Anda di halaman 1dari 18

BAB III

PRESSURE BUILD UP ANALYSIS

3.1. TUJUAN ANALISA


Berdasarkan data-data tekanan yang didapat dari hasil analisa Pressure
Buildup tersebut, maka dapat ditentukan :
a. Permeabilitas formasi (k).
b. Adanya karakteristik kerusakan atau perbaikan formasi (Faktor Skin).
c. Menentukan produktivitas formasi (PI).
d. Menentukan tekanan statis (P*) dan tekanan rata-rata (P ) reservoir.

3.2. DASAR TEORI


Pressure Buildup Testing (PBU) adalah suatu teknik pengujian transien
tekanan yang paling dikenal dan banyak dilakukan orang. Pada dasarnya, pengujian
ini dilakukan pertama-tama dengan memproduksikan sumur selama suatu selang,
waktu tertentu dengan laju aliran yang tetap, kemudian menutup sumur tersebut
(biasanya dengan menutup kepala sumur di permukaan). Penutupan sumur ini
menyebabkan naiknya tekanan yang dicatat sebagai fungsi waktu (tekanan yang
dicatat ini biasanya adalah tekanan dasar sumur).
Dasar analisa Pressure Buildup test ini dilakukan oleh Horner, yang pada
prinsipnya adalah memplot tekanan terhadap suatu fungsi waktu berdasarkan suatu
prinsip yang dikenal dengan superposisi (superposition principle).
Berdasarkan prinsip superposisi tersebut, maka sumur-sumur di roduksi
dengan laju alir tetap selama waktu "tp", kemudian sumur ditutup selama waktu
"Δt", sehingga didapat bentuk umum persamaannya adalah :

q .μ .B  t p + Δt 
Pws = Pi - 162,6 . . log   .............................................. (3-1)
k.h  Δt 
Pws = Tekanan dasar sumur, psi
Pi = Tekanan mula-mula reservoir, psi
q = Laju (produksi) sebelum sumur ditutup, bbl/d

23
24

μ = Viskositas minvak. cp
Bo = Faktor volume formasi, bbl/stb
k = Permeabilitas, mD
h = Ketebalan formasi, ft
tp = Waktu produksi sebelum sumur ditutup, jam
= (Np/q) x 24.
Δt = Waktu penutupan sumur, jam
Dari persamaan (2-1), terlihat bahwa apabila Pws diplot terhadap log
(tp+Δt/Δt) akan merupakan garis lurus dengan kemiringan (slope, m) :

162,6 . q . μ . B o
m= ............................................................................(3-2)
k.h

Berdasarkan konsep tersebut, maka harga permeabilitas dapat ditentukan dari


slope "m", sedangkan apabila garis tersebut diekstrapolasi ke harga "Horner time"
(tp+Δt/Δt) sama dengan 1, maka secara teoritis harga Pws sama dengan tekanan
awal reservoir.
Sedangkan untuk menentukan apakah terjadi kerusakan atau perbaikan
formasi yang ditandai oleh harga skin faktor (S), maka digunakan persamaan:

 P1jam − Pwf  k
S = 1,151   - log + 3,23 .........................................(3-3)
 m  φ . μ . C t . rw 2
Selanjutnya apabila "S" ini:
Berharga positif berarti ada kerusakan (damaged) yang pada umumnya
dikarenakan adanya filtrat lumpur pemboran yang meresap kedalam formasi atau
endapan lumpur (mud cake) di sekeliling lubang bor pada formasi produktif yang
kita amati.Berharga negatif berarti menunjukkan adanya perbaikan (stimulated),
yang biasanya teijadi setelah dilakukan pengasaman (acidizing) atau suatu
perekahan hidraulik (hydraulic fracturing).

Sedangkan adanya hambatan aliran yang terjadi pada formasi produktif akibat
adanya skin effect, biasanya diterjemahkan kepada besarnya penurunan tekanan,
ΔPs yang ditentukan menggunakan persamaan
Ps = 0,87 . m . S , Psi ............................................................................(3-4)
25

Sehingga besarnya produktifitas formasi (PI) dan atau flow effisiensi (FE)
berdasarkan analisa pressure buildup ini dapat ditentukan menggunakan persamaan
:
q ........................................................................(3-5)
PI = , bpd/psi
P * −Pwf − ΔPs
dan
p * −p wf − ΔP
FE = x 100 ........................................................................
% (3-6)
P * −Pwf
Sedangkan untuk mengetahui besarnya radius of investigation (ri) dapat
ditentukan menggunakan persamaan:
kt ...............................................................................(3-7)
ri = 0.03 , ft
Ct
dimana:
Ct = kompresibilitas, psi-1

Penentuan Tekanan Rata-Rata Reservoir


Seperti diketahul bersama bahwa tekanan rata-rata reservoir merupakan suatu
besaran fisik yang mendasar untuk diketahui pada proses primary recovery maupun
enhanced recovery, yaitu sangat berguna untuk karakterisasi suatu reservoir,
penentuan cadangan dan peramalan kelakuan reservoir tersebut.
Untuk reservoir yang bersifat infinite acting, tekanan rata-rata reservoir ini
adalah P* = Pi = P yang dapat diperkirakan dengan mengekstrapolasikan segmen
garis lurus pada Horner plot sampai ke harga (tp+Δt)/Δt = 1. Tetapi pada reservoir
yang terbatas, hal di atas tidak dapat dilakukan mengingat bahwa dengan adanya
pengaruh dari batas reservoir, maka tekanan pada umumnya akan jatuh berada di
bawah garis lurus Horner.
Ada beberapa cara yang dapat digunakan untuk memperkirakan besarnya
tekanan rata-rata reservoir ini, yaitu :
a. Metode Matthews - Brons - Hazebroek (Metode MBH),
b. Metode Miller - Dyes - Hutchinson (Metode MDH).
c. Metode Dietz.
26

Metode Matthews - Brons - Hazebroek (MBH)


Metode ini dilakukan dengan asumsi bahwa mobilitas dan kompresibilitas
fluids tidak bervariasi sampai sebatas radius pengurasan atau dapat dikatakan
bahwa tidak ada variasi sifat-sifat fluida dan batuan reservoirnya.
Langkah-langkah pengerjaan metode ini adalah sebagai berikut :
a. Dapatkan harga P* dari Metode Horner (untuk reservoir yang terbatas, P* ini
dikenal sebagai "False Pressure").
b. Dapatkan juga harga kemiringannya (slope, m).
c. Perkirakan besarnya harga tekanan rata-rata reservoir (P) menggunakan
persamaan :

P = P*−
m
2.303

PDMBH t pDA  .................................................................. (3-8)

dimana: PDMBH atau dikenal sebagat "MBH Dimensionless Pressure" dibaca pada
grafik MBH Dimensionless Pressure tergantung pada bentuk dari daerah
pengurasannya, sedangkan harga absisnya (tpDA) didapat dengan
persamaan :
0,0002637 k tp
t pDA = ...................................................................... (3-9)
  Ct A
Metode Miller - Dyes - Hutchinson (MDH)
Metode ini hanya dapat digunakan untuk menentukan tekanan rata-rata
reservoir pada reservoir-reservoir yang berbentuk lingkaran atau bujur sangkar
dengan sumur produksi pada pusatnya. Salah satu syarat mutlak untuk
menggunakan metode MDH ini adalah anggapan bahwa sebelum sumur ditutup
(shut in) kondisi telah mencapai pseudo steady-state.
Langkah-langkah pengerjaan metode ini adalah sebagal berikut :
a. Buat MDH plot yaitu Pws vs log Δt, kemudian tentukan m dan k.
b. Pilihlah sembarang harga Δt, asalkan masih terletak pada semi log straight
line (katakanlah Δt'), kemudian baca harga Pws yang berhubungan dengan
waktu Δt' tadi.
c. Hitung besarnya Δt’DA, yaitu :
27

0,0002637 k (t)
t' DA = .................................................................. (3-10)
  Ct A
d. Dari gambar 1.5 bacalah harga PDMDH untuk reservoir yang sesuai dengan
pendekatan lingkaran atau bujur sangkar dan kondisi pada batasnya (No Flow
atau Constant Pressure).
e. Tentukan tekanan rata-rata reservoir berdasarkan persamaan :
m PDMDH ( t DA )
P = Pws + .............................................................. (3-11)
  CtA
Metode Dietz
Syarat untuk menggunakan metode ini adalah kondisi pseudo steady-state
telah dicapai sebelum penutupan sumur, telah diketahui shape factor (CA) dan skin
faktor harus lebih besar dari negatif 3.
Langkah-langkah pengerjaan metode ini adalah sebagai berikut :
a. Buat MDH plot (Pws vs Δt), kemudian tentukan m dan k.
b. Tentukan besarnya harga (Δt)p, yaitu pada saat :
tp   CtA
(t ) P = = ..................................................... (2-12)
C A t pDA 0.0002637 C A k

c. Kemudian P dibaca pada waktu (Δt)p yang dihitung dari langkah b pada semi
log straight line.
28

3.3. PROSEDUR PERHITUNGAN


1. Berdasarkan data yang diberikan, menghitung harga horner time (tp+∆t)/Δt
dan mentabulasikan untuk setiap data Δt yang diberikan. (Apabila Δt dalam
menit maka tp juga dalam menit, bila Δt dalam jam maka tp juga dalam jam).
2. Berdasarkan data-data Pws membuat tabulasi ΔPws untuk setiap data yang
ada.
3. Memplot harga Δt VS Pws pada grafik log-log untuk menentukan harga End
Of Wellbore Storage (EOWB) dimana Δt sebagai sumbu x dan ΔPws sebagai
sumbu y
4. Membuat garis 450 dan disejajarkan dengan plot grafik pada langkah 3 untuk
menentukan Δt EOWB (EOWB ditentukan dari titik pisah antara garis 450
dengan plot grafik pada langkah 3 dan kemudian hasilnya Δt ditambahkan 1,5
cycle dan mencatat harganya sebagai Δt EOWB)
5. Memplot harga horner time (sumbu x) VS ΔPws (sumbu y) pada grafik
semilog.
6. Membuat grafik ekstrapolasi (dengan menghitung harga (tp+ Δt EOWB)/ Δt
EOWB pada grafik, kemudian menarik trendline pada titik-titik disekitar
harga (tp+ Δt EOWB)/ Δt EOWB kemudian menentukan persamaan garisnya.
7. Mengekstrapolasi garis pada langkah 6 sampai pada harga (tp+ Δt)/ Δt = 1,
maka didapatkan harga tekanan statis reservoir (P*).
P1 − P2
8. Menentukan harga slope m = pada bagian garis lurus dari grafik
1 cycle
tersebut (misal P1 = harga P pada (tp+ Δt)/ Δt = 0,1 ; P2 = harga P pada (tp+
Δt)/ Δt = 0,01).
9. Menentukan besarnya permeabilitas dengan persamaan :
q B
k = 162.6
mh
10. Menentukan besarnya harga P1jam yang diambil pada bagian garis ekstrapolasi
dengan menghitung harga horner time pada waktu (tp + 1jam)
11. Menentukan harga faktor skin dengan persamaan :
29

 P1 jam − PWF  k  
1.151  − log   + 3.23
 m      Ct  rw 2  
S =
12. Menentukan harga ∆Ps dengan persamaan :
ΔPs = 0.87  m  S
13. Menentukan produktivitas formasi / Productivity Index (PI) dengan
persamaan :
q
PI = P * − PWF − Ps
14. Menentukan Flow Efficiency (FE) dengan persamaan :
 P * − PWF − Ps 
   100%
 P * − PWF 
FE=

15. Menentukan besarnya Radius Investigation (ri) dengan persamaan :


k t
0.03
ri =     Ct

16. Membuat analisa dari hasil-hasil yang didapatkan.


30

3.4. DATA DAN PERHITUNGAN


3.4.1. Data Pressure Build-Up Type 1
A. Data Well Testing
Tabel III-3
Data Test Pressure Build-Up (PBU)
No Date Time P T Dt dP horner time
20/07/20 06:00:5 1917,9 250,9
768
08 6 1 5
20/07/20 06:00:5 1917,9 250,9 0,0
769 0 0
08 7 2 5 1
20/07/20 06:00:5 1917,9 250,9 0,00027 0,0
770 21601
08 8 7 5 7778 6
20/07/20 06:00:5 1917,9 250,9 0,00055 0,0
771 10801
08 9 7 5 5556 6
20/07/20 06:01:0 1918,0 250,9 0,00083 0,1
772 7201
08 0 4 5 3333 3
20/07/20 06:01:0 1918,0 250,9 0,00111 0,1
773 5401
08 1 5 5 1111 4
20/07/20 06:01:0 1918,0 250,9 0,00138 0,1
774 4321
08 2 9 5 8889 8
20/07/20 06:01:0 1918,1 250,9 0,00138 0,2
775 4321
08 2 9 5 8889 8
20/07/20 06:01:0 1918,2 250,9 0,00166 0,3
776 3601
08 3 6 5 6667 5
31

B. Data Sequence Operation


Tabel III-4
Data Sequence Operation

Well
Flow
Head
Date: Time Rate Description.
Pressur
(M3/D)
e (psi)
19/07 See on
14:30 Rigged up lubricator.
/08 the
R.I.H. sinker with 1.8" gauge
15:00 360 page 2.
ring.
Sinker reached 1924.7 m,mku could
17:15
not pass through - P.O.O.H
19:30 R/D sinker.
20:49 First data of SRO.
20:56 360 Open well to Lubricator.
R.I.H. for flowing gradients. On bean of
21:01
13mm.
21:16 Stop @ 200 m Mku.
21:21 R.I.H. for the next stop
21:30 Stop @ 400 m,Mku
21:35 R.I.H. for the next stop
21:44 Stop @ 600 m. Mku.
21:49 R.I.H.
21:58 Stop @ 800 m , Mku.
22:03 R.I.H.
22:11 Stop @ 1000 m, Mku.
22:16 R.I.H.
22:24 Stop @ 1200 m, Mku.
22:29 R.I.H
22:36 Stop @ 1400 m, Mku.
22:41 R.I.H.
22:50 Stop @ 1600 m. Mku.
22:55 R.I.H.
23:04 Stop @ 1800 m , Mku.
23:09 360 R.I.H. for the last stop.
Tool on depth of 1924.7 m, Mku,
23:16
maximum depth could reach.
20/07 Test Put the well on production test
0:00 360
/08 result for 6 hours.
32

20/07
6:00 360 Shut in well for PBU.
/08
21/07 see P.O.O.H for static gradients
13:18 730
/08 below. survey.
13:29 Stop @ 1800 m , Mku.
13:34 P.O.O.H
13:45 Sop @ 1600 m , Mku
13:50 P.O.O.H
14:00 Stop @ 1400 m, Mku.
14:05 P.O.O.H
14:14 Stop @ 1200 m, Mku.
14:19 P.O.O.H.
14:27 Stop @ 1000 m, Mku.
14:32 P.O.O.H
14:42 Stop @ 800 m, Mku.
21/07
14:47 P.O.O.H
/08
see
14:58 730 Stop @ 600 m Mku.
below.
15:03 P.O.O.H
15:17 Stop @ 400 m, Mku.
15:22 P.O.O.H
15:33 Stop @ 200 m, Mku.
15:38 P.O.O.H
15:53 Tool inside lub.
Close Swab valve and Bleed
15:58 730
off pressure.

C. Data Pendukung
Diketahui data-data reservoir sebagai berikut:
− Laju produksi, (q)) = 1202 bbl/day
− Tekanan alir dasar sumur, (Pwf) = 1917,91 psi
− Jari-jari sumur, (rw) = 0,35 ft
− Porositas, () = 0,22
− Ketebalan formasi produktif, (h) = 73,82 ft
− Viscositas minyak , (o) = 1,06 cp
− Kompresibilitas total, (Ct) = 0,00001412 psi-1
− Faktor Volume Formasi Minyak, (Bo) = 1,277 RB/STB
− Lama sumur diproduksikan (tp) = 6 jam
33

3.4.2. Perhitungan
1. Menentukan harga EOWB
Berdasarkan data awal waktu mulai produksi hingga waktu awal analisa
pressure build up untuk soal pressure drawdown type 1 kemudian
memplotting grafik Log dT vs Log dP kemudian menarik garis cengan
kemiringan 45o pada penyimpangan pertama dengan data terbanyak
sehingga diperoleh harga
EOWB = 2 jam.
Dt EOWB =4
2. Menentukan m (dari grafik tp + t Vs. P)
t
m = (P1-P2)
= 2,64 psi / cycle
3. Menentukan P* (P Statik)
P* diperoleh dengan jalan meneruskan garis plot antara Pws dengan log
tp + t
, sampai memotong sumbu Pws, sehingga didapat harga
t
P* = 2128 psi.
4. Menentukan K (Permeabilitas)
162.6(q )( )(B )
K =
m(h )
= 1345,82 mD
5. Menentukan P 1 jam
tp + t
dapat ditentukan dari data grafik Pws dengan log dimana diperoleh
t
harga
P 1 jam = 2074,64 psi
6. Menentukan S (Skin)
 P1 jam − Pwf  k  
S = 1.151 −  log  + 3.23
2 
 m      Ct  rw  
= 61,089
7. Menentukan Ps
34

Ps = 140,31 Psi

8. Menentukan PI (Productivity Index)


q
PI =
P * − Pwf − Ps
= 17,225 bbl/day/psi

9. Menentukan FE (Flow Efficiency)


 P * − Pwf − Ps 
FE =   x100 %
 P * − Pwf 
= 0,332 %
10. Menentukan ri (Radius of Investigation)

kt
ri = 0.03
Ct
= 3393,72 ft
3.5
Grafik

Grafik 3.1.
Log dt Vs Log dp
35
Grafik 3.2.
Log Horner Time Vs Pwf
36
37

3.6. PEMBAHASAN
Praktikum minggu 2 analisa tekanan atau uji sumur yaitu acara Pressure
Build Up analysis. Tujuan dari praktikum ini yaitu melalui data-data tekanan yang
didapat dari hasil analisa Pressure Buildup tersebut, maka kita dapat menentukan
permeabilitas formasi (k), adanya karakteristik kerusakan atau perbaikan formasi
(Faktor Skin, menentukan produktivitas formasi (PI), menentukan tekanan statis
(P*) dan tekanan rata-rata (P ) reservoir. Prinsip dari Analisa Pressure Build Up
adalah memproduksikan sumur selama suatu selang waktu tertentu sampai laju alir
yang tetap, kemudian menutup sumur tersebut. Dengan penutupan tersebut maka
tekanan sumur akan naik, kenaikan tekanan ini kemudian dicatat sesuai dengan
fungsi waktu.
Praktikum ini membutuhkan data-data antara lain data well test saat PBU,
yaitu dimana tekanan telah mengalami kenaikan secara konstan, data sequence
operation, data komposisi fluida, serta data tambahan meliputi laju produksi (q),
jari-jari sumur (rw), porositas (f), ketebalan formasi produktif (h), dan
kompresibilitas total (Ct).
Hal pertama yang dilakukan dalam analisa PBU adalah mencari Horner
time(tp+t/t). Dengan memplot Pws dengan t maka harga EOWB dapat
diperoleh, yaitu dengan mensejajarkan garis 450 dengan hasil plot grafik t vs
Pws. Dengan menambahkan 1,5 cycle dari titik pemisahan maka diperoleh t
EOWB (selang waktu untuk mencapai akhir dari efek well bore storage). Dengan
diketahuinya tEOWB maka dapat menghitung P* atau tekanan awal reservoir.
Dengan memplot Pws dengan horner time dan mengetahui nilai
t+tEOWB/EOWB maka dapat digunakan untuk menghitung persamaan dari
garis hasil plot Pws vs Horner time.
Dengan mengasumsikan horner time = 1jam maka P* dapat dicari. P* yang
didapat adalah 2128 Psi.Besarnya m (slope) dapat dihitung dengan menggunakan
grafik plot Pws vs Horner time. Setelah didapat besarnya slope (m) maka
permeabiltas (k) dapat diketahui. Dengan memperoleh harga m, k,dan P1jam maka
factor skin dapat dicari, maka kita dapat menghitung Ps. Setelah mengetahui Ps,
38

maka PI (Produktivitas Indeks) dari sumur dapat diketahui. Ps juga dapat
digunakan untuk mencari Flow Efisiensi (FE).
Berdasarkan case PBU#3 didapatkan hasil antara lain ∆t EOWB sebesar 4
jam, P* sebesar 2128 psi, P1 sebesar 2074,64 psi, slope (m) sebesar 2,64 psi/cycle,
permeabilitas (K) sebesar 1345,82 mD, skin sebesar 61,089, dPS sebesar 140,31
psi, dan ri sebesar 3393,72 ft. Dari ∆t EOWB juga diketahui bahwa efek wellbore
storage berakhir pada jam ke 4 jam. Nilai permeabilitas yang didapat excellent,
dimana jika diklasifikasikan maka nilainya terkategori sebagai permeabilitas
istimewa. Pada hasil perhitungan dapat dilihat bahwa skin bernilai positif
menandakan bahwa ada terjadinya kerusakan formasi atau hambatan aliran pada
formasi.
Hal yang paling penting dari analisa PBU adalah Tekanan rata-rata. Dalam
mencari Tekanan rata-rata terdapat beberapa metode yang dapat digunakan yaitu
MBH, MDH, dan Dietz. Pada Analisa ini, bentuk reservoir kita adalah bujur
sangkar dengan letak titik sumur ada di sudut kanan atas, sehingga hanya dapat
menggunakan metode MBH dan Dietz. Namun kali ini, kita hanya menggunakan
metode MBH. Pada metode ini hal yang pertama dicari adalah tpDA (dimensionless
production time), tpDA digunakan untuk mencari besarnya PDMBH, caranya dengan
memplot tpDA pada grafik MDH dimensionless Pressure.
Dengan mengetahui besarnya tekanan rata-rata maka kita dapat mengetahui
karakterisasi suatu reservoir, penentuan cadangan, dan peramalan kelakuan
reservoir tersebut. Selain itu pada analisa PBU ini kita dapat mengetahui besarnya
skin faktor (S) yang menggambarkan keadaan permeabilitas dari sumur yang kita
produksi. Apabila nilai S negatif berarti sumur mengalami perbaikan, apabila nilai
S positif maka sumur mengalami kerusakan. Harga skin mempengaruhi besarnya
FE.
Faktor skin disebabkan oleh: filtrat lumpur pemboran yang meresap ke dalam
formasi yang menyebabkan kerusakan pada formasi (salah satunya swelling);
kegiatan perforasi, serbuk pecahan dari kegiatan perforasi yang menyumbat pori-
pori dari formasi; dan faktor-faktor lain seperti turbulensi aliran.
39

Dari analisa pada sumur ini, dengan metode PBU kita dapat mengetahui
karakteristik suatu reservoir, peramalan kapan kita harus mengganti metode
produksi “natural flow” ke metode “artificial lift”, dan dari harga s (skin) kita dapat
mengetahui apakah sumur kita mengalami kerusakan formasi atau tidak.
Perbedaan mendasar antara PBU dan PDD yakni, pada PBU merupakan
“Loading” yakni proses pengisian lubang sumur dengan fluida formasi. Sedangkan,
PDD kebalikannya, yakni “Unloading “, dimana proses pengosongan lubang karena
fluida di produksi.
Pada analisa PBU terdapat beberapa kekurangan dan kerugian. kerugiannya
adalah tidak berproduksinya sumur saat dilakukan analisa PBU, hal ini
menyebabkan perusahaan menjadi merugi. Keuntungannya adalah pada sumur tua
tekanan yang semula rendah apabila ditutup maka tekanannya kembali naik
(bertambah).
Aplikasi lapangan dari analisa ini, kita dapat mengetahui sebearapa jauh
impuls tekanan yang kita berikan,dapat mengetahui tekanan rata-rata reservoir,
dapat mengetahui apakah terjadi kerusakan formasi atau tidak pada sumur kita dari
nilai skin.
40

3.7. KESIMPULAN
Berdasarkanprakytikum uji sumur minggu 2 didapatkan hasil:
1. Prinsip dari Analisa Pressure Build Up adalah memproduksikan sumur selama
suatu selang waktu tertentu sampai laju alir yang tetap, kemudian menutup
sumur tersebut. Dengan penutupan tersebut maka tekanan sumur akan naik,
kenaikan tekanan ini kemudian dicatat sesuai dengan fungsi waktu.
2. Dari data analisa PBU test didapat harga parameter-parameter:
• EOWB = 2 Jam
• d EOWB = 4
• P* = 2128 psi
• P 1 Jam = 2074,64 psi
• M = 2,64 psi/cycle
• K = 1345,82 mD
• S = 61,089
• ∆Ps = 140,31
• PI = 17,225 bbl/day
• FE = 0,332%
• Ri = 3393,72
3. Prinsip dari analisa PBU yakni, memproduksikan sumur dengan laju produksi
konstan kemudian di tutup.
4. Jika harga skin bernilai positif maka terjadi kerusakan formasi dan jika harga
skin bernilai negative maka telah terjadi stimulasi.
5. Aplikasi lapangan dari analisa ini, kita dapat mengetahui sebearapa jauh
impuls tekanan yang kita berikan,dapat mengetahui tekanan rata-rata
reservoir, dapat mengetahui apakah terjadi kerusakan formasi atau tidak pada
sumur kita dari nilai skin.

Anda mungkin juga menyukai