Anda di halaman 1dari 19

BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1..........................................................................Pressure Build Up Test

Pressure build up test adalah suatu teknik pengujian transien

tekanan yang paling dikenal dan banyak dilakukan orang, pada dasarnya

pengujian ini dilakukan pertama-tama dengan memproduksi sumur selama

suatu selang waktu tertentu dengan laju aliran yang tetap (konstan),

kemudian menutup sumur tersebut. Penutupan sumur ini menyebabkan

naiknya tekanan yang dicatat sebagai fungsi waktu (tekanan yang dicatat ini

biasanya adalah tekanan dasar sumur).

Dari data tekanan yang didapat kemudian dapat ditentukan

permeabilitas formasi, daerah pengurasan saat itu, adanya kerusakan atau

perbaikan formasi. Dasar analisa PBU ini diajukan oleh Horner (1951),

yang pada dasarnya adalah memplot tekanan terhadap suatu fungsi waktu.

Prinsip yang mendasari analisa ini adalah yang dikenal dengan prinsip

superposisi (superposition principle).

(Rukmana, Dadang. 2011. Teknik Teori dan Aplikasi)

1
2

Contoh yang ideal dari pengujian ini dapat dilihat dari Gambar

2.1. Jelas bahwa permeabilitas (k), dapat ditentukan dari slope “m”,

sedangkan apabila garis ini diekstrapolasikan keharga Horner Time sama

dengan satu (equivalent dengan penutupan yang tidak terhingga lamanya),

maka tekanan pada saat ini teoritis sama dengan tekanan awal reservoir

tersebut.

Gambar 2.1
Laju Alir Ideal untuk Pressure Build-Up Test
(1982, John Lee, Well Testing)

Dasar analisa PBU diajukan oleh Horner yang pada prisipnya

adalah memplot tekanan terhadap suatu fungsi waktu berdasarkan suatu

prinsip yang dikenal dengan prinsip superposisi (superposition principle).

Metode Horner merupakan hubungan antara tekanan statik penutupan

sumur terhadap waktu penutupan dalam skala semi logaritma untuk

menentukan tekanan reservoir awal (P*), tekanan 1 jam, dan slope sehingga

akan diperoleh permeabilitas (k), skin factor (s), penurunan tekanan akibat

skin (∆Pskin), effisiensi aliran (FE), dan produktivitas indeks (PI).

(Abdassah, Doddy.1998.Analisis Transien Tekanan)


3

2.1.1...................................................................Prinsip Superposisi

Teori yang mendasari secara matematis menyatakan

bahwa penjumlahan dan solusi-solusi individu suatu persamaan

differential linier berorde dua adalah juga merupakan solusi dan

persamaan tersebut. Misalkan suatu kasus dimana sebuah sumur

berproduksi dengan seri laju produksi tetap untuk setiap selang

waktu seperti diperlihatkan pada Gambar 2.1.

Untuk menentukan tekanan lubang sumur (Pwf) pada t n

sewaktu laju saat itu qn, dapat menggunakan prinsip superposisi

dengan metode sebagai berikut:

a. q1 dianggap berproduksi selama tn

b. q2 dianggap berproduksi selama tn – t1

c. q3 dianggap berproduksi selama tn – t2

d. q4 dianggap berproduksi selama tn – t3

e. qn dianggap berprodusi selama tn – tn-1

(Abdassah, Doddy.1998. Analisis Transien Tekanan)

2.1.2..................................................Ideal Pressure buildup testing

Pada keadaan yang ideal grafik Horner time plot antara

Pws vs log (tp+Δt)/Δt merupakan garis lurus, hal ini disebabkan

karena tidak ada pengaruh dari wellbore storage seperti terlihat

pada Gambar 2.2.


4

Gambar 2.2
Grafik Ideal Pressure buildup test
(Abdassyah, doddy ;”Analisa Transient Tekanan”, ITB Bandung, 1995)

Ideal pressure buildup test berarti tes dilakukan pada

reservoir infinite, homogen, reservoir dengan kompresibilitas

kecil, fasa tunggal dengan sifat-sifat fluida konstan, dengan asumsi:

1....Sumur diproduksikan dari reservoir infinite acting (tidak ada

efek boundary selama terjadi aliran dan pada saat menjelang

penutupan sumur).
2................Formasi dan fluida memiliki sifat-sifat yang seragam.
3................Pendekatan waktu produksi Horner dapat diterapkan.
(Abdassah, Doddy.1998. Analisis Transien Tekanan)
2.1.3...............................................Actual Pressure buildup testing.

Dalam keadaan yang sebenarnya, kurva respon tekanan

yang dihasilkan dari Horner plot kemungkinan tidaklah

sesederhana seperti yang terjadi pada kasus PBU secara ideal.


5

Beberapa faktor akan mempengaruhi bentuk kurva Horner dari

suatu hasil pengujian, yang dapat dilihat pada Gambar 2.3.

Dari Gambar 2.3 tersebut dapat dilihat bahwa kurva

respon tekanan dapat dibagi menjadi tiga bagian, yaitu segmen data

awal (early times), segmen waktu tengah (middle times), dan waktu

lanjut (late time).

Gambar 2.3
Grafik Aktual Pressure buildup test
(Abdassyah, doddy;”Analisa Transient Tekanan”, ITB Bandung, 1995)

Adanya penyimpangan dari garis lurus Horner (segmen

waktu tengah) dapat disebabkan oleh banyak hal, seperti

mengilustrasikan berbagai macam faktor yang menyebabkan

terjadinya penyimpangan pada segmen data awal dan data waktu

lanjut. Misalnya segmen data awal dipengaruhi oleh faktor skin,

wellbore storage, redistribusi fasa dalam lubang bor (gas hump),


6

sedangkan segmen waktu lanjut dipengaruhi oleh pengaruh sumur-

sumur produksi atau injeksi di sekeliling sumur yang diuji, batas

reservoir dan lain-lain.

(Abdassah, Doddy.1998. Analisis Transien Tekanan)

Berdasarkan radius of investigation secara logika kita

dapat membagi kurva buildup ketiga bagian :

1..................................................Segmen Data Awal (Early Time)

Mula-mula sumur ditutup, pressure build-up test

memasuki segmen data awal, dimana aliran didominasi oleh

adanya pengaruh wellbore storage, skin dan phase segregation

(gas hump).

Bentuk kurva yang dihasilkan oleh bagian ini merupakan

garis melengkung pada kertas semilog, dimana mencerminkan

penyimpangan garis lurus akibat adanya kerusakan formasi di

sekitar lubang sumur atau adanya pengaruh wellbore storage

seperti terlihat pada Gambar 2.3.

2...............................Segmen Waktu Pertengahan (Middle Times)

Dengan bertambahnya waktu, radius pengamatan akan

semakin jauh menjalar kedalam formasi. Setelah pengaruh data

awal terlampaui maka tekanan akan masuk bagian waktu

pertengahan. Pada saat inilah reservoir bersifat infinite acting

dimana garis lurus pada semilog terjadi. Dengan garis lurus ini

dapat ditentukan beberapa parameter reservoir yang penting,


7

seperti: kemiringan garis atau slope (m), permeabiitas efektif

(k), storage capacity (kh), faktor kerusakan formasi (s), tekanan

rata-rata reservoir.

3.............................................Segmen Waktu Lanjut (Late Times)

Bagian akhir dan suatu kurva setara tekanan adalah

bagian waktu lanjut (late times) yang dinampakan dengan

berlangsungnya garis lurus semilog mencapai batas akhir surnur

yang diuji dan adanya penyimpangan kurva garis lurus. Hal ini

disebabkan karena respon tekanan sudah dipengaruhi oleh

kondisi batas reservoir dan sumur yang diuji atau pengaruh

sumur-sumur produksi maupun injeksi yang berada disekitar

sumur yang diuji.

Periode ini merupakan selang waktu diantara periode

transient (peralihan) dengan awal periode semi steady state.

Selang waktu ini adalah sangat sempit atau kadang-kadang

hampir tidak pernah terjadi.

(Anonymous)

2.2......................................................................................Metode Horner
Dasar analisa PBU diajukan oleh Horner yang pada prinsipnya

adalah memplot tekanan terhadap suatu fungsi waktu berdasarkan suatu

prinsip yang dikenal dengan superposisi. Berdasarkan prinsip superposisi

tersebut, maka sumur-sumur diproduksi dengan laju aliran tetap selama

waktu “tp”, kemudian sumur ditutup selama waktu “∆t”, sehingga didapat

bentuk umum persamaannya adalah :


8

q x μ x Bo tp+ ∆ t
Pws=Pi−162.6
k xh
log (
∆t ) ................................ Persamaan 2.1
Dimana :
Pws = Shut in BHP, Psi
Pi = Tekanan reservoir awal, Psi
q = Laju produksi minyak, bfpd
B = Faktor volume formasi minyak, bbl/stb
µ = Viskositas minyak, cp
k = Permeabilitas reservoir, mD
h = Ketebalan lapisan reservoir, ft
tp = Lama waktu produksi sebelum shut-in, hour
∆t = Waktu selama pengujian, hour
Metode Horner adalah berdasarkan hubungan antara transien

tekanan statik dengan fungsi dari waktu dalam skala logaritma. Analisa ini

dilakukan dengan cara memplot data tekanan (Pws) pada saat penutupan

sumur terhadap Horner Time ((tp + Δt)/ Δt)) dari kurva tersebut didapatkan

harga m, P1hr, dan P*.


Pada analisa PBU digunaka persamaan Horner yang berlaku untuk

reservoir infinite acting dan homogen, yaitu sebagai berikut :


1. Apabila diplot terhadap log merupakan garis lurus dengan

kemiringan :
162. 6 x q x μ x B
m= ........................................................... Persamaan 2.2
kxh
Dimana :
m = Slope, psi/cycle
q = Laju produksi minyak, bfpd
B = Faktor volume formasi minyak, bbl/stb
µ = Viskositas minyak, cp
k = Permeabilitas, mD
h = Ketebalan lapisan reservoir, ft
2. Untuk faktor skin (s) dapat dihitung dengan persamaan :

.....................Persamaan 2.3
 P  Pwf k 
s  1,151  1 jam  log  3, 23
 m ..Ct.rw 2

Dimana :

s = Skin factor
P1Jam = Tekanan saat 1 jam shut-in, hour
9

Pwf = Tekanan aliran dasar sumur, Psi


m = Slope, psi/cycle
k = Permeabilitas, mD
Ф = Porositas
µ = Viskositas minyak, cp
Ct = Kompressibilitas total, psi-1
rw = Jari-jari lubang sumur, ft
Harga skin (s) apabila berharga positif berarti ada kerusakan

(damaged) yang pada umumnya dikarenakan adanya filtrat lumpur

pemboran yang meresap ke dalam formasi atau endapan lumpur (mud

cake) di sekeliling lubang bor pada formasi produktif yang kita amati.

Sedangkan berharga negatif berarti menunjukkan adanya perbaikan

(stimulated) yang biasanya terjadi setelah dilakukan pengasaman

(acidizing) atau suatu perekahan hidrolik.


3. Sedangkan adanya hambatan aliran yang terjadi pada formasi

produktif diakibatkan karena skin effect, biasanya diterjemahkan atas

besarnya penurunan tekanan (ΔPskin) yang ditentukan menggunakan

persamaan :

∆ Pskin =0.8 7 x m x s .........................................................Persamaan 2.4


Dimana :
∆Pskin = Penurunan tekanan akibat faktor skin, psia
m = slope, psia/cycle
s = faktor skin

4. Sehingga besarnya produktifitas formasi (PI) dan atau flow

efficiency (FE) berdasarkan analisa pressure buildup test ini dapat

ditentukan menggunakan persamaan :


q
PI= * ............................................................. Persamaan 2.5
P −Pwf −∆ Pskin
Dimana :
PI = Productivity index, bpd/psi
q = production rate, bpd
*
P = Tekanan reservoir mula-mula, psi
Pwf = Tekanan alir dasar sumur, psi
10

∆Pskin = Penurunan tekanan akibat faktor skin, psia

P¿−P wf −∆ Pskin
FE= ......................................................... Persamaan 2.6
P¿ −Pwf

Dimana :

FE = Flow Efficiency
P* = Tekanan reservoir mula-mula, psi
Pwf = Tekanan alir dasar sumur, psi
∆Pskin = Penurunan tekanan akibat faktor skin, psia
r i=0.0 3

kxt
∅ x μ x Ct
............................................................ Persamaan 2.7

Dimana :

ri = Radius of investigation, ft

k = Permeabilitas, mD

Ø = Porositas

µ = Viskositas minyak, cp

Ct = Kompressibilitas total, psi-1

(Anonymous)

2.3.....................................................................Tahapan Metode Horner


2.3.1 Analisa Metode Horner

Tahapan interpretasi Pressure Buildup Test dengan

menggunakan metode Horner adalah sebagai berikut :

1. Buat tabel data uji tekanan dasar penutupan sumur (Pws),

waktu penutupan (Δt), waktu Horner ((tp+Δt)/ Δt) dan ΔP =

Pws-Pwf dimana Pwf adalah tekanan dasar sumur pada waktu t

=0
2. Plot antara ΔP = (Pws-Pwf) terhadap Δt pada grafik log-

log. Tentukan titik awal kenaikan tekanan hingga awal tekanan


11

mulai stabil dan ukur 1,5 cycle dari titik tersebut untuk

menentukan awal dari tekanan yang tidak terpengaruh oleh

wellbore storage.
3. Pada data awal terjadi efek wellbore storage, pengaruh

wellbore storage terlihat dengan adanya data awal tekanan yang

belum stabil.
4. Buatlah Kurva Horner antara ((tp+Δt) / Δt) pada skala log

vs tekanan penutupan sumur (Pws). Tarik garis lurus dimulai

dari data yang tidak dipengaruhi oleh wellbore storage.


5. Tekanan statik mula-mula (P*)

Tekanan Statik mula-mula merupakan tekanan statik

sumur pada saat sebelum diproduksikan. Untuk mengetahui

harga P* ini yaitu dengan mengekstrapolasikan garis lurus

hingga mencapai harga waktu penutupan (Δt) tak terhingga atau

harga ((tp+Δt) / Δt) = 1.

6. Tekanan 1 jam (P1jam)

Tekanan satu jam langsung diperoleh dari kurva

Horner dari waktu 1 jam dengan perpotongan perpanjangan

garis ekstrapolasi pada saat menentukan P*. Biasanya P1jam

sudah tersedia pada data pressure, namun apabila belum ada

maka dapat digunakan persamaan berikut :

ΔP1jam=(tp + Δt)/ Δt.................................................Persamaan 2.8

Dimana :

ΔP1jam = pressure pada saat 1 jam setelah shut-in, psi

tp = production time sebelum shut-in, hour


12

Δt = shut-in time, hour

7. Slope (m)

Slope merupakan kemiringan dari bagian linier dari

grafik tekanan. Slope (m) ini dicari dengan membaca harga

kenaikan tekanan penutupan sumur untuk setiap satu log cycle.

Penentuan slope dari grafik diperoleh dari persamaan 2.2.

(Anonymous)

2.3.2 Pengolahan Data Kuantitatif

Dengan metode Horner dapat dibuat kurva semilog

tekanan statik penutupan sumur (Pws) terhadap fungsi waktu

[(tp+Δt)/Δt] pada grafik. Hasilnya akan didapat nilai tekanan statik

mula-mula (P*), tekanan satu jam (P1hour), dan kemiringan

(slope). Ketiga data ini akan digunakan untuk menghitung

permeabilitas (k), faktor skin (S), penurunan tekanan akibat faktor

skin (ΔPskin), produktivitas indeks (PI), dan effesiensi aliran (FE).

Proses perhitungan tersebut dapat ditentukan dengan rumus

dibawah ini :

1. Permeabilitas (k)

Permeabilitas adalah ukuran kemampuan batuan untuk

mengalirkan fluida. Gerakan fluida dari suatu titik ke titik lainya

akan terjadi apabila adanya perbedaan tekanan antara kedua titik

tersebut. Setelah didapat harga slope (m), selanjutnya dapat

ditentukan harga permeabilitas dari persamaan 2.2


13

2. Skin (S)

Skin merupakan suatu besaran yang menunjukan ada

atau tidaknya kerusakan formasi disekitar lubang sumur. Skin ini

mengakibatkan berkurangnya permeabilitas formasi disekitar

lubang bor disebabkan oleh runtuhnya dinding lubang sumur,

terjadinya pengendapan, dan invansi partikel-partikel selama

pemboran, completion, dan produksi berjalan. Kerusakan

tersebut dapat menyebabkan berkurangnya permeabilitas

disekitar lubang bor, sehingga permeabilitas rata-rata dari

formasi disekitar sumur tersebut menjadi rendah. Harga skin

dapat dicari dari hasil analisa pressure buildup test metode

Horner (persamaan 2.3).

Selanjutnya menurut Horner dalam metode ini dapat

dibuat suatu klasifikasi nilai skin, yaitu :

S = + (positif), terindikasi adanya kerusakan formasi

S = 0 (nol), menyatakan dalam kondisi normal

S = - (negatif), terindikasi adanya perbaikan formasi

3. Penurunan tekanan (∆P) akibat skin dapat dicari

menggunakan persamaan :

Tidak ada kerusakan, tidak ada skin (ks = k) dengan

ideal drawdown :

141. 2 x q x μ x B rs
Psc −Pwf ,real =
2 x π xk x h ( )
ln ⁡
rw
..............Persamaan 2.9
14

Dimana :

Psc = tekanan pada kondisi standar, psi

Pwf,real = tekanan dasar sumur, psi

q = laju produksi minyak, bfpd

µ = viskositas minyak, cp

B = faktor volume formasi minyak, bbl/stb

k = permeabilitas reservoir, md

h = ketebalan reservoir, ft

rs = jari-jari skin, ft

rw = jari-jari sumur, ft

Sedangkan apabila adanya kerusakan (ks < k) dengan

real drawdown :

141. 2 x q x μ x B rs
Psc −Pwf ,real =
2 x π xksx h ( )
ln ⁡
rw
...........Persamaan 2.10

Dimana :

Psc = tekanan pada kondisi standar, psi

Pwf,real = tekanan dasar sumur, psi

q = laju produksi minyak, bfpd

µ = viskositas minyak, cp

B = faktor volume formasi minyak, bbl/stb

k = permeabilitas reservoir, md

h = ketebalan reservoir, ft

rs = jari-jari skin, ft

rw = jari-jari sumur, ft
15

4. Produktivitas Indeks (PI)

Produktivitas Indeks (PI) merupakan perbandingan

antara laju produksi (q) sumur pada tekanan alir dasar sumur

tertentu dengan perbedaan tekanan statik formasi.

Secara matematis PI ideal dinyatakan dengan

q
PI = ¿ ......................................... Persamaan 2.11
P −Pwf −∆ P skin

Dimana :

PI ideal = produktivitas indeks, bfpd/psi

qo = laju produksi minyak, bfpd

P* = tekanan statik mula-mula, psi

Pwf = tekanan dasar sumur, psi

∆Pskin = penurunan tekanan akibat skin, psi

Sedangkan kondisi aktual disebut PI actual, yang

dirumuskan :

q
PI actu al = ¿ ................................................ Persamaan 2.12
P −Pwf

Dimana :

PI = produktivitas indeks, bfpd/psi

P* = tekanan statik mula-mula, psi

Pwf = tekanan aliran dasar sumur, psi

q = laju produksi minyak, bfpd


16

5. Flow Efficiency (FE)

Flow Efficiency adalah rasio antara selisih tekanan

statik reservoir dengan tekanan alir reservoir, dapat dicari

menggunakan persamaan :

P¿ −P wf −∆ P sk ∈¿
q .............................................Persamaan 2.13
PI = ¿

Dimana :

FE = flow efficiency

P* = tekanan statik mula-mula, psi

Pwf = tekanan dasar sumur, psi

∆Pskin = penurunan tekanan akibat skin, psi

(Anonymous)

2.4......Peralatan Yang Digunakan Pada Analisa Pressure Buildup Test


Untuk melakukan suatu pengujian sumur (well testing) Pressure

Buildup test, maka diperlukannya alat untuk mrnguji tekanan transien

sumur.
2.4.1 Alat Elcetric Memory Recorder
1. Electric Memory Recorder / Electric memory gauge, terdiri

dari carrying case, pressure gauge, USB interferace box,

battery pack. Electric Memory Recorder berfungsi untuk

merekam dan menyimpan data tekanan dan temperatur.

2.4.2 Peralatan Atas Permukaan Pada SRO Unit


1. X-Mas Tree adalah alat untuk mengalirkan dan menutup

fluida hidrocarbon yang terproduksi dari bawah permukaan ke

permukaan dengan menggunakan valve-valve yang terdiri dari


17

Masater valve, Wing valve, dan Top valve. Prinsip kerjanya

yaitu dengan memutar valve-valve yang berfungsi untuk

membuka dan menutup aliran dari dalam sumur.


2. Hydraulic Ram Bop adalah sebuah alat yang berfungsi

sebagai penanganan darurat jika sumur tiba-tiba terjadi

kenaikan tekanan yang sangat tinggi. Prinsip kerjanya yaitu

dengan cara memberi tekanan hydraulic yang berasal dari

Pressure Control dan grease Head.


3. Riser / Lubricator sebagai media penyambung wireline

grease head untuk meneruskan ke hydraulic Ram BOP dan

berfungsi juga untuk penompang melakukan uji pressure test

peralatan SRO surface dengan menggunakan water injection.


4. Wireline grease head adalah sebagai tempat untuk

menginjeksikannya grease pada wireline agar tidak ada fluida

yang keluar dari rangkaian lubricator dan sebagai sekat agar

wireline tetap dalam posisi center. Prinsip kerjanya yaitu grease

yang di injeksikan dari grease pump akan diteruskan melalui

injection check valve hingga ball check valve.

2.4.3 Peralatan Winch Pada SRO Unit


1. Weight Indicator merupakan alat pengukur beban pada

rangkaian wireline unit yang berada dibawah permukaan,

dengan satuan lbs atau kilogram. Fungsinya adalah sebagai

pengukur beban wireline yang dimasukkan dalam sumur pada

saat running. Prinsip kerja weight indicator ini digerakan oleh

sistem hydraulic.
18

2. Wireline merupakan tali baja yang mampu menggantungkan

peralatan-peralatan berat pada rangkaian subsurface. Fungsi

wireline pada pressure build-up test ini adalah untuk menaik

turunkan rangkaian wireline tools dan menyambungkan

peralatan EMR ( Electric Memory Recorder ), dan sebagai

pengantar peralatan EMR ke dasar sumur untuk melakukan

pengetesan sumur.
2.4.4 Peralatan Penunjang Pada SRO Unit
1. Power pack and hydraulic unit merupakan unit pembangkit

tenaga yang menggunakan mesin diesel yang terhubung dengan

pompa hidrolik. Tenaga hidrolik yang dihasilkan kemudian

disalurkan ke control cabin melalui koneksi mekanis atau

hidrolis untuk menggerakkan winch unit.


2. Pressure Control and
grease injection unit digunakan untuk mengoperasikan PCE (
Pressure Control Equipment ) dan sebagai pengontrol injeksi
ke grease ke PCE. Alat ini memiliki rating pressure tertentu
yang dapat disesuaikan dengan kondisi sumur. Prinsip kerjanya
Control modul mentransmisikan tenaga hidrolik ke PCE untuk
mengaktifkan dan menonaktifkannya.
3. Generator adalah sebuah alat yang mengubah energi

mekanik (gerak), menjadi energi listrik (arus tegangan).

Generator ini berfungsi untuk menghidupi peralatan yang

berhubungan dengan kelistrikan seperti lampu, dan monitoring

unit.
4. Crane merupakan alat yang berfungsi
sebagai alat pengangkut material. Karena crane dapat
mengangkut material secara vertikal dan kemudian
19

memindahkannya secara horizontal. Crane pada kegiatan kerja


ini befungsi sebagai penggantung dari rangkaian alat-alat SRO
Surface unit dan subsurface unit yg terdiri dari wireline grease
head, lubricator/riser, serta hydraulic ram BOP dan wireline
tool string.
5. Data Truck
merupakan sebagai tempat untuk memonitoring kegiatan pada
surface read out unit, dan juga sebagai tempat membaca alat
EMR (Electric Memory Recorder) yang sedang melakukan
welltest / Pressure Build-up Test, untuk mengetahui kedalaman
yang sudah ditempuh, waktu yang telah ditempuh, tekanan
dibawah permukaan , dan juga temperatur dibawah permukaan.
(Anonymous)

Anda mungkin juga menyukai