(TM 6010)
14 SEPTEMBER 2020
1
TM 6010
Tugas 2
NIM : 22219007
2020
DAFTAR ISI
i
DAFTAR GAMBAR
ii
DAFTAR TABEL
Tabel II.1 Shaped Factor Untuk Closed Single Well Drainage Area ................. 9
Tabel III.1 Data Penunjang Analisis Tekanan .................................................. 11
iii
I. PENDAHULUAN
Dalam menentukan karakteristik reservoir telah dikembangkan berbagai cara – cara yang
mempermudah pekerjaan di lapangan agar mendapatkan hasil yang akurat dan baik
sehingga dapat digunakan untuk pengembangan lapangan di masa depan. Penggunaan
analisa batuan, analisa logging hingga uji sumur (well test) dilakukan untuk menentukan
sifat fisik batuan yang paling representatif di lapangan terserbut. Tiap cara memiliki
kelebihan dan kekurangan baik dari segi keakuratan maupun skala objek yang diletiti.
Penggunaan uji sumur merupakan metode yang memberikan pandangan dalam skala yang
lebih besar dibandingkan dengan analisa batuan maupun analisa logging dalam
menentukan karakteristik reservoir. Uji sumur (well test) dapat terbagi menjadi beberapa
tipe pengujian seperti pressure drawdown test, pressure buildup test, interference test, fall
off test, dan injectivity test.
Penggunaan analisa drawdown dalam hal ini dilakukan pada Sumur J-1 untuk mengetahui
sifat dari reservoir dan juga menentukan model geometri pengurasan dari reservoir. Hasil
– hasil dari analisa nantinya akan menjadi acuan dalam penentuan operasi yang akan
dilakukan untuk dapat pengembangan lapangan.
Informasi-informasi yang didapat dari hasil analisa pressure drawdown testing ini
diantaranya untuk menentukan:
e. Penentuan P^
1
I.3 Metodologi Analisa Pressure drawdown
Dalam melakukan analisa drawdown hingga bisa menentukan sifat fisik reservoir dan
geometri model reservoir beberapa tahapan perlu dilakukan. Tahapan – tahapan yang
perlu dilalui sebagai berikut.
2
II. DASAR TEORI PRESSURE DRAWDOWN
Pressure drawdown testing adalah suatu pengujian yang dilaksanakan dengan jalan
membuka sumur dan mempertahankan laju produksi tetap selama pengujian berlangsung.
Sebagai syarat awal, sebelum pembukaan sumur tersebut tekanan hendaknya seragam di
seluruh reservoir yaitu dengan menutup sumur sementara waktu agar dicapai keseragaman
tekanan di reservoirnya. Pada dasarnya pengujian ini dapat dilakukan pada :
a. Sumur baru
Berdasarkan pada rejim aliran yang terjadi, maka metoda analisa pressure drawdown test
dapat dibagi menjadi tiga, yaitu :
3
Ada tiga grafik yang selalu harus dilakukan didalam menganalisa pressure drawdown,
yaitu log-log plot untuk menentukan wellbore storage dan semilog plot untuk menentukan
karakteristik formasi dan periode aliran, dan plot partesian untuk menentukan periode
aliran serta penentuan volume pori.
Plot dalam log-log antara log Δp (psi) dan log Δt (jam) dapat digunakan untuk menentukan
konstanta wellbore storage. Log Δp (psi) merupakan selisih antara Pwf Δt=0 atau Pi dan Pwf.
Wellbore storage domination pada grafik log-log plot ditandai dengan unit slope line. Unit
slope line yang mulai menyimpang dari data pressure drawdown merupakan batas akhir
kondisi wellbore storage domination, kemudian dilanjutkan dengan zona transisi dan
periode transien. Besarnya Cs dapat dihitung dengan persamaan berikut ini.
q.B t
Cs = (1)
24 p
Keterangan =
II.1.2. Analisis Semilog Plot Untuk Menentukan Periode Aliran Dan Karakteristik
Formasi
Grafik ini adalah semilog plot antara Pwf vs log (t). Dalam plot antara Pwf vs log (t) dapat
digunakan untuk menentukan periode aliran. Garis lurus (straight line) yang terbentuk pada
grafik semilog menunjukan periode transien. Penyimpangan di awal garis lurus merupakan
batas wellbore storage telah berakhir. Sedangkan pada kondisi impuls tekanan telah
mencapai batas, boundary effect akan ditunjukan dengan penyimpangan dari garis lurus
(straight line) periode transien pada waktu pengujian yang lebih besar. Grafik semilog ini
juga digunakan untuk penentuan karakteristik formasi. Parameter seperti permebilitas (k)
dan skin (s) dapat ditentukan pada periode transien di semilog plot. Dengan membaca
kemiringannya (m) pada periode transien (ditandai dengan straight line), maka
permeabilitas formasi dapat ditentukan, yaitu:
4
162,6 𝑄𝜇𝑜 𝐵𝑜
𝑘=− (2)
𝑚ℎ
Keterangan =
k = permeabilitas, md
μo = viskositas minyak, cp
m = psi/cycle
Tanda negatif disana digunakan karena nilai m pada grafik semilog bernilai negatif akibat
arah dari garis lurus yang miring naik ke kiri. Besarmya permeabilitas dapat digunakan
untuk evaluasi kondisi skin. Skin dihitung untuk menentukan kondisi reservoir apakah
dalam kondisi damaged, undamaged atau simulated. Kondisi damaged ditunjukan dengan
nilai skin positif dan stimulated ditunjukan dengan nilai skin negatif. Sedangkan pada
kondisi undamaged nilai skin adalah sebesar 0. Pada perhitungan skin dibutuhkan data
tekanan P1hr. P1hr dibaca pada garis lurus semilognya saat menunjukan waktu pengujian 1
jam. Jika data tersebut tidak terletak pada garis lurus, maka harus dilakukan ekstrapolasi
dan harga itulah yang digunakan untuk menghitung faktor skin menggunakan persamaan
(3) berikut.
Pi P1hr k
S = 1,151 x log 3,23
2 (3)
m xxCtxrw
Keterangan =
P1hr = tekanan terbaca pada garis lurus semilog saat pengujian drawdown 1 jam, psi
k = permeabilitas, md
Φ = porositas, fraksi
μo = viskositas minyak, cp
5
m = psi/cycle
S = skin, dimensionless
(𝟐𝟎𝟎𝟎𝟎𝟎+𝟏𝟐𝟎𝟎𝟎𝒔) 𝒙 𝑪𝒔
𝒕𝒘𝒃𝒔 = 𝒌𝒉 (4)
(𝝁)
Pengembangan teori Analisis tekanan pada periode transien lanjut didasarkan pada
persamaan untuk reservoir silindris yang terbatas. Pada periode transien lanjut besarnya
tekanan rata – rata (P^) dapat ditentukan. Berdasarkan metode extended muskat, plot antara
log (Pwf – P^) (psi) vs t (jam) akan menghasilkan garis lurus jika asumsi nilai P^ itu sesuai.
Persamaan umum yang dapat menunjukan kondisi ini adalah sebagai berikut.
log Pwf Pˆ log118.6 Q2khB 0.00168k t
Ct re2
(5)
Dari persamaan (4) grafik log (Pwf-P) vs t harus merupakan garis lurus dengan kemiringan
β.
Keterangan =
P^ = Pwf rata – rata di sumur saat memasuki periode transien lanjut, psi
k = permeabilitas, md
Φ = porositas, fraksi
6
Q = laju alir, Bopd
Plot antara log (Pwf-P^) vs t akan linier asalkan P^ diketahui besarnya. Tetapi karena tidak
diketahui, sehingga pada metoda ini harus dilakukan coba-coba menggunakan suatu harga
P. Apabila harga P tadi cocok dengan kondisi yang ada, maka akan didapatkan garis lurus.
Plot dilakukan pada periode transien lanjut. Contoh dari skema iterasi P^, ditunjukan pada
Gambar II.1.
Q B
V p 0.0418 L Ct
(8)
L Q
Ct re2
(9)
Keterangan =
7
Vp = volume pori reservoir, bbl
Φ = porositas, fraksi
Penentuan geometri reservoir dapat ditentukan dari analisa pada periode pseudo steady-
state. Geometri pengurasan reservoir ini berkaitan dengan shape factor (CA). Penentuan Ca
ini membutuhkan kombinasi data semilog plot dan cartesian plot. Pada semilog plot data
yang diperoleh yakni slope (m) dan juga P1hr pada garis lurus periode transien. Selanjutnya
pada cartesian plot data yang diperoleh yakni slope (m) pada garis lurus periode pseudo
steady-state dan juga P int. Pint adalah intercept garis lurus yang menunjukan tekanan tertentu
(psi). Dengan data diatas maka besarnya C A dapat dihitung dengan persamaan berikut.
P1hr Pint
C A 5.456 m
m*
Exp[2.303 m
] (10)
Keterangan =
CA = dietz shape factor, dimensionless
P1hr = tekanan terbaca pada garis lurus semilog saat pengujian drawdown 1 jam, psi
Pint = tekanan tertentu saat intercept garis lurus cartesian plot, psi
Hasil dari perhitungan CA akan disesuaikan dengan CA yang ada pada tabel II.1 untuk
menentukan geometri pengurasan reservoir.
8
Tabel II.1 Shaped Factor Untuk Closed Single Well Drainage Area (Lee, 1982)
9
Tabel II.1 Shaped Factor Untuk Closed Single Well Drainage Area (cont’d) (Lee, 1982)
10
III. DATA PENGUJIAN
Pengujian sumur telah dilakukan pada pada Sumur J-1 dengan laju alir konstan saat
drawdown sebesar 300 BOPD selama 48 jam menghasilkan pembacaan tekanan seperti
pada Gambar I.1.
Drawdown Cartesian
3020
3000
2980
2960
Pwf, psi
2940
2920
2900
2880
2860
2840
0 10 20 30 40 50 60
t, jam
Data – data penunjang yang digunakan untuk analisa tercantum sebagai berikut.
Net Pay ft 30
Viscosity cP 0,5
PDD hours 48
11
IV. ANALISIS PRESSURE DRAWDOWN SUMUR J-1
Pada grafik semilog (Gambar IV.1), bahwa straight line dimulai dari waktu pengujian 1,5
jam yang mana periode ini dinamakan periode transien. Sebelum garis lurus ini dapat
dikatakan sebagai periode wellbore storage domination. Setelah garis terbentuk, terlihat
adanya penyimpangan dari straight line yang terbentuk pada waktu pengujian melebihi 27
jam (data cenderung bergerak ke bawah). Hal ini dapat mengindikasikan bahwa pengujian
setelah melewati waktu 27 jam telah mencapai batas reservoir, sehingga aliran yang
terbentuk bukan lagi infinite acting namun finite acting atau dalam hal ini pseudo steady-
state.
Gambar IV.1 Hasil Analisis Periode Aliran Dari Plot Semilog Sumur J-1
Sedangkan berdasarkan data plot kartesian (Gambar IV.2) antara pwf (psi) dan t (jam)
didapatkan hasil bahwa garis lurus dimulai dari waktu pengujian drawdown sebesar 12 jam.
Kondisi ini dinyatakan sebagai periode pseudo steady-state. Sedangkan periode transien
dan wellbore storage tidak dapat ditentukan berdasarkan grafik ini.
12
Gambar IV.2 Hasil Analisis Periode Aliran Dari Cartesian Plot Sumur J-1
Periode aliran wellbore storage dihasilkan dari log –log plot (Gambar IV.3) antara log Δp
dan log Δt. Wellbore storage domination akan ditandai dengan slope unit line. Unit slope
line yang menyimpang akan merupakan akhir dari wellbore storage domination yang pada
grafik ini didapatkan sebesar 0,021 jam.. Pembacaan Δp dan Δt atau slope akan
menghasilkan nilai Cd yang digunakan kemudian untuk menghitung Cs
Gambar IV.3 Hasil Analisis Wellbore Storage Dari Plot Log-Log Sumur J-1
13
IV.2 Penentuan Konstanta Wellbore Storage Sumur J-1 Berdasarkan Analisis
Pressure Drawdown
300.1,12 0,00484712
Cs = x = 0,020501414 bbl/psi
24 3,31
Berdasarkan Gambar IV.3 garis lurus yang terbentuk di awal memiliki slope atau Cd
sebesar 0,001464387. Selanjutnya didapatkan besarnya Cs seperti tercantum di atas sebesar
0,020501414 bbl/psi.
Besarnya permeabilitas dapat dihitung setelah diketahui nilai m atau slope pada plot
semilog ketika memasuki kondisi periode transien. Dalam hal ini didapatkan nilai m
sebesar -16,28 psi/hr. Maka besarnya permeabilitas dapat dihitung dengan persamaan (2)
sebagai berikut.
162,6𝑥300𝑥0,5𝑥1,12
𝑘=− (−16,28)𝑥30
= 55,917 𝑚𝑑
Besarnya skin dapat dihitung setelah diketahui nilai permeabilitas reservoir. Data lain yang
dibutuhkan disini adalah P1hr yang merupakan tekanan yang terbaca dari straight line pada
semilog plot (periode transien) saat menunjukan waktu pengujian 1 jam. Dengan
menggunakan persamaan (3) maka didapatkan skin sebagai berikut.
Dengan begitu maka dapat dihitung waktu berakhirnya wellbore storage dengan persamaan
(4)
14
IV.5. Penentuan P^ Berdasarkan Analisis Pressure Drawdown Periode Transien
Lanjut
Gambar IV.4 Hasil Analisa P^ Metode Extended Muskat Untuk Periode Transien Lanjut
Sumur J-1
Dalam perhitungan Vp dibutuhkan data slope pada straight line di plot kartesian antara Pwf
(psi) dan t (jam). Nilai ini dinotasikan sebagai βL pada persamaan (8). Mengacu pada
Gambar IV.2 maka besarnya βL didapatkan sebesar -0,4565 psi/hr. Nilai negatif
menandakan bahwa slope mengarah ke kiri. Dengan begitu maka besarnya volume pori
dapat dihitung dengan persamaan (8) sebagai berikut.
V p 0.0418 300x1,12
0 , 4565 x ( 3 x10 6 )
= 10.210.225,85 bbl
15
Pint adalah intercept garis lurus yang menunjukan tekanan tertentu (psi). Berdasarkan
Gambar IV.2 didapatkan nilai Pint sebesar 2878,1 psi. Perhitungan C A dengan persamaan
(10) dilakukan sebagai berikut.
−16,28 2890,7−2878,1
𝐶𝐴 = 5,456 𝐸𝑋𝑃 [2,303 ] = 32,61
−0,4565 −0,4565
Hasil dari C A kemudian disesuaikan dengan CA pada berbagai jenis drainage areas pada
Tabel II.1 dan didapatkan bahwa bentuk pengurasan reservoir lingkaran yang paling dekat
karena memiliki nilai C A sama dengan 31,62.
16
V. PEMBAHASAN ANALISIS PRESSURE DRAWDOWN
SUMUR J-1
Dalam melakukan analisa drawdown penentuan periode aliran merupakan tahapan pertama
yang dilakukan. Periode aliran dapat ditentukan berdasarkan tiga grafik yakni grafik
semilog plot antara Pwf (psi) vs log t (jam), grafik cartesian plot antara Pwf (psi) vs t (jam),
dan grafik log-log plot antara ΔP vs Δt. Pada semilog plot straight line menunjukan periode
transien yang waktu sebelum mencapai periode transien ini merupakan wellbore storage
domination. Sedangkan pada kondisi penyimpangan dari garis lurus sepanjang waktu
pengujian bertambah merupakan boundary effect yang menunjukan kondisi pseudo steady-
state telah tercapai. Berdasarkan hasil analisa periode transien dialami setelah waktu
pengujian lebih dari 1,5 jam dan periode pseudo steady-state dialami setelah waktu lebih
dari 27 jam. Plot kartesian antara Pwf (psi) dan t (jam) dapat menunjukan periode pseudo
steady-state. Mulainya periode pseudo steady-state ditandai dengan garis lurus yang
terbentuk pada plot kartesian. Berdasarkan hasil pembacaan setelah waktu lebih dari 12
jam garis lurus terbentuk yang berarti periode pseudo steady-state tercapai. Grafik yang
terakhir yakni log-log plot antara log ΔP vs log Δt dapat menunjukan periode wellbore
storage domination. Wellbore storage domination ini ditandai dengan adanya unit slope
line di awal plot log-log. Penyimpangan dari unit slope line merupakan berakhirnya
wellbore storage domination dan memasuki periode transisi dan kemudian periode transien
setelah 1 - 1,5 cycle. Berdasarkan hasil perhitungan dengan persamaan (4) waktu
berakhirnya wellbore storage adalah 1,25 jam dengan begitu hasil dari semilog plot
merupakan hasil yang paling sesuai dengan perhitungan yang ada. Plot semilog merupakan
plot yang paling sensitif karena berpengaruh dalam penentuan karakteristik formasi,
sehingga atas alasan demikian semilog plot menjadi acuan dalam penentuan periode aliran.
Konstanta wellbore storage (Cs) yang didapatkan perhitungan berkaitan dengan slope yang
terbentuk pada log-log plot. Berdasarkan hasil perhitungan didapatkan nilai Cs sebesar
0,020501414 bbl/psi. Nilai ini dapat divalidasi dengan perhitungan wellbore storage
menggunakan pendekatan ukuran lubang bor dan densitas fluida di sumur. Kedua nilai Cs
ini harus saling mendekati, jika tidak berarti ada kesalahan dalam penentuan unit slope line
di log-log plot. Nilai konstanta wellbore storage yang besar menandakan bahwa periode
wellbore storage yang semakin cepat. Dalam mengurangi efek wellbore storage komplesi
menggunakan sub-surface valve. Sub-surface valve dapat menahan agar fluida tidak terus
17
mengisi kolom lubang bor dan menjaga fluida bor hanya ada mengisi kolom di bawah sub-
surface valve.
Karakteristik formasi seperti permeabilitas (k) dan skin (s) dihitung setelah mengetahui
posisi periode transien sehingga dapat dihitung slope (m) pada kondisi tersebut.
Berdasarkan hasil perhitungan didapatkan nilai permeabilitas (k) sebesar 55,917 md dan
skin (s) sebesar 0,374. Menurut Tiab dan Donaldson (2004) nilai permeabilitas ini
memasuki range good (50 md – 250 md). Sedangkan skin positif menunjukan bahwa telah
ada kerusakan pada formasi di sekitar lubang bor yang mengurangi potensi laju alir sumur.
Skin ini merupakan total skin pada reservoir yang dapat diakibatkan karena skin damage,
skin perforari, skin turbulen, atau skin deviasi akibat sumur miring. Skin positif ini dapat
disebabkan atas berbagai hal seperti akibat pemboran, komplesi, ataupun produksi. Oleh
karenanya perlu dilakukan pemeriksaan data – data lain seperti fluida pemboran yang
digunakan, fluida komplesi yang digunakan, jenis komplesi, laju alir kritis, compressive
strength batuan, dan juga mineral penyusun batuan agar dapat menentukan skin tersebut
berasal dari proses eksploitasi tertentu. Dengan diketahui kemungkinan pembentuk skin
positif, maka operasi pembuatan sumur selanjutnya dapat mempertimbangkan hal-hal
tersebut.
Dalam penentuan P^ atau tekanan rata – rata dasar sumur saat memasuki periode transien
lanjut maka metode iterasi dilakukan. Iterasi dilakukan dengan cara mengasumsikan nilai
P^ sampai plot log Pwf-P^ (psi) vs t (jam) membentuk garis lurus. Garis melengkung ke
atas menandakan asumsi P^ terlalu kecil sebaliknya garis melengkung ke bawah
menandakan asumsi P^ terlalu besar. Berdasarkan hasil perhitungan seperti juga tercantum
pada Gambar IV.4 nilai P^ sebesar 2859 psi dipilih sebagai nilai yang paling relevan
dengan kebutuhan syarat garis lurus. Tekanan pada periode transien lanjut ini biasanya
terbaca saat geometri pengurasan reservoir tidak berbentuk lingkaran sehingga impuls
tekanan akan memiliki waktu yang berbeda untuk mencapai batas. Hal ini dapat terjadi saat
geometri reservoir rectangular dengan sumur di sisi dari zona pengurasan reservoir.
Kelebihan dari analisa drawdown adalah kemampuannya dalam menentukan volume pori
reservoir. Fitur ini memerlukan kondisi test yang telah mencapai batas atau dalam cartesian
plot antara pwf (psi) vs t (jam) telah menunjukan adanya garis lurus. Slope dari garis lurus
tersebut (βL) kemudian digunakan untuk mencari Vp. Vp yang didapatkan sebesar
10.210.225,85 bbl. Nilai ini kemudian bisa dianalisa lebih lanjut untuk menentukan jari –
jari pengurasan (re) apakah sesuai dengan sebelumnya direkomendasikan oleh geologis
dalam isopach map.
18
Selain dari volume pori reservoir, bentuk reservoir juga dapat diketahui dari analisa
pressure drawdown dengan mencari nilai dietz shape factor atau CA. Nilai CA yang
didapatkan sebesar 32,61 mendekati nilai C A untuk bentuk geometri reservoir lingkaran
sebesar 31,62. Hal ini dapat juga berarti bahwa reservoir dengan bentuk lingkaran memiliki
sedikit kemungkinan adanya periode transien lanjut. Hal ini akan berkaitan dengan
penentuan P^ untuk periode transien lanjut.
19
VI. KESIMPULAN
1. Periode transien dicapai setelah waktu pengujian lebih besar dari 1,5 jam dan
periode pseudo steady-state dicapai setelah waktu pengujian lebih besar dari 27
jam menyesuaikan dengan hasil pembacaan pada semilog plot.
20
DAFTAR PUSTAKA
Tiab, D., & Donaldson, E. C. (2004). Petrophysic Theory and Practice of Measuring
Reservoir Rock and Fluid Transport Properties. Burlington: Gulf Profesionnal
Publishing.
21