DASAR TEORI
3.1. Produktivitas Formasi
Produktivitas formasi adalah kemampuan suatu formasi untuk
memproduksikan fluida yang dikandungnya pada kondisi tekanan tertentu. Sumur-
sumur yang baru umumnya mempunyai tenaga pendorong alamiah yang mampu
mengalirkan fluida hidrokarbon dari reservoir ke permukaan dengan tenaganya
sendiri. Penurunan kemampuan produksi terjadi dengan berjalannya waktu
produksi dimana kemampuan dari formasi untuk mengalirkan fluida tersebut akan
mengalami penurunan yang besarnya sangat tergantung pada penurunan tekanan
reservoir.
26
27
T = temperatur, °R
3.1.2. Produktivity Indeks (PI)
Indek Produktivitas (PI) merupakan indeks yang digunakan untuk
menyatakan kemampuan suatu sumur pada kondisi tertentu untuk berproduksi atau
merupakan perbandingan antara laju produksi yang dihasilkan oleh suatu sumur
pada suatu harga tekanan alir dasar sumur tertentu dengan perbedaan tekanan dasar
sumur dalam kondisi statis reservoir (Ps) dan tekanan dasar sumur pada saat terjadi
aliran (Pwf). Secara matematis dapat ditulis dalam bentuk persamaan :
q
PI=
P s−P wf , ........................................................................................(3-6)
dimana :
PI = Production Index, bbl/day/psi
q = laju produksi cairan total, bbl/day
Ps = tekanan statik reservoir, psi
Pwf = tekanan alir dasar sumur, psi
Secara teoritis harga PI dapat pula diperkirakan dari persamaan Darcy
yang disubsitusikan dengan Persamaan (3-2), menjadi :
kh
PI=7 , 08 x 10−3
μ o Bo ln(r e −r w ) ....................................................................(3-7)
dimana :
PI = Production Index, bbl/day/psi
kh = Permeabilitas horizontal, cp
o = viscositas minyak, cp
Bo= Faktor volume formasi minyak. bbl/STB
re = jari-jari pengurasan sumur, ft
rw = jari-jari sumur, ft
tekanan alir dasar sumur tersebut. Jarang fluida tersebut satu fasa, bila tekanan
reservoir di bawah tekanan bubble point minyak, dimana gas semula larut akan
terbebaskan, membuat fluida menjadi dua fasa.
Bentuk IPR pada kondisi tersebut melengkung, sehingga PI menjadi suatu
perbandingan antara perubahan laju produksi dq dengan perubahan tekanan alir
dasar sumur, Pwf.
Indeks Produktifitas yang telah disebutkan diatas hanya merupakan
gambaran secara kualitatif mengenai kemampuan suatu sumur untuk berproduksi,
maka harga PI dinyatakan secara grafis yang menunjukkan hubungan antara
tekanan aliran dasar sumur dengan laju produksi, yang disebut kurva IPR.
Jadi grafik IPR merupakan grafik yang menyatakan perilaku aliran fluida
dari reservoir menuju sumur, sesuai nilai Produktivitas (PI) formasinya. Grafik ini
merupakan hubungan antara tekanan aliran (Pwf) terhadap laju produksi (Q).
Dibedakan sesuai jumlah fasa fluida yang mengalir terdapat 3 jenis yaitu:
1.IPR Satu Fasa
2.IPR Dua Fasa
- Ps < Pb
- PS> Pb dan Pwf > Pb
- PS> Pb dan PWf < Pb
3.IPR Tiga Fasa
q
PI =
Pe −Pwf ................................................................................................(3-8)
dimana :
J= index produktivitas
Q= laju produksi, bbl
Pe= tekanan rata-rata reservoir, psi
Pwf= tekanan alir dasar sumur, psi
Sedangkan untuk menentukan besarnya laju produksi dapat digunakan persamaan
Darcy untuk aliran radial, yaitu :
k o h ( Pav −Pwf )
q=0 , 007082
μo B o {Ln (r e /r w )−0,5+S} .......................................................(3-9)
( ) ( )
qo P wf P wf
2
=1−0,2 −0,8
qo Pr Pr
max ........................................................(3-12)
dimana :
qo = laju produksi minyak, bbl
qomax = laju produksi minyak maksimum, bbl
Pwf = tekanan alir dasar sumur, psi
Pr = tekanan reservoir rata-rata, psi
Persamaan ini digunakan untuk membuat IPR berdasarkan data uji tekanan dari uji
produksi dapat dilihat pada Tabel IV.2 pada halaman selanjutnya
dihasilkan adalah harga laju produksi maksimum pada harga skin sama dengan nol,
bukan laju produksi pada harga FE yang dimaksud.
Untuk menghitung harga laju produksi maksimum pada harga FE yang
dimaksud, maka harga tekanan alir dasar sumur sebenarnya, yang sama dengan nol
diubah menjadi tekanan alir dasar sumur pada kondisi ideal, kemudian dihitung laju
produksinya.
Kelemahan dari Metode Standing adalah dihasilkan kurva IPR, yang :
1. Hampir lurus, untuk harga FE < 1, meskipun kondisi aliran adalah dua fasa.
2. Berlawanan dengan definisi kinerja aliran fluida dari formasi ke lubang sumur.
4. Berdasarkan data uji produksi, tentukan laju produksi cairan total maksimum
dengan menggunakan persamaan berikut:
( )
qo 2
Qt max ( )
Pwf
= A0 + A1. Pr
Pwf
+ A2. Pr .........................................(3-19)
5. Berdasarkan harga Qt max dari langkah (4), dapat dihitung laju produksi minyak
untuk berbagai harga tekanan aliran dasar sumur.
6. Laju produksi air untuk setiap Water Cut pada tekanan alir dasar sumur, dengan
persamaan :
= x ..............................................(3-20)
7. Menentukan harga PI dengan mempergunakan persamaan :
37
PI = ............................................................................... (3-21)
B. Viskositas (µ)
Viskositas merupakan keengganan suatu fluida untuk mengalir. Harga viskositas
ini dipengaruhi oleh temperatur dan tekanan, pada temperatur yang tinggi harga
viskositas fluida akan mengecil dan sebaliknya pada temperatur rendah harga viskositas
akan semakin besar.
141. 5
o
SGoil = 131. 5+ API ................................................................................... (3-24)
Untuk fluida campuran, besarnya specific gravity dapat ditentukan dengan
persamaan berikut :
SGmix = ((1-WC) x SG oil) + (WC x SG water)..........................................(3-25)
Keterangan :
ρ = densitas fluida, gr/cm3 atau lb/cuft
m = berat fluida, gr atau lb
A = luasan, cm2 atau ft2
h = tinggi, cm atau ft
o
API = derajat API
SGf = specific Gravity fluida
WC = water cut, %
F = Rs.
( ) γg
γo
.................................................................................................. (3-27)
Dimana :
Rs = kelarutan gas dalam minyak, scf/stb
γo = specific gravity minyak, lb/cuft
γg = specific grafity gas, lb/cuft
T = temperatur, oF
Harga Bo dipengaruhi oleh tekanan, dimana :
Tekanan dibawah Pb (P < Pb), Bo akan turun akibat sebagian gas terbebaskan.
Tekanan diantara Pi dan Pb (Pb < P < Pi), Bo akan naik sebagai akibat terjadinya
pengembangan gas.
tipis. Sehingga, aliran laminar berarti aliran yang berlapis-lapis. Lapisan-lapisan fluida
akan saling bertindihan satu sama lain tanpa bersilangan seperti pada Gambar 3.8
dibawah ini menunjukkan aliran turbulen dan aliran laminer.
Jika gerakan partikel fluida tidak lagi sejajar, mulai saling bersilangsatu sama
lain sehingga terbentuk pusarn di dalam fluida, aliran yang seperti ini disebut dengan
aliran turbulen, seperti yang ditunjukkan pada Gambar 3.8 dibawah ini
Perilaku ketika fluida mulai bergerak secara acak (tak menentu) dalambentuk
arus-silang dan pusaran, menunjukkan bahwa aliran air tidak lagi laminar. Pada kondisi
seperti ini garis alir fluida tidak lagi lurus dan sejajar.
Menurut Reynold, untuk membedakan apakah aliran itu turbulen atau laminar
dapat menggunakan bilangan tak berdimensi yang disebut dengan Bilangan Reynold.
Bilangan ini dihitung dengan persamaan berikut :
..........................................................................................(3-27)
Dimana:
Re=Bilangan Reynold (tak berdimensi)
V = kecepatan rata-rata (ft/s atau m/s)
D= diameter pipa(ft atau m)
v= /viskositas kinematik(m2/s)
Pada Re < 2300, aliran bersifat laminer.
Pada Re > 4000, aliran bersifat turbulen.
Pada Re = 2300-4000 terdapat daerah transisi.
V=
q
A
=−
k
μ( )( dPdL ) ..........................................................................(3-28)
dimana :
V = kecepatan aliran fluida, cm/detik
q = laju alir fluida, cm3/detik
A = luas penampang batuan, cm2
μ = viscositas fluida, cp
dP/dL = gradient tekanan dalam arah sama dengan v, atm/cm
k = permeabilitas batuan, darcy
43
q= ( kμ )( dPdL ) ....................................................................................(3-29)
Saat terjadi aliran, parameter yang berubah adalah tekanan dan jarak.
Dengan mengintegrasikan persamaan (4-22) diatas untuk kondisi aliran mantap :
r2 p2
q ∫r 1 ( dp/ r ) =2 π ∫p 1 h ( k / μ ) dp
.........................................(3-30)
Bila k dan konstanta pada interval tekanan p1 dan p2, maka diperoleh :
q=2 πh
[ ] k ( p 2− p 1 )
μ ln ( r 2 /r 1 ) ...................................................(3-31)
kh ( Pe −Pwf )
q=0 , 007082
μo B o ln(r e /r w ) .......................................................(3-33)
dimana :
q = laju aliran, bbl/day
qsc = laju aliran fluida di permukaan, STB/day
h = ketebalan lapisan, ft
o = viscositas minyak, cp
Bo = faktor volume formasi minyak, bbl/stb
re = jari-jari pengurasan sumur, ft
rw = jari-jari sumur, ft
Untuk aliran gas kondisi standar dapat dihitung dengan persamaan :
kh ( Pe −Pwf )
q sc =0 ,703
μg T r Z ln(r e /r w ) ..............................................................(3-34)
dimana :
qsc = laju produksi gas, SCF/day
44
g = viscositas gas, cp
T = temperatur reservoir, F
Z = faktor kompresibilitas
GOR permukaan =R s +
( μ o Bo k g
μgo Bg k o ) ……………………………………...(3-36)
dimana :
GOR = Gas Oil Ratio di reservoir, cuft/bbl
Rs = kelarutan gas dalam minyak, SCF/STB
o = viscostas minyak, cp
g = viscositas gas, cp
Bo = faktor volume formasi minyak, bbl/STB
Bg = faktor volume formasi gas, SCF/bbl
ko = permeabilitas efektif terhadap minyak, md
kg = permeabilitas efektif terhadap gas, md
45
dimana :
WOR = water oil ratio, cuft/STB
o = viscositas minyak, cp
g = viscositas gas, cp
kw = permeabilitas air, mD
ko = permeabilitas minyak, mD
Bo = faktor volume formasi minyak, bbl/stb
[ ]
( )
1,85
Q
[ ]
1,85
100 34.3
F=2.083
C ID 4 ,8655 ........................................................(3-39)
Keterangan :
F = Friction Loss / 1000 ft
C = konstanta dari bahan yang digunakan dalam pembuatan pipa
Q = laju produksi, BPD
ID = diameter dalam tubing, inchi
Berdasarkan persamaan tersebut, Hazen-William membuat Grafik frictionloss
seperti yang ditunjukkan dalam Gambar 3.9 di bawah ini.
Pada suatu kolom fluida, tekanan pada suatu titik adalah sama dengan tekanan
pada permukaan fluida ditambah dengan tekanan akibat kolom fluida setinggi titik
tersebut dari permukaan. Ketinggian tersebut disebut Head.
P
H=
0 , 433 x SG f , ft....................................................................... (3-41)
Gradien tekanan disebabkan oleh suatu kolom fluida pada satu unit ketinggian,
sehingga bila persamaan (4-8) dimasukkan P = 1 psi dan H = 1 ft, maka gradien tekanan
(Gf) adalah :
Gf =0 ,433 psi/ ft x SGmix ...............................................................(3-42)
3.1.11. Aliran Gas Di Dalam Pipa Vertikal
Persamaan-persamaan yang dikembangkan untuk menentukan hubungan antara
laju alir gas dan penurunan tekanan pada pada gas kering. Acapkali,dalam operasi
produksi gas , fluida juga ikut mengalir bersama-sama dengan gas. Sebagai contoh
adalah aliran dari sumur gas yang berproduksi bersama - sama dengan kondensat atau
air atau terjadinya kondensasi selama aliran. Adanya fluida tersebut menyebabkan
meningkatnya penurunan tekanan. Adanya fluida ini , menyebabkan diperlukannya
perhitungan penurunan tekanan untuk aliran dua fasa dalam merencanakan sistem
pemipaan.
Problema aliran dua fasa di dalam sumur dapat diselesaikan dengan
menggunakan korelasi - korelasi pada kondisi aliran dua fasa. Ada beberapa korelasi
yang umum digunakan , antara lain : korelasi Hagedorn dan Brown , Korelasi
Poettmann dan Carpenter , Korelasi Orkiszewski dan Korelasi Dun dan Ross. Disini
hanya akan dibahas metode Hagedorn dan Brown saja.
Salah satu metode yang sederhana didalam persoalan aliran dua fasa adalah
mengganti yg dengan ym. Metode ini disebut metode gravitasi campuran. Adapun
persamaan untuk ym adalah sebagai berikut :
Ym = .......................................(3-43)
Dimana :
ym = gravity campuran
48
= ⍴m cos Ꝋ + ......................................(3-44)
Untuk menentukan densitas campuran , ⍴m , dan faktor gesekan , 𝑓 digunakan
persamaan - persamaan empirik. Parameter-parameter yang terlibat di dalam
Persamaan 3-36 didefinisikan sebagai berikut :
⍴m = ⍴L HL + ⍴g (1 - HL)
⍴L = densitas liquid
⍴g = densitas gas
HL = liquid holdup
□ = sudut kemiringan terhadap arah vertical
Vm = VsL + VsG
vsL = superficial liquid velocity = qL/ Ap
vsG = superficial gas velocity = qg/ Ap
Ap = luas dari pipa alir = π d2 /4
d = diameter pipa dalam
⍴f = ⍴n 2 / ⍴m
⍴n = ⍴L λ + ⍴g (1- λ)
λ = VsL/ Vm
Faktor gesekan dihitung menggunakan persamaan Jain atau menggunakan
diagram Moody dengan bilangan Reynold’s sebagai berikut:
49
NRem = ................................................................(3-45)
Dimana:
µm = µL HL µg ( 1-HL )
µL = viskositas liquid
µg = viskositas gas
Untuk menentukan HL dapat digunakan tiga korelasi empirik. Ketiga korelasi
tersebut dapat dilihat pada Gambar 3.7 , 3.8 dan 3.9. Dalam menentukan HL dengan
menggunakan gambar- gambar tersebut , bilangan tak berdimensi berikut ini harus
ditentukan dari data - data yang diketahui :
NLv = VsL ( ⍴L / g σ )0.25
Ngv = Vsg ( ⍴L / g σ )0.25
Nd = d ( ⍴L / g σ )0.5
NL = µL ( g /⍴L σ3 )0.25
dimana σ adalah tegangan permukaan antara gas dan liquid. Persamaan diatas
juga dapat ditulis dalam satuan lapangan sebagai berikut:
NLv = 1.938 VsL ( ⍴L / g σ )0.25
Ngv = 1.938 Vsg ( ⍴L / g σ )0.25
Nd = 120.872 d ( ⍴L / g σ )0.5
NL = 0.15726 µL ( g /⍴L σ3 )0.25
dimana masing masing parameter satuannya adalah sebagai berikut :
VSL , Vsg = ft/sec
⍴L = lbm/cu ft
σ = dynes/cm
d = ft
µL = cp
Untuk menggunakan persamaan tersebut , HL , harus ditentukan berdasarkan
prosedur sebagai berikut :
1. Menghitung NL
2. Menentukan C N dari Gambar 4.7
3. Menghitung
50
xH =
4. Menentukan
xψ =
6. Menentukan ψ dari Gambar 3.9
7. Menghitung HL = ψ ( HL / ψ )
Dengan diketahuinya harga HL dan faktor gesekan , f, maka gradien tekanan
dapat ditentukan.
diperoleh secara sembur alam, menentukan kapan sumur mati, menentukan saat yang
baik untuk mengubah sumur sembur alam menjadi sumur sembur buatan, optimisasi
laju produksi, memeriksa setiap komponen dalam sistem sumur produksi ditunjukkan
Gambar 3.10 pada halaman berikutnya, untuk menentukan adanya hambatan aliran.
2. Komponen komplesi
Adanya lubang perforasi ataupun gravel pack di dasar lubang sumur akan
mempengruhi aliran fluida dari formasi ke dasar lubang sumur. Berdasarkan
53
2. Junction Box
Junction Box merupakan suatu tempat yang terletak antara switcboard dan
wellhead yang berfungsi untuk tempat sambungan kabel atau penghubugn kabel
yang berasal dari dalam sumur dengan kabel yang berasal dari switchboard.
Junction Box juga digunakan untuk melepaskan gas yang ikut dalam kabel agar
tidak menimblkan kebakaran di swictboard.
3. Switchboard
Switchboard adalah panel kontrol kerja dipermukaan saat pompa bekerja
yang dilengkapi motor controller, overload dan underload protection serta alat
pencatat (recording instrument) yang bisa bekerja secara manual ataupun otomatis
bila terjadi penyimpangan. Switchboard dapat digunakan untuk tegangan 4400-
4800 volt.
Fungsi utama dari switchboard adalah :
Mengontrol kemungkinan terjadinya downhole problem seperti overload
atau underload current.
Auto restart underload pada kondisi intermittent well.
Mendeteksi unbalance voltage.
4. Transformer
Transformer merupakan alat untuk mengubah tegangan listrik, bisa untuk
menaikkan atau menurunkan tegangan. Alat ni terdiri dari core yang dikelilingi oleh
coil dari lilitan kawat tembaga. Keduanya, baik core maupun coil direndam dengan
minyak trafo sebagai pendingin dan isolasi. Perubahan tegangan akan sebanding
dengan jumlah lilitan kawatnya.
Merupakan bagian dari system yang mengontrol kerja Down Hole Unit serta
menampakkan (Display) informasi yang diambil dari Down Hole Unit.
3. Protector
Protector seing juga disebut Sel Section. Alat ini berfungsi untuk menahan
masuknya fluida sumur kedalam motor, menahan thrust load yang ditimbulkan oleh
pompa pada saat pompa mengangkat cairan, juga untuk menyeimbangkan tekanan
yang ada didalam motor dengan tekanan didalam annulus. Secara prinsip protector
mempunyai 4 fungsi utama yaitu :
- Untuk mengimbangi tekanan dalam motor dengan tekanan diannulus.
- Tempat duduknya thrust bearing untuk meredam gaya axial yang ditimbulkan
oleh pompa.
- Menyekat masuknya fluida sumur kedalam motor.
- Memberikan ruang untuk pengembangan dan penyusutan minyak motor akibat
perubahan temperatur dalam motor pada saat bekerja dan pada saat dimatikan.
Secara umum protector mempunyai dua macam type, yaitu :
62
Capavity dari pompa tersebut. Dalam pemasangannya bisa menggunakan lebih dari
satu (tandem) tergantung dari Head Capacity yang dibutuhkan untuk menaikkan
fluida dari lubang sumur ke permukaan. Impeller merupakan bagian yang bergerak,
sedangkan diffuser adalah bagian yang diam.Seluruh stage disusun secara vertikal,
dimana masing-masing stage dipasangtegak lurus pada poros pompa yang berputar
pada housing.
jenis kabel yang lazim digunakan di lapangan , yaitu Low temperature cable
danHigh temperature cable.
Kerusakan pada round cable merupakan hal yang sering kali terjadi pada
saat menurunkan dan mencabut rangkaian ESP. Untuk menghindari atau
memperkecil kemungkinan tersebut, maka kecepatan string pada saat menurunkan
rangkaian tidak boleh melebihi dari 1500 ft/jam dan harus lebih pelan lagi ketika
melewati deviated zone atau dog leg. Kabel harus tahan terhadap tegangan tinggi,
temperatur, tekanan migrasi gas dan tahan terhadap resapan cairan dari sumur
maka kabel harus mempunyai isolasi dan sarung yang baik. Bagian dari kabel
biasanya terdiri dari :
-Konduktor
-Isolasi
-Sarung (sheath) jaket
Gam
bar 3.22. Kabel7)
7. Check Valve
Check valve dipasang pada tubing (2-3 joint) diatas pompa. Bertujuan untuk
menjaga fluida tetap berada diatas pompa. Jika Check valve tidak dipasang untuk
maka kebocoran fluida dari tubing (kehilangan fluida) akan melalui pompa yang
dapat menyebabkan aliran balik dari fluida yang naik ke atas, sebab aliran balik
(back flow) tersebut membuat putara impeller berbalk arah, dan dapat
65
menyebabkan motor terbakar dan rusak. Check valve umumnya digunakan agar
tubing tetap terisi penuh dengan fluida sewaktu pompa mati dan mencegah supaya
fluida tidak turun kebawah.
8. Bleeder Valve
Bleeder Valve dipasang satu joint diatas check valve, mempunyai fungsi
mencegah minyak keluar pada saat tubing di cabut. Fluida akan keluar melalui
bleeder valve.
9. Centralizer
Berfungsi untuk menjaga kedudukan pompa agar tidak bergeser atau selalu
ditengah-tengah pada saat pompa beroperasi, sehingga kerusakan kabel karena
gesekan dapat dicegah.
Dimana :
Tanda kurung dalam persamaan (3- ) merupakan fungsi dari kapasitas (V) dan
dinyatakan dalam persamaan : V = qsc x VF (aliran satu fasa). VF merupakan
Volume Factor untuk berbagai tekanan dan temperatur, dan dinyatakan dengan
persamaan :
VF = WC + (1-WC) Bo + [GLR – (1-WC) Rs] Bg..................................(3-47)
Tekanan alir dasar sumur (Pwf) diatas harga tekanan gelembung, bentuk
kurva IPR digambarkan dengan persamaan linier :
qsc = PI (Pr-Pwf)
67
Gf(V) = 0,433 x ρ(V) .................................................................................(3-48)
qsc x ρf sc
ρ(V) ¿ .........................................................................................(3-
350 x V
50)
Mensubstitusikan persamaan (3-48 ) kedalam persamaan (3-50) didapatkan
persamaan sebagai berikut :
0,433 qsc x ρf sc
Gf =(
350
) V
.................................................................(3-
51)
Pfsc adalah berat 1 bbl cairan ditambah gas yang terpompakan (per bbl
cairan) pada kondisi standart.
350 V
d (St) = (
0,433 x qsc x pfsc
) h (V )
dp.........................................................(3-
52)
P2 P2 ❑
1
∫ d (HP )= 0,433
P3
( ) hp ( V )
∫ h (V ) dp .....................................................................................(3-53)
P3
68
Atau
P2 ❑
HP = ( 1
0,433 ) P3
hp ( V )
∫ h ( V ) dp .............................................................................. (3-
54)
Keduanya diasumsikan bahwa pompa diletakkan didasar sumur dan yang tetap
adalah tekanan wellhead dan ukuran tubing. Kasus kedua dianggap semua gas
dipompakan bersama-sama cairan. Variable yang terpengaruh adalah jumlah stages
pompa. Peramalan kurva intake untuk pompa benam listrik adalah untuk kasus
yang kedua.
HP = hp x pfsc x St.....................................................................................(3-58)
Pada umumnya pemilihan tipe pompa didasarkan pada besarnya rate produksi
yang diharapkan pada rate pengangkatan yang sesuai dan ukuran casing (Check
clearances). Terproduksinya gas bersama-sama dengan cairan memberikan
pengaruh dalam pemilihan pompa, karena sifat kompresibilitas gas yang tinggi,
menyebabkan perbedaan volume fluida yang cukup besar antara intake pompa dan
discharge pompa. Hal ini akan mempengaruhi efisiensi pompa ESP itu sendiri.
71
Suction head adalah silinder atau torak yang semula berada dipermukaan
cairan (dalam bak) air akan naik mengikuti torak sampai pada mencapai
ketinggian Hs, dimana :
Hs = 144 x P / ρ
Dimana :
Hs = suction head, ft
P = tekanan permukaan cairan, psi
ρ = densitas fluida, lb/cuft
Untuk menghitung Total Dynamic Head fluida yang akan diangkat oleh
pompa, maka kita menggunakan langkah seperti dibawah ini:
TDH
Jumlah stage = ....................................................................(3-69)
STAGE
Setelah mendapatkan hasil jumlah stage dengan rumus di atas kemudian kita
memilih sate tandem pompa pada katalog pompa yang tersedia. Jika jumlah stage
hasil perhitungan tidak tersedia pada satu tandem pada katalog pompa maka pilihlah
jumlah stage yang terdekat lebih banyak dari jumlah stage hasil perhitungan. Dan
jika jumlah stage terlalu banyak dan tidak tersedia pada jumlah segitu dalam satu
tandem maka kita bisa memakai dua tandem pompa dengan konsekuensi harga lebih
mahal.