TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Reservoir
(minyak dan gas) dan air. Proses akumulasi minyak bumi di bawah permukaan
minyak bumi. Unsur-unsur yang menyusun reservoir adalah sebagai berikut :4)
1) Batuan reservoir, sebagai wadah yang diisi dan dijenuhi oleh minyak bumi,
gas bumi atau keduanya. Biasanya batuan reservoir berupa lapisan batuan
2) Lapisan penutup (cap rock), yaitu suatu lapisan batuan yang bersifat
Reservoir minyak jenuh adalah reservoir dimana cairan (minyak) dan gas
terdapat bersama-sama dalam keseimbangan. Keadaan ini bisa terjadi pada P dan
T reservoir terdapat di bawah garis gelembung (lihat titik B pada Gambar 2.1).
5
titik awal dari tekanan reservoir berada di bawah titik Pbnya, sehingga fluida
reservoir ada dua fasa yaitu fasa gas dan minyak (sebagai fasa cair). Penurunan
tekanan akan merubah harga GOR produksi sebagai akibat terbebaskannya gas
dari larutan.
mengandung satu macam fasa saja yaitu cairan (minyak). Keadaan ini dapat
terjadi bila tekanan reservoirnya lebih tinggi dari tekanan gelembungnya, seperti
terlihat pada Gambar 2.1, yaitu titik D. Pada resevoir tak jenuh cenderung
6
2.1.2 Karakteristik Batuan Reservoir
1 .Porositas
(pore volume) dengan volume batuan total (bulk volume). Besar kecilnya porositas
2. Permeabilitas
3 Saturasi
pori-pori batuan yang ditempati oleh suatu fluida tertentu dengan volume pori-
4. Wettabilitas
oleh fasa fluida, jika diberikan dua fluida yang tidak saling bercampur
(immisible).
5. Kompresibilitas
7
a. Kompresibilitas matriks batuan, yaitu fraksi perubahan volume material
1. Densitas Minyak
volume minyak.
2. Viskositas Minyak
terhadap aliran, atau dengan kata lain viskositas minyak adalah suatu ukuran
dalam barrel pada kondisi standar yang ditempati oleh satu stock tank
volume gas yang terlarut dari suatu minyak mentah pada kondisi tekanan
8
2.2 Parameter Dasar Sumur Continuous Flow Gas Lift
suatu sumur continuous flow gas lift antara lain adalah produktivitas sumur,
tetap, jika yang mengalir fluida satu fasa (P >Pb) dan PI tidak tetap, jika yang
sumur pada suatu harga tekanan aliran di dasar sumur (Pwf) dengan tekanan statis
kualitatif. Selisih antara tekanan sumur pada keadaan static (Pst) dan tekanan
dasar sumur pada saat terjadi aliran (Pwf) dikenal dengan istilah Drawdown
persamaan berikut :
q test
PI = , BPD/psi ......................................................................(2.1)
PR−Pwf
atau
9
0.007082.ko.h
PI = re , bbl/hari/psi.........................................................(2.2)
μo.βo.ln 0.472.
rw
Dari persamaan diatas dapat dianggap bahwa harga PI selalu tetap untuk
setiap harga tekanan alir dasar sumur (Pwf). Persamaan tersebut tidak dapat
dipenuhi bila terdapat gas dalam aliran fluida. Gas tersebut akan dijumpai pada
kondisi dimana tekanan reservoir lebih kecil atau sama dengan tekanan titik
gelembung minyak (PR ≤ PB). Pada kondisi ini PI tidak dapat ditentukan dengan
persamaan diatas dan harga PI untuk setiap harga Pwf akan selalu berubah. Untuk
aliran dua fasa (cair dan gas) harga PI dinyatakan dengan persamaan berikut :
dqo
PI = − , BPD/psi ...........................................................................(2.3)
dPwf
minyak (qo) dengan tekanan alir dasar sumur (Pwf) biasanya digambarkan secara
grafis dan disebut sebagai grafik Inflow Performance Relantionship (IPR). Pada
sumur-sumur minyak, IPR sering digunakan dengan dua metode yaitu Metode
1. Metode Vogel
10
efficiency (FE) dianggap 1.0 (satu). Secara matematis, persamaan untuk
Qo Pwf Pwf2
= 1 − 0.2 − 0.8 ......................................... (2.4)
Qomax Pr Pr2
Metode Vogel Untuk Reservoir Tidak Jenuh (Kondisi Pwf test ≥ Pb)
Pada kondisi ini, IPR yang linier dapat dibuat dengan menggunakan
productivity index konstan yang diperoleh dari data tes dan dapat dicari
Qo test Qb
PI = = ................................................... (2.5)
Pr−Pwf test Pr−Pb
Sehingga laju alir pada kondisi bubble point dapat dicari dengan
persamaan :
PI x Pb Pwf Pwf2
Qo = Qb + [1 − 0.2 − 0.8 ] ................... (2.7)
1.8 Pb Pb2
11
Gambar 2.2 Inflow Performance Relationship
2. Metode Standing
(PBU test).
Bila didefinisikan :
Pwf
y=1− ............................................................................. (2.8)
Pr
Qo
= 1.8(FE)(y) − 0.8(FE)2 (y)2 ..............................(2.9)
Qomax
12
Persamaan (3.20) diatas digunakan untuk membuat IPR pada kondisi
berikut : 1:64)
PI x Pb
Qo = Qb + [1.8(FE)(y) − 0.8(FE)2 (y)2 ] ...... (2.10)
1.8(FE)
Pwf test > Pb. Apabila Pwf tes< Pb maka persamaan modifikasi Standing
Qo
PI = Pb ........................... (2.11)
(Pr−Pb)+ [1.8(FE)y−0.8(FE)2 y2 ]
1.8(FE)
psi
Tekanan = gradien tekanan ( ft ) x kedalaman vertikal(ft) .......... (2.12)
13
2.2.4 Tekanan Kolom Gas
Hal yang sama dengan cairan, karena berat kolom vertikal gas maka tekanan
gas akan selalu berbeda pada setiap kedalaman sumur. Tekanan pada suatu
Hal ini penting diperhatian sebab tekanan sangat dipengaruhi oleh temperatur.
Sebuah katup gas lift yang telah diset tekanan buka atau tutupnya di permukaan
tekanan setting-nya akan berubah pada saat katup tersebut di pasang dalam sumur
Pada prinsipnya metode produksi sembur buatan (gas lift) adalah suatu cara
produksi dari metode artificial lift dengan menggunakan gas bertekanan tinggi
dalam kolom tubing berkurang, akhirnya timbul perbedaan tekanan antara Pr dan
Pwf yang biasa disebut dengan drawdown yang lebih besar dari sebelumnya.
permukaan. Untuk menjelaskan hal tersebut, dapat dilihat pada gambar berikut:
14
A B C
1. Gambar A
sebanding dengan tekanan reservoir (Pr) dan pada keadaan seperti ini tekanan
akan sama dengan tekanan statis dasar sumur (SBHP), sehingga tidak terjadi
aliran fluida.
2. Gambar B
rangkaian tubing pada suatu kedalaman tertentu. Cairan yang tadinya berada di
kolom annulus terdorong masuk ke dalam tubing, sehingga tinggi cairan pada
15
kolom tubing naik menjadi h2. Oleh karena itu, maka tekanan dasar sumur akan
menjadi lebih besar dari tekanan reservoir dan pada keadaan seperti ini sangat
3. Gambar C
Bila gas terus diinjeksikan dengan rate tertentu, maka gas akan masuk dan
dalam tubing berkurang yang besarnya ditentukan oleh GLR di kolom tubing.
Apabila keadaan ini dapat terpenuhi, maka akan mengakibatkan tekanan alir di
dasar lubang sumur (FBHP) lebih kecil dari tekanan reservoir (Pr) maka akan
terjadi aliran dari reservoir ke lubang sumur secara terus-menerus, sehingga dapat
berprodulsi kembali.
16
1. Open Installation
Open Installation gas lift atau gas lift instalasi terbuka adalah intalasi yang
dilengkapi dengan katup gas lift, tetapi tidak memakai packer dan standing valve.
Tipe instalasi ini digunakan pada sumur – sumur yang mempunyai PI dan BHP
tinggi.
Semi closed installation gas lift atau gas lift instalasi setengah tertutup
adalah instalasi gas lift yang dilengkapi dengan katup gas lift dan dipasang packer
pada annulus paling bawah, tetapi tanpa standing valve. Instalasi ini dapat dipakai
pada sumur yang PI-nya cukup tinggi, tetapi BHP-nya rendah. Packer dalam
Jika pada suatu saat sumur tersebut mati atau ditutup karena alasan
3. Closed Installation
Closed installation gas lift atau gas lift instalasi tertutup adalah instalasi
yang memakai katup gas lift dilengkapi dengan standing valve pada tubing dan
packer pada annulus di bawah katup gas lift yang paling bawah. Standing valve
17
sumur. Instalasi ini digunakan pada kondisi sumur yang PI-nya rendah dan BHP-
nya rendah.
Pertimbangan utama dalam penentuan suatu sistem injeksi gas yang dipakai
adalah berdasarkan pada besarnya SBHP (Static Bottom Hole Pressure) dan PI
(Productivity Index). Dari Tabel 2.1 berikut dapat sebagai pertimbangan dalam
penentuan sistem injeksi gas untuk sumur yang akan diproduksikan secara sembur
buatan.
rendah apabila PI < 0.5 bpd/psi. Begitu juga dengan SBHP, dikatakan tinggi
apabila tekanan statik tersebut dapat mengangkat kolom cairan di lubang sumur
secara alami lebih besar atau sama dengan 70% dari kedalaman sumur. Bila
kolom cairan yang terangkat kurang dari 70% dan terendah 40% dari kedalaman
18
1. Continuous Flow Gas Lift
Dalam continuous flow gas lift, gas bertekanan tinggi diinjeksikan ke dalam
tubing secara teru-menerus sehingga menurunkan harga tekanan alir pada dasar
sumur dan sumur tersebut dapat mengalirkan fluida yang ada di dalam reservoir.
Prosesnya hampir sama dengan sembur alam, yang berbeda adalah adanya
dua gradien tekanan alir di kolom tubing yaitu gradien tekanan alir di atas titik
injeksi (Gfa) dimana GLR-nya adalah GLR formasi ditambah dengan jumlah gas
yang diinjeksikan, dan yang kedua adalah gradien tekanan alir di bawah titik
19
Dari ilustrasi sumur continuous flow gas lift tersebut, jika gradien tekanan
alir di bawah titik injeksi dan gradien tekanan alir di atas titik injeksi diasumsi,
Keterangan :
Productivity Index (PI) tinggi, tekanan statis dasar sumur (Ps) rendah
Productivity Index (PI) rendah, tekanan statis dasar sumur (Ps) rendah
masing periode waktu. Siklus tersebut dapat dijelaskan melalui gambar berikut:
20
A B C D
1. Gambar A
Timer controller dan operating gas lift valve, keduanya dalam posisi
tertutup sedangkan standing valve di ujung rangkaian tubing terbuka dan cairan
dari formasi masuk ke dalam tubing sampai di atas operating valve sampai pada
ketinggian tertentu (sesuai SBHP), dan dalam periode waktu tertentu (sesuai PI),
artinya cairan akan terakumulasi di kolom tubing. Periode ini disebut dengan
periode penutupan.
21
2. Gambar B
Timer controller terbuka, gas injeksi mengalir dan operating valve juga
terbuka. Gas injeksi dengan rate yang relatif besar dengan cepat masuk ke dalam
tubing di bawah kolom cairan melalui operating valve, maka cairan akan
sehingga gas injeksi dalam tubing terhalang masuk formasi. Periode ini disebut
3. Gambar C
tekanan dalam casing masih besar. Setelah cairan terdorong sampai ke permukaan
, maka tekanan casing turun sampai operating valve tertutup dan standing valve
4. Gambar D
Timer controller dan operating valve keduanya menutup. Gas injeksi dan
cairan dalam tubing telah masuk ke flowline sehingga tekanan kepala sumur akan
sama dengan tekanan separator, dan standing valve akan terbuka, maka cairan
dari formasi kembali masuk ke dalam tubing. Proses tersebut akan kembali
22
2.3.4 Berdasarkan Penempatannya
Katup gas lift pada kondisi operasi di dalam sumur ditempatkan atau
didudukkan pada mandrel dan menurut penempatannya katup gas lift dibedakan
1) Conventional Valve
jenis conventional yaitu katup yang diletakkan diantara tubing dan casing pada
rangakaian tubing. Saat katup akan dicabut karena adanya kerusakan katup
maupun perencanaan ulang terhadap katup, maka katup akan dicabut bersamaan
2) Retrievable Valve
Untuk katup jenis ini ditempatakan pada side pocket mandrel (SPM) yaitu
sedemikian rupa sehingga tidak akan mengurangi inside diameter (ID) tubing
tersebut. Kemudian apabila katup akan dicabut, cukup hanya mencabut katup
dua macam, casing pressure operated dan tubing pressure operated (fluid
operated valve).
23
1) Casing Pressure Operated Valve
Pada dasarnya valve ini akan bekerja karena pengaruh tekanan casing
sebagai faktor yang dominan, namun tekanan tubing juga mempunyai pengaruh.
Casing operated valve ini masih dibedakan lagi menjadi dua jenis yaitu unbalance
a. Unbalance Valve
Pada valve jenis ini, tekanan casinglah yang paling dominan berpengaruh
untuk membuka dan menutupnya valve. Akan tetapi pengaruh tekanan tubing
terhadap port valve juga tetap ada. Artinya pada valve jenis ini akan terjadi
perbedaan tekanan kerja antara saat valve akan terbuka dengan valve akan tertutup
b. Balance Valve
berpengaruh. Oleh karena itu, dalam hal ini tidak terdapat perbedaaan tekanan
antara saat valve akan membuka dan saat valve akan menutup.
24
Gambar 2.7 Balanced Casing Pressure Operated Valve2)
Konstruksi valve ini hampir sama dengan casing pressure operated valve,
tetapi tekanan tubing akan bekerja pada luas permukaan valve yang lebih besar
(bellow), sedangkan tekanan casing bekerja pada permukaan valve yang lebih
25
2.4 Perencanaan Sumur Continuous Flow Gas Lift
1. Buat skala pada kertas grafik untuk kedalaman pada sumbu tegak dan
tekanan pada sumbu datar, dengan titik nol berada di ujung kiri atas.
3. Plot tekanan operasi gas injeksi (Pso = Pko – 100) dan buat dari garis
kedalaman nol.
6. Kurangi titik POB dengan 100 psi pada GLR formasi, maka ini
7. Buat kurva gradien tekanan alir minimum tubing di atas titik gas
yang sesuai sehingga dapat bertemu pada titik injeksi gas (POI) dan
persamaan :
26
𝑄𝑔𝑖 = 𝑄𝑙 (𝐺𝐿𝑅𝑇 − 𝐺𝐿𝑅𝑓 ) ...................................................................... (2.13)
Keterangan :
GLRT = Gas Liquid Ratio (GLR) total (GLR di atas titik injeksi),
scf/stb
injeksi),scf/stb
Prosedur dalam penentuan spasi katup (jarak antara katup) secara grafis
1) Dari titik Pwh, tarik garis killing fluid gradients sampai berpotongan
dari Pso dikurangi 15 psi ditarik garis yang sejajar dengan Pso,
yang berikutnya.
27
2.4.4 Penentuan Ukuran Port dan Tekanan Buka Tutup Valve
8, dengan mengetahui upstream pressure (Pc), downstream pressure, dan laju gas
berikut :
1) Tentukan opening pressure (Po) pada tiap-tiap kedalaman valve dari garis Pso
2) Tentukan tubing pressure (Pt) pada tiap kedalaman valve, dapat dibaca dari
3) Tentukan closing pressure atau dome pressure (Pbt) pada tiap kedalaman
(R = Ap/Ab, dapat diketahui dari tabel spesifikasi valve pada Lampiran 10)
4) Tentukan dome pressure pada temperatur 60 ºF, untuk memenuhi Pbt pada
5) Tentukan Test Rack Opening Pressure (Ptro) pada temperature 60 ºF, atau
28
𝑃𝑏
𝑃𝑣𝑜 = 1−𝑅........................................................................................ (2.16)
dan
𝑃𝑏𝑡
𝑃𝑡𝑟𝑜 @ 𝑑𝑒𝑝𝑡ℎ = (1−𝑅) .................................................................... (2.17)
Analisis Sistem Nodal adalah suatu cara yang digunakan untuk menganalisa
sumur-sumur minyak dan gas bumi dalam hal menentukan laju alir fluida sumur
yang optimum. Penggunaan metode ini dilakukan dengan menentukan sebuah titik
(node) untuk diamati pada sumur. Beberapa titik pada sumur yang bisa digunakan
29
Gambar (2.9) menunjukkan hilang tekanan pada media berpori sampai
separator yang dapat digunakan sebagai titik (node) dalam menganalisa sumur.
Pada umumnya, analisis sistem nodal untuk sumur-sumur gas lift dilakukan
dengan cara memilih wellhead sebagai Pnode. Dengan demikian, akan ada aliran
30
2.5.2 Aliran Keluar Node (Outflow)
pada bagian downstream dari Pnode. Dengan demikian, maka jumlah kehilangan
gas lift kali ini, penulis akan menggunakan Pipesim edisi 2009. Adapun langkah-
31
2) Membuka Software Pipesim 2009 melalui shortcut yang ada pada dekstop
3) Setelah terbuka, klik New Single Branch Model pada tab Well/Pipeline
Kemudian akan muncul tampilan page New Single Branch Model, seperti
32
4) Pemilihan korelasi fluida menggunakan Black Oil dan pengisian data
Gas, SG
Water, SG
Pada Menu “Set Up” pilih “Black Oil” kemudian isikan sesuai data yang
5) Masukkan icon pada toolbar dengan mengklik lalu tarik ke lembar kerja,
mulai dari Vertical Compeltion, Node, dan Tubing. Lihat Gambar 2.14.
33
Gambar 2.13 Tampilan Lembar Kerja dengan Icon Vertical Completion,
Node, dan Tubing.
mengklik dua kali pada icon VertWell_1, isikan data yang tersedia,
34
7) Pengisian data tubing dengan mengklik dua kali pada icon Tubing_1. Lanjut
dapat dilakukan untuk sumur baru ( new well), maupun untuk perencanaan ulang
sumur gas lift yang sudah ada (existing well). Tujuannya adalah untuk mencari
kondisi yang paling optimum. Kondisi optimum ini dapat dilakukan dengan cara
menentukan letak katub yang optimum dan atau menentukan laju injeksi yang
optimum untuk mendapatkan laju produksi yang optimum pula. Adapun langkah-
1) Memilih menu Artifial Lift pada toolbar, kemudian pilih Gas Lift lalu Gas
Lift Design.
35
Gambar 2.16 Tampilan Menu Artifial Lift pada Toolbar
3) Kemudia akan muncul tampilan Gas Lift Design Summary seperti pada
Gambar 2.19.
36
Gambar 2.18 Tampilan Summary pada Gas Lift Design
4) Kemudian klik Graph, maka akan muncul tampilan Gas Lift Design Graph.
37
2.6.3 Analisis Nodal untuk Sumur Gas Lift
1) Pada tampilan seperti Gambar 2.13, klik icon Nodal pada toolbar kemudian
drag dengan Tubing_1 dan tambahkan Connector yang ditarik juga dari
38
3) Mengisi data pada Nodal Analysis dengan mengisi nilai Outlet Pressure,
4) Kemudian akan muncul grafik sebagai hasil dari Run Model pada Nodal
Analysis.
39
Hasil Grafik dari Nodal Analysis seperti pada Gambar 2.23, merupakan
grafik yang digunakan untuk menganalisa apakah kondisi produksi aktual sumur
telah sama dengan kodisi reservoir dan peralatan yang terpasang. Jika nantinya
untuk mengetahui letak ketidakcocokan antara kodisi aktual dan simulasi. IPR
produksi (tubing, pompa benam, dan atau gas lift) untuk menuju permukaan
(wellhead).
40
2) Isikan data pada menu Pressure/Temperature Profile kemudian klik Run
Model.
3) Setelah klik Run Model, maka akan tampil grafik seperti pada Gamabar
2.26.
41
2.7 Keekonomian
tertentu saja, dan barang-barang investasi tidak akan memiliki nilai lagi
jumlah dari penghasilan bersih itu sama dengan jumlah modal yang
ditanam.
Net Present Value (NPV) adalah jumlah dari Discounted Cash Flow
42
sehingga jumlah Discounted Cash Flow (DCF) = Investasi. ROR
sekecil mungkin, NPV yang besar, dan ROR sebesar mungkin yang besarnya jauh
43