Oleh:
Nico Shendy Yuliono
15.420.410.1008
PENDAHULUAN (LANJUTAN)
1.3 Maksud Dan Tujuan
a. Maksud
b. Tujuan
Tujuan dari semua evaluasi tersebut adalah untuk
menentukan besarnya laju produksi minyak
sehingga masalah water coning tidak menjadi
hambatan dalam memproduksikan minyak secara
maksimal dan untuk mengetahui perfoma ESP
terpasang.
PENDAHULUAN (LANJUTAN)
1.4 Metodologi Penulisan
1. Studi Literatur
Merupakan metodologi yang difokuskan pada
publikasi ilmiah mengenai teori yang berhubungan
dengan ESP dan Problem Water coning
PENDAHULUAN (LANJUTAN)
BAB II. DASAR TEORI
KARAKTERISTIK RESERVOIR
Porositas
Φ Densitas
(ρ)
Kompres Permea
sibilitas bilitas Kompres Spesific
(C) (K) sibilitas Gravity
Sifat Fisik (C) (SG)
Batuan Sifat Fisik
Reservoir Fluida
Wettabili Reservoir
tas Saturasi
Fluda (S) Kelarutan
(ω) Viscosity
Gas
Tekanan (μ)
Kapiler (RS)
Faktor
(Pc) Tekanan Volume
Formasi
(B)
Kondisi
Reservoir
Tempera
tur
PRODUKTIVITAS FORMASI
Keterangan :
q = gross liquid rate, STBD
Ps = tekanan statis reservoir, psi
Pwf = tekanan alir dasar sumur, psi
Ps – Pwf = drowdown pressure, psi
Injeksi
Natural Flow Artificial Lift Injeksi Air Thermal
Continuous Injeksi
Gas Lift SRP
Tercampur
PCP
HPU
Metode Chierici menggunakan metode potentiometric dalam mencari laju produksi kritis dengan
parameter-parameter reservoir serta produksi untuk menentukan interval perforasi dan posisinya.
Selain dapat digunakan untuk menentukan besarnya laju produksi kritis dapat juga digunakan
untuk optimasi penempatan panjang dari selang perforasi agar laju produksi kritisnya maksimum.
Adapun anggapan-anggapan yang digunakan dalam perhitungan laju produksi kritis dengan metode
Chierici ini adalah:
•Batuan reservoir homogen
•Volume aquifier terbatas
•Gas-cap berkembang dengan kecepatan yang relatif kecil atau produksinya semi-statik
•Pengaruh tekanan kapiler diabaikan
•Fluida incompressible
∆𝜌 𝑜𝑤 .𝑘 ℎ ℎ𝑐𝑤
𝑞𝑜𝑐𝑤 = 0,003073 ℎ2 𝜔 𝑟𝐷𝐸 , 𝑓𝑏, ℎ ........................................ (2.104)
𝐵𝑜 𝜇 𝑜
∆𝜌 𝑜𝑔 .𝑘 ℎ ℎ𝑐𝑤
𝑞𝑜𝑐𝑔 = 0,003073 ℎ2 𝜔 𝑟𝐷𝐸 , 𝑓𝑏, ℎ ........................................ (2.105)
𝐵𝑜 𝜇 𝑜
𝑟𝑒 𝑘ℎ
𝑟𝐷𝐸 = ................................................................................................... (2.106)
ℎ 𝑘𝑣
persamaan:
ℎ 𝑐𝑤
𝜔 = 𝐸𝑋𝑃 𝐴 + 𝐵𝑙𝑛 ............................................................................ (2.107)
ℎ
Dimana:
𝐴 = 𝐶 + 𝐷 𝐸𝑋𝑃. −𝐹𝐵 .............................................................................. (2.108)
𝐵 = 𝐸 + 𝐹 𝐹𝐵 ............................................................................................. (2.109)
Dan:
𝐶 = −0.31253676 − 0.32957799 𝑙𝑛 𝑟𝐷𝐸 ................................................ (2.110)
𝐷 = −1.17760395 − 0.19623644 𝑙𝑛 𝑟𝐷𝐸 ................................................ (2.111)
𝐸 = −1.409514123 − 0.0029341 𝑟𝐷𝐸 𝑙𝑛 𝑟𝐷𝐸 .................................... (2.112)
𝐹 = −0.50297452 + 0.826966176 𝑟𝐷𝐸 𝑙𝑛 𝑟𝐷𝐸 ................................. (2.113)
Dalam studi kasus kali ini, berikut adalah data sumur yang ada yaitu data reservoir dan data
produksi. Berdasarkan keterangan yang didapat, diketahui bahwa kadar air (water content) dari
sumur ini cukup tinggi, sehingga perlu dlakukan evaluasi untuk melihat apakah laju alir aktual
saat ini mengalami problem water coning.
Tabel 3.1. Data Reservoir
Gambar 4.1.
Kurva Qtotal Sumur
PEMBAHASAN (LANJUTAN)
PEMBAHASAN (LANJUTAN)
PEMBAHASAN (LANJUTAN)
4.4 OPTIMASI ESP DENGAN MENGGUNAKAN LAJU ALIR KRITIS WATER CONING
Pada perencanaan ulang pompa S6000N ini akan menggunakan Qt kritis sebagai Q baru yang
menentukan spesifikasi pompa. Qt kritis ini akan diplot pada Pump Performance Curve pompa yang
terpasang. Pada bab 3 kita telah memplotkan Qt kritis pada Pump Performance Curve, dan hasil yang
didapatkan adalah
Head/Stage = 56
HP/Stage = 2,75
Effisiensi Pompa = 71%
Kemudian setelah itu, kita menentukan Total Dynamic Head (TDH) dari desain pompa yang baru
dengan ada perubahan pada data Pwf dan Qt karena mengikuti harga Pwf kritis dan Qt kritis sebelum
terjadinya Water Coning. Perhitungan TDH dapat dilihat pada bab 3 hasil yang didapatkan adalah 1426 ft.
Setelah mendapatkan hasil TDH maka selanjutnya menentukan Stages yang akan digunakan pada
pompa baru. Stages didapatkan dari hasil pembagian TDH dengan Head/Stage, yaitu senilai 25 stages.
Setelah menentukan jumlah stage pompa pada satu tandem maka selanjutnya melakukan pemilihan
motor. Terlebih dahulu kita menghitung HP yang dibutuhkan pompa satu tandem dan mendapatkan hasil
68,75 HP. Kemudian kita menghitung HP yang dibutuhkan motor dengan cara membagi HP yang dibutuhkan
pompa satu tandem dengan 80%, didapatkanlah hasil 86 HP. Jika kita melihat katalog motor, tidak ditemukan
motor yang memiliki HP sebesar 86, maka kita gunakan HP yang sedikit melebihinya, yaitu 100 HP.
Terpilihlah motor dengan tipe 540S DX Type 100 HP/ 1,368 V/ 46A.
PEMBAHASAN (LANJUTAN)
PEMBAHASAN (LANJUTAN)
BAB V
KESIMPULAN
Berdasarkan penjelasan dari dasar teori, hasil perhitungan dan analisa yang ada, maka dapat disimpulkan:
1. Pada kondisi di lapangan biasanya terdapat reservoir yang mampu mengalirkan fluidanya sendiri kepermukaan
(natural flow), namun seiring berjalannya waktu tekanan reservoir yang ada mengalami penurunan yang
mengakibatkan perlu adanya tenaga tambahan untuk dapat mengalirkan fluida ke permukaan atau biasa
dikenal dengan istilah pengangkatan buatan (artificial lift).
2. Metode produksi terdiri dari Metode primer, Metode skunder, Metode tersier. Arificial lift termasuk dalam
Metode primer.
3. Artificial lift terdiri dari dua kelompok, yaitu gas lift dan pompa. Terdapat beberapa jenis pompa yang sering
digunakan dalam metode ini seperti Sucker Road Pump dan Electrical Submersible Pump.
4. Electrical Submersible Pump yang selanjutnya disebut ESP merupakan pompa sentrifugal berpenggerak motor
listrik yang ditenggelamkan pada fluida reservoir yang akan diangkat. Prinsip kerjanya yaitu dengan
memberikan tekanan tambahan pada fluida reservoir yang ada sehingga dapat mengalir ke permukaan.
5. Water coning dapat terjadi karena batas air dengan minyak yang naik hingga mencapai lubang bor. Naiknya
batas air dengan minyak tersebut dapat dikarenakan oleh Laju Alir Fluida yang terlalu kencang
6. Produksi sumur yang dilakukan untuk sumur-sumur tua bersifat wajar untuk yang mempunyai water cut yang
lebih besar dari 90% dan terjadinya water coning karena masih bernilai ekonomis.
7. Tipe pompa ESP yang digunakan adalah S6000N / 75 Stages / 738S DX Type 200 HP/ 2270 V/ 80.3A / 1226 V/
74.5A
8. Effisiensi volumetris 67,35% dan effisiensi pompa 42%. Laju produksi total (Qt) yang dihasilkan adalah sebesar
5792 BFPD dan Laju Alir Minyak (Qt) 117.47 BOPD. Pompa tidak dalam kondisi bagus lagi karena effisiensi
volumetris dan effisiensi pompa yang kecil sehingga perlu dilakukan optimasi.
9. Evaluasi Water Coning dengan menggunakan metode Chierici dan didapatkan hasil Laju Alir Total Kritisnya (Qt
kritis) sebesar 5212 BFPD sehingga telah terjadi water coning karena Q kritis telah melebihi Q aktual (Qt = 5792
BFPD).
10. Perencanaan ulang Electrical Submersible Pump dilakukan dengan memakai Qt kritis water coning sebagai Q
optimum untuk menentukan spesifikasi pompa yang baru. Setelah dilakukannya perencanaan ulang maka
didapatkanlah hasil spesifikasi pompa baru: Tipe : S6000N, Stages : 25, Motor : 540S DX Type 100 HP/ 1,368 V/
46A, Effisiensi Pompa : 71%, Laju Alir (Qt) : 5212 BFPD, Laju Alir (Qo) : 105,3 BOPD.
KESIMPULAN (LANJUTAN)