TUGAS KELOMPOK
MATA KULIAH TEKNIK GAS BUMI
Dosen : Hj. Fitrianti, S.T., M.T.
OLEH :
KELOMPOK 2
FAKULTAS TEKNIK
2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
menganugrahkan banyak nikmat sehingga kami dapat menyusun makalah yang
berjudul Gas Well Testing ini dengan baik. Makalah ini berisi tentang uraian
hasil analisa mengenai batuan reservoir dan sumber daya manusia pada eksplorasi
migas.
Kami juga mengucapkan terima kasih pada pihak-pihak yang telah membantu
dan mendukung dalam pembuatan makalah ini. Dalam penyusunan makalah ini,
kami menyadari bahwa hasil makalah ini masih jauh dari kata sempurna.
Sehingga kami selaku penyusun sangat mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari pembaca sekalian, akhir kata semoga makalah ini dapat
memberikan manfaat untuk kita semua.
Pekanbaru, 17 Desember 2019
Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................i
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................2
3.1. Kesimpulan..............................................................................................1
i
BAB I
PENDAHULUAN
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
c. Untuk memperkirakan faktor atau pengeboran dan penyelesaian terkait
kerusakan pada sumur gas. Berdasarkan besarnya kerusakan keputusan
tentang stimulasi sumur dapat dibuat.
Tujuan utama dari suatu pengujian sumur hydrocarbon, atau yang telah
dikenal luas dengan sebutan “Well Testing” adalah untuk menentukan
kemampuan suatu lapisan atau formasi untuk berproduksi. Apabila pengujian ini
dirancang secara baik dan memadai, kemuadian hasilnya dianalisa secara tepat,
maka akan banyak sekali informasi-informasi yang sangat berharga akan
didapatkan seperti :
Permeabilitas efektif.
Kerusakan atau perbaikan formasi disekeliling lubang bor yang diuji.
Tekanan reservoir.
Bentuk radius pengurasan.
Keheterogenan suatu lapisan.
Sebenarnya prinsip dasar pengujian ini sangat sederhana yaitu kita
memberikan suatu gangguan keseimbangan tekanan terhadap sumur yang diuji.
Ini dilakukan baik dengan memproduksi dengan laju alir yang konstan (draw
down) atau penutupan sumur (build up). Dengan adanya gangguan ini imuls
perubahan tekanan (pressure transient) akan disebarkan keseluruhan reservoir dan
ini diamati setiap saat dengan mencatat tekanan lubang bor selama pengujian
berlangsung. Apabila perubahan tekanan tadi diplot dengan suatu fungsi waktu,
maka akan dianalisa pola aliran yang terjadi dan juga besaran-besaran dan
karakteristik formasi yang telah disebutkan diatas. Sebagai titik tolak, akan
dibahas persamaan-persamaan dasar yang menerapkan aliran fluida dimedia
berpori yang akan menjadi basis transien tekanan.
3
Pada pertama kalinya pengujian untuk menentukan kemampuan
sumur gas untuk berproduksi dilakukan dengan cara membuka sumur dan
menghubungkan sumur dengan tekanan atsmosfer, dan harga AOF
diukur langsung dengan menggunakan impact pressure gauge yang
dipasang dipermukaan. Penyajian dengan cara ini hanya efektif untuk
digunakan pada sumur yang dangkal, sedangkan sumur gas yang dalam
dengan ukura tubing yang kecil akan memberikan hasil yang tidak
akurat. Pembukaan sumur yang relative lama akan menyebabkan
pemboran gas sia-sia, selain dapat menimbulkan kerusakan pada formasi
serta dapat menimbulkan bahaya lain yang diinginkan. Berdasarkan
alasan diatas, maka mulai dikembangkan metode uji deliverability,
diantaranya yakni back pressure, ischronal dan modified isochronal.
Deliverabilitis adalah kemampuan dari suatu sumur gas untuk brproduksi
yang dinyatakan dalam bentuk grafik (Pr2-Pwf2) Vs Qsc. Uji deliverbility
merupakan suatu uji sumur yang umum digunakan untukmemnetukan
produktivitas sumur gas. Uji ini terdiri dari tiga atau lebih aliran dengan
laju aliran, tekanan dan data lain yang dicatat sebagai fungsi waktu
indikator produktivitas yang diperoleh dari uji adalah absolute open flow
potential (AOFP), yang di defenisikan sebagai kemampuan suatu sumur
gas untuk memproduksi gas ke permuakaan dengan laju aliran
maksimum pada tekanan aliran dasar sumur (sandface) sebesar tekanan
atsmosfer lebih kurang 14.7 psi hal ini tidak dapat diukur secara langsung
tetapi dapat diperoleh dari uji deliverability.
a. Back Pressure Test
Convensional back pressure atau disebut juga flow after flow
test , metode ini pertama kali ditemukan oleh
Pierce dan Rawlins (1929) untuk mengetahui kemampuan
sumur berproduksi dengan memberikan tekanan balik
(back pressure) yang berbeda-beda. Pelaksanaan dari tes yang
konvensional ini dimulai dengan jalan menutup sumur, untuk
menentukan harga Pr. Selanjutnya sumur diproduksi dengan laju
4
sebesar Qsc sehingga aliran mencapai stabil, sebelum diganti
dengan laju produksi lainnya. Setiap perubahan laju produksi
tidak didahului dengan penutupan sumur.
b. Isochronal Tes
Back Pressure Test hanya dapat memberikan hasil yang
baik bila dilangsungkan pada reservoir dengan permeabilitas
tinggi. Sedang untuk reservoir dengan permeabilitas rendah,
akan diperlukan waktu yang cukup lama untuk mencapai
kondisi yang stabil, sehingga apabila uji dilakukan pada sumur
yang belum mempunyai fasilitas produksi, jumlah gas yang
dibakar cukup besar. Bertolak dari kelemahan back-
pressure test, maka Cullender mengembangkan isochronal test
untuk memperoleh harga deliverability pada sumur dengan
permeabilitas rendah yang memerlukan waktu yang lama untuk
mencapai kondisi stabil. Cullender juga mengusulkan suatu cara
tes berdasarkan anggapan, bahwa jari-jari daerah penyerapan
yang efektif (efektive drainage radius), rd adalah fungsi dari tD
dan tidak dipengaruhi oleh laju produksi. Ia mengusulkan laju
yang berbeda tetapi dengan selang waktu yang sama, akan
memberikan grafik log ∆p2 vs log Qsc yang linier dengan harga
eksponen n yang sama, seperti pada kondisi aliran yang stabil.
c. Modified Isochronal Test
Metoda ini merupakan pengembangan dari metoda
isochronal, perbedaannya terletak pada penutupan sumur
tidak perlu mencapai kondisi stabil. Pada reservoir yang ketat,
penggunaan tes isochronal belum tentu menguntungkan
bila diinginkan penutupan sumur sampai mencapai keadaan stab
il. Katz dkk(1959) telah mengusulkan suatu metode untuk
memperoleh hasil yang mendekati hasil tes isochronal.
Perbedaan metode ini dengan metode lain terletak pada
persyaratan bahwa penutupan sumur tidak perlu mencapai stabil.
5
Selain dari itu, selang waktu penutupan dan pembukaan sumur
dibuat sama besar.
Pengolahan data untuk analisa deliverabilitas tes modified
isochronal sama seperti pada metode isochronal, kecuali untuk
harga Pr diganti dengan Pws, yaitu harga tekanan yang dibaca
pada akhir dari setiap massa penutupan sumur.
6
Makalah ini menyederhanakan SRV (stimulated reservoir volume),
zona sebagai triple-porositas Model kubik linear, komprehensif
mengambil berbagai mekanisme memperhitungkan, seperti adsorpsi dan
dual difusi dalam matriks shale, kental aliran di patah tulang. Selain itu,
kami mengasumsikan gas secara bersamaan berdifusi dari matriks ke
dalam rekahan alami dan rekahan hidrolik di zona SRV. Mendirikan model
baru untuk sumur horizontal rekahan multi-tahap dalam reservoir serpih
dengan pertimbangan desorpsi, difusi ganda, rembesan
linear. Kurva tipikal sumur horizontal multi-retak diplot. Karakteristik kurva
khas dianalisis berdasarkan aliran mekanisme.
Proses gas shale aliran dapat dibagi menjadi 5 aliran rezim ketika kita
mempertimbangkan mekanisme dual-difusi dalam matriks: aliran awal
linear; aliran pseudo-steady state antar-porositas; difusi dari matriks menjadi
fraktur mikro; yang difusi dari matriks ke dalam makro-boundary aliran.
Ada perbedaan besar respon tekanan antara difusi keadaan pseudo-
steady state dan difusi tidak stabil di bawah nilai kondisi rasio volume pori
yang berbeda. Oleh karena itu, gaya difusi dalam matriks dapat
diprediksi sesuai dengan respons tekanan.
Dalam hal sumur-sumur shale gasan horizontal multi-tahap yang
rekah, jumlah tahapan rekahan makro terutama mempengaruhi faktor bentuk
matriks, Semakin banyak tahapan rekahan makro, semakin kecil nilai rasio
ukuran tak berdimensi, dan besar nilai interporosity parameter l ,
sebelumnya pseudo-steady state interporosity aliran terjadi.
7
Mengingat waktu stabilisasi tekanan yang lama dari reservoir gas
permeabilitas rendah, uji tekanan balik tradisional dimodifikasi berdasarkan
gagasan uji isochronal untuk mengevaluasi produktivitas sumur gas secara
akurat. Pertama, melakukan startup sumur kontinu menggunakan 3-4 sistem
kerja bertahap pada interval waktu yang sama tanpa tekanan aliran bawah-
lubang mencapai stabilitas; kemudian melakukan pengujian berkepanjangan
menggunakan sistem kerja yang membutuhkan tekanan aliran lubang bawah
dan stabilitas produksi mencapai; akhirnya ditutup di sumur untuk
memungkinkan tekanan pulih ke tekanan formasi. Jika metode perhitungan
produktivitas uji isochronal dipinjam untuk uji tekanan balik yang
dimodifikasi, tekanan drawdown akan ditaksir terlalu tinggi, dan
produktivitas yang dihitung akan diremehkan. (Wang et al., 2014)
Akhirnya melakukan produksi lama dalam sistem kerja yang wajar
sampai laju gas dan tekanan mengalir stabil; kemudian tutup sumur tunggu
sampai tekanan pulih kembali ke tekanan formasi awal.
Kekurangan dari metode ini adalah perlu beberapa kali penutupan dan
pemulihan tekanan kembali ke tekanan pembentukan awal setelah produksi
masing-masing sistem kerja. Metode ini lebih kompleks daripada metode uji
tekanan balik, juga membutuhkan waktu tes yang lama. Untuk keperluan
mempersingkat waktu pengujian, menyederhanakan prosedur operasi
lapangan, menghemat biaya dan secara akurat menghitung produktivitas
sumur gas, proses uji tekanan balik telah dimodifikasi berdasarkan metode
uji isochronal: (1) Waktu produksi identik pada setiap sistem
kerja; yang tekanan mengalir tidak diperlukan untuk stabilitas jangkauan
dan tidak ada kebutuhan untuk menutup-in, yang dengan demikian dapat
mempersingkat waktu pengujian secara signifikan; (2) Sebelum shut-in
untuk memungkinkan tekanan pulih kembali ke tekanan formasi, tes yang
berkepanjangan ditambahkan yang membutuhkan baik tekanan produksi dan
aliran untuk mencapai stabilitas, sehingga memperoleh titik stabilisasi
produktivitas yang secara akurat dapat mencerminkan informasi formasi
8
Jika metode perhitungan persamaan produktivitas tes
isochronal digunakan secara langsung dalam perhitungan produktivitas
dalam uji tekanan balik yang dimodifikasi produktivitas yang dihitung akan
menyimpang dari produktivitas aktual ke margin yang sangat
besar. Alasannya terletak bahwa tidak ada shut-in yang dilakukan untuk
memulihkan kembali tekanan ke tekanan formasi awal antara semua sistem
kerja dalam proses uji tekanan balik yang dimodifikasi.
Jika tekanan drawdown tidak stabil digunakan secara langsung
dalam metode perhitungan produktivitas uji isokronal untuk uji tekanan
balik yang dimodifikasi , tekanan drawdown akan ditaksir terlalu tinggi dan
dengan demikian produktivitas yang dihitung akan lebih kecil dari
produktivitas aktual. Metode uji tekanan balik yang dimodifikasi tidak
memerlukan tekanan yang mengalir untuk menjadi mantap di semua sistem
kerja dan juga menghindari pemadaman yang sering dan lama, yang
menghemat waktu pengujian dan menyederhanakan proses pengujian.
9
aliran pseudoradial di sumur setelah operasi HF. Selain itu juga
menganalisis sumur horizontal dengan multistage HF dan memperkirakan
parameter hydraulic fracture.
10
Makalah ini menyajikan studi kasus untuk aset laut dalam di Australia
Barat, di mana suhu dicatat di berbagai stasiun kedalaman di empat sumur,
masing-masing di reservoir yang berbeda, sebelum, selama, dan setelah
pengujian transien, di samping tekanan dan permukaan downhole tradisional
dan pengukuran laju alir permukaan.
Data uji menunjukkan perataan temperatur aliran dengan laju
peningkatan dan model memprediksi bahwa efek Joule-Thomson pada
akhirnya menyebabkan inversi suhu pada laju aliran yang lebih tinggi. Data
temperatur memungkinkan estimasi laju aliran gas. Akurasi laju aliran
meningkat pada kedalaman yang lebih dangkal karena peningkatan
perpindahan panas meningkatkan kesetiaan pengukuran. Secara keseluruhan,
data temperatur yang didistribusikan memungkinkan estimasi geotermal statis
dan gradien temperatur aliran dinamis.
Temperatur transien yang diukur pada berbagai kedalaman sumur dapat
digunakan untuk memperkirakan laju aliran di sumur dry gas. Gradien
temperatur aliran yang akurat ditetapkan dengan pengukuran temperature
yang terdistribusi. Algoritma yang disajikan memungkinkan untuk verifikasi
gradien ini.
11
Tujuan dari penelitian ini ada dua yaitu , untuk memperkirakan
tingkat dari data sensor temperature terdistribusi (DST) tersedia untuk
telemetri downhole dengan model analisa transien yang lebih baik, dan
untuk menggunakan rates yang dihitung agar bisa melakukan analisa
sementara untuk pra-periode cleanup. Untuk itu akhirnya, penelitian ini
membandingkan dan melihat kesamaan estimasi permeabilitas dari dua
periode dan memberikan panduan tentang kesesuian dalam penelitian ini,
dan juga membandingkan perhitungan metode analisis. Metode baru
memerlukan pemodelaan transien temperature tanpa adanya efek
superposisi. Dua contoh lapangan yang diperkuat oleh metode perhitungan
rates yang baru diperkenalkan disini, dan contoh-contoh yang disimulasikan
menyelidiki kemungkinan extracting informasi yang bermanfaat dari data
cleanup.
12
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengembangkan lagi
pemahaman terhadap uji sumur horizontal setelah yang pertama kali
dikembangkan pada 1980-an oleh Clonts dan Ramey. Ide awalnya berasal
dari analisis pengujian sumur horizontal, berdasarkan perkiraan sumber line
vertikal bisa ditembus sebagian dengan baik, dengan asumsi bahwa sumur
horizontal bisa juga dilihat sebagai media untuk memproduksikan gas yang
terakumulasikan di reservoir. Tapi model ini masih memiliki kekurangan,
diantaranya tekanan sumur bor hitung pada radius yang terbatas dan oleh
karna itu tidak mungkin untuk mendapatkan tekanan sumur pemboran.
2.4.7 Shale gas well test analysis and evaluation after hydraulic
fracturing by stimulated reservoir volume (SRV) (2017
Liu Xuli
13
Hydraulic fracturing dengan stimulasi reservoir adalah teknik yang
efektif untuk stimulasi shale gas well melalui fracture. Ketika efektif flow
channels dilakukan, produktifitas jangka panjang yang baik dapat kita
kembangkan. Dilakukan oleh SRV, saat ini pemantauan seismik mikro real
time selama fracture, dan interprestasi melalui tes draw pupp-off turun
setelah fracturing lalu dilakukan untuk mengidentifikasi, menganalisa dan
menilai kinerja operasi fracture SRV. (Liu, 2016)
Saat ini, ada kekurangan metode analisis yang baik dan akurat untuk
evaluasi pasca-frac dan prediksi produktivitas shale gas reservoir setelah
hydraulic fracturing dengan reservoir volume tersimulasi (SRV). Dan
aplikasi ini terbatas jika kita hanya satu metode yang digunakan untuk
evaluasi, seperti pemantauan mikro seimik dan uji drawdown pump-off.
Dalam penelitian ini morfologi jaringan fracture dibentuk oleh SRV dan
yang diharapkan hasil analisa stimulasi. SRV di well shale gas di sajikan
oleh bagian semi-length lebih pendek dari fracture efektif dan permeabilitas
efektif lebih baik dalam metode SRV.
Permasalahan ini dapat diatasi setelah hasil stimulasi SRV yang di cut oleh
sistem fracture serta berdasarkan konsep permeabilitas efektif rata-rata.
Akibatnya efek peningkatan kapasitas efek rembesan oleh fracture di dalam
SRV di evaluasi lebih rasional. Uji drawdown pompa selama fracturing juga
merupakan teknik utama yang tersedia untuk interprestasi hydraulic
fracturing. Metode ini diaplikasikan dalam fracture well shale gas horizontal
di blok Weiyun, cekungan Sichuan.
14
permeabilitas efektif rata-rata besar dapat digunakan untuk well shale gas
dengan fracture volume dan fitur stimulasi volume (SRV) dibandingkan
dengan yang lainnya model media tri-porositas yang rumit, model yang
diusulkan lebih baik.
15
relatif menurun. Tetapi dalam reservoir kondensat gas, permeabilitas relatif
baik gas dan kondensat tidak hanya tergantung pada saturasi tetapi juga
pada tekanan kapiler. Efek inersia yang terjadi pada kecepatan cairan dan
menyebabkan penurunan tekanan tambahan selama gerakan. Efek ini
dinamakan aliran Non-Darcy yang penurunan fluida permeabilitas relatif.
Dalam penelitian ini, simulasi tes build-up digunakan
untuk menyelidiki perilaku pembentukan kondensat di sekitar sumur
bor. Pertama-tama, modul PVT ditulis dalam Python bahasa pemrograman
untuk menghitung modi fi ed sifat minyak hitam dari dua gas nyata
kondensat fluida dengan kekayaan yang berbeda. Menggunakan python
pemrograman modified black oil (MBO) simulator dikembangkan yang
memecahkan persamaan nonlinear langsung tanpa linierisasi.
Dalam studi ini, persamaan nonlinier kondensat gas diprogram tanpa
linierisasi. Ini membuat simulasi lebih akurat dalam hal keseimbangan
material. Tiga kasus tambahan dipelajari untuk menyelidiki
perilaku kondensat gas dalam berbagai aspek yang menunjukkan hasil di
bawah ini;
1. Model VDRP yang berbeda menghasilkan respons yang berbeda
untuk masalah yang sama. Ini karena sifat eksperimental
dari model ini .
2. Kaya fluida menyebabkan peningkatan kejenuhan kondensat tanpa
lewat dari kejenuhan kritis. Efek saturasi kritis sangat jelas dalam
kondensat gas lean.
3. Yang kondensat diproduksi dan rasio kondensat yang dihasilkan untuk
kondensat bawah tanah dengan produksi yang sama tingkat memiliki
kecenderungan yang sama untuk dua ramping dan kaya gas
kondensat fluida.
16
kondensat dekat sumur pada produktivitas sumur untuk lapangan hijau di
Niger Delta. (Obeahon, Daodu, & Sedgwick, 2015)
17
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Dari hasil pembahasan dapat di simpulkan bahwa:
1. Suatu pekerjaan yang didahulukan dengan pemboran pada zona
produksi hingga selesai dan telah melalui tahap penyelesaian, maka uji
sumur pun dapat memonitor keadaan sumur tersebut. pada pengujian
gas well testing bertujuan untuk mengetahui kinerja dari sumur gas
tersebut. sebelum melakukan pengujian sumur ini sendiri harus
menganalisa informasi sumur, gradient static, tekanan dan perforasi
temperature formasi, temperature di permukaan, aliran fluida,
kedalaman sumur dan productivity indek..
2. Tujuan utama dari suatu pengujian sumur hydrocarbon, atau yang telah
dikenal luas dengan sebutan “Well Testing” adalah untuk menentukan
kemampuan suatu lapisan atau formasi untuk berproduksi. Apabila
pengujian ini dirancang secara baik dan memadai, kemuadian hasilnya
dianalisa secara tepat, maka akan banyak sekali informasi-informasi
yang sangat berharga akan didapatkan. maka akan banyak sekali
informasi-informasi yang sangat berharga akan didapatkan seperti :
Permeabilitas efektif
Kerusakan atau perbaikan formasi disekeliling lubang bor yang
diuji
Tekanan reservoir
Bentuk radius pengurasan
Keheterogenan suatu lapisan
3. Deliverabilitis adalah kemampuan dari suatu sumur gas untuk
brproduksi yang dinyatakan dalam bentuk grafik (Pr2- Pwf2) Vs Qsc.
Uji deliverbility merupakan suatu uji sumur yang umum digunakan
untukmemnetukan produktivitas sumur gas
18
DAFTAR RUJUKAN