Anda di halaman 1dari 26

TM 6010

Analisis Tekanan Transien Lanjut

Tugas 4 Type Curve Analysis

Nama : Jalest Septiano

NIM : 22219007

Dosen : Dr. Dedy Irawan, S.T., M.T.

Tanggal penyerahan : 28 September 2020

PROGRAM STUDI TEKNIK PERMINYAKAN

FAKULTAS TEKNIK PERTAMBANGAN DAN PERMINYAKAN

INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG

2020
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ............................................................................................................ i


DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. ii
DAFTAR TABEL .................................................................................................. iii
BAB I. PENDAHULUAN .......................................................................................1
I.1 Latar Belakang ......................................................................................................... 1
I.2 Tujuan Analisis ..............................................................................................1
BAB II. DATA PENGUJIAN ..................................................................................2
II.1 Data Analisis Well Testing............................................................................2
II.2 Data Analisis Metode Konvensional ............................................................3
BAB III. ANALISIS TYPE CURVE METHOD PADA SUMUR J-1 .....................4
IV.1 Ramey Type Curve .........................................................................................4
IV.2 McKinley Type Curve ..................................................................................7
IV.3 Earlougher Type Curve .............................................................................11
IV.4 Gringarten - Bourdet Type Curve .............................................................13
BAB IV. PEMBAHASAN ANALISIS TYPE CURVE MATCHING ....................17
BAB V. KESIMPULAN ........................................................................................21
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................22

i
DAFTAR GAMBAR

Gambar III.1 Hasil Ramey Type Curve Menggunakan Data Drawdown .................5
Gambar III.2 Hasil Ramey Type Curve Menggunakan Data Buildup ......................5
Gambar III.3 Hasil McKinley Type Curve Menggunakan Data Drawdown ............8
Gambar III.4 Hasil McKinley Type Curve Menggunakan Data Buildup .................9
Gambar III.5 Hasil Earlougher Type Curve Menggunakan Data Drawdown .......12
Gambar III.6 Hasil Earlougher Type Curve Menggunakan Data Buildup ............12
Gambar III.7 Hasil Bourdet – Gringarten Type Curve Menggunakan
Data Drawdown .....................................................................................................14
Gambar III.8 Hasil Bourdet – Gringarten Type Curve Menggunakan Data
Buildup ...................................................................................................................15

ii
DAFTAR TABEL

Tabel IV.1 Tabulasi Hasil Analisis Ramey Type Curve Untuk Data Drawdown ....6
Tabel IV.2 Tabulasi Hasil Analisis Ramey Type Curve Untuk Data Buildup .........6
Tabel IV.3 Tabulasi Hasil Analisis McKinley Type Curve Untuk Data
Drawdown ..............................................................................................................10
Tabel IV.4 Tabulasi Hasil Analisis McKinley Type Curve Untuk Data Buildup ...11
Tabel IV.5 Tabulasi Hasil Analisis Earlougher Type Curve Untuk Data
Drawdown ..............................................................................................................14
Tabel IV.6 Tabulasi Hasil Analisis Earlougher Type Curve Untuk Data Buildup 14
Tabel IV.7 Tabulasi Hasil Analisis Bourdet – Gringarten Type Curve Untuk
Data Drawdown .....................................................................................................16
Tabel IV.8 Tabulasi Hasil Analisis Bourdet – Gringarten Type Curve Untuk Data
Buildup ...................................................................................................................16

iii
BAB I. PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang

Dalam melakukan analisis well testing, terkadang terdapat data – data yang didapatkan
tidak dapat di analisa dikarenakan beberapa hal seperti waktu tes yang belum masuk ke
daerah straight line periode transien, kesalahan dalam perencanaan dan banyak hal lainnya.
Hal ini dapat membuat penentuan karakteristik terganggu. Selain itu penggunaan short time
data biasanya lebih sering didapatkan karena pengerjaan well test yang lama dapat
merugikan dalam operasi produksi sumur migas.

Dalam hal ini penelitian telah dilakukan terhadap beberapa alat bantu dalam bentuk type
curve yang digunakan untuk menentukan karakteristik formasi. Setiap jenis type curve
memliki kelebihan dan kekurangan tersendiri sehingga perlu diperhatikan parameter –
parameter apa yang menjadi batasan dari suatu type curve.

Sumur J-1 sebelumnya telah dianalisa dengan menggunakan metode konvensional yakni
MDH dan Horner dalam penentuan karakteristik formasi. Oleh karenanya dalam hal ini
akan dicoba penggunaan metode type curve terhadap data hasil well test yang telah
dianalisa sebelumnya. Type curve yang akan digunakan antara lain adalah Ramey type
curve, McKinley type curve, Earlougher type curve, dan yang tearkhir adalah Gringarten
dan Bourdet type curve.

I.2 Tujuan Analisis

Dalam penelitian ini akan dilakukan analisis terhadap data well test menggunakan metode
type curve yang ada. Nantinya akan dilihat metode mana yang akan menghasilkan nilai
terdekat dari hasil metode konvensional seperti MDH dan Horner.

1
BAB II. DATA PENGUJIAN

II.1 Data Analisis Well Testing

Pengujian sumur telah dilakukan pada pada Sumur J-1 dengan laju alir konstan saat
drawdown sebesar 300 BOPD dengan waktu drawdown sepanjang 24 jam dan waktu
buildup sepanjang 72 jam. Hasil well testing pada Sumur J-1 ini ditunjukan pada Gambar
III.1.

Well Testing
3254
3253
3252
3251
3250
Pwf, psi

3249
3248
3247
3246
3245
3244
0 20 40 60 80 100 120
t, jam

Gambar III.1 Hasil Pengujian Tekanan Sumur J-1

Data – data penunjang yang digunakan untuk analisa tercantum sebagai berikut.

Tabel III.1 Data Penunjang Analisis Tekanan

Well Radius ft 0,3


Net Pay ft 30
Porosity fraction 0,1
Oil FVF bbl/stb 1,25
Viscosity cP 1
Total Compressibility 1/psi 1.00E-05

Oil Rate BOPD 800


PDD hours 24
PBU hours 72

2
II.2 Data Analisis Metode Konvensional

Berdasarkan hasil analisa menggunakan metode MDH dan Horner untuk data drawdown
dan buildup maka didapatkan hasil seperti tabulasi berikut.

Tabel II.1 Hasil Analisis Drawdown Metode MDH

Analisa Hasil Satuan


Cd 0,0064
Cs 0,266 bbl/psi
P1jam 3246,9 psi
m -1,36 psi/cycle
k 3985,29 md
s -3,37
twbs 0,356 jam

Tabel II.2 Hasil Analisis Buildup Metode Horner

Parameter Hasil Analisis Satuan


Cs 0,264 bbl/psi
P* 3253 psi
P1jam 3251,12 psi
m 1,36 psi/cycle
k 3985,29 md
s -3,37
ΔPs -3,99 psi
FE 1,5
rwe 8,754 ft
twbs 0,234 jam

3
BAB III. ANALISIS TYPE CURVE METHOD PADA
SUMUR J-1

IV.1 Ramey Type Curve

Penggunaan metode ramey digunakan pada hasil pengujian drawdown dan pengujian
buildup. Dalam melakukan analisa menggunakan Ramey type curve plot yang diperlukan
untuk data drawdown adalah Log ΔP (Pi – Pwf), psi vs Log t, jam sedangkan untuk data
buildup adalah Log ΔP (Pws – Pwf Δt = 0), psi vs Log Δte, jam. Sebelum melakukan plot
maka perlu dilakukan perhitungan besarnya Cs dan CsD dengan menggunakan persamaan
(1) dan persamaan (2) yang mana nantinya nilai akan dijadikan sebagai acuan dalam
pemilihan type curve yang sesuai dengan data log – log curve.
𝑞𝐵 𝑡
𝐶𝑠 = 24
𝑥 𝛥𝑃 (1)

800𝑥1,25 0,00096
𝐶𝑠 = 𝑥 = 0,266 𝑏𝑏𝑙/𝑝𝑠𝑖
24 0,15

0,894𝐶𝑠
𝐶𝑆𝐷 = 𝛷ℎ𝐶 𝑟2 (2)
𝑡 𝑤

0,894𝑥0,266
𝐶𝑆𝐷 = 0,1𝑥30𝑥3𝑥10−6 𝑥0,32 = 8.83 𝑥 104

Nilai ini kemudian dijadikan acuan dalam pemilihan type curve yang cocok dengan
data. Dalam hal ini nilai yang mendekati adalah C sD sebesar 100000. Berdasarkan
hasil pencocokkan maka didapatkan nilai yang sesuai terhadap data yang ada
sebagai berikut untuk drawdown dan buildup. Data yang digunakan untuk
melakukan pencocokkan dengan type curve yakni data pada kondisi wellbore
storage domination dan transien dikarenakan metode Ramey ini mengasumsi
bahwa reservoir masih dalam infinite acting.

Perbedaan antara keduanya hanya terletak pada penggunaan Δte pada buildup plot
yakni nilai ini digunakan ketika kondisi Δt > 0,1tp sehingga untuk membuat grafik buildup
sesuai dengan hasil pada drawdown maka digunakan nilai Δte. Setelah mencocokkan
dengan type curve yang ada maka penting untuk menentukan match point pada kedua grafik
yang telah berhimpit tersebut dan didapatkan match point seperti tercantum pada Gambar
III.1 dan Gambar III.2. Nilai ini kemudian akan digunakan untuk menghitung besarnya
permeabilitas dan juga ΦCt. Tapi sebelum itu dapat dilihat bahwa berdasarkan hasil Ramey

4
type curve menggunakan data drawdown dan buildup didapatkan bahwa kurva yang cocok
yakni saat nilai skin sama dengan 0. Selanjutnya maka dapat dihitung besarnya
permeabilitas dan ΦCt untuk data drawdown dan buildup dengan persamaan berikut.

Gambar III.1 Hasil Ramey Type Curve Menggunakan Data Drawdown

Gambar III.2 Hasil Ramey Type Curve Menggunakan Data Buildup

5
141,2𝑄𝜇𝐵 𝑃𝐷
𝑘= ( ) (3)
ℎ dP 𝑀
141,2𝑥800𝑥1𝑥1,25 1
𝑘= ( ) = 6821,26 𝑚𝑑
30 0,69 𝑀
0,000264𝑘 𝑡
𝛷𝐶𝑡 = 2 (𝑡 ) (4)
𝜇𝑟𝑤 𝐷 𝑀
𝟎, 𝟎𝟎𝟎𝟐𝟔𝟒𝒙𝟔𝟖𝟐𝟏, 𝟑 𝟎, 𝟓 𝟏
𝜱𝑪𝒕 = 𝟐
( 𝟕 ) = 𝟎, 𝟎𝟎𝟎𝟎𝟎𝟏
𝟏𝒙𝟎, 𝟑 𝟏𝟎 𝑴 𝒑𝒔𝒊
Nilai ΦCt yang didapatkan berdasarkan perhitungan Ramey type curve sesuai
dengan data ΦCt yang ada pada data penunjang yakni persis sebesar 0,000001 1/psi.
Oleh karenanya hal ini menunjukan bahwa pemilihan type curve pada metode
Ramey ini sudah tepat. Hasil yang didapatkan berdasarkan analisis Ramey type
curve menggunakan data drawdown dan data buildup tercantum pada Tabel IV.1
dan Tabel IV.2.

Tabel IV.1 Tabulasi Hasil Analisis Ramey Type Curve Untuk Data Drawdown

MATCH POINT
PD = 1
tD = 10000000
dP = 0,69 psi
dt = 0,5 jam
AGARWAL ANALYSIS
C= 0,266 bbl/psi
k= 6821,26 mD
s= 0
Φct = 0,00000100 1/psi
Csd 8,83E+04
Tabel IV.2 Tabulasi Hasil Analisis Ramey Type Curve Untuk Data Buildup

MATCH POINT
PD = 1
tD = 10000000
dP = 0,69 psi
dt = 0,5 jam
AGARWAL ANALYSIS
C= 0,264 bbl/ps
k= 6821,26 imD
s= 0
Φct = 0,00000100 1/psi
CSD = 8,74E+04

6
IV.2 McKinley Type Curve

Pada metode type curve ini memiliki perbedaan terhadap metode sebelumnya. Mckinley
mengembangkan type curve ini menggunakan asumsi bahwa reservoir telah mengalami
perubahan sifat fisik di sekitar lubang bor sehingga nantinya akan dibandingkan antara
transmisibitas di sekitar lubang bor dan transmisibitas di formasi. Dalam melakukan analisa
menggunakan McKinley type curve plot yang diperlukan untuk data drawdown adalah Log
t (min) vs Log ΔP (Pi – Pwf), psi sedangkan untuk data buildup adalah Log Δt (min) vs
Log ΔP (Pws – Pwf Δt=0), psi. Waktu yakni t dan Δt diplotkan dalam ordinat sedangkan
tekanan diplotkan dalam absis. Dalam melakukan pencocokkan pada McKinley type curve
jika keseluruhan data tidak berada pada satu kurva yang sama maka menandakan bahwa
transmisibilitas di sekitar lubang bor dan transmisibilitas di formasi berbeda artinya telah
ada kerusakan atau perbaikan pada sekitar lubang bor. Ketika kondisi ini terjadi maka
fitting dilakukan 2 kali untuk 1 jenis data yakni untuk early fit data dan late fit data. Hal
ini dapat dilakukan dengan menggeser secara horizontal early fit data hingga late fit data
sesuai dengan type curve yang ada.

Data yang diplot yakni data yang berada pada kondisi wellbore storage dan periode transien
(infinite acting). Berdasarkan hasil pencocokkan maka didapatkan hasil untuk drawdown
maupun buildup sebagai berikut seperti Gambar III.3 dan Gambar III.4.

Perhitungan yang dilakukan hingga menentukan permeabilitas formasi dan permeabiilitas


di sekitar lubang bor serta menghitung efek skin terhadap flow efficiency dapat
menggunakan persamaan berikut. Berikut merupakan contoh perhitungan untuk hasil
match pada data drawdown.

𝟓.𝟔𝟏𝟓𝚫𝐩𝐂𝐬 𝟏 𝒒𝑩
𝑪𝒔 = ( 𝐐𝐛
) 𝒙 (𝚫𝐏) 𝒙 𝟓,𝟔𝟏𝟓 (5)
𝑴𝑷 𝑴𝑷

𝟏 𝟖𝟎𝟎 𝒙 𝟏, 𝟐𝟓
𝑪𝒔 = (𝟎, 𝟎𝟎𝟏)𝑴𝑷 𝒙 ( ) 𝒙 = 𝟎, 𝟏𝟔𝟗𝟔 𝒃𝒃𝒍/𝒑𝒔𝒊
𝟏, 𝟎𝟓 𝑴𝑷 𝟓, 𝟔𝟏𝟓
𝒌𝒉 (𝐤𝐡/𝛍)
(𝝁) = (𝟓.𝟔𝟏𝟓𝐂𝐬) 𝒙 𝟓, 𝟔𝟏𝟓 𝒙 𝑪𝒔 (6)
𝒘𝒃 𝒘𝒃

𝒌𝒉
( ) = (𝟏𝟎𝟎𝟎𝟎𝟎)𝒘𝒃 𝒙 𝟓, 𝟔𝟏𝟓 𝒙 𝟎, 𝟏𝟔𝟗𝟔 = 𝟗𝟓𝟐𝟑𝟖 𝒎𝒅 − 𝒇𝒕/𝒄𝒑
𝝁 𝒘𝒃
𝒌𝒉 𝝁
𝒌𝒘𝒃 = ( 𝝁 ) 𝒙 (7)
𝒘𝒃 𝒉

𝟏
𝒌𝒘𝒃 = (𝟗𝟓𝟐𝟑𝟖)𝒘𝒃 𝒙 = 𝟑𝟏𝟕𝟒, 𝟔 𝒎𝒅
𝟑𝟎

7
Gambar III.3 Hasil McKinley Type Curve Menggunakan Data Drawdown

8
Gambar III.4 Hasil McKinley Type Curve Menggunakan Data Buildup

9
𝒌𝒉 ((𝐤𝐡/𝛍) 𝐱 (𝟏/𝟓.𝟔𝟏𝟓𝐂𝐬))𝒇 𝒌𝒉
(𝝁) = ((𝐤𝐡/𝛍) 𝐱 (𝟏/𝟓.𝟔𝟏𝟓𝐂𝐬))𝒘𝒃
𝒙 (𝝁) (8)
𝒇 𝒘𝒃

𝒌𝒉 𝟐𝟎𝟎𝟎𝟎
( ) = 𝒙 𝟗𝟓𝟐𝟑𝟖 𝒎𝒅 = 𝟏𝟗𝟎𝟒𝟖 𝒎𝒅 − 𝒇𝒕/𝒄𝒑
𝝁 𝒇 𝟏𝟎𝟎𝟎𝟎𝟎
𝑘ℎ 𝜇
𝑘𝑓 = ( ) 𝑥 (9)
𝜇 𝑓 ℎ

1
𝑘𝑓 = 19048 𝑥 = 634,92
30
𝑘𝑤𝑏
𝛥𝑃𝑆 = ( 1 − ) 𝑥 Δ𝑃𝐷 (10)
𝑘𝑓

3174,6
𝛥𝑃𝑆 = ( 1 − ) 𝑥 6,2 = -24,8
634,92
𝒑∗ − 𝜟𝑷𝑺
𝑬 =( 𝒑∗
) (11)

𝟖 − (−𝟐𝟒, 𝟖)
𝑬 =( ) = 𝟒, 𝟏
𝟖
Dengan hasil ini maka dapat dilihat bahwa sumur telah mengalami perbaikan
ditandai dengan nilai FE lebih dari satu dan adanya peningkatan trasnmisibilitas
dan permeabilitas di sekitar lubang daripada trasnmisibilitas dan permeabilitas di
formasi. Hasil perhitungan untuk data drawdown dan buildup kemudian
ditabulasikan pada Tabel IV.3 dan Table IV.4.

Tabel IV.3 Tabulasi Hasil Analisis McKinley Type Curve Untuk Data Drawdown

McKinley Type Curve


(kh/μ)wb x (1/5.615Cs) = 100000
ΔpD = 6,2 psi
ΔtD = 70 min
(ΔP)m 1,05 psi
(5.615ΔpCs/qB)MP = 0,001
Cs = 0,169614 bbl/psi
(kh/μ)wb = 95238,1 mD-ft/cp
(kh/μ)f x (1/5.615Cs)= 20000
(k)wb = 3174,603 md
(kh/μ)f = 19048 mD-ft/cp
(k)f = 634,92 md
ΔP* = 8 psi
ΔPs -24,8 psi
FE = 4,1

10
Tabel IV.4 Tabulasi Hasil Analisis McKinley Type Curve Untuk Data Buildup

McKinley Type Curve


(kh/μ)wb x (1/5.615Cs) = 100000
ΔpD = 6,2 psi
ΔtD = 70 min
(ΔP)m 1,05 psi
(5.615ΔpCs/qB)MP = 0,001
Cs = 0,169614 bbl/psi
(kh/μ)wb = 95238,1 mD-ft/cp
(kh/μ)f x (1/5.615Cs)= 20000
(k)wb = 3174,603 md
(kh/μ)f = 19048 mD-ft/cp
(k)f = 634,92 md
ΔP* = 8,05 psi
ΔPs -24,8 psi
FE = 4,08

IV.3 Earlougher Type Curve

Pada metode ini plot yang akan dilakukan untuk data drawdown adalah Log ΔP/Δt ((Pi –
Pwf)/t), psi vs Log t, jam dan untuk data buildup adalah Log ΔP/Δt ((Pws – Pwf Δt=0)/t),
psi vs Log Δt, jam. Data log log curve ini nantinya akan di plot pada grafik Earlougher
type curve. Pada type curve ini nilai skin ditandai sebagai CDe2s atau dapat dikatakan
semakin besar nilai CDe2s maka akan semakin besar nilai skin. Data log - log drawdown dan
buildup yang digunakan dalam pencocokkan adalah data tekanan pada periode wellbore
storage dan juga periode transien. Dengan melakukan pencocokkan pada data drawdown
dan data buildup maka didapatkan type curve match seperti ditunjukan oleh Gambar di
bawah ini.

Dapat dilihat bahwa untuk dapat buildup dan data drawdown menghasilkan type curve
match yang sama yakni pada nilai CDe2s adalah 1000. Dengan diketahuinya nilai ini dan
juga menentukan match point pada grafik maka dapat dihitung permeabilitas, konstanta
wellbore storage, dan juga skin dengan persamaan berikut. Di bawah ini merupakan contoh
perhitungan untuk match point pada data drawdown.

11
Gambar III.5 Hasil Earlougher Type Curve Menggunakan Data Drawdown

Gambar III.6 Hasil Earlougher Type Curve Menggunakan Data Buildup

12
𝑞𝐵((Δp/Δt)(24C/qB))𝑀𝑃
𝐶𝑠 = ΔP (12)
24 ( Δt )
𝑀𝑃

800 𝑥 1,25 𝑥 0,064


𝐶𝑠 = = 0,266 𝑏𝑏𝑙/𝑝𝑠𝑖
24 𝑥 10
𝑘ℎ𝛥𝑡
𝐶𝑠 ( 𝜇 𝐶 )
𝑀𝑃 𝜇
𝑘 = (𝛥𝑡)𝑀𝑃
(13)

0,266𝑥 10000 1
𝑘 = 𝑥 = 4629,63 𝑚𝑑
0,0192 30

1 𝛷ℎ𝐶𝑡 𝑟2𝑤 (𝐶𝐷𝑒2𝑠 )


𝑠 = ln( ) (14)
2 0,89359𝐶𝑠

𝟏 𝟎, 𝟏 𝒙 𝟑𝟎 𝒙 𝟏𝟎−𝟔 𝒙 𝟎, 𝟑𝟐 𝒙 (𝟏𝟎𝟎𝟎)
𝒔 = 𝐥𝐧( ) = −𝟐, 𝟐𝟒
𝟐 𝟎, 𝟖𝟗𝟑𝟓𝟗 𝒙 𝟎, 𝟐𝟔𝟔
Berbeda dengan metode sebelumnya, pada metode ini nilai skin didapakan
berdasarkan hasil perhitungan bukan dengan menggunakan data hasil type curve
match ataupun dinilaikan dalam parameter lain seperti flow efficiency. Oleh
karenanya nilai ini dapat langsung dibandingkan kemudian dengan hasil dari
metode analisis konvensional. Hasil dari analisis untuk data drawdown dan buildup
kemudian ditabulasikan dalam Tabel IV.5 dan Tabel IV.6.

IV.4 Gringarten - Bourdet Type Curve

Metode ini merupakan metode yang paling sering digunakan karena berdasarkan grafik
type curve memberikan kemudahan dalam menentukan periode aliran dalam reservoir. Plot
antara pressure derivative terhadap waktu juga memberikan konsiderasi terhadap
masuknya suatu periode aliran ke zona transien. Plot yang digunakan untuk metode ini pada
data drawdown adalah Log ΔP ((Pi – Pwf)) vs Log Δt dan Log t*(Δp/lnΔt) vs Log Δt
sedangkan untuk data buildup adalah Log ΔP ((Pws – Pwf Δt=0)), psi vs Log Δte, jam dan
Log t*(Δp/ln((tp+Δt)/Δt) vs Log Δt e. Data yang digunakan yakni data pada periode
wellbore storage dan periode transien dikarenakan metode Gringarten - Bourdet ini
mengasumsi bahwa reservoir masih dalam kondisi infinite acting.

Berdasarkan hasil pencocokkan dengan type curve maka didapatkan bahwa C De2s sebesar
100 merupakan nilai yang paling cocok untuk kedua data drawdown dan buildup. Gambar
IV.7 dan Gambar IV.8 menunjukan kondisi data log – log curve berimpit dengan type curve
Bourdet – Gringarten.

Setelah diketahui nilai CDe2s dan match maka dapat dihitung permeabilitas, wellbore
storage dan skin dengan persamaan berikut. Di bawah ini merupakan contoh perhitungan
menggunakan data drawdown.

13
Tabel IV.5 Tabulasi Hasil Analisis Earlougher Type Curve Untuk Data Drawdown

MATCH POINT
CDe2S = 1000
Δt =0,0192 jam
Δp/Δt = 10 psi/jam
(kh/µ)(Δt/C) =10000
(Δp/Δt)(24C/qB) = 0,064
EARLOUGHER ANALYSIS
C= 0,266 bbl/psi
k= 4629,63 mD
s= -2,24
Tabel IV.6 Tabulasi Hasil Analisis Earlougher Type Curve Untuk Data Buildup
MATCH POINT
CDe2S = 1000
Δt = 0,19 jam
Δp/Δt = 10 psi/jam
(kh/µ)(Δt/C) = 100000
(Δp/Δt)(24C/qB) = 0,064
EARLOUGHER ANALYSIS
C= 0,266 bbl/psi
k= 4678,36 mD
s= -2,24

Gambar III.7 Hasil Bourdet – Gringarten Type Curve Menggunakan Data


Drawdown

14
Gambar III.8 Hasil Bourdet – Gringarten Type Curve Menggunakan Data Buildup
141,2𝑞𝐵𝜇
𝑘= 𝑥 (PD)𝑀𝑃 (15)
ℎ(ΔP)𝑀𝑃

141,2𝑥 800 𝑥 1,25 𝑥 1


𝑘= 𝑥 1 = 3922,22 md
30 x 1,2
0,000295𝑘ℎ Δt
𝐶𝑠 = ( ) (16)
𝜇 𝑡𝐷/𝐶𝐷 𝑀𝑃

0,000295 𝑥 3922,22 x 30 7,6


𝐶𝑠 = = 0,264 𝑏𝑏𝑙/𝑝𝑠𝑖
1 1000
0,8936𝐶𝑠
𝐶𝐷 = (17)
𝛷ℎ𝐶𝑡 𝑟2𝑤
0,8936 𝑥 0,264
𝐶𝐷 = = 87300
0,1 𝑥 30 𝑥 10−6 𝑥 0,32
1 (𝐶 𝑒2𝑠 )
𝑠 = ln( 𝐷 ) (18)
2 𝐶𝐷

1 100
𝑠 = ln( ) = −3,386
2 87300

Metode Bourdet ini merupakan type curve yang paling baik dikarenakan dapat menentukan
slope saat masuk ke periode transien dengan menggunakan pressure derivative terhadap
waktu dalam satu grafik dengan MDH plot. Periode transien ditandai dengan slope = 0 pada
plot antara log pressure derivative dengan log waktu (t) dan hal ini biasanya dicapai saat
PD'(tD/CD) sebesar 0,5. Semakin besar jarak antara slope pada pressure derivative dengan
plot MDH maka akan semakin besar juga nilai skin atau dapat dikatakan kondisi sumur
semakin rusak atau damaged. Sebaliknya saat semakin kecil jarak antara slope pada

15
pressure derivative dengan plot MDH maka akan semakin kecil juga nilai skin atau dapat
dikatakan kondisi sumur semakin baik atau stimulated. Hasil dari analisis untuk data
drawdown dan buildup kemudian ditabulasikan dalam Tabel IV.7 dan Tabel IV.8.

Tabel IV.7 Tabulasi Hasil Analisis Bourdet – Gringarten Type Curve Untuk Data
Drawdown
MATCH POINT
100
CDe2s =
PD = 1
tD/CD= 1000
ΔP = 1,2 psi
Δt = 7,6 jam
DD ANALYSIS
k= 3922,22 mD
C= 0,264 bbl/ps
CD = 8,73E+04 i
s= -3,386

Tabel IV.8 Tabulasi Hasil Analisis Bourdet – Gringarten Type Curve Untuk Data
Buildup
MATCH POINT
100
CDe2s =
PD = 1
tD/CD= 1000
ΔP = 1,2 psi
Δt = 7,3 jam
BU ANALYSIS
k= 3922,22 mD
C= 0,254 bbl/ps
CD = 8,39E+04 i
s= -3,365

16
BAB IV. PEMBAHASAN ANALISIS TYPE CURVE MATCHING

Metode type curve merupakan cara yang digunakan pada analisis hasil well test jika terjadi
beberapa data yang didapatkan memiliki kondisi yang tidak baik. Hal ini juga bisa terjadi
ketika data hasil tes belum mencapai straight line sehingga tidak bisa dianalisa dengan
menggunakan metode konvensional seperti MDH atau Horner. Beberapa metode type
curve telah dikembangkan dengan kelebihan dan kekurangan masing – masing. Dari ke-
empat metode ini kemudian dilakukan analisa pada hasil uji sumur pada Sumur J-1 untuk
melihat karakteristik reservoir seperti permeabilitas dan juga skin.

Penggunaan Ramey type curve merupakan metode type curve yang paling lama dalam
analisa di laporan ini. Berdasarkan hasil perhitungan diketahui bahwa permeabilitas yang
didapatkan untuk penggunaan data drawdown dan data buildup identik sebesar 6821,26
md dengan skin sebesar 0 berdasarkan hasil type curve. Dilihat dari analisa
konvensional nilai ini terlampau jauh dengan persen error sebesar 37% untuk hasil
permeabilitas. Hal ini dapat disebabkan karena pada dasarnya persamaan Agarwal
awalnya dibuat untuk menunjukan kondisi perhitungan saat skin positif. Walaupun
bisa diinversikan untuk perhitungan skin negatif biasanya hasil yang didapatkan
tidak valid. tidak dibuat untuk menghitung kondisi sumur saat nilai skin negatif.
Nilai skin negatif pada perhitungan Agarwal biasanya dipresentasikan sebagai
peningkatan radius dari wellbore. Selain itu keterbatasan grafik type curve yang
hanya memiliki nilai skin negatif 5 membuat pencocokkan semakin sulit.

Selanjutnya menggunakan McKinley type curve untuk menentukan permeabilitas


dan trasnmisibilitas di sekirar lubang bor dan di formasi. Berbeda dari pendekatan
sebelumnya yang menghitung nilai permeabilitas pada kondisi reservoir saja, pada
metode ini nantinya akan dibandingkan hasil yang didapatkan pada formasi dan
sekitar lubang bor. Berdasarkan hasil analisa pada data drawdown didapatkan
permeabilitas di sekitar lubang bor (kwb) dan permeabilitas di formasi masing –
masing sebesar 3174,603 md dan 634,92 md identik dengan hasil analisa
menggunakan data buildup. Sedangkan nilai flow efficiency untuk data drawdown
sebesar 4,1 dan untuk data buildup sebesar 4,08. Perbedaan nilai flow efficiency ini
bisa dikarenakan adanya perbedaan dalam waktu pengujian buildup dan drawdown.
Pada buildup dengan waktu pengujian yang lebih lama akan memberikan panjang

17
log – log plot yang lebih panjang sehingga didapatkan nilai P* yang berbeda dari
data drawdown. Nilai FE diatas 1 menunjukan bahwa sumur telah mengalami
perbaikan. Selain kondisi sumur mengalami perbaikan juga dapat dilihat dengan
nilai permeabilitas di sekitar lubang bor lebih besar dari permeabilitas formasi.
Metode McKinley ini tidak bisa dibandingkan dengan hasil perhitungan
menggunakan konvensional dikarenakan pendekatan permsalahannya yang
berbeda, namun dengan melihat kondisi hasil analisa McKinley menunjukan
adanya perbaikan sumur maka dapat dikatakan hasil analisa ini sesuai dengan
perhitungan konvensional yang menunjukan hasil yang sama.

Metode Earlougher merupakan perkembangan dari metode selanjutnya. Metode ini


menggunakan parameter CDe2s sebagai besaran yang mempengaruhi nilai skin.
Semakin besar nilai CDe2s maka akan semakin positif skin begitupun sebaliknya.
Berdasarkan metode Earlougher didapatkan bahwa dengan menggunakan data
drawdown permeabilitas dan skin masing – masing sebesar 4629,63 md dan -2,24
sedangkan dengan menggunakan data buildup permeabilitas dan skin masing –
masing sebesar 4678,36 md dan -2,24. Jika dibandingkan dengan hasil analisa
menggunakan metode konvensional persen error yang didapatkan untuk
permeabilitas dan skin menggunakan data drawdown masing – masing sebesar
13,91% dam 35,6%. Sedangkan untuk penggunaan data buildup persen error yang
didapatkan untuk permeabilitas dan skin masing – masing sebesar 14,81% dam
35,6%. Nilai yang masih jauh ini bisa dikarenakan metode ini belum
memperlihatkan secara langsung mengenai periode aliran yang tepat sehingga akan
semakin sulit dalam menganalisa karakteristik formasi yang ada.

Metode terakhir adalah Bourdet – Gringarten. Metode ini merupakan


pengembangan metode Gringarten yang hanya menggunakan plot log – log curve
seperti MDH yang kemudian dikembangkan dengan menyandingkan dengan
pressure derivative. Hal ini memudahkan dalam menentukan periode aliran yang
ada pada hasil uji sumur. Periode transien ditandai dengan slope = 0 pada plot antara
log pressure derivative dengan log waktu (t) dan hal ini biasanya dicapai saat
PD'(tD/CD) sebesar 0,5. Hal lain juga yang menunjukan bahwa periode transien telah
tercapai adalah 1 – 1,5 cycle dari penyimpangan pada unit slope line pertama yang
menunjukan kondisi wellbore storage. Semakin besar jarak antara slope pada

18
pressure derivative dengan plot MDH maka akan semakin besar juga nilai skin atau
dapat dikatakan kondisi sumur semakin rusak atau damaged. Sebaliknya saat
semakin kecil jarak antara slope pada pressure derivative dengan plot MDH maka
akan semakin kecil juga nilai skin atau dapat dikatakan kondisi sumur semakin baik
atau stimulated. Saat kondisi skin mendekati 0 atau positif maka grafik pressure
derivative akan naik secara tinggi kemudian akan turun tajam hingga masuk k
daerah slope sama dengan 0 secara cepat. Sedangkan pada kondisi skin negatif
grafik pressure derivative akan naik sedikit dan kemudian akan turun pada slope
sama dengan 0. Kondisi skin negatif membuat waktu wellbore storage akan
semakin cepat dan periode transien akan semakin lama begitu pula sebaliknya
dengan kondisi saat skin 0 atau positif. Nilai CDe2s yang didapatkan sebesar 100
yang mana nilai ini menunjukan kondisi reservoir yang no skin atau little
stimulation. Hal ini sesuai dengan kondisi perhitungan skin menggunakan
konvensional yang menunjukan adanya skin negatif. Berdasarkan hasil analisa
menggunakan data drawdown diketahui bahwa besarnya permeabilitas sebesar
3922,22 md identik dengan analisa menggunakan data buildup. Jika dibandingkan
dengan hasil analisa konvensional nilai ini menunjukan error sebesar 1,58%. Skin
yang didapatkan dengan menggunakan data drawdown sebesar -3,386 sedangkan
untuk penggunaan data buildup didapatkan sebesar -3,365. Nilai ini tidak berkisar
jauh. Dibandingkan dengan hasil skin dari analisa konvensional persen error yang
didapatkan sebesar 0,14% untuk penggunaan data buildup dan 0,47% untuk
penggunaan data drawdown. Nilai konstanta wellbore storage yang didapatkan dari
metode ini juga dibandingkan dengan perhitungan metode konvensional.
Penggunaan data drawdown menghasilkan Cs sebesar 0,264 bbl/psi sedangkan
penggunaan data buildup menghasilkan Cs sebesar 0,254 bbl/psi. Masing – masing
persentasi beda dengan nilai Cs hasil perhitungan metode konvensional untuk
penggunaan data drawdown dan buildup adalah 0,75% dan 3,8%. Berdasarkan
semua jenis metode type curve penggunaan metode Bourdet-Gringarten
menghasilkan hasil yang paling mendekati dengan analisa konvensional baik dari
permeabilitas, skin, maupun konsanta wellbore storage. Sehingga memang benar
penggunaan Bourdet – Gringarten type curve memang paling baik digunakan selain

19
pula memang memberikan penglihatan yang jelas terhadap perubahan periode
aliran.

20
BAB V. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil analisa maka dapat disimpulkan:

1. Pemilihan type curve penting dilakukan jika analisa konvensional tidak bisa
dilakukan

2. Bourdet – Gringarten type curve memiliki nilai yang paling dekat dengan hasil
analisa konvensional dengan persen error untuk perhitungan permeabilitas, skin
dan konstanta wellbore storage masing – masing sebesar 1,58%, 0,47%, dan 0,75%
untuk penggunaan data drawdown dan 1,58%, 0,14%, dan 3,8% untuk penggunaan
data buildup.

21
DAFTAR PUSTAKA

Agarwal, R. G., Al-Hussainy, R., & Ramey, H. J. (1970). An Investigation of Wellbore


Storage and Skin Effect in Unsteady Liquid Flow. Colorado: Society of Petroleum
Engineers.

Bourdet, D., Whittle, T. M., Douglas, A. A., & Pirard, Y. M. (1983). A new set of type
curves simplifies well test analysis. World Oil. Houston: Gulf Publishing Co.

Crawford, G. E., Pierce, A. E., & McKinley, R. M. (1977). TYPE CURVES FOR
MCKINLEY ANALYSIS OF DRILL-STEM TEST DATA. 52nd Annual Fall
Technical Conference and Exhibition of the Society of Petroleum Engineers.
Dallas: American Institute of Mining, Metallurgical, and Petroleum Engineers, Inc.

Earlougher, R. C., & Kersch, K. M. (1974). Analysis of Short-Time Transient Test Data
By Type-Curve Matching . Journal of Petroleum Technology, 793 - 800.

Lee, J. (1982). Well Testing. Texas: Society of Petroleum Engineers.

22

Anda mungkin juga menyukai