Anda di halaman 1dari 77

I.

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Penulisan

Gas alam seperti minyak bumi merupakan fluida yang disusun dari beberapa

komponen senyawa hidrokarbon. Gas yang diproduksikan di lapangan XYZ PT.

Medco E&P Indonesia pada umumnya diperjual-belikan ke beberapa perusahaan di

Indonesia dan digunakan untuk memenuhi kebutuhan gas sebagai bahan bakar

suatu mesin bertenaga gas atau hanya di bakar di atmosfer. Kondisi ini

menyebabkan produksi gas suatu sumur harus dijaga seoptimum mungkin dalam

memenuhi kebutuhan konsumen dan lapangan.

Kemampuan reservoir dalam mengalirkan gas dapat diketahui melalui tes

sumur, yang disebut Deliverability Test. Melalui tes ini dapat diketahui potensi

produksi sumur gas yang dinyatakan sebagai nilai AOFP (Absolute Open Flow

Potential) dan forecast dari suatu sumur gas. Hal tersebut dapat digunakan sebagai

dasar penentuan keekonomian sumur gas tersebut hingga batas akhir produksinya.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian diatas, berikut adalah rumusan masalah dalam proposal

skripsi ini, terdiri dari:

- Memperhitungkan potensi sumur gas pada suatu lapangan untuk mengetahui

umur dari sumur gas tersebut untuk diproduksikan.

- Memperhitungkan Keekonomian sumur gas pada suatu lapangan untuk

diproduksikan sampai terminasi kontrak.

1
1.3. Maksud dan Tujuan

Penulisan Skripsi merupakan kegiatan program kurikuler yang menjadi

tugas dan kewajiban setiap mahasiswa Diploma IV semua program studi di PEM

Akamigas. Penulisan Skripsi ini bertujuan untuk:

- Memperhitungkan potensi sumur gas pada suatu lapangan untuk mengetahui

umur dari sumur gas tersebut untuk diproduksikan.

- Memperhitungkan Keekonomian sumur gas pada suatu lapangan untuk

diproduksikan sampai terminasi kontrak.

1.4. Manfaat

Manfaat yang diperoleh dalam penulisan Skripsi ini antara lain:

- Sebagai tambahan referensi atau bahan untuk menambah wawasan dan

pemikiran bagi penulis khususnya mengenai pengaruh ukuran choke dan

waktu buka tutup aliran terhadap pressure yang didapatkan saat melakukan

Modified Isochronal Test, dan pengaruh pressure terhadap laju alir produksi

suatu sumur.

- Sebagai tambahan referensi atau bahan untuk menambah wawasan dan

pemikiran bagi penulis khususnya mengenai pengaruh pressure terhadap

laju alir produksi suatu sumur.

2
- Dapat menjadi bahan masukan bagi pihak perusahaan untuk menentukan

kebijakan perusahaan di masa yang akan datang khususnya dalam

penentuan waktu untuk memproduksikan suatu sumur.

- Diharapkan melalui penelitian ini dapat menjadi kontribusi pemikiran bagi

perkembangan industri minyak dan gas bumi di Indonesia.

1.5. Batasan Masalah

Batasan masalah pada penulisan Skripsi ini adalah Keekonomian Sumur

Gas 123 Di Lapangan XYZ Pt. Medco E&P Berdasarkan Atas Perhitungan Potensi

Sumur Dari Hasil Deliverability Test .

1.6 Metodologi Penelitian

Berikut ini uraian metode yang digunakan oleh penulis dalam melakukan

penelitian:

1.6.1 Pengumpulan Data

Subjek dalam penelitian ini adalah

1. Data profil sumur

2. Data produksi sumur

3. Data fluida reservoir

4. Data hasil MIT di lapangan

5. Data keekonomian minyak dan gas

3
1.6.2 Proses Analisis Data

Berikut ini tahapan-tahapan yang akan digunakan penulis selama melakukan

penelitian:

1. Studi pustaka

2. Persiapan alat dan bahan

3. Analisis data Deliverability Test (modified isochronal test)

4. Analisis Vertical Lift Performance

5. Forcasting sumur berdasarkan potensi sumur gas

6. Perhitungan Keekonomian Sumur

1.7 Sistematika Penulisan

Sistematika yang digunakan dalam penulisan Skripsi ini disusun dengan

uraian bagian sebagai berikut:

- Pendahuluan, sebagai penyampaian latar belakang pemilihan judul,

rumusan masalah, maksud dan tujuan, manfaat, batasan masalah,

metodologi dan sistematika penulisan.

- Tinjauan Pustaka, meliputi landasan teori yang membahas materi

teknis, fungsi, jenis, sifat/karakteristik, material, komposisi, maupun

dasar perhitungan.

- Metodologi Penelitian, meliputi analisa dan perhitungan dari data yang

telah didapatkan.

- Penutup, yaitu akhir dari penulisan yang akan memuat daftar pustaka

sebagai referensi serta lampiran pendukung.

4
II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sifat Fisik Gas

Kemampuan untuk menghitung performa dari sistem produksi gas,

termasuk reservoir dan perpipaannya, memerlukan pengetahuan tentang sifat fisik

dan komposisi gas pada tekanan dan temperature yang berbeda-beda. Pada bab ini

akan dibahas mengenai sifat-sifat fisik gas yang meliputi densitas gas, faktor

volume formasi gas, kompresibilitas gas, faktor deviasi gas (Z), dan viskositas gas.

2.1.1 Spesific Gravity Gas

Specific Gravity Gas didefinisikan sebagai perbandingan antara densitas gas

tersebut dengan densitas gas standard. Biasanya yang digunakan sebagai gas

standar adalah udara kering. Secara matematis, Specific Gravity Gas dapat

dirumuskan sebagai berikut:


𝜌𝑔
𝑆𝐺𝑔𝑎𝑠 = ................................................................................... (2.1)
𝜌𝑢

Definisi matematis dari densitas gas (𝜌𝑔) adalah MP / RT , dimana M adalah

berat molekul gas, P adalah tekanan, R adalah konstanta dan T adalah temperatur,

sehingga bila gas dan udara dianggap sebagai gas ideal, maka SGgas dapat

dirumuskan dengan persamaan sebagai berikut:

𝑃
𝑀𝑔 . 𝑅. 𝑇
𝑆𝐺𝑔𝑎𝑠 =
𝑃
𝑀𝑢 . 𝑅. 𝑇

𝑀𝑔
= .............................................................................. (2.2)
28.97

5
Keterangan :

Sg Gas : Specific Gravity Gas (fraksi)

Rog : Densitas gas (gr/cc)

Rou : Densitas udara (gr/cc)

Mg : Berat molekul gas (gr/mol)

Mu : Berat molekul udara (28.97 gr/mol)

2.1.2 Faktor Volume Formasi Gas

Pada operasi yang melibatkan produksi gas, laju alir dan besarnya produksi

diukur pada keadaan standard (T = 60 ˚F, P = 14.7 psia). Teknik reservoir dan

perhitungan aliran pada pipa memerlukan volume gas pada keadaan reservoir, dan

maka dari itu sebuah faktor konversi diperlukan untuk merubah dari keadaan

standard menjadi keadaan reservoir. Faktor konversi ini disebut sebagai faktor

volume formasi dan didefiniskan sebagai besarnya perbandingan volume gas pada

kondisi standar, cuft/SCF. Karena gas bersifat dapat dimampatkan (compressible),

maka harga faktor volume formasi gas relatif kecil. Dituliskan dalam persamaan

matematis sebagai berikut :

𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑔𝑎𝑠 𝑑𝑖 𝑟𝑒𝑠𝑒𝑟𝑣𝑜𝑖𝑟 (𝐶𝑢𝑓𝑡)


𝐵𝑔 = ............................................................ (2.3)
𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑔𝑎𝑠 𝑑𝑖 𝑝𝑒𝑟𝑚𝑢𝑘𝑎𝑎𝑛 (𝑆𝐶𝐹)

Untuk keadaan standar, maka persamaannya menjadi:

𝑍.𝑇 𝑐𝑢𝑓𝑡
𝐵𝑔 = 0.0283 , ................................................................................ (2.4)
𝑃 𝑆𝐶𝐹

Untuk satuan bbl/SCF, maka persamaannya menjadi:

𝑍.𝑇 𝑏𝑏𝑙𝑠
𝐵𝑔 = 0.00504 , 𝑆𝐶𝐹 ............................................................................... (2.5)
𝑃

6
Untuk konstanta diatas, tekanan dinyatakan dalam psia dan temperatur dalam ºRa.

Untuk sistem SI (P = kPa, T = ºK), maka persamaannya menjadi:


𝑍.𝑇
𝐵𝑔 = 0.351 ........................................................................................... (2.6)
𝑃

2.1.3 Kompresibilitas Gas

Kompresibilitas gas didefinisikan sebagai perubahan volume gas yang

disebabkan oleh adanya perubahan tekanan. Kompresibilitas didapat dari

perhitungan atau korelasi Matta, Brar dan Aziz. Kompresibilitas gas di dapat

dengan persamaan :
𝐶𝑝𝑟
𝐶𝑔 = 𝑃𝑝𝑐 ………………………………………………………………. ..(2.7)

Dimana :

Cg : Kompresibilitas gas (psiaˉ¹)

Cpr : Kompresibilitas gas tereduksi (psiaˉ¹)

Ppc : Tekanan kritis semu (psia)

Tr : Temperatur tereduksi (˚Ra)

Pr : Tekanan tereduksi (psia)

Beberapa asumsi dibuat dalam menyusun persamaan gas pada kondisi ideal.

Sejak asumsi-asumsi ini tidak lah benar untuk gas pada tekanan dan temperature

yang berdeviasi dari kondisi ideal atau standard, faktor koreksi harus dibuat untuk

deviasi gas ideal. Metoda koreksi yang paling umum digunakan dalam industri

perminyakan adalah faktor kompresibilitas gas, atau lebih umum disebut sebagai

faktor-Z.

7
Faktor ini didefiniskan sebagai perbandingan antara volume gas pada

kondisi temperature dan tekanan sebenarnya dengan volume gas pada kondisi

standard.

𝑉𝑎𝑐𝑡𝑢𝑎𝑙
𝑍= …………………………………………………………….. (2.8)
𝑉𝑖𝑑𝑒𝑎𝑙

Faktor deviasi gas tidak konstan namun bervariasi akibat perubahan

komposisi gas, temperature, dan tekanan. Untuk gas ideal, Z=1. Sedangkan untuk

gas nyata dapat berharga lebih kecil atau lebih besar dari 1 namun dapat juga

berharga 1 tergantung dari tekanan dan temperatur yang mempengaruhinya.

Gambar 2.1 Compressibility of Natural Gases (Standing and Katz)

8
2.1.4 Viskositas Gas

Viskositas dari suatu fuida adalah pengukuran kemampuan suatu fluida

untuk mengalir, atau perbandingan antara gaya tahanan dan laju tahanan. Bisa

dikatakan viskositas gas merupakan ukuran tahanan gas terhadap aliran. Viskositas

gas akan berbanding lurus dengan temperatur dan berbanding terbalik dengan berat

molekulnya. Jadi bila berat molekulnya bertambah besar, maka viskositasnya

mengecil, sedangkan bila temperaturnya naik, maka viskositasnya membesar.

Viskositas gas sulit untuk diukur dan untuk keperluan keteknikan dapat

ditentukan dengan cukup akurat dari korelasi empiris. Korelasi yang paling banyak

digunakan adalah korelasi Carr et al., yang digambarkan pada Gambar 2.2.

Viskositas gas merupakan suatu fungsi dari berat molekul dan temperature.

Gambar 2.2 Viskositas Gas Hidrokarbon pada Tekanan Atmosfer dan

Temperatur Sistem

9
2.2 Inflow Performance Relationship

Kemampuan sumur untuk mengalirkan fluida dari reservoir ke lubang

sumur atau IPR menggambarkan hubungan antara tekanan alir dasar sumur dengan

laju produksi fluida. Terdapat beberapa metode untuk menggambarkan kurva IPR

sumur gas, diantaranya yaitu Empirical Analysis dan Theoritycal Analisys.

2.2.1 Empirical Analysis

Hubungan antara tekanan alir dasar sumur dan laju produksi gas dapat

dinyatakan denggan persamaan sebagai berikut :

𝑄𝑠𝑐 = 𝐶 (𝑃𝑟 2 − 𝑃𝑤𝑓 2 )𝑛 …………………………………………........ (2.9)

Keterangan :

Qsc : Laju Produksi gas, MSCFD

C : Koefisien performa yang menggambarkan posisi kurva deliverability yang

stabil, MSCFD/psia²

Pr : Tekanan reservoir, psia

Pwf : Tekanan alir dasar sumur, psia

n : Derajat turbulensi (se perslope)

Berdasarkan persamaan 2.9, bila dibuat hubungan antara Qsc vs ΔP² pada

kertas log-log akan diperoleh garis lurus dengan kemeringinan grafik yang

ditunjukkan oleh harga n. Harga n ini mencerminkan derajat pengaruh faktor

turbulensi atas aliran. Harga n diperoleh dari sudut kemiringan grafik dengan

10
sumbu tegak ΔP². Untuk aliran yang laminar akan memberikan harga n = 1, dan

bila terjadi turbulensi dalam aliran, maka n < 1 (n = 0.5 – 1.0).

Harga n dapat ditentukan dengan persamaan berikut :

log 𝑞2 −log 𝑞1
𝑛 = log (𝑃𝑟 2 −𝑃𝑓22)−log(𝑃𝑟 2 −𝑃𝑓12 ) ………………………………………… (2.10)

Setelah didapatkan harga n, maka harga C dapat dihitung dengan menggunakan

persamaan di bawah ini :

𝑞𝑠𝑐
𝐶= (𝑃𝑟 2 −𝑃𝑓 2 )𝑛
…………………………………………………………. (2.11)

Selain degan menggunakan persamaan di atas, harga C juga dapat dicari

dengan memperpanjang garis lurus yang terbentuk dari hasil plot Qsc vs ΔP² pada

kertas log-log ke harga ΔP² = 1 dan baca harga Qsc. Harga C adalah sama dengan

harga Qsc pada ΔP² = 1.

Satuan ukuran lainnya yang digunakan dalam analisis deliverability adalah

absolute open flow potential (AOFP). Absolute open flow potential (AOFP) adalah

nilai dari Qgas pada saat kondisi Pwf = 0 psi

𝑄 = 𝐶 × 𝑃𝑟 2𝑛 …………………………………………………....... (2.12)

2.2.2 Theoritical Analysis

Referensi dari theoretical analysis juga menyarankan metode untuk

memperkirakan peningkatan kinerja inflow performance yang akan dihasilkan dari

lubang sumur, oleh karena itu inflow performance dapat diperkirakan dari,

11
 Pseudopressure Technique

𝛹(𝛥𝑃) = 𝛹(𝑃𝑅 ) − 𝛹(𝑃𝑤𝑓 ) = 𝐴3 𝑞𝑠𝑐 + 𝐵3 𝑞𝑠𝑐 2

Dimana slope b adalah :

𝑁 Ʃ𝛥𝛹 Ʃ𝑞𝑠𝑐 2 −Ʃ𝑞𝑠𝑐 Ʃ𝛥𝛹


𝐵= ............................................................................. (2.13)
𝑁 Ʃ𝑞𝑠𝑐 2 − Ʃ𝑞𝑠𝑐 Ʃ𝑞𝑠𝑐

𝛥𝛹−𝐵𝑞𝑠𝑐 2
𝐴= ............................................................................................. (2.14)
𝑞𝑠𝑐

dan untuk menentukan harga Q disetiap Pwf adalah :

−𝐴+√𝐴2 +4𝐵(𝑃𝑤𝑠)2
𝑄= ................................................................................ (2.15)
2𝐵

A : Koefisien performa yang menggambarkan posisi kurva deliverability yang

stabil, MSCFD/psia²

B : Derajat turbulensi (slope)

2.3 Vertical Lift Performance

Aliran dalam sumur dari atas perforasi ke permukaan dikenal sebagai

Vertical lift performance, aliran fluida vertical terutama ditemui pada tubing yang

digunakan untuk memproduksi suatu sumur. Dalam aliran fluida vertikal,terdapat

bermacam-macam korelasi yang dapat digunakan, diantaranya yaitu Beggs and

Brill.Metode Beggs dan Brill bekerja untuk aliran horizontal atau vertikal dan

semua yang ada di antaranya. Ini juga memperhitungkan berbagai rezim aliran

horisontal. Metode ini menggunakan keseimbangan energi mekanis umum dan in-

situ rata-rata density untuk menghitung gradien tekanan. Beberapa korelasi berikut

digunakan dalam perhitungan.

12
1. Korelasi Hagedorn and Brown

2. Korelasi Duns and Ros

3. Korelasi Hagedorn and Brown, Duns and Ros Map

4. Korelasi Orikiszweski

5. Korelasi Begs and Brill

6. Korelasi Gray

Tabel 2.1 Batasan Penggunaan Korelasi

2.4 Deliverability Test

Deliverability test pada sumur gas telah digunakan bertahun-tahun untuk

menentukan kapasitas alir dari sumur tersebut. Uji kemampuan alir suatu sumur gas

13
sangat diperlukan untuk membantu engineer melakukan program perencanaan pada

suatu lapangan minyak/gas, seperti halnya sebagai berikut :

1. Menentukan apakah sumur tersebut komersial atau tidak

2. Menentukan laju produksi gas yang di perbolehkan (produksi optimum)

3. Merancang processing plant dan jalur perpipaan

4. Berfungsi sebagai dasar kontrak penjualan gas.

5. Menentukan kebutuhan stimulasi

6. Membantu dalam mengidentifikasi batas reservoir

Metoda pengetesan yang paling umum digunakan untuk menentukan

kemampuan alir sumur gas disebut multipoint testing. Caranya adalah dengan

memproduksikan sumur pada laju alir yang berbeda-beda (biasanya empat nilai).

Dari tekanan sumur dan laju alir yang telah diukur, maka persamaan IPR bisa

didapatkan. Pada dasarnya terdapat dua metoda deliverability test, yaitu flow after

flow test dan isochronal test. Namun saat ini isochronal test telah dikembangkan

menjadi modified isochronal test. Kedua metoda ini prinsip pengetesannya sama

yaitu dengan mengamati tekaan alir dasar sumur yang telah stabil pada laju produksi

yang konstan, cara ini diulang untuk laju produski gas yang berlainan, diperbesar

atau diperkecil. Selanjutnya data yang diperoleh dianalisis untuk memperoleh

persamaan potensi produksi sumur gas.

2.2.3 Flow After Flow Test

Flow After Flow Test atau disebut juga Back pressure Test, metoda ini

pertama kali ditemukan oleh Pierce dan Rawlins (1929) untuk mengetahui

14
kemampuan sumur berproduksi dengan memberikan tekanan balik (back pressure)

yang berbeda-beda. Tes ini dilakukan pada sumur yang permeab

Gambar 2.6. menggambarkan kelakuan yang ideal dari laju alir dan tekanan alir

dasar sumur terhadap waktu.

Gambar 2.3 Flow After Flow Test Flow Rate and Pressure Diagrams

Hasil plotting Qsc dengan ΔP2 pada kertas log-log dapat dilihat pada Gambar 2.7

15
Gambar 2.4 Plot Data Flow After Flow Test

Langkah-langkah untuk menganalisis Flow After Flow Test adalah sebagai

berikut:

1. Persiapkan data sebagai berikut:

 Laju produksi gas (3 sampai 4 data)

 Pr dan Pwf sesuai dengan ukuran jepitan/choke

2. Buat tabel perhitungan untuk menghitung (Pr2 - Pwf2) untuk setiap laju

produksi gas.

3. Plot Qsc vs (Pr2 - Pwf2) pada kertas log-log, dengan Qsc sebagai absis

dan (Pr2 - Pwf2) sebagai ordinat.

4. Tarik garis lurus melalui titik-titik plot pada perhitungan langkah (2)

16
5. Berdasarkan grafik tersebut, hitung slope (n) dengan menggunakan

persamaan dan konstanta C dengan menggunakan persamaan atau

secara grafik dimana C adalah harga Qsc pada (Pr2 - Pwf2) = 1.

6. Tentukan AOFP (Absolute Open Flow Test) dari grafik seperti yang

terlihat pada gambar 2.7. atau dihitung dengan menggunakan

persamaan .

2.2.4 Isochronal Test

Flow After Flow Test hanya dapat memberikan hasil yang baik bila

dilangsungkan pada reservoir dengan permeabilitas tinggi. Sedang untuk reservoir

dengan permeabilitas rendah, akan diperlukan waktu yang cukup lama untuk

mencapai kondisi tekanan yang stabil, sehingga apabila uji dilakukan pada sumur

yang belum mempunyai fasilitas produksi, jumlah gas yang dibakar cukup besar.

Bertolak dari kelemahan flow after flow test, maka Cullender

mengembangkan isochronal test guna memperoleh harga deliverability pada sumur

dengan permeabilitas rendah yang memerlukan waktu yang lama untuk mencapai

kondisi stabil. Diusulkan laju yang berbeda tetapi dengan selang waktu yang sama,

akan memberikan grafik log ∆P² vs log Qsc yang linier dengan harga eksponen n

yang sama, seperti pada kondisi aliran yang stabil. Tes ini dilakukan dengan cara

sebagai berikut :

1. Sumur awalnya pada kondisi ditutup (Shut-in), kemudian sumur tersebut

dibuka pada laju alir konstan (q1) dan ukur tekanan alir dasar sumurnya

(Pwf1) pada periode waktu tertentu.

17
2. Tutup sumur dan biarkan hingga tekanan kembali mencapai tekanan

reservoir (Pr), interval waktu yang digunakan untuk menutup sumur ini

biasanya lebih besar dari interval waktu untuk pembukaan sumur.

3. Buka sumur dengan laju alir produksi yang lain (q2), dan ukur kembali

tekanan alir dasar sumurnya (Pwf1) pada interval waktu yang sama dengan

langkah 1.

4. Tutup sumur dan biarkan hingga tekanan kembali mencapai tekanan

reservoir (Pr).

5. Ulangi prosedur buka-tutup sumur ini dengan laju alir produksi yang

berbeda-beda, biasanya dilakukan sebanyak empat kali.

6. Pada pembukaan sumur dengan laju alir yang terakhir (q4), biarkan sumur

mengalir hingga kondisi yang stabil tercapai, sehingga sumur mengalir pada

laju alir extended flow (qext) dan dengan tekanan alir dasar sumur extended

flow (Pwfext).

Kelakuan yang ideal dari hubungan antara laju alir produksi, tekanan, dan

waktu dapat dilihat pada Gambar 3.8 berikut ini. Pertama sumur ditutup sampai Pwf

sama dengan Pr, kemudian sumur dibuka dengan laju alir konstan (q1) pada t1.

Setiap penurunan tekanan dari Pr ke Pwf1 akan didapat 4 data Pwf yaitu (Pwf1)1,

(Pwf12, (Pwf1)3, dan (Pwf1)4. Kemudian sumur ditutup sampai tekanan mencapai

Pr. Sumur kemudian dibuka lagi dengan laju alir yang lebih besar yaitu q 2 pada

interval waktu yang sama dengan t1 yaitu t2. Setiap penurunan tekanan dari Pr ke

Pwf2 akan didapat 4 data Pwf yaitu (Pwf2)1, (Pwf2)2, (Pwf2)3, dan (Pwf2)4.

Kemudian sumur ditutup sampai tekanan mencapai Pr. Sumur kemudian dibuka

18
lagi dengan laju alir yang lebih besar yaitu q3 pada interval waktu yang sama yaitu

t3. Setiap penurunan tekanan dari Pr ke Pwf3 akan didapat 4 data Pwf yaitu (Pwf3)1,

(Pwf3)2, (Pwf3)3, dan (Pwf3)4. Kemudian sumur ditutup sampai tekanan mencapai

Pr. Sumur kemudian dibuka lagi dengan laju alir yang lebih besar yaitu q 4 pada

interval waktu yang sama yaitu t4. Setiap penurunan tekanan dari Pr ke Pwf4 akan

didapat 4 data Pwf yaitu (Pwf4)1, (Pwf4)2, (Pwf4)3, dan (Pwf4)4. Setelah itu sumur

dibiarkan mengalir hingga kondisi stabil tercapai, sehingga sumur mengalir pada

laju alir extended flow (q5) dan dengan tekanan alir dasar sumur extended flow

(Pwf5).

Gambar 2.5 Isochronal Test Flow Rate and Pressure Diagram

Hasil plotting Qsc dengan (Pr2 – Pwf2) pada kertas log-log untuk masing-

masing waktu pengaliran yang tercatat akan membentuk garis lurus dengan

kemiringan (slope) yang sama. Harga n dapat dicari dengan menggunakan cara

19
yang sama pada flow after flow test, sedangkan untuk menentukan harga C harus

ditentukan dari kondisi stabil.

Langkah-langkah menganalisis Isochronal Test adalah sebagai berikut:

1. Untuk setiap waktu pengamatan, misal t1, t2, t3, dan t4. Untuk q1 akan

diperoleh Pwf yang berbeda-beda, biasanya 4 data. Kemudian hitung

nilai ∆P² untuk masing-masing Pwf tersebut. Hal yang sama dilakukan

pada laju alir berikutnya yaitu q2,q3, dan q4.

2. Lakukan plot Q terhadap ∆P² pada kertas grafik log-log, berarti didapat

4 kelompok data.

3. Tarik garis lurus melalui data-data untuk setiap kelompok data

pengamatan t1, t2, t3, dan t4, berarti ada 4 garis dengan kemiringan yang

sama.

4. Kemudian plot q5 vs (Pr2 - Pwf52). Setelah itu buat satu garis yang

memotong titik extended dan sejajar dengan garis yang dibuat pada

langkah (3).

5. Analisis garis kurva yang dibuat pada langkah (4), yaitu:

 Hitung nilai kemiringan (n) dengan menggunakan persamaan (3.10)

 Hitung konstanta C untuk setiap waktu pengamatan t1, t2, t3, t4, dan

t5. Selanjutnya tentukan nilai C stabil dengan persamaan (3.11)

 Berdasarkan nilai n dan Cstabil, maka dapat dibuat persamaan potensi

sumur gas

6. AOFP dapat ditentukan secara matematis dengan menggunakan

persamaan (2.12).

20
Gambar 2.6 Plot Data Isochronal Test

2.2.5 Modified Isochronal Test

Metode ini merupakan pengembangan dari metode isochronal,

perbedaannya terletak pada waktu penutupan sumur sama dengan waktu sumur

produksi. Pada reservoir yang ketat penggunaan isochronal test belum tentu

menguntungkan karena banyak kehilangan produksi bila diinginkan penutupan

sumur sampai mencapai kondisi stabil. Katz et.al., (1959) telah mengusulkan suatu

metode untuk memperoleh hasil yang mendekati hasil tes isochronal. Perbedaan

metode ini dengan metode lain terletak pada persyaratan bahwa penutupan sumur

21
tidak perlu dilakukan sampai diperoleh tekanan sumur sama dengan waktu sumur

ditutup, karena waktu penutupan dan pembukaan sumur dibuat sama besar. Cara

pelaksanaan modified isochronal test adalah sebagai berikut:

1. Sumur ditutup dan tekanan statis tercapai (Pst1)

2. Sumur diproduksikan dengan laju q1 yang konstan untuk jangka waktu

tertentu, diperoleh Pwf1

3. Sumur ditutup dengan jangka waktu yang sama saat produksi q1, diperoleh Pst2

4. Sumur diproduksikan dengan laju q2 yang konstan dan lebih besar dari q1 untuk

jangka waktu yang sama saat produksi q1, diperoleh Pwf2

5. Langkah (3) dan (4) diulang untuk laju produksi yang lebih besar, sampai

diperoleh 4 data

6. Sumur diproduksikan dengan laju yang konstan untuk jangka waktu yang

relatif panjang, yang disebut sebagai laju yang diperpanjang (extended flow).

Pengolahan data untuk analisis deliverabilitas sama seperti pada metode

isochronal, kecuali untuk harga Pr diganti dengan Pws, yaitu harga tekanan dibaca

pada akhir dari setiap massa penutupan sumur. Prosedur modified isochronal test

secara grafis diilustrasikan oleh Gambar 2.10 dimana untuk suatu harga q diperoleh

pasangan ∆P² dengan kondisi sebagai berikut :

q1 vs (Pws1)2 – (Pwf1)2

q2 vs (Pws2)2 – (Pwf2)2

q3 vs (Pws3)2 – (Pwf3)2

22
q4 vs (Pws4)2 – (Pwf4)2

q5 vs (PR)² – (Pwf5)², merupakan data laju alir dan tekanan alir diperpanjang.

Gambar 2.7 MIT Flow Rate and Pressure Diagram

Sedangkan pengolahan kurva deliverabilitas yang stabil diperoleh dengan jalan

menggambarkan sebuah garis lurus sejajar kurva deliverabilitas transien yang

melalui (Pws42 – Pwf52) terhadap laju produksi gas yang diperpanjang (Q extended

2
flow). Hasil plotting Qsc dengan ( PR  Pwf2 ) pada kertas log-log dapat dilihat pada

Gambar 3.11 berikut ini.

23
Gambar 2.8 Plot Data Modified Isochronal Test

Langkah-langkah menganalisis data Modified Isochronal Test adalah

sebagai berikut:

1. Hitung (Pr2-Pwf2)

2. Lakukan plot antara (Pr2-Pwf2) terhadap Q pada kertas grafik log-log

dengan Q sebagai absis dan (Pr2-Pwf2) sebagai ordinat, tidak termasuk

data alir yang diperpanjang. Tarik garis lurus melalui plot data-data

(ada 4 titik data)

3. Plot data alir yang diperpanjang, tarik garis lurus sejajar dengan garis

yang dibuat pada langkah (2)

4. Analisis garis kurva yang dibuat pada langkah (3), yaitu:

24
 Hitung nilai kemiringan (n) dengan menggunakan persamaan (2.10)

 Hitung konstanta C dengan menggunakan persamaan (2.11)

 Buat persamaan potensi sumur gas

5. Tentukan AOFP secara matematis dengan cara mensubstitusi harga n

dan C yang telah didapat pada langkah (4) ke dalam Persamaan (2.12)

atau ditentukan secara grafis seperti yang terlihat pada gambar 2.11.

2.5 Production Constraint dan Forecast

Sebelum memulai forecast sumur diperlukan input data yaitu data

production constraint. Pada hal ini maka diperlukan input beberapa data untuk

dasar forecasting sumur gas. Bebeapa data yang biasa digunakan untuk production

constraint ini sebagai berikut,

 Manifold Pressure : data ini berguna untuk acuan saat besarnya manifold

pressure saat sumur berproduksi.

 Gas/Oil/Water Rate : Menentukan tingkat produksi jika menggunakan

tipe prediksi 'Tekanan Reservoir hanya dari Jadwal Produksi'. Jika

permeabilitas relatif digunakan selama proses prediksi, maka hanya laju

fluida utama saja yang diperlukan (mis. Laju minyak untuk reservoir

minyak)

 Minimum Rate: Menentukan batasan minimum jumlah produksi. Ketika

telah mencapai batasan minimum rate, maka program akan menutup

semua sumur produksi (terlepas dari gas cap dan produsen akuifer). Ini

berarti secara efektif merupakan abandonment constraint.

25
 Maximum Rate: Menentukan batasan laju produksi maksimum. Ketika

salah satu kendala ini ditemui, program menaikan tekanan manifold untuk

mengatasi kendala tersebut

Dari beberapa data input production contransraint, maka selanjutnya dapat

memprediksi sumur sesuai input data production constraint dan schedule

unutuk produksi sumur.

2.8 Parameter Keekonomian

Production Sharing Contract (PSC)

26
 First Tranche Petroleum (FTP)

Pada dasarnya FTP merupakan system penyisihan jumlah tertentu produksi

setiap tahun sebelum diambil untuk pengembalian biaya (invesment credit dan

biaya operasi ).FTP ini besarnya 20% dari produksi sebelum cost recovery, bagian

kontraktor ri FTP dikenakan pajak.

 Investasi

Investasi adalah melakukan penanaman modal pada suatu proyek yang

diharapkan adalah suatu keuntungan yang terukur biasa disebut indikator

keuntungan.

 Cost Recovery

Cost recovery mengalami berbagai perubahan yang sangat berarti dalam

system PSC Indonesia, didalam PSC generasi pertama (1966-1976), cost recovery

ini dibatasi hanya sampai 40%. sedangkan pada generasi-generasi selanjutnya, cost

recovery tidak lagi dibatasi, tetapi cost recovery yang bisa direcover dalam satu

tahun maximum 80%. Mekanisme cost recovery pada dasarnya adalah first in - first

out artinya biaya yang telah dikeluarkan pada tahun sebelumnya dapat diterirna

kembali (direcover) pada tahun berikutnya. Cost recovery ini antara lain meliputi

• Amortisasi biaya kapital (carry forward)

• Depresiasi biaya kapital (carry forward)

• Unrecovered cost tahun sebelumnya

• Operating cost tahun berjalan

• Depresiasi biaya kapital tahun berjalan

• Kredit investasi (investment credit)

27
 Domestic Obligation Market

DMO adalah kewajiban investor untuk menyerahkan sebagian share minyak

kepada pemerintah bagi keperluan domestik (undang-undang No. 151 Th 62).

Besarnya DMO adalah 25% dikalikan Contractor Split setelah produksi 60 bulan.

Kontraktor mendapat fee dari volume DMO itu yang dihargai sekitar 10%-15%

harga pasar.

 Depresiasi

Indonesia umumnya rnenggunakan depresiasi double declining balance

untuk 4 lahun pertama selanjutnya secara straight line, tetapi hasil akhir tergantung

persetujuan pemerintah.

 Equity To Be Split

Equity to be split adalah keuntungan setelah dikurangi cost recovery dan

investment credit, kemudian dibagi menjadi “Government Equity Share” dan

“Contractor Equity Share” . Besar kedua equity share tergantung pajak dan

perbandingan bagi hasil. Bagi hasil minyak Pemerintah besarnya 85% dari gross

revenue sedangkan sisanya bagi hasil 15% untuk kotraktor, sedangkan bagi hasil

untuk gas adalah 70% untuk pemerintah berbanding 30% untuk kontraktor dari

gross revenue.

 Net Cash Flow

Net Cash Flow (NCF) adalah pendapatan bersih nyata per tahun setelah

diperhitungkan terhadap pajak. NCF pertahun bisa dihitung dalam dua macam:

pertama NCF adalah keuntungan setelah pajak ditambah depresiasi dikurangi

28
“capital investment” (Ini biasa dipakai untuk perhitungan keekonomian integrated

analysis). Kedua NCF adalah keuntungan setelah pajak ditambah selisih

recoverable cost dan total investasi (Ini biasa dipakai untuk perhitungan

keekonomian standalone analysis). Pengertian recoverble disini adalah maximum

biaya yang bisa ditagihkan ke pemerintah (Revenue dikurangi First Tranche

Petroleum). Integrated analysis mengandung pengertian setiap pengeluaran bisa

ditalangi dulu oleh lapangan lain yang sudah menguntungkan, syaratnya lapangan-

lapangan itu ada dalam satu wilayah kontrak. Standalone analysis maksudnya setiap

pengeluaran harus dipikul oleh lapangan itu sendiri. Pada umumnya perhitungan

keekonomian memakai stand alone analysis.

29
III . METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Data Sumur Gas

Data Sumur sebagai berikut,

Well : 123

Formasi/Lapisan : BRF fmt. (Clastic-2)

Perforasi : - Perf. Lap. BRF di 5610 ft – 5630 ft TVD

Kedalaman : 5873 ft TVD

Status : Produksi

Data well test : 2 Maret 2019

3.2 Pelaksanaan dan Analisis Modified Isochronal Test

Pelaksanaan uji sumur gas 123 menggunakan metode MIT. Dari pelaksaan

MIT di lapangan maka akan di dapatkan data tekananan sumur pada saat buka aliran

dan tutup aliran, rate gas yang berbeda pada setiap choke yang digunakan, dan juga

waktu buka tutup aliran pada sumur. Alat yang digunakan untuk merekam hasil

menguji sumur yaitu EMR yang diposisikan pada peralatan bawah permukaan

sumur. Berikut merupakan hasil dari uji sumur gas 123 menggunakan metode MIT.

Cara pelaksanaan modified isochronal test adalah sebagai berikut:

30
Gambar 3.1 X-mastree Sumur Gas 123

1. Sumur ditutup dan tekanan statis tercapai (Pst1)

2. Sumur diproduksikan dengan dengan choke 18/64 untuk mendapatkan laju q1

yang konstan untuk jangka waktu 8 jam, diperoleh Pwf1.

Gambar 3.2 Choke Welltest Sumur Gas 123

3. Sumur ditutup dengan jangka waktu 8 jam saat produksi q1, diperoleh Pst2.

4. Sumur diproduksikan dengan choke 24/64 untuk mendapatkan laju q2 yang

konstan dan lebih besar dari q1 untuk jangka waktu yang sama saat produksi

q1, diperoleh Pwf2.

31
5. Sumur ditutup dengan jangka waktu 8 jam saat produksi q1, diperoleh Pst3

6. Sumur diproduksikan dengan choke 36/64 untuk mendapatkan laju q3 yang

konstan dan lebih besar dari q1 untuk jangka waktu yang sama saat produksi

q1, diperoleh Pwf3.

7. Sumur ditutup dengan jangka waktu 8 jam saat produksi q1, diperoleh Pst4.

8. Sumur diproduksikan dengan choke 48/64 untuk mendapatkan laju q4 yang

konstan dan lebih besar dari q1 untuk jangka waktu yang sama saat produksi

q1, diperoleh Pwf4.

9. Sumur diproduksikan dengan choke 30/64 untuk extended dengan tujuan

mendapatkan laju qextended yang konstan untuk jangka waktu 8 jam yang

seharusnya kurang lebih 24 jam, diperoleh Pwfextended.

10. Sumur ditutup untuk menunda pelakasanaan extended flow dengan jangka

waktu 24 jam saat dikarenakan adanya kesalahan prosedur yang

menyebabkan vacum truk overheat.

11. Sumur diproduksikan kembali dengan choke 30/64 untuk extended2 dengan

tujuan mendapatkan laju qextended2 yang konstan untuk jangka waktu 8 jam,

diperoleh Pwfextended2.

Tabel 3.1 Data Pelaksanaan MIT

PwShut- Pwshut-
Time, Pwflowing, Pwflowing², (Pws²-Pwf²) q,
Status in, in²,
hours psig psig psig² MSCFD
psig psig
Shut In 8 1851
Flow 1 8 1366,5 3426201 1867455,117 1558746 4430
Shut In 8 1837,24
Flow 2 8 1171,2 3394082 1371706,196 2022376 5520
Shut In 8 1836,91

32
Flow 3 8 1066,0 3392866 1136374,367 2256492 5830
Shut In 8 1836,37
Flow 4 8 1005,1 3390877 1010263,43 2380614 5590
Extended 8 1841,49 987,6 3409759 975351,0243 2434408 4830
Shut In 25 Menunggu vakum truk siap untuk digunakan kembali
Extended 8 1841,49 987,6 3409759 975351,0243 2434408 6250
Pada pelaksanaan uji sumur terdapat kendala disaat extended yaitu overheat pada

mesin vacum truck yang mengakibatkan extended harus diulang pada selang waktu

24-25 jam kedepan. Dari data di table 3.2 maka dapat dilakukan perhitungan

menggunakan software Ecrin Saphir. Berikut merupakan plot MIT hasil uji sumur

gas 123,

1000

5000

2500

0
0 100

Pressure [psia], Not a unit, Gas Rate [Mscf/D] vs Time [hr]

Gambar 3.3 Grafik MIT

Dari grafik dapat dihitung nilai AOFP dengan 2 metode perhitungan, yaitu

menggunakan Empirical Method (C&N) dan Theoritical Method (LIT). Kedua

metode tersebut akan dibandingankan hasilnya untuk mendapatkan nilai AOFP

yang presentative.

33
Dari beberapa metode ada metode LIT untuk mendapatkan AOFP. Metode LIT ini

menggunan pseudo pressure untuk menghitung nilai B, A dan AOFP dimana

dibutuhkan nilai factor z dan nilai viskositas gas untuk mendapatkan nilai pseudo

pressure. Dari tabel 3.2 maka didapatkan plot grafik Qsc VS ΔΨ dan Plot Ψ VS

BHP LIT untuk perhitungan LIT sumur 123, berikut perhitungan untuk nilai B, A

dan AOFP sumur 123.

100.00 LIT KEMBAR-01


ΔΨ/QSC

10.00

1.00
1 10
y = 2.3214x + 12.825 QSC
extend
transien

Gambar 3.4 Grafik Plot Titik ΔΨ/Qsc VS QSC LIT

2500
y = 6E-05x2 + 0.0192x
2000

1500
Ψ

1000

500

0
0 1000 2000 3000 4000 5000 6000 7000
FBHP

Gambar 3.5 Grafik Plot Ψ VS BHP LIT

34
Tabel 3.2 Data Pehitungan AOFP Sumur 123 (LIT)

BHP Ψ ΔΨ qsc ΔΨ/qsc qsc2


0
1851 238,15 102,05 4,43 23,04 19,62
1366,549 136,10
1842,303 236,07 133,15 5,52 24,12 30,47
1171,199 102,92
1841,973 235,99 149,05 5,83 25,57 33,99
1066,009 86,94
1841,433 235,86 157,56 5,59 28,19 31,25
1005,119 78,31 541,81 21,37 100,91 115,33
980,44 74,93 163,22 4,83 33,79 23,33
Untuk mencari nilai slope (B) maka digunakan perhitungan sebagai berikut

𝑁 Ʃ𝛥𝛹 Ʃ𝑞𝑠𝑐 2 − Ʃ𝑞𝑠𝑐 Ʃ𝛥𝛹


𝐵=
𝑁 Ʃ𝑞𝑠𝑐 2 − Ʃ𝑞𝑠𝑐 Ʃ𝑞𝑠𝑐

4 x 541,81 x 115,33 − 21,37 x 541,81


𝐵=
4 x 115,33 − 21,37 x 21,37

𝐵 = 2,32

Untuk mencari nilai konstanta (A) maka digunakan perhitungan sebagai berikut

𝛥𝛹 − 𝐵𝑞𝑠𝑐 2
𝐴=
𝑞𝑠𝑐

163,22 − 2,32 x 23,33


𝐴=
4,83

𝐴 = 22,58

Nilai AOFP untuk titik transien 1,2,3 dan 4 dapat dihitung dengan persamaan berikut,

√(𝐴2 + 4𝐵[𝛹(𝑃𝑅) − 𝛹(𝑃𝑤𝑓)]


𝐴𝑂𝐹𝑃 =
2𝐵

√(22,582 + 4𝑥2,32[238,15 − 0]
𝐴𝑂𝐹𝑃 =
2 𝑥 2,32

𝐴𝑂𝐹𝑃 = 6,37 MMSCFD

35
Selain dengan metode Theoritical (LIT) dapat juga dilakukan perhitungan dengan

metode Empirical (C&n) sebagai berikut untuk mengetahui besarnya harga n dan

C sehingga kita bisa mendapatkan persamaan alir sumur gas tersebut berdasarkan

data yang telah didapatkan.

10000000
Grafik Slope (n)
(PWS²-PWF²), PSIA²

1000000

100000

10000
1000 Q, MSCFD 10000
y = 8.8028x1.4395
Transien Extended trend line

Gambar 3.6 Grafik Plot Titik (Pws²-Pwf²) VS Q, C&n

Perhitungan Nilai n

1/𝑛 = 1,4395

𝑛 = 0.69

Perhitungan Nilai C

𝑞𝑠𝑐
𝐶=
(𝑃𝑟 2 − 𝑃𝑓 2 )𝑛

4830
𝐶=
2434408,46 0.69
𝑀𝑆𝐶𝐹𝐷
𝐶 = 0.1768 𝑝𝑠𝑖𝑔2

36
Perhitungan AOFP

𝐴𝑂𝐹𝑃 = 𝐶 × 𝑃𝑟 2𝑛

𝐴𝑂𝐹𝑃 = 0.1768 × 2434408 2(0.69)

𝐴𝑂𝐹𝑃 = 6,1 𝑀𝑆𝐶𝐹𝐷,

Untuk memastikan hasil AOFP yang presentative maka perlu dilakukan sensitivity

nilai AOFP pada beberapa titik test, untuk menghidari error karena adanya kendala

saat melakukan uji dilapangan. Sesuai dengan plot grafik 3.1 didapatkan AOFP

pada setiap choke sebagai berikut.

Tabel 3.3 Sensitivity Perhitungan AOFP Sumur 123 (Ecrin Saphir)

AOFP Plot Data Transien Rata rata AOFP Plot Data Rata rata
Nomor Choke C&N AOFP Transien LIT AOFP
1,2,3,4 5965,8 6214,19
1,2,3 6263,43 6350,62
1,2,4 5880,91 6119,51
1,3,4 5969 6162,77
2,3,4 5065 6590,6
1,2 6445,8 5929,62 6488,92 6232,399
1,3 6223,78 6307,83
1,4 5826,29 5938,45
2,3 5726,57 5918,7
2,4 4959,05 5034,3
3,4 0 0
Selain dengan menngunakan software, dapat juga dilakukan perhitungan manual

atau menggunakan ms. exel untuk mengetahui AOFP. Berikut adalah hasil

perhitungannya.

Tabel 3.4 Sensitivity Pehitungan AOFP Sumur 123 (Manual)

AOFP Plot Data Transien Rata-rata AOFP Plot Data Rata-rata


Nomor Choke (C&N) AOFP Transien (LIT) AOFP
1,2,3,4 6103,80 6,37
6110 6410
1,2,3 6258,80 6,53
MSCFD MSCFD
1,2,4 6013,33 6,27

37
1,3,4 6040,14 6,45
2,3,4 6428,24 6,79
1,2 6420,46 6,68
1,3 6202,62 6,48
1,4 5811,84 6,06
2,3 5713,97 6,04
2,4 4957,39 5,06
3,4 0 0

Dari sensitivity yang telah dilakukan maka didapat nilai AOFP sumur gas 123

sebesar 6,37 MMSCFD dari data pada titik test 1,2,3 dan 4 dengan menggunakan

metode LIT, karena pada metode ini factor Z dan viskositas gas diperhitungkan.

3.3 Vertical lift Performance

Untuk mendapatkan data perhitungan outflow maka perlu dilakukan

perhitungan VLP sehingga dapat diketahui kemampuan sumur mengalirkan fluida

dari lubang sumur ke surface atau wellhead pada pwf dan gas rate optimum.

Dalam perhitungan dilakukan juga tubing correlation comparassion untuk

mendapatkan vertical lift performance dengan koelasi yang tepat.

3.3.1 Tubing Correlation Comparason untuk VLP

Dengan Tubing Correlation Comparason maka dapat dilakukan

perhitungan pressure gradient (traverse) dengan menggunakan korelasi yang ada

di software prosper. Dengan melakukan input actual measured pressure maka akan

didapatkan plot grafik antara actual measured pressure dengan calculated pressure.

38
Gambar 3.7 Grafik Plot Pressure Traverse

Dari beberapa korelasi ini maka dapat dipilih korelasi yang menghasilkan

titik grafik paling mendekati antara actual measured pressure vs depth dengan

calculated pressure vs depth.

Dari hasil perhitungan gradient pressure (traverse) yang telah dilakukan

maka outflow yang didapat untuk sumur 123 dengan menggunakan korelasi tubing

dari Beggs and Brill adalah seperti gambar grafik dibawah ini

39
Gambar 3.8 Grafik Plot VLP VS IPR

Dengan data outflow maka dapat dilakukan perhitungan untuk forecast sumur 123

dengan menggunakan software MBAL.

40
3.4 Production Constraint

Sumur gas 123 diprediksi akan berproduksi sampai tahun 2027. Dalam

memprediksi laju produksi sumur maka perlu data input history laju alir gas dimana

rate laju alir gas ini berdasarkan kesepakatan perusahaan dengan konsumen.

Tabel 3.5 Production & Constraint

Manifold
Time Minimal gas rate Maximal Gas Rate
Pressure
01/01/2009 0 3 200
01/07/2013 0,336
01/08/2013 1,84
01/09/2013 3,066
01/10/2013 1,691
01/11/2013 1,934
01/12/2013 1,76
01/01/2014 1,875
01/02/2014 0,887
01/03/2014 2,2
01/10/2014 3
01/12/2014 3,1
01/01/2015 2,83
01/02/2015 2,4
01/03/2015 2,98
01/04/2015 0
01/09/2015 2,92
01/10/2015 2,5
01/11/2015 2,44
01/12/2015 2,56
01/01/2016 2,48
01/02/2016 2,42
01/03/2016 2,4
01/04/2016 2,24
01/05/2016 2,27
01/06/2016
01/07/2016 2,23
01/08/2016
01/09/2016 2,27
01/10/2016 2,14

41
01/11/2016 2
01/12/2016 1,92
01/01/2017 1,93
01/02/2017 1,86
01/03/2017
01/04/2017 1,72
01/05/2017 1,77
01/11/2018
01/01/2019 3
01/02/2019
01/06/2021
01/01/2023
01/01/2024
01/01/2025
01/01/2026
01/01/2027

3.5 Forecast

Dari data reservoir, MIT, IPR, VLP, gas rate dan production history, maka

didapatkan forecast sumur 123 sebagai berikut.

Gambar 3.9 Forecast Sumur 123

Dari data forecast sumur gas 123 mampu mengalirkan 3 MMscfd dari 29 Desember

2018 sampai 24 Desember 2024. Setelah itu rate gas mengalami penurunan

42
sehingga pada tanggal 30 Desember 2033 rate gas menjadi 0,69 MMscfd dengan

kumulatif gas di produksikan dari tahun 2019 sampai 2033 sebesar 17715 MMscf.

3.6 Keekonomian Sumur Gas 123

3.6.1 Gross Revenue

Dari Hasil forecast sumur gas 123, produksi gas direncanakan untuk

memenuhi kebutuhan konsumen dari tahun 2019 sampai tahun 2027. Dengan Gross

Revenue sebesar $MM 59,33 dengan sales gas sebesar 9,16 TBTU. Gross revenue

ini akan dikurangi FTP sebelom dipakai untuk kebutuhan production cost.

3.6.2 First Trench Petroluem

Dengan adanya FTP maka bertujuan untuk penyisihan jumlah tertentu

produksi setiap tahun sebelum diambil untuk pengembalian biaya (invesment credit

dan biaya operasi).FTP ini besarnya $MM 11,87 dari gross revenue sebelum cost

recovery, bagian kontraktor sebesar $MM 5,12 dan bagian pemerintah Indonesia

sebesar $MM 6,75.

3.6.3 Equity To be Split

Equity to be split adalah keuntungan setelah dikurangi cost recovery dan

investment credit, kemudian dibagi menjadi “Government Equity Share” dan

“Contractor Equity Share”. Dimana ETS ini sebesar $MM 45,19, angka ini

didapatkan dari Gross Revenue dikurangi FTP dan Opex MEPI mendapatkan sebesar

$MM 19,493 dan pemerintah Indonesia mendapatkan $MM 25,70.

3.6.4 Contractor Net Cash Flow

MEPI sebagai pihak kontraktor mendapatkan 26,4% dari Gross Revenue dimana

total MEPI FTP Share sebesar $MM 5,12 ditambah dengan ETS MEPI Share

43
sebesar $MM 19,49 dikurangi Tax Entitlement sebesar $MM 8,92 (untuk

pemerintah) sehingga Net MEPI Share sebesar $MM 15,69.

3.6.5 Government Net Cash Flow

Pemerintah Indonesia mendapatkan $MM 25,70 dari Government Equity Share

ditambah dengan $MM 6,75 dari Government FTP share dan Tax sebesar $MM

8,92. Sehingga Net Pemerintah Indonesia Share sebesar $MM 41,36.

44
IV. PENUTUP

4.1. Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan di bab sebelumnya, maka dapat diambil

kesimpulan sebagai berikut:

1. Berdasarkan hasil Modified Isochronal Test yang telah dianalisis dan

dijadikan acuan dalam perhitungan, didapatkan dari pembacaan pada kertas

log-log dan membandingkan hasil perhitungan dengan dua metode LIT dan

C&n pada setiap choke didapatkan laju alir sumur pada bukaan penuh atau

absolute open flow potential sebesar 6,37 MMSCFD.

2. Dari data forecast sumur gas 123 mampu mengalirkan 3 MMscfd dari 29

Desember 2018 sampai 24 Desember 2024. Setelah itu rate gas mengalami

penurunan sehingga pada tanggal 30 Desember 2033 rate gas menjadi 0,69

MMscfd dengan kumulatif gas di produksikan dari tahun 2019 sampai 2033

sebesar 17715 MMscf.

3. Dari Hasil perhitungan ekonomi sumur 123 merupakan suatu proyek yang

menguntungkan (profitable project) yang akan menghasilkan 9,16 TBTU.

Dari hasil penjualan gas maka pihak MEPI sebagai kontraktor mendapatkan

keuntungan bersih sebesar 26% dari gross revenue atau senilai US$MM

15,69 dan pemerintah Indonesia mendapatakan senilai US$MM 41,36

dengan cost recovery sebesar US$MM 2,27.

45
DAFTAR PUSTAKA

1. Beggs, H. Dale. (1984). Gas Production Operations. Oklahoma: OGCI

Publications.

2. Chaudry, Amanat U., 2003. Gas Well Testing Handbook. United States of

America: Gulf Professional Publishing.

3. Donohue, David A.T., & Turgay, E. (1982). Gaswell Testing. Boston:

International Human Resources Development Corporation.

4. Guo, Lyons & Ghalambor. (2007). Petroleum Production Engineering.

University of Louisiana at Lafayette, United State of America: A Computer-

Assisted Approach, Elsevier Science & Technology Books Publishing.

5. Ikoku, Chi, U. (1984). Natural Gas Production Engineering. United States

of America: John Wiley & Sons Inc.

46
Lampiran 1

Data Sumur Gas 123

47
Lampiran 2

Data EMR Sumur Gas 123

Data Chart
1,900
235
1,850
1,800 230
1,750 225
1,700
220
1,650
215
1,600
1,550 210

Temperature (degF)
Pressure (psig)

1,500 205
1,450
200
1,400
1,350 195
1,300 190
1,250
185
1,200
180
1,150
1,100 175
1,050 170
1,000
165
950

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 110 120 130 140 150 160 170 180 190
Time (hrs)
Gauge 1 Pressure Gauge 1 Temperature

48
Lampiran 3

Sensitivity AOFP Sumur Gas 123 Pada Setiap Titik Test

A. C&n Setiap Choke Menggunakan Software Ecrin Saphir

1. Choke 1,2,3,4

1E+9

1E+8

1E+7

1E+6

1E+5

10000

1000
1 10 100 1000 10000 1E+5 1E+6

C and N Vertical Well IPR (Bottom Hole Pressures - Modified isochronal) Plot 1 - 10 Mar 2019 - KBR # 01 - MIT (EMR Lower): Ps²-Pf² [psia**2] vs Q [Mscf/D]

49
2. Choke 1,2,3

1E+9

1E+8

1E+7

1E+6

1E+5

10000

1000
1 10 100 1000 10000 1E+5 1E+6

C and N Vertical Well IPR (Bottom Hole Pressures - Modified isochronal) Plot 2 - 10 Mar 2019 - KBR # 01 - MIT (EMR Lower): Ps²-Pf² [psia**2] vs Q [Mscf/D]

50
3. Choke 1,2,4

1E+9

1E+8

1E+7

1E+6

1E+5

10000

1000
1 10 100 1000 10000 1E+5 1E+6

C and N Vertical Well IPR (Bottom Hole Pressures - Modified isochronal) Plot 3 - 10 Mar 2019 - KBR # 01 - MIT (EMR Lower): Ps²-Pf² [psia**2] vs Q [Mscf/D]

51
4. Choke 1,3,4

1E+9

1E+8

1E+7

1E+6

1E+5

10000

1000
1 10 100 1000 10000 1E+5 1E+6

C and N Vertical Well IPR (Bottom Hole Pressures - Modified isochronal) Plot 4 - 10 Mar 2019 - KBR # 01 - MIT (EMR Lower): Ps²-Pf² [psia**2] vs Q [Mscf/D]

52
5. Choke 1,2

1E+9

1E+8

1E+7

1E+6

1E+5

10000

1000
1 10 100 1000 10000 1E+5 1E+6

C and N Vertical Well IPR (Bottom Hole Pressures - Modified isochronal) Plot 6 - 10 Mar 2019 - KBR # 01 - MIT (EMR Lower): Ps²-Pf² [psia**2] vs Q [Mscf/D]

53
7. Choke 1,3

1E+9

1E+8

1E+7

1E+6

1E+5

10000

1000
1 10 100 1000 10000 1E+5 1E+6

C and N Vertical Well IPR (Bottom Hole Pressures - Modified isochronal) Plot 7 - 10 Mar 2019 - KBR # 01 - MIT (EMR Lower): Ps²-Pf² [psia**2] vs Q [Mscf/D]

54
8. Choke 1,4

1E+9

1E+8

1E+7

1E+6

1E+5

10000

1000
1 10 100 1000 10000 1E+5 1E+6

C and N Vertical Well IPR (Bottom Hole Pressures - Modified isochronal) Plot 8 - 10 Mar 2019 - KBR # 01 - MIT (EMR Lower): Ps²-Pf² [psia**2] vs Q [Mscf/D]

55
9. Choke 2,3

1E+9

1E+8

1E+7

1E+6

1E+5

10000

1000
1 10 100 1000 10000 1E+5 1E+6

C and N Vertical Well IPR (Bottom Hole Pressures - Modified isochronal) Plot 9 - 10 Mar 2019 - KBR # 01 - MIT (EMR Lower): Ps²-Pf² [psia**2] vs Q [Mscf/D]

56
10. Choke 2,4

1E+9

1E+8

1E+7

1E+6

1E+5

10000

1000
1 10 100 1000 10000 1E+5 1E+6

C and N Vertical Well IPR (Bottom Hole Pressures - Modified isochronal) Plot 10 - 10 Mar 2019 - KBR # 01 - MIT (EMR Lower): Ps²-Pf² [psia**2] vs Q [Mscf/D]

57
B. LIT Setiap Choke Menggunakan Software Ecrin Saphir

1. Choke 1,2,3,4

1000

500

-2000 0 2000 4000 6000 8000 10000 12000

LIT Vertical Well IPR (Bottom Hole Pressures - Modified isochronal) Plot 1 - 10 Mar 2019 - KBR # 01 - MIT (EMR Lower): (Ps²-Pf²)/Q [psia**2/[Mscf/D]] vs Q [Mscf/D]

58
2. Choke 1,2,3

1000

500

-2000 0 2000 4000 6000 8000 10000 12000

LIT Vertical Well IPR (Bottom Hole Pressures - Modified isochronal) Plot 2 - 10 Mar 2019 - KBR # 01 - MIT (EMR Lower): (Ps²-Pf²)/Q [psia**2/[Mscf/D]] vs Q [Mscf/D]

59
3. Choke 1,2,4

1000

500

-2000 0 2000 4000 6000 8000 10000 12000

LIT Vertical Well IPR (Bottom Hole Pressures - Modified isochronal) Plot 3 - 10 Mar 2019 - KBR # 01 - MIT (EMR Lower): (Ps²-Pf²)/Q [psia**2/[Mscf/D]] vs Q [Mscf/D]

60
4. Choke 1,3,4

1000

500

-2000 0 2000 4000 6000 8000 10000 12000

LIT Vertical Well IPR (Bottom Hole Pressures - Modified isochronal) Plot 4 - 10 Mar 2019 - KBR # 01 - MIT (EMR Lower): (Ps²-Pf²)/Q [psia**2/[Mscf/D]] vs Q [Mscf/D]

61
5. Choke 2,3,4

800

400

-4000 -2000 0 2000 4000 6000 8000 10000 12000 14000

LIT Vertical Well IPR (Bottom Hole Pressures - Modified isochronal) Plot 5 - 10 Mar 2019 - KBR # 01 - MIT (EMR Lower): (Ps²-Pf²)/Q [psia**2/[Mscf/D]] vs Q [Mscf/D]

62
6. Choke 1,2

800

400

-2000 0 2000 4000 6000 8000 10000 12000 14000

LIT Vertical Well IPR (Bottom Hole Pressures - Modified isochronal) Plot 6 - 10 Mar 2019 - KBR # 01 - MIT (EMR Lower): (Ps²-Pf²)/Q [psia**2/[Mscf/D]] vs Q [Mscf/D]

63
7. Choke 1,3

1000

500

-2000 0 2000 4000 6000 8000 10000 12000

LIT Vertical Well IPR (Bottom Hole Pressures - Modified isochronal) Plot 7 - 10 Mar 2019 - KBR # 01 - MIT (EMR Lower): (Ps²-Pf²)/Q [psia**2/[Mscf/D]] vs Q [Mscf/D]

64
8. Choke 1,4

1000

500

-500
-1000 0 1000 2000 3000 4000 5000 6000 7000 8000 9000 10000 11000

LIT Vertical Well IPR (Bottom Hole Pressures - Modified isochronal) Plot 8 - 10 Mar 2019 - KBR # 01 - MIT (EMR Lower): (Ps²-Pf²)/Q [psia**2/[Mscf/D]] vs Q [Mscf/D]

65
9. Choke 2,3

1000

500

-500

-1000 0 1000 2000 3000 4000 5000 6000 7000 8000 9000 10000 11000

LIT Vertical Well IPR (Bottom Hole Pressures - Modified isochronal) Plot 9 - 10 Mar 2019 - KBR # 01 - MIT (EMR Lower): (Ps²-Pf²)/Q [psia**2/[Mscf/D]] vs Q [Mscf/D]

66
Lampiran 4

Data Forecast Simulation

Time Reservoir Gas Oil Gas Water Avg.Liq Potential Man Pres WGR Cum Oil Cum Gas Cum Wat. Number
Average Recovery Rate Rate Rate Rate Produced Produced Produced of
Pressure Factor Producers
(date d/m/y) (psig) (percent) (STB/day) (MMscf/day)(STB/day) (STB/day) (MMscf/day) (psig) (STB/MMscf) (MMSTB) (MMscf) (MSTB)
43.463 1.864 30 - - - 11 - 0 0 6.310 0 -
43.828 1.738 35 30 3 29 55 6 1.298 9 0 7.348 10 1
44.194 1.605 40 30 3 32 61 5 1.123 10 0 8.446 21 1
44.559 1.472 45 30 3 36 64 4 936 11 0 9.541 33 1
44.924 1.339 51 30 3 40 68 4 723 13 0 10.636 47 1
45.289 1.205 56 30 3 45 72 3 452 14 0 11.731 63 1
45.655 1.071 61 28 3 47 76 3 200 16 0 12.813 80 1
46.020 954 65 24 2 45 72 2 200 18 0 13.754 97 1
46.385 853 69 20 2 42 65 2 200 20 0 14.552 112 1
46.750 766 73 17 2 39 59 2 200 22 0 15.232 127 1
47.116 691 75 15 1 37 54 1 200 24 0 15.815 141 1
47.481 627 78 13 1 34 49 1 200 26 0 16.314 154 1
47.846 570 80 11 1 32 45 1 200 28 0 16.744 166 1
48.211 521 81 9 1 29 41 1 200 30 0 17.115 177 1
48.577 479 83 8 1 27 37 1 200 32 0 17.436 188 1
48.942 441 84 7 1 25 34 1 200 34 0 17.714 197 1
48.945 441 84 7 1 25 32 1 200 35 0 17.716 197 1

67
Lampiran 5

Analisis Ekonomi Sumur Gas 123

Economic Baseline + Project


No Parameter Unit Baseline
Summary Project Only
1 Produksi Gas MMSCF
9,16 Sales Gas TBTU 220,42 229,58 9,16
- 2 Produksi Minyak MMSTB 16,36 16,36 -
6,48 3 Harga Rata-rata Gas Tertimbang US$/MMBTU 5,57 5,61
- 4 Oil Average Price US$/BBL 60,96 60,96
59,33 5 Gross Rev. MM$ 2.225,99 2.285,31 59,33
11,87 6 FTP (First Trance Petroleum) MM$ 445,20 457,06 11,87
5,12 Contr. FTP Share MM$ 145,11 150,22 5,12
6,75 Gov. FTP Share MM$ 300,09 306,84 6,75
- 7 Sunk Cost MM$ 27,54 27,54 -
- 8 Investasi (Drilling, Facilities) MM$ 137,20 137,20 -
- Tangible MM$ 55,86 55,86 -
- Intangible MM$ 81,34 81,34 -
2,27 9 Opex MM$ 620,15 622,42 2,27
Opex MM$ -
ASR MM$ -
2,27 10 Cost Recoverable MM$ 784,89 787,16 2,27
3,83% (% Gross Rev) 35,26% 34,44% 3,83%
- 11 Unrec. Cost MM$ - - -
0,0% (% Gross Rev) 0,0% 0,0%
45,19 12 ETS (Equity to be Split) MM$ 995,90 1.041,09 45,19
19,49 Contr. Equity Share MM$ 359,31 378,80 19,49
25,70 Gov. Equity Share MM$ 636,59 662,29 25,70
13 Contractor Profitability :
15,69 Net Contr. Share MM$ 301,93 317,62 15,69
26,4% %Gross Rev. 13,6% 13,9% 26,4%
15,69 Total Contr. NCF MM$ 329,48 345,17 15,69
%Gross Rev.
9,30 Contr. NPV10 (point forward) MM$ 109,70 119,02 9,32
598,67% Contr. IRR (point Forward) N/A N/A 1949,87%
- Contr. POT Years - - -
Contr. PV Ratio
14 GOI :
25,70 Gov. Equity Share MM$ 636,59 662,29 25,70
6,75 Gov. FTP Share MM$ 300,09 306,84 6,75
- Net DMO MM$ 30,79 30,79 -
8,92 Tax MM$ 171,69 180,61 8,92
- Local Gov MM$ - - -
41,36 GOI Take MM$ 1.139,16 1.180,53 41,36
69,72% % GOI 51,18% 51,66% 69,72%
24,60 GOI PV (point forward) MM$ 375,90 400,48 24,58

68
Total 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027
REVENUE
DISTRIBUTION
(100%)

Government Share 69,72% 41.364 4.732 5.007 5.076 5.105 5.179 4.883 4.160 3.571 3.652

Net Contractor Share 26,45% 15.690 1.795 1.899 1.925 1.937 1.964 1.852 1.578 1.354 1.385

Cost Recovery 3,83% 2.271 594 242 241 241 241 225 190 161 138

TOTAL SHARE 100,00% 59.325 7.121 7.147 7.242 7.283 7.384 6.959 5.928 5.086 5.175

Oil Revenue 0,00% - - - - - - - - - -

Gas Revenue 100,00% 59.325 7.121 7.147 7.242 7.283 7.384 6.959 5.928 5.086 5.175

TOTAL GROSS REVENUE 100,00% 59.325 7.121 7.147 7.242 7.283 7.384 6.959 5.928 5.086 5.175

Unrecovered Cost - 353 - - - - - - - -

CASH FLOW (100%)

Net Contractor Share 15.690 1.795 1.899 1.925 1.937 1.964 1.852 1.578 1.354 1.385

Cost Recovery 2.271 594 242 241 241 241 225 190 161 138

69
Total Contractor Share 17.961 2.389 2.141 2.166 2.177 2.205 2.077 1.768 1.516 1.523

Opex Participating Interest (2.271) (241) (242) (241) (241) (241) (225) (190) (161) (138)

Capex Participating Interest - - - - - - - - - -

Net Cashflow PSC 15.690 2.148 1.899 1.925 1.937 1.964 1.852 1.578 1.354 1.385

70
𝑺𝒂𝒍𝒆𝒔 𝑮𝒂𝒔 = ∑𝑷𝒓𝒐𝒅𝒖𝒌𝒔𝒊 𝑮𝒂𝒔 𝒑𝒆𝒓 𝑻𝒂𝒉𝒖𝒏 × 𝑮𝑯𝑽

𝑺𝒂𝒍𝒆𝒔 𝑮𝒂𝒔 = (𝟑 × 𝟑𝟔𝟓 × 𝟏, 𝟎𝟓) + (𝟑 × 𝟑𝟔𝟔 × 𝟏, 𝟎𝟓) + (𝟑 × 𝟑𝟔𝟓 × 𝟏, 𝟎𝟓)

+ (𝟑 × 𝟑𝟔𝟓 × 𝟏, 𝟎𝟓) + (𝟑 × 𝟑𝟔𝟓 × 𝟏, 𝟎𝟓) + (𝟐, 𝟕𝟗 × 𝟑𝟔𝟔 × 𝟏, 𝟎𝟓)

+ (𝟐, 𝟕𝟖𝟗 × 𝟑𝟔𝟔 × 𝟏, 𝟎𝟓) + (𝟐, 𝟎𝟏 × 𝟑𝟔𝟓 × 𝟏, 𝟎𝟓) + (𝟏, 𝟕𝟏𝟓 × 𝟑𝟔𝟓

× 𝟏, 𝟎𝟓)

𝑺𝒂𝒍𝒆𝒔 𝑮𝒂𝒔 = 𝟗, 𝟏𝟔 𝑻𝑩𝑻𝑼

Gross Revenue

𝑯𝒂𝒓𝒈𝒂 𝑹𝒂𝒕𝒂 𝒓𝒂𝒕𝒂 𝑮𝒂𝒔 = 𝟔, 𝟒𝟖 𝑼$/𝑴𝑴𝑩𝑻𝑼

𝑮𝒓𝒐𝒔𝒔 𝑹𝒆𝒗𝒆𝒏𝒖𝒆 = ∑( 𝑮𝒂𝒔 𝑷𝒓𝒐𝒅𝒖𝒄𝒕𝒊𝒐𝒏 𝒑𝒆𝒓 𝒚𝒆𝒂𝒓 × 𝑮𝑯𝑽 ×

𝑯𝒂𝒓𝒈𝒂 𝑮𝒂𝒔 𝒑𝒆𝒓 𝒚𝒆𝒂𝒓 )

𝑮𝒓𝒐𝒔𝒔 𝑹𝒆𝒗𝒆𝒏𝒖𝒆 = (𝟑 × 𝟑𝟔𝟓 × 𝟏, 𝟎𝟓 × 𝟔, 𝟏𝟗) + (𝟑 × 𝟑𝟔𝟔 × 𝟏, 𝟎𝟓 ×

𝟔, 𝟏𝟗) + (𝟑 × 𝟑𝟔𝟓 × 𝟏, 𝟎𝟓 × 𝟔, 𝟐𝟗) + (𝟑 × 𝟑𝟔𝟓 ×

𝟏, 𝟎𝟓 × 𝟔, 𝟑𝟑) + (𝟑 × 𝟑𝟔𝟓 × 𝟏, 𝟎𝟓 × 𝟔, 𝟒𝟐) +

(𝟐, 𝟕𝟗 × 𝟑𝟔𝟔 × 𝟏, 𝟎𝟓 × 𝟔, 𝟒𝟗) + (𝟐, 𝟕𝟗 × 𝟑𝟔𝟔 ×

𝟏, 𝟎𝟓 × 𝟔, 𝟓𝟓) + (𝟐, 𝟎𝟏 × 𝟑𝟔𝟓 × 𝟏, 𝟎𝟓 × 𝟔, 𝟔𝟏) +

(𝟏, 𝟕𝟐 × 𝟑𝟔𝟓 × 𝟏, 𝟎𝟓 × 𝟕, 𝟖𝟕)

𝑮𝒓𝒐𝒔𝒔 𝑹𝒆𝒗𝒆𝒏𝒖𝒆 = 𝑼𝑺𝑴𝑴$ 𝟓𝟗, 𝟑𝟑

FTP

𝑭𝑻𝑷 = 𝑮𝒓𝒐𝒐𝒔 𝑹𝒆𝒗𝒆𝒏𝒖𝒆 × 𝟐𝟎%

𝑭𝑻𝑷 = 𝑼𝑺𝑴𝑴$ 𝟓𝟗, 𝟑𝟑 × 𝟐𝟎%

𝑭𝑻𝑷 = 𝑼𝑺𝑴𝑴$ 𝟏𝟏, 𝟖𝟕

71
FTP Split

𝑭𝑻𝑷 𝑴𝑬𝑷𝑰 𝑺𝒉𝒂𝒓𝒆 = 𝑼𝑺𝑴𝑴$ 𝟏𝟏, 𝟖𝟕 × 𝟒𝟑, 𝟏𝟒%

𝑭𝑻𝑷 𝑴𝑬𝑷𝑰 𝑺𝒉𝒂𝒓𝒆 = 𝑼𝑺𝑴𝑴$ 𝟓, 𝟏𝟐

𝑭𝑻𝑷 𝑮𝒐𝒗𝒆𝒓𝒏𝒎𝒆𝒏𝒕 𝑺𝒉𝒂𝒓𝒆 = 𝑼𝑺𝑴𝑴$ 𝟏𝟏, 𝟖𝟕 × 𝟓𝟔, 𝟖𝟔%

𝑭𝑻𝑷 𝑮𝒐𝒗𝒆𝒓𝒏𝒎𝒆𝒏𝒕 𝑺𝒉𝒂𝒓𝒆 = 𝑼𝑺𝑴𝑴$ 𝟔, 𝟕𝟓

Opex (Cost Recovery)

𝑶𝒑𝒆𝒙 = 𝑾𝑶𝑪𝒐𝒔𝒕 + ∑(𝑷𝒓𝒐𝒅𝒖𝒄𝒕𝒊𝒐𝒏 𝑪𝒐𝒔𝒕 𝒑𝒆𝒓 𝒀𝒆𝒂𝒓 +

𝑮 &𝑨 𝑬𝒙𝒑𝒂𝒏𝒔𝒆𝒔 𝒑𝒆𝒓 𝒀𝒆𝒂𝒓)

𝑶𝒑𝒆𝒙 = 𝟑𝟓𝟑 + (𝟐𝟏𝟗 + 𝟐𝟐) + (𝟐𝟐𝟎 + 𝟐𝟐) + (𝟐𝟏𝟗 + 𝟐𝟐) + (𝟐𝟏𝟗 + 𝟐𝟐) +

(𝟐𝟏𝟗 + 𝟐𝟐) + (𝟐𝟎𝟒 + 𝟐𝟎) + (𝟏𝟕𝟐 + 𝟏𝟕) + (𝟏𝟒𝟕 + 𝟏𝟓) + (𝟏𝟐𝟓 +

𝟏𝟑)

𝑶𝒑𝒆𝒙 = 𝑼𝑺𝑴𝑴$ 𝟐, 𝟐𝟕

ETS

𝑬𝑻𝑺 = 𝑮𝒓𝒐𝒔𝒔 𝑹𝒆𝒗𝒆𝒏𝒖𝒆 − 𝑭𝑻𝑷 − 𝑶𝒑𝒆𝒙

𝑬𝑻𝑺 = 𝟓𝟗, 𝟑𝟑 − 𝟏𝟏, 𝟖𝟕 − 𝟐, 𝟐𝟕

𝑬𝑻𝑺 = 𝑼𝑺𝑴𝑴$ 𝟒𝟓, 𝟏𝟗

𝑴𝑬𝑷𝑰 𝑺𝒉𝒂𝒓𝒆 = 𝑬𝑻𝑺 × 𝟒𝟑, 𝟏𝟒%

𝑴𝑬𝑷𝑰 𝑺𝒉𝒂𝒓𝒆 = 𝑼𝑺𝑴𝑴$ 𝟒𝟓, 𝟏𝟗 × 𝟒𝟑, 𝟏𝟒%

𝑴𝑬𝑷𝑰 𝑺𝒉𝒂𝒓𝒆 = 𝑼𝑺𝑴𝑴$ 𝟏𝟗, 𝟒𝟗

72
𝑮𝒐𝒗𝒆𝒓𝒏𝒎𝒆𝒏𝒕 𝑺𝒉𝒂𝒓𝒆 = 𝑼𝑺𝑴𝑴$ 𝟒𝟓, 𝟏𝟗 × 𝟓𝟔, 𝟖𝟔%

𝑮𝒐𝒗𝒆𝒓𝒏𝒎𝒆𝒏𝒕 𝑺𝒉𝒂𝒓𝒆 = 𝑼𝑺𝑴𝑴$ 𝟐𝟓, 𝟕𝟎

Net Share

Tax = 36,25%

𝑵𝒆𝒕 𝑴𝑬𝑷𝑰 𝑺𝒉𝒂𝒓𝒆 = 𝑻𝒂𝒙𝒂𝒃𝒍𝒆 𝑺𝒉𝒂𝒓𝒆 − 𝑻𝒂𝒙 𝑬𝒏𝒕𝒊𝒕𝒍𝒆𝒅

𝑵𝒆𝒕 𝑴𝑬𝑷𝑰 𝑺𝒉𝒂𝒓𝒆 = ∑(𝑭𝑻𝑷 𝑴𝑬𝑷𝑰 𝑺𝒉𝒂𝒓𝒆 𝒑𝒆𝒓 𝒀𝒆𝒂𝒓 + 𝑴𝒆𝒑𝒊 𝑺𝒉𝒂𝒓𝒆 𝒑𝒆𝒓 𝒀𝒆𝒂𝒓) −

𝑻𝒂𝒙 𝑬𝒏𝒕𝒊𝒕𝒍𝒆𝒅 𝒑𝒆𝒓 𝒀𝒆𝒂𝒓)

𝑵𝒆𝒕 𝑴𝑬𝑷𝑰 𝑺𝒉𝒂𝒓𝒆 = ∑{(𝑮𝒓𝒐𝒔𝒔 𝒓𝒆𝒗𝒆𝒏𝒖𝒆 𝒑𝒆𝒓 𝒀𝒆𝒂𝒓 × 𝑮𝑭𝑻𝑷 ×

𝑮𝑪𝒕𝒓𝑭𝑻𝑷𝑺𝒍𝒊𝒕) + ((𝑮𝒓𝒐𝒔𝒔 𝑹𝒆𝒗𝒆𝒏𝒖𝒆 𝒂𝒇𝒕𝒆𝒓 𝑭𝑻𝑷 𝒑𝒆𝒓 𝒚𝒆𝒂𝒓 −

𝑪𝒐𝒔𝒕 𝒓𝒆𝒄𝒐𝒗𝒆𝒓𝒚 𝒑𝒆𝒓 𝒚𝒆𝒂𝒓) × 𝑮𝑪𝒕𝒓𝑺𝒑𝒍𝒊𝒕) − (𝑻𝒂𝒙 ×

𝑻𝒂𝒙𝒂𝒃𝒍𝒆 𝒔𝒉𝒂𝒓𝒆 𝒑𝒆𝒓 𝒚𝒆𝒂𝒓)}

𝑵𝒆𝒕 𝑴𝑬𝑷𝑰 𝑺𝒉𝒂𝒓𝒆 = (𝟓, 𝟏𝟐 + 𝟏𝟗, 𝟒𝟗) − 𝟖, 𝟗𝟐

𝑵𝒆𝒕 𝑴𝑬𝑷𝑰 𝑺𝒉𝒂𝒓𝒆 = 𝑼𝑺𝑴𝑴$ 𝟏𝟓. 𝟔𝟗

𝑵𝒆𝒕 𝑮𝒐𝒗𝒆𝒓𝒏𝒎𝒆𝒏𝒕 𝑺𝒉𝒂𝒓𝒆 = 𝑮𝒐𝒗𝒆𝒓𝒏𝒎𝒆𝒏𝒕 𝑭𝑻𝑷 𝑺𝒉𝒂𝒓𝒆 + 𝐆𝐨𝐯𝐞𝐫𝐧𝐦𝐞𝐧𝐭 𝐄𝐪𝐮𝐢𝐭𝐲 𝐒𝐡𝐚𝐫𝐞

+𝐓𝐚𝐱 𝐄𝐧𝐭𝐢𝐭𝐥𝐞𝐝

𝑵𝒆𝒕 𝑮𝒐𝒗𝒆𝒓𝒏𝒎𝒆𝒏𝒕 𝑺𝒉𝒂𝒓𝒆 = 𝟔, 𝟕𝟓 + 𝟐𝟓, 𝟕 + 𝟖, 𝟗𝟐

𝑵𝒆𝒕 𝑮𝒐𝒗𝒆𝒓𝒏𝒎𝒆𝒏𝒕 𝑺𝒉𝒂𝒓𝒆 = 𝑼𝑺𝑴𝑴$ 𝟒𝟏, 𝟑𝟔

Net Mepi. Share USMM$ 15,69 13,56% 13,90% 26,45%


Cost Recoverable USMM$ 2,27 35,26% 34,44% 3,83%
Goverment Take USMM$ 41,36 51,18% 51,66% 69,72%
Total USMM$ 59,33 100,00% 100,00% 100,00%

73
NPV
𝒊 = 𝟏𝟎 % 𝒊 = 𝟏𝟓 %
𝑵𝒆𝒕 𝑴𝒆𝒅𝒄𝒐 𝑺𝒉𝒂𝒓𝒆
𝑵𝑷𝑽 = 𝚺 (𝟏+𝒊)𝒚𝒆𝒂𝒓

Net Cash Flow NPV 10% NPV 15%


$ -353.000,00 $ -320.909,09 $ -306.956,52
$ 2.148.000,00 $ 1.775.206,61 $ 1.624.196,60
$ 1.899.000,00 $ 1.426.746,81 $ 1.248.623,33
$ 1.925.000,00 $ 1.314.800,90 $ 1.100.625,00
$ 1.937.000,00 $ 1.202.724,60 $ 963.031,34
$ 1.964.000,00 $ 1.108.626,80 $ 849.091,40
$ 1.852.000,00 $ 950.368,83 $ 696.235,40
$ 1.578.000,00 $ 736.148,65 $ 515.851,00
$ 1.354.000,00 $ 574.228,18 $ 384.891,31
$ 1.385.000,00 $ 533.977,46 $ 342.350,82
𝑁𝑃𝑉 15% = $ 7.417.939,65
𝑁𝑃𝑉 10% = $ 9.301.919,74

IRR
1 𝑁𝑃𝑉
𝐼𝑅𝑅 = 𝑖1 + (𝑁𝑃𝑉 −𝑁𝑃𝑉 (𝑖 − 𝑖1 )
) 2 1 2

𝐼𝑅𝑅 = 599%

POT

Year 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Net Cash Medco
MM$ -0,35 2,15 1,90 1,93 1,94 1,96 1,85 1,58 1,35 1,39
Cumulative
MM$ -0,35 1,80 3,69 5,62 7,56 9,52 11,37 12,95 14,3 15,69

Pay Out TIme


20.00
15.00
Cash,MM$

10.00
Cumulative Net Cash Flow
5.00
Net Cash Flow
0.00
0 2 4 6 8 10 12
-5.00
Time (year)

74
75
76
77

Anda mungkin juga menyukai