Anda di halaman 1dari 17

3.7.

TEORI PERHITUNGAN PERENCANAAN PEREKAHAN HIDRAULIK


Perhitungan untuk mendesain suatu pekerjaan perekahan hidraulik dalam
penelitian ini diambil dari buku The fracbook II design / data manual for Hydraulic
Fracturing. Perhitungan perencanaan perekahan hidraulik di bagi menjadi empat
bagian yaitu sebagai berikut :

3.7.1. TREATMENT CONDITION.


Data :
 Tubing ID, inch
 Casing ID, inch
 Treatment melalui tubing / casing.
 Interval perforasi target, ft
 Densitas perforasi, SPF
 Jumlah lubang perforasi
 Diameter perforasi, inch
 Laju injeksi fluida perekah, BPM
 Data rheology fluida perekah (K’ dan n’)

Perhitungan :
1. Kehilangan tekanan aliran sepanjang pipa
Dengan type fluida perekah, laju injeksi fluida perekah dan ukuran tubing
yang digunakan dalam pekerjaan perekahan hidraulik, maka dari Gambar 3.33
(contoh untuk fluida YF140HTD) dapat diperkirakan kehilangan tekanan aliran
sepanjang tubing, dimana dari grafik akan didapatkan kehilangan tekanan karena
friksi dalam tubing ( Psi/1000ft).
Sehingga kehilangan tekanan sepanjang tubing adalah :

Pf = Panjang tubing x ΔPf................................................................(3-100)


Keterangan :
Pf = Kehilangan tekanan aliran sepanjang tubing, Psi
ΔPf = Kehilangan tekanan aliran dalam setiap 1000 ft tubing, Psi/1000ft

Gambar 3.33
Kehilangan tekanan aliran untuk YF140HTD
(Bambang Tjondro, 1997)

2. Kehilangan Tekanan aliran pada Perforasi


Kehilangan tekanan aliran pada perforasi diperhitungkan hanya jika laju fluida
dalam lubang perforasi lebih besar dari 0,5 BPM/lubang perforasi (Q inj > 0,5
BPM/perforasi). Apabila laju fluida dalam lubang perforasi kurang dari 0,5
BPM/lubang perforasi, maka kehilangan tekanan pada perforasi diabaikan.
Kehilangan tekanan pada perforasi didekati dengan persamaan :

Ppf = 0,237 x ρ x ( Q / ( Cp x N x D2))...............................................(3-101)

Keterangan :
Ppf = Kehilangan tekanan pada perforasi, Psi
Cp = Koefisien discharge perforasi.
ρ = Densitas fluida perekah, lb/gal
N = Jumlah lubang perforasi.
D = Diameter lubang perforasi, inch

3. Tekanan Hidrostatik fluida perekah


Tekanan hidrostatik fluida perekah sepanjang kolom sumur dihitung dengan
terlebih dahulu mengetahui gradient hidrostatik fluida perekah yang diperkirakan
dengan persamaan :

Δ Ph = 43,3 x ( ρ / 8,33)......................................................................(3-102)

Sehingga tekanan hidrostatik fluida perekah :

Ph = 0,01 x Δ Ph x kedalaman perforasi...........................................(3-103)

Keterangan :
Δ Ph = Gradient hidrostatik fluida perekah, Psi/100 ft
ρ = Densitas fluida perekah, lb/gal
Ph = Tekanan hidrostatik fluida perekah, Psi
4. Tekanan perekahan dasar sumur (BHTP), Psi
Tekanan perekahan di dasar sumur didapatkan dengan mengalikan gradient
rekah batuan dengan kedalamannya, yaitu :

BHTP = gradient rekah batuan x kedalaman..........................................(3-104)

5. Tekanan perekahan di permukaan (Pw), Psi


Tekanan injeksi perekahan di permukaan merupakan penjumlahan tekanan
perekahan di dasar sumur dengan kehilangan tekanan tekanan sepanjang tubing dan
perforasi yang dikurangi dengan tekanan hidrostatik fluida perekah. Persamaannya
adalah :

Pw = BHTP + Pf +Ppf - Ph..................................................................(3-105)

6. Horse power pompa


Horse power / daya yang diperlukan untuk memompa fluida perekah tersebut
dihitung dengan persamaan :

HHP = 0,0245 x Q x Pw.......................................................................(3-106)

3.7.2. RESERVOIR CONDITIONS, FLUID PROPERTIES dan FRACTURE


GEOMETRY
Data :
 Tinggi rekahan asumsi (H)
 Tebal formasi target (HN)
 Permeabilitas formasi rata-rata (Ki)
 Porositas formasi rata-rata (Φ)
 Bottom hole treating pressure (BHTP)
 Static bottom hole pressure (BHP)
 Modulus young (E)
 Kompresibilitas fluida reservoir (C)
 Viskositas fluida reservoir (μf)
 Static bottom hole Temperatur (BHT)
 Closure stress pada proppant (CS)
 Jari-jari sumur (rw)
 Koefisien Fluid loss (Cw)
 Koefisien spurt loss (SP)
 Fluida perekah
 K’ slot
 n’ slot

Perhitungan :
1. Apparent viscosity fluida perekah (μa), cp :
Viskositas semu fluida perekah pada kondisi rekahan didekati dengan
persamaan :

μa = 47879 x K’ x (170)n’-1...............................................................(3-107)

2. Tekanan fluida pada permukaan batuan (ΔP), Psi


Tekanan fluida perekah pada permukaan batuan dihitung dengan mengurangi
tekanan rekah dengan tekanan dasar sumur dalam hal ini adalah tekanan reservoir.

ΔP = BHTP – BHP............................................................................(3-108)
3. Koefisien fluid loss yang dipengaruhi viskositas (Cv), ft/min0,5
Koefisien fluid loss yang dipengaruhi viskositas dihitung dengan persamaan :

Cv = 0,0015 x ((Ki x ΔP x Φ )/ μp )0,5...............................................(3-109)

Keterangan : jika fluida perekah :


 Water base gelled μp = 1,0 cp
 Oil base gelled μp = 2,0 cp

4. Koefisien fluid loss yang dipengaruhi compresibilitas (Cc), ft/min0.5


Koefisien fluid loss yang dipengaruhi compresibilitas dihitung dengan
persamaan :

Cc = 0,00118 x ΔP x ((Ki x Φ x C)/ μf )0,5........................................(3-110)

5. Koefisien fluid loss kombinasi Cv dan Cc (Cvc), ft/min0.5


Koefisien fluid loss kombinasi Cv dan Cc dihitung dengan terlebih dahulu
menghitung konstanta XX yaitu :

XX = (Cv2 + ( 4 x Cc2 ))0,5 / Cv..........................................................(3-111)

Sehingga :

Cvc = (2 x Cc) / (1 + XX)...................................................................(3-112)


6. Koeffisien fluid loss effektif (Ceff), ft/min0.5
Koeffisien fluid loss effektif didekati dengan persamaan :

Ceff = (smaller Cw atau Cvc ) x HN / H...............................................(3-113)

7. Menghitung konstanta A1, A2 dan A3 :


3
 a  Q 
 ..............................................................(3-
A1  8,28 x10  6 x x
E  HxC 2 
 eff 

114)

Cvc xH
A2  7,48 x .................................................................................(3-
SPxHN
115)

5,61xQ
A3 
Ceff xH ...........................................................................................(3-

116)

8. Waktu untuk pemompaan pad (Tpad), menit


Waktu yang dibutuhkan untuk pemompaan volume pad dihitung dengan
membagi volume pad dengan laju injeksinya, yaitu sebagai berikut :

Tpad = Volume Pad / (42 x Q)..............................................................(3-117)

9. Berat total Proppant yang diperlukan (PWT), pound


Berat total Proppant yang diperlukan dalam pekerjaan perekahan hidraulik
dihitung dengan :

PWT = PC x volume slurry...................................................................(3-118)


10. Total volume injeksi, gallon
Total volume injeksi dari treatment yang dilakukan dihitung dengan
menjumlah volume pad, volume fluida perekah dan volume proppant, yaitu sebagai
berikut :

Total volume injeksi = volume total fluida perekah + ( ABV x PWT )...........(3-119)

11. Total treatment time (TT), menit


Waktu yang dibutuhkan untuk pemompaan total volume dihitung dengan
membagi volume total dengan laju injeksinya, yaitu sebagai berikut :

TT = Total volume / ( 42 x Q)..........................................................(3-120)

12. Menghitung konstanta R :


R = A1 / Time..................................................................................(3-121)
13. Menghitung konstanta Z :
Z = A2 x (Time)0,5...........................................................................(3-122)
14. Menentukan konstanta X dan Y dengan Gambar 3.34.
12. Lebar rekahan di muka sumur (WW), inch
Lebar rekahan di muka sumur dari pekerjaan perekahan hidraulik oleh pad
maupun oleh keseluruhan volume injeksi dapat dihitung dengan persamaan :

WWpad = 12 x Ceff x ( Tpad)0,5 / Xpad.......................................................(3-123)

WWTT = 12 x Ceff x ( TT)0,5 / XTT.........................................................(3-124)

13. Panjang rekahan (L), ft


Panjang rekahan di muka sumur dari pekerjaan perekahan hidraulik oleh pad
maupun oleh keseluruhan volume injeksi dapat dihitung dengan persamaan :
Lpad = AL x Ypad x (Tpad)0,5...................................................................(3-125)

LTT = AL x YTT x (TT)0,5.....................................................................(3-126)

14. Effisiensi fluida perekah (EFF), %


Effisiensi fluida perekah, baik oleh pad maupun oleh keseluruhan volume
injeksi dihitung dengan persamaan :

EFF = ( 98 x H x L x WW ) / Volume fluida......................................(3-127)


EFFpad = ( 98 x H x Lpad x WWpad ) / volume pad...................................(3-128)
EFFTT = ( 98 x H x LTT x WWTT ) / volume total fluida perekah...........(3-129)

3.7.3. PRODUCTION INCREASE


Kualitas kinerja aliran fluida dari formasi produktif ke lubang subur dapat

dinyatakan dalam suatu indeks yang disebut sebagai indeks produktifitas (PI), yang

didefinisikan sebagai perbandingan antara laju produksi yang dihasilkan formasi

produktif pada drawdown yang merupakan beda tekanan dasar sumur saat kondisi

statis (Ps) dan saat terjadi aliran (Pwf). PI dapat berharga konstan atau tidak,

tergantung pada kondisi aliran yang terjadi. Secara kuantitatif dinyatakan dalam

grafik yang menghubungkan antara laju aliran dengan tekanan alir dasar sumur.

Ada beberapa metode untuk menghitung productivity index antara lain metode

Darcy, metode Prats,metode McGuire-Sikora, dan metode Cinco-Ley, Samaniego dan

Dominiquez.
1. Metode Darcy

Metode ini menggunakan persamaan Darcy untuk menghitung productivity

index. Dimana harus diketahui sifat fisik fluida reservoirnya seperti parameter

viskositas minyak, faktor volume formasi dan harga skin. Metoda Darcy adalah metoda

yang paling tepat digunakan untuk menghitung kenaikan kelipatan produksi setelah

dilakukan perekahan.

2. Metode Prats

Metode Prats adalah metode yang pertama kali digunakan dan sangat

sederhana. Kelemahan dari metode ini adalah bahwa semua keadaan dianggap ideal.

Metode Prats dijabarkan lewat persamaan :

.......................................................................(3-6)

Keterangan :

Xf = setengah panjang rekahan dua sayap, ft

re = Radius pengurasan, ft

rw = Radius wellbore, ft

Anggapan dalam persamaan Prats adalah :

 Keadaan steady state


 Di daerah silinder

 Fluida incompressible

 Konduktivitas rekahan tidak terbatas

 Tinggi rekahan sama dengan tinggi formasi

3. Metode McGuire-Sikora

McGuire-Sikora membuat analogi perekahan di lapangan dengan

menggunakan studi analog elektrik. Grafik ini adalah yang paling umum digunakan.

Asumsi yang digunakan adalah :

 Aliran pseudo-steady state

 Laju aliran konstan dengan tanpa aliran dari luar batas Re

 Daerah pengurasan segi empat sama sisi

 Aliran incompressible

 Lebar rekahan sama dengan lebar formasi

Berikut adalah langkah-langkah perhitungan produktivity index dengan

menggunakan metode McGuire-Sikora :

1. Menghitung absis (kordinat sumbu X pada grafik McGuire-Sikora) :

.............................................................(3-7)
Keterangan :

WKf = Konduktivitas rekahan, mD-ft

= Lebar rekahan x permeabilitas rekahan (proppant)

K = Permeabilitas formasi, mD

S = Spasi sumur, acre

2. Menghitung perbandingan panjang rekahan yang dapat memberikan

kontribusi pada peningkatan produktivitas formasi atau panjang rekahan terisi

proppant (Lf) dengan jari-jari pengurasan sumur (re).

3. Membaca harga Y (koordinat pada grafik McGuire-Sikora) dengan cara

memotongkan harga X dengan kurva (Lf/re).

4. Peningkatan productivity index dihitung dengan :

………..(3-8)

Parameter-parameter yang telah dicari menggunakan rumus yang telah

dijelaskan sebelumnya kemudian dimasukkan ke dalam grafik. Grafik McGuire-

Sikora dapat dilihat pada Gambar 3.10.


Gambar 3.10

Grafik McGuire-Sikora untuk Perbandingan Indeks Produktivitas

4. Metode Cinco-Ley, Samaniego dan Dominiquez

Metode ini adalah metode umum yang dipakai dalam penentuan konduktivitas

rekahan (fracture conductivity) serta untuk evaluasi dengan cepat mengenai berapa

perkiraan kelipatan kenaikan produktivitas (K2P) pada perekahan hidrolik. Asumsi

yang digunakan adalah :

Area pengurasan silindris

 Komplesi sumur cased hole

 Memperhitungkan permeabilitas dan konduktivitas serta panjang rekahan

Aliran fluida steady state

Dengan terbentuknya rekahan di dalam formasi yang terisi oleh proppant,

maka akan terbentuk media aliran fluida baru di formasi. Besar kecilnya kemampuan
aliran fluida di dalam rekahan atau yang disebut sebagai konduktivitas rekahan

(fracture conductivity), tergantung dari harga permeabilitas dan lebar rekahan yang

terbentuk.

Jari-jari sumur efektif, rw’ akan digunakan dalam evaluasi di sini. Semakin

besar jari-jari sumur maka semakin besar pula produktivitas sumur tersebut. Cinco-

Ley cs membuat grafik seperti ditunjukkan pada Gambar 3.11 Untuk itu

didefinisikan konduktivitas rekahan tanpa dimensi (dimensionless fracture

conductivity), Fcd adalah sebagai berikut :

.........................................................................(3-9)

Keterangan :

w = lebar rekahan setelah menutup (pada proppant), ft

Kf = permeabilitas rekahan (proppant), md

K = permeabilitas formasi, md

Xf = panjang rekahan satu sayap, ft

Persamaan (3-9) menunjukkan bahwa harga Fcd berbanding lurus dengan

harga konduktivitas rekahan, sehingga harga konduktivitas rekahan sangat

menentukan keberhasilan dari pelaksanaan perekahan. Umumnya harga WKf

diberikan bersama-sama, yang harganya biasanya sekitar 1000 md-ft sampai beberapa

ribu md-ft tergantung dari lebar rekahan, konduktivitas proppant setelah formasi

menutup dan kerusakan pada konduktivitas sendiri karena gel residu, embedment, dll,
sehingga biasanya kita mengambil harga dari perusahaan dikalikan 0.3 (akibat

kerusakan-kerusakan diatas).

Gambar 3.11

Grafik Hubungan antara rw’ dan Fcd

Untuk harga Fcd > 30, rw’ = 0.5 Xf dan rekahan akan berlaku seakan-akan tak

berhingga, serta dengan ini tak perlu menaikkan konduktivitas proppant-nya dengan

misalnya proppant yang lebih kuat. Tetapi bila Fcd < 0.5, rw’ = 0.28 WKf/K dan

panjang rekahan lalu tidak menjadi masalah (kecuali jika ada formation damage maka

rekahan harus lebih panjang yang bisa melewati zona damage tersebut).

Pada umumnya harga optimum Fcd = 2. Ini hanya dari segi aliran fluida

pseudo radial di formasi, bukan secara ekonomi perekahan dan bukan untuk aliran

keseluruhan di reservoir serta berlaku terutama untuk perekahan yang lebar dan
pendek. Untuk rekahan panjang dan sempit, Fcd = 1. Grafik pada Gambar 3.15

digunakan untuk mengevaluasi tingkat keberhasilan perekahan berdasarkan harga

skin semu (pseudo skin), yang ditunjukkan dalam persamaan

sebagai berikut :

.................................................................................…..(3-10)

Keterangan :

S = faktor skin

rw = jari-jari sumur, ft

rw’ = jari-jari sumur efektif, ft

Sedangkan kenaikan kelipatan produktivitas (K2P) dapat dinyatakan dalam

persamaan sebagai berikut :

.....................................................................….(3-11)

Data :
 Tinggi rekahan terisi proppant, ft
 Carry distance proppant, ft
 Tebal formasi target, ft
 Panjang rekahan satu sayap terisi proppant, ft
 Jari-jari pengurasan sumur, ft
 Jari-jari sumur, inch
 Permeabilitas formasi, mD
 Konduktivitas rekahan, mD-ft

Anda mungkin juga menyukai