PENDAHULUAN
Gas alam seperti minyak bumi merupakan fluida yang disusun dari beberapa
Indonesia dan digunakan untuk memenuhi kebutuhan gas sebagai bahan bakar
suatu mesin bertenaga gas atau hanya di bakar di atmosfer. Kondisi ini
menyebabkan produksi gas suatu sumur harus dijaga seoptimum mungkin dalam
sumur, yang disebut Deliverability Test. Melalui tes ini dapat diketahui potensi
produksi sumur gas yang dinyatakan sebagai nilai AOFP (Absolute Open Flow
Potential) dan forecast dari suatu sumur gas. Hal tersebut dapat digunakan sebagai
dasar penentuan keekonomian sumur gas tersebut hingga batas akhir produksinya.
1
1.3. Maksud dan Tujuan
tugas dan kewajiban setiap mahasiswa Diploma IV semua program studi di PEM
1.4. Manfaat
waktu buka tutup aliran terhadap pressure yang didapatkan saat melakukan
Modified Isochronal Test, dan pengaruh pressure terhadap laju alir produksi
suatu sumur.
2
- Dapat menjadi bahan masukan bagi pihak perusahaan untuk menentukan
Gas 123 Di Lapangan XYZ Pt. Medco E&P Berdasarkan Atas Perhitungan Potensi
Berikut ini uraian metode yang digunakan oleh penulis dalam melakukan
penelitian:
3
1.6.2 Proses Analisis Data
penelitian:
1. Studi pustaka
dasar perhitungan.
telah didapatkan.
- Penutup, yaitu akhir dari penulisan yang akan memuat daftar pustaka
4
II. TINJAUAN PUSTAKA
dan komposisi gas pada tekanan dan temperature yang berbeda-beda. Pada bab ini
akan dibahas mengenai sifat-sifat fisik gas yang meliputi densitas gas, faktor
volume formasi gas, kompresibilitas gas, faktor deviasi gas (Z), dan viskositas gas.
tersebut dengan densitas gas standard. Biasanya yang digunakan sebagai gas
standar adalah udara kering. Secara matematis, Specific Gravity Gas dapat
berat molekul gas, P adalah tekanan, R adalah konstanta dan T adalah temperatur,
sehingga bila gas dan udara dianggap sebagai gas ideal, maka SGgas dapat
𝑃
𝑀𝑔 . 𝑅. 𝑇
𝑆𝐺𝑔𝑎𝑠 =
𝑃
𝑀𝑢 . 𝑅. 𝑇
𝑀𝑔
= .............................................................................. (2.2)
28.97
5
Keterangan :
Pada operasi yang melibatkan produksi gas, laju alir dan besarnya produksi
diukur pada keadaan standard (T = 60 ˚F, P = 14.7 psia). Teknik reservoir dan
perhitungan aliran pada pipa memerlukan volume gas pada keadaan reservoir, dan
maka dari itu sebuah faktor konversi diperlukan untuk merubah dari keadaan
standard menjadi keadaan reservoir. Faktor konversi ini disebut sebagai faktor
volume formasi dan didefiniskan sebagai besarnya perbandingan volume gas pada
maka harga faktor volume formasi gas relatif kecil. Dituliskan dalam persamaan
𝑍.𝑇 𝑐𝑢𝑓𝑡
𝐵𝑔 = 0.0283 , ................................................................................ (2.4)
𝑃 𝑆𝐶𝐹
𝑍.𝑇 𝑏𝑏𝑙𝑠
𝐵𝑔 = 0.00504 , 𝑆𝐶𝐹 ............................................................................... (2.5)
𝑃
6
Untuk konstanta diatas, tekanan dinyatakan dalam psia dan temperatur dalam ºRa.
perhitungan atau korelasi Matta, Brar dan Aziz. Kompresibilitas gas di dapat
dengan persamaan :
𝐶𝑝𝑟
𝐶𝑔 = 𝑃𝑝𝑐 ………………………………………………………………. ..(2.7)
Dimana :
Beberapa asumsi dibuat dalam menyusun persamaan gas pada kondisi ideal.
Sejak asumsi-asumsi ini tidak lah benar untuk gas pada tekanan dan temperature
yang berdeviasi dari kondisi ideal atau standard, faktor koreksi harus dibuat untuk
deviasi gas ideal. Metoda koreksi yang paling umum digunakan dalam industri
perminyakan adalah faktor kompresibilitas gas, atau lebih umum disebut sebagai
faktor-Z.
7
Faktor ini didefiniskan sebagai perbandingan antara volume gas pada
kondisi temperature dan tekanan sebenarnya dengan volume gas pada kondisi
standard.
𝑉𝑎𝑐𝑡𝑢𝑎𝑙
𝑍= …………………………………………………………….. (2.8)
𝑉𝑖𝑑𝑒𝑎𝑙
komposisi gas, temperature, dan tekanan. Untuk gas ideal, Z=1. Sedangkan untuk
gas nyata dapat berharga lebih kecil atau lebih besar dari 1 namun dapat juga
8
2.1.4 Viskositas Gas
untuk mengalir, atau perbandingan antara gaya tahanan dan laju tahanan. Bisa
dikatakan viskositas gas merupakan ukuran tahanan gas terhadap aliran. Viskositas
gas akan berbanding lurus dengan temperatur dan berbanding terbalik dengan berat
Viskositas gas sulit untuk diukur dan untuk keperluan keteknikan dapat
ditentukan dengan cukup akurat dari korelasi empiris. Korelasi yang paling banyak
digunakan adalah korelasi Carr et al., yang digambarkan pada Gambar 2.2.
Viskositas gas merupakan suatu fungsi dari berat molekul dan temperature.
Temperatur Sistem
9
2.2 Inflow Performance Relationship
sumur atau IPR menggambarkan hubungan antara tekanan alir dasar sumur dengan
laju produksi fluida. Terdapat beberapa metode untuk menggambarkan kurva IPR
Hubungan antara tekanan alir dasar sumur dan laju produksi gas dapat
Keterangan :
stabil, MSCFD/psia²
Berdasarkan persamaan 2.9, bila dibuat hubungan antara Qsc vs ΔP² pada
kertas log-log akan diperoleh garis lurus dengan kemeringinan grafik yang
turbulensi atas aliran. Harga n diperoleh dari sudut kemiringan grafik dengan
10
sumbu tegak ΔP². Untuk aliran yang laminar akan memberikan harga n = 1, dan
log 𝑞2 −log 𝑞1
𝑛 = log (𝑃𝑟 2 −𝑃𝑓22)−log(𝑃𝑟 2 −𝑃𝑓12 ) ………………………………………… (2.10)
𝑞𝑠𝑐
𝐶= (𝑃𝑟 2 −𝑃𝑓 2 )𝑛
…………………………………………………………. (2.11)
dengan memperpanjang garis lurus yang terbentuk dari hasil plot Qsc vs ΔP² pada
kertas log-log ke harga ΔP² = 1 dan baca harga Qsc. Harga C adalah sama dengan
absolute open flow potential (AOFP). Absolute open flow potential (AOFP) adalah
𝑄 = 𝐶 × 𝑃𝑟 2𝑛 …………………………………………………....... (2.12)
lubang sumur, oleh karena itu inflow performance dapat diperkirakan dari,
11
Pseudopressure Technique
𝛥𝛹−𝐵𝑞𝑠𝑐 2
𝐴= ............................................................................................. (2.14)
𝑞𝑠𝑐
−𝐴+√𝐴2 +4𝐵(𝑃𝑤𝑠)2
𝑄= ................................................................................ (2.15)
2𝐵
stabil, MSCFD/psia²
Vertical lift performance, aliran fluida vertical terutama ditemui pada tubing yang
Brill.Metode Beggs dan Brill bekerja untuk aliran horizontal atau vertikal dan
semua yang ada di antaranya. Ini juga memperhitungkan berbagai rezim aliran
horisontal. Metode ini menggunakan keseimbangan energi mekanis umum dan in-
situ rata-rata density untuk menghitung gradien tekanan. Beberapa korelasi berikut
12
1. Korelasi Hagedorn and Brown
4. Korelasi Orikiszweski
6. Korelasi Gray
menentukan kapasitas alir dari sumur tersebut. Uji kemampuan alir suatu sumur gas
13
sangat diperlukan untuk membantu engineer melakukan program perencanaan pada
kemampuan alir sumur gas disebut multipoint testing. Caranya adalah dengan
memproduksikan sumur pada laju alir yang berbeda-beda (biasanya empat nilai).
Dari tekanan sumur dan laju alir yang telah diukur, maka persamaan IPR bisa
didapatkan. Pada dasarnya terdapat dua metoda deliverability test, yaitu flow after
flow test dan isochronal test. Namun saat ini isochronal test telah dikembangkan
menjadi modified isochronal test. Kedua metoda ini prinsip pengetesannya sama
yaitu dengan mengamati tekaan alir dasar sumur yang telah stabil pada laju produksi
yang konstan, cara ini diulang untuk laju produski gas yang berlainan, diperbesar
Flow After Flow Test atau disebut juga Back pressure Test, metoda ini
pertama kali ditemukan oleh Pierce dan Rawlins (1929) untuk mengetahui
14
kemampuan sumur berproduksi dengan memberikan tekanan balik (back pressure)
Gambar 2.6. menggambarkan kelakuan yang ideal dari laju alir dan tekanan alir
Gambar 2.3 Flow After Flow Test Flow Rate and Pressure Diagrams
Hasil plotting Qsc dengan ΔP2 pada kertas log-log dapat dilihat pada Gambar 2.7
15
Gambar 2.4 Plot Data Flow After Flow Test
berikut:
2. Buat tabel perhitungan untuk menghitung (Pr2 - Pwf2) untuk setiap laju
produksi gas.
3. Plot Qsc vs (Pr2 - Pwf2) pada kertas log-log, dengan Qsc sebagai absis
4. Tarik garis lurus melalui titik-titik plot pada perhitungan langkah (2)
16
5. Berdasarkan grafik tersebut, hitung slope (n) dengan menggunakan
6. Tentukan AOFP (Absolute Open Flow Test) dari grafik seperti yang
persamaan .
Flow After Flow Test hanya dapat memberikan hasil yang baik bila
dengan permeabilitas rendah, akan diperlukan waktu yang cukup lama untuk
mencapai kondisi tekanan yang stabil, sehingga apabila uji dilakukan pada sumur
yang belum mempunyai fasilitas produksi, jumlah gas yang dibakar cukup besar.
dengan permeabilitas rendah yang memerlukan waktu yang lama untuk mencapai
kondisi stabil. Diusulkan laju yang berbeda tetapi dengan selang waktu yang sama,
akan memberikan grafik log ∆P² vs log Qsc yang linier dengan harga eksponen n
yang sama, seperti pada kondisi aliran yang stabil. Tes ini dilakukan dengan cara
sebagai berikut :
dibuka pada laju alir konstan (q1) dan ukur tekanan alir dasar sumurnya
17
2. Tutup sumur dan biarkan hingga tekanan kembali mencapai tekanan
reservoir (Pr), interval waktu yang digunakan untuk menutup sumur ini
3. Buka sumur dengan laju alir produksi yang lain (q2), dan ukur kembali
tekanan alir dasar sumurnya (Pwf1) pada interval waktu yang sama dengan
langkah 1.
reservoir (Pr).
5. Ulangi prosedur buka-tutup sumur ini dengan laju alir produksi yang
6. Pada pembukaan sumur dengan laju alir yang terakhir (q4), biarkan sumur
mengalir hingga kondisi yang stabil tercapai, sehingga sumur mengalir pada
laju alir extended flow (qext) dan dengan tekanan alir dasar sumur extended
flow (Pwfext).
Kelakuan yang ideal dari hubungan antara laju alir produksi, tekanan, dan
waktu dapat dilihat pada Gambar 3.8 berikut ini. Pertama sumur ditutup sampai Pwf
sama dengan Pr, kemudian sumur dibuka dengan laju alir konstan (q1) pada t1.
Setiap penurunan tekanan dari Pr ke Pwf1 akan didapat 4 data Pwf yaitu (Pwf1)1,
(Pwf12, (Pwf1)3, dan (Pwf1)4. Kemudian sumur ditutup sampai tekanan mencapai
Pr. Sumur kemudian dibuka lagi dengan laju alir yang lebih besar yaitu q 2 pada
interval waktu yang sama dengan t1 yaitu t2. Setiap penurunan tekanan dari Pr ke
Pwf2 akan didapat 4 data Pwf yaitu (Pwf2)1, (Pwf2)2, (Pwf2)3, dan (Pwf2)4.
Kemudian sumur ditutup sampai tekanan mencapai Pr. Sumur kemudian dibuka
18
lagi dengan laju alir yang lebih besar yaitu q3 pada interval waktu yang sama yaitu
t3. Setiap penurunan tekanan dari Pr ke Pwf3 akan didapat 4 data Pwf yaitu (Pwf3)1,
(Pwf3)2, (Pwf3)3, dan (Pwf3)4. Kemudian sumur ditutup sampai tekanan mencapai
Pr. Sumur kemudian dibuka lagi dengan laju alir yang lebih besar yaitu q 4 pada
interval waktu yang sama yaitu t4. Setiap penurunan tekanan dari Pr ke Pwf4 akan
didapat 4 data Pwf yaitu (Pwf4)1, (Pwf4)2, (Pwf4)3, dan (Pwf4)4. Setelah itu sumur
dibiarkan mengalir hingga kondisi stabil tercapai, sehingga sumur mengalir pada
laju alir extended flow (q5) dan dengan tekanan alir dasar sumur extended flow
(Pwf5).
Hasil plotting Qsc dengan (Pr2 – Pwf2) pada kertas log-log untuk masing-
masing waktu pengaliran yang tercatat akan membentuk garis lurus dengan
kemiringan (slope) yang sama. Harga n dapat dicari dengan menggunakan cara
19
yang sama pada flow after flow test, sedangkan untuk menentukan harga C harus
1. Untuk setiap waktu pengamatan, misal t1, t2, t3, dan t4. Untuk q1 akan
nilai ∆P² untuk masing-masing Pwf tersebut. Hal yang sama dilakukan
2. Lakukan plot Q terhadap ∆P² pada kertas grafik log-log, berarti didapat
4 kelompok data.
pengamatan t1, t2, t3, dan t4, berarti ada 4 garis dengan kemiringan yang
sama.
4. Kemudian plot q5 vs (Pr2 - Pwf52). Setelah itu buat satu garis yang
memotong titik extended dan sejajar dengan garis yang dibuat pada
langkah (3).
Hitung konstanta C untuk setiap waktu pengamatan t1, t2, t3, t4, dan
sumur gas
persamaan (2.12).
20
Gambar 2.6 Plot Data Isochronal Test
perbedaannya terletak pada waktu penutupan sumur sama dengan waktu sumur
produksi. Pada reservoir yang ketat penggunaan isochronal test belum tentu
sumur sampai mencapai kondisi stabil. Katz et.al., (1959) telah mengusulkan suatu
metode untuk memperoleh hasil yang mendekati hasil tes isochronal. Perbedaan
metode ini dengan metode lain terletak pada persyaratan bahwa penutupan sumur
21
tidak perlu dilakukan sampai diperoleh tekanan sumur sama dengan waktu sumur
ditutup, karena waktu penutupan dan pembukaan sumur dibuat sama besar. Cara
3. Sumur ditutup dengan jangka waktu yang sama saat produksi q1, diperoleh Pst2
4. Sumur diproduksikan dengan laju q2 yang konstan dan lebih besar dari q1 untuk
5. Langkah (3) dan (4) diulang untuk laju produksi yang lebih besar, sampai
diperoleh 4 data
6. Sumur diproduksikan dengan laju yang konstan untuk jangka waktu yang
relatif panjang, yang disebut sebagai laju yang diperpanjang (extended flow).
isochronal, kecuali untuk harga Pr diganti dengan Pws, yaitu harga tekanan dibaca
pada akhir dari setiap massa penutupan sumur. Prosedur modified isochronal test
secara grafis diilustrasikan oleh Gambar 2.10 dimana untuk suatu harga q diperoleh
q1 vs (Pws1)2 – (Pwf1)2
q2 vs (Pws2)2 – (Pwf2)2
q3 vs (Pws3)2 – (Pwf3)2
22
q4 vs (Pws4)2 – (Pwf4)2
q5 vs (PR)² – (Pwf5)², merupakan data laju alir dan tekanan alir diperpanjang.
melalui (Pws42 – Pwf52) terhadap laju produksi gas yang diperpanjang (Q extended
2
flow). Hasil plotting Qsc dengan ( PR Pwf2 ) pada kertas log-log dapat dilihat pada
23
Gambar 2.8 Plot Data Modified Isochronal Test
sebagai berikut:
1. Hitung (Pr2-Pwf2)
data alir yang diperpanjang. Tarik garis lurus melalui plot data-data
3. Plot data alir yang diperpanjang, tarik garis lurus sejajar dengan garis
24
Hitung nilai kemiringan (n) dengan menggunakan persamaan (2.10)
dan C yang telah didapat pada langkah (4) ke dalam Persamaan (2.12)
atau ditentukan secara grafis seperti yang terlihat pada gambar 2.11.
production constraint. Pada hal ini maka diperlukan input beberapa data untuk
dasar forecasting sumur gas. Bebeapa data yang biasa digunakan untuk production
Manifold Pressure : data ini berguna untuk acuan saat besarnya manifold
fluida utama saja yang diperlukan (mis. Laju minyak untuk reservoir
minyak)
semua sumur produksi (terlepas dari gas cap dan produsen akuifer). Ini
25
Maximum Rate: Menentukan batasan laju produksi maksimum. Ketika
salah satu kendala ini ditemui, program menaikan tekanan manifold untuk
26
First Tranche Petroleum (FTP)
setiap tahun sebelum diambil untuk pengembalian biaya (invesment credit dan
biaya operasi ).FTP ini besarnya 20% dari produksi sebelum cost recovery, bagian
Investasi
keuntungan.
Cost Recovery
system PSC Indonesia, didalam PSC generasi pertama (1966-1976), cost recovery
ini dibatasi hanya sampai 40%. sedangkan pada generasi-generasi selanjutnya, cost
recovery tidak lagi dibatasi, tetapi cost recovery yang bisa direcover dalam satu
tahun maximum 80%. Mekanisme cost recovery pada dasarnya adalah first in - first
out artinya biaya yang telah dikeluarkan pada tahun sebelumnya dapat diterirna
kembali (direcover) pada tahun berikutnya. Cost recovery ini antara lain meliputi
27
Domestic Obligation Market
Besarnya DMO adalah 25% dikalikan Contractor Split setelah produksi 60 bulan.
Kontraktor mendapat fee dari volume DMO itu yang dihargai sekitar 10%-15%
harga pasar.
Depresiasi
untuk 4 lahun pertama selanjutnya secara straight line, tetapi hasil akhir tergantung
persetujuan pemerintah.
Equity To Be Split
“Contractor Equity Share” . Besar kedua equity share tergantung pajak dan
perbandingan bagi hasil. Bagi hasil minyak Pemerintah besarnya 85% dari gross
revenue sedangkan sisanya bagi hasil 15% untuk kotraktor, sedangkan bagi hasil
untuk gas adalah 70% untuk pemerintah berbanding 30% untuk kontraktor dari
gross revenue.
Net Cash Flow (NCF) adalah pendapatan bersih nyata per tahun setelah
diperhitungkan terhadap pajak. NCF pertahun bisa dihitung dalam dua macam:
28
“capital investment” (Ini biasa dipakai untuk perhitungan keekonomian integrated
recoverable cost dan total investasi (Ini biasa dipakai untuk perhitungan
ditalangi dulu oleh lapangan lain yang sudah menguntungkan, syaratnya lapangan-
lapangan itu ada dalam satu wilayah kontrak. Standalone analysis maksudnya setiap
pengeluaran harus dipikul oleh lapangan itu sendiri. Pada umumnya perhitungan
29
III . METODOLOGI PENELITIAN
Well : 123
Status : Produksi
Pelaksanaan uji sumur gas 123 menggunakan metode MIT. Dari pelaksaan
MIT di lapangan maka akan di dapatkan data tekananan sumur pada saat buka aliran
dan tutup aliran, rate gas yang berbeda pada setiap choke yang digunakan, dan juga
waktu buka tutup aliran pada sumur. Alat yang digunakan untuk merekam hasil
menguji sumur yaitu EMR yang diposisikan pada peralatan bawah permukaan
sumur. Berikut merupakan hasil dari uji sumur gas 123 menggunakan metode MIT.
30
Gambar 3.1 X-mastree Sumur Gas 123
3. Sumur ditutup dengan jangka waktu 8 jam saat produksi q1, diperoleh Pst2.
konstan dan lebih besar dari q1 untuk jangka waktu yang sama saat produksi
31
5. Sumur ditutup dengan jangka waktu 8 jam saat produksi q1, diperoleh Pst3
konstan dan lebih besar dari q1 untuk jangka waktu yang sama saat produksi
7. Sumur ditutup dengan jangka waktu 8 jam saat produksi q1, diperoleh Pst4.
konstan dan lebih besar dari q1 untuk jangka waktu yang sama saat produksi
mendapatkan laju qextended yang konstan untuk jangka waktu 8 jam yang
10. Sumur ditutup untuk menunda pelakasanaan extended flow dengan jangka
11. Sumur diproduksikan kembali dengan choke 30/64 untuk extended2 dengan
tujuan mendapatkan laju qextended2 yang konstan untuk jangka waktu 8 jam,
diperoleh Pwfextended2.
PwShut- Pwshut-
Time, Pwflowing, Pwflowing², (Pws²-Pwf²) q,
Status in, in²,
hours psig psig psig² MSCFD
psig psig
Shut In 8 1851
Flow 1 8 1366,5 3426201 1867455,117 1558746 4430
Shut In 8 1837,24
Flow 2 8 1171,2 3394082 1371706,196 2022376 5520
Shut In 8 1836,91
32
Flow 3 8 1066,0 3392866 1136374,367 2256492 5830
Shut In 8 1836,37
Flow 4 8 1005,1 3390877 1010263,43 2380614 5590
Extended 8 1841,49 987,6 3409759 975351,0243 2434408 4830
Shut In 25 Menunggu vakum truk siap untuk digunakan kembali
Extended 8 1841,49 987,6 3409759 975351,0243 2434408 6250
Pada pelaksanaan uji sumur terdapat kendala disaat extended yaitu overheat pada
mesin vacum truck yang mengakibatkan extended harus diulang pada selang waktu
24-25 jam kedepan. Dari data di table 3.2 maka dapat dilakukan perhitungan
menggunakan software Ecrin Saphir. Berikut merupakan plot MIT hasil uji sumur
gas 123,
1000
5000
2500
0
0 100
Dari grafik dapat dihitung nilai AOFP dengan 2 metode perhitungan, yaitu
yang presentative.
33
Dari beberapa metode ada metode LIT untuk mendapatkan AOFP. Metode LIT ini
dibutuhkan nilai factor z dan nilai viskositas gas untuk mendapatkan nilai pseudo
pressure. Dari tabel 3.2 maka didapatkan plot grafik Qsc VS ΔΨ dan Plot Ψ VS
BHP LIT untuk perhitungan LIT sumur 123, berikut perhitungan untuk nilai B, A
10.00
1.00
1 10
y = 2.3214x + 12.825 QSC
extend
transien
2500
y = 6E-05x2 + 0.0192x
2000
1500
Ψ
1000
500
0
0 1000 2000 3000 4000 5000 6000 7000
FBHP
34
Tabel 3.2 Data Pehitungan AOFP Sumur 123 (LIT)
𝐵 = 2,32
Untuk mencari nilai konstanta (A) maka digunakan perhitungan sebagai berikut
𝛥𝛹 − 𝐵𝑞𝑠𝑐 2
𝐴=
𝑞𝑠𝑐
𝐴 = 22,58
Nilai AOFP untuk titik transien 1,2,3 dan 4 dapat dihitung dengan persamaan berikut,
√(22,582 + 4𝑥2,32[238,15 − 0]
𝐴𝑂𝐹𝑃 =
2 𝑥 2,32
35
Selain dengan metode Theoritical (LIT) dapat juga dilakukan perhitungan dengan
metode Empirical (C&n) sebagai berikut untuk mengetahui besarnya harga n dan
C sehingga kita bisa mendapatkan persamaan alir sumur gas tersebut berdasarkan
10000000
Grafik Slope (n)
(PWS²-PWF²), PSIA²
1000000
100000
10000
1000 Q, MSCFD 10000
y = 8.8028x1.4395
Transien Extended trend line
Perhitungan Nilai n
1/𝑛 = 1,4395
𝑛 = 0.69
Perhitungan Nilai C
𝑞𝑠𝑐
𝐶=
(𝑃𝑟 2 − 𝑃𝑓 2 )𝑛
4830
𝐶=
2434408,46 0.69
𝑀𝑆𝐶𝐹𝐷
𝐶 = 0.1768 𝑝𝑠𝑖𝑔2
36
Perhitungan AOFP
𝐴𝑂𝐹𝑃 = 𝐶 × 𝑃𝑟 2𝑛
Untuk memastikan hasil AOFP yang presentative maka perlu dilakukan sensitivity
nilai AOFP pada beberapa titik test, untuk menghidari error karena adanya kendala
saat melakukan uji dilapangan. Sesuai dengan plot grafik 3.1 didapatkan AOFP
AOFP Plot Data Transien Rata rata AOFP Plot Data Rata rata
Nomor Choke C&N AOFP Transien LIT AOFP
1,2,3,4 5965,8 6214,19
1,2,3 6263,43 6350,62
1,2,4 5880,91 6119,51
1,3,4 5969 6162,77
2,3,4 5065 6590,6
1,2 6445,8 5929,62 6488,92 6232,399
1,3 6223,78 6307,83
1,4 5826,29 5938,45
2,3 5726,57 5918,7
2,4 4959,05 5034,3
3,4 0 0
Selain dengan menngunakan software, dapat juga dilakukan perhitungan manual
atau menggunakan ms. exel untuk mengetahui AOFP. Berikut adalah hasil
perhitungannya.
37
1,3,4 6040,14 6,45
2,3,4 6428,24 6,79
1,2 6420,46 6,68
1,3 6202,62 6,48
1,4 5811,84 6,06
2,3 5713,97 6,04
2,4 4957,39 5,06
3,4 0 0
Dari sensitivity yang telah dilakukan maka didapat nilai AOFP sumur gas 123
sebesar 6,37 MMSCFD dari data pada titik test 1,2,3 dan 4 dengan menggunakan
metode LIT, karena pada metode ini factor Z dan viskositas gas diperhitungkan.
dari lubang sumur ke surface atau wellhead pada pwf dan gas rate optimum.
di software prosper. Dengan melakukan input actual measured pressure maka akan
didapatkan plot grafik antara actual measured pressure dengan calculated pressure.
38
Gambar 3.7 Grafik Plot Pressure Traverse
Dari beberapa korelasi ini maka dapat dipilih korelasi yang menghasilkan
titik grafik paling mendekati antara actual measured pressure vs depth dengan
maka outflow yang didapat untuk sumur 123 dengan menggunakan korelasi tubing
dari Beggs and Brill adalah seperti gambar grafik dibawah ini
39
Gambar 3.8 Grafik Plot VLP VS IPR
Dengan data outflow maka dapat dilakukan perhitungan untuk forecast sumur 123
40
3.4 Production Constraint
Sumur gas 123 diprediksi akan berproduksi sampai tahun 2027. Dalam
memprediksi laju produksi sumur maka perlu data input history laju alir gas dimana
rate laju alir gas ini berdasarkan kesepakatan perusahaan dengan konsumen.
Manifold
Time Minimal gas rate Maximal Gas Rate
Pressure
01/01/2009 0 3 200
01/07/2013 0,336
01/08/2013 1,84
01/09/2013 3,066
01/10/2013 1,691
01/11/2013 1,934
01/12/2013 1,76
01/01/2014 1,875
01/02/2014 0,887
01/03/2014 2,2
01/10/2014 3
01/12/2014 3,1
01/01/2015 2,83
01/02/2015 2,4
01/03/2015 2,98
01/04/2015 0
01/09/2015 2,92
01/10/2015 2,5
01/11/2015 2,44
01/12/2015 2,56
01/01/2016 2,48
01/02/2016 2,42
01/03/2016 2,4
01/04/2016 2,24
01/05/2016 2,27
01/06/2016
01/07/2016 2,23
01/08/2016
01/09/2016 2,27
01/10/2016 2,14
41
01/11/2016 2
01/12/2016 1,92
01/01/2017 1,93
01/02/2017 1,86
01/03/2017
01/04/2017 1,72
01/05/2017 1,77
01/11/2018
01/01/2019 3
01/02/2019
01/06/2021
01/01/2023
01/01/2024
01/01/2025
01/01/2026
01/01/2027
3.5 Forecast
Dari data reservoir, MIT, IPR, VLP, gas rate dan production history, maka
Dari data forecast sumur gas 123 mampu mengalirkan 3 MMscfd dari 29 Desember
2018 sampai 24 Desember 2024. Setelah itu rate gas mengalami penurunan
42
sehingga pada tanggal 30 Desember 2033 rate gas menjadi 0,69 MMscfd dengan
kumulatif gas di produksikan dari tahun 2019 sampai 2033 sebesar 17715 MMscf.
Dari Hasil forecast sumur gas 123, produksi gas direncanakan untuk
memenuhi kebutuhan konsumen dari tahun 2019 sampai tahun 2027. Dengan Gross
Revenue sebesar $MM 59,33 dengan sales gas sebesar 9,16 TBTU. Gross revenue
ini akan dikurangi FTP sebelom dipakai untuk kebutuhan production cost.
produksi setiap tahun sebelum diambil untuk pengembalian biaya (invesment credit
dan biaya operasi).FTP ini besarnya $MM 11,87 dari gross revenue sebelum cost
recovery, bagian kontraktor sebesar $MM 5,12 dan bagian pemerintah Indonesia
“Contractor Equity Share”. Dimana ETS ini sebesar $MM 45,19, angka ini
didapatkan dari Gross Revenue dikurangi FTP dan Opex MEPI mendapatkan sebesar
MEPI sebagai pihak kontraktor mendapatkan 26,4% dari Gross Revenue dimana
total MEPI FTP Share sebesar $MM 5,12 ditambah dengan ETS MEPI Share
43
sebesar $MM 19,49 dikurangi Tax Entitlement sebesar $MM 8,92 (untuk
ditambah dengan $MM 6,75 dari Government FTP share dan Tax sebesar $MM
44
IV. PENUTUP
4.1. Kesimpulan
log-log dan membandingkan hasil perhitungan dengan dua metode LIT dan
C&n pada setiap choke didapatkan laju alir sumur pada bukaan penuh atau
2. Dari data forecast sumur gas 123 mampu mengalirkan 3 MMscfd dari 29
Desember 2018 sampai 24 Desember 2024. Setelah itu rate gas mengalami
penurunan sehingga pada tanggal 30 Desember 2033 rate gas menjadi 0,69
MMscfd dengan kumulatif gas di produksikan dari tahun 2019 sampai 2033
3. Dari Hasil perhitungan ekonomi sumur 123 merupakan suatu proyek yang
Dari hasil penjualan gas maka pihak MEPI sebagai kontraktor mendapatkan
keuntungan bersih sebesar 26% dari gross revenue atau senilai US$MM
45
DAFTAR PUSTAKA
Publications.
2. Chaudry, Amanat U., 2003. Gas Well Testing Handbook. United States of
46
Lampiran 1
47
Lampiran 2
Data Chart
1,900
235
1,850
1,800 230
1,750 225
1,700
220
1,650
215
1,600
1,550 210
Temperature (degF)
Pressure (psig)
1,500 205
1,450
200
1,400
1,350 195
1,300 190
1,250
185
1,200
180
1,150
1,100 175
1,050 170
1,000
165
950
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 110 120 130 140 150 160 170 180 190
Time (hrs)
Gauge 1 Pressure Gauge 1 Temperature
48
Lampiran 3
1. Choke 1,2,3,4
1E+9
1E+8
1E+7
1E+6
1E+5
10000
1000
1 10 100 1000 10000 1E+5 1E+6
C and N Vertical Well IPR (Bottom Hole Pressures - Modified isochronal) Plot 1 - 10 Mar 2019 - KBR # 01 - MIT (EMR Lower): Ps²-Pf² [psia**2] vs Q [Mscf/D]
49
2. Choke 1,2,3
1E+9
1E+8
1E+7
1E+6
1E+5
10000
1000
1 10 100 1000 10000 1E+5 1E+6
C and N Vertical Well IPR (Bottom Hole Pressures - Modified isochronal) Plot 2 - 10 Mar 2019 - KBR # 01 - MIT (EMR Lower): Ps²-Pf² [psia**2] vs Q [Mscf/D]
50
3. Choke 1,2,4
1E+9
1E+8
1E+7
1E+6
1E+5
10000
1000
1 10 100 1000 10000 1E+5 1E+6
C and N Vertical Well IPR (Bottom Hole Pressures - Modified isochronal) Plot 3 - 10 Mar 2019 - KBR # 01 - MIT (EMR Lower): Ps²-Pf² [psia**2] vs Q [Mscf/D]
51
4. Choke 1,3,4
1E+9
1E+8
1E+7
1E+6
1E+5
10000
1000
1 10 100 1000 10000 1E+5 1E+6
C and N Vertical Well IPR (Bottom Hole Pressures - Modified isochronal) Plot 4 - 10 Mar 2019 - KBR # 01 - MIT (EMR Lower): Ps²-Pf² [psia**2] vs Q [Mscf/D]
52
5. Choke 1,2
1E+9
1E+8
1E+7
1E+6
1E+5
10000
1000
1 10 100 1000 10000 1E+5 1E+6
C and N Vertical Well IPR (Bottom Hole Pressures - Modified isochronal) Plot 6 - 10 Mar 2019 - KBR # 01 - MIT (EMR Lower): Ps²-Pf² [psia**2] vs Q [Mscf/D]
53
7. Choke 1,3
1E+9
1E+8
1E+7
1E+6
1E+5
10000
1000
1 10 100 1000 10000 1E+5 1E+6
C and N Vertical Well IPR (Bottom Hole Pressures - Modified isochronal) Plot 7 - 10 Mar 2019 - KBR # 01 - MIT (EMR Lower): Ps²-Pf² [psia**2] vs Q [Mscf/D]
54
8. Choke 1,4
1E+9
1E+8
1E+7
1E+6
1E+5
10000
1000
1 10 100 1000 10000 1E+5 1E+6
C and N Vertical Well IPR (Bottom Hole Pressures - Modified isochronal) Plot 8 - 10 Mar 2019 - KBR # 01 - MIT (EMR Lower): Ps²-Pf² [psia**2] vs Q [Mscf/D]
55
9. Choke 2,3
1E+9
1E+8
1E+7
1E+6
1E+5
10000
1000
1 10 100 1000 10000 1E+5 1E+6
C and N Vertical Well IPR (Bottom Hole Pressures - Modified isochronal) Plot 9 - 10 Mar 2019 - KBR # 01 - MIT (EMR Lower): Ps²-Pf² [psia**2] vs Q [Mscf/D]
56
10. Choke 2,4
1E+9
1E+8
1E+7
1E+6
1E+5
10000
1000
1 10 100 1000 10000 1E+5 1E+6
C and N Vertical Well IPR (Bottom Hole Pressures - Modified isochronal) Plot 10 - 10 Mar 2019 - KBR # 01 - MIT (EMR Lower): Ps²-Pf² [psia**2] vs Q [Mscf/D]
57
B. LIT Setiap Choke Menggunakan Software Ecrin Saphir
1. Choke 1,2,3,4
1000
500
LIT Vertical Well IPR (Bottom Hole Pressures - Modified isochronal) Plot 1 - 10 Mar 2019 - KBR # 01 - MIT (EMR Lower): (Ps²-Pf²)/Q [psia**2/[Mscf/D]] vs Q [Mscf/D]
58
2. Choke 1,2,3
1000
500
LIT Vertical Well IPR (Bottom Hole Pressures - Modified isochronal) Plot 2 - 10 Mar 2019 - KBR # 01 - MIT (EMR Lower): (Ps²-Pf²)/Q [psia**2/[Mscf/D]] vs Q [Mscf/D]
59
3. Choke 1,2,4
1000
500
LIT Vertical Well IPR (Bottom Hole Pressures - Modified isochronal) Plot 3 - 10 Mar 2019 - KBR # 01 - MIT (EMR Lower): (Ps²-Pf²)/Q [psia**2/[Mscf/D]] vs Q [Mscf/D]
60
4. Choke 1,3,4
1000
500
LIT Vertical Well IPR (Bottom Hole Pressures - Modified isochronal) Plot 4 - 10 Mar 2019 - KBR # 01 - MIT (EMR Lower): (Ps²-Pf²)/Q [psia**2/[Mscf/D]] vs Q [Mscf/D]
61
5. Choke 2,3,4
800
400
LIT Vertical Well IPR (Bottom Hole Pressures - Modified isochronal) Plot 5 - 10 Mar 2019 - KBR # 01 - MIT (EMR Lower): (Ps²-Pf²)/Q [psia**2/[Mscf/D]] vs Q [Mscf/D]
62
6. Choke 1,2
800
400
LIT Vertical Well IPR (Bottom Hole Pressures - Modified isochronal) Plot 6 - 10 Mar 2019 - KBR # 01 - MIT (EMR Lower): (Ps²-Pf²)/Q [psia**2/[Mscf/D]] vs Q [Mscf/D]
63
7. Choke 1,3
1000
500
LIT Vertical Well IPR (Bottom Hole Pressures - Modified isochronal) Plot 7 - 10 Mar 2019 - KBR # 01 - MIT (EMR Lower): (Ps²-Pf²)/Q [psia**2/[Mscf/D]] vs Q [Mscf/D]
64
8. Choke 1,4
1000
500
-500
-1000 0 1000 2000 3000 4000 5000 6000 7000 8000 9000 10000 11000
LIT Vertical Well IPR (Bottom Hole Pressures - Modified isochronal) Plot 8 - 10 Mar 2019 - KBR # 01 - MIT (EMR Lower): (Ps²-Pf²)/Q [psia**2/[Mscf/D]] vs Q [Mscf/D]
65
9. Choke 2,3
1000
500
-500
-1000 0 1000 2000 3000 4000 5000 6000 7000 8000 9000 10000 11000
LIT Vertical Well IPR (Bottom Hole Pressures - Modified isochronal) Plot 9 - 10 Mar 2019 - KBR # 01 - MIT (EMR Lower): (Ps²-Pf²)/Q [psia**2/[Mscf/D]] vs Q [Mscf/D]
66
Lampiran 4
Time Reservoir Gas Oil Gas Water Avg.Liq Potential Man Pres WGR Cum Oil Cum Gas Cum Wat. Number
Average Recovery Rate Rate Rate Rate Produced Produced Produced of
Pressure Factor Producers
(date d/m/y) (psig) (percent) (STB/day) (MMscf/day)(STB/day) (STB/day) (MMscf/day) (psig) (STB/MMscf) (MMSTB) (MMscf) (MSTB)
43.463 1.864 30 - - - 11 - 0 0 6.310 0 -
43.828 1.738 35 30 3 29 55 6 1.298 9 0 7.348 10 1
44.194 1.605 40 30 3 32 61 5 1.123 10 0 8.446 21 1
44.559 1.472 45 30 3 36 64 4 936 11 0 9.541 33 1
44.924 1.339 51 30 3 40 68 4 723 13 0 10.636 47 1
45.289 1.205 56 30 3 45 72 3 452 14 0 11.731 63 1
45.655 1.071 61 28 3 47 76 3 200 16 0 12.813 80 1
46.020 954 65 24 2 45 72 2 200 18 0 13.754 97 1
46.385 853 69 20 2 42 65 2 200 20 0 14.552 112 1
46.750 766 73 17 2 39 59 2 200 22 0 15.232 127 1
47.116 691 75 15 1 37 54 1 200 24 0 15.815 141 1
47.481 627 78 13 1 34 49 1 200 26 0 16.314 154 1
47.846 570 80 11 1 32 45 1 200 28 0 16.744 166 1
48.211 521 81 9 1 29 41 1 200 30 0 17.115 177 1
48.577 479 83 8 1 27 37 1 200 32 0 17.436 188 1
48.942 441 84 7 1 25 34 1 200 34 0 17.714 197 1
48.945 441 84 7 1 25 32 1 200 35 0 17.716 197 1
67
Lampiran 5
68
Total 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027
REVENUE
DISTRIBUTION
(100%)
Government Share 69,72% 41.364 4.732 5.007 5.076 5.105 5.179 4.883 4.160 3.571 3.652
Net Contractor Share 26,45% 15.690 1.795 1.899 1.925 1.937 1.964 1.852 1.578 1.354 1.385
Cost Recovery 3,83% 2.271 594 242 241 241 241 225 190 161 138
TOTAL SHARE 100,00% 59.325 7.121 7.147 7.242 7.283 7.384 6.959 5.928 5.086 5.175
Gas Revenue 100,00% 59.325 7.121 7.147 7.242 7.283 7.384 6.959 5.928 5.086 5.175
TOTAL GROSS REVENUE 100,00% 59.325 7.121 7.147 7.242 7.283 7.384 6.959 5.928 5.086 5.175
Net Contractor Share 15.690 1.795 1.899 1.925 1.937 1.964 1.852 1.578 1.354 1.385
Cost Recovery 2.271 594 242 241 241 241 225 190 161 138
69
Total Contractor Share 17.961 2.389 2.141 2.166 2.177 2.205 2.077 1.768 1.516 1.523
Opex Participating Interest (2.271) (241) (242) (241) (241) (241) (225) (190) (161) (138)
Net Cashflow PSC 15.690 2.148 1.899 1.925 1.937 1.964 1.852 1.578 1.354 1.385
70
𝑺𝒂𝒍𝒆𝒔 𝑮𝒂𝒔 = ∑𝑷𝒓𝒐𝒅𝒖𝒌𝒔𝒊 𝑮𝒂𝒔 𝒑𝒆𝒓 𝑻𝒂𝒉𝒖𝒏 × 𝑮𝑯𝑽
+ (𝟐, 𝟕𝟖𝟗 × 𝟑𝟔𝟔 × 𝟏, 𝟎𝟓) + (𝟐, 𝟎𝟏 × 𝟑𝟔𝟓 × 𝟏, 𝟎𝟓) + (𝟏, 𝟕𝟏𝟓 × 𝟑𝟔𝟓
× 𝟏, 𝟎𝟓)
Gross Revenue
FTP
71
FTP Split
𝑶𝒑𝒆𝒙 = 𝟑𝟓𝟑 + (𝟐𝟏𝟗 + 𝟐𝟐) + (𝟐𝟐𝟎 + 𝟐𝟐) + (𝟐𝟏𝟗 + 𝟐𝟐) + (𝟐𝟏𝟗 + 𝟐𝟐) +
𝟏𝟑)
𝑶𝒑𝒆𝒙 = 𝑼𝑺𝑴𝑴$ 𝟐, 𝟐𝟕
ETS
72
𝑮𝒐𝒗𝒆𝒓𝒏𝒎𝒆𝒏𝒕 𝑺𝒉𝒂𝒓𝒆 = 𝑼𝑺𝑴𝑴$ 𝟒𝟓, 𝟏𝟗 × 𝟓𝟔, 𝟖𝟔%
Net Share
Tax = 36,25%
𝑵𝒆𝒕 𝑴𝑬𝑷𝑰 𝑺𝒉𝒂𝒓𝒆 = ∑(𝑭𝑻𝑷 𝑴𝑬𝑷𝑰 𝑺𝒉𝒂𝒓𝒆 𝒑𝒆𝒓 𝒀𝒆𝒂𝒓 + 𝑴𝒆𝒑𝒊 𝑺𝒉𝒂𝒓𝒆 𝒑𝒆𝒓 𝒀𝒆𝒂𝒓) −
+𝐓𝐚𝐱 𝐄𝐧𝐭𝐢𝐭𝐥𝐞𝐝
73
NPV
𝒊 = 𝟏𝟎 % 𝒊 = 𝟏𝟓 %
𝑵𝒆𝒕 𝑴𝒆𝒅𝒄𝒐 𝑺𝒉𝒂𝒓𝒆
𝑵𝑷𝑽 = 𝚺 (𝟏+𝒊)𝒚𝒆𝒂𝒓
IRR
1 𝑁𝑃𝑉
𝐼𝑅𝑅 = 𝑖1 + (𝑁𝑃𝑉 −𝑁𝑃𝑉 (𝑖 − 𝑖1 )
) 2 1 2
𝐼𝑅𝑅 = 599%
POT
Year 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Net Cash Medco
MM$ -0,35 2,15 1,90 1,93 1,94 1,96 1,85 1,58 1,35 1,39
Cumulative
MM$ -0,35 1,80 3,69 5,62 7,56 9,52 11,37 12,95 14,3 15,69
10.00
Cumulative Net Cash Flow
5.00
Net Cash Flow
0.00
0 2 4 6 8 10 12
-5.00
Time (year)
74
75
76
77