DAFTAR ISI
I. PENDAHULUAN .............................................................................................. 1
A. Definisi ......................................................................................................... 3
A. Data ............................................................................................................ 27
B. Pembahasan ................................................................................................ 28
V. PENUTUP ....................................................................................................... 32
A. Simpulan .................................................................................................... 32
B. Saran ........................................................................................................... 32
DAFTAR GAMBAR
Gambar 4.1 Grafik hubungan antara friction dengan RE pada pipa segitiga........ 29
Gambar 4.2 Grafik hubungan antara friction dengan RE pada pipa lingkaran ..... 30
DAFTAR TABEL
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada saat ini teknologi semakin maju khususnya pada pengembangan bentuk
pipa, para ahli dan ilmuwan selalu berusaha untuk mencari penemuan-
penemuan baru pada bentuk perpipaan yang lebih aerodinamis untuk
mengurangi separasi dan drag, misalnya pada industri-industri otomotif,
aeroplane, dan perkapalan. Demikian juga pada industri yang banyak
menggunakan instalasi perpipaan yang berfungsi untuk mengalirkan fluida ke
tempat tujuan. Pada instalasi ini, banyak dipakai sambungan yang berfungsi
untuk membelokan, membagi aliran menjadi bercabang dan menggabungkan
aliran. Dalam pengaplikasiannya sering dijumpai masalah aliran fluida didalam
pipa, seperti pada aliran baik gas atau cairan pada suatu sistem perpipaan
pabrik atau kilang. Banyak asalah dalam perancangan suatu perpipaan yang
dapat dikembangkan dari dasar aliran fluida. Seperti diketahui masalah pokok
aliran fluida dalam pipa selalu mempertimbangkan masalah-masalah sifat
aliran fluida kerjanya dan diakibatkan oleh timbulnya bentuk fisik pipa.
Selain dari percobaan Newton, percobaan mekanika fluida juga mengacu pada
persamaan Bernaulli dimana percobaan mekanika fluida merupakan suatu
BUDI PRASETYA 1415021025
2
perkembangan dari percobaan Newton. Setiap aliran melalui pipa atau aliran
fluida atau saluran terbuka melalui sekeliling suatu objek akan senantiasa
menimbulkan hambatan disebabkan gesekan antara fluida dan permukaan. Dari
hasil eksperimen diperoleh bahwa koefisien gesekan untuk pipa merupakan
fungsi dari bilangan reynold (Re).
B. Tujuan Praktikum
Adapun tujuan dari praktikum percobaan gesekan aliran dalam pipa adalah
untuk mengetahui seberapa besar pengaruh kecepatan aliran, sifat–sifat fluida,
dimensi dan bahan pipa terhadap kerugian akibat gesekan aliran fluida dalam
pipa.
A. Definisi
Gesekan aliran merupakan hambatan berupa gesekan dalam pipa fluida yang
mengakibatkan berkurangnya laju aliran dan penurunan tekanan. Besarnya
hambatan aliran karena gesekan sangat tergantung dari kekasaran dinding pipa.
Dari hasil bebagai percobaan diketahui bahwa makin kasar dinding pipa makin
besar terjadinya penurunan atau kehilangan tekanan aliran (Sihombing, 2010).
Aliran dalam pipa adalah aliran zat cair atau fluida pada saluran tertutup yang
biasanya berpenampang lingkaran yang digunakan untuk mengalirkan fluida
dengan tampang aliran penuh. Fluida atau zat cair (termasuk uap air dan gas)
dibedakan dari benda padat karena kemampuannya untuk mengalir. Fluida
lebih mudah mengalir karena ikatan molekul dalam fluida jauh lebih kecil dari
ikatan molekul dalam zat padat, akibatnya fluida mempunyai hambatan yang
relatif kecil pada perubahan bentuk karena gesekan. Zat padat mempertahankan
suatu bentuk dan ukuran yang tetap, sekalipun suatu gaya yang besar diberikan
pada zat padat tersebut, zat padat tidak mudah berubah bentuk maupun
volumenya, sedangkan zat cair dan gas, zat cair tidak mempertahankan bentuk
yang tetap, zat cair mengikuti bentuk wadahnya dan volumenya dapat diubah
hanya jika diberikan padanya gaya yang sangat besar dan gas tidak mempunyai
bentuk dan maupun volume yang tetap, gas akan berkembang mengisi seluruh
BUDI PRASETYA 1415021025
4
wadah. Karena fase cair dan gas tidak mempertahankan suatu bentuk yang
tetap, keduanya mempunyai kemampuan untuk mengalir. Dengan demikian
kedua-duanya sering secara kolektif disebut sebagai fluida
Fluida yang di alirkan melalui pipa bisa berupa zat cair atau gas dan tekanan
bisa lebih besar atau lebih kecil dari tekanan atmosfer. Apabila zat cair di
dalam pipa tidak penuh maka aliran termasuk dalam aliran saluran terbuka atau
karena tekanan di dalam pipa sama dengan tekanan atmosfer (zat cair didalam
pipa tidak penuh), aliran temasuk dalam pengaliran terbuka. Karena
mempunyai permukaan bebas, maka fluida yang dialirkan dalah zat cair.
Tekanan dipermukaan zat cair disepanjang saluran terbuka adalah tekanan
atmosfer.
𝜏 2𝜏𝑤𝑔𝑐
𝑓 = 𝑝𝑣 2 𝑤 = ..................................................(2.1)
⁄2𝑔 𝜌𝑣 2
𝑐
𝜕𝜌 𝑓𝜌𝑣 2
( 𝜕𝑧 ) = 2𝑔 𝑑 ...................................................(2.2)
𝑐
Faktor gesekan merupakan fungsi dari dua parameter yang tidak berdimensi,
yaitu kekasaran relatif pipa (relatif roughness) dan bilangan Reynold
(Reynold’s number, NRe). Kekasaran relatif pipa sendiri adalah perbandingan
antara kekasaran absolut (absolute roughness, €), yang diketahui untuk setiap
jenis pipa, dengan diameter pipa (d, ft). Sedangkan besarnya bilangan Reynold
dapat ditentukan dengan persamaan berikut :
𝜌𝜕𝑣
𝑁𝑅𝑒 = ...............................................(2.3)
𝜇
Penentuan faktor gesekan pada aliran fluida satu fasa, tergantung dari jenis
alirannya. Pada fluida dengan bilangan Reynold kurang dari 2000, maka aliran
yang terjadi adalah aliran laminer, dimana kecepatan alirannya membentuk
profil parabola dengan kecepatan maksimal pada tengah pipa. Untuk fluida
dengan bilangan Reynold lebih dari 4000, yang terbentuk adalah aliran
turbulen. Sedangkan aliran yang terjadi pada fluida dengan bilangan Reynold
antara 2000 dan 4000 adalah aliran transisi.
1. Aliran Laminer
Laminer bersal dari bahasa latin thin plate yang berarti plate tipis atau aliran
sangat halus. Pada aliran laminer, gaya viscous (gesek) yang relatif besar
mempengaruhi kecepatan aliran sehingga semakin mendekati dinding pipa,
semakin rendah kecepatannya. Secara teori, aliran ini berbentuk parabola
Dalam aliran
64
𝑓= ......................................................(2.4)
𝑁𝑅𝑒
Dari persamaan diatas diketahui bahwa pada aliran laminer, besarnya faktor
gesekan hanya dipengaruhi oleh bilangan Reynold fluida, dan tidak
tergantung pada kekasaran pipa.
2. Aliran Turbulen
Pada aliran turbulen, gaya momentum aliran lebih besar dibandingkan gaya
gesekan dan pengaruh dari dinding pipa menjadi kecil. Karenanya aliran
turbulen memberikan profil kecepatan yang lebih seragam dibandingkan
aliran laminer, walaupun pada lapisan fluida dekat dinding pipa tetap
Bima Bakti 1415021024
7
laminer. Profil kecepatan pada daerah transisi antara laminer dan turbulen
dapat tidak stabil dan sulit untuk diperkirakan karena aliran dapat
menunjukkan sifat dari daerah aliran laminer maupun turbulen atau osilasi
antara keduanya. Pada beberapa tempat, aliran turbulen dibutuhkan untuk
pencampuran zat cair.
Kondisi aliran dengan garis-garis aliran yang saling bersilangan sehingga
terjadi percampuran antara bidang-bidang geser di dalam fluida. Aliran ini
terjadi jika viskositas fluida rendah dan kecepatan fluida tinggi. Aliran
turbulen memiliki bilangan Re > 4000 (Young, 2007).
dalam aliran
Keterangan:
F = faktor gesek.
8τ = tegangan geser pada dinding pipa.
𝜌 = kerapatan air (density).
V = kecepatan aliran.
3. Aliran Transisi
Aliran transisi yaitu merupakan salah satu aliran-aliran peralihan dari aliran
laminar ke aliran yang turbulen.
Kondisi aliran peralihan dari aliran laminer menjadi aliran turbulen atau
sebaliknya. Aliran transisi adalah rejim yang terjadi antara aliran laminar
dan aliran turbulen. Jadi aliran transisi adalah proses diantara terjadinya
aliran laminar ke aliran turbulen. Aliran transisi memiliki bilangan Re antara
2300–4000 (Ilhami, 2011).
Q = A х V [ m3.detik ].......................................(2.7)
c. Angka gesekan
ΔT.
0,5. .V 2
atau
Τ
f
0,5. .V 2 .......................................(2.8)
d. Tegangan geser
f . .V 2
8 ........................................(2.9)
e. Bilangan Reynolds
V .D
Re
........................................(2.10)
Dimana :
Bima Bakti 1415021024
10
Dimana :
V = kecepatan aliran (m)
Q = laju aliran (m3)
A = luas pipa (m2)
Bilangan Reynolds merupakan suatu parameter similaritas aliran yang
menjelaskan gaya-gaya yang bekerja pada sebuah benda bergerak relative
terhadap fluida yang melingkupinya. Bilangan ini berbanding lurus dengan
ukuran benda maupun kerapatan dan kecepatan relative fluida tersebut, dan
berbanding terbalik dengan viskositas fluida (Wright, 2006).
Menurut Wibishana (2009) bilangan Reynolds adalah rasio antara gaya inersia
terhadap viskos yang mengkuantifikasikan hubungan kedua gaya tersebut
dengan suatu kondisi aliran tertentu. Bilangan ini digunakan untuk
mengidentifikasikan jenis aliran yang berbeda. Rumus bilangan Reynolds
umumnya diberikan sebagai berikut:
𝑉 𝑥 𝑑 𝑝𝑖𝑝𝑎 𝑥 𝑝 𝑎𝑖𝑟
𝑅𝑒 = .........................................(2.11)
𝜇
Menurut Reynolds, ada tiga faktor yang mempengaruhi keadaan aliran yaitu
kekentalan zat cair, rapat massa zat cair, dan diameter pipa.Viskositas fluida
adalah benda yang dapat mengalami perubahan bentuk secara terus menerus
karena gaya gesek yang bekerja terhadapnya.Sifat yang erat hubungannya
dengan definisi ini adalah viskositas.
Cairan dan gas disebut fluida, sebab zat cair tersebut dapat mengalir. Untuk
mengerti aliran fluida maka harus mengetahui beberapa sifat dasar fluida.
Adapun sifat–sifat dasar fluida yaitu; kerapatan (density), berat jenis (specific
gravity), tekanan (pressure), kekentalan (viscosity).
Bima Bakti 1415021024
11
1. Kerapatan (Density)
2. Berat Jenis
𝑔
ρ𝑐 ( )
𝑐𝑚3
Untuk fluida cair SGc = 𝑔 ....................................(2.14)
𝜌𝑤 ( 3 )
𝑐𝑚
𝑔
𝜌𝑔 ( )
𝑐𝑚3
Untuk fluida cair SGg = 𝑔 ......................................(2.15)
𝜌𝑎 ( 3)
𝑐𝑚
Dimana :
3. Tekanan (Pressure)
F
P = 𝐴 [N/m2] ................................................(2.16)
Dimana :
P = tekanan (N/m2)
F = gaya (N)
padanya. Tekanan pada suatu sisi harus sama dengan tekanan pada sisi yang
berlawanan. Jika hal ini tidak benar, gaya netto yang bekerja pada kubus ini
tidak akan sama dengan nol, dan kubus ini akan bergerak hingga tekanan
yang bekerja menjadi sama..
Tekanan adalah sama disetiap arah dalam suatu fluida pada kedalaman
tertentu jika tidak demikian maka fluida akan bergerak. Tekanan dalam
cairan yang mempunyai kerapatan seragam akan bervariasi terhadap
kedalaman. Bayangan sebuah titik yang terletak pada kedalaman h dibawah
permukaan cairan. Bayangan sebuah titik yang terletak pada kedalaman h
dibawah permukaan cairan. Tekanan yang disebabkan oleh cairan pada
kedalaman h ini disebabkan oleh berat kolom cairan di atasnya.
Dengan demikian gaya yang bekerja pada luasan tersebut adalah
F = mg = ρAhg...................................................(2.17)
Dimana :
m adalah massa dari suatu benda (kg)
F adalah gaya yang bekerja (N)
Ah adalah volume kolom tersebut (m3)
ρ adalah kerapatan cairan (kg/m3)
g adalah percepatan gravitasi (m/s2)
4. Kekentalan (Viscosity)
Bima Bakti 1415021024
14
Kenaikan kecepatan dibagi oleh jarak dengan perubahan ini dibuat sama
dengan v/I disebut gradien kecepatan. Untuk menggerakkan lempengan
diatas memerlukan gaya, yang dapat dibuktikan dengan menggerakkan
lempengan datar melewati genangan fluida. Untuk fluida tertentu, diperoleh
bahwa gaya sebagai berikut:
FL kg
F= [ ] .............................................................(2.18)
I m2
Untuk fluida yang berbeda, fluida yang kental, diperlukan gaya yang lebih
besar. Tetapan kesebandingan untuk persamaan ini didefinisikan sebagai
koefisien kekentalan, η :
FL
η = ........................................................(2.19)
AV
Dimana :
F = gaya (kg/m2)
A = luasan fluida yang bersinggungan dengan setiap lempengan (m2)
Perhitungan gradien tekanan untuk aliran fluida multi fasa dalam pipa lebih
kompleks, dimana semua parameter yang digunakan merupakan parameter
gabungan dari fasa-fasa yang mengalir. Aliran multi fasa dapat berupa aliran
fluida minyak dan air ataupun aliran minyak gas, atau bahkan dari ketiga fasa
tersebut. Untuk menentukan parameter gabungan digunakan suatu parameter
penghubung yang disebut hold-up, yang jenisnya tergantung dari asumsi
kondisi kecepatan masing-masing fasa yang mengalir.
1. Hold-Up (H)
𝑉𝐿
𝐻𝐿 = .....................................................(2.20)
𝑉𝑃
𝑉𝑔
𝐻𝑔 = = 𝑙 − 𝐻𝐿 ...........................................(2.21)
𝑉𝑃
Asumsi yang digunakan dalam penggunaan parameter ini adalah fluida dan
gas mengalir dengan kecepatan yang sama. Besarnya no-slip hold-up untuk
cairan (no-slip liquid hold-up, ᵡL) dapat ditentukan dengan membandingkan
besarnya laju aliran volumetrik fluida dengan laju aliran volumetrik seluruh
fasa (gas dan fluida).
𝑞𝐿
∝𝐿 = .........................................(2.22)
𝑞𝐿 +𝑞𝑔
qL
∝L = ........................................(2.23)
qL +qg
Pada kondisi dimana terdapat perbedaan kecepatan aliran fluida dan gas,
maka viskositas campuran ditentukan dengan persamaan :
𝜇𝑚 = 𝜇𝐿 𝐻𝐿 + 𝜇𝑔 (𝑙 − 𝐻𝐿 )..............................(2.24)
Dan
𝜇𝑚 = 𝜇𝐿 𝐻 𝐿 . 𝜇𝑔 𝑙 − 𝐻𝐿 ...............................(2.25)
Pada kondisi dimana terdapat perbedaan kecepatan aliran fluida dan gas,
maka densitas campuran ditentukan dengan persamaan :
𝜌𝑚 = 𝜌𝐿 𝐻𝐿 + 𝜌𝑔 (𝑙 − 𝐻𝐿 )......................................(2.26)
c. Parameter Aliran
𝑞
𝑉𝑆 = ..................................................(2.27)
𝐴.𝐻
Dimana :
Keterangan :
𝑞𝐿
𝑉𝑠𝐿 = ..............................................(2.29)
𝐴𝐻𝐿
𝑞𝑔
𝑉𝑠𝐿 = ..........................................(2.30)
𝐴𝐻𝑔
𝜌𝑚 𝜕𝑉𝑚
(𝑁𝑅𝑒 )𝑚 = ............................................(2.31)
𝜇𝑚
∂p 𝑔 𝜌𝑚 𝑉𝑚 𝜕𝑉𝑚 𝜌𝑚 𝑉𝑚 𝜕𝑉𝑚
= 𝜌𝑚 cos 𝛼 + + ..................(2.32)
∂z 𝑔𝑐 𝑔𝑐 ∂z 2𝑔𝑐 d
1. Tabung Venturi
Tabung Venturi adalah sebuah pipa yang memiliki bagian yang menyempit
Dua contoh tabung venturi adalah karburator mobil dan venturimeter.
a. Karburator, berfungsi untuk menghasilkan campuran bahan bakar dengan
udara, kemudian campuran ini dimasukkan kedalam silinder-silinder
mesin untuk tujuan pembakaran.
b. Venturimeter, tabung venturi adalah dasar dari venturimeter, yaitu alat
yang dipasang didalam suatu pipa aliran untuk mengukur kelajuan cairan.
2. Tabung Pitot
Tabung Pitot adalah alat ukur yang digunakan untuk mengukur kelajuan gas.
3. Penyemprot Parfum
Penyemprot Parfum adalah salah satu contoh Hukum Bernoulli. Ketika
Anda menekan tombol ke bawah, udara dipaksa keluar dari bola karet
termampatkan melalui lubang sempit diatas tabung silinder yang
memanjang ke bawah sehingga memasuki cairanparfum.Semburan udara
yang bergerak cepat menurunkan tekanan udara pada bagian atas tabung,
dan menyebabkan tekanan atmosfer pada permukaan cairan memaksa cairan
naik keatas tabung. Semprotan udara berkelajuan tinggi meniup cairan
parfum sehingga cairan parfum dikeluarkan sebagai semburan kabut halus.
4. Penyemprot Racun Serangga
Penyemprot racun serangga hampir sama prinsip kerjanya dengan
penyemprot parfum. Jika pada penyemprot parfum dengan menekan tombol,
maka pada penyemprot racun serangga dengan menekan masuk batang
penghisap.
5. Gaya Angkat Sayap Pesawat Terbang
Gaya Angkat Sayap Pesawat Terbang juga merupakan salah satu contoh
Hukum Bernoulli. Pada dasarnya, ada empat buah gaya yang bekerja pada
sebuah pesawat terbang yang sedang mengangkasa.
a. Berat pesawat yang disebabkan oleh gaya gravitasi bumi.
b. Gaya angkat yang dihasilkan oleh kedua sayap pesawat.
c. Gaya ke depan yang disebabkan oleh mesin pesawat.
d. Gaya hambatan yang disebabkan oleh gerakan udara.
F. Persamaan Kontuinitas
Gerak fluida didalam suatu tabung aliran haruslah sejajar dengan dinding
tabung. Meskipun besar kecepatan fluida dapat berbeda dari suatu titik ke titik
lain didalam tabung. Pada gambar menunjukkan tabung aliran untuk
membuktikan persamaan kontinuitas.
Persamaan dasar kehilangan tekanan pada sistem aliran fluida dalam pipa
dikembangkan dari persamaan kesetimbangan energi, yang merupakan
kesetimbangan energi dua titik didalam satu sistem aliran.
Pada gambar menyatakan bahwa besarnya energi yang masuk ke dalam pipa
pada titik A, ditambah dengan kerja yang dilakukan fluida sepanjang pipa
antara titik A dan titik B, dikurangi dengan energi yang hilang selama fluida
mengali antara kedua titik tersebut sama dengan besarnya energi yang keluar
dari pipa pada titik B. Pernyataan tersebut disebut juga hukum konversi energi ,
yang secara matematis dapat ditulis dengan persamaan berikut :
m v1 m g z1 m v2 m g z 2
2 2
U1 p1 V1 q w U 2 p2 V2 ................(2.33)
2gc gc 2gc gc
Parameter-parameter yang bekerja pada sistem kesetimbangan tersebut antara
lain adalah :
2. Energi Kinetik
Merupakan energi yang timbul berkaitan dengan kecepatan aliran fluida.
3. Energi Potensial
4. Energi Ekspansi ( pV )
Sering juga disebut dengan energi kompresi atau energi tekanan, yaitu
energi yang menunjukkan besarnya kerja selama fluida mengalir, atau
besarnya energi potensial jika dihubungkan dengan perubahan tekanan.
5. Perpindahan Panas ( q )
Merupakan parameter yang menyatakan besarnya energi panas yang masuk
maupun yang meninggalkan sistem.
6. Kerja (W )
Menyatakan besarnya kerja yang dilakukan terhadap ataupun oleh sistem.
Parameter W dapat berharga positif ataupun negatif, tergantung dari
kedudukan kerja itu sendiri. Apabila kerja yang ada mengakibatkan aliran
fluida, seperti halnya pada pompa, maka W berharga negatif. Sedangkan W
akan berharga positif apabila kerja timbul karena adanya aliran fluida,
seperti pada sistem turbin.
Prinsip aliran fluida dalam pipa sering dijumpai dalam kehidupan sehari-hari,
misalnya pada :
1. Distribusi air dari PDAM ke rumah-rumah.
2. Sistem irigasi yang mengunakan aliran pipa.
3. Pengaliran air dari waduk ke turbin PLTA.
Dalam pengaliran tersebut akan terjadi kehilangan energi yang terdiri dari :
Sistem jaringan pipa merupakan komponen utama dari sistem distribusi air
bersih atau air minum suatu perkotaan. Dalam perkembangannya, sistem
instalasi pipa memerlukan pengawasan dan perawatan yang kontinu, hal ini
untuk mengurangi kerugian-kerugian akibat kondisi instalasi yang salah
satunya dipengaruhi umur pipa.
Jaringan pipa air bersih atau instalasi air bersih adalah suatu jaringan pipa yang
digunakan untuk mengalirkan atau mendistribusikan air ke masyarakat. Aliran
terjadi karena adanya perbedaan tinggi tekanan di kedua tempat, tekanan
terjadi karena adanya perbedaan elevasi muka air atau karena digunakannya
pompa yang lebih sering untuk mengalirkan air dari tempat yang rendah ke
tempat yang lebih tinggi. Penggunaan pompa dapat pula bertujuan untuk
mengurangi adanya faktor gesekan antara aliran air.
Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum gesekan aliran dalam
pipa ini adalah sebagai berikut.
1. Flow meter
3. Pompa Sentrifugal
7. Mistar
B. Prosedur Percobaan
Adapun prosedur percobaan yang dilakukan pada saat pengambilan data adalah
sebagai berikut.
A. Data
Adapun data yang didapatkan pada praktikum gesekan aliran dalam pipa
adalah sebagai berikut.
P1 (cm) P2 (cm)
Bukaan Debit
Jenis Pipa RE F
katup L/m
h1 h2 h1 h2
B. Pembahasan
Berikutnya adalah dengan mengatur bukaan pada pipa dengan variasi sudut
bukaan sebesar 90°, 60°dan 30°, setelah katup-katup di setting pada posisi yang
diinginkan kemudian pompa dihidupkan. Kemudian dilanjutkan dengan
melakukan pengambilan data laju aliran volume air (debit aliran) dan beda
ketinggian air raka h1 dan h2 yang terjadi pada manometer. Langkah berikutnya
adalah mengulangi langkah-langkah diatas dengan variasi bukaan katup
pengatur aliran yang berbeda-beda yaitu 90°, 60°, 30° dan melakukan
pengujian pada pipa segitiga dengan langkah-langkah yang sama seperti pada
pengujian pipa galvanis dengan mencatat semua data yang diperoleh.
Adapun pembahasan dari praktikum gesekan aliran dalam pipa adalah sebagai
berikut.
a. Grafik hubungan antara friction dengan RE pada pipa segitiga
0.00035
0.0003
30°
0.00025
Friction 0.0002
60°
90°
0.00015
0.0001
0.00005
0
0 200000 400000 600000 800000
RE
Gambar 4.1 Grafik hubungan antara friction dengan RE pada pipa segitiga
Kemudian yang kedua yaitu dengan bukaan katup sebesar 60° besaran debit
yang diperoleh adalah 25,5 L/m dengan perbedaan ketinggian air raksa h1
dan h2 pada tekanan pertama sebesar 17 cm dan 5,2 cm lalu perbedaan
ketinggian air raksa h1 dan h2 adalah 15 cm dan 6,2 cm dengan Reynolds
sebesar 596.002,105 dan nilai friction yang diperoleh adalah sebesar
2,038x10-4. Dan yang terakhir atau yang ketiga adalah dengan menggunkan
katup 30° besaran debit yang di peroleh adalah sebesar 17 L/m dan
perbedaan ketinggian air raksa h1 dan h2 pada tekanan pertama adalah
sebesar 18 cm dan 2,3 cm dan perbedaan ketinggian h1 dan h2 yang di
peroleh pada tekanan kedua adalah sebesar 19,6 cm dan 3,3 cm. Serta
0.00025
0.0002
30°
Friction
0.00015
0.0001
90°
0.00005 60°
0
0 200000 400000 600000 800000 1000000
RE
Gambar 4.2 Grafik hubungan antara friction dengan RE pada pipa lingkaran
Berikutnya adalah pada percobaan kedua yaitu dengan bukaan katup sebesar
60° besaran debit yang diperoleh adalah 25 L/m dengan perbedaan
ketinggian air raksa h1 dan h2 pada tekanan pertama sebesar 18,2 cm dan 2,2
cm lalu perbedaan ketinggian air raksa h1 dan h2 pada tekanan dua adalah
19,5 cm dan 2,8 cm dengan Reynolds sebesar 787.290 dan nilai friction
yang diperoleh adalah sebesar 6,023x10-5. Serta yang terakhir atau yang
ketiga adalah dengan menggunakan katup 30° besaran debit yang diperoleh
Bima Bakti 1415021024
31
adalah sebesar 17 L/m dan perbedaan ketinggian air raksa h1 dan h2 pada
tekanan pertama adalah sebesar 19,2 cm dan 3,8 cm dan perbedaan
ketinggian h1 dan h2 yang di peroleh pada tekanan kedua adalah sebesar 20,4
cm dan 2,6 cm. Kemudian bilangan Reynolds yang diperoleh adalah
535.360 dan faktor gesekan yang terjadi adalah 2,038x10-4.
Dari data dan grafik di atas dapat dilihat bahwa faktor gesekan aliran dalam
pipa (Friction) yang terbesar terjadi pada bukaan katup 30°. Hal tersebut
dapat dipengaruhi karena besarnya tekanan aliran air yang melewati pipa
yang dapat ditunjukan pada manometer air raksa. Selain itu debit terbesar
adalah pada bukaan katup 90° karena tekanan yang terjadi pada bukaan
tersebut adalah yang terkecil. Dimana hal itu menunjukan bahwa semakin
kecil tekanan yang terjadi maka semakin besar debit yang akan melewati
pipa. Dari hal tersebut maka didapatkan pula bilangan Reynolds terbesar pun
ada pada percobaan dengan bukaan katup sebesar 90°.
V. PENUTUP
A. Simpulan
Adapun simpulan yang diperoleh dari percobaan gesekan aliran dalam pipa
adalah sebagai berikut:
1. Semakin kecil bukaan katup maka maka semakin besar tekanan dan faktor
gesekan yang terjadi semakin besar.
2. Semakin banyak sudut-sudut pada pipa maka semakin besar pula tekanan
yang terjadi dan semakin besar pula nilai Reynolds yang bisa didapat.
3. Semakin besar bukaan katup maka semakin kecil tekanan yang terjadi.
4. Semakin kecil tekanan yang terjadi maka debit dan nilai Reynolds akan
semakin besar.
B. Saran
Adapun saran yang dapat diberikan pada praktikum kali ini agar lebih baik
pada praktikum selanjutnya adalah.
DAFTAR PUSTAKA
Ilhami, Dhiniah Nur, dkk. 2011. Laporan Praktikum Pendukung Proses Aliran
Fluida. Bandung: Politeknik Negeri Bandung
Sumantri, Agus, dkk. 2012. Praktikum Dasar Teknik Kimia Aliran Fluida.
Yogyakarta: Universitas Pembangunan nasional “veteran” Yogyakarta