SKRIPSI
Oleh
Dimas Panji Laksana
071001400047
i
TITLE PAGE
PRESSURE TRANSIENT AND DELIVERABILITY TEST
ANALYSIS FOR BASEMENT USING SOFTWARE AND
MANUAL IN DPL-1 WELL DPL FIELD
FINAL ASSESMENT
Submitted as a requirement to obtain Undergraduate in study program of
Petroleum Engineering, Faculty of Earth Technology and Energy
By
Dimas Panji Laksana
071001400047
ii
LEMBAR PENGESAHAN
ANALISA TEKANAN TRANSIEN DAN UJI DELIVERABILITAS
BASEMENT MENGGUNAKAN SOFTWARE DAN MANUAL PADA
SUMUR DPL-1 LAPANGAN DPL
SKRIPSI
Oleh
Dimas Panji Laksana
071001400047
Foto
2x3
Menyetujui,
Pembimbing Utama Pembimbing Pendamping
Mengetahui,
Ketua Program Studi Sarjana................................
iii
LEMBAR PERSETUJUAN
TIM PENGUJI
1. (Nama Ketua Penguji) Ketua Penguji (............................)
Mengetahui,
Ketua Program Studi Sarjana...........
iv
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Tempat, (tanggal/bulan/thn)
Yang membuat pernyataan
Materai
Rp 6000-,
(Nama Mahasiswa)
v
SURAT PERNYATAAN ORISINALITAS
Adalah benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri, bebas dari peniruan
terhadap karya dari orang lain. Kutipan pendapat dan tulisan orang lain ditunjuk
sesuai dengan cara-cara penulisan karya ilmiah yang berlaku.
Apabila dikemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan bahwa dalam skripsi
ini terkandung ciri-ciri plagiat dan bentuk-bentuk peniruan lain yang dianggap
melanggar peraturan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.
Tempat, (tanggal/bulan/thn)
Yang membuat pernyataan
Materai
Rp 6000-,
(Nama Mahasiswa)
vi
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur serta terima kasih kepada Tuhan Yang Maha esa
atas berkat dan karunia-Nya lah sehingga skripsi yang berjudul “Analisis Tekanan
Transien Dan Uji Dliverabilitas Basement Menggunakan Software Dan
Manual Pada Sumur DPL-1 Lapangan DPL” ini dapat selesai dengan baik dan
tepat waktu.
Pada kesempatan ini, penulis berterima kasih kepada pihak-pihak yang
membantu dalam menyelesaikan skripsi ini, terutama kepada XXXX. sebagai
pembimbing utama dan XXXX. sebagai pembimbing pembantu atas segala saran,
bimbingan dan nasehatnya selama penelitian berlangsung dan selama penulisan
skripsi ini.
Terimakasih kepada Djamaludin, Wrin Budayani, Mirzsa Pangestu, dan
Dian Novita selaku Orang Tua, dan kakak penulis yang telah memberikan semangat
dan doanya sehingga Tugas Akhir ini dapat terselesaikan dengan baik.
vii
ABSTRAK
viii
yang ada hanya terdapat 28 diantaranya yang berjenis open fracture. Dari data uji
sumur dapat terlihat terdapat satu flow period dengan ukuran choke yang berbeda-
beda dan diakhiri dengan pressure build-up test (shut-in) selama 36 jam.
Pada analisa Pressure Build-Up sumur DPL-1 dengan metode Type Curve
Pressure Derivative, pada pembacaan grafik Bourdet tidak menunjukan adanya
phase resitribution atau perubahan fasa reservoir, dan pada pembacaan grafik
derivative yang dimulai dari early time regime didapatkan adanya efek dari aliran
rekahan serta awal bilinear flow period, dilanjutkan pada middle time regime
terdapat adanya efek dari dual porosity yang ditandai dengan terbentuknya kurva
menyerupai huruf “S” dan berakhirnya bilinear flow period yang dilanjutkan oleh
formation linear flow period dan interporosity transient flow period dimana
didapatkan harga storativitas sebesar 0.51 dan harga interflow coefficient sebesar
4.38x10-6, terakhir pada late time regime terlihat adanya boundary reservoir dengan
jenis constant pressure yang ditandai dengan penurunan trendline pada grafik
derivative. Dari hasil analisis didapatkan model sumur Finite Conductivity dengan
model reservoir Two Porosity PSS dan model boundary yaitu Circle Constant
Pressure.
Metode yang digunakan untuk menghitung parameter-parameter reservoir
yaitu metode Horner dengan memplot Horner time vs (P) dan membuat garis
slope pada interporosity transient flow period. Analisis Horner yang dilakukan
menggunakan software dan spreadsheet menunjukan harga yang hampir sama,
dimana tekanan reservoir yang didapat sebesar 1962 psi, nilai permeabilitas sebesar
0.11 mD, skin yang negative sebesar -0.52, penurunan tekanan akibat skin sebesar
-15.2 psi, flow efficiency sebesar 1.1, dan radius investigasi sebesar 92.5 ft.
Selanjutnya, data untuk analisis gas deliverabilitas menunujukan 4 flow
tanpa adanya shut-in sesudah masing-masing flow, sehingga digunakan metode
flow after flow dengan memplot laju alir gas vs penurunan tekanan, nilai AOFP
(Absolute Open Flow Potential) pada sumur ini berdasarkan analisis uji
deliverabilitas yaitu sebesar 2298 mscf/D dengan nilai back pressure coefficient (C)
sebesar 1.44x10-8 dan nilai slope (n) sebesar 1.7.
ix
ABSTRACT
Well testing operation is used for determine deliverabilities of a well, both for
new well or existing well. Well testing for an existing well is used for monitoring
the capabilities of a well to produce . In well test, reservoir parameters that will be
obtained is reservoir initial pressure, formation damage, permeability, reservoir
boundary, and the ability of the well to produce. The DPL-1 well is a new well
drilled in 2013. The DPL-1 well is located on the DPL field in South Sumatra which
has a Basement reservoir formation, where the reservoir type in this Basement
formation is a condensate gas reservoir with granit rock types. Pressure transient
analysis that conducted on the DPL-1 well is Pressure Build-Up Test and
Deliverability Test which performed using software and spreadsheets.
The data used in this analysis consist of geological data
(chronostratigraphy and contour map), geophysical data (distribution, direction,
and fracture intensity), petrophysical data (log data), and well test data (pressure
gauge). From the combination of geological, geophysical and petrophysical data,
it can be determined the character of the fracture in the basement reservoir, and it
obtained two types of fractures that dominate the basement reservoir, namely
partial fracture as primary porosity which is characterized by imperfect sinusoidal
formation in imager log and very high resistivity and open fracture as secondary
porosity which is characterized by perfect sinusoidal formation in the imager log
and medium resistivity. Both types of fractures are inferred from the intensity of the
two fracture types where from 599 existing fractures there are only 28 of them are
x
open fracture types. From the well test data, it can be seen there is 1 flow period
with different choke sizes and ends with a pressure build-up test (shut-in) for 36
hours.
In the analysis of the Pressure Build-Up well DPL-1 with the Curve
Pressure Derivative Type method, the reading of the Bourdet chart does not show
a phase distribution or phase change of the reservoir, and on the derivative graph
readings start from the early time regime found the effect of fracture flow and the
beginning bilinear flow period, continued at the middle time regime, there is an
effect of dual porosity which is indicated by a curve resembling the letter "S" and
the end of the bilinear flow period, followed by the formation of linear flow period
and interporosity transient flow period where the storativity value is 0.51 and the
value of interflow coefficient of 4.38x10-6, lastly at the late time regime, it can be
seen that there is a reservoir boundary with a constant pressure type which is
indicated by a decrease in the trendline on the derivative graph. From the analysis
results, it can be concluded the well model is Finite Conductivity with Two Porosity
PSS reservoir model and the boundary model is Circle Constant Pressure.
The method used to calculate the reservoir parameters is the Horner method
by plotting Horner time vs (P) and making the slope line on the interporosity
transient flow period. Horner's analysis using software and spreadsheets showed
almost the same price, where the reservoir pressure is 1962.09 psi, permeability
value is 0.11 mD, skin negative is -0.52, pressure drop due to skin is -15.17 psi,
flow efficiency is 1.12, and the investigation radius is 92.53 ft.
Furthermore, data for gas deliverability analysis shows 4 flow without any
shut-in after each flow, so it is used the flow after flow method by plotting gas flow
rate vs. pressure drop, the AOFP (Absolute Open Flow Potential) value for this
well based on analysis of deliverability test that is equal to 2298.09 mscf / day, with
the value of back pressure coefficient (C) is 1.44x10-8 and the slope (n) value is 1.7.
xi
DAFTAR ISI
xii
Horner Sercara Manual. ............................................................ 26
IV.4 Penentuan Analisa Uji Deliverabilitas Sumur DPL-1 Dengan
Metode Flow After Flow ........................................................... 31
IV.5 Pembahasan Hasil Analisis ....................................................... 33
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN .......................................................... 39
V.1 Kesimpulan............................................................................... 39
V.2 Saran ........................................................................................ 40
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 41
LAMPIRAN ...................................................................................................... 43
xiii
DAFTAR TABEL
xiv
DAFTAR GAMBAR
Gambar II.1 Laju Alir Ideal dan Sejarah Produksi Pressure Build-Up Test. .......... 4
Gambar II.2Time Region Pressure Build-Up Curve.............................................. 5
Gambar II.3 Grafik P vs Log Horner Time (tp + ∆t)/∆t ......................................... 7
Gambar II.4 Kurva Pressure Build-Up pada Finite Reservoir ............................... 9
Gambar II.5 Distribusi Tekanan Akibat Adanya Skin ......................................... 11
Gambar II.6 Respon Kurva Pressure Derivative dan Horner Plot untuk Berbagai
Macam Kondisi Sumur dan Reservoir ........................................... 14
Gambar II.7 Diagram Laju Produksi dan Tekanan Dari Back Pressure Test9) ..... 16
Gambar II.8 Plot Back Pressure Test Untuk ∆P2 vs qsc ....................................... 17
Gambar III.1 Workflow Pengerjaan Tugas Akhir ............................................... 18
Gambar IV.1 Hasil History Plot Sumur DPL-1 .................................................. 23
Gambar IV.2 Type Curve Pressure Derivative Sumur DPL-1 ............................. 23
Gambar IV.3 Grafik Horner Plot Dengan Menggunakan Pendekatan Ψ(P) ......... 25
Gambar IV.4 Grafik Horner Plot Dengan Menggunakan Pendekatan P .............. 26
Gambar IV.5 Grafik Horner Plot Manual Dengan Pendekatan Ψ(P) ................... 27
Gambar IV.6 Grafik Horner Plot Manual Dengan Pendekatan P ........................ 30
Gambar IV.7 Grafik Hasil Plot Qg vs ΔP2(Pi2-Pwf2) Sumur DPL-1 ...................... 32
xv
DAFTAR LAMPIRAN
xvi
DAFTAR SINGKATAN DAN LAMBANG
Pemakaian
LAMBANG pertama kali
pada halaman
A Luas penampang aliran (cm2) 64
Absolute Open Flow Potential
AOFP 18
(mscf/D)
Faktor volume formasi gas (cf/scf
Bg 7
atau bbl/scf)
C Konstanta wellbore storage (bbl/psi) 8
Ct Kompresibilitas total (psi-1) 7
Cg Kompresibilita gas (psi-1) 7
FE Flow efficiency (fraksi) 8
h Ketebalan lapisan (ft) 7
k Permeabilitas (mD) 7
kh Permeability thickness (mD.ft) 7
Slope atau kemiringan (psi atau psi2
m 7
atau psi2/cp)
Pi Tekanan awal reservoir (psi) 7
Pwf Tekanan alir dasar sumur (psi) 7
Pws Tekanan statis sumur (psi) 7
Tekanan palsu / Tekanan saat
P* 8
Horner time =1 (psi)
Tekanan saat delta time = 1 jam
P1hr 7
(psi)
Qg Laju alir fluida gas (scf/D) 7
re Jari – jari pengurasan sumur (ft) 26
ri Jari- jari pengamatan sumur (ft) 13
rw Jari – jari sumur (ft) 7
s True skin 7
tp Waktu produksi (jam) 7
Z Faktor deviasi gas 7
xvii
DAFTAR SINGKATAN DAN LAMBANG (lanjutan)
Pemakaian
LAMBANG pertama kali
pada halaman
Penurunan tekanan akibat adanya
∆Pskin 7
skin (psi)
Ψ(P) Pseudo pressure (psi2/cp) 8
Porositas (fraksi) 7
g Viskositas gas (cp) 7
xviii
BAB I PENDAHULUAN
1
I.5 Manfaat Penelitian
Manfaat dari analisa yang dilakukan yaitu untuk mengetahui karakter atau
perilaku reservoir unconventional ini serta kemampuan sumur DPL-1 untuk
berproduksi dengan menggunakan dua metode uji sumur, sehingga didapatkan hasil
dari sumur tersebut.
2
BAB II TINJAUAN UMUM
3
batas reservoir. Gambar II.1 menunjukan grafik pengujian sumur dengan Pressure
Build-Up:
Gambar II.1 Laju Alir Ideal dan Sejarah Produksi Pressure Build-Up Test.
4
phase segregation (gas hump). Bentuk kurva yang dihasilkan oleh bagian ini
merupakan garis melengkung pada kertas semilog, dimana mencerminkan
penyimpangan garis lurus akibat adanya kerusakan formasi di sekitar lubang sumur
atau adanya pengaruh wellbore storage.
2. Segmen Waktu Pertengahan (Middle Times)
Dengan bertambahnya waktu, radius pengamatan akan semakin jauh
menjalar kedalam formasi. Setelah pengaruh data awal terlampaui maka tekanan
akan masuk bagian waktu pertengahan. Gambar II.2 di bawah ini menunjukkan time
region dari analisis kurva Pressure Build Up:
Pada saat inilah reservoir bersifat infinite acting dimana garis lurus pada
semilog terjadi. Dengan garis lurus ini dapat ditentukan beberapa parameter
reservoir yang penting, seperti: kemiringan garis atau slope (m), permeabilitas
effektif (k), permeability thickness (kh), faktor kerusakan formasi (s’), tekanan rata-
rata reservoir.
3. Segmen Waktu Lanjut (Late Times)
Bagian akhir dari suatu kurva setara tekanan adalah bagian waktu lanjut
(late times) yang ditunjukkan dengan berlangsungnya garis lurus semilog mencapai
batas akhir sumur yang diuji dan adanya penyimpangan kurva garis lurus.
Hal ini disebabkan karena respon tekanan sudah dipengaruhi oleh kondisi batas
reservoir dari sumur yang diuji atau pengaruh sumur-sumur produksi maupun
5
injeksi yang berada disekitar sumur yang diuji. Periode ini merupakan selang waktu
diantara periode transient (peralihan) dengan awal periode semi steady state. Selang
waktu ini adalah sangat sempit atau kadang-kadang hampir tidak pernah terjadi.
Plot P versus log (t p / Δt) / Δt pada kertas semilog, maka akan diperoleh garis lurus
dengan kemiringan:
162.6 q g B g g
m= (II-3)
kh
Sehingga persaman (II-2) menjadi:
t p + t
k
t
Pws = Pi – m log 2
− 3.23 + 0.869 s ' (II-4)
g t w
C r
6
Maka persamaan faktor skin menjadi:
P1hr − Pwf k
s’ = 1.151 − log + 3.23 (II-5)
C t rw 2
m
sedangkan adanya hambatan aliran yang terjadi pada formasi produktif akibat
adanya skin effect, biasanya diterjemahkan atas besarnya penurunan tekanan. Untuk
ΔPskin dengan metode pendekatan pressure menggunakan persamaan3):
∆Pskin = 0.87. m. s’ , psi (II-6)
Maka besarnya Flow Efficiency (FE) dengan metode pendekatan pressure dapat
ditentukan menggunakan persamaan3):
P * − Pwf − Pskin
FE = (II-7)
P * − Pwf
t p + t
Gambar II.3 menunjukan gambar grafik pressure versus Log Horner Time :
t
(𝑃) = 2 ∫𝑝𝑏 µ 𝑍
𝑝 𝑃
(II-8)
7
Sehingga persamaan differential aliran radial menjadi:
1 𝑑 𝑑(𝑃) µ 𝐶 𝑑(𝑃)
(𝑟 )= ( ) (II-9)
𝑟 𝑑𝑟 𝑑𝑟 𝑘 𝑑𝑡
Maka persamaan dapat disusun berdasarkan parameter-parameter yang berkaitan
untuk kondisi standar (14.7 psi dan 60 oF), maka didapatkan persamaan:
𝑡𝑝 + 𝛥𝑡
1637𝑞𝑔 𝑇 0.000264 𝑘 ( )
(𝑃)𝑤𝑠 = (𝑃)𝑖 − 𝑘ℎ
[𝑙𝑜𝑔 ( Ø µ𝑔 𝐶𝑡 𝑟2𝑤
𝛥𝑡
) − 0.869 𝑠′] (II-10)
Plot Ψ(P) versus log [tp + ∆t] / ∆t pada kertas semilog, maka diperoleh garis lurus
dengan kemiringan:
1637 𝑞𝑔 𝑇
𝑚= (II-11)
𝑘ℎ
Sehingga persamaan (II-10) menjadi:
𝑡𝑝 + 𝛥𝑡
0.000264 𝑘 ( )
(𝑃)𝑤𝑠 = (𝑃)𝑖 − 𝑚 [𝑙𝑜𝑔 ( Ø µ𝑔 𝐶𝑡 𝑟2𝑤
𝛥𝑡
) − 0.869 𝑠′] (II-12)
8
t p + t
dengan mengekstrapolasikan garus lurus pada grafik Horner ke harga = 1.
t
Pada Gambar II.4 diabwah ini, menunjukan gambaran tekanan reservoir rata-rata
pada reservoir yang terbatas (finite reservoir):
Keterangan:
𝑝̅𝑟 = tekanan reservoir rata-rata, psi
𝑃* = false pressure, psi
𝑚 = slope, psi/cyle
𝐹 = MBH dimensionless pressure
9
𝐶𝐴 = Shape factor
𝑇𝐷𝐴 = Dimensionless time
𝑡𝑝 = Time production, jam
10
II.7 Faktor Kerusakan Formasi
Skin adalah zona disekitar perforasi yang mengalami penurunan
permeabilitas. Skin merupakan suatu besaran yang menunjukkan ada atau tidaknya
kerusakan formasi disekitar lubang sumur. Skin ini mengakibatkan berkurangnya
permeabilitas formasi disekitar lubang bor disebabkan oleh runtuhnya dinding
lubang sumur, terjadinya pengendapan, dan invansi partikel-partikel selama
pemboran, completion, dan produksi.
Menurut Hurst (1953), formasi di sekitar lubang sumur mengalami
kerusakan. Luas daerah formasi yang mengalami kerusakan ini relatif tipis hanya
di sekitar lubang sumur maka disebut skin, sehingga aliran dari formasi terhambat
mengalir ke lubang sumur. Distribusi tekanan karena adanya skin dapat dilihat pada
Gambar II.5.
Selanjutnya menurut Horner (1951) dalam metode Horner ini dapat dibuat suatu
klasifikasi nilai skin, yaitu:
s = + (positif) menunjukkan indikasi adanya kerusakan formasi
s = 0 (nol) menyatakan tidak ada kerusakan atau perbaikan formasi
s = - (negatif) memperlihatkan indikasi adanya perbaikan formasi
11
II.8 Radius Investigasi
Radius investigasi atau jari-jari pengamatan menggambarkan sejauh mana
(jarak dari lubang bor yang diuji) pencapaian transien tekanan akibat suatu produksi
atau penutupan sumur. Jarak pressure transient yang dapat dicapai pada pengujian
sumur disebut radius investigasi. Jarak ini tergantung dari kecepatan pressure
transient untuk melalui batuan reservoir, hal ini dipengaruhi oleh sifat batuan dan
fluida reservoir antara lain:
1. Permeabilitas
2. Porositas
3. Viskositas Fluida
4. Kompresibilitas Total
Seiring berjalannya waktu, reservoir semakin dipengaruhi oleh radius investigasi.
Radius investigasi dapat ditentukan dengan persamaan sebagai berikut:
ri = kt (II-19)
948 g Ct
12
dari suatu sumur. Model reservoir terdiri dari Reservoir Homogeneus dan Reservoir
Heterogenous.
Reservoir Homogeneous merupakan model reservoir yang paling simple
dengan mengasumsikan dimana porositas, dan permeabilitas sama dan tersebar
secara merata. Contoh dari Reservoir Homogeneous yaitu batuan Sandstone.
Sedangkan yang termasuk dari model Reservoir Heterogenous adalah Dual
Porosity. Dual porosity atau reservoir rekah alami dapat terbentuk akibat dari
proses pelarutan Dolomitisasi, dan aktivitas tektonik.
Dual porosity adalah dengan mengasumsikan suatu reservoir dengan pori
batuan terbagi menjadi dua media yaitu matriks, yang memiliki storativitas tinggi
dan permeabilitas rendah, dan fissures yang memiliki permeabilitas tinggi dan
storativitas rendah. Pada jenis reservoir ini pori pada matriks tidak bias mengalirkan
fluida langsung ke sumur tetapi harus mengalirkan fluida reservoir melalui pori
pada rekahan. Terdapat dua parameter penting pada reservoir ini yaitu storativity
(ɷ) dan interflow porosity coefficient (λ).
Storativity (ɷ) adalah fraksi fluida yang dapat tersimpan pada rekahan.
Apabila ɷ = 1, artinya semua fluida ada dalam rekahan pada reservoir. Storativity
(ɷ) dapat ditentukan dengan persamaan sebagai berikut:
(Øℎ𝑐𝑡 )𝑓
ɷ= (II-20)
(Øℎ𝑐𝑡 )𝑓+𝑚
Keterangan,
ω = Storativity, fraksi
λ = Interporosity
Ct = Kompresibilitas total, psi-1
h = thickness, ft
k = Permeabilitas, md
α = parameter block-shape
13
II.11 Model Boundary
Salah satu hal penting dari aplikasi analisa pressure build-up adalah
menganalisa data tes untuk mendeteksi atau mengkonfirmasi adanya patahan. Saat
patahan terletak didekat sumur test, secara signifikan akan terekam perilaku tekanan
sumur saat dilakukannya build-up test. Model batas (boundary) reservoir terbagi
menjadi dua macam, antara lain:
1. Infinite
Batas reservoir yang infinite dianggap luas reservoir tidak terbatas atau
belum bertemu dengan patahan.
2. Fault
Salah satu jenis-jenis patahan, yaitu one fault. One fault diasumsikan bahwa
sebuah patahan yang linier, terletak beberapa jarak dari sumur produksi.
Membatasi perpanjangan reservoir dalah satu arah (sealing). Gambar II.6
menunjukan respon kurva pressure derivative dan Horner plot untuk
berbagai macam kondisi sumur dan reservoir:
Gambar II.6 Respon Kurva Pressure Derivative dan Horner Plot untuk Berbagai
Macam Kondisi Sumur dan Reservoir
14
penurunan tekanan dasar sumur (ΔP2) atau ΔΨ(P) dengan laju produksi konstan
dikepala sumur (qsc).
Hal ini telah diterima secara luas bahwa log (ΔP2) versus log (qsc) atau log
ΔΨ(P) vs qsc memiliki hubungan yang mendekati linier. Umumnya hubungan garis
lurus pada suatu sumur tertentu diterapkan disepanjang hidup sumur tersebut,
selama produksi sumur merupakan satu fasa.
Dengan memanjangkan kurva kinerja log ΔP2 versus qsc atau log ∆Ψ(P)
versus qsc akan dapat diketahui Absolute Open Flow Potential (AOFP). Meskipun
harga AOFP tidaklah merefleksikan keadaan yang sebenarnya, akan tetapi dapat
untuk memperkirakan kepasitas suatu sumur. Biasanya uji deliverabilitas ini tidak
memerlukan informasi parameter fluida atau reservoir dan dibuat berdasarkan
persamaan empiris.
Pada masa awal dari tes penentuan deliverabilitas ini sudah dikenal
persamaan empiris yang selaras dengan hasil pengamatan. Persamaan ini
menyatakan hubungan antara qsc terhadap ΔP2 atau qsc terhadap pseudo pressure
∆Ψ(P) pada kondisi aliran yang stabil, yaitu:
Qg = C (Pr2 – Pwf2)n (II-22)
Qg = C (Ψ(Pr) - Ψ(Pwf))n (II-23)
Keterangan:
Qg = laju aliran gas, mscf/d
C = koefisien performa yang menggambarkan posisi kurva deliverabilitas
yang stabil, mscfd/psia2
n = bilangan eksponen, merupakan inverse slope dari garis kurva
deliverabilitas yang stabil dan mencerminkan derajat pengaruh factor inersia –
turbulensi terhadap aliran, umumnya berharga 0.5 – 1
Harga n ini mencerminkan derajat pengaruh factor inersia turbulensi atas
aliran. Harga n diperoleh dari sudut kemiringan grafik dengan sumbu tegak (ΔP 2)
atau ∆Ψ(P). untuk aliran yang laminar akan memberikan harga n sama dengan 1,
dan bila factor inersia-turbulensi berperan dalam aliran maka n < 1 (dibatasi sampai
harga paling kecil sama dengan 0.5).
15
II.13 Back Pressure Test
Konvensional Back Pressure atau disebut juga Flow After Flow Test,
metode ini pertama kali dikemukakan oleh Pierce & Rawlins (1929) untuk
mengetahui kemampuan suatu sumur yang berproduksi dengan memberikan
tekanan balik (Back Pressure) yang berbeda-beda.
Pelaksanaan dari tes yang conventional ini dimulai dengan cara menutup
sumur, darimana ditentukan harga Pr. Selanjutnya sumur diproduksi dengan laju
sebesar qsc sehingga aliran mencapai stabil, sebelum diganti dengan laju produksi
lainnya. Setiap perubahan laju produksi tidak didahului dengan penutupan sumur.
Analisis deliverability didasarkan pada kondisi aliran yang stabil. Untuk keperluan
ini diambil tekanan alir di dasar sumur (P wf) pada akhir dari periode suatu laju
produksi. Gambar skematis dari proses Back Pressure Test diperlihatkan pada
Gambar II.7.
Gambar II.7 Diagram Laju Produksi dan Tekanan Dari Back Pressure Test9)
16
kinerja sumur yang sebenarnya. Secara ideal garis lurus tersebut mempunyai slope
atau kemiringan 45o pada laju produksi rendah dan akan memberikan slope yang
lebih besar pada laju produksi tinggi. Hal ini terjadi akibat dari naiknya turbulensi
disekitar lubang bor dan berubahnya faktor skin akibat peningkatan laju produksi.
Harga eksponen ditunjukkan oleh persamaaan:
log q sc 2 − log q sc1
n= (II-24)
log ( P − Pwf2 ) 2 − log ( Pr2 − Pwf2 )1
r
2
Gambar skematis plot Back Pressure Test untuk ∆P2 versus qsc diperlihatkan pada
Gambar II.8.
q sc
C= (II-26)
( ( Pr ) − ( Pwf )) n
17
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
Pada bab ini akan membahas alur dari penelitian yang telah dilakukan pada
lapangan DPL sumur DPL-1 mengenai hasil uji sumur untuk mendapatkan
karakteristik dari sumur tersebut. Berikut adalah workflow pengerjaan tugas akhir:
18
reservoir, tight dan impermeable, harus dilakukan analisis yang dimulai dari
interpretasi data log yang berguna untuk melihat karakter dari rekahan natural yang
ada pada reservoir tersebut. Metode analisis yang akan dilakukan antara lain:
1. Analisis Resistivitas, Porositas, dan Ketebalan Pay Zone
2. Analisis Rekahan dengan Imager Log
3. Analisis Distribusi dan Frekuensi Rekahan
19
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
Dalam menganalisis uji teknana pada sumur DPL-1, metode tes sumur yang
dilakukan pada sumur DPL-1 adalah data Drill Stem Test (DST) yang didalamnya
terdapat data PBU (Pressure Build-Up Test), yang merupakan suatu teknik
pengujian transien yang dilakukan dengan cara memproduksikan suatu sumur
dalam selang waktu tertentu dengan laju alir yang tetap, kemudian menutup sumur
tersebut sehingga tekanan menjadi naik dan dicatat sebagai fungsi waktu (tekanan
yang dicatat biasanya tekanan dasar sumur), dan uji deliverabilitas dimana uji ini
bertujuan untuk mengetahui kemampuan suatu sumur untuk mengalirkan fluida
gas. Dari hasil uji Pressure Build-Up dan uji deliverabilitas tersebut, dapat
diketahui karakteristik formasi yang dapat digunakan untuk menentukan
produktivitas formasi, sehingga dapat diketahui kemampuan suatu sumur untuk
berproduksi. Untuk mendapatkan besarnya parameter-parameter tersebut, penulis
mencoba melakukan analisis data Pressure Build-Up Test dan Deliverability Test
yang dilakukan pada sumur DPL-1 dengan menggunakan software dan perhitungan
dengan metode Horner secara manual.
20
yang tersedia untuk sumur DPL-1:
Porositas () 20 %
21
Kemudian Tabel IV.3 merupakan data test produksi sumur DPL-1:
Ukuran Total
Lama Gas Rate Oil Rate
Jenis Test Choke Rate
Waktu (hr) (mscf/D) (bopd)
(1/64inch) (mscf/D)
128 29 - - -
20 6 - - -
Clean Up
28 6 - - -
36 28.5 - - -
Shut-in PBU - 36 0 0 0
22
constant pressure:
2000
1000
0
2000
1000
Dari Gambar IV.1 diatas memperlihatkan dua grafik, grafik yang berada
diposisi atas menunjukan plot tekanan terhadap waktu, dan grafik yang berada
diposisi bawah adalah plot laju alir terhadap waktu. Kemudian terdapat garis
berwarna merah yang menunjukan matching plot antara Type Curve Pressure
Derivative dengan model sumur yang telah disimulasikan dalam software.
Setelah history plot sudah match dengan model yang dipilih, kemudian
dilakukan matching terhadap derivative plot. Gambar IV.2 merupakan gambar Type
Curve Pressure Derivative yang sudah di matching:
1E+8
1E+7
1E+6
1E-4 1E-3 0.01 0.1 1 10
Dari Gambar IV.2 diatas memperlihatkan kurva actual yang ditunjukan oleh
garis hijau (bagian atas) yaitu Type Curve Gringarten dan garis merah (bagian
23
bawah) adalah Type Curve Derivative. Tabel IV.4 adalah hasil interpretasi model
sumur DPL-1:
Pada grafik log-log plot dan Tabel IV.4 tersebut menunjukan bahwa analisis
uji sumur sudah pada tahap radial flow dengan model sumur Finite Conductivity,
dimana pada sumur ini memiliki rekahan yang sangat panjang pada reservoir
tersebut dan terdapat 4 periode aliran untuk tipe ini, yaitu dimulai dari periode aliran
linear dalam rekahan (Fracture Linear Flow), dilanjutkan dengan periode aliran
bilinear (Bilinear Flow Period), setelah itu periode aliran linear dalam formasi
(Formation Linear Flow), dan diakhiri dengan periode Infinite Acting Pesudoradial
Flow, dengan model reservoir Two Porosity Pseudosteady-State, dimana pada
model reservoir ini pori batuan terbagi menjadi dua media yaitu matriks yang
memiliki storativitas tinggi dan permeabilitas rendah dilambangkan dengan omega
(ω), dan fissure (rekahan) yang memiliki nilai Interporosity Flow Coefficient (λ),
dan memiliki Reservoir Boundary yaitu Circle Boundary berupa Support Pressure,
dimana pada akhir dari derivative curve terjadi constant pressure (penurunan kurva
derivative), pada model circle mengindikasikan jika sumur DPL-1 mempunyai
batasan reservoir berupa Drainage Radius (Re) yang artinya diluar radius tersebut
sudah memiliki strong drive mechanism effect atau perbedaan karakter dari
reservoir.
24
Tabel IV.5 adalah hasil parameter reservoir yang didapatkan berdasarkan Type
Curve Pressure Derivative:
Tabel IV.5 Hasil Analisis Type Curve Pressure Derivative Sumur DPL-1
Parameter Nilai Satuan
Konstanta wellbore storage (C) 0.0229 bbl/psi
Total skin (s’) 0.199 -
∆Pskin 73.17 Psi
Fc 50 mD.ft
Pi 1962.09 Psi
Permeability thickness (k.h) 21 mD. Ft
Ketabalan reservoir (h) 200 Ft
Permeabilitas (k) 0.105 mD
Omega () 0.508 -
Lambda () 4.38 x 10-6 -
Re-Constant 50.5 ft
1E+8
25
semua jenis tekanan reservoir, didapatkan nilai parameter reservoir antara lain nilai
transmisivity sebesar 19.865 mD.ft, nilai permeabilitas sebesar 0.099 mD, dan
nilai total skin sebesar -1.541.
Kemudian selain menggunakan Horner dengan metode Pseudopressure,
dapat digunakan pula metode pendekatan pressure untuk menganalisis nilai
parameter reservoir tersebut. Gambar IV.4 adalah gambar hasil grafik Horner plot
dengan menggunakan metode horner pendekatan P:
1800
1400
1000
600
0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4 4.5 5
26
pendekatan, yaitu metode pendekatan pseudo pressure Ψ(P) dan metode
pendekatan pressure (P).
slope, permeabilitas (k), tekanan awal reservois (P i), skin (s’), delta P skin (∆Pskin),
flow efficiency (FE), dan radius investigasi (ri). Gambar IV.5 adalah hasil plot data
Pseudo Pressure terhadap Horner Time:
HTR vs Ψ(p)
3.00E+08
2.50E+08
y = -47,029,557ln(x) + 355,513,581
R² = 1
Ψ(P) (Psi2/cp)
2.00E+08
1.50E+08
1.00E+08
5.00E+07
0.00E+00
1 10 100 1000 10000 100000 1000000
HTR (hr)
Berdasarkan Gambar IV.5, maka didapatkan nilai slope, P*, permeabilitas, skin
factor, Damage Ratio, Flow Efficiency, dan radius investigasi sebagai berikut:
27
a) Dengan persamaan haris yang didapat y = -47029557*Ln(x) + 355513581,
dengan mengambil 1 cycle (1 dan 10), maka didapatkan slope (m):
m = (-47029557*Ln(1) + 355513581)-( -47029557*Ln(10) + 355513581)
m = 108289556.7 psi2/cp
b) Berikutnya adalah penentuan P saat waktu Δt =1 jam (Ψ(P)1jam), diperlukan
Horner Time yang akan dipotongkan dengan garis slope, yaitu:
(𝑡𝑝 + ∆𝑡) (137.8796 + 1)
𝐻𝑇𝑅@1ℎ𝑟 = = = 138.8796 ℎ𝑟
∆𝑡 1
Dengan persamaan y = -47029557*Ln(x) + 355513581, maka:
Ψ(P)1jam= -47029557*Ln(HTR@1hr) + 355513581
= -47029557*Ln(138.8796) + 355513581
= 123488208.8 psi2/cp
(𝑡𝑝 +∆𝑡)
c) Tekanan reservoir dapat ditentukan pada saat nilai = 1, dengan
∆𝑡
= -47029557*Ln(1) + 355513581
= 355513580.9 psi2/cp = 2276.19 psi
d) Harga permeabilitas dengan metode Ψ(P) dapat diperoleh dengan persamaan
(II-11):
1637𝑞𝑔 𝑇
𝑚=
𝑘ℎ
𝑞𝑔 𝑇
𝑘ℎ = 1637
𝑚
1.829 𝑥 (256 + 460)
𝑘ℎ = 1637
108289556.7
𝑘ℎ =19.797 mD.ft
19.797
𝑘=
ℎ
19.797
𝑘= = 0.099 𝑚𝐷
200
e) Harga skin factor (s’) dapat diperoleh dengan persamaan (II-13):
Ψ(P)1ℎ𝑟 − Ψ(P)𝑤𝑓 𝑘
𝑠 ′ = 1.151 [( ) − 𝑙𝑜𝑔 + 3.23]
𝑚 ص𝑐𝑡 𝑟𝑤2
28
123488208.78−30328705.97 0.099
=1.151 [( ) − 𝑙𝑜𝑔 0.2 𝑥 0.0229 𝑥 0.00029 𝑥 0.572 + 3.23]
108289556.69
= -1.46
f) Penurunan tekanan akibat adanya skin atau biasa disebut damage ratio
(∆Pskin) dapat ditentukan dengan persamaan (II-14):
Ψ(P𝑤𝑓 𝑖𝑑𝑒𝑎𝑙 ) = (𝑃𝑤𝑓 ) − (0.87 m s′)
= 30328705.97 − (0.87 x 108289556.69 x (−1.46))
= 168127630.37 psi2/cp
= 1534.09 psi
ΔP𝑠𝑘𝑖𝑛 = P𝑤𝑓 𝑎𝑐𝑡𝑢𝑎𝑙 − P𝑤𝑓 𝑖𝑑𝑒𝑎𝑙
= 649.51 − 1534.09
= −884.58 𝑝𝑠𝑖
Flow Efficiency dapat ditentukan dengan menggunakan persamaan (II-15):
Ψ(𝑃∗ ) − Ψ(𝑃𝑤𝑓 ) − Ψ(𝛥𝑃𝑠𝑘𝑖𝑛 )
𝐹𝐸 =
Ψ(𝑃∗ ) − Ψ(𝑃𝑤𝑓 )
355513580.87−30328705.97−(−137798924)
=
355513580.87−30328705.97
= 1.424
g) Penentuan radius investigasi (ri) dapat ditentukan menggunakan persamaan
(II-19):
𝑘𝑡
𝑟𝑖 = √
948ص𝑔 𝐶𝑡
0.099 𝑥 137.8796
=√
948 𝑥 0.20 𝑥 0.0229 𝑥 0.00029
= 104.17 ft
29
IV.6 adalah hasil plot data Pressure terhadap Horner time:
Pressure vs HTR
2500
2300
2100
1900 y = -210.292ln(x) + 2,372.790
1700
Pressure
R² = 1.000
1500
1300
1100
900
700
500
1 10 100 1000 10000 100000 1000000
HTR
Berdasarkan Gambar IV.6, maka didapatkan nilai slope, P*, permeabilitas, skin
factor, Damage Ratio, Flow Efficiency, dan radius investigasi sebagai berikut:
a) Dengan persamaan haris yang didapat y = -210.2923*Ln(x) + 2372.7902
dengan mengambil 1 cycle (1 dan 10), maka didapatkan slope (m):
m = (-210.2923*Ln(1) + 2372.7902)-( -210.2923*Ln(10) + 2372.7902)
m = 484.2160 psi2/cp
b) Berikutnya adalah penentuan P saat waktu Δt =1 jam (P1jam), diperlukan
Horner Time yang akan dipotongkan dengan garis slope, yaitu:
(𝑡𝑝 + ∆𝑡) (137.8796 + 1)
𝐻𝑇𝑅@1ℎ𝑟 = = = 138.8796 ℎ𝑟
∆𝑡 1
Dengan persamaan y = -210.2923*Ln(x) + 2372.7902, maka:
P1jam= -210.2923*Ln(HTR@1hr) + 2372.7902
= -210.2923*Ln(138.8796) + 2372.7902 = 1335.29 psi
(𝑡𝑝 +∆𝑡)
c) Tekanan reservoir dapat ditentukan pada saat nilai = 1, dengan
∆𝑡
30
d) Harga permeabilitas dengan metode P dapat diperoleh dengan persamaan (II-
3):
162.6 𝑞𝑔 𝐵𝑔 µ𝑔
𝑚=
𝑘ℎ
162.6 𝑞𝑔 𝐵𝑔 µ𝑔
𝑘ℎ =
𝑚
1.829 𝑥 106 𝑥 0.0013 𝑥 0.0229
𝑘ℎ = 162.6 𝑥
1335.2903
𝑘ℎ =18.564 mD.ft
18.563 18.563
𝑘= = = 0.093 𝑚𝐷
ℎ 200
e) Harga skin factor (s’) dapat diperoleh dengan persamaan (II-5):
P1ℎ𝑟 − P𝑤𝑓 𝑘
𝑠 ′ = 1.151 [( ) − 𝑙𝑜𝑔 + 3.23]
𝑚 ص𝑐𝑡 𝑟𝑤2
1335.29−652.35 0.093
= 1.151 [( ) − 𝑙𝑜𝑔 0.2 𝑥 0.0229 𝑥 0.00029 𝑥 0.572 + 3.23]
484.22
= -0.80
f) Penurunan tekanan akibat adanya skin atau biasa disebut damage ratio
(∆Pskin) dapat ditentukan dengan persamaan (II-6):
ΔP𝑠𝑘𝑖𝑛 = 0.87 m s′ = 0.87 x 484.22 x (−0.80) = −62.98 psi
g) Flow Efficiency dapat ditentukan dengan menggunakan persamaan (II-7):
𝑃∗ − 𝑃𝑤𝑓 − 𝛥𝑃𝑠𝑘𝑖𝑛
𝐹𝐸 =
𝑃∗ − 𝑃𝑤𝑓
2372.79−652.35−(−62.98)
= = 1.04
2372.79−652.35
h) Penentuan radius investigasi (ri) dapat ditentukan menggunakan persamaan
(II-19):
𝑘𝑡
𝑟𝑖 = √
948ص𝑔 𝐶𝑡
0.099 𝑥 137.8796
=√ = 100.88 𝑓𝑡
948 𝑥 0.20 𝑥 0.0229 𝑥 0.00029
31
Test. Tujuan dari uji deliverabilitas ini adalah untuk menganalisis kemampuan
produksi gas maksimum yang disebut Absolute Open Flow Potential (AOFP) baik
dengan menggunakan metode manual dengan Ms.Excel, data yang diperlukan
untuk menganalisis uji deliverabilitas dengan metode Flow After Flow Test
diantaranya adalah tekanan dasar sumur mengalir (Pwf), tekanan awal reservoir (Pi)
dan laju alir gas (Qg). Pada Tabel IV.6 adalah data produksi pada Flow After Flow
Test:
Tabel IV.6 Data Flow After Flow Test Sumur DPL-1
Qg vs ΔP2(Pi2-Pwf2)
10000000
ΔP2(Pi2-Pwf2) (Psi2)
y = 2.3820E+06x5.8782E-01
R² = 9.4240E-01
1000000
00,001 00,010
Qg (mmscf/day)
Dari grafik diatas maka data dihitung nilai n, C dan nilai AOFP. Berikut hasil
perhitungan manual:
32
a) Dengan persamaan yang didapat y = 2382041.769x0.588, maka:
Untuk X = 1, y = 2382041.769*(1)0.588 = 2382041.769
Untuk X = 10, y = 2382041.769(10)0.588 = 9220831.372
log(𝑦2 ) − log(𝑦1 )
𝑆𝑙𝑜𝑝𝑒 =
log(𝑥2 ) − log(𝑥1 )
log(9220831.372)−log(2382041.769)
= = 0.588
log(10)−log(1)
1 1
𝑛= = = 1.701
𝑠𝑙𝑜𝑝𝑒 0.588
b) Untuk nilai C dapat ditentukan dengan menggunakan persamaan (II-25):
𝑞𝑠𝑐
𝐶=
2 𝑛
(𝑃𝑖2 − 𝑃𝑤𝑓 )
1886.28
=
(3427302.37)1.7
= 1.44 𝑥 10−8 (𝑚𝑠𝑐𝑓/𝐷)/𝑝𝑠𝑖 2
c) Nilai AOFP dapat dihitung dengan mengasumsikan nilai tekanan alir dasar sumur
(Pwf) sebesar 14.7 psi (standard condition). Nilai AOFP telah dapat ditentukan
dengan menggunakan persamaan (II-27):
2 𝑛
𝐴𝑂𝐹𝑃 = 𝐶(𝑃𝑟2 − 𝑃𝑤𝑓 )
= 1.44 𝑥 10−8 (3849581.08)1.7 = 2298.53 𝑚𝑠𝑐𝑓/𝑑𝑎𝑦
Tabel IV.7 merupakan hasil tabulasi dari perhitungan manual analisis Flow After Flow
Test sumur DPL-1:
Tabel IV.7 Hasil Perhitungan Manual Flow After Flow Test Sumur DPL-1
n 0.70 -
33
dan perhitungan tersebut meliputi penentuan Well Model, Reservoir Model,
Boundary Model, parameter karakteristik reservoir seperti nilai tekanan reservoir
(Pi), transmisivitas (kh), permeabilitas (k), faktor skin (s), damage ratio (ΔPskin),
flow efficiency (FE), dan radius investigasi (ri) pada Pressure Build-Up Test.
Sedangkan pada Deliverability Test akan didapatkan nilai n, C, dan Absolute Open
Flow Potential (AOFP) pada sumur DPL-1. Dalam pengerjaan perhitungan
Pressure Build-Up Test akan dilakukan dengan software dan secara manual
menggunakan Ms. Excel, sedangkan pada pengerjaan Deliverability Test hanya
dilakukan dengan cara manual saja menggunakan Ms. Excel.
IV.5 1 Hasil Analisis Pressure Build-Up Test Pada Sumur DPL-1 Dengan
Software
Pada software dilakukan analisis Pressure Build-Up dengan menggunakan
metode Type Curve Pressure Derivative dan juga metode Horner Plot dengan
pendekatan pressure dan pendekatan pseudo pressure. Analisis tersebut bertujuan
untuk menentukan Well Model, Reservoir Model, Boundary Model, parameter
karakteristik reservoir seperti nilai tekanan reservoir (Pi), transmisivitas (kh),
permeabilitas (k), faktor skin (s), damage ratio (ΔPskin).
Pada analisis Type Curve Pressure Derivative dilakukan dengan metode trial
and error untuk mendapatkan hasil yang sesuai (match) antara kurva aktual dengan
kurva model. Trial and error yang dilakukan adalah memilih berbagai macam
model dari Well Model, Reservoir Model, dan Boundary Model.
Kemudian setelah kurva actual dan kurva model telah sesuai (match) pada
Type Curve Pressure Derivative, untuk sumur DPL-1 didapatkan Well Model
adalah Finite Conductivity. Model ini termasuk dalam tipe Fractured Vertical Well
yang masing-masing tipe dari sumur ini dibagi berdasarkan flow period yang
dimiliki, finite conductivity sendiri memiliki flow period yang paling banyak
dimana terdapat 4 flow period, yaitu dimulai dari fracture linear flow, bilinear flow,
formation linear flow, dan diakhiri dengan pseudoradial flow, hal ini dapat
dibuktikan dengan analisis flow period yang terdapat pada bentuk kurva derivative,
perbedaan straight line slope pada Horner plot dan grafik-grafik lainnya untuk
membuktikan adanya periode-periode aliran yang berbeda yang dapat dilihat pada
34
Gambar B.5 sampai Gambar B.10. Pada model ini dapat diartikan sumur ini
memiliki rekahan yang sangat panjang pada zona produksinya.
Untuk Reservoir Model yang diperoleh dari analisis sumur DPL-1 ini adalah
Two Porosity PSS, ditunjukan dengan adanya omega (storativity) dan lambda
(interporosity flow coefficient). Omega berhubungan dengan dimana fluida
hidrokarbon dikandung pada matriks batuan atau pada rekahan. Sedangkan lambda
menunjukan kemudahan perpindahan fluida antara matriks batuan dan rekahan.
Dapat dibuktikan juga dengan analisis data log imager yang dimana terdapat 2 jenis
rekahan (fracture) yang berkembang pada reservoir ini,yaitu partial fracture yang
ditandai dengan pembentukan sinusoidal tidak sempurna pada imager log, dan open
fracture yang ditandai dengan pembentukan sinusoidal sempurna pada imager log
serta didukung dengan analisis fracture distribution yang dapat dilihat pada
Gambar B.1 sampai B.4, dikarenakan fracture yang mendominasi adalah jenis
partial fracture, maka permeabilitas pada reservoir ini akan bernilai kecil.
Pada sumur DPL-1 didapatkan nilai storage coefficient (𝜔) sebesar 0.509,
berarti fluida dari reservoir ini terdapat pada matriks dan rekahan atau dengan kata
lain 50% dari hidrokarbon terdapat pada matriks batuan dan 50% lainnya terdapat
pada rekahannya (fissure). Harga lambda pada Sumur DPL-1 adalah 4.37E-6.
Harga lambda yang didapat pada sumur tersebut menunjukan kontribusi aliran dari
matriks menuju ke rekahan sangat lambat atau permeabilitas matriks batuan lebih
kecil dari permeabilitas rekahan, yang berarti kecilnya kemampuan matriks untuk
mengalirkan fluida.
Sedangkan Boundary Model pada Sumur DPL-1 adalah circle constant
pressure. Model tersebut mengindikasikan Sumur DPL-1 memiliki batasan yg
berbentuk lingkaran atau dibatasi dengan jari-jari pengurasannya (re), ini dapat
terlihat pada grafik derivative bagian late-time regime yang menurun, dengan besar
jari-jari pengurasan sebesar 50.47 ft.
Kemudian berdasarkan analisis Type Curve Pressure Derivative didapatkan
harga tekanan reservoir sebesar 1962.09 psi, namun nilai ini belum dapat
disimpulkan dikarenakan belum sampainya steady-state pada grafik derivative,
nilai transmissivity (kh) sebesar 20.99 mD.ft, nilai permeabilitas sebesar 0.11 mD,
nilai skin sebesar 0.2, dan nilai penurunan tekanan akibat skin sebesar 73.17 psi.
35
Oleh karena tekanan yang masih tidak stabil maka dilakukan analisis dengan
pendekatan Ψ(P) (pseudo pressure) dan pendekatan P (pressure), maka penulis
melakukan Horner Plot pada software dengan metode Ψ(P) (pseudo pressure)
didapatkan nilai transmissivity (kh) sebesar 24.48 mD.ft, nilai permeabilitas sebesar
0.11 mD, nilai skin sebesar -0.52.
Untuk nilai parameter karakteristik reservoir yang didapat baik dengan Type
Curve Pressure Derivative maupun dengan Horner Plot menunjukan nilai yang
cukup berbeda pada skin, dikarenakan geometri sumur DPL-1 sangat rumit dan
model dalam analisis derivative pada software yang tidak terlalu match, software
akan melihat itu sebagai faktor skin, sedangkan Horner Plot hanya
memperhitungkan nilai slope yang terdapat didalamnya.
IV.5 2 Hasil Perhitungan Manual Analisi Uji PBU Sumur DPL-1 Dengan
Metode Horner Pendekatan (P) dan Pendekatan P
Perhitungan secara manual dengan menggunakan spreadsheet berupa Ms.
Excel, dimana nilai yang didapat dari perhitungan manual ini akan divalidasikan
dengan nilai yag didapat dari software. Analisis ini bertujuan untuk menentukan
nilai tekanan reservoir (Pi), transmisivitas (kh), permeabilitas (k), faktor skin (s),
damage ratio (ΔPskin), flow efficiency (FE), dan radius investigasi (ri)
Namun yang berbeda dalam penentuan secara manual ini adalah dalam
penggunaan metode Ψ(P), nilai tekanan harus dikonversi terlebih dahulu kedalam
Ψ(P), setelah nilai tekanan selesai terkonversi dan dilakukan plot, maka didapatkan
nilai P* sebesar 2276.19 psi, transmisivitas (kh) sebesar 19.797 mD.ft,
permeabilitas (k) sebesar 0.099 mD, faktor skin (s) sebesar -1.463, penurunan
tekanan akibat skin (ΔPskin) sebesar -884.58 psi, flow efficiency (FE) sebesar 1.424,
dan radius investigasi sebesar 104.17 ft.
Kemudian hasil yang didapatkan dengan pendekatan pressure adalah P*
sebesar 2372.79 psi, transmisivitas (kh) sebesar 18.564 mD.ft, permeabilitas (k)
sebesar 0.093 mD, faktor skin (s) sebesar -0.797, penurunan tekanan akibat skin
(ΔPskin) sebesar -62.981 psi, flow efficiency (FE) sebesar 1.037, dan radius
investigasi sebesar 100.875 ft.
Setelah perhitungan selesai dilakukan, maka dibuat tabulasi hasil
36
perhitungan software dan manual yang ditunjukan pada Tabel IV.8:
Tabel IV.8 Hasil Nilai Uji PBU Sumur DPL-1 Dengan Software dan Manual
Ms.Excel
Parameter Software Horner Plot Horner Plot
Ψ(P) P
Pi 1962.09 psi 2276.19 psi 2372.79 psi
kh 20.99 mD.ft 19.80 mD.ft 18.56 mD.ft
k 0.105 mD 0.099 mD 0.093 mD
skin -0.517 -1.463 -0.797
Jadi berdasarkan hasil tabulasi data yang ditunjukan pada Tabel 5.1, maka
dapat disimpulkan jika nilai Pi, nilai transmisivitas (kh), nilai permeabilitas (k), dan
nilai skin (s) dari uji Pressure Build-Up dengan metode manual dapat divalidasikan
dengan nilai yang didapatkan software karena menghasilkan nilai yang tidak jauh
berbeda. Namun, nilai yang akan dipilih tetap berdasarkan nilai yang didapat dari
software dikarenakan software menggunakan algoritma perhitungan sedangkan
manual menggunakan diskritasi perhitungan.
Untuk nilai Pi yang telah dipilih sebesar 1962.09 psi, juga telah dianalisa
secara manual pada Lampiran E dengan menganalisa pada mid-time region methods
dan late-time region methods. Pada mid-time region methods digunakan metode
Matthews-Brons-Hazebroek (MBH method) dan Ramey-Cobb method, sedangkan
pada late-time region methods digunakan Modified Muskat Method dan Arps-Smith
Method, dan hasil yang didapat sesuai dengan perhitungan software yaitu sebesar
1962.09 psi.
37
performance coefficient (C), n dan AOFP (Absolute Open Flow Potential) dari
Sumur DPL-1.
Pada uji deliverabilitas ini juga dilakukan dengan menggunakan software
dan juga dengan spreadsheet berupa Ms. Excel. Pada software didapatkan hasil C
sebesar 1.47E-8 (mscf/D)/(psi2)n, nilai n sebesar 1.7 dengan nilai AOFP (Absolute
Open Flow Potential) sebesar 2298.09 mscf/D.
Sedangkan pada spreadsheet menggunakan Ms. Excel dengan anggapan Pwf
= 14.7 psi dan Pr = P* maka nilai C yang didapatkan sebesar 1.44E-8
(mscf/D)/(psi2)n, n sebesar 1.7, dan nilai AOFP (Absolute Open Flow Potential)
sebesar 2298.53 mscf/D.
Dari perhitungan software dan manual, dibuat tabulasi untuk melihat
perbedaan nilai yang didapat antara software dan manual. Tabel IV.9 adalah hasil
tabulasi nilai uji deliverabilitas Sumur DPL-1:
Tabel IV.9 Hasil Nilai Uji Deliverabilitas Sumur DPL-1 Dengan Software dan
Manual Ms.Excel
Parameter Software Ms.Excel
C (mscf/D)/(psi2)n 1.47E-8 1.44E-8
n 1.7 1.7
AOFP (mscf/D) 2298.09 2298.53
Dari hasil tabulasi yang ditunjukan pada Tabel 5.2, nilai performance
coefficient (C), n, dan nilai AOFP (Absolute Open Flow Potential) yang telah
didapatkan dari software maupun manual tidak menunjukan perbedaan yang
signifikan, adapun perbedaan pada nilai AOFP disebabkan karena sedikit
perbedaan nilai slope (n) antara software dan manual. Untuk nilai slope (n) yang
melebihi range normal yaitu 0.5 – 1, dikarenakan proses saat dilakukannya well
testing itu sendiri, seperti terlalu cepat melakukan proses clean up atau terjadinya
liquid loading pada sumur gas.
38
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
V.1 Kesimpulan
Berdasarkan analisis tekanan transien dan uji deliverabilitas yang dilakukan
pada sumur DPL-1 Lapangan DPL dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai
berikut:
1. Berdasarkan Type Curve Pressure Derivative Analysis sumur DPL-1 dengan
software, didapatkan model sumur Finite Conductivity, dengan model reservoir
Two Porosity PSS, dan model boundary Circle Constant Pressure dengan
tekanan reservoir 1962.09 psi, storativity (𝜔) 0.51, dan interporosity flow
coefficient (λ) 4.38E-6 mD.ft.
2. Nilai transmisivitas yang didapat berdasarkan Type Curve Pressure Derivative
dan Horner Plot metode Ψ(P) dan P dengan software berturut-turut adalah
20.99 mD.ft, 19.80 mD.ft, 18.57 mD.ft, untuk nilai permeabilitas berturut-turut
adalah 0.11 mD, 0.10 mD, 0.09 mD, untuk nilai skin berturut-turut adalah -
0.52, -1.46, -0.80, hal ini menunjukan permeabilitas dari sumur DPL-1 ini
sangat kecil yang dikarenakan porositas pada basement itu sendiri didominasi
oleh secondary porosity yaitu partial fracture.
3. Nilai tekanan reservoir yang didapat berdasarkan Type Curve Pressure
Derivative dengan software dan spreadsheet berturut-turut adalah 1962.09 psi,
2242.53 psi, 2372.79 psi, nilai-nilai ini cenderung jauh yang dikarenakan oleh
waktu test yang kurang, terlebih lagi dengan karakter dari reservoir yang tight
dan impermeable sehingga harus dilakukan test yang cukup lama untuk sampai
terlihat steady-state untuk reservoir ini.
4. Nilai radius investigasi yang didapat dengan Horner Plot metode Ψ(P) dan
metode P secara manual secara berturut-turut adalah 104.17 ft, dan 100.88 ft,
maka dapat terlihat pencapaian uji tekanan transien sumur DPL-1 hanya
mencapai ±100 ft.
5. Berdasarkan hasil uji deliverabilitas dengan software dan spreadsheet, maka
nilai performance coefficient (C) berturut-turut adalah 1.47E-8
(mscf/D)/(psi2)n, dan 1.44E-8 (mscf/D)/(psi2)n, untuk nilai slope (n) berturut-
turut sebesar 1.70, dan 1.701, serta nilai AOFP (Absolute Open Flow Potential)
39
berturut-turut adalah 2298.09 mscf/D, dan 2298.53 mscf/D. nilai slope (n) yang
melebihi range normal dikarenakan oleh waktu clean up yang kurang dan
terjadi liquid loading pada reservoir tersebut.
6. Berdasarkan hasil yang didapat pada uji tekanan transien dan uji deliverabilitas
dengan software ataupun spreadsheet menunjukan nilai yang hampir sama,
kecuali pada tekanan reservoir yang dikarenakan keadaan reservoir yang
terbaca hanya sampai awal mula pseudosteady-state yang terlihat pada bentuk
dari derivative sumur ini, hasil perhitungan yang akan dipilih adalah hasil yang
berdasarkan software dikarenakan pada software menggunakan algoritma yang
memperhitungkan model sumur, reservoir, dan boundarynya.
V.2 Saran
Berdasarkan analisis tekanan transien dan uji deliverabilitas yang telah
dilakukan pada sumur DPL-1 Lapangan DPL terdapat beberapa saran yang berguna
untuk membangun penelitian selanjutnya, adapun saran dari penulis sebagai
berikut:
1. Untuk penelitian selanjutnya, ditambahkan analisa tentang rock deformation
model, agar dapat diperkirakan bentuk rekahan secara spesifik.
2. Dilakukan juga analisis DFN (Discrete Fracture Network) dan IFM (Implicit
Fracture Model) guna membantuk memodelkan natural fracture yang terdapat
pada sumur ini.
3. Dilakukan analisa PVT pada laboratorium agar hasil analisis dapat sesuai
dengan keadaan perilaku dan fluida dalam reservoir.
40
DAFTAR PUSTAKA
Saputra, Gunawan. (2013): Perkiraan Sisa Cadangan Minyak Dari Lapangan M
Dan S Berdasarkan Metode Decline Curve Analysis, Universitas Trisakti,
Jakarta.
Rukmana, Dadang, Dkk. (2011): Teknik Reservoir Teori Dan Aplikasi, Universitas
Pembangunan Nasional “Veteran” Yogyakarta.
Yulianto, Agus Andri, Djoko Sulistyanto, dan Albert Larope. (2015): Analisa
Pressure Build Up Test pada Sumur X Lapangan Y Dengan Metode Horner
Manual dan Ecrin 4.10, Program Studi Teknik Perminyakan Universitas
Trisakti, Jakarta.
Matthew, C.S, Russell, D.G. Pressure Build Up and Flow Test in Wells, Henry L.
Doherty Memorial Fund of AIME, Society of Petroleum Engineers,
Richardson, TX U.S.A.
Lee, John. (1982): Well Testing, Society of Petroleum Engineering of AIME, New
York, Dallas.
41
Taufik, Mohammad. (2009): Pemodelan Matematis Untuk Menghitung
Kemampuan Produksi Sumur Gas, Jurusan Fisika FMIPA Universitas
Padjajaran, Bandung.
Ikoku, Chi U. (1984): Natural Gas Reservoir Engineering, The Pensylvania State
University, JohnWiley & Sons Inc, New York, USA.
Fathaddin, Muh Taufiq dan Onnie Ridaliani. (2015): Analisa Well Testing Sumur
Lapangan T Dengan Metoda Horner dan Type Curve Derivative, Program
Studi Teknik Perminyakan Universitas Trisakti, Jakarta.
Pratama, Ega. (2017): Model Perkembangan Struktur Geologi Fase Syn-Rift dan
Post-Rift Pada Sub Cekungan Jambi, Cekungan Sumatra Selatan, Jurusan
Teknik Geologi, Universitas Padjadjaran.
42
LAMPIRAN
43
Lampiran A Data Tekanan Sumur DPL-1
44
Tabel A 2 Data Tekanan Sumur DPL-1 (Lanjutan 1)
45
Tabel A 3 Data Tekanan Sumur DPL-1 (Lanjutan 2)
dtime Pressure dtime Pressure
(hr) (psi) (hr) (psi)
9.3607 1794.2300 19.4340 1901.1400
9.5774 1798.3300 19.8824 1904.0300
9.7990 1802.4500 20.3415 1906.4400
10.0257 1806.5500 20.8107 1908.9300
10.2574 1810.2200 21.2907 1911.1900
10.4940 1814.1100 21.7824 1913.1900
10.7365 1818.0300 22.2849 1915.5300
10.9849 1821.9500 22.7990 1917.7600
11.2382 1825.5100 23.3249 1919.6200
11.4974 1829.1800 23.8632 1921.5900
11.7632 1833.0300 24.4140 1923.5900
12.0349 1836.9000 24.9774 1925.3300
12.3132 1840.5400 25.5540 1927.3700
12.5974 1843.9200 26.1440 1929.0500
12.8882 1847.5500 26.7474 1931.0500
13.1857 1850.7800 27.3649 1932.7800
13.4899 1854.4200 27.9965 1934.4900
13.8015 1857.5400 28.6424 1936.0200
14.1199 1860.8300 29.3032 1937.7500
14.4457 1864.1000 29.9790 1938.7200
14.7790 1867.1800 30.6707 1940.1300
15.1199 1870.3700 31.3782 1941.7300
15.4690 1873.3600 32.1024 1943.5200
15.8265 1876.2300 32.8432 1945.0500
16.1915 1879.1600 33.6007 1946.4000
16.5657 1882.0500 34.3757 1947.8700
16.9482 1885.0700 35.1690 1948.9800
17.3390 1887.6600 35.9807 0.0000
17.7390 1890.5400 0.2735 0.0000
18.1482 1893.4700 0.0000 0.0000
18.5674 1895.9500 0.0000 0.0000
18.9957 1898.5900 0.0000 0.0000
46
Lampiran B Validasi Rekahan Dan Periode Aliran
Dari Gambar B.1 dapat terlihat adanya Open Fracture yang ditandai dengan
pembentukan sinusoidal sempurna pada imager log dan tingginya nilai caliper,
kebalikan dari Open Fracture, Partial Fracture yang ditandai dengan pembentukan
sinusoidal yang tidak sempurna dan nilai caliper kecil, dari segi resistivitas juga
47
akan terlihat Open Fracture memiliki Resistivitas yang cenderung kecil dikarenakan
yang terbaca oleh alat log adalah fluida yang terdapat didalam rekahan tersebut.
Selanjutnya Gambar B.2 adalah grafik persebaran rekahan pada formasi basement.
Pada Gambar B.3 dapat diketahui bahwa dari jumlah 599 rekahan pada
Suumur DPL-1 terdapat 28 Open Fracture dan 571 Partial Fracture, karena Sumur
48
DPL-1 didominasi oleh partial fracture maka erat kaitannya dengan low
permeability zone yang telah dihitung pada BAB IV Hasil Dan Pembahasan
mendapatkan nilai permeabilitas (k) sebesar 0.11 mD, dari penjelasan diatas dapat
diketahui bentuk reservoir dari Sumur DPL-1 ini seperti matriks yang terkotakan
diantara rekahan-rekahan yang ada, maka itu akan diambil jenis reservoir Two
Porosity PSS, dan Gambar B.4 merupakan gambaran dari Two Porosity PSS.
Pada formasi basement sangat sulit untuk menentukan model untuk Type
Curve Pressure Derivative dimana basement sendiri masuk dalam jenis reservoir
rekah alami, maka itu model sumur yang akan dipakai adalah vertically fractured
well, dan vertically fractured well itu sendiri dibagi menjadi 3 jenis, yaitu infinite
conductivity, finite conductivity, dan uniform flux fractures dimana dari ketiga jenis
tersebut dikalsifikasikan dengan perbedaan periode aliran pada masing-masing
jenis rekahannya. Setiap periode aliran dapat divalidasi menggunakan plotting yang
berbeda-beda, dimana terdapat slope pada masing-masing plotting tersebut, dimulai
dari infinite conductivity yang memiliki periode aliran berutut-turut adalah fracture
linear flow period, formation linear flow period, dan diakhiri pseudoradial flow
period, sedangkan finite conductivity yang memiliki periode aliran berturut-turut
adalah fracture linear flow period, bilinear flow period, formation linear flow
49
period, dan diakhiri pseudoradial flow period, dan uniform flux fractures yang
hanya memiliki 2 periode aliran, yaitu formation linear flow period dan
pseudoradial flow period. Terdapat skema dari masing-masing periode aliran dalam
reservoir tersebut, Gambar B.5 menunjukan skema periode aliran pada rekahan
tersebut.
Dari Gambar B.5 diperlihatkan skema periode-periode aliran yang ada, dan
finite conductivity memiliki semua periode aliran yang ada yang dimulai dari a
sampai d, sedang 2 jenis lainnya hanya memiliki 2 sampai 3 periode aliran tersebut.
Tipe Sumur DPL-1 yang dipilih adalah finite conductivity yang dimana memiliki
rekahan yang sangat banyak namun tidak terlalu conductive yang terlihat pada
penampang log dimana partial fracture yang mendominasi. Selanjutnya analisa
masing-masing flow period untuk jenis finite conductivity fractures. Gambar B.6
50
memvalidasi slope pada grafik Fracture Linear Flow Period.
1000
500
0
0 1 2 3 4 5 6 7
time
Dari Gambar B.6 dapat terlihat grafik penurunan tekanan vs time terdapat
slope yang mendekati vertical pada awal data, hal itu menunjukan bahwa
terdapatnya jenis periode aliran fracture linear flow pada zona terdekat Sumur
DPL-1, menurut skema yang sebelumnya diberikan, menunjukan fluida pada
formasi basement masuk kedalam lubang sumur melalui rekahan-rekahan besar
atau open fracture yang terdapat pada reservoir ini ditunjukan pada analisis
rekahannya. Selanjutnya periode aliran berubah menjadi bilinear flow, dimana
terdapat 2 aliran linear antara partial fracture dan open fracture. Gambar B.7
memvalidasi slope pada grafik Bilinear Flow Period.
Bilinear Flow
2000
1500
y = 974.58x - 212.64
dP
1000 R² = 0.9995
500
0
0.00E+00 5.00E-01 1.00E+00 1.50E+00 2.00E+00 2.50E+00 3.00E+00
4time
51
Dari Gambar B.7 dapat terlihat ¼ slope pada grafik penurunan tekanan vs
4time di pertengahan data, hal itu menunjukan bahwa terdapatnya jenis periode
aliran bilinear flow pada Sumur DPL-1, menurut skema yang diterdapat pada
Gambar B.5 menunjukan aliran fluida dari rekahan kecil atau partial fracture
mengalir menuju rekahan besar atau open fracture yang terdapat pada reservoir,
lalu menuju ke lubang bor.
Selanjutnya periode aliran berubah menjadi formation linear flow, dimana
terdapat aliran fluida dari matriks reservoir menuju ke rekahan kecil atau partial
fracture yang terdapat pada reservoir ini. Gambar B.8 memvalidasi slope pada
grafik Formation Linear Flow Period.
1700
1500
1300
1100
900
700
500
130.2 130.3 130.4 130.5 130.6 130.7 130.8
Time
Grafik B.8 dapat terlihat ½ slope pada grafik tekanan vs waktu di akhir
bilinear flow dan juga terdapat lengkungan garis membentuk huruf “S” yang
disebabkan oleh efek two porosity, pada periode aliran ini kita dapat mengetahui
nilai storativity (omega) dan interporosity flow coefficient (lambda), menurut
skema aliran fluida pada Gambar B.5menunjukan bahwa aliran fluida berasal dari
matriks reservoir menuju ke rekahan kecil atau partial fracture, dan dilanjutkan
menuju open fracture, lalu menuju lubang bor.
Periode aliran yang terakhir sebelum bertemunya reservoir boundary adalah
pseudoradial flow period, dimana terdapat aliran radial disekitaran sumur tersebut
52
yang membawa fluida menuju lubang bor. Gambar B.9 memvalidasi slope pada
grafik Pseudoradial Flow Period.
Pseudoradial Flow
3.00E+08
2.50E+08
2.00E+08
y = 1E+08x + 4E+08
m(P)
R² = 0.9999 1.50E+08
1.00E+08
5.00E+07
0.00E+00
-6 -5 -4 -3 -2 -1 0
Superpotition Time
Dari Gambar B.9 menunjukan straight line slope pada akhir dari formation
linear flow period yang terdapat pada akhir impuls pressure yang terbaca oleh alat
pada grafik m(P) vs Superpotition Time.
Pada grafik-grafik validasi yang telah diulas sebelumnya apabila
diperhatikan lebih detail pada salah satu grafik, yaitu pada Gambar B.7 grafik
bilinear flow period sangat terlihat perbedaan-perbedaan slope yang menandakan
perbedaan masing-masing periode aliran. Gambar B.10 menunjukan perbedaan
masing-masing periode aliran dalam satu grafik.
53
flow period, pada setiap periode aliran memiliki slope yang berbeda-beda. Dari
semua validasi diatas dapat dikonfirmasi bahwa well type untuk Sumur DPL-1
adalah Finite Conductivity yang memiliki 4 jenis flow period, dan di dukung oleh
data-data log imager dan analisis rekahan menggunakan MRIL (Magnetic
Resonance Imaging Log) dan XRMI (Extended Range Micro Imager).
Untuk jenis boundary pada reservoir ini ditunjukan didalam matching
model menggunakan software pada Type Curve Pressure Derivative, Gambar B.11
menunjukan grafik Pressure Derivative dengan boundary reservoir berupa Circle
Constant Pressure.
Boundary Effect
Pada Gambar B.11 yang diberikan tanda persegi berwarna biru pada akhir
dari impuls pressure menunjukan boundary reservoir yang berupa constant
pressure dikarnakan pada akhir impuls pressure mengarah kebawah yang berarti
adanya support pressure diluar zona reservoir basement, support pressure tersebut
dapat berupa strong water drive pada luar zona reservoir sehingga tekanan dari luar
zona membantu atau mensupport pressure reservoir yang berada disekitarnya.
54
Lampiran C Metode Perhitungan Tekanan Reservoir
Pada analisa Pi atau tekanan reservoir dengan software dan manual Horner
metode pendekatan pseudo pressure (P) dan pressure (P) menemui kejanggalan
pada perbedaan nilai Pi yang sedikit berbeda, pada software ditemukan nilai Pi
sebesar 1962.09 psi, sedang pada Horner metode pendekatan psudo pressure (P)
sebesar 2276.19 psi, dan pada Horner metode pendekatan pressure P sebesar
2372.79 psi.
Pi atau tekanan reservoir sendiri memiliki banyak metode untuk
menganalisanya, tekanan reservoir dapat dianalisa pada mid-time region atau dapat
juga dianalisa pada late-time region, penulis sendiri menggunakan 2 metode pada
masing-masing region, yaitu Matthews-Brons-Hazebroek Method (MBH Method)
dan Ramey-Cobb Method pada mid-time region, serta Modified Muskat Method dan
Arps-Smith Method pada late-time region.
Dimulai dari mid-time region method menggunakan MBH method, berikut
adalah langkah-langkah pengerjaan MBH method:
1. Pertama kali harus dihitung terlebih dahulu Dimensionless Production Time
(tpDA) dengan rumus sebagai berikut:
0.0002637 𝑘
𝑡𝑝𝐷𝐴 = [ ] 𝑡𝑝 ; 𝐴 = 𝑟𝑒2 = 50.4662 = 2546.771891 𝑓𝑡 2
Ø µ𝑔 𝐶𝑔 𝐴
0.0002637 𝑥 1.05
𝑡𝑝𝐷𝐴 = [ ] 𝑥 137.8796 = 1.1411
0.2 𝑥 0.023 𝑥 0.00028627 𝑥 2546.771891
2. Selanjutnya dilakukan penarikan garis pada Gambar C.1 yaitu grafik MBH
dimensionless pressure guna mencari PDMBH, sebagai berikut:
PDMBH = 3.5
55
Dari Gambar C.1 dilakukan penarikan garis dari besaran t pDA menuju bentuk
reservoir Sumur DPL-1 dan didapatkan nilai PDMBH sebesar 3.5.
3. Langkah terakhir, yaitu perhitungan Pavg menggunakan rumus sebagai berikut:
𝑚
𝑃̅ = 𝑃∗ − (2.303 ) 𝑃𝐷𝑀𝐵𝐻 ; m dan P* yang didapat dari Horner metode (P)
57.0466839
𝑃̅ = 2276.18 − ( ) 3.5
2.303
𝑃̅ = 2189.4871 𝑝𝑠𝑖
Metode kedua pada mid-time region method adalah Ramey-Cobb Method, berikut
adalah langkah-langkah pengerjaan Ramey-Cobb Method:
1. Langkah pertama pada metode ini sama persis seperti metode MBH, yaitu
menghitung nilai t pDA dengan rumus sebagai berikut:
0.0002637 𝑘
𝑡𝑝𝐷𝐴 = [ ] 𝑡𝑝 ; 𝐴 = 𝑟𝑒2 = 50.4662 = 2546.771891 𝑓𝑡 2
Ø µ𝑔 𝐶𝑔 𝐴
0.0002637 𝑥 1.05
𝑡𝑝𝐷𝐴 = [ ] 𝑥 137.8796
0.2 𝑥 0.023 𝑥 0.00028627 𝑥 2546.771891
𝑡𝑝𝐷𝐴 = 1.1411
2. selanjutnya adalah menentukan nilai Shape Factor (CA) pada Gambar C.2
sebagai berikut:
Pada Gambar C.2 dapat terlihat nilai CA pada reservoir Sumur DPL-1 yang
berbentuk lingkaran atau circle, maka reservoir ini memiliki nilai shape factor
56
(CA) sebesar 31.62.
𝑃̅ = 𝑃∗ − 𝑚 log(𝐶𝐴 𝑡𝑝𝐷𝐴 )
Method dan Arps-Smith Method, dimulai dari Modified Muskat Method, berikut
menggunakan harga Pavg yang mendekati hasil analisa software dan manual,
57
dtime Pavg-Pws (psi)
(min) Pavg = 1960 Pavg = 2230 Pavg = 2350
10.73655 145.89 415.89 535.89
10.98488 141.97 411.97 531.97
11.23822 138.05 408.05 528.05
11.49738 134.49 404.49 524.49
11.76322 130.82 400.82 520.82
12.03488 126.97 396.97 516.97
12.31322 123.1 393.1 513.1
12.59738 119.46 389.46 509.46
12.88822 116.08 386.08 506.08
13.18572 112.45 382.45 502.45
13.48988 109.22 379.22 499.22
13.80155 105.58 375.58 495.58
14.11988 102.46 372.46 492.46
14.44572 99.17 369.17 489.17
14.77905 95.9 365.9 485.9
15.11988 92.82 362.82 482.82
15.46905 89.63 359.63 479.63
15.82655 86.64 356.64 476.64
16.19155 83.77 353.77 473.77
16.56572 80.84 350.84 470.84
16.94822 77.95 347.95 467.95
16.33905 74.93 344.93 464.93
17.73905 72.34 342.34 462.34
18.14822 69.46 339.46 459.46
18.56738 66.53 336.53 456.53
18.99572 64.05 334.05 454.05
19.43405 61.41 331.41 451.41
19.88238 58.86 328.86 448.86
20.34155 55.97 325.97 445.97
20.81072 53.56 323.56 443.56
21.29072 51.07 321.07 441.07
21.78238 48.81 318.81 438.81
22.28488 46.81 316.81 436.81
22.79905 44.47 314.47 434.47
23.32488 42.24 312.24 432.24
23.86322 40.38 310.38 430.38
24.41405 38.41 308.41 428.41
Tabel C 1 Data Tekanan dan Waktu Late-Time Region (Lanjutan 2)
58
dtime Pavg-Pws (psi)
(min) Pavg = 1960 Pavg = 2230 Pavg = 2350
24.97738 36.41 306.41 426.41
25.55405 34.67 304.67 424.67
26.14405 32.63 302.63 422.63
26.74738 30.95 300.95 420.95
27.36488 28.95 298.95 418.95
27.99655 27.22 297.22 417.22
28.64238 25.51 295.51 415.51
29.30322 23.98 293.98 413.98
29.97905 22.25 292.25 412.25
30.67072 21.28 291.28 411.28
31.37822 19.87 289.87 409.87
32.10238 18.27 288.27 408.27
32.84322 16.48 286.48 406.48
33.60072 14.95 284.95 404.95
34.37572 13.6 283.6 403.6
35.16905 12.13 282.13 402.13
35.98072 11.02 281.02 401.02
100
y = 424.5303983e-0.0991264x
R² = 0.9990874
10
0 5 10 15 20 25 30 35 40
Time (minutes)
59
Dari gambar C.3 menunjukan regresi yang sangat baik yaitu 0.999 atau
99%, berarti nilai tekanan reservoir untuk Sumur DPL-1 menggunakan metode
modified muskat sebesar 1960 psi, dan software menunjukan angka yang hampr
sama yaitu 1962.09 psi. Sedangkan pada tekanan 2230 psi dan 2350 psi nilai
regresi berturut-turut sebesar 0.9208 (92%) dan 0.9119 (91%), jadi dapat diambil
kesimpulan dari metode Modified Muskat bahwa nilai tekanan reservoir untuk
Sumur DPL-1 adalah sebesar 1962.09 psi.
Metode Selanjutnya pada late-time region adalah Arps-Smith Method, berikut
adalah langkah-langkah pengerjaan Arps-Smith Method:
1. Langkah pertama pada metode ini adalah mencari nilai dps/dt (psi/hr), Tabel
C.2 merupakan data dps/dt dan dt pada saat late-time region.
60
2. Selanjutnya adalah melakukan plotting antara dps/dt vs dt serta mencari garis
slope pada akhir late-time region, Gambar C.4 merupakan hasil plotting dps/dt
vs dt.
Arps-Smith Method
30
25
dps/dt (psi/hr)
20
15 y = -0.081x + 159.27
10
0
1700 1750 1800 1850 1900 1950 2000 2050
Pws (psi)
Dari Gambar C.4 didapatkan garis slope pada akhir late-time region dengan
rumus y = -0.081x + 159.27.
3. Mencari perpotongan antara garis slope dengan sumbu x dengan rumus yang
telah didapat, perhitungan dilakukan menggunakan goal seek pada Ms. Excel
guna mencari nilai x yang berperan sebagai tekanan reservoir pada y = 0,
didapatkan nilai x sebesar 1967.223 psi.
Berdasarkan semua metode yang telah dilakukan, maka dibuatlah tabulasi dari
hasil-hasil tersebut, Tabel C.3 merupakan hasil tabulasi metode perhitungan
tekanan reservoir.
Dari tabulasi pada Tabel E.3 dapat terlihat 2 metode pada late-time region
61
mendekati nilai yang sama dengan nilai yang berasal dari software, sedangkan pada
mid-time region lebih mendekati nilai tekanan reservoir dengan menggunakan
metode manual Horner baik pendekatan (P) maupun P, maka itu nilai tekanan
reservoir yang dianggap dan digunakan untuk perhitungan deliverabilitas gas yaitu
1962.09 psi yang berasal dari software.
62