Anda di halaman 1dari 24

NAMA : NABIL UZZUL ISLAM

NIM : 40040117640024
STR TEKNOLOGI TRKI 2017 A
ANALISA PROSES INDUSTRI KIMIA

REVIEW JURNAL

Judul Simulasi Pengaruh Kandungan CO2 dalam Gas Umpan terhadap


Reforming dan Shift Converter Sistem Pabrik Amoniak
ISSN 2356-1661
Tahun 2015 (Desember 2015)
Reviewer Nabil Uzzul Islam (40040117640024)
Tanggal 10 Oktober 2020

Tujuan Untuk melihat pengaruh kandungan CO2 dalam gas alam sebagai bahan baku
Penelitian produksi amoniak terhadap beban feed gas compressor dan waste heat boiler,
temperatur dan pressure operasional serta laju pembentukan komponen kunci di
reforming dan shift converter sistem dengan metode simulasi menggunakan
Aspen HYSYS V8.0.
Abstrak Perubahan produksi dan pangsa pasar gas alam domestik maupun global
mempengaruhi suplai terhadap pabrik pupuk-amoniak baik dari sisi jumlah,
komposisi maupun harga. Kondisi ini memungkinkan pabrik amoniak menerima
jenis gas alam berat kaya dengan CO2 (raw gas) maupun gas alam ringan minim
CO2 (treated gas). Pada penelitian ini telah dilakukan analisa pengaruh
perubahan komposisi gas alam terutama kandungan CO2 dengan variasi 0, 5, 10,
15, 20, 25, 30, 35, 40, 45 dan 50% vol terhadap operasional reforming dan shift
converter sistem pabrik amoniak-2 PT. PI Mexisting dengan metodelogi
simulasi mengggunakan Aspen HYSYS V8.0. Untuk memproduksi amoniak
dengan jumlah yang sama, hasil studi menunjukkan penambahan CO2 dalam
gas umpan akan meningkatkan pressure drop sistem, laju pembentukan
komponen hidrogen turun sementara konsumsi energi bertambah di reforming,
beban katalis shift converter dan beban feed gas compressor meningkat.
Kandungan CO2 sebesar 7% vol masih mungkin diaplikasikan, mengingat ada
batasan beban peralatan.

Pendahulua Gas alam adalah salah satu dari banyaknya sumber energi yang penting, karena
n nilai kalori tinggi, efisiensi tinggi dan rendah polusi. Gas alam mengandung
banyak komponen yang berbeda dan bervariasi dari sumber ke sumber. Tidak
hanya untuk produksi listrik, namun gas alam juga mendominasi bahan baku
untuk produksi massal beberapa bahan kimia seperti amoniak, metanol dan
dimetil eter Gas alam mengandung banyak komponen yang berbeda dan
bervariasi dari sumber ke sumber. Gas alam mengandung metana (khususnya
75%- 90% dari total) dan hidrokarbon yang lain, seperti etana, propana dan
butanan. Didalam adisi, gas mengandung beberapa pengotor yang tidak
diiinginkan seperti, air, nitrogen, karbondioksida, dan hidrogen sulfida.
Komposisi dari gas alam sangat bervariasi untuk satu sumber dengan sumber
lainnya misalnya, rasio CO2/CH4 untuk gas alam Natuna yang terletak di Laut
Cina Selatan dan zona D pada Dalan formation yang terletak di sebelah selatan
Iran, masing-masing adalah 71/28 dan 85/2,5. Untuk gas alam Point A Aceh
rasio CO2/CH4 adalah 19,39/72,5. Amoniak disintesis dari hidrogen dan
nitrogen. Sumber Reaksi sistesis amoniak adalah sebagai berikut :
3H2 + N2 2NH3 (1)
178
Gas alam digunakan sebagai bahan baku untuk memproduksi gas sintesis
melalui steam reforming. Selanjutnya untuk memproduksi amoniak, gas sistesis
ini akan direaksikan dengan nitrogen dengan rasio hidrogen dan nitrogen mulai
dari 3:1
Komponen Raw gas (% vol) Treated gas (%
vol)
CH4 70,79 72,50 93,05 93,43
C2H6 3,11 4,55 4,67 4,48
C3H8 0,98 1,65 0,68 0,71
i-C4H10 0,26 0,51 0,21 0,21
n-C4H10 0,28 0,39 0,17 0,15
i-C5H12 0,16 0,23 -
n-C5H12 0,11 0,13 -
C6H14 + 0,10 0,31 -
N2 0,91 0,34 1,22 1,02
CO2 23,30 19,39 0,00 0,00
H2S, ppm 80-200 80-200 Trace Trace
Mercury, µg/nm3 3-300 3-300 Trace Trace
Mass LHV, kcal/gr 6618 7438 11640 11683

Tingginya pertumbuhan permintaan pasar domestik dan global akan gas alam,
diprediksikan supplai untuk domestik termasuk pabrik pupuk akan mengalami
perubahan baik dari sisi jumlah, harga dan komposisi. Kemungkinan gas alam
sebagai bahan baku utama yang digunakan pada pabrik pupuk tidak hanya gas
alam berat atau raw gas tetapi juga gas alam ringan atau treated gas (similar to
LNG). Komposisi LNG memiliki rasio CO2/CH4 sekitar 0,0/92,13
Metode Penelitian ini bersifat prediksi yang akan terjadi terhadap pabrik amoniak-2 PT.
Penelitian PIM seandainya komposisi gas alam sebagai bahan baku pembuatan amoniak
berubah. Secara umum prosedur penelitian ini dimulai dari penyiapan sebuah
simulator. Software yang digunakan sebagai simulator adalah Aspen HYSYS
V8.0. Simulator yang disetup tidak melibatkan proses penghilangan sulfur dan
mercuri tetapi hanya proses treatment kandungan CO2 dalam gas umpan,
compressor, steam reforming dan shift converter. Detail boundary sistem dari
penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 1.
Parameter-parameter proses aktual untuk membangun simulator diambil dari
pabrik dan dimasukkan ke Aspen HYSYS 8.0. Presimulator yang telah jadi
diuji, dengan cara membandingkan kondisi proses aktual pabrik dengan hasil
simulasi. Jika selisih keduanya sangat dekat maka proses validasi simulator telah
selesai dan siap untuk digunakan untuk penelitian.
Variabel bebas dalam penelitian ini berupa komposisi gas umpan dengan variasi
komponen CO2 yaitu 0, 5, 10, 15, 20, 25, 30, 35, 40, 45 dan 50%
Gambar 1. Flow diagram sederhana pretreatment, reforming dan shift converter

system
Tabel 1. Variabel-variabel tetap penelitian
Proses Simulasi
Aspen HYSYS V8.0 telah digunakan untuk melakukan simulasi berdasarkan
penelitian yang telah dilakukan oleh (Amin dkk., 2013). Prosedur untuk
pengembangan proses simulasi terdiri dari pemilihan komponen bahan kimia
untuk proses dan juga model thermodinamikanya. Selain itu unit operasi dan
179
kondisi operasi, kapasitas pabrik daninput kondisi harus semuanya dipilih dan
dispesifikasi.
1. Komponen Bahan Kimia
Aspen HYSYS V8.0 berisi informasi untuk komponen berikut yang
digunakan pada simulasi: metana, etana, propana, n-butana, i-butana, n-
pentana, i-pentana, n-hexana, hidrogen, karbon dioksida, carbon monok-
sida, nitrogen, argon dan air.
2. Model Thermodinamika
Melihat komponen bahan kimia yang terlibat dalam simulasi ini terdiri
dari hidrokarbon, Peng-Robinson thermodinamika model dipilih untuk
digunakan sebagai property package untuk kalkulasi. Property package
PR mampu memecahkan satu, dua, atau tiga fase sistem dengan tingkat
efisiensi yang tinggi dan kehandalan serta berlaku atas berbagai kondisi:
range temperatur > - 271°C atau -456°F dan range tekanan < 100,000
kPa atau 15,000 psia. Property package PR ini juga berisi parameter
interaksi biner yang ditingkatkan untuk semua perpustakaan pasangan
hidrokarbon- hidrokarbon (kombinasi dilengkapi dan dihasilkan
interaksi parameter), serta untuk binari hidrokarbon bebas. Persamaan
keadaan Peng-Robinson sangat direkomen- dasikan untuk oil, gas, atau
petrochemical aplikasi.
3. Kapasitas pabrik, unit operasi dan kondisi operasi
Kapasitas pabrik telah dispesfikasi yaitu 1200 metrik ton per hari
produk ammonia, setara dengan 4576 kmol/jam komponen hidrogen
dan 1578 kmol/jam komponen nitrgoen di outlet LTSC. Beberapa
kondisi operasi (variabel terikat) yang diperlukan untuk simulasi
proses telah didefinisikan seperti yang ditunjukkan pada Tabel 4.
Unit- unit proses yang terlibat antara lain splitter, reaktor, heat
exchanger, compressor dan expander.

Gambar 2. Diagram alir procedure penelitian

Hasil dan Hasil dan Pembahasan


Pembahasa Verivikasi Simulator
n Pertama, setiap reaktor seperti primary reformer, secondary reformer, HTSC
180
dan LTSC serta heat exchanger yang terlibat dalam proses produksi amoniak
sesuai dengan scope penelitian diset-up dan dirangkai dengan software Aspen
HYSYS V8.0 seperti yang ditunjukkan pada Gambar 4, kemudian nilai aktual
industri yang merujuk pada (PIM, 2004) dimasukkan ke dalam rangkaian
simulator dan dijalankan. Perbandingan hasil simulasi dengan data industri
dapat dilihat pada Tabel 3. Hasil perbandingan menunjukkan akurasi reaktor
simulator sangat bagus. Persen error rata- rata untuk reaktor primary reformer,
secondary reformer, HTSC dan LTSC berturut-turut adalah 0,18; 0,42; 0,12;
dan 0.01.

Hasil Simulasi
1. Steam Reforming
Ada dua jenis reaksi yang terjadi didalam steam reforming secara
bersamaan yaitu reaksi reforming dan shift. Reaksi utama di steam
reforming dapat dilihat pada reaksi 2, 3, dan 4. Total reaksi konversi ini
bersifat endotermis, dimana panas reaksi disedia- kan/berasal dari
downward firing gas fuel diantara rows tubes pada area seksi radian pada
primary reformer sementara pada secondary reformer disediakan/berasal
dari reaksi combustion (Aasberg-Petersen dkk, 2011). Reaksi metana
reforming dan shift dibatasi oleh kesetimbangan reaksi.
Reaksi reforming :
CH4 + H2O 3H2 + CO (2)
CnHm + nH2O H2 + CO (3)
Reaksi shift :
CO + H2O CO2 + H2 (4)
Reaksi combustion :
2H2 + O2 H2O (5)
Hasil studi menunjukkan penambahan kandungan atau volumetrik karbon
dioksida dalam gas umpan akan menurunkan laju pembentukan komponen
hidrogen dan karbon dioksida di primary reformer. Sebaliknya, laju
pembentukan CO mening- kat. Penurunan dan peningkatan laju ketiga
komponen rata-rata adalah 9,38 kmol/jam untuk kenaikkan 1% vol CO2.

Untuk mendapatkan jumlah metan yang sama pada outlet primary reformer,
penambahan volumetrik CO2 harus diimbangi oleh pemberian panas dari
luar terhadap tube catalyst. Temperatur operasional primary reformer
mengarah turun untuk penambahan volume CO2. Inefisiensi primary
reformer terjadi jika penambahan sejumlah volume CO2 dalam gas umpan,
ini berdasarkan fakta tingginya konsumsi panas dimana akan menaikkan
jumlah gas fuel yang diperlukan di primary reformer, disisi lain komponen
hidrogen yang dihasilkan jauh lebih rendah.

Laju pembentukan komponen hidrogen dan karbon dioksida juga mengalami


penurunan pada secondary reformer. Sebaliknya, laju pembentukan CO
meningkat Untuk menge- jar metan slip yang sama di secondary reformer,
diperlukan panas yang berlebih.
semakin tinggi kandungan CO2 didalam reaktor secondary maka temperatur
udara proses juga semakin tinggi. Menaikkan temperatur udara proses berarti
menaikkan jumlah fuel ke primary reformer. Panas udara proses ini
memanfaatkan panas fuel gas convection section primary reformer.
Meskipun panas yang ditambah sudah cukup besar, tetapi trending
temperatur keluaran secondary reformer mengarah turun.
2. Shift Converter
181
Syngas hasil proses reforming seperti yang telah dijelaskan sebelumnya
memiliki kom- ponen utama berupa hidrogen, karbon oksida, nitrogen, argon
dan sisa metana dalam konsentrasi tertentu tergantung pada propertis dan
jumlah material umpan dan kondisi operasi pada seksi reforming. Tergantung
pada tujuan akhir penggunaan syngas ini dan itu mungkin perlu dilakukan
perubahan komposisi. Pada pabrik amoniak, carbon oxides perlu dihilangkan
secara keseluruhan melalui tahapan shift konversi, carbon dioxide removal
dan methanasi
Untuk mengoptimalkan yield hydrogen dan untuk menghilangkan carbon
monoksida, syngas selanjutnya dialirkan ke shift converter sistem dimana
reaksi water gas shift (WGS) atau sering disebut juga reaksi shift memainkan
peran untuk merubah CO menjadi CO2 seperti yang ditunjukkan pada reaksi
4. Reaksi WGS adalah reaksi ekso- termis reversible. Konstanta
kesetimbangan reaksi menurun dengan naiknya temperatur. Reaksi secara
termodinamika lebih menyukai pada temperatur rendah dan secara kinetika
lebih menyukai temperatur tinggi Reaksi shift hampir selalu dioperasi- kan
secara adiabatik.
Ketika reaksi berlangsung, temperatur meningkat hingga mencapai
kesetimbangan. Pada pabrik amoniak, syngas yang akan masuk ke seksi atau
unit sintesa amoniak harus benar-benar bebas dari komponen yang memiliki
unsur oksigen seperti CO dan CO2, sehingga sangat penting CO leakage
dari shift converter ini harus serendah mungkin. Oleh karena itu, sudah
menjadi kebiasaan untuk menggunakan dua reaktor yang terhubung secara
seri inter-stage cooling, yaitu high temperatur shift converter (HTSC) dan
low shift temperatur converter (LTSC). Prinsip kinerja HTSC dan LTSC
sangat dipengaruhi oleh temperatur dan steam to gas ratio (mol/mol).
Kondisi operasi HTSC berada pada presure atmosperic hingga 50 kg/cm2
dengan temperatur 300 hingga 500oC. LTSC merupakan WGSR pada
temperatur rendah. Umumnya kondisi operasi LTSC berada pada presure
atmosperic hingga 50 kg/cm2 dengan temperatur 175 hingga 275oC

Bertambahnya volume CO2 dalam gas umpan meningkatkan jumlah CO


keluaran steam reforming ke HTSC. Untuk mendapat- kan nilai setingan CO
slip HTSC, kerja atau beban rektor ini lebih besar.
Laju konversi CO menjadi CO2 meningkat tajam seperti pada Gambar 10
dengan penamba- han laju pembentukkan rata-rata adalah 12,12 kmol/jam
untuk setiap penambahan 1% vol CO2. Merespon tingginya CO di up-
stream, temperatur inlet HTSC yang diperlu- kan menjadi lebih rendah. Hal
ini dikarenakan jumlah CO yang besar mendorong reaksi ke arah kanan.
Reaksi berjalan sebagai fungsi termodina- mika.

Umpan inlet LTSC memiliki steam to gas lebih rendah dan jumlah
hidrogen dan CO sama untuk setiap kenaikkan CO2 dalam gas umpan
steam reforming, temperatur inlet LTSC bisa lebih rendah merespon
kondisi umpan untuk mencapai kesetimbangan Untuk beban kon- versi
LTSC yang sama, selisih temperatur inlet dengan outlet konverter (Δ
temperatur reaktor) lebih rendah.

3. Steam Generator
Ada dua exchanger sebagai pembangkit steam pada sistem ini yaitu Waste
Heat Boiler (WHB) dan HE steam generator. WHB memanfaatkan panas
syngas dari secondary reformer ke HTSC, HE steam generator memanfaatkan
panas syngas dari HTSC ke LTSC

182
Hasil simulasi Gambar 12 menunjukan bahwa beban panas WHB meningkat
dengan bertambahnya volume CO2 didalam gas umpan. Penambahan panas
ini semata-mata hanya disebabkan oleh penambahan massa dari CO2,
padahal temperatur gas yang menuju ke WHB lebih rendah. Beban HE steam
generator cenderung menurun. Penambahan 1% vol CO2 meningkatkan
beban WHB 0,42 Gcal/jam dan menurunkan beban HE steam generator 0,04
Gcal/jam.

4. Feed Gas Compressor


Feed gas compressor berfungsi menaikkan pressure gas umpan hingga
bernilai tertentu, menjaga nilai ini sesuai dengan kebutuhan sistem steam
reforming, shift converter dan purifikasi
Bertambahnya volume CO2 gas umpan menaikkan menaikkan pressure drop
sistem. Untuk penambahan 1% vol CO2 akan meningkatkan pressure drop
sistem ratarata 0,08 kg/cm2g. Profil pressure drop untuk setiap penambahan
CO2 dapat lihat pada Gambar 13. Untuk mencapai back pressure di LTSC
sebesar 33 kg/cm2g, kenaikan pressure drop ini akan menambah kerja feed
gas compressor. Ini dapat dilihat pada Gambar 14 bahwa pressure discharge
memiliki trending yang sama dengan power compressor.
Secara otomatis kebutuhan steam untuk menggerakkan turbin compressor ini
juga akan meningkat

5. Limit Plant Existing


Peralatan-peralatan pada plant existing telah dirancang dengan batasan
operasional tertentu. Perubahan % vol CO2 dalam gas umpan harus
mengikuti batasan yang ada untuk memenuhi unsur proses dan mechanical.

Kesimpulan Penambahan CO2 dalam gas umpan akan menurunkan efisien di reforming dan
shift converter system atau pabrik amoniak secara keseluruhan. Untuk
penambahan 1% vol CO2 akan mengakibatkan :
 Laju pembentukan komponen hidrogen di primary dan secondary
reformer menurun sebesar 9,38% vol dan 2,74% vol.
 Sebaliknya konsumsi energi dalam bentuk heat duty primary reformer
meningkat 0,18 gcal/jam dan temperatur udara proses secondary
reformer naik sebesar 2,78oC.
 Beban katalis shift converter meningkat terutama HTSC yang ditandai
dengan meningkatnya temperatur bed katalis sebesar 0,98oC.
 Pressure drop sistem meningkat 0,08 kg/cm2g yang disertai oleh
penambahan beban feed gas compressor sebesar 0,01 gcal/jam dengan
penambahan konsumsi steam turbin 0,08 ton per jam .
 Beban WHB meningkat sebesar 0,42 gcal/jam

183
REVIEW JURNAL SIMULASI PROSES INDUSTRI KIMIA

SIMULASI PENGARUH KANDUNGAN CO2 DALAM GAS UMPAN TERHADAP


REFORMING DAN SHIFT CONVERTER SISTEM PABRIK AMONIAK
Review Jurnal
Abstrak
Pendahuluan
. Perbandingan komposisi raw gas dengan treated gas atau LNG seperti yang ditunjukkan Tabel
1.
Penelitian ini bertujuan hanya untuk melihat pengaruh kandungan CO2 dalam gas alam sebagai bahan
baku produksi amoniak terhadap beban feed gas compressor dan waste heat boiler, temperatur dan
pressure operasional serta laju pembentukan komponen kunci di reforming dan shift converter sistem
dengan metode simulasi menggunakan Aspen HYSYS V8.0.

Metodelogi Penelitian
Prosedure Penelitian

184
Kesimpulan

Jurnal Rekayasa Kimia dan Lingkungan

Vol. 10, No. 4, Hlm. 178 - 187, Desember 2015

ISSN 1412-5064, e-ISSN 2356-1661

DOI: https://doi.org/10.23955/rkl.v10i4.3311

Simulasi Pengaruh Kandungan CO2 dalam Gas Umpan terhadap


Reforming dan Shift Converter Sistem Pabrik Amoniak
Simulation of Effect of CO2 Content in Feed Gas Towards Reforming and Shift Converter
System in Ammonia Plant
Jefry Yusuf1*, Husni Husin2, Marwan2
1
PT. Pupuk Iskandar Muda

Jln. Medan-Banda Aceh PO. BOX 021 Krueng Geukueh Aceh Utara, Indonesia
2
Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Syiah Kuala Jln. Tgk. Syech
Abdurrauf 7 Darussalam Banda Aceh 23111, Indonesia
*
E-mail: jefryyusuf@outlook.co.id

185
Abstrak

Perubahan produksi dan pangsa pasar gas alam domestik maupun global mempengaruhi suplai terhadap pabrik pupuk-
amoniak baik dari sisi jumlah, komposisi maupun harga. Kondisi ini memungkinkan pabrik amoniak menerima jenis gas
alam berat kaya dengan CO2 (raw gas) maupun gas alam ringan minim CO2 (treated gas). Pada penelitian ini telah
dilakukan analisa pengaruh perubahan komposisi gas alam terutama kandungan CO2 dengan variasi 0, 5, 10, 15, 20, 25,
30, 35, 40, 45 dan 50% vol terhadap operasional reforming dan shift converter sistem pabrik amoniak-2 PT. PI Mexisting
dengan metodelogi simulasi mengggunakan Aspen HYSYS V8.0. Untuk memproduksi amoniak dengan jumlah yang sama,
hasil studi menunjukkan penambahan CO2 dalam gas umpan akan meningkatkan pressure drop sistem, laju pembentukan
komponen hidrogen turun sementara konsumsi energi bertambah di reforming, beban katalis shift converter dan beban
feed gas compressor meningkat. Kandungan CO2 sebesar 7% vol masih mungkin diaplikasikan, mengingat ada batasan
beban peralatan.

Kata kunci: energi, gas umpan, kandungan CO2, reforming, simulasi, shift converter

Abstract

Changes in production and market share of natural gas globally and domestically has affected the supply to the fertilizer-
ammonia plants both in terms of quantity, composition and price. This condition allows the ammonia plant receive vary
specification of natural gas, heavy natural gas (raw gas) rich in CO2 and lean natural gas (treated gas) minimum of CO2. In
this study was conducted an analysis effect of changes the composition of natural gas mainly CO 2 content with the
variation of 0, 5, 10, 15, 20, 25, 30, 35, 40, 45 and 50% vol towards operating system of reforming and shift converter in
existing ammonia-2 plant of PT. Pupuk Iskandar Muda using simulator Aspen HYSYS V8.0. To produce ammonia at the
same quantity, the study result indicated that the addition of CO2 in the feed gas increases the pressure drop of system,
the formation rate of the hydrogen component is decreases while energy consumption increased in reforming. Load of
shift converter and feed gas compressor are increased. CO2 content about 7% vol could be applied by considering load
limits of equipment.

Keywords: CO2 content, energy, feed gas, reforming, simulation, shift converter

1. Pendahuluan

Gas alam merupakan sumber daya energi


yang efisien dan bersih yang digunakan di
seluruh dunia (Lin, dkk., 2010; Xiong, dkk.,
2015). Selama beberapa dekade terakhir,
peranan gas alam dalam konsumsi gas
primer meningkat dari 11% pada tahun
1960 menjadi 22% pada tahun 2010 (Newell
& Iler, 2013; Xiong, dkk., 2015). Dengan
meningkatnya kebutuhan ekonomi, kon-
sumsi gas alam terus berkembang seperti
yang diharapkan. Berdasarkan perkiraan
Badan Energi Internasional,
permintaan gas alam ini diharapkan dapat
meningkat dari 3,4 tm3 (triliun meter kubik)
pada tahun 2011 sampai 5 tm 3 (triliun
meter kubik) pada tahun 2035, dengan
tingkat kenaikan 1,6% (International
Energy Outlook, 2013;
Xiong, dkk., 2015).

Gas alam adalah salah satu dari


banyaknya sumber energi yang penting,
karena nilai kalori tinggi, efisiensi tinggi
dan rendah polusi. Gas alam mengandung
banyak komponen yang berbeda dan
bervariasi d

186
Jefry Yusuf dkk. / Jurnal Rekayasa Kimia dan Lingkungan, Vol. 10, No. 4

sumber ke sumber (Sun, dkk., 2015). Tidak


hanya untuk produksi listrik, namun gas alam steam reforming. Selanjutnya untuk mem-
juga mendominasi bahan baku untuk produksi produksi amoniak, gas sistesis ini akan
massal beberapa bahan kimia seperti direaksikan dengan nitrogen dengan rasio
amoniak, metanol dan dimetil eter (Makogon, hidrogen dan nitrogen mulai dari 3:1
2010). Gas alam mengandung banyak (Aasberg-Petersen dkk, 2011).
komponen yang berbeda dan bervariasi dari
sumber ke sumber. Gas alam mengandung Tingginya pertumbuhan permintaan pasar
metana (khususnya 75%- 90% dari total) dan domestik dan global akan gas alam, dipre-
hidrokarbon yang lain, seperti etana, propana diksikan supplai untuk domestik termasuk
dan butanan. Didalam adisi, gas mengandung pabrik pupuk akan mengalami perubahan
beberapa pengotor yang tidak diiinginkan baik dari sisi jumlah, harga dan komposisi.
seperti, air, nitrogen, karbondioksida, dan Kemungkinan gas alam sebagai bahan baku
hidrogen sulfida (Sun, dkk., 2015). utama yang digunakan pada pabrik pupuk
tidak hanya gas alam berat atau raw gas
Komposisi dari gas alam sangat bervariasi tetapi juga gas alam ringan atau treated gas
untuk satu sumber dengan sumber lainnya (similar to LNG). Komposisi LNG memiliki
misalnya, rasio CO2/CH4 untuk gas alam rasio CO2/CH4 sekitar 0,0/92,13. Perban-
Natuna yang terletak di Laut Cina Selatan dingan komposisi raw gas dengan treated
(Suhartanto dkk, 2001) dan zona D pada gas atau LNG seperti yang ditunjukkan Tabel
Dalan formation yang terletak di sebelah 1.
selatan Iran, masing-masing adalah 71/28
dan 85/2,5 (Galimov dan Rabbani, 2001). PT. Pupuk Iskandar Muda (PT. PIM)
Untuk gas alam Point A Aceh rasio CO 2/CH4
merupakan salah satu perusahaan yang
adalah 19,39/72,5. Amoniak disintesis dari bergerak di bidang petrokimia yang
hidrogen dan nitrogen. Sumber Reaksi menggunakan gas alam sebagai bahan baku
sistesis amoniak adalah sebagai berikut : utama untuk memproduksi pupuk dan
produk samping lainnya. Pabrik amoniak-2
3H2 + N2 2NH3 (1) didesain untuk menerima bahan baku raw
gas untuk memproduksi 1200 MTPD
amoniak. Diagram alir proses pabrik ini
Gas alam digunakan sebagai bahan baku secara umum seperti yang ditunjukkan
untuk memproduksi gas sintesis melalui dalam Gambar 1.
Tabel 1. Spesifikasi gas alam sebagai bahan baku

Komponen Raw gas (% vol) Treated gas (% vol)


CH4 70,79 72,50 93,05 93,43
C2H6 3,11 4,55 4,67 4,48
C3H8 0,98 1,65 0,68 0,71
i-C4H10 0,26 0,51 0,21 0,21
n-C4H10 0,28 0,39 0,17 0,15
i-C5H12 0,16 0,23 - -
n-C5H12 0,11 0,13 - -
C6H14 + 0,10 0,31 - -
N2 0,91 0,34 1,22 1,02
CO2 23,30 19,39 0,00 0,00
H2S, ppm 80-200 80-200 Trace Trace
Mercury, µg/nm3 3-300 3-300 Trace Trace
Mass LHV, kcal/gr 6618 7438 11640 11683
(Sumber : PIM, 2014)

NG Fuel NH3 Recovered

H2 Recycle

Pretreatment Section Refor Synloop Section Recovery Section


ming
NG
Pu on on

Sectio
Re ra
rifi
ti cti

n
fr i
ge
ca
Se

Proses Steam + udara


nt cti
Se

Proses CO2 Produk NH3 Produk


on

Gambar 1. Flow diagram sederhana amoniak secara keseluruhan

179
Menurut Twigg, 1989; Yexin dan Gosnell, tidak melibatkan proses penghilangan sulfur
2004; Broadhurst dan Cotton, 2005, dan mercuri tetapi hanya proses treatment
keberadaan karbon dioksida dalam bahan kandungan CO2 dalam gas umpan,
baku akan menurunkan efisiensi proses compressor, steam reforming dan shift
reforming. Perubahan temperatur keluaran converter. Detail boundary sistem dari
reaktor merupakan fungsi dari jumlah penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 2.
karbon dioksida dalam gas alam sebagai
umpan. Selain itu pressure drop akan Parameter-parameter proses aktual untuk
meningkat hingga 25% baik di upstream dan membangun simulator diambil dari pabrik
downstream reforming sistem. dan dimasukkan ke Aspen HYSYS 8.0. Pre-
simulator yang telah jadi diuji, dengan cara
Penelitian ini bertujuan hanya untuk melihat pengaruh membandingkan kondisi proses aktual
kandungan CO2 dalam gas alam sebagai bahan baku pabrik dengan hasil simulasi. Jika selisih
produksi amoniak terhadap beban feed gas compressor keduanya sangat dekat maka proses validasi
simulator telah selesai dan siap untuk
dan waste heat boiler, temperatur dan pressure
digunakan untuk penelitian.
operasional serta laju pembentukan komponen kunci di
reforming dan shift converter sistem dengan metode Variabel bebas dalam penelitian ini berupa
simulasi menggunakan Aspen HYSYS V8.0. komposisi gas umpan dengan variasi
komponen CO2 yaitu 0, 5, 10, 15, 20, 25,
2. Metodelogi dan Bahan 30, 35, 40, 45 dan 50% vol merujuk pada
kondisi yang pernah dan akan terjadi seperti
2.1. Prosedur penelitian
pada Tabel 1. Variabel terikat atau tetap
merupakan nilai parameter kontrol aktual
Penelitian ini bersifat prediksi yang akan pabrik seperti yang ditunjukkan pada Tabel
terjadi terhadap pabrik amoniak-2 PT. PIM 2.
seandainya komposisi gas alam sebagai
bahan baku pembuatan amoniak berubah. Kedua variabel ini dijadikan sebagai input
Secara umum prosedur penelitian ini dimulai terhadap simulator, proses berjalan dan
dari penyiapan sebuah simulator. Software diperoleh hasil untuk setiap variabel bebas.
yang digunakan sebagai simulator adalah Secara sederhana, prosedur penelitian ini
Aspen HYSYS V8.0. Simulator yang disetup dapat dilihat pada Gambar 3.

NG Fuel

Elec. Power H2
Steam Steam
+ Recycle
Chemicals

CO2 Primary &


Pretreatment Unit Secondary
Waste HTS Steam LTS
Reformer
Heat Gen.
NG Boiler Converter Converter

Feed Gas
Proses
Compress
Steam Steam + Udara
or
Turbin Proses

BFW BFW To CO2

Removal

Gambar 2. Flow diagram sederhana pretreatment, reforming dan shift converter system

Tabel 2. Variabel-variabel tetap penelitian

Parameter Gas Suc FG In. Out. Out. Out Out


alam Compressor Pri. Ref. Pri. Ref. Sec. Ref. HTSC LTSC
Temperatur (oC) 27 28 498 - - - -
Pressure 29,4 27,8 - - - - 33
(kg/cm2g)
CH4 (kmol/jam) - - - 554 26 - -
CO2 (kmol/jam) - - - - - - -
CO (kmol/jam) - - - - - 263 23
Rasio S/C - - - - - - -
Rasio H/N - - - - - - 2,9
(Sumber : PIM, 2004)
2.2. Proses simulasi
2.2.3. Kapasitas pabrik, unit operasi dan
kondisi operasi
Aspen HYSYS V8.0 telah digunakan untuk
melakukan simulasi berdasarkan penelitian Kapasitas pabrik telah dispesfikasi yaitu
yang telah dilakukan oleh (Amin dkk., 1200 metrik ton per hari produk ammonia,
2013). Prosedur untuk pengembangan setara dengan 4576 kmol/jam komponen
proses simulasi terdiri dari pemilihan hidrogen dan 1578 kmol/jam komponen
komponen bahan kimia untuk proses dan nitrgoen di outlet LTSC. Beberapa kondisi
juga model thermodinamikanya. Selain itu operasi (variabel terikat) yang diperlukan
unit operasi dan kondisi operasi, kapasitas untuk simulasi proses telah didefinisikan
pabrik daninput kondisi harus semuanya seperti yang ditunjukkan pada Tabel 4. Unit-
dipilih dan dispesifikasi. unit proses yang terlibat antara lain splitter,
reaktor, heat exchanger, compressor dan
2.2.1. Komponen bahan kimia expander.
Aspen HYSYS V8.0 berisi informasi untuk Data desain dan aktual
komponen berikut yang digunakan pada
simulasi: metana, etana, propana, n-butana,
i-butana, n-pentana, i-pentana, n-hexana, Aspen Hysys 8.0 (setup)
hidrogen, karbon dioksida, carbon monok-
sida, nitrogen, argon dan air.

2.2.2. Model thermodinamika No


Pre-simulator

Melihat komponen bahan kimia yang terlibat


dalam simulasi ini terdiri dari hidrokarbon,
Peng-Robinson thermodinamika model dipilih Aktual ≈ Simulasi
untuk digunakan sebagai property package
untuk kalkulasi. Property package PR Yes
mampu memecahkan satu, dua, atau tiga
fase sistem dengan tingkat efisiensi yang Variabel bebas
tinggi dan kehandalan serta berlaku atas Simulator
berbagai kondisi: range temperatur > -
271°C atau -456°F dan range tekanan <
100,000 kPa atau 15,000 psia. Property Hasil Simulasi
package PR ini juga berisi parameter
interaksi biner yang ditingkatkan untuk
semua perpustakaan pasangan hidrokarbon-
hidrokarbon (kombinasi dilengkapi dan
dihasilkan interaksi parameter), serta untuk Pengolahan
Data
binari hidrokarbon bebas. Persamaan
keadaan Peng-Robinson sangat direkomen-
dasikan untuk oil, gas, atau petrochemical
aplikasi. Selesai

Gambar 3. Diagram alir prosedur penelitian

Gambar 4. Proses flow diagram simulasi


3. Hasil dan Analisis
katalis nikel dan bereaksi membentuk
hidrogen, karbon dioksida dan karbon
3.1. Verifikasi Simulator
monoksida (PIM, 2004).
Pertama, setiap reaktor seperti primary
Gas keluaran primary reformer masuk ke secondary
reformer, secondary reformer, HTSC dan
LTSC serta heat exchanger yang terlibat reformer-adiabatic oxidative reformer bersamaan
dalam proses produksi amoniak sesuai dengan injeksi udara pada line yang berbeda.
dengan scope penelitian diset-up dan Temperatur Jumlah udara yang ditambahkan diatur
dirangkai dengan software Aspen HYSYS dibatasi oleh temperatur dan rasio komponen hidrogen
V8.0 seperti yang ditunjukkan pada Gambar dan nitogen di inlet amoniak converter adalah 2,8 – 3
4, kemudian nilai aktual industri yang atau setara dengan rasio 2,9
merujuk pada (PIM, 2004) dimasukkan ke
dalam rangkaian simulator dan dijalankan. – 2,92 dioutlet LTSC (PIM, 2004).
Perbandingan hasil simulasi dengan data
industri dapat dilihat pada Tabel 3. Hasil Ada dua jenis reaksi yang terjadi didalam steam
perbandingan menunjukkan akurasi reaktor reforming secara bersamaan yaitu reaksi reforming dan
simulator sangat bagus. Persen error rata- shift. Reaksi utama di steam reforming dapat dilihat
rata untuk reaktor primary reformer, pada reaksi 2, 3, dan 4. Total reaksi konversi ini bersifat
secondary reformer, HTSC dan LTSC endotermis, dimana panas reaksi disedia- kan/berasal
berturut-turut adalah 0,18; 0,42; 0,12; dan dari downward firing gas fuel diantara rows tubes pada
0,01.
area seksi radian pada primary reformer sementara
pada secondary reformer disediakan/berasal dari reaksi
3.2. Hasil simulasi
combustion (Aasberg-Petersen dkk, 2011). Reaksi
3.2.1. Steam Reforming metana reforming dan shift dibatasi oleh
kesetimbangan reaksi.
Steam reforming pada pabrik amoniaknya umumnya
terdiri dari dua reaktor berkatalis yaitu primary dan
Reaksi reforming :
secondary reformer. Primary reformer-fired reformer
adalah tempat pertama dimana hidrokarbon di CH4 + H2O 3H2 + CO (2)
konversi. Gas alam dicampur dengan steam dengan
rasio tertentu, mixed feed ini dipanaskan terlebih CnHm + nH2O H2 + CO (3)
dahulu di area konveksi seksi dari primary reformer.
Hot mixed process feed distribusikan ke tube-tube
katalis reformer yang berada pada radian seksi primary Reaksi shift :
reformer. Feed turun melewati
CO + H2O CO2 + H2 (4)

Reaksi combustion :

2H2 + O2 H2O (5)

Tabel 3. Perbandingan kondisi reaktor industri dengan simulator

Primary reformer Secondary reformer


Industri Simulasi % Error Industri Simulasi % Error
Molar flow (kmol/h) 4392 4392 0,00 6772 6772 0,00
Temperatur (oC) 823 823 0,00 998 997,6 0,04
Pressure (kg/cm2g) 36,23 36,23 0,00 34,82 34,82 0,00
Outlet (kmol/h)
H2 2899 2898 0,03 3700 3706 0,16
N2 25 25 0,00 1581 1578 0,19
Ar 0 0 0,00 19 19 0,00
CO 431 435 0,93 917 904 1,42
CO2 483 480 0,62 529 540 2,08
CH4 554 554 0,03 26 26 0,00
HTSC LTSC
Industri Simulasi % Error Industri Simulasi % Error
Molar flow (kmol/h) 7414 7414 0,00 7654 7653 0,01
Temperatur (oC) 317 370,8 0,05 205 205 0,00
Pressure (kg/cm2g) 33,79 33,79 0,00 33,41 33,41 0,00
Outlet (kmol/h)
H2 4347 4347 0,00 4587 4587 0,00
N2 1578 1578 0,00 1578 1578 0,00
Ar 19 19 0,00 19 19 0,00
CO 262 263 0,38 23 23 0,00
CO2 1181 1181 0,60 1420 1421 0,07
CH4 26 26 0,03 26 26 0,00
Hasil studi menunjukkan penambahan 1% vol CO2 penambahan panas dalam
kandungan atau volumetrik karbon dioksida
bentuk fuel rata-rata yang diperlukan adalah
dalam gas umpan akan menurunkan laju
0,18 Gcal/jam. Fenomena ini sesuai dengan
pembentukan komponen hidrogen dan
tulisan (Yexin dan Gosnell, 2004).
karbon dioksida di primary reformer.
Sebaliknya, laju pembentukan CO mening- Temperatur operasional primary reformer
kat. Penurunan dan peningkatan laju ketiga
mengarah turun untuk penambahan volume
komponen rata-rata adalah 9,38 kmol/jam CO2. Profil temperatur dan panas yang
untuk kenaikkan 1% vol CO2. Profil laju
dibutuhkan untuk memanaskan tubes katalis
pembentukan komponen di primary dapat dilihat pada Gambar 6. Inefisiensi
reformer ditunjukkan pada Gambar 5. primary reformer terjadi jika penambahan
sejumlah volume CO2 dalam gas umpan, ini
Untuk mendapatkan jumlah metan yang
berdasarkan fakta tingginya konsumsi panas
sama pada outlet primary reformer, dimana akan menaikkan jumlah gas fuel
penambahan volumetrik CO2 harus yang diperlukan di primary reformer, disisi
diimbangi oleh pemberian panas dari luar lain komponen hidrogen yang dihasilkan
terhadap tube catalyst. Untuk penambahan jauh lebih rendah.

H2 CO2 CO H2 CO2 CO
3000
Laju Pembentukan (kmol/jam)

Laju Pembentukan (kmol/jam)


900
2500
800
2000
700
1500
600
1000
500
500
400
0 300
0 10 20 30 40 50
200
Kandungan CO2 Gas Umpan (% Vol) 100

0 10 20 30 40 50

Kandungan CO2 Gas Umpan (% Vol)

Gambar 5. Laju pembentukkan komponen H2, CO2 dan CO


Gambar 7. Laju pembentukkan komponen H2, CO2 dan CO pada
pada primary reformer.
secondary reformer.

Temp Heat Duty ΔT Temp


826 160 1000
74
ΔTemperatur Udara Proses (oC)

824 140
Temperatur (oC)

72 995
Heat Duty Tubes Katalis (Gcal/jam)

822 120
Temperatur (oC)

70
820 100 990
68
818 80
66 985
816 60
64
814 40 980
62
812 20
60 975

970
810 58
0 965
0 10 20 30 40 50
0 10 20 30 40 50

Kandungan CO2 Gas Umpan (% vol)


Kandungan CO2 Gas Umpan (% vol)
Gambar 6. Profil temperatur dan heat duty tubes
Gambar 8. Profil Δtemperatur udara proses dan temperatur
katalis pada primary reformer. outlet pada secondary reformer
Laju pembentukan komponen hidrogen dan
reaksi menurun dengan naiknya temperatur.
karbon dioksida juga mengalami penurunan
Reaksi secara termodinamika lebih menyukai
pada secondary reformer. Sebaliknya, laju
pada temperatur rendah dan secara kinetika
pembentukan CO meningkat seperti yang
lebih menyukai temperatur tinggi (Smith,
ditunjukkan pada Gambar 7. Untuk menge-
2010). Reaksi shift hampir selalu dioperasi-
jar metan slip yang sama di secondary
kan secara adiabatik.
reformer, diperlukan panas yang berlebih.
Pada studi ini, untuk menjaga rasio H/N di
Ketika reaksi berlangsung, temperatur
synloop, maka adjusment panas ini tidak
meningkat hingga mencapai kesetimbangan.
dilakukan dengan penambahan udara proses
Pada pabrik amoniak, syngas yang akan
seperti reaksi 5. Tetapi hanya dengan
masuk ke seksi atau unit sintesa amoniak
menaikkan temperatur udara proses.
harus benar-benar bebas dari komponen
yang memiliki unsur oksigen seperti CO dan
Pada Gambar 8 dapat dilihat bahwa, semakin tinggi CO2, sehingga sangat penting CO leakage
kandungan CO2 didalam reaktor secondary maka dari shift converter ini harus serendah
temperatur udara proses juga semakin tinggi. mungkin. Oleh karena itu, sudah menjadi
Menaikkan temperatur udara proses berarti menaikkan kebiasaan untuk menggunakan dua reaktor
jumlah fuel ke primary reformer. Panas udara proses ini yang terhubung secara seri inter-stage
memanfaatkan panas fuel gas convection section cooling, yaitu high temperatur shift
primary reformer. Meskipun panas yang ditambah converter (HTSC) dan low shift temperatur
sudah cukup besar, tetapi trending temperatur keluaran converter (LTSC). Prinsip kinerja HTSC dan
secondary reformer mengarah turun. LTSC sangat dipengaruhi oleh temperatur
dan steam to gas ratio (mol/mol). Kondisi
operasi HTSC berada pada presure
Zhanga dkk., 2003, Zamaniyan dkk., 2008, atmosperic hingga 50 kg/cm2 dengan
dan Nikoo dan Amin, 2011 menulis bahwa temperatur 300 hingga 500 oC. LTSC
reaksi shift yang diharapkan mampu mem- merupakan WGSR pada temperatur rendah.
bantu kekurangan panas pada kasus tinggi- Umumnya kondisi operasi LTSC berada pada
nya volume CO2 pada kedua reaktor steam presure atmosperic hingga 50 kg/cm2
reforming diatas, tidak berkontribusi signifi- dengan temperatur 175 hingga 275oC .
kan sehingga diperlukan panas dari luar
yang lebih besar. Pada reaksi shift keberada- Bertambahnya volume CO2 dalam gas
an CO2 intial menggeser kesetimbangan umpan meningkatkan jumlah CO keluaran
reaksi ke arah kiri. steam reforming ke HTSC. Untuk mendapat-
kan nilai setingan CO slip HTSC, kerja atau
3.2.2. Shift Converter beban rektor ini lebih besar. Ini ditandai oleh
tingginya Δ temperatur bed katalis seperti
Syngas hasil proses reforming seperti yang yang ditunjukkan pada Gambar 9. Laju
telah dijelaskan sebelumnya memiliki kom- konversi CO menjadi CO2 meningkat tajam
ponen utama berupa hidrogen, karbon seperti pada Gambar 10 dengan penamba-
oksida, nitrogen, argon dan sisa metana han laju pembentukkan rata-rata adalah
dalam konsentrasi tertentu tergantung pada 12,12 kmol/jam untuk setiap penambahan
propertis dan jumlah material umpan dan 1% vol CO2. Merespon tingginya CO di up-
kondisi operasi pada seksi reforming. stream, temperatur inlet HTSC yang diperlu-
Tergantung pada tujuan akhir penggunaan kan menjadi lebih rendah (Zamaniyan dkk,
syngas ini dan itu mungkin perlu dilakukan 2008). Hal ini dikarenakan jumlah CO yang
perubahan komposisi. Pada pabrik amoniak, besar mendorong reaksi ke arah kanan.
carbon oxides perlu dihilangkan secara Reaksi berjalan sebagai fungsi termodina-
keseluruhan melalui tahapan shift konversi, mika. Profil temperatur inlet HTSC dan LTSC
carbon dioxide removal dan methanasi dapat dilihat pada Gambar 9 dan 11.
(Aasberg-Petersen dkk., 2011).
Umpan inlet LTSC memiliki steam to gas
Untuk mengoptimalkan yield hydrogen dan untuk lebih rendah dan jumlah hidrogen dan CO
menghilangkan carbon monoksida, syngas selanjutnya sama untuk setiap kenaikkan CO2 dalam gas
dialirkan ke shift converter sistem dimana reaksi water umpan steam reforming, temperatur inlet
gas shift (WGS) atau sering disebut juga reaksi shift LTSC bisa lebih rendah merespon kondisi
memainkan peran untuk merubah CO menjadi CO2 umpan untuk mencapai kesetimbangan
seperti yang ditunjukkan pada reaksi 4. Reaksi WGS (Zamaniyan dkk., 2008). Untuk beban kon-
adalah reaksi ekso- termis reversible. Konstanta versi LTSC yang sama, selisih temperatur
inlet dengan outlet konverter (Δ temperatur
kesetimbangan
reaktor) lebih rendah.
Tin ΔT
400 120 Ti Δ
22 n T 2
0 8
110

Temperatur Inlet (oC)


Temperatur Inlet (oC)

350 2

ΔTemperatur (oC)
21

ΔTemperatur (oC)
0 7
100 2
300 20
6
0
90 2
19 5
250 0
2
80 18 4
0
200 2
0 10 20 30 40 50 70 17 01020304050 3
0
2
Kandungan CO2 Gas Umpan
150 Kandungan CO2 (% vol) 16 (% vol) 2
60
0
2
Gambar 9. Profil Δtemperatur bed katalis dan temperatur inlet
Gambar 11. Profil Δtemperatur
15 bed katalis dan temperatur1 inlet
pada HTSC
pada LTSC.
0 2
0
1300
Laju Pembentukan (kmol/jam)

WH H
1200 8 B E
5
1100
(Gcal/Jam)

1000 7
5
900
6
800 5
Heat Duty

700 5
5
600
4
500
5
0 1020304050
1 2
3 30 4 5
Kandungan CO2 Gas Umpan (% Vol) 0 0 0 0 0
5
Kandungan CO2 Gas Umapan
(% Vol)
Gambar 10. Laju konversi CO menjadi CO2 pada HTSC 2
Gambar 12. Heat duty WHB dan HE steam
5
generator
1
5

Press. drop Press. Disch Power Steam turbin


1
Press. Disch. Comp. (kg/cm2g)

13 46 18
0,9
45
Pressure drop (kg/cm2g)

12
Steam turbin (ton/jam)

0,8 16
44
Power (Gcal/jam)

11
43 0,7
14
10
42 0,6
9 41 0,5 12
8 40 0,4
39 10
7 0,3
01020304050

Kandungan CO2 Gas Umpan (% vol) 8


0 10 20 30 40 50
6
Kandungan CO2 Gas Umpan (% vol)

Gambar 13. Pressure drop sistem Gambar 14. Kinerja feed gas compressor dan kebutuhan steam
turbin
3.2.3. Steam Generator
7% vol dalam gas umpan masih mungkin dioperasikan pada
plant existing.
Ada dua exchanger sebagai pembangkit steam pada
sistem ini yaitu Waste Heat Tabel 4. Batasan pengoperasian

Boiler (WHB) dan HE steam generator. WHB


Item Unit Limit
memanfaatkan panas syngas dari secondary
Min. Max.
Temp. Pri. Reformer C
o 750 850
reformer ke HTSC, HE steam generator memanfaatkan
Heat duty tubes catalyst Gcal/h - 64,27
panas syngas dari HTSC ke LTSC (PIM, 2004). Temp. Sec. Reformer 950 1050
C
o
Heat duty WHB Gcal/h - 57,42
Temp. HTSC C
o 330 380
Hasil simulasi Gambar 12 menunjukan Temp. LTSC C
o 190 245
bahwa beban panas WHB meningkat dengan Heat Duty HE Steam Gcal/h - 20,60
bertambahnya volume CO2 didalam gas Gen.
umpan. Penambahan panas ini semata-mata
hanya disebabkan oleh penambahan massa (Sumber : PIM, 2004)
dari CO2, padahal temperatur gas yang
menuju ke WHB lebih rendah. Beban HE 4. Kesimpulan
steam generator cenderung menurun.
Penambahan 1% vol CO2 meningkatkan Penambahan CO2 dalam gas umpan akan
beban WHB 0,42 Gcal/jam dan menurunkan menurunkan efisien di reforming dan shift
beban HE steam generator 0,04 Gcal/jam. converter sistem atau pabrik amoniak secara
keseluruhan.
3.2.4. Feed Gas Compressor
Untuk penambahan 1% vol CO2 akan
Feed gas compressor berfungsi menaikkan pressure gas mengakibatkan :
umpan hingga bernilai tertentu, menjaga nilai ini sesuai o Laju pembentukan komponen hidrogen
dengan kebutuhan sistem steam reforming, shift di primary dan secondary reformer menurun
converter dan purifikasi (PIM, 2004). sebesar 9,38% vol dan 2,74% vol.

o Sebaliknya konsumsi energi dalam bentuk heat duty


Bertambahnya volume CO2 gas umpan menaikkan primary reformer meningkat 0,18 gcal/jam dan
menaikkan pressure drop sistem. Untuk penambahan temperatur udara proses secondary reformer naik
1% vol CO2 akan meningkatkan pressure drop sistem sebesar 2,78oC.
rata- rata 0,08 kg/cm2g. Profil pressure drop untuk o Beban katalis shift converter meningkat terutama
setiap penambahan CO2 dapat lihat pada Gambar 13. HTSC yang ditandai dengan meningkatnya
Untuk mencapai back pressure di LTSC sebesar 33 temperatur bed katalis sebesar 0,98oC.
kg/cm2g, kenaikan pressure drop ini akan menambah o Pressure drop sistem meningkat 0,08 kg/cm2g yang
kerja feed gas compressor. Ini dapat dilihat pada disertai oleh penambahan beban feed gas
Gambar 14 bahwa pressure discharge memiliki trending compressor sebesar 0,01 gcal/jam dengan
yang sama dengan power compressor. penambahan konsumsi steam turbin 0,08 ton per
jam .
o Beban WHB meningkat sebesar 0,42 gcal/jam.
Secara otomatis kebutuhan steam untuk
menggerakkan turbin compressor ini juga
akan meningkat seperti yang ditunjukkan Ucapan Terima kasih
pada Gambar 14.
Rasa terima kasih dan penghargaan
3.2.5. Limit Plant Existing disampaikan kepada PT. Pupuk Iskandar
Muda atas dukungan data operasional dan
Peralatan-peralatan pada plant existing telah data pendukung lainnya pada penelitian ini.
dirancang dengan batasan operasional
tertentu. Perubahan % vol CO2 dalam gas Referensi
umpan harus mengikuti batasan yang ada
untuk memenuhi unsur proses dan Aasberg-Petersen K., Dybkjær I., Ovesen C.V., Schjødt
mechanical. Bila semua parameter hasil N.C., Sehested J., Thomsen S.G. (2011) Natural
studi dengan nilai tertentu seperti yang gas to synthesis gas e Catalysts and catalytic
tertera pada Gambar 5 - 14 di masukkan ke
processes, Journal of Natural Gas Science and
Tabel 4, maka beban WHB menjadi kunci
seberapa besar % vol CO 2 gas umpan yang Engineering, 3(2), 423 -
dibolehkan. Kandungan CO2 sebesar 6,91 ≈ 459.
Amin M. R., Sharear S., Siddique N., Shaidul Islam (2013) Simulation of ammonia synthesis, American Journal of Chemical
Engineering, 1(3), 59 - 64.

Broadhurst V. P., Cotton J. B. (2005) Taking Feed Stock, Hydrocarbon Engineering.

Galimov E.M., Rabbani A.M. (2001) Geochemical characteristics and origin of natural gas in
Southern Iran, Geochem. Int., 39, 780 - 792.

International Energy Outlook, (2013) U.S. Energy Information Administration. .

Lin, WS., Zhang, N., Gu, AZ. (2010) LNG


(liquefied natural gas): a necessary part in China's future energy infra- structure, Energy,
35, 4383 - 4391.

Makogon Y. F. (2010) Natural gas hydrates- A promising source of energy, Journal of Natural Gas Science and
Engineering, 2, 49 - 59.

Newell, RG., Iler, S. (2013) The global energy outlook, National Bureau of Economic Research,
Cambridge, MA.

Nikoo, M. K., Amin, N.A.S. (2011)


Thermodynamic analysis of carbon dioxide reforming of methana in view of solid carbon
formation, Fuel Processing Technology, 92, 678 – 691.

PIM (2004) Manual Operating Ammonia Plant, PT. Pupuk Iskandar Muda.

PIM (2014) Natural Gas Laboratorium Analysis, PT. Pupuk Iskandar Muda.

Smith R. J. B., Loganathan M., Shanta M.S. (2010) A review of the water gas shift reaction
kinetics, International Journal
of Chemical Reactor Engineering, 8, 1 - 34.

Suhartanto, T., York, A.P.E., Hanif, A. (2001) Potential utilisation of Indonesia’s natuna
natural gas field via methane dry, Catalyst Letter, 71, 49 - 54.

Sun, C.Z., Wen, B.Y., Bai, B.F. (2015)


Application of nanoporous graphene membranes in natural gas processing: Molecular
simulation sof CH4/CO2, CH4/H2S and CH4/N2 separation, Chemical Engineering Science,
138, 616
- 621.

Twigg, V. M. (1989) Catalyst Handbook Second Edition, Wolfe Publishing Ltd.

Xiong, X.O., Lin, W.S., Gu, A.Z. (2015)


Integration of CO2 cryogenic removal with a natural gas pressurized liquefaction process
using gas expansion refrigeration, Energy, 35, 1 -
9.

Yexin Y., Gosnell H. J. (2004) New fertilizer plant- cnooc chemical ltd, The 49th Annual Safety in Ammonia Plants and
Related Facilities Symposium Denver, Colorado, USA.

Zamaniyan A., Zoghi, A.T., Ebrahimi H. (2008) Software development for design and
simulation of terraced wall and top fired primary steam reformers, Computers and
Chemical Engineering, 32, 1433 – 1446.

Zhanga X., Colleen S.M. L., Mingosa P. M., and Haywarda O. D. (2003) Carbon dioxide
reforming of methane with Pt catalysts using, Catalyst Letters, 88, 3 - 4.

Anda mungkin juga menyukai