Perhitungan :
1. Kehilangan tekanan aliran sepanjang pipa
Dengan type fluida perekah, laju injeksi fluida perekah dan ukuran tubing
yang digunakan dalam pekerjaan perekahan hidraulik, maka dari Gambar 3.33
(contoh untuk fluida YF140HTD) dapat diperkirakan kehilangan tekanan aliran
sepanjang tubing, dimana dari grafik akan didapatkan kehilangan tekanan karena
friksi dalam tubing ( Psi/1000ft).
Sehingga kehilangan tekanan sepanjang tubing adalah :
Gambar 3.33
Kehilangan tekanan aliran untuk YF140HTD
(Bambang Tjondro, 1997)
Keterangan :
Ppf = Kehilangan tekanan pada perforasi, Psi
Cp = Koefisien discharge perforasi.
ρ = Densitas fluida perekah, lb/gal
N = Jumlah lubang perforasi.
D = Diameter lubang perforasi, inch
Δ Ph = 43,3 x ( ρ / 8,33)......................................................................(3-102)
Keterangan :
Δ Ph = Gradient hidrostatik fluida perekah, Psi/100 ft
ρ = Densitas fluida perekah, lb/gal
Ph = Tekanan hidrostatik fluida perekah, Psi
4. Tekanan perekahan dasar sumur (BHTP), Psi
Tekanan perekahan di dasar sumur didapatkan dengan mengalikan gradient
rekah batuan dengan kedalamannya, yaitu :
Perhitungan :
1. Apparent viscosity fluida perekah (μa), cp :
Viskositas semu fluida perekah pada kondisi rekahan didekati dengan
persamaan :
μa = 47879 x K’ x (170)n’-1...............................................................(3-107)
ΔP = BHTP – BHP............................................................................(3-108)
3. Koefisien fluid loss yang dipengaruhi viskositas (Cv), ft/min0,5
Koefisien fluid loss yang dipengaruhi viskositas dihitung dengan persamaan :
Sehingga :
114)
Cvc xH
A2 7,48 x .................................................................................(3-
SPxHN
115)
5,61xQ
A3
Ceff xH ...........................................................................................(3-
116)
Total volume injeksi = volume total fluida perekah + ( ABV x PWT )...........(3-119)
dinyatakan dalam suatu indeks yang disebut sebagai indeks produktifitas (PI), yang
produktif pada drawdown yang merupakan beda tekanan dasar sumur saat kondisi
statis (Ps) dan saat terjadi aliran (Pwf). PI dapat berharga konstan atau tidak,
tergantung pada kondisi aliran yang terjadi. Secara kuantitatif dinyatakan dalam
grafik yang menghubungkan antara laju aliran dengan tekanan alir dasar sumur.
Ada beberapa metode untuk menghitung productivity index antara lain metode
Dominiquez.
1. Metode Darcy
index. Dimana harus diketahui sifat fisik fluida reservoirnya seperti parameter
viskositas minyak, faktor volume formasi dan harga skin. Metoda Darcy adalah metoda
yang paling tepat digunakan untuk menghitung kenaikan kelipatan produksi setelah
dilakukan perekahan.
2. Metode Prats
Metode Prats adalah metode yang pertama kali digunakan dan sangat
sederhana. Kelemahan dari metode ini adalah bahwa semua keadaan dianggap ideal.
.......................................................................(3-6)
Keterangan :
re = Radius pengurasan, ft
rw = Radius wellbore, ft
Fluida incompressible
3. Metode McGuire-Sikora
menggunakan studi analog elektrik. Grafik ini adalah yang paling umum digunakan.
Aliran incompressible
.............................................................(3-7)
Keterangan :
K = Permeabilitas formasi, mD
………..(3-8)
Metode ini adalah metode umum yang dipakai dalam penentuan konduktivitas
rekahan (fracture conductivity) serta untuk evaluasi dengan cepat mengenai berapa
maka akan terbentuk media aliran fluida baru di formasi. Besar kecilnya kemampuan
aliran fluida di dalam rekahan atau yang disebut sebagai konduktivitas rekahan
(fracture conductivity), tergantung dari harga permeabilitas dan lebar rekahan yang
terbentuk.
Jari-jari sumur efektif, rw’ akan digunakan dalam evaluasi di sini. Semakin
besar jari-jari sumur maka semakin besar pula produktivitas sumur tersebut. Cinco-
Ley cs membuat grafik seperti ditunjukkan pada Gambar 3.11 Untuk itu
.........................................................................(3-9)
Keterangan :
K = permeabilitas formasi, md
diberikan bersama-sama, yang harganya biasanya sekitar 1000 md-ft sampai beberapa
ribu md-ft tergantung dari lebar rekahan, konduktivitas proppant setelah formasi
menutup dan kerusakan pada konduktivitas sendiri karena gel residu, embedment, dll,
sehingga biasanya kita mengambil harga dari perusahaan dikalikan 0.3 (akibat
kerusakan-kerusakan diatas).
Gambar 3.11
Untuk harga Fcd > 30, rw’ = 0.5 Xf dan rekahan akan berlaku seakan-akan tak
berhingga, serta dengan ini tak perlu menaikkan konduktivitas proppant-nya dengan
misalnya proppant yang lebih kuat. Tetapi bila Fcd < 0.5, rw’ = 0.28 WKf/K dan
panjang rekahan lalu tidak menjadi masalah (kecuali jika ada formation damage maka
rekahan harus lebih panjang yang bisa melewati zona damage tersebut).
Pada umumnya harga optimum Fcd = 2. Ini hanya dari segi aliran fluida
pseudo radial di formasi, bukan secara ekonomi perekahan dan bukan untuk aliran
keseluruhan di reservoir serta berlaku terutama untuk perekahan yang lebar dan
pendek. Untuk rekahan panjang dan sempit, Fcd = 1. Grafik pada Gambar 3.15
sebagai berikut :
.................................................................................…..(3-10)
Keterangan :
S = faktor skin
rw = jari-jari sumur, ft
.....................................................................….(3-11)
Data :
Tinggi rekahan terisi proppant, ft
Carry distance proppant, ft
Tebal formasi target, ft
Panjang rekahan satu sayap terisi proppant, ft
Jari-jari pengurasan sumur, ft
Jari-jari sumur, inch
Permeabilitas formasi, mD
Konduktivitas rekahan, mD-ft