Anda di halaman 1dari 141

Pengantar

Dalam materi ini dijelaskan dasar dasar keteknikan material balance dan energi aliran gas
untuk menunjang kemampuan peserta dalam GPO. Dasar dasar yang diperlukan terutama
memahami perilaku gas dari sifat sifat fisika dan termodinamika enginering. Biasanya
program GPO tidak seluruhnya mampu menangani aliran gas well. Disini dipelajari metode
untuk menghitung kinerja sumur gas dari reservoir sampai ke penjualan. Kinerja Reservoir
meliputi dasar-dasar aliran reservoir gas, pentingnya rezim aliran dan non-Darcy aliran pada
rancangan dan interpretasi ditekankan untuk sumur baru dan untuk meningkatkan kinerja
sumur tua. Demikian juga dalam memprediksi pembentukan hidrat dan CO2 beku dan
bahkan kadang kala kesetimbangan fase yang kompleks tidak dapat ditrikmen. Dalam
training ini setiap personil yang terlibat dalam GPO akan meningkat pemahamannya khusus
mengenal secara lengkap untuk mengidentifikasi keteknikan gas. Dengan demikian peserta
semakin mengetahui cara penyelesaian masalah baik mengenai feed, maupun masalah
dalam diagram aliran proses seperti pengoptimasian setiap tahapan gas plant yang dilakukan.

Daftar Isi

BAB 1.
Gas properties

Real Gas behavior equestion of state


Impurities, Mixtures
Phase behavior dew point
Retrograde behavior
Flush culculation
BAB 2.
Gas Production Engineering
Classifying gas reservoir gas reservoir
Reservoir performance
Gas well,
Flow line
Compressor and cooler
BAB 3.
Gas Plant Engineering
Separator
Scrubber process
Dehydration
Sweetening

BAB 4.
LPG, NGL and LNG plant
BAB 1.
Gas properties
1. Gas Properties

Untuk mengkondisikan berbagai operasi alat proses berdasarkan rules of thumb terutama
tabel diatas maka perlu memahami sifat fisis dan sifat kimia serta tinjauan termodinamika.

1. 1. Sifat Kimia Gas

• Gas Hidrokarbon (HC) disusun oleh methane, ethane, dan seterusnya dan sejumlah
kecil hexan dan beberapa fraksi hidrokarbon berat. Komposisi Gas secara actual dari
gas alam bervariasi. Bahkan untuk sumur produksi yang sama juga komposisinya
dapat berbeda. Formula HC adalah CnH2n+2 (Alkana) dimana n jumlah atom karbon.
Memiliki sifat relatif stabil (tidak terurai atau bereaksi pada suhu dan tekanan yang
rendah kecuali terhidrasi). Ikatan kimia sebagai berikut:

• Kedua adalah merkaptan HC (RSH) yang bersifat korosif.


• Ketiga adalah ikatan hidrat merupakan kristalin yang terbentuk dengan kombinasi
gaseous hidrokarbon dengan air, seperti snow, slush, atau es. Pembentukan tergantung
temperatur dan tekanan, hidrat dapat menyumbat aliran di regulator, flowmeter, atau
pipeline pada temperature diatas freezing point air.

Reaksi pembentukan hidrat:


Kurva dissosiasi hydrate dari gas natural.

Hidrat tidak berpengaruh jika air mengandung 3 dan 7 lb, per MM SCF
(approximately 60 to 140 ppm,) untuk tipe aliran natural gas. Jika melebihi ini maka
injekkan liquid methanol pada pipeline untuk menghindari pembentukan hidrat.
• Ketiga adalah kandungan uap air, hydrogen sulfide (H2S), carbon dioxide, helium,
nitrogen, dan komponen lainnya. Jika jumlah kandungan gas H2S atau CO2 atau
keduanya berpengaruh disebut Sour gas atau gas asam dan ikutan ini harus di ambil
sebelum gas ini digunakan sebagai bahan bakar.
• Sifat lainnya dalam tabel berikut:
1.2. Sifat Fisika

Ideal gas

Gas ideal didefinisikan sebagai (1) salah satu volume yang terjadi dengan molekul yang kecil
dibandingkan terhadap volume gas keseluruhan, (2) semua molekul yang ada melakukan
tumbukan secara elastis dan (3) tidak ada gaya-gaya atraktif diantara molekul. Dengan
demikian gas tersebut dapat disebut memenuhi hukum gas ideal.

Value of gas Constan R in Various Units


(Nilai gas Konstan R di Unit Berbagai)

Nilai bilangan R tergantung dari temperature tekanan dan volume gas. Hukum Avogadro,
jika 1 lb-mole suatu gas ideal terjadi pada 379.4 cu ft pada suhu 60 F dan 14.4 psia :

Hukum Dalton untuk setiap gas yang bercampur tekanan terhadap volume disebut tekanan
parsial. Total tekanan adalah jumlah tekanan parsial masing – masing. Dengan hukum ini
maka campuran gas ideal dapat dijabarkan sebagai berikut :

Berat molekul gas ideal keseluruhan


Gas Nyata

Faktor kompressibiliti Gas disebut deviasi faktor atau z-faktor. Nilai ini untuk menyatakan
berapa jumlah gas nyata terhadap ideal gas pada pressure dan temperature. Faktor
kompressibiliti dinyatakan sebagai berikut:

z-faktor untuk gas ideal dalam real gas sebagai berikut

Diman n adalah moles gas, p adalah tekanan pada psia, V adalah volume dalam ft3, dan T
adalah temperature oR, dan R adalah konstante gas dengan nilai: 10.73 psia ft3/moleoR. Nilai
Faktor compressibiliti Gas ditentukan berdasarkan pengukuran di laboratorium PVT.
Untuk jumlah tertentu gas, jika suhu dijaga konstan dan volume diukur pada 14,7 psia dan p1
tekanan tinggi, z-faktor yang kemudian dapat ditentukan dengan rumus berikut:

Di mana V0 dan V1 adalah volume gas diukur pada 14,7 psia dan p1, masing-masing. Sangat
sering z-faktor diperkirakan dengan grafik yang dikembangkan oleh Standing dan Katz
(1954). Brill dan Beggs (1974) menghasilkan z-faktor nilai cukup akurat untuk perhitungan
teknik. z-faktor dinyatakan sebagai berikut:
Contoh.

perkiraan z-faktor di 5.000 psia dan 180oF. Diselesaikan dengan program spreadsheet Brill-
Beggs-Z.xls. Hasilnya ditunjukkan pada Tabel.

Hall dan Yarborough (1973) disajikan korelasi yang lebih akurat untuk memperkirakan z-
faktor.
di mana Y

Jika Newton Raphson dan metode iterasi digunakan untuk memecahkan persamaan turunan
berikut ini diperlukan:

Contoh Suatu gas dari minyak memiliki berat jenis 0,65, estimasi faktor-z pada 5.000 psia
dan 180oF. Soal diselesaikan dengan program spreadsheet Hall-Yarborogh-z.xls. Hasilnya
ditunjukkan pada Tabel.
z-faktor pada tekanan dan temperatur dapat juga di ketahui dengan grafik. Cara yang umum
digunakan dengan reduced kondisi. Cara ini sudah terkoreksi yang dinyatakan sebagai
berikut.
.Densitas Gas

Faktor kompresibilitas (Z) digunakan untuk menghitung desitas menggunakan persamaan


berikut:

m massa gas dan ρg densitas gas. Jika ρg densitas gas dinyatakan dengan spesifik graviti
dimana MW udara dianggap sama dengan 29 maka densitas gas sebagai berikut:

dalam lbm/ft3

Spesifik Gravity Gas

Spesifik Gravity Gas di definisikan sebagai rasio berat molekul gas Nyata terhadap Udara.
Jika udara dianggap sebesar 28,97 (nitrogen 79% dan 21% Oksigen) maka Berat Jenis Gas:

MWa adalah berat molekul gas, yang dapat dihitung berdasarkan komposisi gas,
MWi berat molekuk komponen i, Nc adalah jumlah komponen. Specific gravitas Gas ini
bervariasi antara 0.55 sampai 0.9.

Viscositas Gas

Jika komposisi dan viskositas komponen gas diketahui, maka viskositas gas campuran:

Hubungan viskositas gas dengan dua tahap prosedur: viskositas gas pada temperature dan
tekanan atmosfir diperkirakan pertama dari spesifik grafity gas dan kandungan komponen
anorganic. Nilai atmospheric (udara) di atur pada tekanan dengan menggunakan factor
koreksi pada keadaan tekanan dan temperature reduksi. Viskositas pada tekan atmospheric
(udara) dinyatakan sebagai berikut

dimana
viskositas pada kenaikan tekanan dapat dihitung dengan korelasi berikut ini:

Misalkan 0.65 specific–gravity natural gas mengandung 10% nitrogen, 8% carbon dioxide,
dan 2% hydrogen sulfide. Estimasi viscosity gas 10,000 psia dan 180oF.

Gunakan Carr-Kobayashi-Burrows-asViscosity.xls,

1.3. Termodinamika
Tinjauan dari segi termodinamika ini merupakan ilmu yang dikaitkan dengan hukum hukum
konsevasi energi Energi kinetik, potensial, internal energi, entalpi, panas dan kerja yang
masuk atau keluar dari sistim yang akan ditinjau pada setiap plant operation. Energi kinetik
ini tergantung dari kecepatan linier fluida, energi potensial tergantung dari ketinggian,
internal energi tergantung dari suhu dan volume sistim, entalpi tergantung dari suhu dan
tekanan sistim. Entalpi ini ada empat macam peleburan, pengembunan, penguapan, sensible.
Sedangkan kerja adalah tergantung dari tekanan dan volume atau gaya pada jarak aliran.

Sifat sifat yang lain yang berkaitan dengan tinjauan secara termodinamika seperti pada tabel.
Pressire-enthalpy (1n P-h) diagram
L

1.1. Pemanfaatan Gas


• Sebagai CNG (compressed natural gas), composed of methane [CH4]),
handling pressure of 200–248 bar (2900–3600 psi), usually in cylindrical or
spherical shapes.

• Bahan Bakar rumah tangga LPG. Propane (C3) & Butane (C4) sebesar 97%
dan maximum 2% merupakan campuran Pentane (C5) dan hidrokarbon
yang lebih berat.

• Sumber panas di industri

1.2. Tipe Gas Alam

• Associated gas yaitu natural gas yang dihasilkan dari sumur minyak (oil wells).
• Non associated gas yaitu Natural gas dari sumur gas dan sumur kondensat

Contoh Gas well:

• Well stream no. 1 termasuk type Associated gas; yang dihasilkan dari crude oil.
Sedangkan Well streams no. 2 and no. 3 adalah type gas tekanan rendah dan tekanan
tinggi, kedua-duanya merupakan type non-associated gas.

• Apa bedanya gas well tersebut?


• Apakah setiap well selalu ada H2O, CO2, H2S dan N2?
• Apa yang dimaksud dengan Sweet and sour gas?

1.3. Gas production


Dibawah ini sketsa gas plant dari gas well. Dalam sketsa ditunjukkan berbagai gas plant
untuk mendapatkan produk sesuai dengan spesifikasi yang ditentukan.

Ke Gas
production
engineering
plant

Operasi Produksi Gas dari Plant Well (reservoir)


Contoh
spesifikasi
hasil well

Produksi Gas dari Plant Gas


(komersial)
Sedangkan dibawah ini sketsa gas plant dari campuran gas dan liquid dari well. Dalam
sketsa ini ditunjukkan berbagai gas plant untuk mendapatkan produk sesuai dengan
spesifikasi yang ditentukan.

Secara umum diagram yang komprehensif dari berbagai unit operasi, atau modul, yang
dilakukan dalam pengolahan lapangan migas umumnya sebagai berikut.
Raw dari gathering biasanya kombinasi sumur yang mungkin berbeda komposisi. Pola
produksi (jumlah sumur dan laju alir dari masing-masing) mungkin berbeda dari yang semula
dibayangkan. Juga, baik aliran komposisi akan berubah seiring penurunan tekanan reservoir.

Peralatan harus cukup fleksibel dan / atau cukup berukuran untuk beroperasi dengan baik
dalam menghadapi perubahan komposisi feed dan laju alir (diberikan contoh saat diskusi).

Unit Operasi pertama adalah pemisahan fisik dari fase yang berbeda, yaitu gas dan
hidrokarbon air cair, dan / atau padatan. Suhu dan tekanan dari aliran gas menentukan apakah
hidrokarbon cair dan / atau air yang berpengaruh. Untuk tujuan itu, pemisahan fasa biasanya
terjadi dalam vessel tekan. Dalam pengolahan gas, pertukaran panas mempunyai peranan
penting misalnya,

• Apa dasar pertimbangan susunan unit operasi alat proses seperti diatas?
• Bagaimana jika treating acid gas diletakkan sebelum seperator?
• Ada 3 bagian gas plant processing : Separation, Purification, Liquefaction. Ada 3
problem besar dalam gas plant processing: terbentuknya Wax dan aspalt deposit, scale
garam anorganik dan hydrat
1.4. Rules of thumb

• Air yang diizinkan mengandung 3-7 pound per MM SCF.


• Semua gas dalam pipa harus memiliki suhu minimum dan maksimum dari 32oF dan
120°F.
• Dew Point Hydrocarbon maksimum 15°F pada 500 psig.
• Kandungan Sulfur maksimum (S) isi 10 grains per 100 SCE.
• Hidrogen Sulfida maksimum (H2S) 0,25 grains per 100 SCF.

Rules of thumb hubungan kandungan air dengan tekanan maupun dewpoint

• Untuk semua gas alam maksimum CO, dan N2 3,0% mol, kandungan karbon dioksida
maksimum 2.0% mol
• Maksimum Oksigen 0.20% mol
• Hidrogen maksimum 0.1% mol
• Pedoman membedakan bahan baku dan produk jadi seperti pada tabel.

BAB 2.
Gas Production Engineering
Gas Well Performance

3.1. Sifat aliran

Kelarutan Gas

Dalam kasus desain, gas alam yang berkontak dengan air, perlu ditentukan kelarutan air
dalam hidrokarbon dan atau kelarutan hidrokarbon dalam air dibawah kondisi gas hidrat.
Faktor utama yang berpengaruh pada kelarutan Gas Alam dalam air adalah tekanan,
temperature dan kandungan garam dalam air. Hubungan ditunjuukkan sebagai berikut.

Solubility Gas dalam air murni


Contoh. Hitung scf gas terlarut yang mengandung 50.000 ppm garam pada pressure 5000
psia dan temperatur 200oF . Dari gambar diatas

Kelarutan air dalam Gas Alam dinyatakan dengan persamaan dan ditunjukkan gambar
dibawah ini
Kandungan air dari natural gas yang berkeseimbangan dengan air.
Y = salinitas air, ppm

Contoh. Tentukan kandungan air dalam natural gas yang berkontak dengan 100000 ppm
brine pada 3000 psia dan 200oF. Dari grafik diatas diperoleh
Diagram Phase

Gas alam, mengandung gas yang mudah terkondensat sejak dari dalam reservoir. Untuk
mengamati secara mudah dapat dilihat pada gambar dibawah ini.

Diagram fasa bahan murni ditunjukkan garis isobaric pada perubahan temperatur.

Diagram Phase

Proses pemisahan dapat terjadi pada tekanan atau temperatur pada peristiwa keseimbangan.
condensation of liquid from gas

3.2. Gas Reservoir Performance

Reservoir

Volume gas dalam Reservoir gas sangat ditentukan tekanan dan temperatur
Metode P/Z

Metode volumetric untuk menentukan gas awal dan reserve reservoir memerlukan data
geologi yang cukup terutama untuk menentukan volume pore reservoir dan kejenuhan air.

Persamaan pendekatan untuk menghitung jumlah gas yang ada disatu tempat sebagai berikut :

Bg = perbandingan volume gas pada reservoir terhadap volume gas pada kondisi standar

Dimana satuan formation volume factor adalah ft3/scf.

Persamaan ini dipakai untuk menghitung produksi gas.


Energi plot, mendeteksi keberadaaan air dari influx air
G dapat diketahui

LNG
Jika air influx ke pori

we adalah Influx water dan akibatnya p/Z vs Gp tidak linier


Tergantung rasio volume air dengan volume reservoir dan fungsi dari waktu
Abnormal. Gas reservoir lebih kompressibel dari air. Artinya air akan ekspansi. Untuk
tekanan tinggi dari P/Z plot

Keadaan abnormal :

Kompresibiliti faktor
Efek kompresibiliti air

Reservoir Gas Flow

Penentuan kapasitas aliran gas reservoir untuk well gas yang diperlukan, mempunyai
hubungan dengan kecepatan aliran yang masuk ke dalam well, tekanan permukaan atau
tekanan aliran bottom-hole. Hubungan ini dinyatakan oleh hukum Darcy yang tergantung
pada regime aliran. Regime ini ada yang steady state dan tidak steady state. Persamaan
keadaan aliran,

Steady state flow pada medium berporos dinyatakan sebagai berikut:


Tek.rerata

Untuk radial flow:


Sedangkan aliran kontinyutas :

Kecepatan aliran untuk gas dinyatakan dengan kondisi standar:


Dalam derivasi ini diasumsikan bahwa µ dan Z adalah independen dari tekanan. Nilai
dievaluasi pada rata-rata tekanan reservoir di sekitar drainase,

Untuk pengaruh adanya skin damage dan turbulence dinyatakan dengan berikut:
Meskipun kondisi mantap aliran dalam reservoir gas jarang tercapai, kondisi sekitar lubang
sumur dapat mendekati kondisi mantap. Persamaan steady termasuk turbulance adalah

di sisi kanan adalah penurunan tekanan dari laminar atau aliran Darcy, sedangkan kiri
memberikan penurunan tekanan tambahan karena turbulensi. Jika sifat fluida diketahui dan
permeabilitas tahu dari beberapa sumber seperti tes, efek turbulensi dapat dihitung dengan
menggunakan hasil tes. Ini akan digunakan kemudian untuk membedakan antara kerusakan
formasi aktual dan turbulensi. Nilai dari koefisien kecepatan β untuk permeabilitas berbagai
porositas dapat diperoleh dari Gambar atau dari persamaan
Efek kerusakan skin dan turbulence

Penurunan tekanan jika diketahui qsc


Jika ditinjau perpindahan gas cara diffusi maka persamaan

Well Completion Effect

Dalam banyak kasus inflow dalam sumur dikendalikan oleh efisiensi Completion dari
karakteristik reservoir yang sebenarnya.

Pada dasarnya ada tiga jenis Completion yang mungkin dilakukan pada sumur, tergantung
pada jenis sumur, kedalaman sumur, dan jenis reservoir atau formasi.

Dalam beberapa kasus sumur open-hole dilakukan keseluruhan. Artinya, casing diatur di
bagian atas untuk memproduksi, dan formasi tidak terkena semen. Juga, tidak ada perforasi.
Jenis Completion hampir tidak biasa seperti itu beberapa tahun yang lalu, dan yang paling
baik sekarang diselesaikan oleh penyemenan casing melalui pembentukan produksi.

Metode Completion yang paling banyak digunakan adalah satu di mana pipa diatur melalui
formasi, dan semen yang digunakan untuk mengisi annulus antara casing dan lubang.

Efisiensi Completion sangat tergantung pada jumlah lubang atau perforasi, kedalaman
perforasi dalam formasi, pola perforasi, dan apakah ada perbedaan tekanan positif dari well
untuk pembentukan atau sebaliknya. Pembentukan pemadatan sekitar perforasi dapat
mengurangi efisiensi.

Dalam beberapa reservoir kurangnya penyemenan materi dalam reservoir pasir


memungkinkan untuk diproduksi ke dalam sumur. Ketika Completion sumur di mana formasi
tidak kompeten atau tidak dikonsolidasi, skema paket Completion sering digunakan. Dalam
jenis Completion sebuah vesel berlubang atau slotted atau vesse diatur di dalam casing
berlawanan pembentukan produksi. Anulus antara casing dan liner kemudian diisi dengan
pasir yang lebih kasar daripada pasir formasi. Ukuran pasir, atau kerikil, tergantung pada
karakteristik reservoir pasir dan pada paket jenis kerikil. Pasir pack kerikil juga mengisi
terowongan perforasi, dan dalam beberapa kasus zona dicuci di belakang pipa, yang juga diisi
dengan pasir pak. Event meskipun pasir paket yang longgar dikemas dan memiliki
permeabilitas yang tinggi, Darcy non atau aliran turbulen melalui pasir yang dipenuhi
terowongan perforasi dapat menyebabkan penurunan tekanan yang cukup besar di seluruh
paket kerikil. Ini penurunan tekanan tidak hanya mengurangi arus masuk ke dalam lubang
sumur, tetapi juga menghancurkan paket kerikil jika terlalu besar.

Dalam rangka untuk menghitung penurunan tekanan yang disebabkan oleh Completion,
persamaan inflow umum dapat dimodifikasi untuk efisiensi Completion bagi semua jenis
Completion. Persamaan untuk aliran gas diberikan sebagai:

Bila A adalah koefisien laminar, dan B adalah multiplier turbulensi. koefisien dapat ditulis
sebagai gabungan dari beberapa istilah karakteristik Completion.
Gas production Engineering

Komponen-komponen ini memiliki definisi yang berbeda untuk minyak dan aliran
gas. Hanya nilai koefisien keseluruhan A dan B dapat diperoleh dari uji sumur,
sehingga persamaan untuk memperkirakan nilai dari komponen harus tersedia jika
efek dari masing-masing harus diisolasi.

44
Gas production Engineering

45
Gas production Engineering

46
Gas production Engineering

47
Gas production Engineering

Gas production

Gas production during pseudo–steady-state flow period is due to gas expansion.


The IPR changes over time due to the change in reservoir pressure. An IPR model
is described in Chapter 3, that is,

Constant TPR is usually assumed if liquid loading is not a problem and the
wellhead pressure is kept constant over time. The gas production schedule can be
established through the material balance equation,

Use the following data and develop a forecast of a well production after transient
flow until the average reservoir pressure declines to 2,000 psia:

48
Gas production Engineering

Flow Reservoir

Inflow performance relationship (IPR)

49
Gas production Engineering

50
Gas production Engineering

51
Gas production Engineering

.....1

52
Gas production Engineering

53
Gas production Engineering

54
Gas production Engineering

1/n= 40,4/(43,6-2)

n=(43,6-2)/40,4

55
Gas production Engineering

56
Gas production Engineering

57
Gas production Engineering

58
Gas production Engineering

59
Gas production Engineering

60
Gas production Engineering

Tek.rerata

61
Gas production Engineering

62
Gas production Engineering

63
Gas production Engineering

64
Gas production Engineering

Outflow performance is the tubing performance relationship (TPR),

The first law of thermodynamics (conservation of energy) governs gas flow in


tubing (Single-Phase Gas Flow) . The effect of kinetic energy change is negligible
because the variation in tubing diameter is insignificant in most gas wells. With
no shaft work device installed along the tubing string, the first law of
thermodynamics yields the following mechanical balance equation:

65
Gas production Engineering

Tek.rerata

66
Gas production Engineering

which is an ordinary differential equation governing gas flow in tubing. Although


the temperature T can be approximately expressed as a linear function of length L
through geothermal gradient, the compressibility factor z is a function of pressure
P and temperature T. This makes it difficult to solve the equation analytically.
Fortunately, the pressure P at length L is not a strong function of temperature and
compressibility factor. Approximate solutions to Eq. (4.50) have been sought and
used in the natural gas industry.

Average Temperature and Compressibility Factor Method

If single average values of temperature and compressibility factor over the entire
tubing length can be assumed, Eq. (4.50) becomes

By separation of variables, Eq. (4.51) can be integrated over the full length of
tubing to yield

67
Gas production Engineering

Equations (4.52) and (4.53) take the following forms when U.S. field units (qsc in
Mscf/d), are used (Katz et al., 1959):

....2

Guo (2001) used the following Nikuradse friction factor correlation for fully
turbulent flow in rough pipes:

68
Gas production Engineering

Because the average compressibility factor is a function of pressure itself, a


numerical technique such as Newton– Raphson iteration is required to solve Eq.
(4.54) for bottom- hole pressure. This computation can be performed
automatically with the spreadsheet program Average TZ.xls. Users need to
input parameter values in the Input data section and run Macro Solution to get
results. The Darcy–Wiesbach (Moody) friction factor fM can be found in the
conventional manner for a given tubing diameter, wall roughness, and Reynolds
number. However, if one assumes fully turbulent flow, which is the case for most
gas wells, then a simple empirical relation may be used for typical tubing strings
(Katz and Lee 1990):

Example Problem 4.5

Suppose that a vertical well produces 2 MMscf/d of 0.71 gas-specific gravity gas
through a 27⁄8 in. tubing set to the top of a gas reservoir at a depth of 10,000 ft. At
tubing head, the pressure is 800 psia and the temperature is 150 8F; the bottom-
hole temperature is 200 oF. The relative roughness of tubing is about 0.0006.
Calculate the pressure profile along the tubing length and plot the results.

Solution Example Problem 4.5 is solved with the spreadsheet program


AverageTZ.xls. Table 4.4 shows the appearance of the spreadsheet for the Input
data and Result sections. The calculated pressure profile is plotted in Fig. 4.5.

69
Gas production Engineering

70
Gas production Engineering

IPR and TPR

Traditionally, Nodal analysis at the bottom-hole is carried out by plotting the IPR
and TPR curves and graphically finding the solution at the intersection point of
the two curves. With modern computer technologies, the solution can be
computed quickly without plotting the curves, although the curves are still plotted
for visual verification.

then the operating flow rate qsc and pressure pwf at the bottom-hole node can be
determined graphically by plotting Eqs. (1) and (2) and finding the intersection
point.

71
Gas production Engineering

Tek.rerata

The operating point can also be solved analytically by combining Eqs. (1) and (2).
In fact, Eq. (1) can be rearranged as
IPR

TPR

....2

72
Gas production Engineering

disubsitusi

Example Problem 6.1:

Suppose that a vertical well produces 0.71 specific gravity gas through a 27⁄8 -in.
tubing set to the top of a gas reservoir at a depth of 10,000 ft. At tubing head, the
pressure is 800 psia and the temperature is 150 8F, whereas the bottom-hole
temperature is 200 8F. The relative roughness of tubing is about 0.0006.

Calculate the expected gas production rate of the well using the following data for
IPR:

Solution Example Problem 6.1 is solved with the spreadsheet program


BottomHoleNodalGas.xls.

Table 6.1 shows the appearance of the spreadsheet for the Input data and Result
sections. It indicates that the expected gas flow rate is 1478 Mscf/d at a bottom-
hole pressure of 1059 psia. The inflow and outflow performance curves plotted in
Fig. 6.1 confirm this operating point.

73
Gas production Engineering

....2

74
Gas production Engineering

operating point

WPR and CPR

If the IPR of a well is defined by Eq. (6.1)

75
Gas production Engineering

and the TPR is represented by Eq. (6.2),

substituting Eq. (6.2) into Eq. (6.1) gives WPR

which defines a relationship between wellhead pressure phf and gas production
rate qsc, that is, WPR.

If the CPR is defined by Eq. (5.8), that is,

or

then the operating flow rate qsc and pressure phf at the wellhead can be determined
graphically by plotting Eqs. (6.12) and (6.13) and finding the intersection point.
The operating point can also be solved numerically by combining Eqs. (6.12) and
(6.13). In fact, Eq. (6.13) can be rearranged as

Substituting Eq. (6.14) into Eq. (6.12) gives

76
Gas production Engineering

which can be solved numerically for gas flow rate qsc. This computation can be
performed automatically with the spreadsheet program WellheadNodalGas-
SonicFlow.xls.

Example Problem 6.5


Use the data given in the following table to estimate gas production rate of a gas
well:

Solution
Example Problem 6.5 is solved with the spreadsheet program WellheadNodalGas-
SonicFlow.xls. Table 6.5 shows the appearance of the spreadsheet for the Input
data and Result sections. It indicates that the expected gas flow rate is 1,478
Mscf/d at a bottom-hole pressure of
1,050 psia. The inflow and outflow performance curves plotted in Fig. 6.3 confirm
this operating point.

77
Gas production Engineering

78
Gas production Engineering

Operation point

Seperation

79
Gas production Engineering

Tek.rerata

3.3. Flow line

80
Gas production Engineering

• uap/gas diangkut melalui pipa, komponen utama yang harus diperhatikan


air, hidrogen sulfida, dan kondensat.
• Transportasi pipa terjadi pada tekanan yang relatif tinggi dan suhu rendah.
Tekanan tinggi digunakan meningkatkan densitas gas dan dengan
demikian mengurangi diameter pipa.

81
Gas production Engineering

• Masalah Suhu mungkin akan dihadapi karena pipa terkena suhu


lingkungan.
• Air harus dibuang mencegah pembentukan hidrat di dalam pipa.
• Dehidrasi diperlukan untuk mengurangi titik embun air untuk suhu yang
lebih rendah di dalam pipa.
• Air fasa cair dapat menyebabkan korosi yang dapat dikontrol dengan
menyuntikkan inhibitor korosi atau menggunakan pelapis internal.

Jika HC kondensasi maka kemungkinan, ada pilihan:

• Tidak ada penghilangan kondensat dan dua fase aliran dalam pipa
• Penghilangan kondensat untuk menghasilkan titik embun hidrokarbon

Jika kondensat tidak dihilangkan, jalur pipa melewati ke zona dua fase,
seperti berikut :

82
Gas production Engineering

Gambar. diagram fase untuk gas pipa dengan kondensasi

83
Gas production Engineering

Gambar diagram fase untuk pipa gas setelah removal NGL

84
Gas production Engineering

Kapasitas aliran Sistim pemipaan

Suatu jaringan pipa seri merupakan susunan pipa yang di pasang secara bertututan
dengan diameter pipa yang berbeda, seperti yang terlihat pada gambar dibawah:

System jaringan pipa seri , yang terdiri dari dua segmen pipa, A dan B

Gambar system pipa seri yang terdiri dari 3 segmen pipa.

System pipa seri seperti gambar diatas terdiri dari 3 segmen pipa yang dipasang
berderetan, dimana masing masing pipa diatas mempunyai diameter dan panjang
yang berbeda. (panjang : LA,LB dan Lc , dan diameter : DA , DB , DC).

Dengan berbagai alasan keekonomian ataupun teknis, sering dijumpai dilapangan


mengenai persoalan dan pemasangan system jaringan pipa secara seri.

85
Gas production Engineering

Untuk perhitungan dan perencanaan suatu system jaringan pipa seri, persamaan
yang digunakan dapat diturunkan dari persamaan aliran gas Weymounth,
Panhandle A atau yang lainnya. Kalau kita perhatikan system jaringan pipa seri
seperti pada gambar diatas, maka pada kondisi aliran steady dapat dikatakan
bahwa laju air gas dalam pipa A sama dengan laju alir gas dalam pipa B.

Secara matematis, hubungan tersebut diatas dapat dituliskan sebagai :

qA = qB

Apabila laju alir gas melalui pipa dituliskan dengan persamaan Weymouth seperti
berikut :

Persamaan diatas dapat dituliskan lebih sederhana menjadi

Dimana

Apabila laju alir gas melalui pipa dituliskan dengan persamaan Weymouth seperti
berikut :

86
Gas production Engineering

Dimana:
Tb = Temperatur referensi absolute, oR
Pb = Tekanan referensi, psia
P1 = Tekanan masuk, psia
P2 = Tekanan keluar, psia
D = Diameter dalam pipa, in
L = Panjang pipa, mile
qh = Laju air gas, cfh(kubik feet per jam)

Friksi Aliran

Jika NRE > 2000 dikatakan aliran turbulen dan bila NRE < 2000 maka aliran ini
disebut dengan aliran laminar.

Jika gas flow rate q (Mscf/D), diameter (D) dalam satuan inch dan viskositas
dalam satuan cp, maka persamaan Reynold Number dituliskan sebagai berikut :

Pengangkutan Gas dengan pipa

- gas alam dari daerah penghasil ke daerah konsumsi membutuhkan sistem


transportasi rumit. Dalam banyak kasus, gas alam yang dihasilkan dari
sumur tertentu harus melakukan perjalanan jarak yang sangat jauh.
- Sistem transportasi gas alam terdiri dari jaringan pipa kompleks, yang
dirancang untuk aliran cepat dan efisien mengangkut gas alam dari
asalnya, ke daerah-daerah permintaan gas.

87
Gas production Engineering

- Transportasi gas alam berhubungan erat dengan penyimpanan: gas alam


diangkut tidak segera (sewaktu waktu), sehingga dimasukkan ke dalam
fasilitas penyimpanan.
- Ada tiga jenis utama dari jaringan pipa sepanjang rute transportasi: sistem
pengumpulan, sistem pipa antarnegara, dan sistem distribusi.
- Sistem pengumpulan terdiri dari tekanan rendah, pipa berdiameter kecil
dari kepala sumur ke pengolahan. gas alam memiliki gas asam. Gas asam
bersifat korosif, sehingga transportasi dari kepala sumur ke plant
sweetening harus dilakukan dengan hati-hati.

Pipa intrastate pada tekanan 200-1500 pound per square inch (psi). mengurangi
volume gas alam yang diangkut (hingga 600 kali). Transmission Pipa: 6 sampai
48 inci diameter, direkayasa memenuhi standar yang ditetapkan oleh American
Petroleum Institute (API).

Stasiun kompresor

Untuk memastikan bahwa gas alam yang mengalir melalui pipa yang tetap
bertekanan, kompresi ini gas alam diperlukan secara berkala di sepanjang pipa.
Stasiun kompresor, biasanya ditempatkan pada interval 40 sampai 100 mil. Gas
alam dikompresi oleh turbin. Kompresor turbin memperoleh energi menggunakan
sebagian kecil dari gas alam.

Selain mengompresi gas alam, stasiun kompresor juga biasanya mengandung


beberapa jenis pemisah cairan, seperti yang digunakan untuk dehidrasi gas alam
selama pengolahannya. Biasanya, pemisah terdiri dari scrubber dan filter yang
menangkap cairan atau partikel yang tidak diinginkan lainnya dari gas alam dalam
pipa.

Meskipun gas alam dalam pipa dianggap ' gas kering', tidak sejumlah air dan
hidrokarbon mengembun dalam perjalanan. Pemisah cair pada stasiun kompresor
untuk memastikan bahwa gas alam dalam pipa adalah semurni mungkin

Metering Stations

Selain mengompresi gas alam untuk mengurangi volume dan dorong melalui pipa,
stasiun metering ditempatkan secara berkala di sepanjang antar jaringan pipa gas
alam. Stasiun-stasiun ini memungkinkan untuk memantau gas alam dalam pipa.
Pada dasarnya, stasiun-stasiun metering mengukur aliran gas sepanjang pipa, dan
memungkinkan perusahaan pipa untuk 'melacak' gas alam yang mengalir di
sepanjang pipa. Stasiun-stasiun metering menggunakan meter khusus untuk
mengukur gas alam karena mengalir melalui pipa, tanpa menghalangi gerakannya.

88
Gas production Engineering

Valves

sejumlah besar katup di sepanjang jalur dipasang. Katup ini bekerja seperti
gateway, biasanya terbuka dan memungkinkan gas alam mengalir bebas, atau
dapat digunakan untuk menghentikan aliran gas sepanjang pipa. Katup
ditempatkan setiap 5 sampai 20 mil di sepanjang pipa.

Control Stations and SCADA Systems

Dalam rangka untuk mengelola gas yang memasuki pipa, dan untuk memastikan
bahwa semua pelanggan menerima pengiriman tepat waktu, sistem kontrol
canggih yang diperlukan untuk memantau gas melalui semua bagian jaringan
pipa.

Untuk mencapai hal ini tugas pemantauan dan pengendalian gas alam melalui
pipa, pompa bensin terpusat kontrol mengumpulkan, mengasimilasi, dan
mengelola data yang diterima dari stasiun pemantauan dan kompresor sepanjang
pipa

Sebagian besar data yang diterima oleh stasiun kontrol disediakan oleh
Supervisory Control dan Data Acquisition (SCADA) sistem. Sistem ini pada
dasarnya sistem komunikasi pengukuran dan mengumpulkan data sepanjang pipa
(biasanya dalam stasiun metering atau kompresor dan katup) dan mengirimkan ke
stasiun kontrol terpusat.

Metering

89
Gas production Engineering

Units of Measurement

• The unit of measurement for volume of natural gas is the MCF, or


thousand cubic feet
• A related unit of measurement, based on the heating (or energy) value of
natural gas is called the MMBTU, or British Thermal Unit

How is the Gas Measured

o Typically, the gas is measured at the wellhead and the sales


delivery point
o There are various types of meters used for recording well flow
depending on the needs of the operator
o Complex systems including telemetering are used to provide access
to data for the operator
o All of the systems will meet standards set by the AGA ( American
Gas Association) and the ASME ( American Society of
Mechanical Engineers) and local state standards if Applicable

Calculations

o Calculation of total gas flow is done on a monthly basis, usually by


a third party gas measurement contractor. These calculations are
passed along to the Operator who enters the natural gas
measurements into their revenue accounting system, the software
through which royalty owners are paid

3.4. Separator (scrubber process)

90
Gas production Engineering

Scrubber adalah pemisah dua fase yang dirancang untuk recover cairan dari outlet
separator gas atau untuk menangkap cairan kondensat karena pendinginan atau
penurunan tekanan.

Muatan Cair di scrubber adalah jauh lebih rendah dibanding pemisah (Seperator).
Dalam aplikasi Scrubber vertikal yang paling sering digunakan. Horizontal
scrubber dapat digunakan, namun keterbatasan ruang sehingga menggunakan
konfigurasi vertikal. Scrubber tipe Separator dirancang untuk memisahkan konten
cair dari gas dimana rasio gas-cair tinggi pada umpan. Separator jenis ini biasanya
digunakan dalam plants Glikol, plants kontaktor Amine, plants kompresor
(termasuk stasiun kompresor) untuk perlindungan dari cairan entrained.

Dalam plants Glikol dan plants kontaktor Amin, gas umpan dipisahkan dari sisa-
sisa cairan sebelum masuk ke kolom. Ini akan meminimalkan kontak inefisiensi
antara gas umpan dan pelarut (penyerap) cair.

Scrubber di stasiun kompresor digunakan untuk melindungi kompresor dari sisa-


sisa cairan dalam gas yang dapat menyebabkan kerusakan pada kompresor (terus
menghantam cair), mengurangi lifetime of bearing, shaft seals, and rotors,
decrease in cooling capacity, increase in power consumption. Dalam sistem
pendinginan, Separator tidak hanya bertindak sebagai scrubber untuk melindungi
unit kompresor, juga memiliki fungsi sebagai berikut:

• Menyediakan volume yang cukup untuk swelling and foaming dari


muatan cair yang disebabkan oleh penurunan tekanan yang tiba-tiba.
• Menyediakan lonjakan volume yang cukup untuk kelebihan cairan.

Gas scrubber yang akan digunakan untuk:


• Bahan bakar heater, boiler, generator uap dan mesin-mesin dengan bahan
bakar gas
• Pengontrolan gas sebelum masuk ke processing plant
• Upstream dehydrator dan sweetener
• Upstream gas distribution/transmission untuk memisahkan cairan dan
debu atau padata-padatan lainnya
• Downstream gas transmission – compressor station untuk memisahkan
cairan atau pelumas yang

Kapasitas scrubber :

 
0
.
5
D P
 l−  2
=
q5.
5 
 g


Dengan P 
 
 sT g 
q = flow rate gas, MMscfd, diukur pada Ps dan 60 oF
Ps = metering pressure, psia
P = actual flowing tekanan, psi
T = actual flowing temperatur, oR
91
Gas production Engineering

= scrubber liquid density, 1b/cuft, pada P dan T


= actual gas density, 1b/cuft, pada P dan T
D = efektif internal diameter yang dialiri gas, ft

3.5. Compressor and cooler

Ada banyak kasus dalam pengoperasian kompresor pada produksi gas, tekanan
gas harus dinaikkan sampai nilai yang tinggi. Berbagai langkah dalam siklus
kompresor reciprocating.

Desain kompresor yang paling penting adalah menentukan kapasitas kompresor


dan power yang diperlukan. Metode Desainnya :

Jika tidak ada panas yang masuk dalam kompresor maka persamaan yang berlaku
sebagai berikut :
92
Gas production Engineering

Jika di desain berdasarkan polytropic, maka berlaku sebagai berikut :

Eksponen n adalah hasil eksperimen yang ditentukan oleh type mesin dan boleh
lebih rendah atau lebih tinggi dari nilai K. tetapi umumnya n lebih kecil dari K.
Efisiensi polytropic ( P) dapat dihitung dari persamaan berikug :

Hubungan antara nilai n dengan kondisi sebagai berikut :

Reciprocationg compressors. Untuk menentukan kapasitas digunakan


pernyataan berikut :

q = flow capacity (kapasitas aliran),


d = piston diameter (diameter piston),
L = stroke length (panjang pukulan)
S = compressor speed ( kecepatan kompresor)
Ev = volumetric efficiency (volumetric efisien)

A = factor to allow for leakage, friction, etc.,


usually between 0.03 and 0.06 (faktor untuk
memungkinkan kebocoran, gesekan, dll,
biasanya antara 0.03 dan 0.06)
;iC = clearance, which varies from 0.04 to 0.16
(pembersihan, yang bervariasi 0.04 – 0.16)

93
Gas production Engineering

Z1 = gas compressibility factor at suction conditions


(gas kompresibilitas faktor pada kondisi hisap)
Z2 = gas compressibility factor at discharge
conditions
( gaskompresibilitas faktor pada kondisi debit)
r = compression ratio, p2/p1
(rasio kompresi)
p1 = suction pressure (tekanan hisap)
p2 = discharge pressure (tekanan debit)

Tenaga yang diperlukan

w = power require, Hp/MMscfd (wajib tenaga)


psc = pressure at standard conditions, psia
(tekanan pada kondisi standar)
Tsc = temperature at standar conditions, ˚R
(Suhu pada kondisi standar)
T1 = suction temperature, ˚R (temperature hisap
Centrifugal Compressor

Hp = polytropic head (polytropic utama)


R = gas constant,(gas Konstan)
T1 = gas inlet temperature (temperatur pada inlet)
Z = average compressibility factor, (Z1 + Z2)/2
(faktor kompresibilitas rata)
M = gas molecular weight (berat molekul gas)

94
Gas production Engineering

Hp = Power required, horsepower,


w = mass flow rate, lbm min,
Hp = polytropic head, ft-lb/lbm
Ηp = polytropic efficiency

Contoh ompressor dan cooler (dalam diskusi)

Bab 4.
Gas Plant Performance

4.1. Pemisahan Gas dengan Cair

Dasar gas handling conditioning dan processing facilities Pemisahan gas adalah
neraca massa dan neraca energi pada pemisahan. Konsep:

• roses pemisahan gas dan cair berdasarka fasa.

P
T

• Pemisahan bersamaan dengan menghilangkan kabut cair entrained dari


gas.

P
T

• Pemisahan bersamaan dengan mengilangkan gas entrained dari cairan, dan


memastikan bahwa tidak ada re-entrainment pada alat berikutnya.

P
T

95
Gas production Engineering

Dasar desain pemisah:

• Menghilangkan sebagian energi dari aliran well pada saat memasuki alat
pemisah
• Kinetika gas dan cair cukup rendah sehingga terjadi equilibrium uap – cair
• Olakan minimal di bagian pemisah gas dengan mengurangi kinetik
• Mengontrol akumulasi buih dan busa di vessel;
• cryogeMengelimiate entrainment dari gas dan cairan yang dipisahkan;
• Menyediakan outlet untuk gas, dengan kontrol yang sesuai untuk
mempertahankan tekanan operasi yang telah ditetapkan;
• Menyediakan outlet untuk liquid, dengan kontrol cairan yang sesuai;
• Menyediakan port clean out pada titik-titik di mana padatan dapat
terakumulasi;
• Menjaga tekanan berlebihan dalam kasus gas atau outlet cair, dan
• Menyediakan peralatan (tekanan gages, termometer, dan Gage-glas) untuk
memeriksa secara visual operasi nyang tepat,

Faktor kondisi operasi pada keadaan normal untuk memaksimalkan tujuan diatas
dipertimbangkan.

• Laju aliran cairan dan laju aliran gas


• Pertimbangan Spesifik gravitasi minyak, air, dan gas

Untuk horizontal

96
Gas production Engineering

Vertikal

97
Gas production Engineering

• Suhu dan tekanan proses kesetimbangan fasa


proses kesetimbangan fasa, ada tiga hal:

(a) Titik didih


(b) Dew-Point
(c) Equilibrium-Flash

Jenis (a) dan (b) menentukan fase dan suhu atau tekanan di mana campuran akan
mulai menguap atau mengembun.
Tipe (3) memperkirakan persentase menguap atau mengembun.

perhitungan kesetimbangan ditunjukkan di bawah ini:

98
Gas production Engineering

F = feed rate, mol/hr


FL=Liquid rate, mol/hr
FV= vapor rate, mol/hr
zi=mole fraction of component i in the feed
xi= mole fraction of component i in the liquid
yi = mole fraction of component i in the vapor
P = pressure of the flash vaporization
T = temperature of the flash vaporization

Tahap perhitungan kesetimbangan menggunakan kuantitas, Ki yang disebut rasio


kesetimbangan uap cair, atau lebih sederhana, Nilai K

Ki adalah fungsi identitas komponen, temperatur, tekanan, dan komposisi. Cairan


kesetimbangan uap atau rasio K dapat diperoleh dari grafik K atau dihitung dari
persamaan.

• Waktu retensi cairan dalam separator,

Konsep handling tahap Proses Pemisahan dilakukan dengan dua atau lebih
kesetimbangan pada tekanan berturut-turut semakin rendah. Tahap tahap proses
pemisahan (satu pemisah dan tangki penyimpanan) seperti ditunjukkan gambar.

99
Gas production Engineering

1.2. Gas dehydration

Water hydrocarbon system behavior

Di kepala sumur, gas alam hampir selalu jenuh dengan air. Ketika aliran gas jenuh
dengan air maka masalah dalam pipa yang terjadi:

• Air cair mengumpulkan dalam pipa meningkatkan pressure drop dan /


atau menyebabkan aliran slug
• Air bebas juga dapat membeku menjadi es dan / atau hidrat bentuk padat
dan mengurangi aliran gas atau bahkan plug sepenuhnya.
• Gas asam, H2S dan / atau CO2 larut dalam air menyebabkan korosi yang
parah

Desain oilfield gathering lines dan fasilitas untuk penghambatan dehidrasi dan
hidrat dilihat dari perilaku berdasarkan kadar air jenuh gas alam sebagai fungsi
dari Suhu dan tekanan.

100
Gas production Engineering

101
Gas production Engineering

Liquid absorbent (liquid penyerap)

Dehydrator adalah sesuatu alat yang digunakan untuk menanggulangi hidrat


formasi. Seperti telah dijelaskan sebelumnya adanya air bebas merupakan ciri
yang khas dari formasi hydrate. Air bebas umumnya ikut masuk mengalir bersama
dengan aliran gas alam dari reservoir ditambah kondensat yang jenuh dengan air.
Prinsip kerja dari gas dehydrator, adalah menurunkan kandungan air dalam aliran
gas alam, dengan metoda-metoda tertentu.

Metode Pendinginan gas akan menurunkan kemampuan uap air bercampur dalam
phase gas. Batasan dari metode ini adalah hydrate formation temperature dari gas.
Metode ini akan ekonomis untuk system dehidrasi cair atau padatan bila
temperature aliran gas diatas 100oF (37.7oC). Penggunaan udara atau air dingin
memungkinkan penurunan ukuran dari dehydration plant. Kompresi diikuti
dengan pendinginan uap air yang terdapat dalam gas alam dapat diturunkan lebih
jauh dengan menggunakan metode ini, tetapi mempunyai batasan yaitu hydrate
formation temperature meningkat dengan naiknya tekanan. Metode ini digunakan
biasanya digabungkan dengan mechanical refrigeration (system pendingin
mekanik) pada aliran gas yang mempengaruhi perolehan hidrokarbon cair dan
kandungan uap air dalam gas akan turun dibawah spesifikasi normal.

Metode Low temperature separator (LTS), merupakan suatu modifikasi separator


normal. Hal ini dapat dilakukan dengan menambahkan choke pada bagian
pemasukan dan coil penukar panas di dalam separator. Pola aliran normal seperti
tampak pada gambar dibawah. Gas tekanan tinggi masuk melalui free-water

102
Gas production Engineering

knockout drum dan memasuki penukar panas yang dapat menurunkan panas gas,
dan akhirnya masuk ke LTS melalui choke dimana gas diekspansi secara cepat
sehingga terjadi penurunan temperature, menyebabkan uap air akan mengembun
dan air bebas ini membentuk hydrate yang akan jatu ke dasar separator. Coil
penukar panas di dalam separator akan mencairkan hydrate ini dan keluar
mengalir bersama produk non- hidrokarbon lainnya.

Low TemperaturSeparator(LTS) atau sparator suhu rendah

Bila terdapat sejumlah uap air dalam gas yang dapat menyebabkan terbentuknya
hydrate sebelum choke, maka glycol diinjeksikan untuk menangani permasalahan
ini, bila kasus ini terdapat didalam separator, maka proses ini ditiadakan. Telah
dikemukakan tentang dehydrator, bahwa proses dehidrasi dijaga jangan ada hidrat
pada saat penurunan temperature dan memisahkan butir-butir cairan hasil
kondensasi awal pada flowline. Perlu ditambahkan jaringan-jaringan peralatan
penunjang, agar diperoleh hasil pemisahaan gas yang betul-betul bersih. Jaringan
peralatan tersebut dapat berupa: injeksi glycol, triethylene glycol (TGE) dan dry
bed dehydrator. Operasional gas dehydrator memerlukan unit peralatan yang
dapat berupa : injeksi glycol, triethylene glycol (TEG) dan dry bed dehydrator.
Injeksi glycol dapat dilakukan pada flowline atau merupakan jaringan khusus
untuk injeksi glycol tersebut
Cara yang terbaik untuk menghindari hydrate atau korosi didalam produksi gas
adalah menjaga agar pipa dari peralatan tetap kering, bebas dari air. Tetapi
seringkali kondisi operasi di dalam memproduksikan gas hydrocarbon
menyebabkan terbentuknya hydrate. Jika demikian, diperlukan inhibitor untuk
menanggulanginya.

Ada beberapa material yang dipakai sebagai adanya inhibitor, yaitu : methanol,
diethylene glycol dan ethylene glycol. Didalam pemakainnya material-material
tersebut dapat disirkulasikan kembali untuk pemakaian selanjutnya. Konsentrasi
inhibitor. Konsentrasi inhibitor yang diperlukan didalam system gas hydrocarbon
dapat ditentukan dengan persamaan berikut:
103
Gas production Engineering

Dimana
d = oC di titik hydratnya
W = berat inhibitor di dalam fase cair, %
M = berat molekul inhibitor
Ki = konstanta, untuk methanol = 1297
untuk glycol = 2220

Jika d didalam oF maka Ki=2335 untuk methanol dan 4000 untuk glycol. Untuk
menentukan harga d, mula-mula ditentukan temperature, dimana hydrate akan
terbentuk pada tekanan maksimum dari system. Kemudian perkikan temperature
minimum operasi, dan jika temperature ini tidak diketahui, umumnya dipakai 4oC.
Jadi nilai d, ini adalah selisih kedua temperature tersebut.
Total injeksi Inhibitor. Total injeksi dari inhibitor dapat dihitung dengan
menggunakan persamaan :

Kehilangan inhibitor karena penguapan untuk glycol dapat diperkirakan sebanyak


3.5 liter / 106 std m3 atau 0.0035 m3 per 106 std m3 atau 0.23 lb/MMscf.
Prosedur Perhitungan Inhibitor secara ringkas dapat ditentukan langkah-langkah
perhitungan inhibitor adalah sebagai berikut : Tentukan besarnya temperature
yang menyebabkan terbentuknya hydrate dalam system tersebut

Tentukan temperature terendah yang diharapkan dalam system. Hitung kandungan


air (water content) pada temperature pada langkah 2, dengan menggunakan
gambar. Untuk menghitung persen berat inhibitor didalam fasa cair (W), gunakan
persamaan. Nilai d adalah selisih temperature di langkah 1 dan 2. Hitung W(Wt%)
inhibitor dengan menggunakan Persamaan . Jika digunakan methanol sebagai
inhibitor, harus dilakukan koreksi dengan menggunakan grafik. Nilai total injeksi
merupakan gabungan dari langkah ke 4 di tambahkan langkah ke 5
Metode packed-column contactor mengikuti prosedur grafik dan table SILVALS.
Parameter yang ditangani pada dehydrator, yaitu: Laju alir gas, MMscf; Specific
Gravity gas; Tekanan Operasi, psig; Tekanan kerja maksimum contactor, psig;
Temperatur gas masuk,oF; Kandungan uap air akhir dalam gas, lbm/MMscf.
Pertimbangan operasi: Laju sirkulasi glycol terhadap air yang akan dipisahkan,
Laju sirkulasi 2-6 gal TEG/lb H2O yang dipisahkan sering dipergunakan di
lapangan-lapangan, Konsentrasi lean glycol dari reconcentrator berkisar antara
99.0 – 99.9% lean TEG. Nilai 99.5% lean TEG sering digunakan sesuai dengan
pendesaian.

Glycol Dehydration Process dapat digambarkan sebagai berikut:

104
Gas production Engineering

Diagram alir dari dehidrator glikol (Sivalls, 1977).

Gas kapasitas scrubber inlet vertikal berdasarkan 0.7-spesifik gravitasi pada 100
°F (Guo dan Ghalambor,
2005).

Dalam operasi kapasitas Glikol Dehydrators menggunakan informasi berikut

105
Gas production Engineering

koreksi suhu dan gravitasi gas masing-masing diberikan dalam Tabel k1 dan k2,.
Suhu dan faktor spesifik gravitasi untuk kontaktor glikol masing-masing.dalam
Tabel k3 dan k4

Tabel k1 Faktor Koreksi Suhu untuk trayed Kontaktor Glikol

Tabel k2.

106
Gas production Engineering

Tabel k3.

Tabel k4.

107
Gas production Engineering

Diameter minimum dari kontaktor trayed glikol yang dioperasikan dapat didekati
dari Gambar k5.

108
Gas production Engineering

Diameter minimum dari kontaktor glikol packing dilihat Gambar k6.

109
Gas production Engineering

Ketinggian minimum packing dari kontaktor atau jumlah minimum tray dari
trayed kontaktor, dapat diketahui dari Gamba k7.

Operasi Glikol Re-konsentrator (tingkat sirkulasi glycol dibutuhkan):

110
Gas production Engineering

Operasi Reboiler: Beban panas yang dibutuhkan untuk reboiler dapat


diperkirakan:

Ukuran keseluruhan umum reboiler dapat ditentukan sebagai berikut:

Operasi Flash Separator Glikol:

Garis pengoperasian absorber dibuat berdasar neraca massa dari aliran masuk dan
keluar (akan dilakukan pada saat diskusi)

Dry absorbent,

Metode ini adalah fixed-bed adsorption solid desiccants could be used such as
silica gel, activated alumina, or molecular sieves

111
Gas production Engineering

Operasi dikondisikan dengan ketentuan gas flow rate V (MMSCF/d), temperature


T(R), gas water content Y1 (lbs H2O/MMSCF), desiccant particle size DP (ft),
gas density (lbs/ft3), dan operating pressure P (psia). Maximum penggunaan
capacity desiccant XC (lbs H2O/100 lbs desiccant) ditentukan vendor. Adapun
Bed operation cycle time dianggap 8 h sehingga one day has three cycles.

Gas flow rate V (MMSCF/d) and water content Y1 (lbs H2O/MMSCF), maka air
yang terserab dari gas sebagai berikut

112
Gas production Engineering

Dianggap 3 cycles, setiap cycle 8 h perhari. Jika particle size bed diketahui DP
(ft), maka superfacial velocity

diameter bed d(ft)

loading air q (lbs/ft2h)

Mass transfer zone ketinggian (height) hz (ft)

RS adalah relative saturation


Berat Bed WB(lb)

Desiccant density (lbs/ft3) berdasarkan bed volume VB(ft3)

Bed length hB(ft)

Maximum capacity desiccant (lbsH2O/100 lbs desiccant)

X’s dynamic capacity desiccant pada saturation dan fungsi temperatur

113
Gas production Engineering

XS capacity dynamic padat 77 F and TB(F) bed temperature dan dinilai dari gas
relative saturation (RS) at 77F:

Breakthrough time

Check pressure drop bed 1/8-in

1.3. Sweetening

Amine process

Keberadaan CO2 dalam gas dalam gas alam (natural gas) tidak diinginkan karena
CO2 gas yang bersifat asam dan jika bereaksi dengan air membentuk asam
karbonat (H2CO3) menyebabkan korosi pada sistem perpipaan. Sedangkan dalam
pembuatan LNG, gas CO2 harus dihilangkan terlebih dahulu agar tidak terjadi
pembekuan pada temperatur yang sangat rendah.

Proses penghilangan asam secara konvensional dengan menggunakan kolom


absorpsi seperti packed tower, spray tower, venturi scrubber dan bubble column
didasarkan pada reaksi yang terjadi antara asam dengan larutan amina dan garam
logam alkali sebagai absorben/pelarut.

Gas alam sering mengandung gas H2S dan CO2, kedua gas ini disebut sebagai gas
asam karena bersama-sama dengan air akan membentuk larutan asam. Jika gas
asam mengandung H2S dalam jumlah yang melebihi batas yang diijinkan oleh
industri-industri disebut dengan sour gas.

Hampir seluruh proses pemisahan H2S sekaligus juga memisahkan CO2. gas CO2
bersama-sama dengan air akan menghasilkan senyawa yang bersifat korosif.
Meskipun demikian CO2 tidak selalu harus dihilangkan/dipisahkan dari campuran
gasnya, kecuali untuk mencegah pengerasan CO2 jika akan dialirkan ke cryogenic
plant. Beberapa proses yang digunakan untuk memisahkan gas asam yaitu :
114
Gas production Engineering

alkanolamine sweetening, glycol/amine process, sulfinol proses dan iron sponge


sweetening.

Penghilangan karbon dioksida dari campuran gas merupakan operasi yang sangat
penting. Metode yang paling umum adalah penyerapan. Saat ini, salah satu
metode yang paling umum digunakan adalah menggunakan kalium karbonat dan
alkonolamine. Alkonolamine meliputi senyawa organic monoethanolamine (ME),
diethanolamine (DEA) dan triethanolamine (TEA).

Proses alkanolamine memisahkan H2S sekaligus CO2 umumnya MEA lebih


reaktif, lebih stabil dan dengan cepat dapat dibersihkan dari kontaminan dengan
destilasi semi kontinu.

Reaksi yang terjadi antara H2S dan MEA adalah:

Absorbsi, MEA + MEA Hydrosulfide + Heat

MEA + H2 + CO2 MEA Carbonate + Heat

Regenerasi, MEA Hydrosulfide + Heat MEA + H2S

MEA Carbonate + Heat MEA + H2O +CO2

Unit Alkanolamine Sweetening

115
Gas production Engineering

Pada Gbr memperlihatkan Sour gas masuk kebagian bawah dari kontactor dan
mengalir keatas berlawanan arah dengan aliran larut MEA. Sweet gas dialirkan
keluar system, sedang larutan MEA dialirkan ke regenerator dimana melalui
proses panas gas asam dipisahkan kelarutan tersebut. MEA yang sudah bersih
(Clean MEA) didinginkan dengan heat exchange dan dipompakan kembali ke
contactor.

Gas asam dan uap air dari bagian atas regenerator dilewatkan acid gas cooler
dimana uap air dikondensasikan dan dipompakan kembali ke regenerator.
Contactor dioperasikan pada tekanan 50-1000 psig atau lebih, sedang regenerator
beroperasi pada tekanan sedikit diatas tekanan atmosfer.

Bahan penyerap yang digunakan di dalam teknologi absorpsi CO2 dapat


digolongkan menurut reactivity/solubility terhadap CO2. Secara meluas bahan
penyerap yang digunakan di industri adalah dari senyawa dari alkanolamines.
Alkanolamines biasanya digunakan sebagai penyerap dalam bentuk cair di dalam
proses absorpsi CO2. Alkanolamines dibagi ke dalam tiga kelas: amina-amina
utama, tersier dan sekunder yang menurut fungsi golongannya. Klasifikasi itu
didasarkan pada substitusi atom hidrogen ke atom nitrogen. Senyawa Amina-
amina yang paling reaktif diantara nya senyawa amine iaitu monoethanolamine
(MEA) dan diglycoamine (DEA). Awalnya monoethanolamine (MEA) digunakan
di dalam penyelidikan simulasi absorpsi CO2.

Reaksi utama antara MEA dan CO2 di dalam larutan terjadi secara reaksi
elektrokimia, mekanisme reaksi yang terjadi adalah sbb:

Deskripsi Proses Penyerapan. Flue gas yang mengandung CO2 dialirkan ke


pendingin dengan sirkulasi aliran air, selanjutnya gas di tekanan dengan blower
sehingga diperoleh penurunan tekanan pada menara absorpsi. Gas-gas cerobong
dialirkan melalui absorber secara berlawanan arah dengan larutan yang ada di
dalam absorber.

Di dalam menara absorber, bahan larutan penyerap bereaksi secara kimiawi


dengan gas CO2 yang terkandung di dalam gas cerobong. Gas CO2-lean lalu
masuk ke dalam menara absorber, dan gas keluarnya dimasukkan kembali ke
menara absorber. Gas-gas yang telah bersih dilepaskan ke atmosper. Untuk
simulasi pemisahan konsentrasi CO2 di dalam gas buang diperkirakan kurang dari
1%.

116
Gas production Engineering

Larutan CO2-rich meninggalkan absorber dan dipompa kepada lean/rich melintasi


alat pertukaran panas. Di dalam alat pertukaran panas, larutan CO2-rich
dipanaskan dan larutan CO2-lean didinginkan. Larutan CO2-rich dimasukkan ke
menara regenerasi di mana larutan penyerap amina diperbaharui. Untuk
memperbaharui bahan pelarut, larutan CO2-rich dipanaskan di suatu boiler pada
tekanan rendah. Karena pemanasan, air dan bahan serap diuapkan. Uap air dan
bahan penyerap meninggalkan boiler dan masuk kembali ke regenerator. Uap
yang terjadi di dalam kondenser pada menara regenerator sambil membebaskan
CO2 dan memanaskan larutan bawah yang datang. Sebagian uap air dan CO2
masuk di bagian Regenerator dimana uap penyerap dibebaskan. Uap air dan CO2
masuk ke dalam kondensator reflux di mana uap air diembunkan dan CO2 nya
didinginkan. Air yang diembunkan dikembalikan ke aktivasi kembali ke
Regenerator.
Larutan CO2-lean meninggalkan boiler dan masuk penukar panas untuk
didinginkan. Larutan kemudian dipompakan didinginkan lebih lanjut dan masuk
kembali ke absorber.

Jika dilakukan simulasi, maka konsentrasi larutan MEA dibuat bervariasi.


Konsentrasi MEA telah ditentukan 30 w% untuk awal simulasi. Laju alir Flue gas
ditentukan pada 35 l/min dan komposisi flue gas is CO2=13.89%, N2=82.56%
dan O2=3.55%. Di dalam simulasi ini tekanan absorber dibuat bervariasi antara 1
sampai 10 atm. Dan sebagai hasilnya dapat di lihat pada gambar 2. Kenaikan
tekanan absorber di atas 3 atm akan menghasilkan laju penyerapan yang relatief
baik.

Efek variasi tekanan absorber

Jika menggunakan Glycol/Amine Process, untuk gas alam tidak memerlukan


penurunan dew point. Proses ini juga menggunakan larutan yang mempunyai
komposisi 10%-30% berat MEA, 45% - 85% berat glycol dan 5% - 25% berat air.
Kelemahan proses ini adalah menaikan kehilangan penyerapan MEA karena

117
Gas production Engineering

temperatur regenerasi yang tinggi, dan untuk memperoleh MEA kembali harus
digunakan vacuum distilasi dan adanya problem korosi.

Sulfinol Process. Proses ini menggunakan sulfanol sebagai solvent untuk


melarutkan gas asam. Sulfanol merupakan campuran dari sulfolane
diisopropanolamine (DIPA) dan air. Sulfolane memisahkan gas asam berdasarkan
adsorpsi secara fisik, sedangkan DIPA berdasarkan reaksi kimia. Kelebihan dari
proses sulfanol adalah sirkulasi solvent nya rendah, peralatan lebih kecil. Heat
capacity dari solvent rendah, biaya operasi rendah dan problem korosinya juga
kecil. Kondensasi membentuk foam, efektivitas tinggi terutama carbonyl sulfite
(COS), carbon disulfite (CS2) dan mercaptant, kehilangan solvent karena
penguapan adalah rendah, kecenderungan pengotoran heat exchanger rendah dan
tidak berekspansi pada saat solvent didinginkan. Sedangkan kelemahannya adalah
mengadsorpsi hydrokarbon berat dan aromatik serta harganya cukup mahal.

Untuk Proses pemisahan gas asam dari gas alam umumnya dilakukan untuk
mencapai spesifikasi konsentrasi H2S sebesar 0.25 gr/scf (4 ppmv), dan
konsentrasi CO2 sebesar 2 – 3% mol. Sebagian besar proses pemisahan gas asam
secara kontinyu menggunakan absorpsi dengan pelarut alkanolamine. Pelarut fisik
dapat ditambahkan untuk meningkatkan kinerja larutan alkanolamine.
Umpan gas yang mengandung CO2 dan H2S (sour gas) masuk ke bawah kolom
kontaktor dan kontak dengan larutan amina yang dialirkan dari atas kolom. Di
dalam kontaktor terjadi reaksi antara komponen gas asam dengan amina
membentuk garam. Kesetimbangan reaksi alkanolamine dengan CO2 dan H2S
akan bergeser ke kanan pada tekanan sistem yang tinggi dan temperatur rendah.
Gas bersih (sweet gas) keluar dari atas kontaktor , sedangkan larutan amina kaya
keluar dari bawah kontaktor dan masuk ke flash tank untuk melepaskan sebagian
gas hidrokarbon yang terbawa. Larutan amina kaya keluar dari bagian bawah flash
tank dan dipanaskan oleh larutan amina teregenerasi di penukar panas sebelum
masuk ke kolom regenerator. Regenerator memisahkan sebagian besar gas CO2,
H2S, dan sejumlah air dari larutan amina menggunakan panas dari ketel pendidih.
Larutan amina teregenerasi keluar dari bawah kolom dan disirkulasikan kembali
ke kolom kontaktor.

Secara umum, pelarut alkanolamine dapat digolongkan menjadi 3 macam, yaitu:

▪ Amina primer yang memiliki 2 atom hidrogen dan 1 gugus alkil yang
terikat pada atom N (MEA dan DGA).
▪ Amina sekunder yang memiliki 1 atom hidrogen dan 2 gugus alkil yang
terikat pada atom N (DEA dan DIPA)
▪ Amina tersier yang memiliki 3 gugus alkil yang terikat pada atom N
(MDEA dan TEA).

Reaksi antara gas CO2 dan H2S dengan alkanolamine terdiri dari:

Ionisasi dan hidrolisis H2S dan CO2

H2S H+ + HS- 2H+ + S=


118
Gas production Engineering

CO2 + H2O H+ + HCO3- 2H+ + CO3=

Reaksi disosiasi pembentukan S= dan CO3= memiliki konstanta kesetimbangan


yang kecil (10-14) sehingga dapat diabaikan. Pada kondisi basa, ion bisulfida dan
bikarbonat juga dapat terbentuk melalui:

H2S + OH- HS- + H2O


CO2 + OH- HCO3-

Protonasi larutan amina

Protonasi pada:

- Amina primer :
RNH2 + H+ RNH3+
- Amina sekunder:
RR’NH + H+ RR’NH2+
- Amina tersier :
RR’R”N + H+ RR’R”NH+

Konstanta kesetimbangan pada larutan amin dengan struktur molekul sederhana


lebih besar. Namun, pH yang tinggi membatasi konsentrasi RNH3+ sehingga
tidak terlalu ada perbedaan jumlah konversi antar jenis amina dalam reaksi ini.

Reaksi dengan H2S

Reaksi paralel dengan ion bisulfida:

RR’NH2+ + HS- RR’NH2.SH


RR’NH + H2S RR’NH2.SH

Kedua reaksi tersebut cepat sehingga membatasi reaksi dengan senyawa sulfida:

2RR’NH2+ + S= (RR’NH2).S

Reaksi dengan CO2


Reaksi CO2 dengan alkanolamin primer dan sekunder:

RR’NH + CO2 RR’NCOO- + H+


RR’NH + H+ RR’NH2+

CO2 bereaksi secara langsung dengan alkanolamin primer dan sekunder untuk
membentuk asam karbamat. Secara keseluruhan reaksi pada alkanolamin primer
dan sekunder ini dapat ditulis:

119
Gas production Engineering

CO2 + 2RR’NH RR’NCOO- + RR’NH2+

Pada alkanolamin tersier, CO2 bereaksi secara tidak langsung dengan larutan
alkanolamin. Dengan keberadaan air, maka akan terbentuk bikarbonat dan
alkanolamin terprotonasi.

R3N + H2O R3NH+ + OH-


CO2 + R3N + H2O R3NH+ + HCO3-

Absorber dan stripper

Desorpsi adalah suatu proses perpindahan massa dimana campuran cairan yang
mengandung gas terlarut, mengalir dalam kolom stripping misalnya dan gas
pelucut mengalir kebagian atas kolom sementara pada kondisi ini gas terlarut
keluar dari larutan dan terbawa keluar bersama gas pelucut. Proses ini merupakan
kebalikan dari proses absorpsi, dimana suatu campuran gas dikontakkan dengan
cairan penyerap tertentu sehingga satu atau lebih komponen gas tersebut akan
larut ke dalam cairan. Proses stripping yang umum dilakukan di Industri adalah
menggunakan tray tower atau menara kolom isian (packed tower). Penghilangan
suatu impurity gas biasanya dilakukan dengan penyerapan menggunakan steam
dalam suatu kolom bahan isian.

Tray Tower

Tower ini adalah tangki silinder tegak bertekanan dimana uap dan cairan
mengalir berlawanan arah yang berkontak dengan rangkaian piringan/nampan
(tray) logam. Cairan mengalir sesuai gaya gravitasi melalui setiap tray melewati
weir kemudian turun ke downcomer tray dibawahnya. Sementara uap diumpankan
dari bagian bawah tangki menuju ke bagian atas tangki melewati lubang disetiap
tray .

Packed Tower

Bahan isian atau packing yang digunakan dalam kolom isian tersedia dalam
berbagai bentuk, jenis dan ukuran. Setiap jenis packing yang umum digunakan
antara lain: Raschig, ring, pall ring, lessing ring dan berl saddle.

120
Gas production Engineering

Kebanyakan bahan isian menara terbuat dari bahan-bahan yang murah, tidak
bereaksi dan ringan, seperti lempung, porselen dan berbagai jenis plastic. Kadang-
kadang cincin-cincin berdinding tipis, yang terbuat dari baja atau alumunium ada
juga yang dipergunakan. Ruang-ruang kosong dan laluan yang cukup besar
seabgai media alir fluida dibuat dengan membuat bahan isian itu berbentuk tak
beraturan atau bolong, sehingga tersusun dalam suatu struktur terbuka dengan
porositas 60 sampai 95 persen.

Spray Tower

Kolom dengan spray dapat digunakan untuk operasi yang hanya membutuhkan
satu atau dua stage teoritis dengan pressure drop yang sangat kecil dan zat terlarut
sangat larut pada fase cair. Kolom spray yang paling sederhana yang digunakan
untuk proses operasi desorpsi terdiri dari sebuah tangki kosong dimana cairan
disemprotkan kebawah melewati gas yang dimasukkan dari bawah tangki dan
mengalir keatas. Pada kolom spray yang lebih canggih, dedua fase disemprotkan
malalui spray yang lebih canggih, kedua fase disemprotkan melalui nozzle yang
akan menghasilkan semburan butiran yang sangat halus(atmozer) atau melalui
ventura atau jet yang juga menghasilkan butiran halus. Kolom spray memiliki
keunggulan dalam hal pressure drop gas yang rendah tidak akan terjadi
penyumbatan apabila terbentuk padatan dan tidak akan mengalami flooding.

121
Gas production Engineering

Buble Column

Terdiri dari tangki silinder tegak yang sebagiannya terpenuhi oleh cairan sampai
uap menggelembung. Pressure drop gas pada alat ini tinggi dan hanya bisa
mencapai satu atau dua stage teoretis saja. Alat ini dapat digunakan pada fase cair
dan atau terjadi reaksi kimia yang lambat pada fase cair sehingga memerlukan
waktu tinggal yang cukup lama.

122
Gas production Engineering

Flooding

Didalam suatu menara isian dengan arus berlawanan arah, fase gas akan mengalir
ke atas melawan gaya friksi dan hambatan oleh bahan isian dan aliran cairan.
Sementara itu, cairan akan mengalir turun. Untuk kolom dengan suatu diameter
tertentu, kenaikan aliran inlet kolom akan menyebabkan kenaikan pressure drop
gas akibat semakin besarnya gaya hambatan bahan isian dan aliran cairan. Pada
suatu trik tertentu, pressure drop menjadi sedemikian besar dan menjadi seimbang
dengan gaya aliran cairan. Pada kondisi ini, cairan tidak dapat mengalir turun
melewati bahan isian, sehingga akan menggenangi bahan isian. Akibatnya aliran
gas terhambat dan menara menjadi tidak stabil. Oleh karena itu terdapat batas atas
bagi aliran gas yang disebut sebagai kecepatan pembanjir (flooding velocity).
Besarnya dapat ditentukan dengan mengamati hubungan antara penurunan
tekanan melalui hamparan bahan isian dengan laju alir gas, atau dengan
mengamati perangkat zat cair dan dari penampakan isian itu.

123
Gas production Engineering

Operability Absorber

Mengenai operability impak dapat di tinjau dari Garis Operasi yang akan
dijalankan dilapangan. Ini dapat dengan bantuan melakukan neraca massa total
dan neraca massa komponen dalam absorber. Hasil dari neraca ini akan diperoleh
garis operasi yang akan menentukan operability dan impact nya. Dengan
meninjau neraca massa komponen pada menara, secara ringkas sebagai berikut
ini.

G2 L2

Y2 X2

Absorber

G1

Y1
L1
124
X1
Gas production Engineering

Dari seketsa ini dibuat Neraca Massa Total berikut

G1 + L1 = G2 + L2

Dalam hitungan sering digunan cairan yang encer, dengan seperti itu L dan G
dianggap tetap, konsekuensinya

L1 = L2 = Ls,
dan
G1 = G2 = Gs

Untuk membuat garis operasi absorber dilakukan dari neraca massa komponen
gas CO2:

Gs.Y1 +Ls.X1 = Gs.Y2 + Ls.X2


Gs(Y1-Y2)=Ls(X2-X1)

Jika Y2 = Y, maka

Y=

Pernyataan ini ini menjadi garis pengoperasian Absorber. kecendurungan


(slope) pengoperasian absorber dinyatakan perbadingan:

Ini menjadi dasar melihat /meninjau Operability impact yang dilakukan operator.
Nilai ini kemudian menjadi penentu kualitas pengoperasian menara absorber

Pengaruh Tinggi Bahan Isian. Dalam pengoperasian ini, tentu tidak terlepas dari
tinggi bahan isian yang telah didesain. Bagaimana pengaruh tinggi bahan isian
yang dioperasikan?
Mekanisme menentukannya melalui neraca massa di fase gas dalam absorber
(volume elemen bahan isian):

G2 L2

Y2 X2
Vol. elemen

Absorber 125
Gas production Engineering

Neraca keseluruhan:
R in – R out = 0
Gs.AY|2 – Gs.AY|z+ Z+NA.A.ΔZ = 0

Telah diperkenalkan sebelumnya bahwa kecepatan absorbsi dari mekanisme


perpindahan massa asam dari permukaan cairan kedalam MEA sebagai berikut

Dari ke dua neraca ini dibuatlah bentuk berikut

Koreksi Gs=G/S dimana S= luas penampang. Jika dianggap system absorbsi


itu pada aisothermal, maka nilai Kya dalam uraian ini akan tetap dimana
tinggi absorber yang akan dioperasikan dalam proses absorbsi sebagai
berikut

Koreksi (G/S)/Kya

Kya=aGy0,7Gx0,7

Dalam pernyataan ini,

Kya=aGy0,7Gx0,7

yang didapatkan dari hasil penelitian terlihat tetapan absorber sangat menentukan
pengoperasian. Apabila nilainya berkurang atau bertambah maka, hasil
pengoperasian pada Start up, operasi normal dan pada saat shutdown akan
berubah. Dalam gambar ini terlihat semua sudah didesain sedemikian sehingga,
yang mengoperasikan alat harus patuh pada SOP. Kalau tidak perlu dievaluasi
semua variabel untuk mendapatkan hasil diinginkan. Pengaruh Tinggi kolom
bahan isian dalam absorber dinyatakan dengan ini
126
Gas production Engineering

Z = Htog x Ntog
Htog = ( mGs/Ls)x HL + HG

keterangan:

Z = tinggi kolom bahan isian dalam satuan , ft


Ntog = jumlah unit perpindahan total fase gas
(tidak bersatuan)

Htog = tinggi unit perpindahan total dalam


satuan ft
HG = tinggi unit perpindahan zat dalam fase gas
satuan ft
HL = tinggi unit perpindahan zat dalam fase cair

Untuk menentukan nilai jumlah unit perpindahan total fase gas (Ntog) digunakan
kesamaan ini:

Persamaan kesetimbangan juga digunakan berikut ini

Untuk menghitung tinggi unit perpindahan (Htog):

G = Kecepatan gas masuk , lbmol/m2j


L = Kecepatan DEA dari bawah, lbmol/j
m =slop atau kecendurungan kurva setimbang
HG = tinggi unit perpindahan zat dalam fase gas satuan ft
HL = tinggi unit perpindahan zat dalam fase cair
Dari data empirik, korelasi nilai operator HL dapat diperoleh dari persamaan
berikut

Nsc = Schmidt Number

127
Gas production Engineering

Untuk nilai operator HG dapat diperoleh dari

Z = Htog x Ntog

Menghitung diameter dalam menara absorber:

Dimana:

A = luas perpindahan massa


Gf = super velocity pada keadaan floading
Dc = diameter menara absorber
Kv = Ordinat dari graifik yang terdapat pada referensi
ρL = densitas cairan
ρG = desain gas
ε = free space
gc = konstanta grafitasi
a = surface area
ψ = ordinat dari grafik data referensi
Vw = laju alir gas

Pengaruh Penurunan tekanan (ΔP):

128
Gas production Engineering

ΔP = 10βL(G2/ρG)

Solid bed

Iron sponge merupakan sponge yang dibuat dari deposit oxide (Fe2O3) dan serpih
kayu melalui berbagai proses, sehingga bersifat sensitif terhadap H2S.

Reaksi yang terjadi :

2 Fe2O3 + 6 H2S 2 Fe2S + H2O

Suhu operasi selama reaksi dipertahankan kurang dari 120oF dan semprotan
tambahan air harus diberikan. Regenerasi sponge dilakukan dengan
menambahkan udara ( O2) dengan reaksi yg terjadi sbb:

2 Fe2S3 + 3 O2 (air) 2 Fe2O3 + 6 S +


Heat

Karena sulfur tetap berada di sponge, maka jumlah langkah regenerasi terbatas
sehingga relatif mempunyai umur singkat. Iron sponge sweetening digunakan
untuk gas dengan kandungan H2S relatief lebih rendah.

Membrane methode

Dalam pemisahan gas, membran telah banyak digunakan untuk dehidrasi gas
alam, proses pemurnian nitrogen sebagai gas inert,dan penghilangan gas asam dari
gas alam (acid gas treatment).
Kontaktor gas cair menggunakan membran dapat dijadikan alternatif pengganti
kolom konvensional. Jika dilihat dari luas permukaan kontak, membran memiliki
luas permukaan yang lebih besar jika dibandingkan kolom biasa. Untuk kolom
absorber dengan tipe packed column memiliki luas permukaan 30-300 m2/m3
sedangkan kontaktor membran dapat mencapai 1600-6600 m2/m3, bahkan untuk
kontaktor dengan membran serat berongga (hollow fiber membrane) memiliki
luas permukaan di atas 33000 m2/m3 .
Gambar dibawah memperlihatkan matriks gas sederhana yang menyebar
keseluruh bagian suatu selaput perintang. Gas CO2 akan terlarut ke dalam
membran, mendifusi melalui dinding membran, dan jalan keluar di sisi luar
membran dengan tekanan lebih rendah. Tingkat laju perembesan CO2 ke
membran merupakan fungsi komposisi CO2, tekanan gas umpan dan suhu, bahan
membran dan ketebalannya, dan tekanan di sebelah luar membran.

129
Gas production Engineering

Reaksi CO2 dengan air tersebut merupakan reaksi kesetimbangan, di mana


konstanta kesetimbangannya sangat kecil sehingga pembentukan H+ dan HCO3-
juga sangat kecil. Karena itu, proses absorbsi CO2 dengan air lebih dinyatakan
sebagai absorbsi fisika, bukan absorbsi kimia.

1.4. LPG and LNG plant

LPG Plant. LPG Plant dijelaskan dengan mengolah natural gas dari Wells yang
propertis umum sebagai berikut :

130
Gas production Engineering

Well yang lain :

Wells gas tidak bisa memberi umpan ke Plant LPG karena mengandung H2S
tinggi dan CO2 tinggi yang akan menyebabkan berbagai masalah seperti korosi
dan keluar dari Produk LPG .

Cara untuk mengathasinya adalah menginstal unit pemisah H2S. Setelah diproses
gas , ini akan menjadi produk Plant (biasanya) sebagai berikut:

• Lean Gas

Lean gas adalah gas kering yang sebagian bagian besar dari Fraksi yang
lebih berat seperti Propane sampai Heptane. Ini lean gas dengan NHV
(Nilai Panas Bersih) dari gas ini sekitar 1000 Btu / scf.
LPG (Liquified Petroleum Gas) adalah gas yang cair karena sistem
pendingin yang dijalankan dalam Sistem cryogenic dan kemudian
dipisahkan pada kedua Towers Fraksinasi (Deethanizer dan LPG Tower).

Spesifikasi lainnya akan terdaftar sebagai berikut:

• Condensate.

Kondensat adalah minyak yang memiliki API Gravity tinggi (hingga 60) yang
akan dikirim untuk meningkatkan kualitasnya.

Deskripsi Proses

.
131
Gas production Engineering

LPG Plant

Pada umumnya LPG hasil dari plant dilanjutkan dengan plant berikutnya.

LPG Treating System

Dalam pengoperasian

• Suhu amina dikontrol sehingga viskositas adalah sekitar 2 sentipoise.


• Pada antarmuka aminel LPG dijamin pemisahan fase yang efektif.

132
Gas production Engineering

• Sebagai data menunjukkan, suhu operasi harus lebih besar dari sekitar 100
° F untuk MEA yang khusus: DEA, dan MDEA untuk memenuhi
viskositas 2 sentipoise sebagai persyaratan.
• Changela dan Akar (1986) melaporkan bahwa suhu operasi yang rendah
amina (60-70 °F versus desain 110 °F) untuk meningkatkan viskositas dari
larutan amina.

Margin desain kusus antara tekanan bubblepoint LPG dan LPG tekanan treater
operasi sering 100 psi atau lebih besar, dan perbedaan antara tekanan bubblepoint
LPG dan operasi tekanan minimum dalam sistem treatmen LPG diatur paling 50
psi atau lebih. Misalnya, Changela dan Akar (1986) menggambarkan sebuah
pabrik gas treater cairan di mana cairan hidrokarbon bubblepoint dari drum
dengan tekanan operasi desain 330 psig ditreatmen 500 psig. Dalam kasus ini
margin antara tekanan operasi dan bubblepoint di treater LPG adalah sekitar 170
psi.

Selain pembatasan konsentrasi amina dan loading larutan yang kaya, tingkat rasio
aliran volumetrik dari fase kontinyu (amina) ke fase terdispersi (LPG) harus lebih
dari sekitar 1:30 untuk memastikan perpindahan massa yang baik. Desain
konservatif akan meminta rasio volumetrik amina ke LPG dari 01:15 atau lebih

Hasil:C

• Hampir semua H2S pergi ke produk etana dengan sejumlah kecil muncul
di propana.
• COS juga terbagi antara etana dan propana produk, namun, sebagian besar
dengan propana.
• Methyl mercaptan pergi terutama pada produk butana, namun jumlah yang
signifikan muncul dalam propana dan bahkan di aliran etana.
• Ethyl mercaptan dibagi antara butana dan fraksi bensin dengan sebagian
besar muncul dalam aliran butana.
• propil Mercaptans lebih tinggi muncul terutama dalam bensin.

Treaters cair Amine-jenis hidrokarbon dapat dirancang untuk menghilangkan


kedua H2S dan COS, namun merkaptan, yang merupakan asam yang lebih lemah

133
Gas production Engineering

dari H2S, tidak bereaksi secara signifikan dengan amina. Namun, mereka dapat
dibuat untuk bereaksi dengan alkali kuat, seperti natrium hidroksida.

Menurut Johnson dan Condit, konsentrasi MEA dalam kaustik harus


dipertahankan pada sekitar 1,5% berat atau lebih tinggi untuk mencapai
penghilangan hampir lengkap COS (0,04 ppmw COS dilaporkan sebagai S).
Konsentrasi kaustik harus lebih besar dari 3,0% berat untuk reaksi terjadi, dan
rasio volumetrik kaustik dirumuskan dengan aliran LPG harus 10: 1. Ketika kedua
MEA dan kaustik ada maka, MEA tidak dikonsumsi oleh reaksi dengan COS.

Plant NGL

Pemisahan metan dengan metode Turbo-expander (NGL)

134
Gas production Engineering

Turbo-expander ( expansion turbine):

- aliran centrifugal ( axial) turbine dari pressure gas tinggi di expansi


menghasilkan kerja (work) yang sering digunakan mendrive compressor
- kerja expansi didekati isentropic process (constant entropy process)
- turbine low pressure exhaust gas menghasilkan low temperature, −150 °C
(tergantung operating pressure dan gas properties.

Penggunaan :
Turboexpanders sources dari refrigeration misalnya memisahkan methane dari
natural gas, dan low-temperature processes.

135
Gas production Engineering

Pembuatan metan dari natural gas

Diagram alir demethanizer (extract metan dari hydrocarbon liquids) dari natural
gas.

- Setelah hidrokarbon memenuhi syarat, hydrocarbons dikumpulkan sebagai


NGL (natural gas liquids). Pemisahan dilakukan dengan turboexpander
dan low-temperature distillation column (called a demethanizer) seperti
gambar diatas
- Proses dan pengkondisian : Inlet gas ke demethanizer awalnya didinginkan
sekitar −51 °C dalam heat exchanger (cold box) akan terjadi kondensasi
partially. Hasilnya campuran gas-liquid dipisah dalam seperator.
- Arus liquid dari gas-liquid separator mengalir melalui valve ( throttling
expansion ) dari absolute pressure 62 bar ke 21 bar (6.2 to 2.1 MPa), yang
mana isenthalpic process ( constant enthalpy process) hasilnya
temperature lebih rendah dari −51 °C to about −81 °C sebagai unpan
masuk ke demethanizer.
- Arus gas dari gas-liquid separator masuk ke turboexpander ( isentropic
expansion dari absolute pressure 62 bar to 21 bar (6.2 to 2.1 MPa)).
Temperatur gas lebih rendah dari −51 °C to about −91 °C sebagai unpan
demethanizer sebagai distillation reflux.

136
Gas production Engineering

- Cairan dari top tray demethanizer (−90 °C) dilewatkan ke cold box untuk
menaikkan suhunya sampai 0 °C dan mendinginkan inlet gas, selanjudnya
kembali ke demethanizer dan seterusnya. Effect, inlet gas akan memberi
heat required untuk "reboil" pada bottom demethanizer dan
turboexpander membuang heat untuk mengadalan reflux pada top
demethanizer.

Kondisioning

Product Gas dari demethanizer −90 °C diproses agar qualitas natural gas
sesuai pada saat distributi ke konsumen dengan pipeline. Routenya
melalui cold box dimana pemanas sebagai pendingin. Gas compressor
digerakkan turbo expander dan selanjudnya compressed pada second-
stage gas compressor yang di driven oleh electric motor sebelum
distribution pipeline. Pada bagian bottom product demethanizer di
panaskan dalam cold box dengan inlet gas, sebelum meninggalkan NGL.

LNG liquefaction

Proses LNG umumnya didasarkan pada proses pendinginan dua atau tiga tahap.
Tiga tahap pabrik pencairan ditunjukkan dalam gambar ini

Desain yang sebenarnya bervariasi dengan proses yang berbeda. Komponen yang
paling penting adalah penukar panas, juga disebut kotak dingin, yang dirancang
untuk efisiensi pendinginan optimal. Desain dapat menggunakan kotak dingin
yang terpisah, atau dua tahap dapat menggabungkan menjadi satu penukar panas
yang kompleks

137
Gas production Engineering

Fasilitas Penampungan Gas

Tangki Bola (Spherical Tank)

Pdigunakan untuk menyimpan gas-gas yang dicairkan seperti LPG, LNG, O2, N2
dan lain-lain. Menyimpan gas cair hingga tekanan 75 psi. volume tangki dapat
mencapai 50.000 barrel.

Untuk penyimpanan LNG dengan suhu -190 (cryogenic suhu rendah) tangki
dibuat berdinding ganda dimana di antara kedua dinding tersebut diisi dengan
isolasi seperti polyurethane foam (busa poliuretan)

138
Gas production Engineering

Tangki Fixed Dome Roof (kubah atap tetap)

Fixed Cone Roof Tank (tanki atap kerucut tetap)

139
Gas production Engineering

Komponen Kunci FSRU )

Floating Storage and Regasification Unit (FSRU)

Unit Regasifikasi merupakan salah satu solusi pemenuhan kebutuhan gas alam
dalam rangka pencegahan kelangkaan.

Pada dasarnya, FSRU merupakan tempat penyimpanan sementara Liquefied


Natural Gas (LNG) di atas sebuah kapal yang tertambat. Di atas kapal tersebut
terjadi juga proses regasifikasi LNG, sehingga gas tersebut dapat dipasok
langsung ke konsumen.

FSRU terdiri atas komponen 2 komponen utama, terdiri atas sejumlah tangki
penyimpanan LNG dan sebuah sistem regasifikasi, yang terdapat di atas kapal.

140
Gas production Engineering

141

Anda mungkin juga menyukai