Anda di halaman 1dari 37

BAB IV

PERENCANAAN DAN EVALUASI PEREKAHAN HIDRAULIK FORMASI


TALANG AKAR SUMUR YEP-02

Bab IV ini akan membahas mengenai perencanaan dan evaluasi perekahan


hidraulik pada sumur YEP-02 di lapangan Jabung PT. PetroChina Internasional
Indonesia. Sumur tersebut memproduksikan minyak dan gas dari formasi Bekasap
lapisan Conglomeratic yaitu lapisan yang menjadi kandidat untuk dilakukan
perekahan hidraulik.
Keberhasilan pekerjaan perekahan hidraulik yang dilakukan pada suatu sumur
sangat dipengaruhi oleh perencanaan (desain) perekahan hidraulik yang dibuat
sebelum pekerjaan tersebut dieksekusi pada suatu sumur. Dalam perencanaan
perekahan hidraulik ini, penulis menggunakan perhitungan secara manual
berdasarkan The Fracbook II Design / Data Manual For Hydraulic Fracturing dari
salah satu service company sebagai perencanaan awal, kemudian setelah didapatkan
DataFRAC maka selanjutnya akan dilakukan desain ulang (redesain). Diharapkan
dengan dilakukannya perekahan hidraulik pada lapisan tersebut akan dapat
meningkatkan produktivitas sumur, dimana setelah pekerjaan perekahan hidraulik
tersebut dilakukan, untuk mengetahui keberhasilan atau kegagalan pekerjaan tersebut,
maka dilakukan evaluasi. Evaluasi perekahan hidraulik disini meliputi evaluasi
terhadap project dan evaluasi terhadap peningkatan produksi.

4.1. Perencanaan Perekahan Hidraulik Sumur YEP-02.


Sumur YEP-02 akan dilakukan perekahan hidraulik pada lapisan bekasap
conglomerat yang terletak pada kedalaman 5036.8 ft – 5073.8 ft , 5186 ft – 5206 ft
dengan ketebalan lapisan 100 ft. Lithologi lapisan tersebut disusun oleh batuan
conglomeratic dengan permeabilitas rata-rata 0.5872 mD dan porositas rata-rata 17
%.
4.1.1. Alasan Dilakukan Perekahan hidraulik.
Alasan dilakukannya perekahan hidraulik pada sumur YEP-02 adalah karena
keinginan untuk meningkatkan produksi minyak dan gas dari sumur tersebut, di
samping itu kecilnya harga permeabilitas batuan (0.5872 mD) juga menjadi
pertimbangan. Selain kedua hal tersebut, Cadangan sisa dari lapisan bekasap
conglomeratic yang masih berpotensi besar dan tekanan reservoir yang masih relatif
tinggi ( 1896 Psi) juga menjadi alasan yang kuat untuk memilih sumur tersebut
dilakukan perekahan hidraulik.

4.1.2. Preparasi Data Awal


Preparasi data awal dilakukan untuk menyiapkan semua data yang diperlukan
dalam suatu perencanaan perekahan hidraulik. Data tersebut adalah sebagai berikut :

4.1.1.1. Data lapangan :


Tabel IV-1
Data Lapangan Sumur YEP-02
DATA LAPANGAN
Sumur YEP-02
Lapangan Jabung
Tipe komplesi Cased hole
Bekasap
Lapisan conglomeratic

4.1.1.2. Data sumur


Profil sumur = Directional
Temperatur dasar sumur (BHT) = 235 oF
Treatment melalui =Tubing
Tabel IV-2
Data Tubing Sumur YEP-02
Tubing Data
OD Weight ID Depth
(in) (lb/ft) (in) (ft)
3,500 13,3 2,764 5126

Tabel IV-3
Data Casing Sumur YEP-02
Casing Data
OD Weight ID Depth
(in) (lb/ft) (in) (ft)
9.625 43.5 8.755 4146

Jari-jari sumur (rw) = 3,5 inch


= 0.851 ft
Jari-jari pengurasan (re) = 2460.75 ft
Mid perforasi = 5054 ft & 5196 ft

Tabel IV-4
Data Perforasi Sumur YEP-02
Top Top Bottom Bottom Shoot
MD TVD MD TVD Density Diameter
(ft) (ft)) (ft) (ft) (SPF)
5126 5054 5074 5206 5 0,400

4.1.1.3. Data Reservoir


Porositas = 17 %
Permeabilitas = 0.5872 mD
Temperatur reservoir = 235 oF
o
API minyak = 65
Compresibilitas fluida reservoir (C) = 0.00008 Psi-1
Lithologi batuan = conglomeratic
Ketebalan formasi target = 100 ft
Tekanan reservoir (Pr) = 1896 Psi
SG Gas = 1.28
μ = 1 cp

4.1.1.4. Data Formasi

Tabel IV-5
Data Mekanik Formasi Batuan

Rock Properties
Bottom Bottom Young’s Fracture
Zone Stress Gradient Stress Poisson’s
TVD MD Modulus Toughness
Name (psi/ft) (psi) Ratio
(ft) (ft) (psi) (psi-in1/2)
1 4952.4 5084.6 0.588 2911 3.34E+06 0.375 1000
2 4957.8 5090.0 0.614 3065 2.83+E06 0.396 1200
3 5017.8 5150.0 0.620 3142 2.50E+06 0.400 1100
4 5117.8 5250.0 0.628 3220 2.50E+06 0.406 1100

4.1.1.5. Data Produksi Sebelum Perekahan Hidraulik :


 Laju produksi gas (Qg) = 0.581 MMSCFD
 Well head pressure = 329.3 psig
 Choke = 24

4.1.3. Perencanaan Fluida Perekah


Lapisan B sand pada formasi Bekasap di sumur YEP-02 merupakan salah satu
lapisan produktif yang paling penting memproduksikan gas. Lapisan conglomerat
mempunyai tekanan reservoir sebesar 1896 Psi dengan temperatur 235 0F.
Pemilihan fluida perekah yang akan digunakan untuk pelaksanaan perekahan
hidraulik pada sumur Hybor#35 lapisan conglomerat dilakukan agar sesuai
(compatible) dengan formasi yang akan direkahkan. Fluida tersebut memiliki criteria
sebagai berikut :
1) Viscositas cukup besar, yaitu 100-1000 cp pada temperatur normal.
2) Filtrasi jangan sampai menutupi pori-pori batuan.
3) Bersifat stabil pada tekanan tinggi.
4) Tidak bereaksi dengan fluida reservoir, karena dapat menimbulkan endapan
yang dapat menyebabkan terjadinya kerusakan formasi (formation damage).
5) Viscositas cairan dapat berubah menjadi lebih kecil setelah terjadinya
perekahan, sehinggga mudah dikeluarkan dari dalam sumur.
6) Memiliki harga yang relatif murah.
7) Aman bagi personalia.
Fluida perekah yang cocok / sesuai dengan lapisan conglomerat sumur Yep-
02 adalah fluida Hybor#35. Fluida tersebut merupakan fluida yang berbahan dasar
air, hal ini didasari bahwa lapisan conglomerat. Fluida tersebut menggunakan J877
guar sebagai polymer. Additives yang ditambahkan pada fluida perekah tersebut
adalah 2% KCL water sebagai clay stabilizer dan friction reducer, cat-01 dan gel-sta
bactericides, Tb-41 sebagai crosslinker, losurf-259 sebagai non emulsifying agent dan
cl-22uc sebagai delaying agent. Berikut adalah data fluida perekah yang digunakan :
Komposisi fluida perekah :
Base fracturing fluid :
 D-air 2 = Defoamer
 Cat-1 = Bacteriacide
 Gel-sta = Gel stabilizer
 K-35 = Ph control agent
 losurf-259 = Non emulsifying agent
 Wg-11 = Gelling agent
Activator solutions :
 Tb-41 = crosslinker
 cl-22uc = Delaying agent
 J450 = High temperatur stabilizer
Breaker :
 Vicon Nf = Breaker
Properties fluida perekah :

PH = 4.5

Cw = 3,8 x 10-3 ft/min0,5

Sp = 0.5 gal/100ft2

K’ slot = 0.010713102 lbf-secn’/ft2

n’ slot = 0,522105822

SG =1

μa @ shear rate = 402.2 cp

4.1.4. Perencanaan Material Pengganjal (Proppant)


Proppant digunakan untuk mengganjal rekahan agar tetap terbuka setelah
perekahan hidraulik dilakukan, dimana dengan adanya proppant di dalam rekahan,
maka diharapkan akan didapatkan saluran konduktif untuk aliran fluida dari reservoir
menuju lubang sumur dengan permeabilitas tinggi. Kontras permeabilitas antara
rekahan dan formasi merupakan salah satu faktor yang menentukan kenaikan
produktivitas dari suatu proyek perekahan. Secara umum faktor yang mempengaruhi
pemilihan proppant adalah strength proppant untuk dapat menahan closure stress
formasi, ukuran proppant agar dapat memasuki lubang perforasi dan rekahan,
temperatur dasar sumur dan perkiraan kenaikan produktivitas apabila digunakan
proppant tersebut (permeabilitas proppant).
Terdapat dua pertimbangan untuk penggunaan proppant yang akan digunakan
pada pekerjaan perekahan hidraulik sumur S4S#33 ini, proppant tersebut adalah
ceramic proppant jenis low density yaitu Carbolite dengan ukuran 12/18 mesh dan
ceramic proppant jenis intermediate density yaitu Carboprop dengan ukuran 12/20
mesh yang spesifikasi proppantnya adalah sebagai berikut:

Tabel IV-7
Data Proppant Bauxlite dan Carbolite

Pack Permeability
Average Porosity
Proppant Name Specific gravity Diameter (in) (%) (md)
12/18 BAUXLITE 2,85 0,0531 46.13 110000
20/40 CARBOLITE 2,71 0,02874 38.96 570

Pemilihan proppant yang akan digunakan dalam pekerjaan perekahan


hidraulik sumur Hybor#35 didasarkan pada ukuran proppant yang sesuai dengan
ukuran lubang perforasi yaitu diameter perforasi minimal empat kali diameter rata-
rata proppant. Diameter lubang perforasi adalah 0,4 inch sedangkan diameter rata-rata
proppant Carbolite 20/40 mesh adalah 0,02874 inch dan diameter rata-rata proppant
Bauxlite 12/18 mesh adalah 0,0531 inch, dengan mengacu pada ukuran proppant dan
diameter lubang perforasi maka kedua proppant tersebut dapat digunakan, kriteria
pemilihan selanjutnya adalah strength / kekuatan proppant untuk menahan closure
pressure formasi sebesar 3115 Psi. Proppant Carbolite 20/40 mesh merupakan jenis
low density ceramic proppant yang mempunyai kemampuan untuk menahan closure
pressure sampai 6000 Psi, sedangkan proppant Bauxkite 12/18 mesh merupakan jenis
intermediate density ceramic proppant yang mempunyai kemampuan untuk menahan
closure pressure sampai 10.000 Psi. Berdasarkan strength proppant tersebut maka
kedua proppant dapat digunakan. Kriteria pemilihan selanjutnya didasarkan pada
perkiraan kenaikan produktivitas yang paling besar apabila digunakan proppant
tersebut, dimana hal ini dipengaruhi oleh permeabilitas proppant. perhitungan
peningkatan produktivitas setelah perekahan hidraulik dibahas pada sub bab
berikutnya. Berdasarkan perhitungan yang dilakukan, maka dari segi perkiraan
peningkatan produktivitas, maka proppant yang dipilih adalah proppant Bauxlite
12/18 mesh.

4.1.5. Perhitungan Perencanaan Perekahan Hidraulik Sumur Yep-02


Keberhasilan pekerjaan perekahan hidraulik sangat dipengaruhi oleh
perencanaan (desain) sebelum pekerjaan tersebut dilakukan / dieksekusi pada suatu
sumur. Dalam perencanaan pekerjaan perekahan hidraulik sumur Hybor#35 ini
terdapat dua kali perencanaan, yaitu perencanaan awal yang dilakukan dengan cara
perhitungan manual (belum dilakukan prediagnostic test), kemudian perencanaan
ulang (redesign) akan dilakukan dengan simulator setelah didapatkan DataFRAC dari
prediagnostic test.

4.1.5.1. Perhitungan Desain Awal / Manual


Perhitungan desain awal (manual) pekerjaan perekahan hidraulik sumur
S4S#33 dilakukan dengan mengasumsikan data perekahan setempat (DataFRAC) dari
sumur S4S#46 di sebelahnya yang baru saja dilakukan perekahan hidraulik.
DataFRAC tersebut adalah :
a. Gradient rekah = 0,70 Psi/ft
b. Closure Pressure = 3115 Psi
c. Koefisien leakoff = 3,8 x 10-3 ft / min0,5
d. Bottom hole ISIP = 3530 Psi
Perhitungan perencanaan perekahan hidraulik sumur Hybor#35 dilakukan
dengan menggunakan DataFRAC tersebut. Perhitungan perencanaan ini sendiri terdiri
dari empat bagian, yaitu perhitungan treatment condition, reservoir conditions - fluid
properties dan fracture geometri, transportasi proppant dan production increase.

A. Treatment Condition.
Data :
Tubing ID = 2.764 inch
Casing ID = 6.28 inch
Treatment melalui = Tubing
Interval perforasi target = 5126 – 5206 ft
Jumlah lubang perforasi = 50
Diameter perforasi = 0,4 inch
Laju injeksi fluida perekah = 18 BPM

Perhitungan :
1. Kehilangan tekanan aliran sepanjang pipa / tubing
Dengan type fluida Hybor#35, Qinj = 18 BPM dan ukuran tubing 2,764 inch.
Dari Gambar 3.22 dapat diperkirakan kehilangan tekanan sepanjang tubing.
Sehingga kehilangan tekanan sepanjang 5126 ft tubing adalah :

Pf = Frac String Friction (2% KCl @ 18 bpm)

= 2505 psi

2. Kehilangan Tekanan aliran pada Perforasi


Kehilangan tekanan aliran pada perforasi diperhitungkan hanya jika laju fluida
dalam lubang perforasi lebih besar dari 0,5 BPM/lubang perforasi (Q inj > 0,5
BPM/perforasi). Apabila laju fluida dalam lubang perforasi kurang dari 0,5
BPM/lubang perforasi, maka kehilangan tekanan pada perforasi diabaikan.
Kehilangan tekanan pada perforasi didekati dengan persamaan :
Ppf = 0,237 x ρ x ( Q / ( Cp x N x D2))

Keterangan :
Ppf = Kehilangan tekanan pada perforasi, Psi
Cp = Koefisien discharge perforasi.
ρ = Densitas fluida perekah (lb/gal)
N = Jumlah lubang perforasi.
D = Diameter lubang perforasi, inch

Q = 18 BPM, jumlah lubang perforasi = 50 maka laju alir fluida perekah


dalam setiap lubang perforasi = 18 / 50 = 0,36 BPM / Menit, maka friksi perforasi
diabaikan.

3. Tekanan Hidrostatik fluida perekah


Tekanan hidrostatik fluida perekah sepanjang kolom sumur dihitung dengan
terlebih dahulu mengetahui gradient hidrostatik fluida perekah yang diperkirakan
dengan persamaan :
Ph = Hydrostatic Pressure
= 0.05195 x 8.43 ppg x 5048.8 ft
= 2212 psi
4. Tekanan perekahan dasar sumur (BHTP)
Tekanan perekahan di dasar sumur didapatkan dengan mengalikan gradient
rekah batuan dengan kedalamannya.

BHTP = gradient rekah batuan x kedalaman


= 0,9 Psi/ft x 5048.8 ft
= 4544 Psi
5. Tekanan perekahan di permukaan (Pw)
Tekanan injeksi perekahan di permukaan merupakan penjumlahan tekanan
perekahan di dasar sumur dengan kehilangan tekanan tekanan sepanjang tubing dan
perforasi yang dikurangi dengan tekanan hidrostatik fluida perekah. Persamaannya
adalah :

Pw = Wellhead Pressure
= (BHTP – Ph) + Pf + Ppf
= (4544 – 2212) + 2505 + 1000
= 5837 psi

6. Horse power pompa


Horse power / daya yang diperlukan untuk memompa fluida perekah tersebut
dihitung dengan persamaan :

HHPtubing = (Psurface x Qsurface) / 40.8


= (5837 psi x 18 bpm) / 40.8
2575 HHP

B. Reservoir Conditions, Fluid Properties and Fracture Geometry


Data :
Tebal formasi target (HN) = 100 ft
Permeabilitas formasi rata-rata (Ki) = 0.5872 mD
Porositas formasi rata-rata (Φ) = 0,17
Bottom hole treating pressure (BHTP) = 4544 Psi
Modulus young (E) = 1.21 x 106 Psi
Kompresibilitas fluida reservoir (C) = 8.00 x 10-5 Psi-1
Viskositas fluida reservoir (μf) = 1 cp
Bottom hole Temperatur (BHT) = 235 oF
Jari-jari sumur (rw) = 0.851 ft
Jari-jari pengurasan sumur = 2460.75 ft
Koefisien Fluid loss (Cw) = 2.27 x 10-3 ft/min0,5
Koefisien spurt loss (SP) = 0.0022 gal/100ft2
Fluida perekah

K’ slot = 0,16 lbf-secn’/ft2

n’ slot = 0,361
Proppant = Bauxlite 12/18 Mesh
Absolute volume proppant (ABV) = 0,042

Perhitungan :
1. Apparent viscosity fluida perekah :
μa = 402.2

2. Tekanan fluida pada permukaan batuan (ΔP)


ΔP = insitu stress – BHP
= 3142 – 1896
= 1246 Psi

3. Koefisien fluid loss yang dipengaruhi viskositas (Cv)


Cv = 0,0015 x ((Ki x ΔP x Φ )/ μp )0,5
= 0,0015 x ((0.5872 x 1246 x 0,17 )/ 1 )0,5
= 0,018 ft/min0,5

Keterangan : jika fluida perekah :


 Water base gelled μp = 1,0 cp
 Oil base gelled μp = 2,0 cp

7. Koefisien fluid loss yang dipengaruhi compresibilitas (Cc)


Cc = 0,00118 x ΔP x ((Ki x Φ x C)/ μf )0,5
= 0,00118 x 1246 x ((0.5872 x 0,17 x 3.69x10-3)/ 1 )0,5
= 0,028 ft/min0,5

8. Koefisien fluid loss kombinasi Cv dan Cc (Cvc)

XX = (Cv2 + ( 4 x Cc2 ))0,5 / Cv


= (0.018 2 + ( 4 x 0.028 2 ))0,5 / 0,018
= 3.345 ft/min

Cvc = (2 x Cc) / (1 + XX)


= (2 x 0,028) / (1 + 3.345)
= 0.013 ft/min0,5

9. Koeffisien fluid loss effektif (Ceff)


Ceff = (smaller Cw atau Cvc ) x HN / N
= 2.27x10-3 x (100 / 100)
= 2.3 x 10-3 ft/min0,5

10. Menghitung konstanta A1, A2 dan A3 :


a. Konstanta A1 :
3
6  a  Q 

A1  8,28 x10 x x
 2
E  HxCeff 

3
402.2  18 
A1 = 8.28 × 10 × -6
 3 
1.21  10  100  2.3  10 
6

A1 = 10,018,800
b. Konstanta A2 :
Cvc xH
A2  7,48 x
SPxHN

0.13  100
A2  7.48 
0.0022  100

A2 = 44.17644153

c. Konstanta A3 :

5,61xQ
A3 
Ceff xH

5.61  18
A3 
2.3  10  3  100

A3 = 442.1190893

11. Waktu untuk pemompaan pad (Tpad)


Tpad = Volume Pad / (42 x Q)
= 7000 / (42 / 18)
= 9.26 menit

12. Volume Proppant :


Volume Proppant = Berat proppant x ABV
= 51448 x 0,044
= 2160.82 gallon
13. Total volume injeksi = volume pad + volume slurry + volume Proppant
= 7000 gal + 18060 + 2160.82
= 27220.816 gal

14. Total treatment time (TT)


TT = Total volume / ( 42 x Q)
= 27220.82 / (42 x 18)
= 36.01 menit

15. Menghitung konstanta R :


R = A1 / Time
Rpad = A1 / Tpad
= 10,018,800/ 9.26
= 1082030.40
RTT = A1 / TT
= 10,018,800/ 36.01
= 278250.76

16. Menghitung konstanta Z :


Z = A2 x (Time)0,5
Zpad = A2 x (Tpad)0,5
= 44.17644153 x (9.26)0,5
= 134.4246308
ZTT = A2 x (TT)0,5
= 44.17644153x (36.01)0,5
= 265.08208998

17. Menentukan harga konstanta X dan Y dengan menggunakan grafik 3.32, didapat :
TIME R Z X Y
(min)        
Tpad = 9.26 1082030.40 134.4246308 0,12 0,058
TT = 36.01 278250.76 265.08208998 0,23 0,078

15. Lebar rekahan di muka sumur (WW)

WWpad = 12 x Ceff x ( Tpad)0,5 / Xpad


= 12 x 2.3 x 10-3 x (9.26)0,5 / 0,12
= 0,162 inch

WWTT = 12 x Ceff x ( TT)0,5 / XTT


= 12 x 2.3 x 10-3x (36.01)0,5 / 0,723
= 0,72 inch

13. Panjang rekahan (L)


Lpad = A3 x Ypad x (Tpad)0,5
= 442.1190893 x 0,058 x (9.26)0,5
= 78.03 ft

LTT = A3 x YTT x (TT)0,5


= 442.1190893x 0,058 x (36.01)0,5
= 206.93 ft

14. Effisiensi fluida perekah (EFF)


EFFpad = ( 98 x H x Lpad x WWpad ) / volume pad
= ( 98 x 100 x 78.03 x 0,69) / 7000
= 29.43 %
EFFTT = ( 98 x H x LTT x WWTT ) / volume total fluida perekah
= ( 98 x 100 x 206,93 x 0,72) / 27220.816
= 53,27 %
D. Production Increase
Perhitungan peningkatan indeks produktivitas setelah perekahan hidraulik
dilakukan dengan perhitungan sesuai dengan yang telah dibahas pada bab 3 yaitu
sebagai berikut :
1. WKf = 0.72 x 110000
= 6554.64 mD-ft
2. J/jo = ln( 2460.75/ 0.851 ) / ln ( 2460.75 / 0.5 x 206.93 )
= 2.515
3. Menggunakan metode Cinco-ley
Fcd = wkf / ( ki x Xf )
= 6554.64 / ( 0.5872 x 206.93 )
= 53.94
Pada gambar 3.22 dengan Fcd 53.94 akan mendapatkan Rw’ = 0.5 Xf.
Rw’ = 0.5 x 206.93
= 103.47
J/jo = ln ( re / rw ) / ln ( re / rw’ )
= ln ( 2460.75 / 0.851 ) / ln ( 2460.75 / 103.47 )
K2p = 2.51

Dengan melihat perkiraan kenaikan indeks produktivitas, maka desain yang


dipilih sebagai desain awal adalah desain yang memberikan perkiraan kenaikan
indeks produktivitas yang paling besar yaitu desain dengan proppant Carbolite 12/18
mesh dengan data sebagai berikut :
 Laju injeksi = 18 BPM
 Volume Pad = 7000 gallon
 Volume Slurry = 18060 gallon
 Proppant = Bauxlite 12/18 mesh
 Berat Proppant = 51448 lb
 Horse Power pompa = 5837 HHP

Perkiraan hasil geometri rekahan dan peningkatan produktivitas :


 Lebar rekahan (wf) = 0,72 inch
 Panjang rekahan satu sayap (Xf) = 206.93 ft
 Tinggi rekahan (hf) = 100 ft
 Konduktivitas rekahan (WKf) = 6554.64 ft
 Peningkatan PI (j/jo) = 2.51

4.1.5.2. Desain Ulang (Redesign)


Seperti telah dikatakan sebelumnya, desain awal yang dibuat tersebut
menggunakan DataFRAC sumur YEP-02 didapatkan melalui prediagnostic test yang
dilakukan sebelum perekahan hidraulik yang sebenarnya (main fracturing) dilakukan
yaitu melalui Breakdown test, step rate – step down test dan minifrac ( calibration
test).

4.1.5.2.1. DataFRAC
Datafrac adalah data perekahan setempat yang didapat melalui prediagnostic
test yang dilakukan sebelum main fracturing. Prediagnostic test tersebut meliputi
Breakdown test, step rate-step down test dan minifrac (calibration test). DataFRAC
tersebut digunakan untuk mendesain perekahan hidraulik. DataFRAC yang didapat
meliputi tekanan rekah batuan, closure pressure, closure time, ISIP, fracture extension
pressure, dominant friction near wellbore, koefisient leak off, spurt loss dan lain-lain.

A. Breakdown Test
Breakdown adalah test prediagnostic yang pertama kali dilakukan.
Breakdown test pada sumur YEP-02 dilakukan dengan menggunakan fluida dasar air
(water base) menggunakan laju injeksi 5 BPM, yang ditambah 2 % KCl . Gambar
4.1. berikut adalah gambar pumping chart breakdown test sumur YEP-02.

Gambar 4.1.
Pumping Chart Breakdown Test Sumur YEP-02

Dari injectivity test didapat data :


 Breakdown pressure = 2648 Psi
 Closure pressure = 3115 Psi
 Gradient rekah = 0,7 Psi/ft
 Bottom hole ISIP = 3530 Psi

B. Step Rate Test


Step rate - step down test dilakukan dengan menggunakan fluida dasar air
(water base) yang ditambah 2 % KCl dengan laju injeksi (Q) bervariasi 1.5 – 17.2
bpm. Dengan step down laju injeksi nya 16, 13, 11, 8, 5 kemudian matikan pompa.
Gambar 4.3. berikut adalah gambar Step rate – step down test sumur YEP-02.

Gambar 4.3.
Step Rate Test Sumur YEP-02

Selanjutnya pada Gambar 4.4. berikut akan ditampilkan dan analisis step
down test
Gambar 4.4.
Plot Analysis Step down Sumur YEP-02
Dari step rate-step down test didapat :
 Fracture extension pressure = Na Psi
 Fracture extension gradient = 0,69 Psi/ft
 Fracture extension rate = Na BPM
 Closure pressure = 3116 Psi
 Dominant well bore friction = Perforation
c. Minifrac / Calibration Test
Minifrac dilakukan dengan menggunakan fluida yang sama dengan fluida
yang akan digunakan dalam main fracturing (perekahan sebenarnya) yaitu Hybor#35
dengan laju injeksi (Q) = 18 BPM. Gambar berikut adalah gambar plot Calibration
test / minifrac.

Gambar 4.6.
Gambar Minifrac test Sumur YEP-02
Dari Minifrac didapatkan :

Bottomhole ISIP = 3470 Psi

Closure Pressure = 3019 Psi

Fracture gradient = 0,60 Psi/ft

Koeficient leak off = 3,8 x 10-3 ft / min0,5

Spurt loss = 0,00200 gal/ft2
4.1.5.2.2. Desain Simulasi
Perencanaan ulang (redesign) dilakukan dengan data perekahan setempat
(DataFRAC) yang didapatkan tersebut. Data untuk perencanaan ulang sedikit berbeda
dengan desain awal (manual), data untuk perencanaan ulang adalah sebagai berikut :
a. Fluida perekah = Hybor#35
b. Proppant = Bauxlite 12/18 mesh
c. Jumlah proppant = 44600 lb
d. Volume PAD = 7000 gallon
e. Volume Slurry = 18984 gallon
f. Laju injeksi = 18 BPM
g. Gradient rekah batuan = 0,62 Psi/ft
h. Closure pressure = 3019 Psi
i. Koefisien leakoff = 3,8 x 10-3 ft / min0,5
j. Spurt loss = 0,00200 gal / ft2
k. Tekanan pompa = 3000 psi
Tabel IV-10
Schedule pemompaan
Hasil simulasi :

Gambar 4.7.
Prediksi Profil Rekahan dan Konsentrasi Proppant Perekahan Hidraulik
Sumur YEP-02

Perkiraan hasil geometri rekahan simulasi :


 Tinggi rekahan (hf) = 100 ft
 Panjang rekahan satu sayap (Xf) = 212 ft
 Lebar rekahan = 0,16 inch
 Konduktivitas rekahan (WKf) = 6028 mD-ft

4.2. Evaluasi Perekahan Hidraulik Sumur YEP-02


Evaluasi perekahan hidraulik dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui
sejauh mana keberhasilan pekerjaan perekahan hidraulik yang telah dilakukan
terhadap desain yang dibuat maupun terhadap peningkatan produktivitas sumur yang
menjadi tujuan dari perekahan hidraulik. Evaluasi yang dilakukan terdiri dari evaluasi
project (desain) dan evaluasi produksi.
4.2.1. Evaluasi Project
Setelah pekerjaan perekahan hidraulik selesai dilakukan, maka selanjutnya
dilakukan evaluasi project. Evaluasi project ditekankan kepada parameter-parameter
geometri rekahan dimana evaluasi project dilakukan dengan melihat /
membandingkan geometri rekahan desain dengan geometri rekahan aktual di
lapangan serta volume proppant yang diinjeksikan dengan volume rekahan yang
terbentuk. Tabel IV-11 berikut memperlihatkan ratio geometri rekahan hasil desain
dengan geometri rekahan aktual dilapangan.

Tabel IV-11
Ratio geometri rekahan hasil desain dengan geometri rekahan
aktual dilapangan

Parameter Unit Desain Awal Desain Ulang Aktual


Panjang rekahan satu sayap (Xf)  feet 206.93 212 224
Tinggi rekahan (hf)  feet 100 100 100
Lebar rekahan (Wf)  inch 0,75 0,16 0,2

Perbedaan parameter hasil desain dengan parameter perekahan hidaulik aktual


di lapangan disebabkan karena perekahan aktual terjadi pada kondisi nyata
(sebenarnya) sesuai dengan keadaan di lapangan, sedangkan parameter hasil desain
dihitung dengan menggunakan asumsi-asumsi tertentu. Asumsi digunakan karena
sifat-sifat batuan dari formasi yang akan direkahkan tidak dapat diketahui dengan
pasti. Interpretasi geometri rekahan dari desain dapat dilakukan dengan lebih mudah
karena adanya asumsi-asumsi. seperti misalnya tinggi rekah yang sama untuk
mencapai produksi optimum, distribusi proppant dianggap merata di seluruh area
rekahan tanpa terjadi settling (pengendapan), aliran dianggap konstan dan lain-lain.
Panjang rekahan aktual di lapangan (224 ft) terlihat lebih panjang dari pada panjang
rekahan desain awal (206.93 ft) maupun panjang rekahan desain ulang / redesign (212
ft). Lebar rekahan aktual (0,2 inch) memperlihatkan lebih kecil daripada lebar
rekahan hasil desain awal (0,75 inch) dan lebar rekahan hasil desain ulang (0,16 inch)
lebih kecil di banding actual. Perbedaan-perbedaan tersebut diperkirakan karena
adanya beberapa perbedaan antara pelaksanaan dengan desain yang dibuat seperti laju
injeksi yang tidak selalu konstan selama proses perekahan, tekanan injeksi permukaan
yang juga tidak bisa dijamin konstan, harga insitu stress batuan yang bervariasi
sedangkan pada proses perhitungan perencanaan harga insitu stress diambil harga
rata-rata. Perbedaan juga terjadi dalam perhitungan antara volume rekahan dengan
volume proppant yang diinjeksikan. Dengan demikian akan terjadi rekahan yang
tidak terisi proppant sehingga rekahan akan menutup kembali, akan tetapi dengan
kondisi demikian tidak terjadi dumb sand (penyumbatan produksi akibat
berkumpulnya proppant di muka / dasar sumur). Secara umum evaluasi project dapat
dikatakan berhasil karena terjadinya perbedaan antara desain dengan kondisi aktual
tidak terlalu besar.

4.2.2. Evaluasi Produksi


Evaluasi produksi dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui tingkat
keberhasilan atau kegagalan pekerjaan perekahan hidraulik untuk meningkatkan
produktivitas sumur. Seperti telah diketahui, bahwa berhasilnya pekerjaan perekahan
hidraulik yang dievaluasi dari segi evaluasi project belum tentu menghasilkan
keberhasilan dari segi peningkatan produksi. Parameter-parameter yang digunakan
untuk mengevaluasi pekerjaan perekahan hidraulik dari segi produksi adalah
peningkatan laju produksi minyak (Qo), peningkatan permeabilitas batuan (K),
perbandingan indeks produktivitas (PI) dan kurva inflow performance relationship
(IPR). Berikut akan dibahas mengenai evaluasi produksi perekahan hidraulik yang
dilakukan pada sumur S4S#33 formasi Bekasap B sand yang terletak pada kedalaman
5044 ft – 5094 ft dengan mid perforasi yang terletak pada kedalaman 5070 ft.

1. Peningkatan Laju Produksi Minyak (Qo)


Pekerjaan stimulasi sumur seperti perekahan hidraulik ataupun pengasaman
dilakukan dengan tujuan untuk meningkatkan produksi minyak pada suatu sumur
produksi. Berikut adalah evaluasi perekahan hidraulik sumur S4S#33 berdasarkan
peningkatan laju produksi minyak dengan mengacu pada data produksi sebelum dan
sesudah perekahan hidraulik seperti yang terlampir pada lampiran C yaitu sebagai
berikut :

Data produksi sebelum perekahan hidraulik :


 Laju produksi gas (Qg) = 0.581 MMSCFD

Data produksi setelah perekahan hidraulik :


 Laju produksi gas (Qg) = 3.534 MMSCFD
 Laju produksi condensate (Qc) = 57.32 BCPD
 Laju produksi air (Qw) = 132.4 BWPD

Sebelum pekerjaan perekahan hidraulik dilakukan, sumur YEP-02


memproduksikan gas dengan laju alir produksi sebesar 0.581 MMSCFD. Setelah
dilakukan perekahan hidraulik, laju produksi gas sumur YEP-02 menjadi sebesar
3.534 BOPD, sehingga terjadi peningkatan laju produksi minyak sebesar 6 kali.
Dengan melihat peningkatan laju produksi gas tersebut, maka pekerjaan perekahan
hidraulik yang dilakukan pada sumur YEP-02 dapat dikatakan berhasil.
2. Peningkatan Permeabilitas Batuan (K)
Secara teoritis, dilakukannya perekahan hidraulik pada suatu formasi batuan
akan dapat meningkatkan harga permeabilitas rata-rata batuan tersebut. Berikut
adalah perhitungan peningkatan harga permeabilitas batuan sebagai hasil akibat
dilakukannya perekahan hidraulik pada sumur YEP-02.

Data :
Permeabilitas batuan awal rata-rata (Ki) = 0.5872 mD
Lebar rekahan (Wf) = 0,75 inch
= 6.25 ft
Tabal formasi batuan (h) = 100 ft
Jari-jari pengurasan sumur (re) = 2460.75 ft
Jari-jari sumur (rw) = 0,851 ft
Panjang rekahan (rf) = 206.93 ft
Konduktivitas rekahan (Wkf) = 6554.64

Perhitungan :

( Kxh)  WK f
Kf 
h

(0.5872  100)  6554.64


Kf 
100
= 66.13 mD

log(re / rw)
K avg 
 1   rf 1   re 
  log   log
 Kf   rw K i   rf 
log(2460.75 / 0.851)
Kavg 
1 206.93 1 2460.75
( ) log(  ) log( )
66.1336 0.851 0.5872 206.93
= 1.85364 mD

Setelah perekahan hidraulik dilakukan, maka seperti tampak dalam


perhitungan di atas, harga permeabilitas batuan rata-rata akan meningkat menjadi
1.85364 mD setelah perekahan.

3. Perbandingan Indeks Produktivitas (PI).


Indeks produktivitas merupakan suatu bilangan yang menyatakan kemampuan
suatu formasi untuk berproduksi. Secara teoritis, harga indeks produktivitas akan
meningkat setelah perekahan hidraulik dilakukan. Berikut akan diuraikan perhitungan
perbandingan indeks produktivitas setelah perekahan hidraulik dilakukan dengan
metode Cinco-ley, Samaniego dan Dominiquez.
Asumsi :
 Area pengurasan silindris
 Komplesi sumur cased hole
 Memperhitungkan permeabilitas dan konduktivitas serta panjang rekahan
 Aliran fluida steady state.

Data :
 WKf = 6554.64 mD-ft
 Ki = 0.5872 mD
 Xf = 206.93 ft
 re = 2460.75 ft
 rw = 0,851 ft
Perhitungan :
WKf 6554.64
Fcd  Fcd  = 53.94
KixXf 0.5872  206.93

Jari-jari sumur efektif (rw’) didapat dari grafik dibawah :

Dari grafik didapat rw’/Xf = 0,5, sehingga rw’ = 0,5 x 206.93 ft =


103.47 ft
Peningkatan produktivitas setelah perekahan hidraulik :

ln(re / rw) ln(2460.75 / 0.851)


J / Jo  J / Jo   2.51
ln(re / rw' ) ln(2460.75 / 103.47)
Perekahan hidraulik yang dilakukan pada formasi Conglomerat dapat dikatakan
kurang berhasil jika ditinjau dari segi perbandingan indeks produktivitas yang hanya
meningkat 2.51 kali.
4. Inflow performance relationship (IPR).
Inflow performance relationship (IPR) merupakan penggambaran kualitas dari
kemampuan suatu formasi produktif untuk berproduksi yaitu penggambaran
hubungan antara laju produksi dengan tekanan alir dasar sumur. Berikut akan
diuraikan mengenai grafik IPR sebelum dan sesudah perekahan hidraulik pada sumur
kajian yang dibuat dengan metode Darcy untuk aliran satu fasa karena aliran fluida
yang terjadi adalah satu fasa (cairan) yaitu minyak dengan sedikit air.

a. IPR sebelum perekahan hidraulik.


Berdasarkan data produksi sebelum perekahan hidraulik, maka dapat dibuat
kurva IPR untuk aliran satu fasa dengan metode Darcy.
Tabel IV-13
Data Produksi Sebelum Perekahan Hidraulik
Data produksi sebelum perekahan hidraulik
Pr 18996 Psi
Pwf 1316 Psi
Qg 0.58 MMSCFD
Water cut - %

Persamaan indeks produktivitas untuk aliran satu fasa :


PI = Q / (Pr-Pwf)
Dengan menganggap tekanan reservoir dan indeks produktivitas berharga
tetap serta mengasumsikan harga tekanan alir dasar sumur maka akan didapat harga
laju produksi (Q) untuk setiap harga Pwf seperti berikut ini :

Tabel IV-14
Data IPR Sumur YEP-02 sebelum Perekahan Hidraulik
Pwf Q
1520.184 0
1500 8.336625077
1400 49.6397616
1300 90.94289813
1200 132.2460347
1100 173.5491712
1000 214.8523077
953.06 234.24
900 256.1554442
857.714 273.6208886
800 297.4585808
700 338.7617173
600 380.0648538
500 421.3679904
400 462.6711269
300 503.9742634
200 545.2773999
100 586.5805365
50 607.2321047
0 627.883673

b. IPR setelah perekahan hidraulik.


IPR setelah perekahan hidraulik dibuat dengan data produksi setelah
perekahan hidraulik sebagai berikut :

Tabel IV-15
Data Produksi Setelah Perekahan Hidraulik
Data produksi setelah perekahan hidraulik
Pr 1896 Psi
Pwf 1316 Psi
Qg 3.59 MMSCFD
PI 2.51
Water cut 12,64 %
Dengan menganggap tekanan reservoir dan indeks produktivitas berharga
tetap serta mengasumsikan harga tekanan alir dasar sumur maka akan didapat harga
laju produksi (Q) untuk setiap harga Pwf seperti berikut ini :

Tabel IV-16
Data IPR Sumur YEP-02 Setelah Perekahan Hidraulik

Pwf Q
1520.185 0
1500 27.82087035
1400 165.6502999
1300 303.4797294
1200 441.3091589
1100 579.1385884
1000 716.9680179
953.06 781.6651521
900 854.7974474
857.714 913.08
800 992.626877
700 1130.456306
600 1268.285736
500 1406.115165
400 1543.944595
300 1681.774025
200 1819.603454
100 1957.432884
50 2026.347598
0 2095.262313

Berikut adalah kurva inflow performance relationship (IPR) formasi bekasap


B sand sumur S4S#33 sebelum dan setelah perekahan hidraulik dilakukan :
Gambar 4.10.
Inflow Performance Relationship formasi conglomerat sumur YEP-02
Seperti tampak dalam Gambar 4.10. kurva IPR sebelum dan sesudah
perekahan hidraulik terjadi peningkatan produktivitas formasi. Sebelum perekahan,
sumur diproduksikan dengan tekanan alir dasar sumur (Pwf) sebesar 1316 Psi dan
menghasilkan laju produksi total sebesar 0.58 MMSCFD. Setelah perekahan
hidraulik dilakukan, pada tekanan alir dasar sumur (Pwf) 1316 Psi akan
menghasilkan laju produksi total 3.5 MMSCFD. Secara umum dari hasil evaluasi
produksi, dengan melihat peningkatan indeks produktivitas dan terjadinya kenaikan
laju produksi minyak serta dengan melihat kurva IPR sebelum dan sesudah
perekahan, maka perekahan hidraulik yang dilakukan dapat dikatakan berhasil.

Anda mungkin juga menyukai