TEORI DASAR
3.1.
Produktifitas Formasi
Produktifitas
Formasi
adalah
kemampuan
suatu
Formasi
untuk
14
q = 7.08 x 10 -3
k h (Pr Pwf )
.......................................................... (3-1)
o Bo Ln (re / rw )
PI =
q
bbl/day/psi ........................................................................... (3-2)
Ps Pwf
Persamaan (3-19) di atas diperoleh dari data tes tekanan dan digunakan hanya
untuk satu macam fluida saja(minyak). Sedangkan untuk dua macam fluida(minyak
dan air), maka persamaan (3-19) menjadi :
PI =
qo + q w
bbl/day/psi ..................................................................... (3-3)
Ps Pwf
Selain berdasarkan data tekanan dari tes tekanan, harga PI dapat pula
ditentukan berdasarkan persamaan aliran radial dari Darcy, seperti yang ditunjukkan
dalam persamaan berikut :
PI =
7.082 ko h
bbl/day/psi ................................................................. (3-4)
ln re
rw
7.082 k h ko
kw
bbl/day/psi...................................... (3-5)
+
ln( re / rw) o Bo w Bw
Keterangan :
q
qo
qw
15
kw
ko
Bw
Bo
re
rw
Ps
Pwf
Ps-Pwf
16
QMax =
Q
Pwf
Pwf
+ 0.8
1 - 0.2
Ps
Ps
Keterangan :
QMax
Ps
Pwf
Grafik IPR yang dihasilkan dari reservoir simulator tersebut akan melengkung
dan dalam pengembangannya dilakukan anggapan untuk model reservoir bertenaga
pendorong air ataoupun gas yang terlarut, yaitu :
1. Reservoir bertenaga gas terlarut ataupun dominasi air,
2. Hargas skin di sekitar lubang bor sama dengan nol,
3. Tekanan reservoir dibawah tekanan saturasi (Pb).
4.
Apabila fluida yang mengalir dari formasi ke lubang sumur terdiri dari tiga
jenis fluida(minyak, air dan gas) maka dapat digunakan dengan metode Pudjo
Soekarno.
Adapun asumsi yang digunakan dalam metode ini adalah :
1. Faktor skin sama dengan nol,
2. Fluida tersebut berda dalam lapisan yang sama dan mengalir bersama-sama
secara radial.
Water cut (WC) digunakan sebagai parameter untuk menyatakan kadar air
dalam laju produksi total, water cut yaitu perbandingan laju produksi air dengan laju
produksi total. Dalam pengembangan kelakuan fluida yang mengalir dari formasi ke
lubang sumur dapat menggunakan analisis regresi Metode Pudjo Soekarno.
17
qo
=Ao + A1(Pwf/Pr)+A2(Pwf/Pr)2 ............................................. (3-7)
qt , maks
Keterangan :
An
Cn
Tabel III-1
Konstanta C (Pudjo Soekarno)
An
C0
C1
C2
A0
0.980321
-0.115661 x 10-1
0.179050 x 10-4
A1
-0.414360
0.392799 x 10-2
0.237075 x 10-5
A2
-0.564870
0.762080 x 10-2
-0.202079 x 10-4
Sedangkan hubungan antara tekanan alir dasar sumur terhadap water cut dapat
dinyatakan sebagai Pwf / Ps terhadap WC / (WC@Pwf=Ps) dan dapat dijabarkan
sebagai berikut :
WC
= P1 x Exp [P2 x Pwf / Ps] ....................................... (3-9)
WC @ Pwf = Ps
Harga P1 dan P2 ditentukan tergantung water cut dengan persamaan berikut :
P1
P2
18
A.
dengan demikian harga kelarutan gas meningkat dan sebaliknya apabila terjadi
penurunan tekanan, fasa gas akan terbebaskan dari larutan minyak. Jumlah gas yang
terlarut akan konstan, apabila tekanan mencapai tekanan saturasi (Bubble Point
Pressure-Pb).
B.
Viskositas
Viskositas merupakan keengganan suatu fluida untuk mengalir. Harga
viskositas ini dipengaruhi oleh temperatur dan tekanan, pada temperatur yang tinggi
harga viskositas fluida akan mengecil dan sebaliknya pada temperatur rendah harga
viskositas akan semakin besar. Viskositas juga akan bisa menyebabkan terjadinya
slip pada alat PCP.
C.
atau lb) fluida tersebut dalam volume 1 cm3 atau cuft, atau dinyatakan dalam rumus
sebagai berikut :
=
m
gr/cm3 atau lb/cuft .............................................................................. (3-12)
A.h
19
.................................................................................................... (3-13)
62.40
SGoil =
= derajat API,
API
SGf
WC
1
f h , lb/in2 ......................................................................... (3-16)
144
20
Pada suatu kolom fluida, tekanan pada suatu titik adalah sama dengan tekanan
pada permukaan fluida ditambah dengan tekanan akibat kolom fluida setinggi titik
tersebut dari permukaan. Ketinggian tersebut disebut Head.
H=
P
, ft............................................................................. (3-17)
0,433 x SG f
Jika di dalam silinder atau torak yang semula berada di permukaan cairan
(dalam bak) air akan naik mengikuti torak sampai mencapai ketinggian Hs,
Keterangan :
Hs =
144 P
.................................................................................................... (3-18)
Keterangan :
Hs
Gradien tekanan disebabkan oleh suatu kolom fluida pada satu unit
ketinggian, sehingga bila Persamaan (3-8) dimasukkan P = 1 psi dan H = 1 ft, maka
gradien tekanan (Gf) adalah :
G f = 0,433 psi / ft x SGmix .................................................................. (3-19)
3.3.
merupakan salah satu alat dari artificial lift untuk meningkatkan laju produksi dalam
industri perminyakan. Sejarah PCP dimulai pada akhir tahun 1920-an dimana
Seorang warga Perancis Rene Moineau mendesain rotary compressor dengan sistem
mekanisme rotasi baru yang digunakan untuk penggunaan tekanan fluida yang
bervariasi. Dia menamakan alatnya sebagai Capsulism. Di pertengahan tahun 1950-
21
an, prinsip PCP diaplikasikan untuk aplikasi motor hidrolik yang berbanding terbalik
dengan penggunaan PCP. Kemudian pada tahun 1980-an, PCP digunakan sebagai
metode artificial lift, lebih dikenal sebagai pompa alternatif dari metode
pengangkatan konvensional yang umumnya dipakai dalam industri perminyakan.
Sekarang PCP digunakan untuk pengangkatan fluida dengan kedalaman lebih dari
2000 meter. Alat ini menawarkan banyak keuntungan dibandingkan peralatan
pengangkatan traditional. Tentunya, yang lebih penting adalah biaya produksi yang
lebih rendah per barrelnya.
Elemen Utama & Desain PCP Pompa ini memiliki 2 elemen utama yaitu
rotor dan stator. Rotor sebagai penggerak PCP, berbentuk batang spiral yang terbuat
dari alloy steel atau stainless steel yang dibalut dengan chrome. Ada juga yang
terbuat dari chrome seara keseluruhan. Biasanya memiliki panjang 1.5 14 meter
dengan diameter - 1 inch. Sedangkan stator sebagai seal rotor (wadahnya) yang
berbentuk spiral, terbuat dari steel tube diluarnya dan elastomer berbahan nitrile
rubber atau viton rubber didalamnya (merupakan co-polymer acrylonitrile &
butadiene). Stator dengan desain khusus memiliki elastomer yang terbuat dari teflon.
Biasanya memiliki panjang yang kurang lebih sama dengan rotor yaitu sekitar 1.5-14
meter namun dengan ukuran diameter yang lebih besar antara 2.5-4.5 inch.
Desain PCP terdiri dari single external helical gear (rotor) yang berputar secara
ekesentrik didalam double internal helical gear (stator). Keduanya sama-sama
memiliki minor dan major diameter.
Instalasi pompa PCP bisa kita lihat pada Gambar 3.1 pada halaman berikut
ini.
22
Surface
Subsurface
23
PCP terdapat Kelebihan & Kekurangan Keunggulan yang sangat beragam, yaitu;
1. Keuntungan PCP terletak pada tingginya efisiensi volumetric yang
mencapai 80%. Dibandingkan dengan metode artificial lift lain, PCP
merupakan yang tertinggi efisiensi volumetriknya dan dalam mengatasi
masalah
kepasiran
serta
paraffin.
Keunggulan
lainnya
adalah
3.3.1.
24
1. Casing
Casing merupakan suatu pipa baja berfungsi antara lain untuk : Melindungi
Formasi produktif dari tekanan disekitarnya, memisahkan Formasi produktif satu
dengan yang lainnya, mempermudah pengaliran fluida dari Formasi produktif.
Casing dipasang pada lubang sumur Formasi produktif bersamaan dengan tubing
untuk mempermudah aliran fluida dari Formasi produktif ke permukaan. Gambar
casing dapat dilihat pada Gambar 3.2 dan sepesifikasi casing dapat dilihat pada
Tabel III-2 hal 25 berikut.
25
Tabel III-2
Sepesifikasi Casing 14)
26
2. Tubing
Tubing merupakan pipa alir vertikal yang ditempatkan di dalam casing
produksi yang berfungsi untuk mengalirkan fluida produksi sumur ke permukaan atau
mengalirkan fluida injeksi ke dalam sumur. Disamping itu, tubing dapat juga
digunakan dalam pekerjaan swab, squeeze cementing, sirkulasi pembersihan sumur
dan mengalirkan fluida serta material peretak hidraulis dan pengasaman.
Tubing digantungkan pada tubing hanger dan biasanya ditempatkan beberapa
feet di atas zona perforasi. Diameter tubing berkisar antara 2 inci sampai 4,50 inci
dengan panjang setiap single berkisar antara 6 9,50 meter.
Baik tubing maupun coupling dispesifikasikan oleh API (American Petroleum
Institute) atas grade, jenis sambungannya, bentuk ulir dan dimensinya. Terdapat
sembilan grade tubing yaitu : H-40, J-55, K-55, C-75, L-80, N-80, C-95,
P-105, dan
P-110 dimana angka minimum yield strength dan abjad H, J, dan N hanyalah
kependekan verbal, sedangkan untuk : K berarti mempunyai ultimate strength yang
lebih besar dibandingkan grade J. C, L berarti restricted yield strength, P berarti high
strength.
Untuk jenis sambungan, baik tubing maupun coupling dibagi atas :
a.
b.
c.
Integral Joint.
Tubing dapat dilihat pada Gambar 3.3 hal 27 dan sepesifikasinya dapat dilihat
pada Tabel III-3 hal 28 berikut.
27
Subsurface
Tubing
28
Tabel III-3
Sepesifikasi Tubing 19)
Linier Mass (lb/ft)
Size
2 7/8
Outside
Wall
Non-upset
Ex-upset
Diameter
Thickness
TC
TC
(in)
(in)
6.40
6.50
2.875
0.217
Grade
2 7/8
7.80
7.90
2.875
0.276
2 7/8
8.60
8.70
2.875
0.308
2 7/8
9.35
9.45
2.875
0.340
2 7/8
10.50
2.875
0.392
2 7/8
11.50
2.875
0.440
29
3. Rod Centralizer
Rod centralizer adalah peralatan yang berupa batang pendek atau kapsul
rotasional yang digunakan dalam tubing, berada pada sucker rod berfungsi sebagai
pencegah dengan tanpa putaran pada centralizer. Rod Centralizer dilihat pada
Gambar 3.4 dan sepesifikasinya dapat dilihat pada Tabel III-4 di bawah ini.
Tabel III-4
Sepesifikasi Rod Centralizer 17)
Produc Code
Size (in)
O.D (in)
20801010
2 x 5/8
1.682
1.750
20802010
2 x 3/4
1.699
1.791
20803010
2 x 7/8
1.702
1.813
20801020
2-1/2 x 5/8
2.082
2.173
20802020
2-1/2 x 3/4
2.106
2.193
20803020
2-1/2 x 7/8
2.128
2.240
20804020
2-1/2 x 1
2.200
2.320
30
Tabel III-4
Sepesifikasi Rod Centralizer 17)(lanjutan)
20802030
3 x 3/4
2.698
2.766
20803030
3 x 7/8
2.780
2.863
20804030
3x1
2.775
2.843
4. Sucker Rods
Sucker rods merupakan batang pipa yang digunakan untuk menghubungkan
rangkaian pipa ke permukaan. Rod atau stang yang digunakan harus cukup kuat
untuk memutar pompanya. Untuk itu hanya dianjurkan penggunaan rod API Class D
5/8, 3/4, 7/8, dan 1.Sucker rod ini terletak didalam tubing dan diatas rangkaian
PCP (rotor, stator dan elastomer). Sucker rod pada rangkaian pc pum dapat dilihat
pada Gambar 3.5 dan Sepesifikasi sucker rods dapat dilihat pada Tabel III-5
berikut.
Surface
Subsurface
Sucker Rod
31
Tabel III-5
Sepesifikasi Sucker Rods 14)
Rod
Physical Properties
Grade /
Tensile
Strength
1000 PSI
Type
Yield
Strength
1000 PSI
13/16
7/8
1 1/4
D/54
115-140
85 Min
675
1,010
D/78
115-140
85 Min
735
1,100
2,000
D/75
115-140
90 Min
750
1,110
2,100
SS/96
135-150
115 Min
800
1,200
N/A
SS/97
140-150
115 Min
800
1,200
2,500
2.22
2.90
4.17
Weight,
lbs/ft
5. Rotor
Rotor sebagai penggerak PCP, berbentuk batang spiral yang terbuat dari alloy
steel atau stainless steel yang dibalut dengan chrome. Ada juga yang terbuat dari
chrome secara keseluruhan. Biasanya memiliki panjang 1.5 14 meter dengan
diameter - 1 inch. Peralatan rotor dapat dilihat pada Gambar 3.6 di bawah ini.
ROTOR
32
33
6. Stator
Stator sebagai seal rotor (wadahnya) yang berbentuk spiral, terbuat dari steel
tube diluarnya dan elastomer berbahan nitrile rubber atau viton rubber didalamnya
(merupakan co-polymer Acrylonitrile & butadiene). Stator dengan desain khusus
memiliki elastomer yang terbuat dari teflon. Biasanya memiliki panjang yang
kurang lebih sama dengan rotor yaitu sekitar 1.5-14 meter namun dengan ukuran
diameter yang lebih besar antara 2.5-4.5 inch. Desain PCP terdiri dari single
external helical gear (rotor) yang berputar secara ekesentrik didalam double
internal helical gear (stator). Keduanya sama-sama memiliki minor dan major
diameter . Stator dapat dilihat pada Gambar 3.7 dan Tabel karet elastomer dapat
dilihat pada Tabel III-7 di bawah ini.
Stator
Tabel III-7
Spesifikasi Elastomer yang Tersedia di Pabrik 22)
34
API,
API.
8. Stop Bushing
Suatu alat penahan rotor yang berbentuk seperti ujung pena dan terdapat
penghalang silang pada diameter dalam, yang berfungsi untuk menahan beban dan
putaran rotor PCP.
35
9. Torque Anchor
Torque anchor merupakan alat penahan yang ada pada PCP stator dan tubing
dari putaran torsi. Torque Anchor dapat dilihat pada Gambar 3.8 dan sepesifikasi
alat dapat dilihat pada Tabel III-8 di bawah ini.
Tabel III-8
Sepesifikasi Torque Anchor 13)
36
b. Tubing head
Tubing head terletak di bawah silang sembur(sumur sembur alam) untuk
menggantungkan tubing dan menghubungkan tubing dengan sistem silang
sembur.
Fungsi utama dari tubing head, adalah :
-
37
Well head dapat dilihat pada Gambar 3.9 dan sepesifikasi alat pada Tabel III-9
berikut.
Tabel III-9
Sepesifikasi Well Head 22)
38
2. Adaptor
Adaptor atau stuffing box adalah alat yang yang digunakan sebagai penghubung
atau alas antara well head dengan drive head yang terletak diatas well head. Selain itu
juga adaptor digunakan sebagai pencegah kebocoran fluida dari well head ke
peralatan pompa permukaan. Adaptor dapat dilihat pada Gambar 3.10 dan
sepesifikasi adaptor dapat dilihat pada Tabel III-10 di bawah ini.
Tabel III-10
Sepesifikasi Adaptor 8)
Tabel korelasi H2S dan CO2 dapat dilihat pada Tabel III-11 berikut.
39
Tabel III-11
Korelasi H2S dan CO2 8)
3. BOP
Blowout prevention system(BOP) adalah profil yang dipasang di bawah drive
head assembly. Fungsi utama BOP yaitu menutup lubang sumur ketika terjadi kick.
Blow-out merupakan suatu aliran fluida Formasi yang tak terkendalikan sampai
kepermukaan. Blow-out biasanya diawali dengan adanya kick yang merupakan
suatu intrusi fluida bertekanan tinggi kedalam lubang bor. Intrusi ini dapat
berkembang menjadi blow-out bila tidak segera diatasi. Alat blowout prevention
system dapat dilihat pada Gambar 3.11 dan sepesifikasi BOP dapat dilihat pada
Tabel III-12 di berikut.
40
Tabel III-12
Sepesifikasi BOP 8)
41
4. Flow Tee
Flow Tee berfungsi Sebagai penyambung antara flow line yang satu dengan yang
lain. Mekanisme kerjanya merupakan penyambung pipa baja yang berbentuk huruf
T. Di permukaan, diantara sambungan flow line. Flow Tee dapat dilihat pada
Gambar 3.12 dan sepesifikasi flow tee dapat dilihat pada Tabel III-13 hal 42
berikut.
42
Tabel III-13
Sepesifikasi Flow Tee 11)
43
44
Tabel III-14
Sepesifikasi Nipple 18)
6. Motor
Motor dapat dipilih apakah motor listrik atau motor bakar bensin/gas/diesel dari
1 sampai dengan 100 HP lebih. Memilih alat motor diperlukan pertimbangan
mengenai pemilihan diameter frames dan sheave (pulleys). Sheave ini akan
45
menentukan kecepatan putar pompa, yang harus diusahakan agar di bawah 300 rpm,
agar kerusakan peralatan dapat dihindarkan. Motor listrik dapat diihat pada Gambar
3.14 dan sepesifikasi motor dapat dilihat pada Tabel III-15 hal 47 berikut.
46
47
Tabel III-15
Sepesifikasi Motor dan Drive Head Assembly 18)
Model
Motor
Power
7.5
11
15
22
30
37
45
55
HP
10
15
20
30
40
50
60
75
Power supply
Rated load
Range of
Rotating
speed (r/min)
Polished mm
rod
in
Weight
29
32, 36
38
1-1/8
1-1/4, 1-9/16
1-3/4
kg
430
460
550
580
600
800
800
1, 000
lb
948
1, 014
1, 213
1, 279
1, 323
1, 764
1, 764
2, 205
Wellhead
connection
API 7 1/6-3000 Psi-R45 flange (or special requirements and other attachment)
Reversal and
brake
Adjusting
speed
6.
motor listrik dan untuk membaca semua aktifitas pompa baik dari besarnya rpm
sampai besarnya power yang ada pada PCP. Alat VSD dapat dilihat pada Gambar
3.16 dan sepesifikasi alat dapat dilihat pada Tabel III-16 berikut.
48
Tabel III-16
Sepesifikasi Variable Speed Drive 23)
3.4.
Unit Size
Speed Range
4W
9:1
2000 rpm
15 in lb
4W
6:1
1800 rpm
22 in lb
5W
9:1
1800 rpm
22 in lb
5W
6:1
1700 rpm
33 in lb
dan stator). Variable speed drive mengalirkan listrik ke motor listrik dari sumber
energi listrik. Motor listrik sebagai prime mover (penggerak) berada di permukaan
yang menggerakkan rotor di lubang sumur dengan bantuan sucker rod. Gaya
49
centrifugal rotor menyebabkan fluida mengalir kedalam stator dan terus mengair
melalui tubing hingga ke permukaan.
3.5. Tipe Progressive Cavity Pump (PCP)
Jenis pompa sangat dipengaruhi oleh kapasitas dan kedalaman sumur dimana
setiap tipe pompa memiliki kapasitas dan kedalaman maksimal sehingga pompa itu
bisa bekerja secara optimal. Beberapa kinerja dari berbagai pompa dihadirkan dalam
bentuk katalog yang diterbitkan oleh produsen. Kurva kinerja dari suatu pompa
benam listrik menampilkan hubungan antara : Head Capacity, Rate Capacity, RPM,
Horse Power dan Efisiensi Pompa yang disebut dengan Pump Performance Curve.
Kapasitas berkaitan dengan volume, laju alir cairan yang diproduksikan, termasuk
juga gas bebas atau gas yang terlarut dalam minyak. Adapun tipe-tipe pompa dari
spesifikasi PCM Moineau Oilfield sebagai contoh berdasarkan ukuran diameter
tubing; 2 3/8 inch, kapasitas laju alir ; 15,8 85 m3/day (100 536 bfpd) dan
Horsepower = 1 40 hp (selengkapnya lihat di Lampiran A). Contoh tipe PCP
dengan Ukuran 2-7/8 inch dapat dilihat pada Tabel III-17 sebagai berikut.
Tabel III-17
Contoh Tipe PCP dengan Ukuran2-7/8 inch 12)
50
Pwf
Gf
51
PSDmin = WFL +
Pb Pc
+
, feet ............................................................ (3-22)
Gf Gf
Atau
Pc
PSDmin = WFL + ,feet ..................................................................... (3-23)
Gf
Pb Pc
Atau
Pc
PSDmax = Dmid perfo , feet .......................................................... (3-25)
Gf
52
53
yang mana akan mempengaruhi tekanan casing atau tekanan yang bekerja pada
permukaan dari fluida di annulus. Pompa (rotor & stator) berada dibawah lubang
perforasi jika masalah pada sumur adalah gas sedangkan pompa berada diatas lubang
perforasi jika masalah yang terjadi pada sumur adalah kepasiran.
Hal ini akan mempengaruhi besarnya suction head dari pompa.
a. Untuk casing head tertutup, maka :
Kedalaman pompa optimum = WFL +
PIP Pc
.............................................. (3-26)
Gf
PIP Patm
............................................ (3-27)
Gf
Keterangan :
PSDmin
WFL
Pb
Pc
Gf
PSDmax
Dmid-perfo
PIP
Patm
54
pemasangan pompa minimal 100 m atau 328 ft dibawah fluid level untuk
mengantisipasi loss flow yang terjadi.
Sedangkan jarak yang dibutuhkan oleh aliran dari perforasi(pwf) menuju titik
intake pump yang berjarak lebih dari 50 ft, maka diperlukan konfersi antara PIP
dengan pwf. Konfersi PIP ke pwf dapat dijabarkan secara matematis berikut ini.
PIPc@PWF = pwf + (GF x 0.433 psi/ft x Mix Density), psi ................... (3-28)
Atau
PIPc
Keterangan :
Pwf
GF
Mix Density
Dmid
55
Q 1,85
1,85
100 34.3
............................................................ (3-30)
F = 2.083
4 ,8655
C ID
Keterangan :
F
ID
56
Selain itu perlu diketahui pula ukuran casing apakah pompa dapat
dimasukkan kedalamnya, demikian pula ukuran tubing dan ruang di permukaan
(offshore) perlu diketahui untuk pemasangan alat di permukaan seperti, drive
head, dll. Secara matematis total dynamic head (TDH) dapat dijabarkan sebagai
berikut:
TDH = WFL + FLP x 2.31 ft/psi , feet .................................... (3-31)
Atau
TDH = (PSD terpasang X GF) + FLP, psi ............................... (3-32)
Atau
TDH = 2.31 ft/psiX THP SG + Z fl + H f ,feet .......................... (3-33)
Atau
TDH = WFL + HT + Hf ,feet .................................................... (3-34)
PSD
Hf = F x
, feet ......................................................... (3-35)
1000 ft
HT =
TPD
, feet ..................................................................... (3-36)
Gf
Keterangan :
TDH
WFL
FLP
PSD
GF
THP
SG
Zfl
57
Hf
HT
TPD
Q x TDH
1714
................................................................................ (3-37)
Atau
a. HPpolishrod = (T x RPM) / 5252 ....................................................... (3-38)
b. HPhydraulic =
Atau
T=
Catatan : harga friction torque =50-200 lb-ft. Untuk pipa baja : 100-120 lb-ft.
RPM
58
Keterangan :
HP
= Torque (ft-lbs),
59
HP
Qdesain =
100 Qactual
(3-45)
Keterangan :
Qdesain = Laju fluida desain pompa (m 3 /day atau bbl/day),
Qactual = Laju fluida sebenarnya (m 3 /day atau bbl/day),
= Effisiensi pompa desain (%).
60
Q ign
(N x V ) x100%
...................................................................... (3-46)
Pump
Keterangan :
Q
Qdesain
..(3-47)
N
Keterangan :
Vmin
bbl/day/rpm),
Qdesain
61
62
63
Masalah yang sering terjadi pada PCP dapat dilihat pada Tabel III-18 berikut :
Tabel III-18
Permasalahan Yang Sering Terjadi Pada PCP 20)
GEJALA
Tak ada
aliran
TANDATANDA
As
penggerak
tidak
berputar
As
penggerak
berputar
KEMUNGKINAN
PENYEBAB
ANJURAN UNTUK
PERBAIKAN
1. Belt/Pulli longgar/lepas
1. Rod/Stang patah
Ganti rod/stang
Perbaiki/cek gesekan
dengan rod (kalau benar
beri rod guide)
Hubungi pabriknya
Benarkan
64
Tabel III-18
Permasalahan Yang Sering Terjadi Pada PCP (Lanjutan) 20)
3. Sambungan tubing
terlepas
4. Rotor rusak
5. Rotor tak pas di stator
6. Pompa agak
rusak/stator jebol
7. Rotor terlalu dalam
sampai di bawah stator
8. Rusak karena asam/zat
kimia atau karena
tekanan
As berputar
terlalu
lambat
Cek ukurannya/ganti
Kencangkan/ganti
4. Daya salah
Aliran
Kecil
Ganti rotor
Cek spasi rotor/turunkan
rotor
Ganti stator/diskusikan
dengan pabrik pompa
9. Peletakan stator
terbalik
3. Problem motor
Produksi
menurun
terhadap
waktu
Angkat tubing/betulkan
65
Tabel III-18
Permasalahan Yang Sering Terjadi Pada PCP (Lanjutan) 20)
tetapi relatif
kecil (as
berputar
benar)
2. Ukuran rotor todak pas
3. Disain pompa salah
4. Sumur kering
5. GLR terlalu tinggi
6. Rotor/stator aus
7. Kebocoran tubing
Putaran
Drive Head
terlalu
lambat
Aliran
Naik
Laju tak
tetap
/Turun
3. Problem motor
4. Daya salah
5. Kecepatan motor salah
Cek kecepatan
motor/terminal listrik
Cek power di trafo
Ganti motor listrik
Turunkan kedudukan
pompa/ gunakan gas
separator
Cairan
produksi
bocor di
66
Tabel III-18
Permasalahan Yang Sering Terjadi Pada PCP (Lanjutan) 20)
packing
1. Pipa salur (flowline)
buntu/ tertutup
2. Kebocoran di kepala
sumur
3. Penyetelan packing
4. Penyetelan terlalu kuat
5. Tekanan alir terlalu
tinggi
6. Packing aus
Cek kebuntuan
Betulkan/keraskan
Ratakan pengerasan
Ratakan penyetelan
Cek dengan
representative pabrik
pompa
Ganti packingnya