Tinjauan Pustaka
3.1. Analisa Sistem Nodal
3.1.1. Pengantar Analisa Sistem Nodal
Analisa sistem nodal atau biasa disebut sistem analisis optimasi produksi
adalah sebuah prosedur untuk menentukan flow rate pada sumur oil dan gas yang
berproduksi dan untuk mengevaluasi efek dari beberapa komponen seperti ukuran
tubing-string, ukuran flow-line, tekanan separator, posisi choke, safety valves, dan
kondisi well completion termasuk gravel pack dan perforasi pada sumur biasa.
Komponen-komponen tersebut dievaluasi terpisah-pisah dan dikombinasi untuk
mengoptimasi seluruh sistem sehingga mendapatkan aliran produksi yang paling
effisien. Adapun tujuan dari nodal analisis adalah sebagai berikut :
1. Untuk menentukan flow rate pada sumur oil dan gas yang berproduksi
dengan mempertimbangkan geometry wellbore dan batasan komplesi
(awalnya secara natural flow).
2. Untuk menentukan kondisi aliran ketika sumur masih mengalir atau
mati.
3. Untuk menentukan waktu yang tepat untuk memasang installasi
artificial lift dan membantu dalam memilih metode pengangkatan yang
optimum.
4. Untuk mengoptimasi system agar memproduksi flow rate yang
diinginkan.
5. Untuk mengecek setiap komponen dalam sistem sumur untuk
menentukan bagian mana yang tidak diperlukan untuk menahan flow
rate.
6. Untuk membantu management operator dan engineer staff dalam
menambah laju produksi.
Sebelum ada analisa sistem nodal, banyak sumur minyak dan gas diseluruh
dunia yang belum dioptimasi untuk mendapatkan rate yang effisien, faktanya
adalah beberapa sumur bahkan belum mencapai rate maximumnya, karena hal
tersebut menyebabkan penempatan artificial lift tidak mendapatkan effisiensi yang
seharusnya. Optimasi sistem produksi sumur minyak dan gas dengan analisa
Gambar 3.1. Kemungkinan Pressure Losses Dalam Sistem Sumur yang Lengkap
(Kermit E. Brown, 1977)
q
(Ps - Pwf)
..... (3.1)
dimana :
PI = J = Produktivity Index, bbl/hari/psi
q
Ps
Pwf
7.082 x 10-3 x k x h
Bo x o x ln (re/rw)
..... (3.2)
PI
7.082 x 10-3 h
ln (re/rw)
ko
kw
o Bo w Bw
......(3.3)
dimana :
PI
= permeabilitas batuan, mD
kw
ko
= viscositas minyak, cp
= viscositas air, cp
Bo
Bw
re
rw
= jari-jari sumur, ft
Untuk membandingkan satu sumur dengan sumur yang lainnya pada suatu
PI 7.082 x 10-3 x k
h
Bo x ln (re/rw)
.. (3.4)
Pada beberapa sumur harga Productivity Indek akan tetap konstan untuk
laju aliran yang bervariasi, tetapi pada sumur lainnya untuk laju aliran yang lebih
besar productivity index tidak lagi linier tetapi justru menurun, hal tersebut
disebabkan karena timbulnya aliran turbulensi sebagai akibat bertambahnya laju
produksi, berkurangnya laju produksi, berkurangnya permeabilitas terhadap
minyak oleh karena terbentuknya gas bebas sebagi akibat turunnya tekanan pada
lubang bor, kemudian dengan turunnya tekanan di bawah tekanan jenuh maka
viscositas akan bertambah (sebagai akibat terbebasnya gas dari larutan) dan atau
berkurangannya permeabilitas akibat adanya kompressibilitas batuan.
Dalam praktek di lapangan laju produksi minyak yang melewati batas
maksimum
akan
merugikan
reservoir
dikemudian
hari,
karena
akan
performance aliran fluida dari reservoir menuju lubang bor (sumur), dimana
performance ini akan tergantung kepada PI secara grafis.
Jika PI suatu sumur dianggap konstan, tidak tergantung pada laju produksi,
maka persamaan (3.1), dapat ditulis :
Pwf Ps -
q
PI
.. (3.5)
Pada persaman (2.39) terlihat bahwa Pwf dan laju produksi mempunyai hubungan
yang linier, yang disebut Inflow Performance Relationship, yang menggambarkan
reaksi-reaksi reservoir bila ada perbedaan tekanan didalamnya, seperti yang
ditunjukkan pada Gambar 2.42.
Bila q = 0, maka Pwf = Ps, dan bila q = PI x Ps, maka Pwf = 0. Sudut
yang dibuat oleh garis tersebut terhadap sumbu tekanan sedemikian rupa,
sehingga :
tan
OB PI x Ps
PI
OA
Ps
. (3.6)
Jadi sebenarnya PI merupakan koefisien arah dari kurva IPR, Harga q pada
titik B, yaitu PI x Ps disebut sebagai potensial sumur, yaitu suatu laju produksi
maksimum yang dapat diberikan oleh reservoir, dan akan terjadi bila harga Pwf
sama dengan nol. Pada pembuatan grafik 2.43, bahwa PI tidak tergantung pada
laju produksi yang merupakan hasil dari kemungkinan produksi sepanjang garis
AB. Hasil ini berhubungan dengan persaman aliran radial.
Tetapi kurva IPR disini tidak selalu linier tetapi ini tergantung pada jumlah
fluida yang mengalir. Untuk fulida dua fasa kurva yang terbentuk akan lengkung
(tidak linier), dan harga PI tidak lagi merupakan harga yang konstan karena
kemiringan garis IPR akan berubah secara kontinyu untuk setiap harga Pwf.
0.007082
o Bo (ln 0,472 re/rw)
(3.8)
3. Pilih tekanan dasar sumur (Pwf)
4. Hitung laju alir (qo) pada Pwf tersebut dengan menggnakan persamaan
(3.7)
5. Ulangi langkah 3 dengan harga Pwf yang berbeda
6. Plot qo Vs Pwf yang diperoleh dari langkah 3 dan 4 pada kertas grafik
kartesian, dengan qo sebagai sumbu datar dan Pwf sebagai sumbu tegak
3.2.2.2 IPR untuk Dua Fasa
Metode Vogel Untuk sumur yang telah berproduksi dimana tekanan dasar
sumur telahturun di bawah tekanan gelembung sehingga gas bebas ikut
terproduksi, maka kurva IPR tidak linier lagi tetapi berupa garis lengkung. Hal ini
disebabkan karena kemiringan kurva IPR akan berubah secara kontinyu untuk
setiap harga Pwf.
Penentuan kurva IPR untu aliran dua fasa pada faktor skin = 0 berdasarkan Ps,
Pwf dan Pb adalah sebagai berikut :
A. Jika tekanan statik lebih kecil dari tekanan jenuh (Pb)
1. Siapkan data hasil uji tekanan dan produksi yaitu Ps, Pwf dan qo
2. Hitung Pwf/Ps
3. Tentukan laju produksi maksimum (q.maks) berdasarkan data dari langkah
1, dengan persamaan di bawah ini :
q max
qo
1 - 0,2 (Pwf/Ps) - 0,8 (Pwf/Ps)2
(3.9)
4. Pilih tekanan alir dasar sumur (Pwf) dan hitung Pwf/Ps
5. Hitung qo pada Pwf tersebut dengan menggunakan persamaan ini :
.... (3.10)
. (3.11)
q max
qo
1 - 0,52 (Pwf/Ps) - 0,48 (Pwf/Ps) 2
(3.12)
Dimana :
qo
Ps
3.3
Positive Choke
Positive choke terdiri dari:
bypass-nya
bisa
digunakan
untuk
mengalihkan
alirannya
untuk
flowline, atau kalau terjadi penutupan di bagian hilir pipa produksi, sehingga
tekanannya meningkat abnormal dan membahayakan fasilitas produksi.
3.4 Korelasi Gilbert , Ros , Baxendell , dan Achong
Keempat peneliti ini berangkat dari dasar yang sama yaitu bedasarkan
pengembangan hasil studi Tangren dkk,dengan melakukan beberapa anggapan
,yaitu:
1. antara cairan yang incompressible dan gas yang ideal merupakan
campuran homogeny
2. tidak ada perpindahan massa angtara ,masing masing fasa fasa.
3. Kondisi isothermal,adiabatic.
4. Aliran satu dimensi dan laminar
Kemudian dengan menggunakan prinsip prinsip mekanika fluida,mereka
mengembangkan korelasi.
Gilbert menetapkan bahwa korelasi yang ia kembangkan hanya berlaku
apabila perbandingan tekanan downstream yang dihasilkan sangat peka terhadap
ketelitian parameter korelasi, misalnya kesalahan yang kecil tentang ukuran
jepitan dapat menimbulkan kesalahan sebesar 20% dalam perhitungan tekanan
downstream.Untuk
mempermudah
perhitungan
tersedia
nomograph
yang
P1=
A . QL . RP B
..(1.13)
dbC
Dimana :
db = diameter choke, 1/64 in
A,B dan C merupakan koefisien empirik untuk masing-masing
korelasi yang harganya dicantumkan di table , berikut ini :
Tabel 3.1Koefisien Empiric Korelasi Gilbert ,Ros,Baxendell, Dan Achong
3.5
Korelasi
Gilbert
10.00
0.546
1.89
Ros
17.40
0.500
2.00
Baxendell
9.56
0.546
1.93
Achong
3.82
0.650
1.88