Anda di halaman 1dari 37

i

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ........................................................................................................... i

DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ iii

DAFTAR TABEL ................................................................................................ iv

I. PENDAHULUAN .............................................................................................. 1

A. Latar Belakang ............................................................................................. 1

B. Tujuan Praktikum ........................................................................................... 2

II. TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................... 3

A. Definisi ......................................................................................................... 3

B. Aliran Fluida Satu Fasa dalam Pipa ............................................................. 4

C. Sifat-Sifat Dasar Fluida .............................................................................. 10

D. Aliran Fluida Multi Fasa dalam Pipa ......................................................... 15

E. Penerapan Hukum Bernoulli ...................................................................... 18

F. Persamaan Kontuinitas ............................................................................... 20

G. Persamaan Kesetimbangan Energi ............................................................. 20

H. Aplikasi Aliran Fluida ................................................................................ 22

III. METODOLOGI PENELITIAN ................................................................. 24

A. Alat dan Bahan ........................................................................................... 24

B. Prosedur Percobaan ...................................................................................... 26

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ..................................................................... 27

A. Data ............................................................................................................ 27

Bima Bakti 1415021024


ii

B. Pembahasan ................................................................................................ 28

V. PENUTUP ....................................................................................................... 32

A. Simpulan .................................................................................................... 32

B. Saran ........................................................................................................... 32

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 33

Bima Bakti 1415021024


iii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Aliran dalam pipa ................................................................................ 4

Gambar 2.2 Aliran Laminer .................................................................................... 6

Gambar 2.3 Aliran Turbulen ................................................................................... 7

Gambar 2.4 Diagram Moody ................................................................................... 8

Gambar 2.5 Aliran Transisi ..................................................................................... 9

Gambar 2.6 Sebuah kubus .................................................................................... 13

Gambar 2.7 Perbandingan Perhitungan Viskositas Campuran ............................. 17

Gambar 2.8 Tabung aliran membuktikan persamaan kontuinitas ......................... 20

Gambar 2.9 Sistem aliran dalam pipa ................................................................... 21

Gambar 3.1 Flow meter......................................................................................... 24

Gambar 3.2 Manometer air raksa tabung U .......................................................... 24

Gambar 3.3 Pompa Sentrifugal ............................................................................. 25

Gambar 3.4 Bak penampung ................................................................................. 25

Gambar 3 5 Katup pengatur aliran pipa yang akan di uji ..................................... 25

Gambar 3.6 Pipa Galvanis 1 Inci .......................................................................... 25

Gambar 3.7 Mistar ................................................................................................ 26

Gambar 4.1 Grafik hubungan antara friction dengan RE pada pipa segitiga........ 29

Gambar 4.2 Grafik hubungan antara friction dengan RE pada pipa lingkaran ..... 30

Bima Bakti 1415021024


iv

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Data hasil percobaan ............................................................................. 27

Bima Bakti 1415021024


1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pada saat ini teknologi semakin maju khususnya pada pengembangan bentuk
pipa, para ahli dan ilmuwan selalu berusaha untuk mencari penemuan-
penemuan baru pada bentuk perpipaan yang lebih aerodinamis untuk
mengurangi separasi dan drag, misalnya pada industri-industri otomotif,
aeroplane, dan perkapalan. Demikian juga pada industri yang banyak
menggunakan instalasi perpipaan yang berfungsi untuk mengalirkan fluida ke
tempat tujuan. Pada instalasi ini, banyak dipakai sambungan yang berfungsi
untuk membelokan, membagi aliran menjadi bercabang dan menggabungkan
aliran. Dalam pengaplikasiannya sering dijumpai masalah aliran fluida didalam
pipa, seperti pada aliran baik gas atau cairan pada suatu sistem perpipaan
pabrik atau kilang. Banyak asalah dalam perancangan suatu perpipaan yang
dapat dikembangkan dari dasar aliran fluida. Seperti diketahui masalah pokok
aliran fluida dalam pipa selalu mempertimbangkan masalah-masalah sifat
aliran fluida kerjanya dan diakibatkan oleh timbulnya bentuk fisik pipa.

Percobaan Mekanika Fluida didasari oleh percobaan-percobaan tekanan


hidrostatis dan untuk membuktikan percobaan-percobaan dari Newton yang
lebih dikenal dengan hukum Newton, dimana kekentalan zat cair menyebabkan
terbentuknya gaya-gaya geser antara dua elemen zat cair. Keberadaan
kekentalan menyebabkan terjadinya kehilangan tenaga selama pengaliran atau
diperlukan energi untuk menjamin adanya aliran.

Selain dari percobaan Newton, percobaan mekanika fluida juga mengacu pada
persamaan Bernaulli dimana percobaan mekanika fluida merupakan suatu
BUDI PRASETYA 1415021025
2

perkembangan dari percobaan Newton. Setiap aliran melalui pipa atau aliran
fluida atau saluran terbuka melalui sekeliling suatu objek akan senantiasa
menimbulkan hambatan disebabkan gesekan antara fluida dan permukaan. Dari
hasil eksperimen diperoleh bahwa koefisien gesekan untuk pipa merupakan
fungsi dari bilangan reynold (Re).

B. Tujuan Praktikum

Adapun tujuan dari praktikum percobaan gesekan aliran dalam pipa adalah
untuk mengetahui seberapa besar pengaruh kecepatan aliran, sifat–sifat fluida,
dimensi dan bahan pipa terhadap kerugian akibat gesekan aliran fluida dalam
pipa.

Bima Bakti 1415021024


3

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi

Gesekan aliran merupakan hambatan berupa gesekan dalam pipa fluida yang
mengakibatkan berkurangnya laju aliran dan penurunan tekanan. Besarnya
hambatan aliran karena gesekan sangat tergantung dari kekasaran dinding pipa.
Dari hasil bebagai percobaan diketahui bahwa makin kasar dinding pipa makin
besar terjadinya penurunan atau kehilangan tekanan aliran (Sihombing, 2010).

Gesekan antara aliran fluida dengan permukaan sudut-sudut dinding pompa


menyebabkan sebagian energi yang diangkut oleh aliran air hilang untuk
mengatasi gesekan-gesekan tersebut (Soekardi, 2015).

Aliran dalam pipa adalah aliran zat cair atau fluida pada saluran tertutup yang
biasanya berpenampang lingkaran yang digunakan untuk mengalirkan fluida
dengan tampang aliran penuh. Fluida atau zat cair (termasuk uap air dan gas)
dibedakan dari benda padat karena kemampuannya untuk mengalir. Fluida
lebih mudah mengalir karena ikatan molekul dalam fluida jauh lebih kecil dari
ikatan molekul dalam zat padat, akibatnya fluida mempunyai hambatan yang
relatif kecil pada perubahan bentuk karena gesekan. Zat padat mempertahankan
suatu bentuk dan ukuran yang tetap, sekalipun suatu gaya yang besar diberikan
pada zat padat tersebut, zat padat tidak mudah berubah bentuk maupun
volumenya, sedangkan zat cair dan gas, zat cair tidak mempertahankan bentuk
yang tetap, zat cair mengikuti bentuk wadahnya dan volumenya dapat diubah
hanya jika diberikan padanya gaya yang sangat besar dan gas tidak mempunyai
bentuk dan maupun volume yang tetap, gas akan berkembang mengisi seluruh
BUDI PRASETYA 1415021025
4

wadah. Karena fase cair dan gas tidak mempertahankan suatu bentuk yang
tetap, keduanya mempunyai kemampuan untuk mengalir. Dengan demikian
kedua-duanya sering secara kolektif disebut sebagai fluida

Gambar 2.1 Aliran dalam pipa


(Sumber : Sihombing, 2010)

Fluida yang di alirkan melalui pipa bisa berupa zat cair atau gas dan tekanan
bisa lebih besar atau lebih kecil dari tekanan atmosfer. Apabila zat cair di
dalam pipa tidak penuh maka aliran termasuk dalam aliran saluran terbuka atau
karena tekanan di dalam pipa sama dengan tekanan atmosfer (zat cair didalam
pipa tidak penuh), aliran temasuk dalam pengaliran terbuka. Karena
mempunyai permukaan bebas, maka fluida yang dialirkan dalah zat cair.
Tekanan dipermukaan zat cair disepanjang saluran terbuka adalah tekanan
atmosfer.

B. Aliran Fluida Satu Fasa dalam Pipa

Faktor yang menentukan dalam perhitungan kehilangan tekanan pada aliran


fluida dalam pipa adalah faktor gesekan (friction factor) antara fluida yang
mengalir dengan dinding pipa. Faktor gesekan didefinisikan sebagai

Bima Bakti 1415021024


5

perbandingan antara shear stress fluida dengan energi kinetik persatuan


volume, atau secara matematis dapat ditulis sebagai berikut :

𝜏 2𝜏𝑤𝑔𝑐
𝑓 = 𝑝𝑣 2 𝑤 = ..................................................(2.1)
⁄2𝑔 𝜌𝑣 2
𝑐

Besarnya gradien tekanan yang disebabkan oleh faktor gesekan, ditunjukkan


pada persamaan yaitu

𝜕𝜌 𝑓𝜌𝑣 2
( 𝜕𝑧 ) = 2𝑔 𝑑 ...................................................(2.2)
𝑐

Faktor gesekan merupakan fungsi dari dua parameter yang tidak berdimensi,
yaitu kekasaran relatif pipa (relatif roughness) dan bilangan Reynold
(Reynold’s number, NRe). Kekasaran relatif pipa sendiri adalah perbandingan
antara kekasaran absolut (absolute roughness, €), yang diketahui untuk setiap
jenis pipa, dengan diameter pipa (d, ft). Sedangkan besarnya bilangan Reynold
dapat ditentukan dengan persamaan berikut :

𝜌𝜕𝑣
𝑁𝑅𝑒 = ...............................................(2.3)
𝜇

Penentuan faktor gesekan pada aliran fluida satu fasa, tergantung dari jenis
alirannya. Pada fluida dengan bilangan Reynold kurang dari 2000, maka aliran
yang terjadi adalah aliran laminer, dimana kecepatan alirannya membentuk
profil parabola dengan kecepatan maksimal pada tengah pipa. Untuk fluida
dengan bilangan Reynold lebih dari 4000, yang terbentuk adalah aliran
turbulen. Sedangkan aliran yang terjadi pada fluida dengan bilangan Reynold
antara 2000 dan 4000 adalah aliran transisi.

1. Aliran Laminer

Laminer bersal dari bahasa latin thin plate yang berarti plate tipis atau aliran
sangat halus. Pada aliran laminer, gaya viscous (gesek) yang relatif besar
mempengaruhi kecepatan aliran sehingga semakin mendekati dinding pipa,
semakin rendah kecepatannya. Secara teori, aliran ini berbentuk parabola

Bima Bakti 1415021024


6

dengan bagian tengah mempunyai kecepatan paling pinggir mempunyai


kecepatan paling rendah akibat adanya gaya gesekan.

Kondisi aliran dengan garis-garis aliran mengikuti jalur yang sejajar


sehingga tidak terjadi percampuran antara bidang-bidang geser fluida.
Dengan jenis aliran ini maka partikel-partikel fluida mengalir secara sejajar
dengan sumbu tabung. Aliran ini terjadi jika viskositas fluida tinggi dan
kecepatan fluida rendah. Aliran laminar memiliki bilangan Re < 2300
(Sumantri, 2012).

Pewarna (tinta) l Pintasan gerak partikel

Dalam aliran

Gambar 2.2 Aliran Laminer


(Sumber : Sumantri, 2012)

Pada aliran laminer, faktor gesekan dapat ditentukan dengan persamaan :

64
𝑓= ......................................................(2.4)
𝑁𝑅𝑒

Dari persamaan diatas diketahui bahwa pada aliran laminer, besarnya faktor
gesekan hanya dipengaruhi oleh bilangan Reynold fluida, dan tidak
tergantung pada kekasaran pipa.

2. Aliran Turbulen

Pada aliran turbulen, gaya momentum aliran lebih besar dibandingkan gaya
gesekan dan pengaruh dari dinding pipa menjadi kecil. Karenanya aliran
turbulen memberikan profil kecepatan yang lebih seragam dibandingkan
aliran laminer, walaupun pada lapisan fluida dekat dinding pipa tetap
Bima Bakti 1415021024
7

laminer. Profil kecepatan pada daerah transisi antara laminer dan turbulen
dapat tidak stabil dan sulit untuk diperkirakan karena aliran dapat
menunjukkan sifat dari daerah aliran laminer maupun turbulen atau osilasi
antara keduanya. Pada beberapa tempat, aliran turbulen dibutuhkan untuk
pencampuran zat cair.
Kondisi aliran dengan garis-garis aliran yang saling bersilangan sehingga
terjadi percampuran antara bidang-bidang geser di dalam fluida. Aliran ini
terjadi jika viskositas fluida rendah dan kecepatan fluida tinggi. Aliran
turbulen memiliki bilangan Re > 4000 (Young, 2007).

zat pewarna (tinta) lintasan gerak partikel

dalam aliran

Gambar 2.3 Aliran Turbulen


(Sumber : Young, 2007)

Untuk pipa-pipa halus dan kasar hukum-hukum tahanan universal dapat


diturunkan dari :
8𝜏
𝑓 ...............................................(2.5)
𝜌𝑉 2

Keterangan:
F = faktor gesek.
8τ = tegangan geser pada dinding pipa.
𝜌 = kerapatan air (density).
V = kecepatan aliran.

Untuk menentukan tegangan geser yang ditimbulkan oleh turbulensi,


dipandang aliran zat cair melalui suatu elemen dengan luas dA.

Bima Bakti 1415021024


8

Selain dengan menggunakan persamaan-persamaan diatas, besarnya faktor


gesekan terutama untuk aliran tubulen, dapat ditentukan menggunakan
kurva pada gambar dengan mengetahui jenis dan diameter pipa serta
bilangan Reynold fluidanya.

Gambar 2.4 Diagram Moody


(Sumber : Young, 2007)

3. Aliran Transisi

Aliran transisi yaitu merupakan salah satu aliran-aliran peralihan dari aliran
laminar ke aliran yang turbulen.

Kondisi aliran peralihan dari aliran laminer menjadi aliran turbulen atau
sebaliknya. Aliran transisi adalah rejim yang terjadi antara aliran laminar
dan aliran turbulen. Jadi aliran transisi adalah proses diantara terjadinya
aliran laminar ke aliran turbulen. Aliran transisi memiliki bilangan Re antara
2300–4000 (Ilhami, 2011).

Bima Bakti 1415021024


9

Gambar 2.5 Aliran Transisi


(Sumber : Ilhami, 2011)
Jenis aliran fluida didalam pipa tergantung pada beberapa faktor, yaitu :
a. Kecepatan fluida (V) didefinisikan besarnya debit aliran yang mengalir
persatuan luas.
Q m
V= .................................................(2.6)
A detik

b. Debit (Q) didefinisikan suatu kecepatan aliran fluida yang memberikan


banyaknya volume fluida dalam pipa.

Q = A х V [ m3.detik ].......................................(2.7)

c. Angka gesekan
ΔT.

0,5. .V 2
atau
Τ
f 
0,5. .V 2 .......................................(2.8)

d. Tegangan geser

f . .V 2

8 ........................................(2.9)
e. Bilangan Reynolds
V .D
Re 
 ........................................(2.10)
Dimana :
Bima Bakti 1415021024
10

Re < 2000 = Aliran laminer


2000 < Re < 4000 = Aliran transisi
Re > 4000 = Aliran turbulen

Dimana :
V = kecepatan aliran (m)
Q = laju aliran (m3)
A = luas pipa (m2)
Bilangan Reynolds merupakan suatu parameter similaritas aliran yang
menjelaskan gaya-gaya yang bekerja pada sebuah benda bergerak relative
terhadap fluida yang melingkupinya. Bilangan ini berbanding lurus dengan
ukuran benda maupun kerapatan dan kecepatan relative fluida tersebut, dan
berbanding terbalik dengan viskositas fluida (Wright, 2006).

Menurut Wibishana (2009) bilangan Reynolds adalah rasio antara gaya inersia
terhadap viskos yang mengkuantifikasikan hubungan kedua gaya tersebut
dengan suatu kondisi aliran tertentu. Bilangan ini digunakan untuk
mengidentifikasikan jenis aliran yang berbeda. Rumus bilangan Reynolds
umumnya diberikan sebagai berikut:
𝑉 𝑥 𝑑 𝑝𝑖𝑝𝑎 𝑥 𝑝 𝑎𝑖𝑟
𝑅𝑒 = .........................................(2.11)
𝜇

Menurut Reynolds, ada tiga faktor yang mempengaruhi keadaan aliran yaitu
kekentalan zat cair, rapat massa zat cair, dan diameter pipa.Viskositas fluida
adalah benda yang dapat mengalami perubahan bentuk secara terus menerus
karena gaya gesek yang bekerja terhadapnya.Sifat yang erat hubungannya
dengan definisi ini adalah viskositas.

C. Sifat-Sifat Dasar Fluida

Cairan dan gas disebut fluida, sebab zat cair tersebut dapat mengalir. Untuk
mengerti aliran fluida maka harus mengetahui beberapa sifat dasar fluida.
Adapun sifat–sifat dasar fluida yaitu; kerapatan (density), berat jenis (specific
gravity), tekanan (pressure), kekentalan (viscosity).
Bima Bakti 1415021024
11

1. Kerapatan (Density)

Kerapatan atau density dinyatakan dengan ρ (ρ adalah huruf kecil Yunani


yang dibaca “rho”), didefinisikan sebagai massa per satuan volume.
m
𝜌= ...............................................................(2.12)
v
Dimana :
𝜌 = kerapatan (kg/m3)
m = massa benda (kg)
v = volume (m3)

Pada persamaan diatas, dapat digunakan untuk menuliskan massa dengan


persamaan sebagai berikut :
m = 𝜌 x v..............................................................(2.13)
Dimana :
𝜌 = kerapatan (kg/m3)
m = massa benda (kg)
v = volume (m3)

Kerapatan adalah suatu sifat karakteristik setiap bahan murni. Benda


tersusun atas bahan murni, misalnya emas murni, yang dapat memiliki
berbagai ukuran ataupun massa, tetapi kerapatannya akan sama untuk
semuanya. Satuan SI untuk kerapatan adalah kg/m3. Kadang kerapatan
diberikan dalam g/cm3. Dengan catatan bahwa jika kg/m3 = 1000 g/(100
cm)3, kemudian kerapatan yang diberikan dalam g/cm3 harus dikalikan
dengan 1000 untuk memberikan hasil dalam kg/m3. Dengan demikian
kerapatan air adalah 1,00 g/cm3, akan sama dengan 1000 kg/m3.

2. Berat Jenis

Berat jenis suatu bahan didefinikan sebagai perbandingan kerapatan bahan


terhadap kerapatan air. Berat jenis (specific gravity disingkat SG) adalah
besaran murni tanpa dimensi maupun satuan, dinyatakan pada persamaan
sebagai berikut

Bima Bakti 1415021024


12

𝑔
ρ𝑐 ( )
𝑐𝑚3
Untuk fluida cair SGc = 𝑔 ....................................(2.14)
𝜌𝑤 ( 3 )
𝑐𝑚

𝑔
𝜌𝑔 ( )
𝑐𝑚3
Untuk fluida cair SGg = 𝑔 ......................................(2.15)
𝜌𝑎 ( 3)
𝑐𝑚

Dimana :

ρc = massa jenis cairan (g/cm3)

ρw= massa jenis air (g/cm3)

ρg = massa jenis gas (g/cm3)

ρa = massa jenis udara (g/cm3)

3. Tekanan (Pressure)

Tekanan didefinisikan sebagai gaya per satuan luas, dengan gaya F


dianggap bekerja secara tegak lurus terhadap luas permukaan A, maka :

F
P = 𝐴 [N/m2] ................................................(2.16)

Dimana :

P = tekanan (N/m2)

F = gaya (N)

A = luas permukaan (m2)

Konsep tekanan sangat berguna terutama dalam berurusan dengan fluida.


Sebuah fakta eksperimental menunjukkan bahwa fluida menggunakan
tekanan ke semua arah. Hal ini sangat dikenal oleh para perenang dan juga
penyelam yang secara langsung merasakan tekanan air pada seluruh bagian
tubuhnya. Pada titik tertentu dalam fluida diam, tekanan sama untuk semua
arah. Ini diilustrasikan dalam gambar 2.5. Bayangan fluida dalam sebuah
kubus kecil sehingga kita dapat mengabaikan gaya gravitasi yang bekerja

Bima Bakti 1415021024


13

padanya. Tekanan pada suatu sisi harus sama dengan tekanan pada sisi yang
berlawanan. Jika hal ini tidak benar, gaya netto yang bekerja pada kubus ini
tidak akan sama dengan nol, dan kubus ini akan bergerak hingga tekanan
yang bekerja menjadi sama..

Gambar 2.6 Sebuah kubus


(Sumber : Young, 2007)

Tekanan adalah sama disetiap arah dalam suatu fluida pada kedalaman
tertentu jika tidak demikian maka fluida akan bergerak. Tekanan dalam
cairan yang mempunyai kerapatan seragam akan bervariasi terhadap
kedalaman. Bayangan sebuah titik yang terletak pada kedalaman h dibawah
permukaan cairan. Bayangan sebuah titik yang terletak pada kedalaman h
dibawah permukaan cairan. Tekanan yang disebabkan oleh cairan pada
kedalaman h ini disebabkan oleh berat kolom cairan di atasnya.
Dengan demikian gaya yang bekerja pada luasan tersebut adalah

F = mg = ρAhg...................................................(2.17)

Dimana :
m adalah massa dari suatu benda (kg)
F adalah gaya yang bekerja (N)
Ah adalah volume kolom tersebut (m3)
ρ adalah kerapatan cairan (kg/m3)
g adalah percepatan gravitasi (m/s2)

4. Kekentalan (Viscosity)
Bima Bakti 1415021024
14

Kekentalan (Viscosity) didefinisikan sebagai gesekan internal atau gesekan


fluida terhadap wadah dimana fluida itu mengalir. Ini ada dalam cairan atau
gas, dan pada dasarnya adalah gesekan antar lapisan fluida yang berdekatan
ketika bergerak melintasi satu sama lain atau gesekan antara fluida dengan
wadah tempat ia mengalir. Dalam cairan, kekentalan disebabkan oleh gaya
kohesif antara molekul-molekulnya sedangkan gas, berasal tumbukan
diantara molekul-molekul tersebut. Kekentalan fluida yang berbeda dapat
dinyatakan secara kuantatif dengan koefisien kekentalan, η yang
didefinisikan seperti fluida diletakkan diantara dua lempengan datar. Salah
satu lempengan diam dan yang lain dibuat bergerak. Fluida yang secara
langsung bersinggungan dengan masing-masing lempengan ditarik pada
permukaanya oleh gaya rekat diantara molekul-molekul cairan dengan
kedua lempengan tersebut. Dengan demikian permukaan fluida sebelah atas
bergerak dengan laju v yang seperti lempengan atas, sedangkan fluida yang
bersinggungan dengan lempengan diam bertahan diam.

Kenaikan kecepatan dibagi oleh jarak dengan perubahan ini dibuat sama
dengan v/I disebut gradien kecepatan. Untuk menggerakkan lempengan
diatas memerlukan gaya, yang dapat dibuktikan dengan menggerakkan
lempengan datar melewati genangan fluida. Untuk fluida tertentu, diperoleh
bahwa gaya sebagai berikut:

FL kg
F= [ ] .............................................................(2.18)
I m2

Untuk fluida yang berbeda, fluida yang kental, diperlukan gaya yang lebih
besar. Tetapan kesebandingan untuk persamaan ini didefinisikan sebagai
koefisien kekentalan, η :

FL
η = ........................................................(2.19)
AV

Dimana :
F = gaya (kg/m2)
A = luasan fluida yang bersinggungan dengan setiap lempengan (m2)

Bima Bakti 1415021024


15

V = kecepatan fluida (m/detik2)


L = Jarak lempengannya (m2)
η = koefisien kekentalan (pa.s)

Penyelesaian untuk η, kita peroleh η = FI/vA. Satuan SI untuk η adalah


N.s/m2 = Pa.s (pascal.detik). Dalam sistem cgs, satuan ini adalah
dyne.s/cm2 dan satuan ini disebut poise (P). Kekentalan sering dinyatakan
dalam centipoises (cP), yaitu 1/100 poise.

D. Aliran Fluida Multi Fasa dalam Pipa

Perhitungan gradien tekanan untuk aliran fluida multi fasa dalam pipa lebih
kompleks, dimana semua parameter yang digunakan merupakan parameter
gabungan dari fasa-fasa yang mengalir. Aliran multi fasa dapat berupa aliran
fluida minyak dan air ataupun aliran minyak gas, atau bahkan dari ketiga fasa
tersebut. Untuk menentukan parameter gabungan digunakan suatu parameter
penghubung yang disebut hold-up, yang jenisnya tergantung dari asumsi
kondisi kecepatan masing-masing fasa yang mengalir.

1. Hold-Up (H)

Asumsi yang digunakan dalam penggunaan parameter ini adalah kecepatan


aliran antara fluida dan fasa gas berbeda. Hold-up untuk cairan (liquid hold-
up, HL) didefinisikan sebagai perbandingan antara volume pipa yang terisi
oleh fluida dengan volume pipa secara keseluruhan. Sedangkan untuk gas
hold-up, merupakan perbandingan antara volume pipa yang terisi oleh gas
dengan volume pipa secara keseluruhan. Kedua pengertian tersebut secara
matematis dapat dituliskan dengan persamaan :

𝑉𝐿
𝐻𝐿 = .....................................................(2.20)
𝑉𝑃

𝑉𝑔
𝐻𝑔 = = 𝑙 − 𝐻𝐿 ...........................................(2.21)
𝑉𝑃

Bima Bakti 1415021024


16

2. No-Slip Hold-Up (ᵡ)

Asumsi yang digunakan dalam penggunaan parameter ini adalah fluida dan
gas mengalir dengan kecepatan yang sama. Besarnya no-slip hold-up untuk
cairan (no-slip liquid hold-up, ᵡL) dapat ditentukan dengan membandingkan
besarnya laju aliran volumetrik fluida dengan laju aliran volumetrik seluruh
fasa (gas dan fluida).

Sedangkan harga no-slip gas hold-up (ᵡg) ditentukan dengan


membandingkan besarnya laju aliran volumetrik gas dengan laju aliran
volumetrik seluruh fasa. Secara matematis dituliskan dengan persamaan :

𝑞𝐿
∝𝐿 = .........................................(2.22)
𝑞𝐿 +𝑞𝑔

qL
∝L = ........................................(2.23)
qL +qg

Penggunaan parameter hold-up dalam penentuan parameter campuran dapat


dilihat pada penentuan viskositas, densitas, parameter aliran dan faktor
gesekan untuk aliran multi fasa, sebagai berikut :

a. Viskositas Campuran (µm)

Pada kondisi dimana terdapat perbedaan kecepatan aliran fluida dan gas,
maka viskositas campuran ditentukan dengan persamaan :

𝜇𝑚 = 𝜇𝐿 𝐻𝐿 + 𝜇𝑔 (𝑙 − 𝐻𝐿 )..............................(2.24)

Dan

𝜇𝑚 = 𝜇𝐿 𝐻 𝐿 . 𝜇𝑔 𝑙 − 𝐻𝐿 ...............................(2.25)

Bima Bakti 1415021024


17

Gambar 2.7 Perbandingan Perhitungan Viskositas Campuran


(Sumber : Ilhami, 2011)
b. Densitas Campuran (ρm)

Pada kondisi dimana terdapat perbedaan kecepatan aliran fluida dan gas,
maka densitas campuran ditentukan dengan persamaan :

𝜌𝑚 = 𝜌𝐿 𝐻𝐿 + 𝜌𝑔 (𝑙 − 𝐻𝐿 )......................................(2.26)

c. Parameter Aliran

Parameter aliran yang digunakan dalam perhitungan kehilangan tekanan


adalah variabel kecepatan (superficial velocity, vs), yang didefinisikan
sebagai besarnya kecepatan suatu fasa untuk mengalir melewati
keseluruhan penampang pipa, yang secara matematis adalah sebagai
berikut.

𝑞
𝑉𝑆 = ..................................................(2.27)
𝐴.𝐻

Dimana :

VS = kecepatan superfisial fluida (ft/sec)


q = laju alir (cu ft/sec)
H = hold up
A = luas penampang(ft2)

Bima Bakti 1415021024


18

Besarnya kecepatan superfisial untuk fluida multi fasa (vm) ditentukan


dengan persamaan berikut ini.

𝑉𝑚 = 𝑉𝑠𝐿 + 𝑉𝑠𝑔 ..............................................(2.28)

Keterangan :

VsL =kecepatan superfisial cairan, besarnya ditentukan dengan persamaan

𝑞𝐿
𝑉𝑠𝐿 = ..............................................(2.29)
𝐴𝐻𝐿

Vsg = kecepatan superfisial gas, besarnya ditentukan dengan persamaan

𝑞𝑔
𝑉𝑠𝐿 = ..........................................(2.30)
𝐴𝐻𝑔

d. Faktor Gesekan (f)

Komponen perhitungan faktor gesekan yang berubah pada aliran multi


fasa adalah bilangan Reynold, yang merupakan gabungan dari fluida
yang mengalir. Persamaan untuk menentukan bilangan Reynold pada
fluida multi fasa adalah sebagai berikut.

𝜌𝑚 𝜕𝑉𝑚
(𝑁𝑅𝑒 )𝑚 = ............................................(2.31)
𝜇𝑚

Dengan memperhatikan keseluruhan perhitungan parameter campiran


untuk fluida multi fasa, maka besarnya gradien tekanan untuk aliran
fluida multifasa dapat ditentukan dengan menggunakan persamaan yang
disesuaikan menjadi persamaan berikut.

∂p 𝑔 𝜌𝑚 𝑉𝑚 𝜕𝑉𝑚 𝜌𝑚 𝑉𝑚 𝜕𝑉𝑚
= 𝜌𝑚 cos 𝛼 + + ..................(2.32)
∂z 𝑔𝑐 𝑔𝑐 ∂z 2𝑔𝑐 d

E. Penerapan Hukum Bernoulli

1. Tabung Venturi

Bima Bakti 1415021024


19

Tabung Venturi adalah sebuah pipa yang memiliki bagian yang menyempit
Dua contoh tabung venturi adalah karburator mobil dan venturimeter.
a. Karburator, berfungsi untuk menghasilkan campuran bahan bakar dengan
udara, kemudian campuran ini dimasukkan kedalam silinder-silinder
mesin untuk tujuan pembakaran.
b. Venturimeter, tabung venturi adalah dasar dari venturimeter, yaitu alat
yang dipasang didalam suatu pipa aliran untuk mengukur kelajuan cairan.
2. Tabung Pitot
Tabung Pitot adalah alat ukur yang digunakan untuk mengukur kelajuan gas.
3. Penyemprot Parfum
Penyemprot Parfum adalah salah satu contoh Hukum Bernoulli. Ketika
Anda menekan tombol ke bawah, udara dipaksa keluar dari bola karet
termampatkan melalui lubang sempit diatas tabung silinder yang
memanjang ke bawah sehingga memasuki cairanparfum.Semburan udara
yang bergerak cepat menurunkan tekanan udara pada bagian atas tabung,
dan menyebabkan tekanan atmosfer pada permukaan cairan memaksa cairan
naik keatas tabung. Semprotan udara berkelajuan tinggi meniup cairan
parfum sehingga cairan parfum dikeluarkan sebagai semburan kabut halus.
4. Penyemprot Racun Serangga
Penyemprot racun serangga hampir sama prinsip kerjanya dengan
penyemprot parfum. Jika pada penyemprot parfum dengan menekan tombol,
maka pada penyemprot racun serangga dengan menekan masuk batang
penghisap.
5. Gaya Angkat Sayap Pesawat Terbang
Gaya Angkat Sayap Pesawat Terbang juga merupakan salah satu contoh
Hukum Bernoulli. Pada dasarnya, ada empat buah gaya yang bekerja pada
sebuah pesawat terbang yang sedang mengangkasa.
a. Berat pesawat yang disebabkan oleh gaya gravitasi bumi.
b. Gaya angkat yang dihasilkan oleh kedua sayap pesawat.
c. Gaya ke depan yang disebabkan oleh mesin pesawat.
d. Gaya hambatan yang disebabkan oleh gerakan udara.

Bima Bakti 1415021024


20

F. Persamaan Kontuinitas

Gerak fluida didalam suatu tabung aliran haruslah sejajar dengan dinding
tabung. Meskipun besar kecepatan fluida dapat berbeda dari suatu titik ke titik
lain didalam tabung. Pada gambar menunjukkan tabung aliran untuk
membuktikan persamaan kontinuitas.

Gambar 2.8 Tabung aliran membuktikan persamaan kontuinitas


(Sumber : Ilhami, 2011)
Pada gambar misalkan pada titik P besar kecepatan adalah V1, dan pada titik Q
adalah V2. Kemudian A1 dan A2 adalah luas penampang tabung aliran tegak
lurus pada titik Q. Didalam interval waktu Δt sebuah elemen fluida mengalir
kira-kira sejauh VΔt.
Maka massa fluida Δm1 yang menyeberangi A1 selama interval waktu Δt
adalah
Δm = ρ1 A1 V1 Δt ............................................(2.32)

G. Persamaan Kesetimbangan Energi

Persamaan dasar kehilangan tekanan pada sistem aliran fluida dalam pipa
dikembangkan dari persamaan kesetimbangan energi, yang merupakan
kesetimbangan energi dua titik didalam satu sistem aliran.

Bima Bakti 1415021024


21

Gambar 2.9 Sistem aliran dalam pipa


(Sumber : Ilhami, 2011)

Pada gambar menyatakan bahwa besarnya energi yang masuk ke dalam pipa
pada titik A, ditambah dengan kerja yang dilakukan fluida sepanjang pipa
antara titik A dan titik B, dikurangi dengan energi yang hilang selama fluida
mengali antara kedua titik tersebut sama dengan besarnya energi yang keluar
dari pipa pada titik B. Pernyataan tersebut disebut juga hukum konversi energi ,
yang secara matematis dapat ditulis dengan persamaan berikut :
m  v1 m  g  z1 m  v2 m  g  z 2
2 2

U1  p1  V1    q  w  U 2  p2  V2   ................(2.33)
2gc gc 2gc gc
Parameter-parameter yang bekerja pada sistem kesetimbangan tersebut antara
lain adalah :

1. Energi Dalam Fluida ( internal energy, U )


Merupakan energi yang terbawa bersama dengan aliran fluida. Energi ini
dapat berupa akumulasi energi-energi yang timbul akibat adanya pergerakan
molekul fluida, baik itu dari energi putaran (rotational), perpindahan
(translational), maupun energi getaran (vibrational).

2. Energi Kinetik
Merupakan energi yang timbul berkaitan dengan kecepatan aliran fluida.

3. Energi Potensial

Bima Bakti 1415021024


22

Merupakan energi yang berhubungan dengan perubahan ketinggian aliran


fluida, dimana z merupakan besarnya ketinggian yang dihitung terhadap
titik tertentu.

4. Energi Ekspansi ( pV )
Sering juga disebut dengan energi kompresi atau energi tekanan, yaitu
energi yang menunjukkan besarnya kerja selama fluida mengalir, atau
besarnya energi potensial jika dihubungkan dengan perubahan tekanan.

5. Perpindahan Panas ( q )
Merupakan parameter yang menyatakan besarnya energi panas yang masuk
maupun yang meninggalkan sistem.

6. Kerja (W )
Menyatakan besarnya kerja yang dilakukan terhadap ataupun oleh sistem.
Parameter W dapat berharga positif ataupun negatif, tergantung dari
kedudukan kerja itu sendiri. Apabila kerja yang ada mengakibatkan aliran
fluida, seperti halnya pada pompa, maka W berharga negatif. Sedangkan W
akan berharga positif apabila kerja timbul karena adanya aliran fluida,
seperti pada sistem turbin.

H. Aplikasi Aliran Fluida

Prinsip aliran fluida dalam pipa sering dijumpai dalam kehidupan sehari-hari,
misalnya pada :
1. Distribusi air dari PDAM ke rumah-rumah.
2. Sistem irigasi yang mengunakan aliran pipa.
3. Pengaliran air dari waduk ke turbin PLTA.

Dalam pengaliran tersebut akan terjadi kehilangan energi yang terdiri dari :

1. Mayor losses, yaitu kehilangan tinggi tekan oleh gesekan.


2. Minor losses, yaitu kehilangan tinggi tekan oleh pengaruh lokal seperti :
a. Ekpansi (pembesaran tiba-tiba)

Bima Bakti 1415021024


23

b. Kontraksi (penyempitan tiba-tiba)


c. Belokan
d. Katup

Sistem jaringan pipa merupakan komponen utama dari sistem distribusi air
bersih atau air minum suatu perkotaan. Dalam perkembangannya, sistem
instalasi pipa memerlukan pengawasan dan perawatan yang kontinu, hal ini
untuk mengurangi kerugian-kerugian akibat kondisi instalasi yang salah
satunya dipengaruhi umur pipa.

Jaringan pipa air bersih atau instalasi air bersih adalah suatu jaringan pipa yang
digunakan untuk mengalirkan atau mendistribusikan air ke masyarakat. Aliran
terjadi karena adanya perbedaan tinggi tekanan di kedua tempat, tekanan
terjadi karena adanya perbedaan elevasi muka air atau karena digunakannya
pompa yang lebih sering untuk mengalirkan air dari tempat yang rendah ke
tempat yang lebih tinggi. Penggunaan pompa dapat pula bertujuan untuk
mengurangi adanya faktor gesekan antara aliran air.

Bima Bakti 1415021024


24

III. METODOLOGI PENELITIAN

A. Alat dan Bahan

Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum gesekan aliran dalam
pipa ini adalah sebagai berikut.

1. Flow meter

Gambar 3.1 Flow meter

2. Manometer air raksa tabung U

Gambar 3.2 Manometer air raksa tabung U

BUDI PRASETYA 1415021025


25

3. Pompa Sentrifugal

Gambar 3.3 Pompa Sentrifugal

4. Bak penampung air

Gambar 3.4 Bak penampung

5. Katup Pengatur Aliran Pipa yang Akan di Uji

Gambar 3 5 Katup pengatur aliran pipa yang akan di uji

6. Pipa Galvanis 1 Inci

Gambar 3.6 Pipa Galvanis 1 Inci

Bima Bakti 1415021024


26

7. Mistar

Gambar 3.7 Mistar

B. Prosedur Percobaan

Adapun prosedur percobaan yang dilakukan pada saat pengambilan data adalah
sebagai berikut.

1. Menyiapkan fluida dalam penampungan.


2. Memeriksa keadaan katup-katup pada pipa PVC 1 in, pipa Galvanis 1 in
dan pipa PVC 0,5 in yang akan di uji. Jika yang akan di uji pipa PVC 1 in,
maka katup pada pipa tersebut di buka sedangkan katup pada pipa Galvanis
1 in dan pipa PVC 0,5 in di tutup.
3. Membuka katup pengatur aliran air sesuai dengan yang di tentukan (90°,
60° dan 30°)
4. Setelah katup di set pada posisi yang diinginkan, kemudian pompa di
hidupkan.
5. Kemudian dilakukan pengambilan data laju aliran volume air (debit aliran)
dan beda ketinggian air raksa h1 dan h2 yang terjadi pada manometer.

BUDI PRASETYA 1415021025


27

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Data

Adapun data yang didapatkan pada praktikum gesekan aliran dalam pipa
adalah sebagai berikut.

Tabel 4.1 Data hasil percobaan

P1 (cm) P2 (cm)
Bukaan Debit
Jenis Pipa RE F
katup L/m
h1 h2 h1 h2

90° 26 16,8 5 15 6,5 619.840,00 1,908x10-4

Segitiga 60° 25,5 17 5,2 15 6,2 596.002,10 2,038x10-4

30° 17 19,2 3,8 16,2 5 405.271,57 3,020x10-4

90° 25,5 18 2,3 19,6 3,3 803.040,00 7,366x10-5

Lingkaran 60° 25 18,2 2,2 19,5 2,8 787.290,00 6,023x10-5

30° 17 19,2 3,8 20,4 2,6 535.360,00 2,038x10-4

BUDI PRASETYA 1415021025


28

B. Pembahasan

Pada praktikum gesekan aliran dalam pipa ini dilakukan di laboratorium


mekanika struktur, Teknik Mesin Universitas Lampung untuk mengetahui
berbagai fenoena dasar mesin gesekan aliran dalam pipa. Pada praktikum
gesekan aliran dalam pipa ini yang dilakukan dengan prosedur yang pertama
adalah dengan mempersiapkan semua alat percobaan seperti alat uji gesekan
aliran dalam pipa, katup pengatur aliran pipa yang akan di uji, sensor tekanan,
flow meter, pipa galvanis, manometer air raksa tabung U, pompa sentrifugal,
serta bak penampung air dan katup pengatur aliran air. Kemudian dilanjutkan
dengan menyiapkan air dalam bak penampungan, langkah selanjutnya adalah
memeriksa keadaan katup-katup pada pipa lingkaran dan pipa segitiga yang
akan di uji. Jika yang akan di uji adalah pipa lingkaran maka katup pada pipa
tersebut dibuka dan katup pada pipa lainnya di tutup, begitu juga sebaliknya
jika pipa segitiga yang akan di uji maka katup pada pipa lingkaran ditutup dan
katup pada pipa segitiga dibuka.

Berikutnya adalah dengan mengatur bukaan pada pipa dengan variasi sudut
bukaan sebesar 90°, 60°dan 30°, setelah katup-katup di setting pada posisi yang
diinginkan kemudian pompa dihidupkan. Kemudian dilanjutkan dengan
melakukan pengambilan data laju aliran volume air (debit aliran) dan beda
ketinggian air raka h1 dan h2 yang terjadi pada manometer. Langkah berikutnya
adalah mengulangi langkah-langkah diatas dengan variasi bukaan katup
pengatur aliran yang berbeda-beda yaitu 90°, 60°, 30° dan melakukan
pengujian pada pipa segitiga dengan langkah-langkah yang sama seperti pada
pengujian pipa galvanis dengan mencatat semua data yang diperoleh.

Adapun pembahasan dari praktikum gesekan aliran dalam pipa adalah sebagai
berikut.
a. Grafik hubungan antara friction dengan RE pada pipa segitiga

BUDI PRASETYA 1415021025


29

0.00035
0.0003
30°
0.00025
Friction 0.0002
60°
90°
0.00015
0.0001
0.00005
0
0 200000 400000 600000 800000
RE

Gambar 4.1 Grafik hubungan antara friction dengan RE pada pipa segitiga

Adapun data yang didapatkan pada percobaan pertama gesekan aliran


menggunakan pipa segitiga adalah sebagai berikut. Pada percobaan pertama
adalah dengan bukaan katup 90° besaran debit yang dihasilkan adalah 26
L/m dengan perbedaan ketinggian pada tekanan pertama adalah 16,8 cm
pada h1 dan 5 cm pada h2, kemudian perbedaan ketingian air raksa h1 dan h2
pada tekanan kedua adalah sebesar 15 cm dan 6,5 cm. Serta bilangan
Reynolds yang diperoleh adalah 619.840 dan faktor gesekan yang terjadi
adalah 1,9088x10-4.

Kemudian yang kedua yaitu dengan bukaan katup sebesar 60° besaran debit
yang diperoleh adalah 25,5 L/m dengan perbedaan ketinggian air raksa h1
dan h2 pada tekanan pertama sebesar 17 cm dan 5,2 cm lalu perbedaan
ketinggian air raksa h1 dan h2 adalah 15 cm dan 6,2 cm dengan Reynolds
sebesar 596.002,105 dan nilai friction yang diperoleh adalah sebesar
2,038x10-4. Dan yang terakhir atau yang ketiga adalah dengan menggunkan
katup 30° besaran debit yang di peroleh adalah sebesar 17 L/m dan
perbedaan ketinggian air raksa h1 dan h2 pada tekanan pertama adalah
sebesar 18 cm dan 2,3 cm dan perbedaan ketinggian h1 dan h2 yang di
peroleh pada tekanan kedua adalah sebesar 19,6 cm dan 3,3 cm. Serta

Bima Bakti 1415021024


30

bilangan Reynolds yang didapatkan adalah 405.271,57 dan faktor gesekan


yang terjadi adalah 3,020x10-4.

b. Grafik hubungan antara friction dengan RE pada pipa lingkaran

0.00025

0.0002
30°
Friction

0.00015

0.0001
90°
0.00005 60°

0
0 200000 400000 600000 800000 1000000
RE

Gambar 4.2 Grafik hubungan antara friction dengan RE pada pipa lingkaran

Selanjutnya data yang diperoleh pada percobaan pertama menggunakan pipa


lingkaran adalah sebagai berikut. Pada percobaan pertama adalah dengan
bukaan katup 90° besaran debit yang didapatkan adalah 25,5 L/m dengan
perbedaan ketinggian pada tekanan pertama adalah 18 cm pada h1 dan 2,3
cm pada h2, kemudian perbedaan ketingian air raksa h1 dan h2 pada tekanan
kedua adalah sebesar 19,6 cm dan 3,3 cm. Serta bilangan Reynolds yang
didapatkan adalah 803.040 dan faktor gesekan yang terjadi adalah 7,366x10-
5
.

Berikutnya adalah pada percobaan kedua yaitu dengan bukaan katup sebesar
60° besaran debit yang diperoleh adalah 25 L/m dengan perbedaan
ketinggian air raksa h1 dan h2 pada tekanan pertama sebesar 18,2 cm dan 2,2
cm lalu perbedaan ketinggian air raksa h1 dan h2 pada tekanan dua adalah
19,5 cm dan 2,8 cm dengan Reynolds sebesar 787.290 dan nilai friction
yang diperoleh adalah sebesar 6,023x10-5. Serta yang terakhir atau yang
ketiga adalah dengan menggunakan katup 30° besaran debit yang diperoleh
Bima Bakti 1415021024
31

adalah sebesar 17 L/m dan perbedaan ketinggian air raksa h1 dan h2 pada
tekanan pertama adalah sebesar 19,2 cm dan 3,8 cm dan perbedaan
ketinggian h1 dan h2 yang di peroleh pada tekanan kedua adalah sebesar 20,4
cm dan 2,6 cm. Kemudian bilangan Reynolds yang diperoleh adalah
535.360 dan faktor gesekan yang terjadi adalah 2,038x10-4.

Dari data dan grafik di atas dapat dilihat bahwa faktor gesekan aliran dalam
pipa (Friction) yang terbesar terjadi pada bukaan katup 30°. Hal tersebut
dapat dipengaruhi karena besarnya tekanan aliran air yang melewati pipa
yang dapat ditunjukan pada manometer air raksa. Selain itu debit terbesar
adalah pada bukaan katup 90° karena tekanan yang terjadi pada bukaan
tersebut adalah yang terkecil. Dimana hal itu menunjukan bahwa semakin
kecil tekanan yang terjadi maka semakin besar debit yang akan melewati
pipa. Dari hal tersebut maka didapatkan pula bilangan Reynolds terbesar pun
ada pada percobaan dengan bukaan katup sebesar 90°.

Bima Bakti 1415021024


32

V. PENUTUP

A. Simpulan

Adapun simpulan yang diperoleh dari percobaan gesekan aliran dalam pipa
adalah sebagai berikut:

1. Semakin kecil bukaan katup maka maka semakin besar tekanan dan faktor
gesekan yang terjadi semakin besar.

2. Semakin banyak sudut-sudut pada pipa maka semakin besar pula tekanan
yang terjadi dan semakin besar pula nilai Reynolds yang bisa didapat.

3. Semakin besar bukaan katup maka semakin kecil tekanan yang terjadi.

4. Semakin kecil tekanan yang terjadi maka debit dan nilai Reynolds akan
semakin besar.

B. Saran

Adapun saran yang dapat diberikan pada praktikum kali ini agar lebih baik
pada praktikum selanjutnya adalah.

1. Sebaiknya jika ruang laboratorium yang digunakan lebih dijaga


kebersihannya.
2. Sebaiknya jika praktikum dilaksanakan sesuai jadwal sehingga tidak terjadi
praktikum sebanyak dua kelompok bersamaan.

BUDI PRASETYA 1415021025


33

DAFTAR PUSTAKA

Ilhami, Dhiniah Nur, dkk. 2011. Laporan Praktikum Pendukung Proses Aliran
Fluida. Bandung: Politeknik Negeri Bandung

Sihombing, Risma. 2010. Aliran fluida dalam pipa. Palembang: Universitas


Sriwijaya

Sumantri, Agus, dkk. 2012. Praktikum Dasar Teknik Kimia Aliran Fluida.
Yogyakarta: Universitas Pembangunan nasional “veteran” Yogyakarta

Soekardi, Chandrasa. 2015. Termodinamika Dasar mesin Konversi Energi.


Yogyakarta: CV. ANDI OFFSET

Tim Asisten Praktikum. 2018. Penuntun Praktikum Fenomena Dasar Mesin.


Teknik Mesin. Universitas Lampung

Wibhisana, Himawan, dkk. 2009. Pengaruh Variasi Bilangan Reynold terhadap


Distribusi tegangan Pada Riser Akibat Arus Laut. Malang: Universitas
Brawijaya

Young dan Freedman. 2007. Fisika Universitas. Jakarta: Erlangga

Bima Bakti 1415021024

Anda mungkin juga menyukai