Anda di halaman 1dari 12

SURFACE GATHERING SYSTEM

Dosen : Ir. Anas Puji Santoso, MT.

Instalasi produksi migas aliran dari beberapa sumur akan digabungkan ke sebuah pusat
prosesing atau atau ke suatu sistim pemipaan. Dua type sistim pemipaan diberikan oleh szilas
gambar 14 dan 15, jika laju alir sebuah sumur dikontrol oleh laju kritis melalui choke maka
interaksi antar sumur kecil terjadi tetapi bila alirannya sub critis tekanan down stream dapat
dipengaruhi oleh kinerja sumur dan aliran melalui jaringan pipa harus ditreat sebagai sebuah
system.

Jika masing – masing individual flow line dari sumuran dikumpulkan dalam suatu titik
fig 15 , tekanan pada titik tsb dalam sama untuk seluruh tekanan flow line . pada production
oil system biasanya titik tsb adalah separator . tekanan alir ditubing sebagai sebuah individual
well ke i bila dihubungkan dengan separator pressure dapat dinyatakan

Ptfi = Psep +∆PLI +∆PCi + ∆Pfi

Dimana :

Ptfi = tekanan alir dikepala tubing

Psep = tekanan kerja separator

∆PLI = kehilangan tekanan dipipa alir

∆PCi = kehilangan tekanan di choke / bean

∆Pfi = Kehilangan tekanan karena fitting

Dalam gathering system dimana tiap sumur di sambungkan ke pipe line / flow line
maka laju alir / laju yang mengalir di pipe line tersebut adalah jumlah rate dari sumur sumur
sebelumnya ( gambar 15 ) dan tiap sumur mempunyai effect langsung terhadap sumur yang
lain untuk tipe ini individual well head pressure dapat dihitung dari tekanan separator dan
kehilangan tekanan dari upstream. Sehingga pengangkatan fluida dari masing – masing sumur
tergantung pada flowing tubing pressure , dalam hal ini IPR dan vertical lift performance sumur
dan surface gathering system harus dipertimbangkan untuk memprediksi kinerja dari system
tersebut
Gambar 14 . Gathering system Flow line pada beberapa pipeline

Gambar 15. Gathering system individual flow line dihubungkan ke satu pipe line

Header dan Manifold

Header merupakan suatu pipa yang berukuran cukup besar untuk menampung aliran
fluida produksi dari beberapa flow line yang kemudian dialirkan ke fasilitas pengolahan atau
pemisahan di lapangan.

Sesuai dengan fungsi dan tekanan alir dasar sumur, header diklasifikasikan menjadi :

 High-Pressure Production Header, merupakan header yang menampung aliran fluida sumur
bertekanan tinggi.
 Intermediate Pressure Production Header, merupakan header yang menampung aliran
fluida sumur bertekanan intermediate (sedang).
 Low Pressure Production Header, merupakan header yang menampung aliran fluida sumur
bertekanan rendah.
 Test Header, merupakan header yang dipergunakan untuk test produksi dari masing-
masing sumur.
 Blow-down Header yang digunakan untuk blowing down, yakni pembersihan flow line
setiap sumur terhadap endapan pasir, paraffin atau material lainnya yang merugikan.
Secara keseluruhan header mempunyai fungsi sebagai berikut :

1. Menampung fluida produksi dari beberapa gate valve pada suatu unit manifold dan
mengalirkannya ke separator.

2. Membantu terjadinya suatu proses pemisahan di dalam separator dengan jalan


menimbulkan kondisi aliran tertentu yang baik bagi proses pemisahan, yaitu meniadakan
kondisi turbulensi.

Manifold adalah kumpulan dari beberapa valve pada pertemuan atau cabang pipa alir
horizontal yang berasal dari sumur-sumur minyak atau gas. Di lapangan migas, manifold
dinamakan juga “haeder valve”. Fungsi dari manifold adalah untuk :

a. Mengendalikan aliran fluida produksi dari tiap sumur yang ada (satu manifold mampu
menampung hingga 20 sumur).
b. Memisahkan aliran dari berbagai grade yang ada.
c. Mengisolasi suatu bagian dari sistem jaringan flow line guna melakukan perawatan atau
perbaikan.
d. Memisahkan setiap sistem tanki penampung dengan mainless (jaringan utama).
e. Membagi mainless menjadi beberapa segmen (bagian).
f. Mengarahkan/membelokkan aliran fluida produksi dari setiap sumur ke test-line atau ke
main-header.
g. Mencegah terjadinya tekanan dari separator ke sumur.
Pada suatu lapangan migas, produksi dari masing-masing sumur perlu dikelompokkan
terlebih dahulu ke suatu tempat pemusatan. Dasar pengelompokan dari sumur-sumur
tersebut, adalah :

 Tekanan masing-masing sumur


 Kapasitas produksi dari masing-masing sumur
 Perbandingan gas dan minyak (GOR)
 Ada tidaknya material lain dari produksi sumur
 Sifat-sifat fisika dan kimia fluida produksi
Perhitungan Pada Header

Perhitungan yang utama dari header, meliputi perhitungan diameter dan kehilangan
tekanan pada header.

Perhitungan Diameter Header

Perencanaan diameter header berpengaruh terhadap hilang tekanan yang terjadi


antara manifold dengan separator, dimana hilang tekanan pada header harus diusahakan
serendah mungkin agar tekanan balik di kepala sumur sekecil mungkin. Perencanaan awal
diameter header dideteksi dengan persamaan :

Q  A.V

Q  1 4 d 2V ………………………………………… (3-74)

dimana :
Q = laju alir fluida di dalam header (=Σ tiap sumur)
d = diameter dalam header
V = kecepatan fluida dalam header

Kecepatan maksimum fluida di dalam header didekati dengan persamaan :


 Untuk fluida cairan :
48
V ………………………………………………… (3-75)
 1/ 3

 Untuk cairan yang bersifat korosi/erosive, maka :


48 24
V  ………………………………………… (3-76)
2   1/ 3
1/ 3

 Untuk fluida gas :

V  148,7KZT M 
1/ 2
………………………………………… (3-77)

 Untuk fluida gas yang bersifat korosif/erosive, maka :

V  148,7 2KZT M 
1/ 2
………………………………… (3-78)
dimana :
k = specific head ratio
Z = faktor kompressibilitas
T = Temperatur absolute, oR
M = Berat molekul
V = Kecepatan fluida dalam header, ft/sec

Untuk menghindari apakah diameter header cukup aman terhadap pengoperasiannya, dapat
diperiksa dengan persamaan berikut :
PD
t ………………………………………………… (3-79)
2S

dimana :
t = ketebalan pipa yang diijinkan, in
P = tekanan kerja pada header, psi
D = diameter luar header, in
S = tegangan pipa, tergantung bahan pipa

Tabel 3-1
Bahan dan Tegangan Pipa10)

Grade Tegangan, psi

Grade A, steel pipe 18.000

Grade B, steel pipe 21.000

Lap welded, steel pipe 1.800

Wrought-iron pipe 14.400

Penentuan Kehilangan Tekanan pada Header

Kehilangan tekanan (pressure loss) pada header dipengaruhi oleh diameter header,
panjang header, posisi header dan belokannya. Pada dasarnya kehilangan tekanan pada header
harus diusahakan serendah mungkin, dengan demikian energi di dalam sumur dapat dihemat.
Semakin kecil diameter dan semakin panjang header tersebut, semakin besar hilang
tekanannya yang terjadi.

Dari pengertian di atas, maka posisi header sedapat mungkin diusahakan datar. Namun
mungkin karena masalah ruang yang terbatas, misal pada platform, maka posisi header tidak
dapat horizontal seluruhnya, sehingga terdapat belokan yang miring atau tegak.

A. Kehilangan Tekanan untuk Posisi Header Horizontal.

Persamaan dasar kehilangan tekanan di dalam header untuk aliran dua fasa pada posisi
horizontal, adalah :

dP f m  m vm
 ………………………………………… (3-80)
dL 2 gc d

B. Kehilangan Tekanan untuk Posisi Header Vertikal

Persamaan dasar kehilangan tekanan di dalam header untuk aliran dua fasa pada posisi
header vertikal adalah :

f  v f  v
2
dP
 m  m m m  m m m , psi/ft ………… (3-81)
dhtotal 2 gc d g c dh

C. Kehilangan Tekanan untuk Posisi Header Miring

Persamaan dasar kehilangan tekanan di dalam header untuk aliran dua fasa pada posisi
header miring adalah :

 vm 2 
  
Pi f 2w  2g 
 m 
c 
 g g c  m sin   … (3-82)
Z total 2,965 x1011d 5  m Z

dimana :
L = panjang pipa horizontal, ft
Z = panjang kemiringan pipa, ft
fm = faktor gesekan fluida campuran
ρm = densitas fluida campuran, lbm/cuft
vm = kecepatan fluida campuran
w = laju alir massa, lbm/hari
d = diameter header
θ = sudut kemiringan pipa dari sumbu horizontal
g = percepatan gravitasi
gc = faktor konversi gravitasi

Pemecahan masalah karena adanya belokan dalam perhitungan kehilangan tekanan


didalam header adalah dengan mengkonversikan belokan tersebut ke dalam panjang pipa
ekivalent. Tabel 3.2. memberikan konversi tersebut. Sedangkan persamaan hilang tekanan
pada belokan karena friksi, adalah sebagai berikut :

 KW 2 
P   0,28 2  , psi ………………… (3-83)
 d H 

dimana :
(∆P)f = hilang tekanan pada belokan karena friksi, psi
K = koefisien resistensi (lihat Tabel 3.2)
W = laju alir massa, lbm/jam
dH = hydraulic diameter, in (ekivalen dengan diameter dalam pipa)
Tabel 3-2
Koefisien Resistensi Elbow, Tees dan Bends10)

(Resistance in equivalent size length, ft)

90o Elbows 90o Bends Tee

Comercia Short Long Flow Flow


l Pipe Radius Radius Through Through
R=5.0 R=10.0
Size, in R=1.0 R=1.50 Branch

1¼ 4.5 3 2.5 4 8 3

2 5.25 3.5 3 5 11 3.5

2¼ 6 4 3.5 6 13 4

3 7.5 5 4 7.5 16 5

4 10.5 7 5.5 10 20 7

6 15 10 8.5 15 30 10

8 21 14 11 20 40 14

10 24 16 14 25 50 16

12 32 21 16 30 60 21

14 33 22 19 33 65 22

16 39 26 21 38 75 26

18 44 29 24 42 86 29

20 48 32 27 50 100 32

24 57 38 32 60 120 38
Penentuan Posisi Header

Selain berfungsi sebagai penampung fluida produksi dari sejumlah sumur menuju ke
separator, header juga berfungsi membantu terjadinya pemisahan yang baik di dalam
separator. Dengan demikian, pertimbangan selanjutnya adalah merencanakan diameter
header dengan mengupayakan agar dapat terjadi separasi yang baik di dalam separator.

Agar terjadi pemisahan yang baik di salam separator secara gravity settling, maka faktor
utama adalah mengurangi terbentuknya aliran turbulensi. Untuk mengurangi kondisi ini, maka
kecepatan gas harus dikurangi pada saat memasuki separator. Anggapan ini didasarkan pada
faktor adanya penurunan kecepatan gas akan mengakibatkan energi butir cairan yang lebih
besar akan tetap mendorong dalam arah aliran, serta pengaruh akibat gaya berat, maka butir
cairan akan berada paling bawah. Sedangkan gas yang mempunyai densitas yang lebih ringan
berada di atas butir cairan, sehingga diharapkan akan lebih mudah mengikuti arah aliran cairan.
Dengan adanya volume cairan dan gas di dalam pipa secara terpisah, maka kondisi akan
berkaitan dengan masalah hold-up cairan dalam pipa.

Variable kecepatan aliran sering disebut sebagai superficial velocity yang didefinisikan
sebagai kecepatan suatu fasa jika mengalir melalui seluruh penampang pipa, dan persamaan
superficial untuk gas dan cairan adalah :

qG q1
VsG  dan Vsl 
A A

Sedangkan kecepatan gas dan cairan sesungguhnya adalah :

qG qG
VsGG  dan VLL 
H H

dimana HG dan HL adalah gas dan liquid hold-up

Berdasarkan persamaan kecepatan superficial gas dan cairan tersebut, maka secara
analitis dapat diketahui variable untuk menurunkan kecepatan gas yaitu diameter yang dapat
diubah-ubah. Kondisi ini berdasarkan pada prinsip mempertahankan harga laju produksi
konstan, seperti yang diharapkan dari suatu proses produksi. Dengan demikian harga laju
produksi tidak dapat diubah-ubah, jadi tetap dengan harga konstan pada suatu harga tertentu.
Sedangkan parameter yang lain adalah penampang pipa (A) yang mengandung parameter
diameter.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa apabila harga diameter (d) diperbesar,
maka harga kecepatan (v) akan mengecil. Sebagai konsekuensinya maka apabila diameter
header diperbesar, maka kecepatan aliran pada header akan lebih kecil dari kecepatan aliran
pada flow line.

Berdasarkan analisa secara teoritis tersebut, maka diameter header dirancang lebih
besar dari diameter flow linenya. Akan tetapi akan timbul masalah mengenai seberapa besar
kecepatan aliran gas ini yang diperlukan agar separasi di dalam separator berjalan baik. Apabila
kecepatan aliran gas diketahui, maka penentuan diameter header dapat dilakukan.

Didalam membahas masalah penentuan sudut kemiringan header terhadap bidang


horizontal, digunakan metode Beggs and Brill mengenai aliran fluida di dalam pipa miring yang
memperhitungkan adanya slip dan pola aliran serta liquid hold-up dipengaruhi oleh kedudukan
pipa yang bersangkutan tehadap bidang horizontal.

Dengan melihat sudut kemiringan dari header, 50o dipilih sebagai sudut kemiringan dari
header yang sesuai dengan maksud untuk mendapatkan harga liquid hold-up yang maksimum.
Dengan harga liquid hold-up yang maksimum (besar) ini akan mengakibatkan kecepatan
superficial gas menjadi kecil, dimana kondisi ini didasarkan pada faktor adanya penurunan
kecepatan gas yang mengakibatkan energi butir cairan yang lebih besar akan tetap mendorong
dalam arah aliran, serta pengaruh akibat adanya gaya berat, maka butir cairan akan berada
paling bawah.

Sedangkan gas yang mempunyai densitas yang lebih ringan berada di atas butiran
cairan, sehingga diharapkan akan lebih mudah mengikuti arah kondisi aliran apakah alirannya
laminer atau turbulen, dimana batasan aliran laminer pada NRe < 2000, sedangkan aliran
turbulen NRe > 3000, serta pada daerah transisi harga 2000 < NRe< 3000 dapat terjadi berbagai
kemungkinan aliran.
Perhitungan pada Manifold

Manifold terdiri dari valve-valve yang berfungsi untuk mengatur aliran fluida. Disamping
sistem pengaturan-pengaturan manifold, maka penentuan ukuran kapasitas valve adalah suatu
hal yang penting.

Untuk menentukan ukuran valve yang akan dipakai pada suatu rangkaian flow line,
manifold atau pada suatu sistem pengaliran cairan dapat dilakukan dengan menggunakan
hubungan antara aliran dan penurunan tekanan cairan yang melalui valve tersebut. Persamaan
yang dipakai dinyatakan dalam bentuk persamaan orifice untuk aliran fluida incompressible,
yaitu :

P
Q  Cv A ( CHOKE IMCOMPRESSIBLE SINGLE LIQUID FLOW )

dimana :
Q = laju aliran, bbl/hari
Cv = koefisien aliran
A = luas aliran (diameter), ft2
∆P = (Pupstream – Pdownstream), psi
ρ = densitas fluida, lb/cuft

single phase gas – flow ( compressible flow = gas)


Jika pressure ratio ≥ critical pressure ratio

Koefisien cairan (Cv) didefinisikan sebagai aliran air dalam gpm atau cuft/sec melalui
valve yang terbuka penuh dengan perbedaan tekanan 1 psi. Persamaan (3-86) diatas dapat
digunakan untuk memperkirakan koefisien aliran dan kapasitas valve untuk aliran zat cair.
Apabila fluida yang mengalir adalah gas, maka untuk menentukan ukuran valve dan
kapasitasnya menggunakan persamaan sebagai berikut :

V s g Ta
Cv 
1360  .2

atau :

1360Cv  .2


V
s gTa

dimana :
Cv = koefisien aliran

V = laju aliran gas pada kondisi standard, yaitu pada 14,7 psia dan temperature 60
o
F, cuft/jam
∆P = penurunan tekanan pada aliran maksimum, psi
P2 = tekanan outlet pada aliran maksimum, psi
Sg = specific gravity gas (SG air = 1)
Ta = temperatur absolute aliran, oR
Apabila outlet tidak berada dalam kondisi maksimum atau kurang dari setengah

tekanan inlet, maka term  2 dalam persamaan diatas dapat diperkirakan sebesar P1/2,

dimana P1 adalah tekanan inlet pada sistem valve tersebut.

Anda mungkin juga menyukai