝑹𝟏 +𝑹𝟐 𝑹𝟑 +𝑹𝟒
𝑹𝑨𝑩 =
(𝑹𝟏 +𝑹𝟐 +𝑹𝟑 +𝑹𝟒 )
o Bila syarat setimbang tidak dipenuhi berarti : 𝐑 𝟏 𝐱𝐑 𝟑 ≠ 𝑹𝟐 𝐱𝑹𝟒 , maka resistor
jembatan ( R5 ) tidak dapat dihilangkan karena dilewati arus listrik pada sistem sambungan
tersebut. Untuk menghitung nilai hambatan pengganti ( RAB ) tetap memperhitungkan
keberadaan resistor ( R5 ), hal ini hanya dapat dilakukan dengan metode transformasi ( Δ )
↔ ( Y ) seperti pada topik diatas.
∆ 𝑹𝟏 , 𝑹𝟓 , 𝑹𝟒 →→ 𝐘 𝑹𝑨 , 𝑹𝑩 , 𝑹𝑪
x x x

R1 R2
RB
R5 RA
A transformasi A gabung B
B i RA B
R4 R3

y y y

Sunarta,Fisika,MIPA-UGM,2014
Page 4
o Akhirnya menjadi model sambungan :
x x x

R1 R2 R2
RB
RA
A R5 B B
A
B B RA B
R4 R3 R3

y y y

𝑹𝑨𝑩 = 𝑹𝑨 + 𝑹𝑩 + 𝑹𝟐 ∕∕ 𝑹𝑨 + 𝑹𝟑
o SILAHKAN DICOBA UNTUK TRANSFORMASI SEBALIKNYA YAITU :

𝐘 𝑹𝟒 , 𝑹𝟓 , 𝑹𝟑 →→ ∆ 𝑹𝑲 , 𝑹𝑳 , 𝑹𝑴
AKAN DIPEROLEH HASIL AKHIR DARI ( RAB ) YANG BERNILAI SAMA BESAR ! !

6. Sambungan “KOMPLEKS” ( Serial; Paralel; S-P; Jembatan; Transformasi )


Gambar sambungan 7- resistor ini menjadi sambungan yang cukup kompleks ketika kita mencari
resistor pengganti : ( RAD ) ; ( RAE ); ( RBD ) ; atau ( RBE ), KARENA SEBENARNYA RANGKAIAN INI
MERUPAKAN RANGKAIAN “JEMBATAN” DENGAN RESISTOR ( R7 ) SEBAGAI JEMBATANNYA.
C C
B B
R1+R2 R3 R1+R2 R3+R4

A R7 D A R7 E
R2 R3 B B
B C D
B R6 R4+R5 B R6 R5

F F
R1 R7 R4 menjadi
R4 BC C
i
R6 R5 B B
R2 R3 R2 R3+R4
A F E
B R7 D B R7 E
Sunarta B B
2014 B R1 + R6 R4+R5 B R +R R5
1 6

F F
B menggunakan analisa jembatan dengan
Selanjutnya untuk masing-masing dikerjakan dengan
memperhatikan apakah terpenuhi setimbang atau tidak setimbang, tentunya bergantung dari nilai
komponen hambatan yang terpasang.

Sunarta,Fisika,MIPA-UGM,2014
Page 5
Syarat setimbang untuk masing-masing model :

Kasus Syarat setimbang Keterangan

( RAD ) 𝑹𝟏 + 𝑹𝟐 𝑹𝟒 + 𝑹𝟓 = 𝑹𝟑 𝑹𝟔 Bila dipenuhi setimbang,


𝑹𝑨𝑫 = 𝑹𝟏 + 𝑹𝟐 + 𝑹𝟑 ∕∕ 𝑹𝟒 + 𝑹𝟓 + 𝑹𝟔
( RAE ) 𝑹𝟓 𝑹𝟏 + 𝑹𝟐 = 𝑹𝟔 𝑹𝟑 + 𝑹𝟒 Bila dipenuhi setimbang,
𝑹𝑨𝑬 = 𝑹𝟏 + 𝑹𝟐 + 𝑹𝟑 +𝑹𝟒 ∕∕ 𝑹𝟓 + 𝑹𝟔
( RBD ) 𝑹𝟐 𝑹𝟒 + 𝑹𝟓 = 𝑹𝟑 𝑹𝟏 + 𝑹𝟔 Bila dipenuhi setimbang,
𝑹𝑩𝑫 = 𝑹𝟐 + 𝑹𝟑 ∕∕ 𝑹𝟒 + 𝑹𝟓 + 𝑹𝟏 + 𝑹𝟔
( RBE ) 𝑹𝟐 𝑹𝟓 = 𝑹𝟏 + 𝑹𝟔 𝑹𝟑 + 𝑹𝟒 Bila dipenuhi setimbang,
𝑹𝑩𝑬 = 𝑹𝟐 + 𝑹𝟑 +𝑹𝟒 ∕∕ 𝑹𝟓 + 𝑹𝟔 +𝑹𝟏

 PERHATIKAN MODEL UNTAI BERIKUT : PIKIRKAN UNTUK MENGHITUNG NILAI HAMBATAN


PENGGANTI DARI UJUNG SATU KE UJUNG LAINNYA PADA STUKTUR KUBUS BERIKUT DENGAN
NILAI MASING-MASING RESISTOR ( R ).

F G F G F G

E H E H E H

B C B C B C

A D A D A D

B. HUKUM-HUKUM ANALISA UNTAI LISTRIK ( DC )

Beberapa kaidah di dalam untai kelistrikan yang melibatkan besaran arus listrik ( i ), hambatan
listrik ( R ) dan beda potensial / tegangan listrik ( V ) telah dirumuskan dalam aturan hukum “Ohm”,
“Kirchof” , “Maxwel” dan lainnya. Adapun prinsip dari masing-masing hukum tersebut sebagai berikut.

 HUKUM OHM
“Bila suatu konduktor dilewati arus listrik, maka diantara ujung konduktor tersebut akan terjadi
beda potensial / tegangan listrik yang nilainya sebanding dengan arus dan hambatan koduktor
tersebut”.

i R i
a b 𝑽𝒂𝒃 = 𝒊 𝑹
𝑽𝒂𝒃 = 𝑽𝒂 − 𝑽𝒃
𝑽𝒃𝒂 = 𝑽𝒃 − 𝑽𝒂 = −𝒊 𝑹

Vab = beda potensial ( tegangan ) antara Va dan Vb ( unit : Volt )


i = arus listrik ( unit : Ampere )

Sunarta,Fisika,MIPA-UGM,2014
Page 6
R = hambatan konduktor ( unit : Ohm )

( - ) = menunjukkan bahwa arah jalur untai ( b-a ), hal ini berlawanan dengan arah arus ( i ) pada
untai listrik tersebut.
i R1 i R2 i R3

a b c d

𝑽𝒂𝒅 = 𝑽𝒂𝒃 + 𝑽𝒃𝒄 + 𝑽𝒄𝒅

𝑽𝒂𝒅 = 𝒊 𝑹𝟏 + 𝒊 𝑹𝟐 + 𝒊 𝑹𝟑
 HUKUM KIRCHOF
Hukum ini mengatur pembagian arus listrik di titik cabang ( terminal ) yang berlaku
bahwa jumlah arus yang masuk pada titik percabangan sama dengan jumlah arus yang keluar
dari titik cabang tersebut.
𝒎𝒂𝒔𝒖𝒌(𝒊𝒎 ) = 𝒌𝒆𝒍𝒖𝒂𝒓(𝒊𝒌 )

i1 R1 i1 A i2 R2 i2 R3

i3 i4 B
R4 R5
R6 i3 R7 i4 R8

i7 i7 C i5 i5 D i6 i6

Terminal A : berlaku 𝒊𝟏 + 𝒊𝟑 = 𝒊𝟐 + 𝒊𝟒
Terminal B ; bukan merupakan titik cabang, sehingga arus ( i2 ) yang lewat ( R2 ) tetap lewat
pada hambatan ( R3 ).

Terminal C : berlaku 𝒊𝟕 = 𝒊𝟑 + 𝒊𝟓
Terminal D : berlaku 𝒊𝟒 + 𝒊𝟓 = 𝒊𝟔
B C
PIKIRKAN ILUSTRASI ARUS PADA KUBUS TERSEBUT !!?
A D ARUS YANG MANA MASUK KE TERMINAL ( A; B; C; D; E;
F; G; H ) DAN ARUS YANG MANA KELUAR DARI
TERMINAL TERSEBUT ?
F G

E H
( arus listrik )

Sunarta,Fisika,MIPA-UGM,2014
Page 7
 SUMBER TEGANGAN “DC” ( battery ; acuu; dan sejenisnya )

Sumber tegangan merupakan piranti listrik yang akan mengeluarkan arus listrik, secara
teori piranti ini mempunyai hambatan dalam ( rd ). Bila sumber masih baik, nilai hambatan
dalam sangat kecil dan akan berangsur berubah (membesar) ketika arus listrik dialirkan.
Hambatan dalam battery menjadi sangat besar ketika “power”nya sudah melemah dan tidak
mampu mengeluarkan arus lagi.

+ - rd V = tegangan sumber
V rd = hambatan dalam sumber

Simbol sumber tegangan ideal ( rd = 0 ) adalah (seperti gambar ) berikut :


garis panjang ( + ), pendek ( - ) + _
V = simbol tegangan listrik A B
V
𝑽𝑨𝑩 = +𝑽 , 𝒔𝒆𝒅𝒂𝒏𝒈 𝑽𝑩𝑨 = −𝑽

o Sumber tegangan dalam rangkaian listrik :

A R1 i V i R2 B

𝑽𝑨𝑩 = 𝒊 𝑹𝟏 + 𝑽 + 𝒊 𝑹𝟐
𝑽𝒃𝒂 = − 𝒊 𝑹𝟐 + 𝑽 − 𝒊 𝑹𝟏

 UNTAI TERTUTUP (LOOP) dan UNTAI TERBUKA

Untai tertutup yang sering disebut sebagai “loop” merupakan jalur pada rangkaian listrik
yang menelusuri dari titik asal kembali ke titik asal lagi, misalnya :
Jalur ( A-B-C-D-E-F-A ); jalur ( A-B-C-F-A ); dan jalur ( C-D-E-F-C ).
Persamaan dari masing-masing loop tersebut :
B R2 i1 C R3 i2 D
o Loop ( A-B-C-F-A ) :
𝒊𝟏 𝑹𝟏 + 𝒊𝟏 𝑹𝟐 + 𝒊𝟑 𝑹𝟔 − 𝑽 = 𝟎 i1

R1 R6 R4
o Loop ( C-D-E-F-C ) : i3
𝒊𝟐 𝑹𝟑 + 𝒊𝟐 𝑹𝟒 + 𝒊𝟐 𝑹𝟓 − 𝒊𝟑 𝑹𝟔 = 𝟎
A i1 V i1 F i2 R5 E
o Loop ( A-B-C-D-E-F-A ) :
𝒊𝟏 𝑹𝟏 + 𝒊𝟏 𝑹𝟐 + 𝒊𝟐 𝑹𝟑 + 𝒊𝟐 𝑹𝟒 + 𝒊𝟐 𝑹𝟓 − 𝑽 = 𝟎

Sunarta,Fisika,MIPA-UGM,2014
Page 8
Untai terbuka : Merupakan jalur pada rangkaian dari titik asal berakhir pada titik
lainnya, misalkan jalur ( A-B ); jalur ( A-C ); jalur ( C- F ); jalur ( F- D ), dsb. Hal ini akan
menghasilkan nilai beda potensial dari antara terminal satu dengan lainnya.

o Untai terbuka ( A-B ) :


 Jalur singkat ( A-B ) : 𝑽𝑨𝑩 = 𝒊𝟏 𝑹𝟏
 Jalur menengah ( A-F-C-B ) : 𝑽𝑨𝑩 = 𝑽 − 𝒊𝟑 𝑹𝟔 − 𝒊𝟏 𝑹𝟐
 Jalur panjang ( A-F-E-D-C-B ) : 𝑽𝑨𝑩 = 𝑽 − 𝒊𝟐 𝑹𝟓 − 𝒊𝟐 𝑹𝟒 − 𝒊𝟐 𝑹𝟑 − 𝒊𝟏 𝑹𝟐
o Untai terbuka ( C-F ) :
 Jalur kiri ( C-B-A-F ) : 𝑽𝑪𝑭 = −𝒊𝟏 𝑹𝟐 − 𝒊𝟏 𝑹𝟏 + 𝑽
 Jalur tengah ( C-F ) : 𝑽𝑪𝑭 = 𝒊𝟑 𝑹𝟔
 Jalur kanan ( C-D-E-F ) : 𝑽𝑪𝑭 = 𝒊𝟐 𝑹𝟑 + 𝒊𝟐 𝑹𝟒 + 𝒊𝟐 𝑹𝟓
o Dan seterusnya silahkan dicoba … !!

 HUKUM MAXWELL ( untai mata-jala )

Pada bagian ini merupakan analisa yang cukup kompleks, karena di dalam rangkaian terdapat
lebih dari satu sumber tegangan sehingga cukup kesulitan menentukan arah arus riil di dalam
rangkaian listrik model ini. Oleh maxwell disusun cara menyelesaikan masalah ini, yaitu dibuatlah
“loop khayal” pada setiap untai tertutup yang sering dinamakan sebagai “loop mata-jala”.

Mata-jala ( rajut ) merupakan piranti untuk menangkap ikan bagi para nelayan, atau piranti
penghalang “shutle cook” pada net-badminton. ( perhatikan ilustrasi gambar berikut )

1 2 1 2 1 2
3 3 4

2-mata jala 3-mata jala 4-mata jala


o Prosedur Analisa :
1. Ditentukan loop mata-jala arah sembarang ( putar kanan atau putar kiri ), beri
identitas arus loop tersebut sesuai dengan identitas loop.
2. Diturunkan persamaan untuk masing-masing loop ( aturan sesuai dengan hukum
ohm maupun kirchoff ).
3. Selesaikan persamaan simultan yang ada, untuk memperoleh nilai arus ( i ) pada
masing-masing loop.
4. Bila terdapat nilai arus negatif, hal ini menunjukkan bahwa arah sesungguhnya ( riil )
harus dibalik, tetapi bila nilai arus positif berarti arahnya sudah sesuai rialitas untai.
5. Selesaikan nilai arus pada “jalur tengah” pada contoh untai :
 Arus yang lewat ( R5 ), pada untai 2-mata jala
 Arus yang lewat ( R6 , R7 , dan R8 ), pada untai 3-mata jala

Sunarta,Fisika,MIPA-UGM,2014
Page 9

Bila arah arus pada jalur tengah searah, maka arus totalnya
dijumlahkan, sedangkan bila arahnya berlawanan arah maka arus
totalnya merupakan selisih kedua arus tersebut.
6. Selesai analisa, cek apakah analitik sudah benar dan terpenuhi pembagian arus pada
titik percabangan yang ada. ( ikuti contoh berikut ! )

o ANALISA UNTAI 2-MATA JALA :


B R2 C R3 D
Loop-I : 𝒊𝟏 𝑹𝟏 + 𝒊𝟏 𝑹𝟐 + 𝒊𝟏 𝑹𝟓 − 𝑽𝟏 − 𝒊𝟐 𝑹𝟓 = 𝟎

Loop-II : 𝒊𝟐 𝑹𝟒 + 𝒊𝟐 𝑹𝟓 + 𝒊𝟐 𝑹𝟑 + 𝑽𝟐 − 𝒊𝟏 𝑹𝟓 = 𝟎 Loop-I Loop-II


R1 R5 V2
Misalkan :nilai (R1=R2 = R3 = R4 = R5 = 2 Ω), V1 = 1 Volt, dan V2 = 2 Volt. i1 i2

(1) : 𝟔𝒊𝟏 − 𝟏 − 𝟐𝒊𝟐 = 𝟎 A V1 F R4 E


(2) : 𝟔𝒊𝟐 + 𝟐 − 𝟐𝒊𝟏 = 𝟎 ( 2-MATA JALA )

𝟏 𝟓
Diperoleh hasil penyelesaianya adalah : 𝒊𝟏 = 𝑨, 𝒅𝒂𝒏 𝒊𝟐 = − 𝑨 (𝒏𝒆𝒈𝒂𝒕𝒊𝒇)
𝟏𝟔 𝟏𝟔

Nilai ( i1 ) positif berarti arah sudah sesuai dengan riil untai , sedangkan ( i2 ) negatif berarti arahnya
dibalik dan untai menjadi sbb :
B R2 C R3 D B i1 R2 C R3 D

Loop-I Loop-II
R1 R5 V2 menjadi R1 R5 V2
i1 i2 i1+i2 i2

A V1 F R4 E A i1 V1 F i2 R4 E
( 2-MATA JALA ) ( 2-MATA JALA )
𝟏 𝟓 𝟔
𝒌𝒆𝒔𝒊𝒎𝒑𝒖𝒍𝒂𝒏 ∶ 𝒊𝟏 = 𝑨; 𝒊𝟐 = 𝑨; 𝒅𝒂𝒏 𝒂𝒓𝒖𝒔 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒍𝒆𝒘𝒂𝒕 𝑹𝟓 𝒂𝒅𝒂𝒍𝒂𝒉 𝑨
𝟏𝟔 𝟏𝟔 𝟏𝟔

o ANALISA UNTAI 3-MATA JALA : E v2 F R4 G

Loop-I : 𝒊𝟏 𝑹𝟏 + 𝑹𝟐 + 𝑹𝟔 + 𝑹𝟖 + 𝑹𝟓 − 𝑽𝟏 − 𝒊𝟐 𝑹𝟔 − 𝒊𝟑 𝑹𝟖 = 𝟎
R3 Loop-II R7 Loop-III V3
Loop-II : 𝒊𝟐 𝑹𝟔 + 𝑹𝟑 + 𝑹𝟕 + 𝑽𝟐 − 𝒊𝟏 𝑹𝟔 − 𝒊𝟑 𝑹𝟕 = 𝟎
i2 i3
Loop-III : 𝒊𝟑 𝑹𝟖 + 𝑹𝟕 + 𝑹𝟒 − 𝑽𝟑 − 𝒊𝟏 𝑹𝟖 − 𝒊𝟐 𝑹𝟕 = 𝟎 D H
R6 I R8
Misal : nilai masing-masing resistor R = 2 Ω , V1 = 1 Volt,
R2 Loop-I R5
V2 = 2 Volt, dan V3 = 3 volt; persamaan loop menjadi : i1

C R1 B V1 A
( 3-MATA JALA )
Page Sunarta,Fisika,MIPA-UGM,2014
10
( 1 ) : 10𝑖1 − 1 − 2𝑖2 − 2𝑖3 = 0

( 2 ) : 6𝑖2 + 2 − 2𝑖1 − 2𝑖3 = 0

( 3 ) : 6𝑖3 − 3 − 2𝑖1 − 2𝑖2 = 0

Penyelesaian ketiga persamaan simultan tersebut dengan cara eliminasi dan subtitusi untuk
mendapatkan nilai masing-masing arus. Diperoleh hasil akhir sebagai :

 Persamaan ( 1 ) dikurangkan dengan persamaan ( 2 ) diperoleh persamaan sbb :

( 4 ) : 12𝑖1 − 8𝑖2 − 3 = 0

 Persamaan ( 2 ) dikalikan dengan tiga(3), kemudian dijumlahkan dengan persamaan ( 3 )


diperoleh persamaan sbb :

( 5 ) : 16𝑖2 − 8𝑖1 + 3 = 0

 Persamaan ( 4 ) dikalikan dua(2), kemudian dijumlahkan dengan persamaan ( 5 ), diperoleh :


𝟑
16 𝑖1 − 3 = 0, dan diperoleh 𝒊𝟏 = 𝟏𝟔 𝑨 , selanjutnya disubtitusikan ke persamaan ( 5 )
𝟑
diperoleh nilai arus 𝒊𝟐 = − 𝟑𝟐 𝑨 (𝒏𝒆𝒈𝒂𝒕𝒊𝒇) , selanjutnya di subtitusi ke persamaan ( 3 )
𝟏𝟕
diperoleh nilai 𝒊𝟑 = 𝟑𝟐 𝑨.

Akhirnya untai listrik menjadi sbb :

E v2 F R4 G E v2 i2 F i3 R4 G

i2
R3 Loop-II i2 R7 Loop-III V3 R3 R7 V3

i3 (i2+i3) i3
D H D H
R6 I R8 R6 (i1+i2) I (i3-i1) R8 i1
R2 R5
R2 Loop-I R5
i1 i1

C R1 B V1 A F C i1 R1 B V1 i1 A
( 3-MATA JALA ) ( 3-MATA JALA )

i2 i3

i2 i3
D H
i1 I i1
Arus pada titik-I

Page Sunarta,Fisika,MIPA-UGM,2014
11
 Kesimpulan :
𝟔 𝟔 𝟏𝟕
 Arus 𝒊𝟏 = 𝑨 ; 𝒊𝟐 = 𝑨 ; 𝒅𝒂𝒏 𝒊𝟑 = 𝑨
𝟑𝟐 𝟑𝟐 𝟑𝟐
𝟑
 Arus yang lewat R6 adalah : 𝒊𝟏 + 𝒊𝟐 = 𝑨
𝟑𝟐
𝟐𝟎
 Arus yang lewat R7 adalah : 𝒊𝟐 + 𝒊𝟑 = 𝑨
𝟑𝟐
𝟏𝟏
 Arus yang lewat R8 adalah : 𝒊𝟑 − 𝒊𝟏 = 𝑨
𝟑𝟐
 Analisa benar apabila dipenuhi semua hukum analisa untai listrik seperti Hukum Ohm, Kirchoff,
misalkan pada setiap titik cabang telah dipenuhi : 𝑀 𝑁
𝑚𝑎𝑠𝑢𝑘 𝑖𝑀 = 𝑘𝑒𝑙𝑢𝑎𝑟 𝑖𝑁

SILAHKAN CEK DI TERMINAL : D; F; H; dan I pada rangkaian terakhir ( hasil analisa ), ternyata
semua COCOK ( memenuhi hukum pembagian arus )

Silahkan cek; keberlakukan hukum terbuka misal ; nilai beda potensial VDH = ? lewat berbagai
jalur yang ada pada untai tersebut. ( SILAHKAN CEK… ! hasilnya 𝑉𝐷𝐻 = ⋯ … … 𝑉𝑜𝑙𝑡.

Page Sunarta,Fisika,MIPA-UGM,2014
12

Anda mungkin juga menyukai