Anda di halaman 1dari 19

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Sumur DEL-01 merupakan sumur Eksplorasi (Wild Cat) di area struktur


cekungan Sumatera Utara dengan menggunakan program pengeboran vertikal.
Pengeboran dilakukan dengan kedalaman total 11381.79 ft MD. Tujuan
pengeboran sumur DEL-01 adalah untuk membuktikan keberadaan hidrokarbon
pada Formasi Peutu dan Baong bagian tengah (MBS).

IV.1 Data Awal Sumur Saat Kick


Permasalahan kick yang dialami pada sumur DEL-01 ini terjadi pada saat
dilakukan pemboran lubang 8-3/8” dan diindikasikan terjadinya drilling break pada
kedalaman 11371.946 – 11381.789 ft MD. Diperoleh penambahan volume akibat
influks sebesar 50 bbl dan maksimum gas reading 274 unit. Tekanan pompa naik
dari 4050 – 4350 psi dengan menggunakan 480 gpm. Setelah diketahui terjadinya
kick pada kedalaman ini, pompa dihentikan & rangkaian diangkat ke 11365.384 ft
MD dan dilakukan shut-in pada sumur. Berikut merupakan data sumur:

Tabel IV. 1 Data Kick


NO. DATA NILAI SATUAN
1 Bit Size 8.375 Inch
2 Bit TVD 11375 ft
3 Bit MD 11381 ft
4 Shoe TVD 10614 ft
5 Shoe MD 10614 ft
6 Original Mud Weight 14.91 Ppg
7 SIDPP 1050 Psi
8 SICP 1300 Psi
9 Pump Rate @ 40 SPM 1800 Psi
10 Casing Burst 8160 Psi
11 BOP Stack Rating 10000 Psi
12 Leak Off Test 3000 Psi
13 LOT Mud 14.578 Ppg

36
Evaluasi metode wait and weight untuk menanggulangi permasalahan kick pada sumur del-01 lapangan "xys"
Liza Kandel Ginting
Saat dilakukannya shut-in, dapat diketahui parameter pemboran seperti
seperti Weight on Bit (WOB) yang bernilai 7 klbs, Slow Pump Pressure (SPP)
sebesar 4000-4140 psi, Rotasi Pompa (RPM) 40 RPM dan Rate of Penetration
(ROP) yang bernilai 6.5 mpm pada kedalaman 11381.79 ft MD. Berikut merupakan
wellbore diagram sumur DEL-01:

Gambar IV. 1 Wellbore Diagram Sumur DEL-01 (Data Drilling Time, 2018)

37

Evaluasi metode wait and weight untuk menanggulangi permasalahan kick pada sumur del-01 lapangan "xys"
Liza Kandel Ginting
IV.1.1 Perhitungan Volume Lumpur di Drill String dan Annulus
Berdasarkan data, diketahui komponen drill string pada kegiatan pemboran ini
adalah drill pipe, drill collar, dan HWDP (Heavy Weight Drill Pipe). Penggunaan
HWDP dapat menjadi pemberat untuk memudahkan mata bor melubangi formasi.
Casing yang berada pada table IV.2 ini merupakan casing yang sudah ada dan telah
tersemen pada trayek sebelumnya yaitu casing 9-5/8”. Data komponen drill string
ialah sebagain berikut:

Tabel IV. 2 Casing dan Komponen Drill String


NO KOMPONEN ID (inch) OD (inch) Length (ft)
1 Drill Pipe 4.276 2 10356.97
2 Heavy Weight Drill Pipe 3 5 647.74
3 Drill Collar 2.81 6.25 248.04
4 Motor 5 6.75 27.36
5 Float Sub 5 6.75 4.40
6 Stabilizer 5 8.25 4.76
7 MWD / LWD 5 6.75 33.24
8 Stabilizer 5 8.125 5.84
9 Crossover 5 6.5 10.14
10 Jar 5 6.5 23.62

Pengendalian kick dengan metode wait and weight ini erat hubungannya
dengan sirkulasi lumpur. Dimana dilakukan sirkulasi dari permukaan ke bit
(surface to bit) dan bit ke permukaan (bit to surface) atau yang biasa disebut dengan
sirkulasi bottom up. Berdasarkan data rangkaian Drill String pada tabel IV.2, dapat
diperoleh perhitungan jumlah volume lumpur yang berada di dalam drill string dan
annulus pada saat kick. Data yang dibutuhkan untuk menghitung kapasitas drill
string dan annulus ini yaitu OD (Outside Diameter) dan ID (Inside Diameter) dari
drill string, drill collar, HWDP, casing, dan Open Hole. Kapasitas drill string dan
annulus dihitung berdasarkan diameter masing-masing dan dibagi dengan 1029.4
yang merupakan konversi sehingga satuan dari hasil akhir perhitungan menjadi
bbl/ft.

38
Evaluasi metode wait and weight untuk menanggulangi permasalahan kick pada sumur del-01 lapangan "xys"
Liza Kandel Ginting
Dari perhitungan volume lumpur ini juga, dapat diketahui jumlah strokes
yang dibutuhkan untuk memompakan fluida pemboran saat bergerak dari surface
ke bit dan dari bit ke surface.

Tabel IV. 3 Kapasitas Volume Lumpur


No. KOMPONEN VOLUME (bbl)
1 Drill Pipe 183.97
2 Heavy Weight Drill Pipe 5.67
3 Drill Collar 1.90
4 Motor 0.67
5 Float Sub 0.10
6 Stabilizer 0.12
7 MWD / LWD 0.80
8 Stabilizer 0.14
9 Crossover 0.25
10 Jar 0.57
Volume di Drill String 194.19
1 Casing 13-3/8” – Drill Pipe 997.66
2 Casing 9-5/8” – Drill Pipe 103.06
3 Casing 9-5/8” – Jar 0.663
4 Casing 9-5/8” – HWDP 11.200
5 Open Hole 8-3/8” – BHA 27.9315
Volume di Annulus 1141.41
Total Volume 1335.59 bbl

IV.2 Kronologi Kick


Kronologi terjadinya kick pada sumur DEL-01 berdasarkan data yang
diperoleh dari daily drilling report dimulai saat pemboran trayek 8-3/8” pada
kedalaman 11371.946 – 11381.789 ft MD. Original Mud Weight pada saat
dilakukannya pemboran pada trayek ini ialah 14.91 ppg. Kick diindikasikan dengan
terjadinya drilling break atau perubahan laju penembusan secara mendadak pada
saat dilakukannya pemboran. Berdasarkan evaluasi profil tekanan, sumur DEL-01
ini dikategorikan ke dalam zona over pressure. Formasi Belumai Bagian Bawah

39

Evaluasi metode wait and weight untuk menanggulangi permasalahan kick pada sumur del-01 lapangan "xys"
Liza Kandel Ginting
yang ditembus merupakan formasi shale yang matang dan memiliki background
gas yang tinggi. Setelah diketahui bahwa terjadinya drilling break, kegiatan
pemboran dihentikan dan sumur ditutup. Diketahui bahwa terdapat gain sebesar 50
bbl dan kenaikan SBHP MPD sebesar 850 psi. Dengan dilakukan penutupan sumur,
dilakukan flowcheck dan diketahui nilai Shut In Drill Pipe Pressure (SIDPP)
sebesar 1050 psi dan nilai Shut In Casing Pressure (SICP) sebesar 1300 psi. SIDPP
dan SICP yang terdeteksi ini menjadi bukti bahwa sumur mengalami permasalahan
kick dan harus segera dilakukan operasi well killing. Dalam pengoperasian well
killing, diperlukan sirkulasi lumpur berat agar tekanan hidrostatik dapat menahan
tekanan formasi dan mengangkat influx ke atas, sehingga saat dilakukan pembacaan
SIDPP dan SICP kembali akan ditemukan nilai SIDPP = SICP = 0. Pada sumur
DEL-01 ini, kick cukup sulit untuk ditanggulangi. Hal ini disebabkan oleh beberapa
faktor seperti kurangnya material pemberat dan terjadinya secondary influx.

IV.3 Perhitungan
Penanggulangan kick pada Sumur DEL-01 dilakukan dengan menggunakan
metode wait and weight dalam beberapa kali sirkulasi dengan 2 berat jenis lumpur
yang berbeda karena kick tidak dapat teratasi dengan satu kali pengerjaan well
killing saja.

IV.3.1 Analisis dan Evaluasi Perhitungan


Berdasarkan pembacaan data ketika kick terjadi menunjukkan bahwa nilai
SIDPP dan SICP adalah sebesar 1050 psi dan 1300 psi. Sesuai dengan perhitungan,
apabila pemboran bermula dengan menggunakan lumpur / Original Mud Weight
seberat SG 1.79 atau 14.91 ppg, maka lumpur berat Kill Mud Weight yang
dibutuhkan untuk menanggulangi kick tersebut yaitu sebesar SG 2.00 atau 16.66
ppg.

Bottom Hole Pressure = SIDPP + (0.052 x OMW x 8.33 x TVD x 3.281)


= 1050 + (0.052 x 1.79 x 8.33 x 3467 x 3.281)
= 9869 psi
𝑇𝑒𝑘𝑎𝑛𝑎𝑛 𝐹𝑜𝑟𝑚𝑎𝑠𝑖
Kill Mud Weight =
0.052 𝑥 𝑇𝑉𝐷 𝑥 3.281 𝑥 8.33

40
Evaluasi metode wait and weight untuk menanggulangi permasalahan kick pada sumur del-01 lapangan "xys"
Liza Kandel Ginting
9869 𝑝𝑠𝑖
=
0.052 𝑥 3467 𝑥 3.281 𝑥 8.33
9869 𝑝𝑠𝑖
=
4921.60
= 2.00 SG
Jumlah sak Barite yang dibutuhkan untuk mixing lumpur 16.66 ppg:
(𝐾𝑀𝑊−𝑂𝑀𝑊) 𝑥 14.4
Barite Rate =
(35−𝐾𝑀𝑊)
(16.66−14.9107) 𝑥 14.4
=
(35−16.66)

= 1.3734 sak/bbl
Jumlah sak = 1.3734 sak/bbl x Volume Lumpur
= 1.3734 sak/bbl x 1335.59 bbl
= 1834.29 sak Barite
Sementara, jumlah sak Barite yang tersedia di lapangan yaitu:
(𝐾𝑀𝑊−𝑂𝑀𝑊) 𝑥 14.4
Barite Rate =
(35−𝐾𝑀𝑊)
(15.4105−14.9107) 𝑥 14.4
=
(35−15.4105)

= 0.3673 sak/bbl
Jumlah sak = 0.3673 sak/bbl x Volume Lumpur
= 0.3673 sak/bbl x 1335.59 bbl
= 490.69 sak Barite

Namun, kill mud weight yang disirkulasikan yaitu sebesar SG 1.85 atau
15.41 ppg dengan 460.69 sak Barite. Alasan dilakukannya sirkulasi dengan berat
lumpur 15.41 ppg yaitu karena kurangnya barite untuk membuat lumpur sebanyak
16.66 ppg di lapangan. Jumlah sak Barite yang dibutuhkan yaitu sebanyak 1834.29
sak. Terlebih pula, sumur tidak boleh ditutup terlalu lama untuk menghindari
exposure terhadap temperatur yang tinggi. Sehingga, segera dilakukan sirkulasi
lumpur 15.41 ppg sebanyak 840 bbl. Sembari dilakukannya mixing lumpur 15.41
490 bbl untuk memenuhi annulus.

41
Evaluasi metode wait and weight untuk menanggulangi permasalahan kick pada sumur del-01 lapangan "xys"
Liza Kandel Ginting
Volume yang dipompakan = 840 bbl
Volume pada String = 194 bbl
𝜋 𝐷𝑏𝑖𝑡 2
Volume Pocket = 𝑥 ( ) 𝑥 (ℎ )
4 1029.4
3.14 3.2812
= 𝑥 ( ) 𝑥 (ℎ) 𝑥 3.281
4 1029.4

= 1 bbl
𝜋 𝐼𝐷 𝐻𝑜𝑙𝑒 2 − 𝐼𝐷 𝐷𝐶 2
Volume BHA – Annulus = 𝑥 ( ) 𝑥 (𝐿𝑒𝑛𝑔𝑡ℎ 𝐵𝐻𝐴)
4 1029.4
3.14 8.3752 − 52
= 4
𝑥 ( 1029.4
)𝑥 (357.40 𝑓𝑡)

= 8.47 bbl
𝜋 𝐼𝐷 𝐻𝑜𝑙𝑒 2 − 𝐼𝐷 𝐷𝐶 2
Volume DP – Hole = 4 𝑥 ( ) 𝑥 (𝐿𝑒𝑛𝑔𝑡ℎ 𝑂𝐻 − 𝐼𝐷 𝐷𝑐) x 3.281
1029.4
3.14 8.3752 − 52
= 𝑥 ( ) 𝑥 120 𝑥 3.281
4 1029.4

= 14 bbl
Sisa Volume DP - Casing = 840 bbl – 194 bbl – 1 bbl – 8.47 bbl – 14 bbl = 622.53

1141.41 𝑏𝑏𝑙 623.5 𝑏𝑏𝑙


Tinggi SG 1.85 = =
11381.789 𝑓𝑡 𝑥

= 6207.67 ft di dalam Annulus


Tinggi SG 1.79 = 11381.789 ft – 6207.677 ft
= 5174.11 ft di dalam Annulus

Lumpur SG 1.85 sebanyak 840 bbl berada hingga ketinggian 6207.68 ft dan
tidak mengisi penuh annulus dengan ketinggian 11381.789 ft dan bervolume 1141
bbl. Oleh karena itu, pada keadaan ini annulus terisi oleh 2 jenis lumpur yang
memiliki densitas yang berbeda yaitu, SG 1.85 dan SG 1.79. Seharusnya, lumpur
dengan SG 1.85 ini disirkulasikan dalam 1 siklus, tetapi karena waktu mixing mud
memakan waktu selama 2 jam dan sumur tidak boleh berada dalam keadaan kosong
& terpapar oleh temperature tinggi dalam waktu yang lama, sehingga sumur ini
harus ditutup kembali. Kemudian kembali dilakukan pembacaan SIDPP & SICP,
yaitu sebesar 650 psi dan 850 psi. Dengan perhitungan, diperoleh nilai tekanan
formasi yaitu sebesar:
Bottom Hole Pressure = SIDPP + (0.052 x OMW x 8.33 x TVD x 3.281)

42
Evaluasi metode wait and weight untuk menanggulangi permasalahan kick pada sumur del-01 lapangan "xys"
Liza Kandel Ginting
= 650 + (0.052 x 1.85 x 8.33 x 3467 x 3.281)
= 9765.50 psi
𝑇𝑒𝑘𝑎𝑛𝑎𝑛 𝐹𝑜𝑟𝑚𝑎𝑠𝑖
Kill Mud Weight =
0.052 𝑥 𝑇𝑉𝐷 𝑥 3.281 𝑥 8.33
𝑇𝑒𝑘𝑎𝑛𝑎𝑛 𝐹𝑜𝑟𝑚𝑎𝑠𝑖
=
0.052 𝑥 3467 𝑥 3.281 𝑥 8.33
9754.98 𝑝𝑠𝑖
=
4927.29
= SG 1.98

Berikut merupakan kondisi sumur dimana sirkulasi pertama lumpur SG 1.85


sebanyak 840 bbl dilakukan:

650 Psi 850 Psi

1.79 SG

1.85 SG

Gambar IV. 2 Kondisi Sumur Saat Sirkulasi SG 1.85

Seharusnya saat sumur ditutup kedua kalinya, kick dapat ditanggulangi


dengan lumpur SG 1.98 atau 16.49 ppg. Namun pada kegiatan aktual di lapangan,
lumpur yang disirkulasikan selanjutnya yaitu lumpur dengan berat jenis 15.41 ppg
atau SG 1.85, yang telah di mix sebanyak 490 bbl. Sehingga total lumpur SG 1.85
yang disirkulasikan yaitu sebanyak 1330 bbl.

Sehingga, pada sirkulasi Metode Wait and Weight pertama ini, annulus

43
Evaluasi metode wait and weight untuk menanggulangi permasalahan kick pada sumur del-01 lapangan "xys"
Liza Kandel Ginting
sudah terisi penuh dengan lumpur 15.41 ppg. Diketahui bahwa berat jenis lumpur
yang masuk dan yang keluar yaitu sama. Kegiatan selanjutnya ialah sirkulasi
kondisi lumpur SG 1.85 melalui MPD dimana diberikan back pressure sebesar 900
SBP, sehingga densitas lumpur SG 1.85 ekivalen dengan SG 2.05. Namun, masih
terdapat gain 0.6 bpm dan diketahui juga bahwa electric stability (ES) lumpur turun
ke 1000. Sehingga dilakukan observasi lumpur di tangki aktif dan diketahui bahwa
densitas yang keluar yaitu SG 1.65 dan ES turun menjadi 700. Dilakukan
pengamatan pada shale shaker dan diketahui masih terdapat aliran kecil. Setelah ini
dilakukan penutupan sumur kembali dan diperoleh pembacaan SIDPP sebesar 1085
psi dan SICP sebesar 2200 psi. Berikut merupakan kondisi sumur setelah
disirkulasikan lumpur dengan berat jenis SG 1.85 dan dilakukan penutupan sumur
selanjutnya:

1085 Psi 2200 Psi

SG 1.85

Gambar IV. 3 Kondisi Sumur Sirkulasi Kedua SG 1.85

Hal ini membuktikan bahwa di dalam sumur DEL-01, telah terjadi


secondary kick. Pengendalian sumur belum berhasil dan influks masih terdapat di
dalam sumur. Berdasarkan perhitungan, diperoleh nilai tekanan formasi yaitu
sebesar:

Bottom Hole Pressure = SIDPP + (0.052 x OMW x 8.33 x TVD x 3.281)


= 1085 + (0.052 x 1.85 x 8.33 x 3467 x 3.281)
= 10200 psi

44

Evaluasi metode wait and weight untuk menanggulangi permasalahan kick pada sumur del-01 lapangan "xys"
Liza Kandel Ginting
𝑇𝑒𝑘𝑎𝑛𝑎𝑛 𝐹𝑜𝑟𝑚𝑎𝑠𝑖
Kill Mud Weight =
0.052 𝑥 𝑇𝑉𝐷 𝑥 3.281 𝑥 8.33
10200
=
0.052 𝑥 3467 𝑥 3.281 𝑥 8.33
10200 𝑝𝑠𝑖
=
4927.29
= SG 2.07
Jumlah sak Barite yang dibutuhkan untuk mixing SG 2.07:
(𝐾𝑀𝑊−𝑂𝑀𝑊) 𝑥 14.4
Barite Rate =
(35−𝐾𝑀𝑊)
(17.2431−15.4105) 𝑥 14.4
=
(35−17.2431)

= 14861 sak/bbl
Jumlah sak = 1.4861 sak/bbl x Volume Lumpur
= 1.4861 sak/bbl x 1335.59 bbl
= 1984.90 sak Barite
Berdasarkan perhitungan, dapat diketahui bahwa kill mud weight yang
disirkulasikan untuk mematikan influks pada sumur DEL-01 ini yaitu sebesar 2.07
SG. Mixing mud lumpur 2.07 SG ini dilakukan selama 14 jam. Setelah selesai
mixing mud, dilanjutkan sirkulasi metode wait and weight.
Tekanan Formasi = 0.052 x OMW x 8.33 x TVD x 3.281
= 0.052 x 2.07 x 8.33 x 3467 x 3.281
= 10199 psi

1085 psi 2200 Psi

SG 2.07

Gambar IV. 4 Kondisi Sumur Sirkulasi SG 2.07

45
Evaluasi metode wait and weight untuk menanggulangi permasalahan kick pada sumur del-01 lapangan "xys"
Liza Kandel Ginting
Lumpur dengan SG 2.07 dipompakan dengan SPR 40 spm hingga 1 siklus
tercapai. Total lumpur yang dipompakan yaitu 1335.5 bbl. Namun, lumpur yang
keluar ke permukaan yaitu SG 1.62 atau 13.49 ppg. Hal ini menandakan bahwa
kondisi lumpur dalam annulus tidak homogen.
𝑃 𝐻𝑖𝑑𝑟𝑜𝑠𝑡𝑎𝑡𝑖𝑘 − 𝑆𝐼𝐶𝑃
MW Out =
0.052 𝑥 8.33 𝑥 𝑇𝑉𝐷 𝑥 3.281
10199 𝑝𝑠𝑖 − 2200 𝑝𝑠𝑖
=
0.052 𝑥 8.33 𝑥 3467 𝑥 3.281
= 1.62 SG di Annulus
Tekanan Hidrostatis = 0.052 x OMW x 8.33 x TVD x 3.281
= 0.052 x 1.62 x 8.33 x 3467 x 3.281
= 7982 psi
Tekanan @ Annulus = SICP + Tekanan Hidrostatis
= 2200 + 7982
= 10182 psi

60 psi 200 Psi

2.07 SG

1.62 SG

Gambar IV. 5 Kondisi Sumur Sirkulasi Pertama SG 2.07

Setelah dilakukan sirkulasi dan diperoleh bahwa densitas lumpur yang keluar
yaitu sebesar SG 1.62 atau 13.49 ppg. Lumpur dengan SG 1.62 ini mengisi penuh
annulus, diketahui dengan sedikitnya perbedaan tekanan antar lumpur berdensitas
SG 2.07 dan lumpur berdensitas SG 1.62. Kemudian, dilakukan penutupan sumur

46

Evaluasi metode wait and weight untuk menanggulangi permasalahan kick pada sumur del-01 lapangan "xys"
Liza Kandel Ginting
kembali untuk mempersiapkan lumpur yang akan disirkulasi selanjutnya.
Pengamatan dilakukan dan diperoleh pembacaan SIDPP/SICP yaitu 60 psi/200 psi.
Setelah dilakukan sirkulasi lumpur SG 2.07, seharusnya influks mati (SIDP = SICP
= 0). Namun, terbukti bahwa influks masih terdapat di annulus. Sehingga,
dilakukan kembali mixing mud SG 2.07 sebanyak 500 bbl. Sumur ditutup selama
12 jam dan dilakukan monitor tekanan kembali, dimana ditemukan bahwa SIDPP /
SICP yaitu 60 psi / 270 psi. Nilai SICP meningkat dari 200 psi hingga 270 psi. Hal
ini disebabkan karena kondisi lumpur yang terkontaminasi oleh influks air.
Selanjutnya dipompakan lumpur SG 2.07 secara perlahan sebanyak 100 bbl
(dicampur dengan LCM 50 ppg CaCO3) dan diketahui bahwa densitas lumpur yang
keluar yaitu sebesar SG 2.01 dengan ES 530.

𝑃 𝐻𝑖𝑑𝑟𝑜𝑠𝑡𝑎𝑡𝑖𝑘 − 𝑆𝐼𝐶𝑃
MW Out =
0.052 𝑥 8.33 𝑥 𝑇𝑉𝐷 𝑥 3.281
10199 𝑝𝑠𝑖 − 270 𝑝𝑠𝑖
=
0.052 𝑥 8.33 𝑥 3467 𝑥 3.281
9929 𝑝𝑠𝑖
=
4927.29
= SG 2.01 di Annulus
Tekanan Hidrostatis = 0.052 x OMW x 8.33 x TVD x 3.281
= 0.052 x 2.01 x 8.33 x 3467 x 3.281
= 9892 psi
Tekanan @ Annulus = SICP + Tekanan Hidrostatis
= 270 + 9892
= 10162 psi

Setelah dilakukan sirkulasi 100 bbl lumpur dengan berat jenis SG 2.07 dan
diperoleh bahwa densitas lumpur yang keluar yaitu sebesar SG 2.01 SG atau 16.74
ppg. Lumpur dengan berat jenis 2.01 mengisi penuh annulus, diketahui dengan
perhitungan perbedaan tekanan antar lumpur berdensitas SG 2.07 dan lumpur
berdensitas SG 2.01.

47
Evaluasi metode wait and weight untuk menanggulangi permasalahan kick pada sumur del-01 lapangan "xys"
Liza Kandel Ginting
Berikut merupakan kondisi sumur saat dilakukannya sirkulasi lumpur kedua
seberat SG 2.07:

60 psi 270 Psi

SG 2.01

Gambar IV. 6 Kondisi Sumur Sirkulasi Kedua SG 2.07

Oleh karena diketahui bahwa densitas di dalam annulus masih terkontaminasi


oleh air, maka dilanjutkan kembali sirkulasi lumpur SG 2.07 sebanyak 400 bbl.
Setelah dilakukan sirkulasi ini, pompa kembali dimatikan untuk dilakukan
observasi tekanan setiap 10 menit. Diketahui nilai pembacaan SIDPP = SICP = 0,
yang menandakan bahwa kick telah dikendalikan secara tuntas dan sudah tidak ada
aliran yang terjadi.

0 psi 0 Psi

2.07 SG

Gambar IV. 7 Kondisi Akhir Sumur DEL-01

48

Evaluasi metode wait and weight untuk menanggulangi permasalahan kick pada sumur del-01 lapangan "xys"
Liza Kandel Ginting
Namun, penggunan kill mud SG 2.07 ini berdampak lain yaitu tidak
memungkinkan untuk dilanjutkannya kegiatan pemboran sesuai dengan rencana
program sampai kedalaman akhir 3815 mMD. Hal ini disebabkan karena adanya
keterbatasan BOP untuk dapat menahan tekanan (formasi), dimana berat lumpur
SG 2.07 ini setara dengan 10,199 psi atau setara dengan tekanan formasi di
kedalaman 3469 mMD. Sumur DEL-01 ini BOP yang digunakan yaitu berukuran
13-5/8” x 10,000 psi. Kondisi ini yang menjadi pertimbangan untuk tidak
melanjutkan bor formasi sesuai program dan diputuskan Sumur DEL-01 berhenti
(TD) di kedalaman 3469 mMD.
Terdapat beberapa hal yang dapat dievaluasi dari perhitungan well killing
dengan wait and weight yang diterapkan di sumur DEL-01 ini. Permasalahan kick
terjadi ketika sumur dibor dengan lumpur sebesar SG 1.79 dan berdasarkan
pembacaan SIDP yang diperoleh pertama kali, kick dapat ditanggulangi dengan
lumpur SG 2.00. Tetapi, oleh karena kurangnya barite di lapangan maka lumpur
yang disirkulasikan untuk mematikan kick yaitu SG 1.85. Sehingga pada saat
dilakukannya monitoring tekanan selanjutnya, terbukti bahwa SIDPP semakin
tinggi karena terjadinya secondary influx. Namun, setelah dilakukannya sirkulasi
lumpur bertahap diketahui bahwa kill mud SG 2.07 yang dapat mengeluarkan
influks dari dalam sumur.
Evaluasi dari penelitian ini adalah sirkulasi wait and weight dengan
menggunakan kill mud weight SG 2.00, sesuai dengan perhitungan & pembacaaan
SIDPP pertama yaitu sebesar 1050 psi.
Kesalahan pembacaan SIDP dapat menjadi permasalahan pada suatu
penanggulangan kick. Apabila SIDP terlalu tinggi, maka KMW yang dibutuhkan
dan tekanan yang harus dijaga juga akan tinggi, sehingga dapat cenderung
menyebabkan loss circulation. Apabila SIDP terlalu rendah, maka KMW yang
digunakan akan kurang dan dapat menyebabkan kurangnya tekanan untuk sirkulasi
dan dapat menyebabkan additional influx. Pada lapangan tidak terdapat waktu yang
ideal dalam penutupan sumur hingga tekanan stabil.

IV.3.2 Perhitungan ICP dan FCP


Parameter yang harus dihitung selanjutnya adalah ICP (Initial Circulating

49
Evaluasi metode wait and weight untuk menanggulangi permasalahan kick pada sumur del-01 lapangan "xys"
Liza Kandel Ginting
Pressure) dan FCP (Final Circulating Pressure). Menghitung nilai ICP dan FCP
bertujuan untuk mengetahui tekanan awal dan tekanan akhir lumpur yang akan
disirkulasikan. Pada sirkulasi ini, pompa yang digunakan untuk sirkulasi lumpur
memiliki nilai kill rate sebesar 1800 psi. Perhitungan ICP yang menggunakan
persamaan II.2 dan FCP yang menggunakan persamaan II.3.
ICP, psi = KRP + SIDPP
= 1800 + 1050
= 2850 psi
FCP, psi = (KRP x KMW) : OMW
= (1800 x (2.00 x 8.33)) / (1.79 x 8.33)
= 2014 psi

IV.3.3 Perhitungan untuk Satu Sirkulasi


Setelah diperoleh nilai ICP dan FCP, perhitungan yang selanjutnya
dilakukan yaitu mencari nilai strokes dari permukaan ke bit (Suface to Bit), dan bit
ke permukaan (Bit to Surface) kembali. Untuk mencari nilai STB dan BTS,
dibutuhkan data volume lumpur dan PO (Pump Output). Ketika mencari nilai STB,
volume lumpur yang digunakan adalah volume lumpur didalam drill string,
sedangkan volume lumpur yang digunakan untuk mencari nilai BTS adalah volume
lumpur di annulus. Nilai PO yang digunakan adalah sebesar 0.1386 bbl/strokes
dengan efisiensi pompa sebesar 97%. Perhitungan STB Strokes dan BTS Strokes
yang menggunakan persamaan II.4 dan II.5 dapat dilihat dibawah ini.
STB, strokes = Vol. Drill String / PO
= 194.185 / 0.1386
= 1401 strokes
BTS, strokes = Vol. Annulus / PO
= 1140.52/ 0.1386
= 8230 strokes
Total Strokes = 9631 strokes

Kemudian, setelah diperoleh nilai ICP, FCP, STB, dan BTS tersebut dapat
dibuat tabel serta grafik Mud Circulating Schedule. Berikut ini merupakan tabel

50

Evaluasi metode wait and weight untuk menanggulangi permasalahan kick pada sumur del-01 lapangan "xys"
Liza Kandel Ginting
pemompaan lumpur serta kurva yang menunjukan hubungan antara tekanan pompa
dan strokes pompa dalam proses penanggulangan kick. Kurva ini dapat
mempermudah pekerja dalam menanggulangi kick dengan cara melihat grafik
penurunan tekanan terhadap stroke pompa. Adapun rincian perhitungannya ialah
sebagai berikut:
(𝐼𝐶𝑃 −𝐹𝐶𝑃)𝑥 𝑁
Pressure Drop/N =
𝑆𝑇𝐵
(2850−2014 )𝑥 100
=
1401
= 59.67 psi / 100 strokes.
Hasil perhitungan diatas menunjukkan bahwa setiap kenaikan 100 strokes,
maka tekanan akan turun sebanyak 59.67 psi yang dibulatkan menjadi 60 psi.

Tabel IV. 4 Strokes vs Pressure Drop


Strokes (Waktu) Pressure Drop

0 2850
100 2790
200 2731
300 2671
400 2611
500 2552
600 2492
700 2432
800 2373
900 2313
1000 2254
1100 2194
1200 2134
1300 2075
1401 2014

51`
Evaluasi metode wait and weight untuk menanggulangi permasalahan kick pada sumur del-01 lapangan "xys"
Liza Kandel Ginting
Dari tabel IV.4, dapat dibuat grafik Mud Circulating Schedule seperti pada
Gambar IV.8 dibawah ini:

MUD CIRCULATING SCHEDULE

4000

3500
PRESSURE DROP

3000

2500
2014 2014 2014 2014 2014 2014 2014 2014 2014
2000

1500

1000

500

0
0 1000 2000 3000 4000 5000 6000 7000 8000 9000 10000
STROKES

Gambar IV. 8 Grafik Stroke vs Pressure Drop

IV.3.4 Perhitungan Jumlah Sak Barite


Permasalahan kick yang terjadi di Sumur DEL-01 ini dapat diatasi dengan
menyirkulasikan lumpur berat dengan metode Wait and Weight. Untuk
memberatkan lumpur tersebut, dibutuhkan material pemberat seperti barite untuk
membuat lumpur dalam jumlah tertentu agar tercapai berat lumpur yang diinginkan.
Kill Mud Weight yang dibutuhkan untuk mengatasi kick dari berat lumpur awal atau
OMW sebesar SG 1.79 adalah SG 2.00. Sehingga, perlu diketahui berapa jumlah
sak barite yang dibutuhkan untuk menaikkan berat lumpur dari SG 1.79 hingga SG
2.00. Perhitungan jumlah sak barite tersebut dapat dilihat dibawah ini yang dihitung
menggunakan persamaan sebagai berikut:

52

Evaluasi metode wait and weight untuk menanggulangi permasalahan kick pada sumur del-01 lapangan "xys"
Liza Kandel Ginting
(𝐾𝑀𝑊−𝑂𝑀𝑊) 𝑥 14.4
Barite Rate =
(35−𝐾𝑀𝑊)
(16.66−14.9107) 𝑥 14.4
=
(35−14.9107)

= 1.3735 sak/bbl
Jumlah sak = 1.3735 sak/bbl x Volume Lumpur
= 1.3735 sak/bbl x 1335.59 bbl
= 1834.42 sak Barite
Berdasarkan perhitungan jumlah sak barite di atas dapat disimpulkan bahwa
selama kegiatan penanggulangan kick ini dilakukan, dibutuhkan sebanyak 1834.42
sak barite untuk memberatkan lumpur dari SG 1.79 sampai SG 2.00.

IV.3.5 Evaluasi Waktu & Biaya Metode Wait and Weight


Pada permasalahan kick di Sumur DEL-01, apabila indikasi SIDPP yang
terbaca pertama kali adalah sebesar 1050 psi, kick dapat secara tuntas ditanggulangi
dalam satu kali sirkulasi metode wait and weight saja dengan KMW sebesar SG
2.00. Waktu pelaksanaan well killing akan menjadi lebih singkat, dengan
keterangan pada tabel dibawah ini.

Tabel IV. 5 Evaluasi Waktu Pengerjaan Metode Wait and Weight


No. Kegiatan Waktu (menit)
1. Observasi flow check dan tutup BOP 15
2. Mixing lumpur 60
3. Sirkulasi KMW dengan metode Wait and Weight 241
Total Waktu 316

Tabel IV. 6 Evaluasi Biaya Pengerjaan Metode Wait and Weight


No. Kegiatan Biaya ($USD)
1. Average Drilling Cost 71,000
2. Drilling Cost / Hour 2958
3. Drilling Cost / Minute 50
4 Actual Budget (Before Evaluation) 108,614
5 Evaluation Budget 17,414
Cost Efficiency 91,199

53
Evaluasi metode wait and weight untuk menanggulangi permasalahan kick pada sumur del-01 lapangan "xys"
Liza Kandel Ginting
Dalam satu kali sirkulasi metode wait and weight, jumlah strokes yang
dikerjakan oleh pompa adalah sebesar 9637 strokes pada kapasitas pompa sebesar
40 SPM. Dengan membagi jumlah strokes tersebut dengan kapasitas pompa, maka
waktu yang dibutuhkan untuk satu kali sirkulasi lumpur adalah 239 menit. Sebelum
dilakukan sirkulasi, terlebih dahulu dilakukan flow check, observasi tekanan serta
penutupan BOP yang membutuhkan waktu selama 15 menit. Sesuai dengan data
pada tabel, maka waktu total yang diperlukan adalah 316 menit atau 5.2 jam.
Kegiatan well killing dapat menghasilkan NPT atau waktu tidak produktif.
Apabila dibandingkan dengan data aktual di lapangan, hasil evaluasi ini dapat
memberikan efisiensi waktu selama 30.8 jam. Perbedaan waktu yang dihasilkan
dari evaluasi ini mempengaruhi total biaya yang dibutuhkan. Total biaya pemboran
harian ialah $ 71,000. Berdasarkan data aktual di lapangan, biaya yang dibutuhkan
untuk menanggulangi kick ini ialah $ 108,614.3. Jika dilakukan penanggulangan
sesuai dengan evaluasi yang ada, biaya yang dikeluarkan untuk menanggulangi kick
ini ialah $ 17,414.98. Hasil evaluasi ini dapat menghemat biaya sebesar $ 91,199.

54

Evaluasi metode wait and weight untuk menanggulangi permasalahan kick pada sumur del-01 lapangan "xys"
Liza Kandel Ginting

Anda mungkin juga menyukai