Disusun Oleh :
Kelompok 6A
1. Ardhito Rizang N. (15/380715/SV/08522)
2. Latifah Darojat (15/380725/SV/08532)
3. Zaffa Hisa (15/380734/SV/08541)
4. Rheza Aprianto (15/384659/SV/09016)
5. Yeni Isaroh (15/384661/SV/09018)
Kelompok 6A
Mengetahui,
Dosen Pembimbing Dosen
Dedi
Ruli Atunggal
Andaru, S.T.,
SP ST.,
M.Eng.
M.Sc Anindya Sricandra Ni Putu Praja Chintya, ,
Prasidya, S.T., M.Eng. S.T.,M.Eng
2
KATA PENGANTAR
Puji Syukur penulis haturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat
Rahmat dan Kuasa-Nya penulis dapat menyelesaikan laporan yang berjudul “Laporan
Praktikum Survei Rekayasa “Pemetaan Terrestial Laser Scanner” yang dilaksanakan
di Laboratirium Geodesi. Terima kasih kepada orangtua yang telah memberi
dukungan secara moriil dan materiil, kepada Kepala Diploma III Teknik Geomatika
yang telah mendukung kegiatan ini, dan juga tidak lupa kepada Dosen Pembimbing
yang telah membimbing dalam teori maupun praktikum.
Pembuatan laporan ini sebagai bentuk pertanggungjawaban atas praktikum
yang telah dilakukan. Proses praktikum hingga hasil praktikum akan dibahas dalam
laporan ini. Penulis berharap laporan yang penulis buat dapat bermanfaat bagi orang
lain dan dapat menambah pengetahuan.
Penulis merasa masih butuh saran dan kritik untuk menjadi lebih baik lagi pada
laporan selanjutnya. Jika ada salah ejaan, kata, maksud, teori ataupun lain-lain, penulis
meminta maaf sebesar-besarnya. Demikian dari penulis, Terima kasih.
Kelompok 6
3
DAFTAR ISI
LAMPIRAN .......................................................................................................................27
4
BAB I
PENDAHULUAN
Teknologi pemindaian laser (laser scanning) merupakan salah satu teknik terbaru dalam
survey pemetaan 3D dan merupakan teknologi survey terkini dalam memperoleh informasi
data spasial. Sudah banyak jenis alat ukur yang menggunakan teknologi pemindaian laser
dengan berbagai kemampuan. Dalam bidang survey pemetaan, peralatan pemindai laser
merupakan suatu dimensi baru dalam pengumpulan data spasial. Dokumentasi merupakan
suatu hal yang penting, karena dibutuhkan untuk perencanaan dan evaluasi suatu kegiatan.
Menurut Hiremagalur, et.al (2009) TLS adalah teknologi yang relatif baru yang telah
digunakan di berbagai aplikasi dalam bidang rekayasa.
TLS merupakan instrumen survei terbaru yang telah populer dan semakin banyak
digunakan untuk pengadaan data as-built dan pemodelan dalam aplikasi transportasi,
termasuk pengukuran tanah, studi arkeologi, arsitektur, struktur jembatan, dan survei jalan
raya. Berenyi, et.al (2010) menyimpulkan bahwa TLS dapat diaplikasikan dalam bidang
survey rekayasa seperti pengukuran uji beban jembatan dan mendeteksi perpindahan yang
disebabkan oleh suhu lingkungan yang berbeda.
Menurut Alkan dan Karsidag (2012), data yang diperoleh dari alat pemindai laser
memiliki kualitas yang tinggi dan banyak digunakan diberbagai bidang, khususnya survey-
survey yang termasuk survey topografi, lingkungan dan industri. Hasil pemindaian objek
merupakan data mentah informasi spasial yaitu data titik-titik dalam sistem point-cloud
5
yang berjumlah ribuan, kemudian diolah untuk memperoleh model visualisasi permukaan
dijital, Digital Terrain Model (DTM), model kota 3D, model jalan raya, model saluran
listrik, model objek 3D warisan budaya dan sejarah untuk dokumentasi, dan lain-lain.
6
I.2 Tujuan dan Manfaat
A. Tujuan
B. Manfaat
Terrestrial Laser Scanner (TLS) adalah sebuah teknik akuisisi data spasial
menggunakan sinar laser yang dipancarkan dari sebuah instrumen yang didirikan pada
permukaan bumi untuk memindai permukaan yang ada disekitar instrumen. Hasilnya
direpresentasikan dalam bentuk titik yang jumlahnya sangat banyak yang disebut sebagai
point clouds. Setiap titik memiliki nilai koordinat tiga dimensi relatif terhadap tempat berdiri
alat.
Teknologi laser scanning dibagi menjadi dua kategori, yaitu statis dan dinamis. Statis
apabila pada saat akuisisi data, scanner berada dalam posisi yang tetap. Keunggulan dari
kategori ini ialah kepresisian yang tinggi dan kerapatan titik yang relatif tinggi. Selanjutnya,
laser scanning dikategorikan dinamis apabila pada saat akuisisi data, scanner dipasang pada
wahana bergerak (Genechten, 2008).
7
Gambar I. 1 Pengambilan data dengan TLS (Abbas, 2014)
Gambar I.1 menunjukkan prinsip penentuan posisi titik pada pengukuran laser
scanner, posisi suatu titik dapat diketahui dari jarak dan sudut yang terbentuk dari posisi
relatif objek terhadap scanner.
8
Gambar 1. Prinsip kerja pulse based (diadaptasi dari Quintero dkk, 2008)
9
Gambar 2. Point Cloud batubara.
Registrasi data Laser Scanner
Registrasi adalah suatu proses penggabungan data hasil scan world ke dalam sistem
koordinat yang sama (Wibowo, 2015). Pada saat pembentukan model 3D tidak mungkin
dapat dilakukan hanya dengan satu kali scan sehingga perlu dilakukan beberapa kali pindah
agar dapat merekam seluruh penampakan objek yang akan . Hasil dari scan adalah berupa
point clouds dari tempat berdiri alat yang berbeda dan mengacu pada koordinat lokal. Untuk
menggabungkan koordinat lokal dari beberapa scan world maka perlu dilakukan registrasi.
Registrasi dapat dibedakan menjadi 4 metode. Keempat metode tersebut adalah Metode
Traverse, metode Tie-Point, metode Shape Matching, metode Occupation and Backsight
(sumber: www.topcon.co.jp).
I.1.1.1. Metode Traverse. Metode registrasi travers adalah metode poligon. Jenis
metode poligon yang digunakan adalah metode poligon tertutup. Poligon tertutup yang
dimaksud adalah koordinat awal sama dengan koordinat akhir. Pada Gambar..3 merupakan
gambaran mengenai metode traverse.
10
Banyaknya target yang harus terpindai dari dua kali berdiri alat minimal 3 buah target.
Ilustrasi dapat dilihat pada Gambar.4 dimana terdapat 4 buah target yang dapat terpindai dari
dua kali berdiri alat. Identifikasi terget dilakukan sebelum melakukan scanning objek.
Keuntungan dari penggunaan metode tie-point ini adalah hasil penggabungan scan world
sangat akurat dan aman dari beberapa data yang dipindai.
11
I.1.1.4. Metode Occupation and backsight. Metode Occupation and backsight
memungkinkan untuk dilakukan karena Terrestrial Laser Scanner memiliki prinsip
pengukuran sama dengan Total Station. Metode occupation and backsight hampir sama
dengan metode Traverse akan tetapi metode ini tidak perlu menggunakan poligon tertutup
untuk pengukurannya.
Jika terdapat dua buah titik yang telah diketahui koordinat dengan benar maka metode
ini bisa digunakan. Berdasarkan Gambar..6 target dibidik terlebih dahulu sebelum melakukan
scanning. Kelebihan menggunakan metode ini adalah memudahkan dalam melakukan
registrasi apabila objek yang diukur tidak rata. Akan tetapi pelaksanaan dalam pengukuran di
lapangan membutuhkan waktu yang cukup lama untuk satu kali berdiri alat.
12
Penelitian ini fokus terhadap perbandingan registrasi target based dan cloud to cloud
sehingga point clouds hasil akuisisi data akan diproses.
I.1.1.1. Registrasi target to target. Registrasi target to target menggunakan sphere
sebagai dasar acuan dalam proses registrasi. Software Faro scene 5.3.3 merupakan perangkat
lunak yang digunakan dalam proses registrasi. Perangkat lunak tersebut merupakan software
pengolahan data bawaan dari Faro. Scan world hasil akuisisi data dapat digabung melalui
proses registrasi target based dengan beberapa syarat. Syarat tersebut yakni memiliki
minimal tiga buah sphere pada scan world yang saling bertampalan dan sphere yang
digunakan dapat dideteksi oleh perangkat lunak Faro scene. Sphere yang digunakan pada saat
proses akuisisi data dapat dideteksi oleh software Faro scene secara otomatis. Fitur find
sphere pada perangkat lunak Faro scene sebagai langkah awal dalam melakukan regsitrasi
target to target. Find sphere dapat dilakukan dengan apabila telah melakukan proses loaded
data scan world. Loaded data dalam hal ini adalah melakukan input data point clouds secara
keseluruhan ke dalam perangkat lunak Faro scene. Gambar 8 merupakan proses loaded data
scan world.
13
Gambar..9 Operasi find sphere pada perangkat lunak Faro scene.
Software faro scene dilengkapi dengan fitur deteksi sphere. Fitur tersebut secara
otomatis dapat menentukan sebuah sphere terdeteksi ataupun tidak. Prinsip utama dalam
deteksi sphere tersebut adalah diameter target yang digunakan. Apabila sebuah target dengan
diameter 14 cm berada di sekitar tempat berdiri alat maka obyek tersebut akan terdeteksi
sebagai sphere pada saat proses deteksi sphere dilaksanakan. Jika sebuah sphere memiliki
jarak yang terlalu jauh dari instrumen TLS maka software faro scene tidak akan mampu untuk
mendeteksi obyek tersebut sebagai sphere. Gambar.10 merupakan ilustrasi sphere antar scan
world yang terdeteksi oleh software faro scene.
Gambar..10 Hasil sphere yang terdeteksi oleh perangkat lunak Faro scene.
Sphere terbagi dalam tiga kategori, yakni hijau, kuning dan tidak terdeteksi. Sphere
yang baik adalah sphere dengan hasil deteksi warna hijau. Masing-masing indikasi warna
tersebut dipengaruhi oleh jarak sphere ke instrumen TLS. Hijau memiliki jarak < 20 m ;
kuning > 20 m dan < 30 m ; dan tidak terdeteksi > 30 m. Berdasarkan indikasi tersebut maka
perlu dilakukan pengecekan masing-masing scan world agar mengetahui apakah terdapat
sphere yang tidak terdeteksi. Apabila terjadi hal demikian maka registrasi target to target
tidak dapat dilakukan namun perlu melakukan registrasi kombinasi. Kombinasi yakni
penggabungan antara metode target to target dan cloud to cloud. Langkah pengecekan
dengan melihat secara visual terhadap masing-masing scan world tersebut. Menu quick view
dapat digunakan untuk pengecekan sphere. Quick view tersebut dapat dilakukan seperti
ilustrasi pada Gambar..11.
14
Gambar 11 Proses quick view pada perangkat lunak Faro scene.
Tahapan selanjutnya dalam proses registrasi target to target setelah melakukan find
sphere yakni registrasi target based. Tahapan proses target based dapat dilakukan dengan
memanfaatkan menu place scans. Seluruh data scan world yang telah melalui tahapan loaded
dan find sphere dapat melakukan operasi place scans tersebut. Tahapan place scans dapat
dilihat seperti pada Gambar Error! No text of specified style in document..12.
Gambar.12 Tahapan operasi place scans pada perangkat lunak Faro scene.
Menu place scans merupakan menu yang terdiri dari dua buah jenis registrasi, yakni target to
target dan cloud to cloud. Oleh karena itu, setelah memilih menu place scans maka
selanjutnya memilih tipe registrasi target to target. Dalam hal ini dapat dilakukan dengan
memilih menu target based. Gambar Error! No text of specified style in document..13
merupakan tampilan jendela dari pemilihan menu registrasi target based.
15
Jika Mode target based telah dipilih maka tahapan selanjutnya adalah menentukan
beberapa pengaturan. Terdapat dua buah menu dalam target based, yakni target based dan
general. Menu target based menggunakan pengaturan default sedangkan pada menu general
menggunakan pengaturan saat akuisisi data di lapangan. Gambar Error! No text of specified
style in document..14 merupakan proses pengaturan pada menu target based dan general.
17
Pada metode cloud to cloud menggunakan Faro scene terdapat dua metode yang
digunakan seperti yang telah disebutkan sebelumnya. Pertama yakni langkah top view based.
Terdapat langkah persiapan yang perlu dilaksanakan sebelum melakukan tahapan top view
based. Langkah tersebut yakni melakukan pendekatan masing-masing scan world secara
visual on-screen. Salah satu alasan mengapa diperlukan langkah ini yakni karena
mempertimbangkan waktu yang digunakan oleh proses top view based. Perlu diketahui
bahwa proses top view based memerlukan waktu yang cukup lama sehingga untuk mengatasi
hal tersebut dapat dengan mendekatkan scan world secara visual.
Pendekatan secara visual dapat dilakukan dengan drag dan rotate pada masing-masing
scan world. Berdasarkan jalur pengukuran saat di lapangan, maka dapat diidentifikasi urutan
pasangan scan world sehingga dapat dengan mudah melakukan pendekatan secara visual.
Scan world yang saling berurutan di atur sedemikian rupa sehingga saling bertampalan.
Kemudian setelah melakukan pendekatan maka dapat melakukan proses top view based. Pada
menu utama top view based terdapat dua sub menu seperti pada metode target based. Kedua
menu tersebut adalah top view based dan general. Pada menu top view based menggunakan
pengaturan default sedangkan pada menu general menyesuaikan dengan pengaturan saat
akuisisi data. Gambar 18 merupakan pengaturan dari tahapan top view based.
18
Gambar.19 Posisi scan world sebelum proses top view based
19
Gambar 21 Pengaturan pada jendela cloud to cloud
Proses cloud to cloud yang dilaksanakan ini akan memberikan nilai koreksi.
Berdasarkan koreksi tersebut maka scan world akan tergabung menjadi sempurna membentuk
obyek seperti saat akuisisi data. Gambar 22 merupakan ilustrasi hasil cloud to cloud.
20
Gambar 23 Contoh hasil proses cloud to cloud yang tidak sempurna.
21
BAB II
PELAKSANAAN
II.3.Langkah Kerja
II.3.1. Pengukuran menggunakan Terrestial Laser Scanner
1. Mendirikan alat di titik sembarang (yang mencangkup area untuk
pertampalan hasil scanning dititik sebelumnya).
2. Mengatur beberapa parameter (kerapatan, interval waktu scanning).
3. Buat New Job.
4. Pilih Scanning.
5. Menunggu beberapa menit sampai proses scanning selesai.
6. Memindahkan alat dititik selanjutnya.
7. Mengulangi langkah 2 sampai dengan langkah 5.
8. Mengunduh data hasil scanning.
23
BAB III
III.1 Hasil
(Terlampir)
III.2 Pembahasan
Hasil akhir dari praktikum ini ,mahasiswa dapat mengetahui hasil dari
pengolahan data pengukuran Terrestial Laser Scanner yang direpresentasikan dalam
bentuk titik yang jumlahnya sangat banyak dimana setiap titik memiliki nilai
koordinat tiga dimensi relatif terhadap tempat berdiri alat.
24
BAB IV
IV.1 Kesimpulan
IV.2 Saran
25
DAFTAR PUSTAKA
https://multisite.itb.ac.id/ftsl/wp-content/uploads/sites/8/2013/05/7.-S.-Hendriatiningsih-dkk-
Vol.21-No.2-Hal-163-167.pdf diakses pada 10 Desember 2017 pukul 22.38 WIB
Modul dari dosen
26
LAMPIRAN
27
1. Pengukuran di Candi Plaosan menggunakan Terrestial Laser Scanner.
28
28
28
31