BAB IV
TEORI DASAR
4.1
4.1.1
Metode Gilbert
Memberikan gambaran yang tepat pada reservoir dengan aliran
satu fasa yaitu aliran dengan kondisi tekanan diatas tekanan jenuh
(Pb). Sering digunakan untuk reservoir Water Drive.
Pwf Ps
2.
q
PI
Metode Vogel
Untuk Aliran 2 fasa.
Metode ini dalam bentuk Fraksi Pwf/Ps versus q/qmax
2
q
Pwf
Pwf
1 0.2
0.8
q max
Ps
Ps
40
4.
q
Pr Pwf
... 4.1
Qb PI (Pr Pb)
... 4.2
PI Pb
1.8
.. 4.3
Qo max Qb
. 4.4
Pwf
Pwf
Qo Qb (Qo max Qb) 1 0.2
0.8
Pb
Pb
............... 4.5
2. Pwf test < Pb
q
PI
(Pr Pb)
Pb
Pwf
Pwf
1 0.2
0.8
1.8
Pb
Pb
4.6
Qb PI (Pr Pb)
Qo max Qb
PI Pb
1.8
. 4.7
............. 4.8
41
. 4.9
Pwf
Pwf
Qo Qb (Qo max Qb) 1 0.2
0.8
Pb
Pb
.. 4.10
1.2 Productivity Index
PI adalah Index yang digunakan untuk menyatakan kemampuan suatu
sumur untuk berproduksi, pada suatu kondisi tertentu secara kwalitatif. Secara
definisi PI adalah perbandingan antara laju alir produksi (q) suatu sumur pada
harga tekanan alir dasar sumur tertentu (pwf) dengan perbedaan tekanan statik
formasi (ps).
( PI )
q
q
Ps Pwf
Drawdown
Ideal drawdown
Ps Pwf '
Actual drawdwn
Ps Pwf
42
4.1.2
1. Primary Recovery
Yaitu metode produksi fluida reservoir dengan menggunakan natural
source energy yg berupa: natural water drive, gas cap drive, solution gas
drive, rock & fluid expansion.
2. Secondary Recovery
EOR adalah metode yang dipakai untuk mereplace oil atau gas di
reservoir dengan lebih efektif setelah dilakukan Primary recovery .
Primary Recovery mempunyai 2 teknik pengangkatan yaitu :
Natural Flow
Tekanan reservoir > kehilangan tekanan selama aliran dari reservoir
sampai ke separator/peralatan proses
Kehilangan tekanan terjadi di:
* reservoir
* perforasi
* aliran vertikal di tubing
* choke/bean
* flowline
* separator & peralatan proses lainnya
Natural Flow merupakan Teknik pengangkatan Fluida dari Reservoir ke
permukaan dengan tenaga alami yang berasal dari dalam sumur itu sendiri.
Prosesnya yaitu :
1. Aliran fluida melalui media berpori
Yaitu aliran dari reservoir ke lubang sumur
Pr Pwf
Hubungan antara q dan Pwf dinyatakan dalam bentuk kurva yang disebut
inflow performance relationship (IPR). Pada harga Pwf tertinggi yaitu
43
Untuk aliran radial satu phasa, homogen, isotropik, steady state persamaan
Darcy menggambarkan aliran dari formasi produktir menuju dasar sumur
menjadi:
qo
0.00708kh(Pr Pwf )
re
oBo ln
rw
Aliran
vertikal
di
dalam
tubing
44
ETOTAL = EA x EV x ED
di mana:
45
46
4.2
4.2.1
Sistem Nodal
Pengertian sistem nodal
Nodal merupakan titik pertemuan antara dua komponen, dimana di titik
pertemuan tersebut secara fisik akan terjadi kesetimbangan baik dalam bentuk
massa maupun tekanan. Hal ini berarti bahwa massa fluida yang keluar dari suatu
komponen akan sama dengan massa fluida yang masuk kedalam komponen
berikutnya yang saling berhubungan atau tekanan di ujung suatu komponen akan
sama dengan tekanan di ujung komponen lain yang berhubungan.
Dalam sistem sumur produksi dapat ditemui 4 titik nodal yaitu :
1.
Titik nodal di dasar sumur
Titik nodal ini merupakan pertemuan antara dua komponen formasi
produktif/ reservoir dengan komponen tubing apabila komplesi sumur
2.
3.
4.
adalah open hole atau titik pertemuan antara komponen tubing dengan
komponen komplesi apabila sumur di perforasi atau di pasang gravel pack.
Titik nodal di kepala sumur
Titik nodal ini merupakan titik pertemuan antara komponen tubing dengan
komponen pipa salur dalam hal sumur tidak dilengkapi dengan jepitan atau
merupakan titik pertemuan antara komponen tubing dengan komponen
jepitan apabila sumur dilengkapi dengan jepitan.
Titik nodal di separator
Titik nodal ini merupakan titik pertemuan antara komponen pipa salur
dengan komponen separator.
Titik nodal di upstream/downstream jepitan
Titik nodal ini merupakan titik pertemuan antara komponen jepitan dengan
komponen tubing. Apabila jepitan dipasang ditubing sebagai safety valve
atau merupakan pertemuan antara komponen tubing dipermukaan dengan
komponen jepitan, apabila jepitan dipasang di kepala sumur.
Untuk memperoleh laju produksi optimum dapat diperoleh dengan cara
memvariasikan ukuran tubing, pipa salur, jepitan dan tekanan kerja separator.
Pengaruh kelakuan aliran fluida di masing-masing komponen terhadap sistem
sumur secara keseluruhan akan dianalisa dengan menggunakan Analisa Sistem
Nodal. Ada 6 komponen yang menghubungkan antara formasi produktif dengan
separator, keenam komponen ini berpengaruh terhadap laju produksi sumur yang
akan dihasilkan.
47
yang
cukup
signifikan
terhadap
performa
sumur
secara
keseluruhan.
2. Komponen Komplesi sumur
Adanya lubang perforasi ataupun gravel pack di dasar lubang sumur akan
mempengaruhi aliran fluida dari formasi ke dasar lubang sumur. Berdasarkan
analisa di komplesi ini, dapat diketahui pengaruh jumlah lubang perforasi
ataupun adanya gravel pack terhadap laju produksi sumur. Tipe komplesi ini
48
diaplikasikan pada sumur (open hole, cased hole dengan perforasi, gravel
pack, stimulasi).
3. Komponen tubing
Saluran alir vertikal, dalam hal ini adalah rangkaian tubing dan casing
memberikan pengaruh drop tekanan terbesar pada aliran fluida. Kurang lebih
80 % drop tekanan yang terjadi pada aliran fluida di sistem produksi sumur
terjadi di bagian ini. Kontribusi terbesar performa sumur adalah pada
komponen saluran alir vertikal yang digunakan pada sumur tersebut.
4. Komponen pipa salur (flowline)
Pengaruh ukuran pipa salur terhadup laju produksi yang dihasilkan suatu
sumur, dapat di analisa dalam komponen ini seperti halnya pengaruh ukuran
tubing dalam komponen tubing.
5. Komponen Restriksi jepitan
Jepitan yang dipasang di kepala sumur atau dipasang di dalam tubing sebagai
safety valve akan mempengaruhi besarnya laju produksi yang dihasilkan
dari suatu sumur. Komponen ini biasanya berupa jepitan (choke), katup
pengaman sumur bawah permukaan (SSV atau subsurface safety valve), dan
SSD (sliding side door), dimana terkadang tidak semua komponen itu terdapat
dalam satu sumur.
6. Separator.
Laju produksi suatu sumur dapat berubah dengan berubahnya tekana kerja
separator. Pengaruh perubahan tekanan kerja separator terhadap laju produksi
untuk sitem sumur dapat dilakukan di komponen ini.
4.2.2
49
50
Dari Gambar 4.l terlihat bahwa dasar sumur merupakan pertemuan antara
dua komponen yaitu:
1. Komponen sistem rangkaian pipa keselurunan,
2. Komponen kemampuan sumur untuk berproduksi, (IPR). Kedua komponen
tersebut dinyatakan secara grafis dalam diagram tekanan-laju produksi, seperti
tertera pada pada Gambar 2. Perpotongan kedua grafik tersebut memberikan laju
produksi yang sesuai dengan kedua komponen tersebut di atas.
Analisa nodal dengan titik nodal di dasar sumur ini terutama digunakan untuk
meramalkan penurunan produksi sebagai akibat perubahan IPR di kemudian hari
untuk sistem rangkaian pipa keselurunan yang tetap.
Gambar 4.1
Arah Perhitungan Analisa Nodal dengan Dasar Sumur sebagai Titik Nodal
51
Gambar 3
Arah perhitungan analisa nodal dengan kepala sumur sebagai titik nodal
52
Gambar 4.3
Plot Kurva Tubing dan Kurva Pipa Salur
3.
sebagai titik nodal. Komponen reservoir dan sistem pipa di dalam sumur dan di
permukaan ditentukan dengan harga tekanan separator yang direncanakan, Cara
ini digunakan untuk melihat dengan mudah pengaruh tekanan separator terhadap
laju produksi yang akan diperoleh.
Gambar 4.4
Arah perhitungan analisa nodal dengan separator sebagai titik nodal
53
4.4
4.3.1
9.08 x10 13 Bo o L 2
o Bo L
P
q
q
2
A
1.127 x10 13 kG A
2
Dimana :
9.08 x10 13 Bo o L
a
A2
2
o Bo L
1.127 x10 13 k G A
Keterangan :
q
Pwf
Pwfs
1.47 x10 7
kG
0.55
Bo
kG
= permeabilitas gravel, md
54
4.3.2
Sumur Perforasi
Berikut persamaan Jones, Blount dan Glaze untuk menghitung kehilangan
1
1
r
r
o Bo ln(rc / r p )
c
p
q2
7.08 x10 3 L k
p
p
2.30 x10 14 B 2
o
o
Lp
1
1
r
rc
p
2.30 x10 14 B 2
o
o
Dimana :
Lp
o B o ln(rc / r p )
7.08 x10 3 L k
p p
Pwf
Pwfs
Bo
= viskositas minyak, cp
Lp
Kp
2.33x1010
k p1.201
rc
4.3.3
55
dZ
dP
dZ
total
dP
dZ
elevasi
dP
dZ
friksi
akselerasi
56
Perhitungan gradien tekanan untuk aliran fluida multi fasa dalam pipa
lebih kompleks, dimana semua parameter yang digunakan merupakan parameter
gabungan dari fasa-fasa yang mengalir. Aliran multi fasa dapat berupa aliran
fluida minyak dan air ataupun aliran minyak gas, atau bahkan dari ketiga fasa
tersebut. Perhitungan gradient tekanan untuk aliran dua fasa memerlukan hargaharga kondisi aliran seperti kecepatan aliran dan sifat-sifat fisik fluida (berat jenis,
viskositas dan dalam beberapa hal tegangan permukaan). Apabila harga-harga
tersebut telah dapat ditentukan untuk masing-masing fasa yang mengalir, maka
perlu dilakukan penggabungan-penggabungan.
Untuk menentukan parameter gabungan digunakan suatu parameter
penghubung yang disebut hold-up, yang jenisnya tergantung dari asumsi kondisi
kecepatan masing-masing fasa yang mengalir.
a. Hold-Up (H)
Asumsi yang digunakan dalam penggunaan parameter ini adalah kecepatan
aliran antara fluida dan fasa gas berbeda. Hold-up untuk cairan (liquid hold-up,
HL) didefinisikan sebagai perbandingan antara volume pipa yang terisi oleh fluida
dengan volume pipa secara keseluruhan. Sedangkan untuk hold-up gas,
merupakan perbandingan antara volume pipa yang terisi oleh gas dengan volume
pipa secara keseluruhan.
HL
VL
sedangkan H g 1 H l
Vp
b. No-Slip Hold-Up ()
Asumsi yang digunakan dalam penggunaan parameter ini adalah fluida dan
gas mengalir dengan kecepatan yang sama. Besarnya no-slip hold-up untuk cairan
(no-slip liquid hold-up, L) dapat ditentukan dengan membandingkan besarnya
laju aliran volumetrik fluida dengan laju aliran volumetrik seluruh fasa (gas dan
fluida). Sedangkan harga no-slip gas hold-up (g) ditentukan dengan
membandingkan besarnya laju aliran volumetrik gas dengan laju aliran volumetrik
seluruh fasa.
qL
qL qg
57
m l g (1 ) (6.72 10 4 )
Sedangkan pada kondisi dimana fluida dan gas mengalir dengan kecepatan
yang sama (no-slip), maka viskositas campuran ditentukan dengan persamaan :
Sedangkan pada kondisi dimana fluida dan gas mengalir dengan kecepatan
yang sama, maka densitas campuran ditentukan dengan persamaan :
58
0.0764 g P 520
(14.7)(T 460) Z g
3. Kecepatan aliran
Parameter aliran yang digunakan dalam perhitungan kehilangan tekanan
adalah variabel kecepatan (superficial velocity, vs), yang didefinisikan sebagai
besarnya kecepatan suatu fasa untuk mengalir melewati keseluruhan penampang
pipa, yang secara matematis adalah sebagai berikut :
VS
Q
AP
dimana :
vs = kecepatan superfisial fluida, ft/sec
q = laju alir, cu ft/sec
A = luas penampang pipa, ft2
Besarnya kecepatan superfisial untuk fluida multi fasa (v m) ditentukan
dengan persamaan :
Vm VSL VSG
keterangan :
vsL = kecepatan superfisial cairan, besarnya ditentukan dengan persamaan
V SL
QL
AP
Qg
AP
59
0.5
( N rens ) 0.32
Gm d
m
5. Tegangan Permukaan
Apabila fasa cair terdiri dari air dan minyak maka tegangan permukaan cairan
(L) ditentukan dengan :
60
L o fo w fw
f tp GmVm
g
tp sin
2gc d
gc
tpVmVsd
gc p
pertama
yang
memperhitungkan
sudut
kemiringan
pipa,
memperhitungkan pola aliran untuk menentukan sifat fisik fluida campuran serta
untuk menentukan faktor gesekan, selain itu pola aliran ditentukan berdasarkan
pada kedudukan pipa horizontal. Sehingga dari proses analisanya kita dapat
mengetahui jenis aliran fluidanya serta faktor koreksinya..
Tiga pola aliran dalam pipa ini yaitu :
Segregated Flow
Intermittent Flow
Distributed Flow
Ditambah dengan Transition Flow
61
4.5
62