Anda di halaman 1dari 6

3.5.

Perhitungan-Perhitungan dalam Pekerjaan Squeeze Cementing


3.5.1. Perhitungan Volume Bubur Semen
Untuk menentu kan volume bubur semen yang dibutuhkan lebih dulu
harus diketahui diameter dalam dari casing, diameter dalam dan luar dari
workstring (tubing, drill pipe), dan tinggi kolom semen yang diinginkan, serta
interval dan densitas perforasi yang ingin ditutup. Setelah data-data tersebut
diperoleh maka volume bubur semen dan jumlah sak semen yang dibutuhkan
dapat dicari dengan persamaan:
a. Volume bubur semen yang dibutuhkan untuk mengisi tinggi kolom semen
didalam casing:
Volume = L × V ....................................................................................(3-2)
Keterangan:
L = Panjang kolom casing yang akan disemen, ft
V = Kapasitas lubang, cuft/ft
b. Volume bubur semen yang masuk ke dalam perforasi (annulus):
Bit OD casing 2
Volume = × 𝑇𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖 𝑘𝑜𝑙𝑜𝑚 .................................(3-3)

1029 , 4
Keterangan:
Bit Size = Diameter lubang bor, in
ODcasing = Outside diameter casing, in
1029,4 = Konversi dalam satuan volume, bbl
c. Volume bubur semen yang masuk ke dalam perforasi (formasi):
Total hole ×cement slurry /hole
Volume = ...............................................
5,615
(3-4) Keterangan:
Total Hole = Interval Perforasi × Densitas Perforasi
5,615 = konversi satuan
d. Yield Semen (cuft/sack):
gal semen+ gal water + gal additive
𝑌ield Slurry = .....................................
7 , 48
(3-5)
e. Jumlah sak bubur semen (sack):
volume bubur semen x 5,615
Jumlah Sak Semen= .....................................
yield semen
(3-6)
3.5.2. Perhitungan Volume Aditif
Untuk menentukan volume aditif yang dibutuhkan dalam pembuatan
volume bubur semen yang diinginkan yaitu dengan menggunakan persamaan:
Va = Vu x Wc ........................................................................................ (3-7)
Keterangan:
Va = Volume aditif yang diperlukan untuk membuat slurry, gal.
Vu = Volume aditif yang diperlukan per sak semen, gal/sak.
Wc = Jumlah semen kering yang diperlukan, sak.
3.5.3. Perhitungan Tinggi Kolom Semen
Perhitungan tinggi balance kolom semen sangat penting dalam operasi
squeeze cementing mengingat berhasil tidaknya operasi ditentukan oleh puncak
kolom semen atau top of cement (TOC) yang terbentuk. Perkiraan tinggi kolom
semen juga berpengaruh dalam penentuan tekanan hidrostatis yang terjadi dan
mejadi acuan untuk penentuan tekanan pompa yang diterapkan. Perhitungan yang
dapat digunakan adalah sebagai berikut:
a. Perkiraan tinggi kolom semen ketika tubing tercelup:
volume slurry (cuft )
H (ft) =
kapasitas annulus(cuft ft )+kapasitas tubing(Cuftft )
........................ (3-8)
b. Perkiraan tinggi kolom semen ketika tubing diangkat:
volume slurry (cuft )
H (ft) = ..................................................... (3-9)
kapasitas casing(Cuftft )
3.5.4. Perhitungan Tekanan
Perhitungan tekanan merupakan salah satu perhitungan yang paling
penting dalam merencanakan pekerjaan squeeze cementing. Dalam perhitungan
tekanan ini dapat diketahui irregularitas yang mungkin terjadi selama pendorong
dan mungkin berpengaruh baik pada tekanan maksimun yang diharapkan dan
menjadi pertimbangan terakhir pada sebagian waktu operasi penyemenan selesai.
Tekanan-tekanan yang berhubungan dengan operasi penyemenan adalah:
a. Tekanan Hidrostatik (Ph)
Ph= 0,052 × densitas (ppg) × tinggi kolom (ft) ................................... (3-
10) Keterangan:
Ph = Tekanan Hidrostatis, psi.
ρs = Densitas fluida, lbs/gal.
h = Kedalaman, ft.
b. Tekanan Rekah Formasi (Prf)
Tekanan rekah yang ada pada dasar lubang dapat diketahui dengan
menggunakan beberapa metode, salah satunya diantaranya adalah dengan
menggunakan metode Eaton. Besarnya grradien tekanan rekah dapat
ditentukan dengan menggunakan persamaan :(Neal J. Adam, 1985, 102)
S P v P
Grf = ( - )( )+ ..................................................... (3-11)
D D 1−v D
Prf = Grf × D.................................................................................... (3-12)
Keterangan:
Grf = Gradien rekah formasi, psi/ft
S = Overburden stress, psi
v = Poisson ratio’s
P = Tekanan formasi, psi
D = Kedalaman, ft
Prf = Tekanan Rekah Formasi, psi
3.5.5. Perhitungan Tekanan Pompa
3.5.5.1. Maximum Allowable Surface Pressure (MASP)
Tekanan pemompaan yang digunakan untuk memompakan bubur semen
adalah tekanan dari pada tekanan rekah formasi, tekanan hidrostatis dan
kehilangan tekanan sirkulasi. Tekanan pemompaan ini sering juga disebut dengan
Maximum Allowable Surface Pressure (MASP). Tekanan pemompaan dapat
dihitung dengan persamaan:
MASP = (Grf × D) – Ph – SF .............................................................. (3-
13) Keterangan:
MASP = Tekanan pompa maksimum yang diizinkan, psi.
Grf = Gradien rekah formasi, psi/ft
D = Kedalaman, ft
Ph = Tekanan hidrostatik fluida, psi
SF = Safety factor, psi
3.5.5.2. Frictional Pressure Drop (∆Pf)
Setiap fluida yang mengalir dalam pipa akan kehilangan sebagian
energinya, yang terserap akibat hilang karena adanya gaya gesekan yang bekerja
pada fluida tersebut. Gaya gesekan pada fluida disebabkan oleh:
a. Gesekan internal karena viskositas fluida
b. Gesekan eksternal karena kekasaran pipa
Hilangnya energi ini disebut sebagai kehilangan tekanan (pressure drop atau
loss), dan dihitung berdasarkan perbedaan tekanan fluida tersebut diantara dua
titik di pipa. Kehilangan tekanan terjadi di sepanjang sistem sirkulasi. Kehilangan
tekanan terjadi pada:
a. Di dalam pipa termasuk drillpipe dan tubing
b. Annulus antara lubang sumur dan drillstring
Persamaan kehilangan tekanan dipengaruhi oleh faktor-faktor sebagai berikut:
a. Rheologi fluida
b. Tipe aliran (laminar atau turbulen)
c. Geometri lubang sumur dan pipa
Penentuan frictional pressure drop digunakan untuk menanggulangi
kehilangan tekanan yang terjadi saat dilakukan pemompaan untuk squeeze dengan
cara menambah tekanan pompa sebesar kehilangan tekanan yang diakibatkan oleh
frictional pressure drop. Berikut langkah-langkah perhitungan (∆Pf):
3.5.5.2.1. Kehilangan Tekanan Dalam Pipa dan Annulus
Menghitung kehilangan tekanan di dalam drillstring dan di annulus,
sebaiknya mempertimbangkan apakah aliran didalam pipa dan annulus tersebut
laminar atau turbulen, dan memperhatikan juga model rheologi yang dipilih,
apakah Newtonian atau non-Newtonian.
3.5.5.2.2. Penentuan Batasan Laminar atau Turbulen
Sebuah kriteria turbulensi, dengan kata lain titik di mana perubahan aliran
dari laminar menjadi turbulen, dibutuhkan baik untuk fluida non-Newtonian dan
fluida Newtonian. Penentuan apakah fluida laminar atau turbulen dapat
menggunakan persamaan kecepatan rata-rata dan perhitungan Nre (Reynold
Number). Pententuan jenis aliran pada fluida Newtonian menggunakan
persamaan-persamaan berikut :
 Persamaan kecepatan rata-rata fluida didalam pipa :
q
v = ........................................................................................ (3-
2,448 d 2
14) Keterangan :
v = Kecepatan rata-rata, ft/sec
q = Pumping rate, gpm
d = Diameter dalam pipa, in
 Untuk kecepatan rata-rata fluida di annulus :
q
 v= ..................................................................... (3-15)
2,448(Dh2−OD 2)
Dimana Dh dan OD adalah diameter dalam casing/open hole dan OD
adalah diameter luar pipa. Setelah menentukan kecepatan rata-rata fluida,
langkah berikutnya yaitu menghitung Nre atau bilangan Reynold untuk
menentukan jenis aliran fluida di dalam pipa.
 Persamaan Nre :
928 ρ v d
Nre = ........................................................................... (3-16)
μ
Keterangan :
Nre= Bilangan Reynold
 = Densitas fluida, lb/ft3
v = Kecepatan rata-rata, ft/sec
d = Diameter dalam pipa, in
 = Viskositas fluida, cp
Untuk menentukan pola aliran fluida adalah dengan mengikuti syarat
berikut :
1. Jika Nre < 2.100, maka aliran adalah laminar
2. Jika Nre > 2.100, maka aliran adalah turbulen
3.5.5.2.3.Aliran Turbulen Fluida di Pipa
Hilangnya tekanan yang terkait dengan aliran turbulen suatu fluida
dipengaruhi terutama oleh densitas dan viskositas. Persamaan untuk kehilangan
tekanan didalam pipa dengan fluida Newtonian dan aliran turbulen dituliskan
sebagai berikut:
ρ 0 ,75 v 1 , 75 μ 0 , 25
Pp = x L .....................................................................
1800 d 1 , 25
(3-17) Keterangan :
Pp = Kehilangan tekanan didalam pipa, psi
 = Densitas fluida, lb/ft3
v = Kecepatan rata-rata fluida, ft/sec
 = Viskositas fluida, cp
D = Diameter Pipa/Annulus, in
L = Panjang pipa, ft
3.5.5.2.4. Aliran Laminer Fluida di Pipa
Hilangnya tekanan yang terkait dengan aliran laminer suatu fluida
dipengaruhi terutama oleh densitas dan viskositas. Persamaan untuk kehilangan
tekanan didalam pipa dengan fluida Newtonian dan aliran laminer dituliskan
sebagai berikut:
16
ρ v2
Pp = Nre 𝑥 ................................................................................. (3-
25 ,8 d
19) Keterangan :
Pp = Kehilangan tekanan didalam pipa, psi
 = Densitas fluida, lb/ft3
v = Kecepatan rata-rata, ft/sec
Nre= Bilangan reynold
d = Diameter Pipa, in
L = Panjang pipa, ft

Anda mungkin juga menyukai