Anda di halaman 1dari 30

BAB V

PENENTUAN KARAKTERISTIK RESERVOIR GAS

5.1. Karakteristik-karakteristik Reservoir Gas yang Dihasilkan


Penentuan karakteristik-karakteristik reservoir gas dengan menggunakan
metoda uji sumur dapat dilakukan jika ada satu atau lebih sumur. Dari data lapangan
kita dapat menentukan suatu lapangan itu produktif atau tidak.
Pengolahan data lapangan harus telah dikerjakan untuk mendapatkan
karakteristik-karakteristik reservoir yang dapat mewakili keadaan reservoir
tersebut.

5.1.1. Tekanan Rata-rata Reservoir


Apabila kita akan melakukan pengujian sumur (well testing), pelaksanaan
dari uji ini dimulai dengan menyetabilkan tekanan reservoir dengan jalan menutup
sumur hingga mencapai stabil. Sehingga didapatkan suatu karakteristik reservoir,
yaitu tekanan rata-rata (Pr).

5.1.2. Temperatur Reservoir


Temperatur memiliki hubungan langsung dengan tekanan, yaitu berbanding
lurus dengan tekanan. Apabila dalam pengujian suatu sumur dapat diketahui
tekanan reservoir, maka temperature reservoir juga dapat diketahui.

5.1.3. Skin Factor (S)


Selama suatu sumur berproduksi, harga permeabilitas yang dekat dengan
sumur akan mengalami perubahan. Hal ini, baik disebabkan oleh karena kerusakan
pada saat proses pemboran, maupun oleh perbaikan yang disebabkan oleh proses
perekahan buatan (fracturing) atau pelarutan dengan asam (Acidizing).
Dinyatakan sebagai berikut:
(PD)skin = S, kostan
sehingga harga S dapat diperoleh dari hasil uji tekanan.

193
194

5.1.4. Permeabilitan (k)


Permeabilitas merupakan suatu sifat dari media porous dan merupakan
ukuran kemampuan suatu batuan mengalirkan fluida. Pada penentuan karakteristik
tersebut besarnya permeabilitas berpengaruh dalam perhitungan analisa non
konvensional untuk menentukan besarnya (a), disamping itu juga pada perhitungan
untuk menentukan waktu stabil (ts).

5.1.5. Laju Produksi (qsc)


Laju produksi merupakan suatu hubungan antara penurunan laju produksi
dengan tekanan reservoir sebagai akibat berlangsungnya proses “depletion”, dari
suatu reservoir gas diperlukan dalam merancang pengembangan lapangan.
Hubungan ini bersifat relatif konstan selama masa produksi dari sumur.
Suatu harga qsc dapat ditentukan pada masa awal dari uji penentuan
deliverabilitas ini sudah dikenal persamaan impiris yang selaras dengan hasil
pengamatan. Persamaan ini menyatakan hubungan antara qsc terhadap P2 pada
kondisi aliran yang stabil.
qsc = C (Pr2 – Pwf2)n
sehingga didapatkan suatu karakteristik reservoir yaitu laju produksi (q sc) pada
keadaan standart.

5.1.6. Konstanta Deliverabilitas (C)


Besarnya konstanta C dari suatu perhitungan tersebut tergantung pada
satuan dari harga laju produksi (qsc) dan tekanan (P) ataupun harga C dapat pula
dicari dengan secara grafik berdasarkan titik-titik potong grafik dengan sumbu
mendatar (qsc).

5.1.7. Absolute Open Flow (AOF)


Absolute open flow adalah satuan lain yang digunakan dalam analisa
deliverabilitas. Besarnya potensial ini diperoleh bila memasukkan harga P wf sama
dengan nol, maka persamaan dikenal sebagai analisa konvensional.
AOF = C (Pr2)n
195

5.1.8. Absolute Open Flow Potensial (AOFP)


Absolute open flow potensial adalah kemampuan suatu sumur gas untuk
memproduksikan gas kepermukaan dengan laju maksimum pada tekanan alir dasar
sumur sebesar tekanan atmosfer (14.7 psia).
AOFP = C (Pr2 – 14.72)n

5.2. Perkiraan Reservoir Gas


Pokok-pokok perkiraan reservoir disini akan membahas tentang perkiraan
cadangan, produktivitas formasi, dan peramalan ulah reservoirnya.

5.2.1. Perkiraan Cadangan Reservoir


Untuk dapat memperkirakan besarnya cadangan suatu reservoir gas
besarnya isi awal gas di tempat (Initial Gas In Place) haruslah ditentukan terlebih
dahulu. Ada tiga metode perhitungan perkiraan cadangan yang akan dibahas disini,
yaitu: metode volumetris, metode material balance, dan metoda decline curve.

5.2.1.1. Metode Volumetris


Ada tiga faktor yang penting di dalam perhitungan dengan menggunakan
metoda volumetris yaitu: volume pori dari reservoir, saturasi gas awal dan faktor
volume formasi gas. Untuk mengetahui ketiga faktor tersebut diperlukan informasi/
data antara lain: data geologi, core, data log, well testing, production test dan data
PVT. Persamaan untuk menentukan Isi Awal Gas di tempat dengan metoda
volumetris ini adalah:
7758Ah (1 − S wi )
G= ………………………………………………(5-1)
B gi

atau
43560Ah (1 − S wi )
G=
B gi

dimana:
G = Initial Gas In Place, SCF
7758 = Faktor konversi, bbl/acre-ft
196

Bgi = Faktor volume formasi gas, bbl/SCF


43560 = Faktor konversi, cuft/acre-ft
Bgi = Faktor volume formasi gas, cuft /SCF
A = Luas daerah produktif, acre
h = Ketebalan bersih dari formasi, ft
 = Porositas, fraksi
Ah  = Volume pori reservoir, acre-ft
Swi = Saturasi air awal, fraksi
Persamaan 5.1 dapat digunakan pada kondisi awal dan abandonment untuk
menentukan cadangan gas atau kumulatif gas yang dapat diambil (Recoverable
Reserve), yaitu sebagai berikut:
Cadangan atau Kumulatif Produksi Gas = Gas awal – Gas sisa
atau
1 1
Gp = 43560Ah (1 − s w )( − ) , SCF…………………………..............(5-2)
B gi B ga

Dimana Bga adalah faktor volume formasi gas pada tekanan abandonment. Di dalam
hal ini harga Recovery faktor adalah:
Gp B gi Pa Z i
Eg = = (1 − ) = (1 − ) …………………………………………...(5-3)
Gi B ga Pi Z a

Pada persamaan di atas, terlihat bahwa efisiensi perolehan hanya


dipengaruhi oleh tekanan abandonment. Artinya apabila tekanan abandonment
dapat diperkirakan, berarti recoverable reserve atau cadangan gas dapat ditentukan.
Hal tersebut diatas hanya berlaku apabila reservoir gas tersebut tertutup atau
bersifat volumetris (volumetric reservoirs) atau “depletion type reservoir”.
Untuk reservoir gas dengan mekanisme pendorong air (water drive
reservoirs), faktor perolehan adalah:
Gp 100( S gi B ga − S ga B gi )
Eg = = ……………………………………………(5-4)
Gi S gi B ga

dimana:
197

S gi S gr
G p = 43560Ah ( − )
B gi B ga

Sgi = saturasi gas awal, fraksi


Sgr = saturasi gas sisa atau pada tekanan abandonment, fraksi
Bgi = faktorvolume formasi gas pada tekanan awal,vol.reservoir/vol.permukaan
Bga = faktor volume formasi gas pada tekanan abandonment, vol.reservoir/vol.
permukaan
Pada kondisi reservoir dengan mekanisme pendorong air yang kuat, harga
Eg berkisar antara 50-60 % ; sedangkan apabila daya dorong air tersebut lemah, Eg
akan berkisar antara 70-80 %. Untuk reservoir volumetris, harga Eg ini dapat
berkisar antara 80-90 %. Rendahnya harga Eg pada reservoir dengan daya dorong
air disebabkan oleh terjebaknya gas sisa pada tekanan tinggi.

5.2.1.2. Metode Material Balance


Metoda ini berdasarkan kepada prinsip kesetimbangan materi.
Adapun anggapan yang digunakan adalah:
• Reservoir dianggap sebagai model satu tangki (tank model) yang
mempunyai volume tetap.
• Perubahan tekanan yang terjadi akan disebarkan secara merata ke seluruh
reservoir.
• Data PVT tersedia dan mewakili untuk reservoir yang bersangkutan.
• Data sejarah produksi dan tekanan tersedia.
• Perubahan saturasi air sisa terhadap tekanan dan perubahan porositas
terhadap tekanan; selama terjadinya penurunan tekanan reservoir dapat
diabaikan.
Dengan menggunakan hukum konservasi massa terhadap reservoir gas
untuk memberikan kesetimbangan materi dan mol, dapat dituliskan persamaan
berikut:
mp = mi – m………………………………………………………..…(5-5)
dan
198

np = ni – n…………………………………………………..…..…….(5-6)
dimana:
mp, np = kumulatif produksi gas masing - masing di dalam unit massa dan mol
mi, ni = Isi Awal Gas di tempat pada tekanan awal, Pi
m, n = sisa gas di dalam reservoir pada suatu tekanan, P
untuk reservoir gas yang mempunyai volume tetap, berlaku pula :
Vi = V + We – WpBw……………………………………….………...(5-7)
atau
V = Vi - We + WpBw…………………………………….…………...(5-8)
dimana:
Vi = volume awal gas hidrokarbon di tempat (bbl) pada tekanan awal Pi
We = volume air yang merembes masuk dari aquifer ke dalam reservoir (bbl)
Wp = volume air yang terproduksi ke permukaan (bbl)
V = volume gas sisa di reservoir (bbl)
Bw = faktor volume formasi air (bbl/stb)
Berdasarkan hukum gas:
PV
n=
ZRT
jadi
PbV
np =
Z b RTb

PiVi
n i = 5.615
Z i RT

dan
PV P(Vi − We + W p B w )
n = 5.615 = 5.615
ZRT ZRT

subtitusikan ke persamaan (5-6), menghasilkan :


Pb G p  PV P (Vi − We + W p B w )
= 5.615 i i −  …………………………...….(5-9)
Z b RTb  Z i RT ZRT 
199

Z b Tb  PiVi P (Vi − We + W p B w )
G p = 5.615  −  ………………………...……(5-10)
Pb T  Z i Z 
Apabila dimasukkan Vi = G, serta Bgi dan Bg, akan didapatkan:
G( B g − B gi ) + We − W p B w
Gp = ……………………...……………...………(5-11)
Bg

Untuk reservoir yang tidak mempunyai water influx, persamaan (5-10) dan (5-11)
menjadi:
Z b TbVi  Pi P 
G p = 5.615 − ……………………………………..………...(5-12)
Pb T  Z i Z 

dan
G( B g − B gi )
Gp = ……………………...………………………..…………...(5-13)
Bg

5.2.1.2.1. Metode Straight Line


Persamaan (2.77) dapat disusun menjadi:
Gp Bg = G (Bg- Bgi)…………………………………………..……………….(5-14)
Apabila Gp Bg diplot terhadap (Bg - Bgi), seperti terlihat pada Gambar 5.1., akan
didapatkan garis lurus dengan kemiringan sama dengan G.

Gambar 5.1. Plot MBE Straight – Line, Reservoir gas volumetris


(Ikoku. Chi U.; “Natural Gas Production Engineering”)
200

Persamaan (5-11) dapat disusun menjadi:


G p Bg + W p Bw
=C
Q D P
+ G ………..…………………………………(5-15)
B g − B gi B g − B gi

dimana:
We = C  Q D P

C = konstanta water influx

Apabila
G p B g + W p Bw
diplot terhadap
Q D P
, seperti terlihat pada gambar
B g − B gi B g − B gi

5.2., maka kemiringannya sama dengan konstanta water influx (C) dan intercepnya
sama dengan G. Apabila ada perembesan air, maka hasil plotnya merupakan garis
yang tidak lurus. Bentuk kurva yang naik atau turun, berarti bentuk asumsi

 Q D terlalu kecil atau terlalu besar.

Gambar 5.2. Plot MBE Straight – Line, Reservoir gas dengan Water Influx
(Ikoku. Chi U.; “Natural Gas Production Engineering”)
201

5.2.1.2.2. Metode P/Z Vs Gp


Apabila data kumulatif produksi dan tekanan reservoir cukup tersedia,
Initial Gas In Place (G) dan cadangan gas dapat ditentukan tanpa harus mengetahui
terlebih dahulu harga A, h,  dan Sw. Ini dibentuk dengan membuat kesetimbangan
massa atau mol dari gas.
Mol produksi = mol awal ditempat – mol tersisa
Dengan mengaplikasikan hukum gas, PV = Z n R T didapat:
Psc G p PiVi PVi
= − ……………………...………………………………...(5-16)
Tsc Z sc T f Zi T f Z

Volume reservoir gas, Vi dapat diubah dalam satuan SCF dengan membaginya
dengan Bgi.
Vi = G Bgi ……………………...……………………………………..(5-17)
Kombinasi antara persamaan 5-16 dan 5-17 didapat,
P Pi T f Psc G p
= − ………………..……………………………………........(5-18)
Z Z i Tsc B gi G

dimana:
Tf = temperatur formasi
Pi = tekanan awal reservoir
Tsc = temperatur pada keadaan standar
Psc = tekanan pada keadaan standar
Dengan membuat plot antara P/Z terhadap Gp didapat suatu garis lurus
(Gambar 5.3.) dengan kemiringan (Tf Psc /Tsc Bgi G). Isi Awal Gas di tempat dapat
ditentukan secara grafik yaitu perpotongan antara garis lurus yang terjadi terhadap
sumbu x. Persamaan 5.18 dapat diuah bentuk untuk menentukan recovery faktor,

P Pi  G p 
= 1 −  ..……………………………………………………..........(5-19)
Z Z i  G 
Pada metoda yang dibahas diatas, dianggap bahwa tidak adanya perembesan
air dari aquifer ke reservoir. Jika ada perembesan air, maka plot antara P/Z terhadap
Gp tidak lagi lurus, tetapi akan menyimpang tergantung dari kekuatan perembesan
202

air (Gambar 5.4.). Sedangkan persamaan untuk menentukan Isi Awal Gas di tempat
diubah dengan memasukkan adanya perembesan air tersebut yaitu:

P  GB gi  pi

T f Psc
= − G p .…...…………………………(5-20)
Z  GB gi − We Z
 i Tsc (GB gi − We )
dimana:
We = C  Qt D P

C = konstanta water influx


 = i − t

Q tD = dimensionless water influx

Harga Q tD tergantung pada perbandingan antara volume aquifer

(perembesan air) dengan volume reservoir gas dan berapa lama reservoir tersebut
telah diproduksikan. Harga Q tD dapat ditentukan dari Gambar 5.5. dan 5.6.

Gambar 5.3. Plot P/Z terhadap Gp, Reservoir gas


(Ikoku. Chi U.; “Natural Gas Production Engineering”)
203

Gambar 5.4. Plot P/Z terhadap Gp (Akibat Adanya Perembesan Air)


(Beggs, Dale. H; “Gas Production Operations”)

Gambar 5.5. Plot P/Z terhadap Gp, Adanya Perembesan Air (Water Influx)
(Beggs, Dale. H; “Gas Production Operations”)
204

Gambar 5.6. Fungsi Tekanan Konstan ( Q tD )


(Beggs, Dale. H; “Gas Production Operations”)

5.2.1.3. Metode Decline Curve


Metoda lain untuk melakukan perhitungan cadangan adalah decline curve,
metoda ini dilakukan dengan menganalisa kurva yang didapatkan dari plotting rate
produksi vs waktu, dan produksi kumulatif vs rate.
Metode ini memerlukan suatu asumsi, bahwa makin lama rate produksi
sumur akan makin menurun, oleh karena itu analisa decline curve hanya dapat
digunakan selama kondisi mekanis dan radius pengurasan tetap konstan didalam
suatu sumur mampu berproduksi pada kapasitasnya.
Analisa decline curve memerlukan beberapa data produksi, dan data-data
ini merupakan data yang paling mudah diperoleh karena selalu dicatat dengan teliti
sehingga cara yang paling mudah untuk penafsiran adalah mencari hubungan antara
rate produksi terhadap waktu dan produksi kumulatif, kemudian
mengekstrapolasikan hubungan itu sampai suatu batas ekonomis. Titik potong
ekstrapolasi dengan batas ekonomis itu menunjukkan kemungkinan sumur dan
recovery di masa mendatang.
205

Anggapan yang digunakan pada metode ini adalah:


1. Reservoir atau sumur diproduksikan pada kapasitasnya
2. Performance reservoir dimasa datang tetap sama dengan performance reservoir
dimasa lalu
Tiga jenis decline curve yang umum dikenal adalah:
1. Ekponential decline
2. Hyperbolic decline
3. Harmonic decline
Untuk menganalisa karakteristik reservoir terhadap tipe dari production
decline curve, dengan anggapan bahwa kita bekerja dengan reservoir ideal dimana
tidak ada tekanan proporsional terhadap jumlah hidrokarbon yang tersisa.
Selanjutnya dianggap bahwa PI dari sumur-sumur konstan selama masa
produksinya, sehingga rate produksi selalu sebanding dengan tekanan reservoir.
Pada kenyatannya, keadaan reservoir yang ideal itu jarang ditemukan.
Tekanan reservoir biasanya tidak proporsional dengan hidrokarbon yang tertinggal,
sebahai akibat berkurangnya jumlah hidrokarbon yang tertinggal di reservoir.
Pada saat yang bersamaan, PI umumnya tidak konstan tetapi menurun
karena proses pengosongan reservoir. Hubungan rate produsi dengan waktu pada
kertas semilog atau produksi dengan kumulatif produksi pada kertas biasa tidak lagi
linier, melainkan berupa kurva melengkung. Maka dari tipe kurva ini akan
dihasilkan tipe hyperbolic decline curve, bila melengkungnya tidak jelas dan
harmonic decline bila melengkungnya jelas. Berikut ini akan dibahas ketiga tipe
decline curve tersebut.

1. Exponential Decline Curve


Exponential decline tersebut juga dengan geometric semilog atau constan
percentage decline, yang dicirikan oleh kenyataan bahwa penurunan rate produksi
per unit waktu merupakan suatu fraksi yang konstan dari rate produksi.
206

A. Analisa Matematis Hubungan Rate Produksi-Waktu


Untuk menunjukkan tipe exponential decline dengan cara yang paling
mudah adalah dengan cara statistic melalui prosedur “loss ratio”.
Loss ratio didefinisikan sebagai rate produksi per satuan waktu dibagi
dengan turunan pertama rate produksi terhadap waktu, dan diberi simbol “a”.
Dengan metode ini rate produksi per unit waktu q pada kolom ke dua, sedang
perbandingan keduanya (a = loss ratio) pada kolom ke tiga. Sebagai kesimpulan
apabila loss ratio ini konstan atau hampir konstan, maka decline ini merupakan tipe
eksponential. Selanjutnya harga ini (a) dipakai untuk mengekstrapolasikan rate
produksi sampai batas ekonomis (economic limit). Prosedur ekstrapolasi dapat
dinyatakan sebagai berikut, metode untuk mendapatkan loss ratio dari rate produksi
yang diketahui adalah tetap sama digunakan, tetapi untuk mendapatkan rate
produksi di masa datang, metode ini dipakai secara terbalik dengan loss ratio
konstan.
Kurva rate produksi-waktu untuk tipe eksponential decline curve yang
mempunyai suatu loss ratio yang konstan memenuhi persamaan:
q
− = −a ……...………………….………………………………(5-21)
dq / dt
dimana adalah suatu konstanta positif. Integrasi Persamaan (5-21) dengan batas q
= qi untuk t = 0 memberikan hasil:
q = q1. e-t/a...……………………………………..….……...…..(5-22)
Persamaan (5-22) jelas merupakan bentuk eksponential dan menyatakan bahwa bila
rate produksi diplot terhadap waktu, akan membentuk suatu garis lurus pada kertas
semi log.
B. Analisa Matematis Hubungan Rate Produksi-Produksi Kumulatif
Persamaan untuk kurva rate kumulatif dapat diperoleh dengan integrase dari
persamaan (5-22) sebagai berikut.
t t
G p =  qdt = qi  e − t / a dt
o 0

dengan batas integrasi Gp = 0 pada t = 0, maka persamaan:


Gp = a (qi - q) ………………………………………………………..…(5-23)
207

Persamaan (5-23) menunjukkan, bahwa bila rate produksi diplot versus produksi
kumulatif pada kertas koordinat biasa akan diperoleh suatu garis lurus, dengan
sudut a. Bentuk kurva rate produksi vs waktu dan rate produksi vs produksi
kumulatif dapat dilihat pada Gambar 5.7. dan 5.8.
Pada linier plot besarnya sudut a, sulit ditentukan karena bentuk kurva melengkung.
Tetapi pada plot dikertas semilog besarnya a, dapat ditentukan karena dari bentuk
kurva yang diperoleh berupa garis lurus. Lihat Gambar 5.7.

Gambar 5.7. Decline Curve dari Rate Produksi vs Waktu dalam Linier Plot
(Slider. H.C. ;”World Wide Practical Petroleum Reservoir Engineering
Methods”)
208

Gambar 5.8. Kurva Eksponential Decline dari Rate Produksi vs Waktu


dalam Semilog plot
(Slider. H.C. ;”World Wide Practical Petroleum Reservoir Engineering
Methods”)

Gambar 5.9. Kurva Eksponential Decline dari Rate Produksi vs Produksi


Kumulatif dalam Linier Plot
(Slider. H.C. ;”World Wide Practical Petroleum Reservoir Engineering
Methods”)
209

Untuk mengetahui prosentase penurunan bulanan (mountly decline percentage)


dinyatakan sebagai:
dq / dt
d = −100 % = (100) / a% ………………...………………………………...(5-23)
q

2. Hyperbolic Decline Curve


Didalam hyperbolic decline curve, penurunan rate produksi per unit waktu
yang merupakan suatu fraksi dari rate produksi, sebanding dengan rate produksi
pangkat suatu bilangan pecahan. Bilangan ini berharga dari 0 sampai 1.

A. Analisa Matematika Hubungan Rate Produksi-Waktu


Tipe hyperbolic atau log-log decline ini, dapat dicirikan oleh perubahan loss
ratio yang membentuk suatu deret hitung, karena itu turunan pertama dari loss ratio
adalah konstan atau hampir konstan, dan diberi notasi b.
Harga rate-rate b ini adalah digunakan untuk mengekstrapolasikan data-data
rate produksi pada titik yang diberikan, dibagi dengan perbandingan dari penurunan
rate produksi, terhadap produksi total selama selang sebelumnya. Turunan pertama
ditentukan sebagai kenaikan dari loss ratio pada interval yang diberikan dibagi
dengan total produksi selama interval yang sama.
Bila turunan pertama dari loss ratio konstan atau mendekati konstan, maka
persamaan deferensialnya dapat dinyatakan oleh:
 q 
d 
 dq / dt  = − b ………………………..…..………………………………...(5-24)
dt
dimana b adalah suatu konstanta positif.
Hasil integrasi Persamaan (5-24) memberikan :
q
= −bt − a o …………...………..………………………………(5-25)
dq / dt
atau
dq dt
=− …………..………………..………………………….(5-26)
q a o + bt
210

Untuk memperoleh hubungan rate-waktu, Persamaan (5-26) diintegrasikan dengan


mengambil q = qi untuk t = 0, sehingga diperoleh:
−1 / b
 bt 
q = q i 1 +  …...…………………….………………………....(5-27)
 ao 
dari Persamaan (5-27) terlihat hubungan rate-waktu untuk hyperbolic akan
merupakan garis lurus pada kertas log-log dan diperlukan penggeseran ke kanan
sejauh (ao/b) dan slope garis lurus adalah (-1/b).
B. Analisa Matematik Hubungan Rate Produksi Kumulatif
Produksi kumulatif diperoleh dengan mengintegrasikan Persamaan (5-27)
dengan mengambil Gp = 0 pada t = 0, maka diperoleh:

a q  bt 
1−1 / b

G p = o i 1 +  − 1 ……..…………….………………………....(5-28)
1 − b i  a o  

setelah mengeliminir t dengan Persamaan (5-27), maka Persamaan (5-28) menjadi:
a o (q i )
((q ) ) …..………………………...…………………(5-29)
b

− (q )
1− b 1− b
Gp =
1− b
i

Persamaan (5-29) menunjukkan hubungan antara rate produksi dan produksi


kumulatif akan berupa garis lurus bila diplot pada kertas log-log.
Mounthly decline percentage diperoleh dari Persamaan (5-25) :
dq / dt 100
D = −100 = % ..……………………………………...……….(5-30)
q a o + bt

Setelah mengeliminir t pada Persamaan (5-30) dengan Persamaan (5-27) maka


diperoleh:

D=
100
(q )b % ……..…………………………………………………....(5-31)
a o (q i )
b

ini berarti bahwa decline percentage sebanding dengan rate produksi pangkat b.
211

Gambar 5.10. Kurva Hyperbolic Decline untuk b = 0,3


(Slider. H.C. ;”World Wide Practical Petroleum Reservoir Engineering
Methods”)

Gambar 5.11. Kurva Hyperbolic Decline untuk b = 0,5


(Slider. H.C. ;”World Wide Practical Petroleum Reservoir Engineering
Methods”)
212

3. Harmonic Decline Curve


Bentuk harmonic decline curve merupakan bentuk khusus dari bentuk
hyperbolic, yaitu untuk harga b = 1.
A. Analisa Matematik Hubungan Rate Produksi-Waktu
Dengan memasukkan hargan b = 1 pada Persamaan (5-27) akan diperoleh
hubungan antara rate-waktu, yaitu:
q = qi (1 + t/ao)-1…………………………………………………….(5-32)
Hubungan ini memberikan kurva garis lurus pada kertas log-log.
B. Analisa Matematik Hubungan Rate Produksi Kumulatif
Hubungan rate-produksi kumulatif untuk tipe harmonic diperoleh dengan
mengintegrasikan Persamaan (5-32) dengan mengambil harga Gp = 0 untuk t =
0, sehingga diperoleh:
Gp = ao qi(log qi - log q)……………………………………...…..……(5-33)
Persamaan (5-33) akan memperlihatkan suatu bentuk garis lurus apabila diplot pada
kertas semilog, dengan rate produksi diplot pada skala log.
Persentase penurunan bulanan (mountly decline percentage) untuk tipe harmonic
decline curve, adalah:
100 q
D= % …………………………………………………………...……(5-34)
a oqi

5.2.2. Perkiraan Produktivitas Formasi


Produktivitas formasi adalah kemampuan suatu formasi untuk mengalirkan
fluida dari reservoir ke dalam sumur produksi. Produktivitas formasi dapat dinilai
berdasarkan besaran productivity index (PI).
Produktivitas formasi dipengaruhi oleh besarnya energi pendorong dan
dipengaruhi oleh sifat fisik batuan, sifat fisik fluida, pressure drawdown, dan
dimensi dari sistem, yaitu drainage radius (r e) dan ketebalan formasi.

5.2.2.1. Deliverability
Deliverability dapat didefinisikan sebagai kapasitas aliran dalam keadaan
stabil atau perolehan jumlah gas dalam keadaan stabil. Deliverability dibutuhkan
213

untuk perencanaan operasi produksi pada suatu lapangan gas. Kapasitas aliran harus
ditentukan untuk perbedaan tekanan balik atau tekanan alir dasar sumur pada setiap
saat dalam sepanjang umur dari reservoir tersebut.
Metode yang umum untuk menentukan deliverability sumur gas adalah test
multipoint, dimana diproduksikan pada beberapa perbedaan aliran (4 laju aliran),
dari perhitungan laju aliran, tekanan sumur serta dari persamaan inflow
performance. Jadi deliverability sangat penting dalam perkiraan produktivitas
formasi.
PR2 - Pwf2 = A qsc + B qsc2…...……………………………………..….(5-35)
dimana:
1422T  Z   0,427re  
A=  ln  + S 
  r 
kh   w  

1422T  Z
B= D
kh

5.2.2.2. Inflow Performance Relationship Untuk Sumur Gas


Pembuatan grafik IPR untuk sumur gas ini dikemukakan oleh Al Hussainy
dan Ramey. Dengan berdasarkan atas persamaan gas nyata dan kombinasi
persamaan kontinuitas dengan hukum Darcy untuk aliran radial. Didapat persamaan
untuk kondisi standart, sebagai berikut:

1637q sc T 
  kt  
 − 3,23 + 0,87(S + D )
m(Pr) - m(Pwf) =
kh
log

 
( g C t )i rw ( )
2 

q  …..(5-36)


dimana:
qsc = rate aliran gas pada kondisi standart, Mscfd
T = temperatur reservoir, oR
K = permeabilitas formasi, md
h = ketebalan zone gas, ft
t = waktu produksi, jam
 = porositas, fraksi
(  g)i = viscositas gas mula-mula, cp
214

(Ct)i = kompresibilitas total mula-mula, psi-1


rw = jari-jari lubang bor, ft
S = skin efek
Dq = nin Darcy flow term
m(P) = fungsi tekanan semu (pseudo pressure function, psi 2/cp)
Persamaan diatas dapat digunakan untuk menghitung tekanan sumur gas
yang berproduksi pada rate yang konstan dari reservoir tak terbatas, atau untuk
menghitung aliran pada tekanan aliran konstan dan waktu produksi yang singkat.
Untuk waktu produksi yang lama dipakai persamaan:
703x10 −6 ( kh ) m( Pr ) − m(Pwf )
q sc = ………………………..………..……(5-37)
T(ln re / rw ) − 0,75 + S + D q 

Fungsi tekanan sumur m (P) ditentukan dengan persamaan:


P
2P
m (P) =  Z
Pb g
dP …………………………………………………………(5-38)

dimana:
Pb = tekanan dasar, psi Z = faktor kompresibilitas gas.
P = tekanan, psi g = viscositas gas, cp

Plot antara  g Z versus temperatur untuk gravity gas 0,65 dan

temperatur dari 150oF adalah seperti pada Gambar 2.40. sedangkan untuk
temperatur konstan pada 200o F dan gravity gas 0,6 sampai 0,75 adalah pada
Gambar 5.13.
Dari gambar tersebut ternyata harga  g Z akan konstan pada tekanan nol

sampai hampir 1000 psi, sehingga Persamaan (5-38) menjadi:


P
2
 g Z Pb
m(P) = P dP …………………………………….…………………(5-39)

sehingga didapat:

m(P) =
1
g Z
( )
P 2 − Pb ……………………………..………………….…..(5-40)
2
215

Dimana  g dan Z adalah viscositas dan faktor kompresibilitas gas rata-

rata, yang dicari pada tekanan rata-rata:


0,5
 P 2 + Pb 2 
P=  ……………..……………………………………...…..…(5-41)
 2 
substitusi Persamaan (5-41) kedalam persamaan qsc didapat persamaan:
703x10 −6 kh (Pr − Pwf )
2 2

q sc = …………….………..…...………….(5-42)
T  Z(ln re / rw − 0,75 + S + D q )

Persamaan ini berlaku untuk tekanan < 1000 psi, tetapi beberapa pengamat
mengatakan, bahwa persamaan tersebut berlaku untuk tekanan <2500 psi. Untuk
itu apabila dilakukan plot antara 2P2/  gZ versus tekanan, maka akan terjadi
simpangan dari m(P) versus tekanan pada tekanan > 2500 psi.
Pada tekanan yang tinggi (lihat Gambar 5.12.) slope dari kurva yaitu ( 

gZ)/P akan konstan, sehingga:


2P
= C = kons tan …………………………………..…….....……………(5-43)
g Z

Fungsi tekanan semu dapat dihitung dengan persamaan sebagai berikut:


P
m (P) = C  dP
Pb

= C (P - Pb)…………………………………..……..…………….(5-44)
substitusikan Persamaan (5-45) kedalam persamaan qsc, didapat persamaan
baru:
703x10 −6 k h C(Pr − Pwf )
q sc = ………………..…………...……………(5-46)
T (ln re / rw − 0,75 + D q )

Persamaan ini berlaku untuk tekanan >5000 psi.


216

Gambar 5.12. Plot Antara  g Z Versus Pressure(  g = 0,65 )


(Beggs, Dale. H; “Gas Production Operations)

Gambar 5.13. Plot antara  g Z Versus P Pada Temperatur Konstan


(Beggs, Dale. H; “Gas Production Operations)
217

Gambar 5.14. Plot Antara m(P) Versus Pressure


(Beggs, Dale. H; “Gas Production Operations”)
Gambar 5.14. adalah plot antara m(P) versus pressure, dimana pada tekanan
yang diketahui maka harga m (P) dapat diketahui. Selanjutnya dengan memakai
persamaan qsc sesuai dengan tekanannya, maka dapat dibuat kurva Inflow
Performance Relationship (IPR) untuk sumur gas yang akan dicari.

5.2.3. Perkiraan Performance Reservoir


Tujuan dari perkiraan performance reservoir adalah untuk membuat suatu
kurva trend karakteristik dari:
a. Tekanan versus waktu
b. Rate produksi versus waktu
Sehingga dapat menentukan batas limit ekonomis suatu reservoir dengan
mengatur tekanannya atau rate produksinya.
Pada pembahasan perkiraan performance reservoir ini hanya akan
ditampilkan dua jenis reservoir yang mempunyai drive mekanisme depletion drive
dan water drive. Sedangkan metode yang digunakan untuk memperkirakan
performace terdiri dari metode material balance dan decline curve.
218

5.2.3.1. Metode Material Balance


Perkiraan perilaku reservoir dengan metode material balance ini akan
menampilkan dua masalah peramalan pada dua jenis peramalan reservoir dengan
drive mekanisme yang berbeda, yaitu depletion drive dan water drive.
1. Reservoir Depletion Drive
Anggapan atau asumsi yang dikenakan pada reservoir ini adalah:
• Tidak ada perembesan air kedalam reservoir dan atau produksi air kecil dan
dapat diabaikan.
• Keadaan mula-mula dari reservoir adalah undersaturated.
• Reservoir homogen dan isotropis.
• Tidak ada gas cap.
• Tenaga yang menyebabkan adanya produksi gas hanya berasal dari
pengembangan gas itu sendiri.
Tarner menghadirkan suatu bentuk persamaan material balance untuk depletion
drive yang digunakan pada metode ini adalah:
N(B t − B tb ) − N p (B o − R sb B g )
Gp = ………………………………….…..(5-47)
Bg

dimana:
Gp = produksi gas kumulatif, scf
Et = faktor formasi total (dua fasa) mula-mula, bbl/stb
Etb = faktor formasi total pada tekanan gelembung, bbl/stb
Rsb = kelarutan gas dalam minyak pada tekanan gelembung, scf/stb
Perkiraan performance reservoir tersebut diatas adalah berada dibawah
tekanan gelembung sehingga selain gas yang terproduksi juga cairannya, yang
mana bila saturasi kritis gas terlewati, maka gas tersebut akan mengalir ke
permukaan bersama cairannya.
2. Reservoir Water Drive
Apabila sejarah tekanan produksi cukup tersedia untuk reservoir gas,
temperatur reservoir, dan spesifik gravity gas, gas in place mula-mula (G) dapat
dihitung.
219

G p B g − (We − W p B w )
G= ……………...…………..………………………(5-48)
B g − B gi

Untuk memperkirakan water influx (We), dengan menyusun persamaan (5-48),


We G p B g + W p Bw
G+ = …...…………………………………….…(5-49)
B g − B gi B g − B gi

Kemudian plot G versus Gp merupakan garis lurus, seperti terlihat pada Gambar
5.15.
Pada gambar 5.15., interval-interval waktunya akan terus meningkat dikarenakan
We
batas dari . Kemudian ekstrapolasi dari garis yang terbentuk ke titik
B g − B gi

We
dimana Gp = 0 yang menunjukkan harga G, karena dimana Gp = 0, juga
B g − B gi

nol.
Maka metode ini dapat digunakan untuk memperkirakan harga W e, karena
perbedaan waktu antara garis lurus (G) dan garis slope (G + (W e)/(Bg-Bgi)) akan
We
memberikan harga .
B g − B gi

Metode material balance untuk reservoir water drive sangat kompleks. Hubungan
antara water influx kumulatif, tekanan reservoir, dan time harus ditentukan sebelum
Isi Awal Gas di tempat ditentukan dari performance reservoir. Ini dapat dilakukan
dengan teori aliran unsteady-state.
Untuk aquifer yang linier,
We = C '  n t − t n …..………………………………………………….(5-50)

Untuk geometri aquifer yang lain, t D harus diperkirakan, kemudian dimensionless


water influx QD dapat ditentukan dan,
We = C  Q D …..……………………………………………………….(5-51)

kemudian harga water influx unsteady-state disubstitusikan pada persamaan


berikut,
G( B g − B gi ) + We − W p Bw
Gp =
Bg
220

menjadi,
G ( B g − B gi ) + C  Q D − W p B w
Gp = ………..………………………...(5-52)
Bg

Persamaan (5-52) dapat digunakan untuk memperkirakan Isi Awal Gas di tempat,
konstanta water influx, dan dapat digunakan untuk memprediksi performance
reservoir.

Gambar 5.15. Pengaruh dari Water Influx Pada Metode Material Balance
(Ikoku. Chi U.; “Natural Gas Production Engineering”)

5.2.3.2. Metode Pressure Decline Curve P/Z


Perkiraan performance reservoir dapat pula dilakukan dengan metode ini.
Persamaan untuk reservoir volumetrik (closed reservoir) dapat ditulis,
P Pb TG p P
=− + i ..………………………………………….……….(5-53)
Z 5.615z b TbVi z i
maka, plot P/Z versus Gp akan memberikan garis lurus untuk reservoir volumetrik,
seperti terlihat pada Gambar 5.15.
Intercep pada P/Z = 0 memberikan harga Isi Awal Gas di tempat:
221

5.615z b TbVi Pi
G= ……………………………..…………………………..(5-54)
Pb Tz i
dan slopenya,
1 Pb T
− =− ………………………………..………...……………(5-55)
d 5.615z b TbVi

Gambar 5.16. Plot P/Z versus Gp, Reservoir Gas


(Ikoku. Chi U.; “Natural Gas Production Engineering”)

dp/z adalah sisa gas di tempat pada berbagai harga tekanan (P). Maka, plot
linier pada grafik diatas dapat diekstrapolasi untuk memberikan harga Isi Awal Gas
di tempat pada tekanan nol, cadangan gas pada tekanan abandonment, dan
kumulatif produksi gas pada berbagai harga tekanan.
Jika ada perembesan air, volume reservoir tidak konstan terhadap waktu,
maka plot antara P/Z terhadap Gp bukan garis lurus. Plot pada reservoir water drive
umumnya adalah kurva konkaf (cekung) ke atas (Gambar 5.15.). Karena adanya
water influx, penurunan tekanan sangat cepat selama produksi.
Setelah sejumlah gas diproduksikan (kira-kira 20 % dari cadangan), plot
linier P/Z versus Gp pada reservoir volumetrik (closed) memberikan prosedur (cara
222

kerja) yang memuaskan untuk memperkirakan cadangan gas yang dapat diambil
(recoverable gas). Harus hati-hati apabila hanya tekanan (bukan P/Z) yang diplot
terhadap kumulatif gas produksi, grafik yang dihasilkan tidak linier, dan
ekstrapolasi dari kurva ini kemungkinan besar terjadi kesalahan (Gambar 5.16.).
Persamaan 5.53 diubah bentuk menjadi,
Pi / Z i
G= G p ………………………..……………………………..(5-56)
Pi / Z i − P / Z
Logaritma dari persamaan 5.56 adalah,
pi / Z i
Log( pi / Z i − p / Z ) = log G p + log ……..………………………….(5-57)
G
Persamaan 5.57 adalah salah satu contoh dari metoda yang kumulatif penurunan
tekanannya diplot terhadap kumulatif produksi pada koordinat logaritma.
Perbedaan antara P/Z mula-mula dan kumulatif produksi yang diplot secara
berurut-urutan pada koordinat logaritma merupakan garis lurus pada sudut 45°
dengan koordinat yang lain.

Gambar 5.17. Perbandingan Teori Antara Plot P dan P/Z Terhadap


Kumulatif Produksi Dari Reservoir Gas Volumetrik
(Ikoku. Chi U.; “Natural Gas Production Engineering”)

Anda mungkin juga menyukai