URAIAN PROSES
21
22
b. Air
Pada pabrik ammonia, air digunakan sebagai air umpan boiler (boiler feed
water) dan air pendingin (cooling water), dimana kebutuhan air tersebut diperoleh
dari Sungai Musi. Air tersebut diproses terlebih dahulu untuk menghilangkan
kation dan anion yang terdapat pada air, sehingga mempunyai kemurnian H2O
yang sangat tinggi atau disebut dengan Demin Water dan mencegah terjadinya
kerusakan pada peralatan, seperti korosi, endapan lumpur, pembentukan kerak,
dan lain-lain. Sifat-sifat air dapat dilihat pada Tabel 2.7.
Tabel 2.7 Sifat-Sifat Fisik Air
No. Sifat Nilai
1. Titik didih 100 ˚C
2. Titik Beku 0 ˚C
3. Temperatur Kritis 374 ˚C
4. Tekanan Kritis 218,4 atm
5. Densitas Kritis 324 kg/m3
6. Viskositas pada 20 ˚C 0,01002 Poise
(Sumber: Perry’s Chemical Engineering Hand’s Book, 1996)
c. Bahan Kimia
Selain bahan baku utama dalam proses pabrik ammonia juga diperlukan
bahan kimia untuk membantu jalannya proses agar dihasilkan produk reaksi yang
sesuai. Bahan kimia penunjang pabrik ammonia dapat dilihat pada Tabel 2.10.
26
d) Larut dalam air (pada 15 0C, 760 mmHg dengan perbandingan 1 volume
CO2 dalam 1 volume air).
Bahan baku penunjang yang digunakan pada proses pembuatan urea terdiri
atas kukus (steam), udara instrumen, air demin, nitrogen, air pendingin, listrik,
dan bahan-bahan kimia lainnya.
a. Steam
Spesifikasi steam yang digunakan disajikan pada Tabel 2.13 berikut ini.
Tabel 2.13 Spesifikasi Steam Pabrik Urea
Spesifikasi Kuantitas Satuan
Tekanan (kukus tekanan sedang) 42 kg/cm2.g
Temperatur (kukus tekanan sedang) 399 ˚C
Fouling factor 0,0001 m2 jam oC/kkal
Jumlah 67,82 MT/jam
(Sumber: Unit Utilitas PT Pupuk Sriwidjaja Palembang, 2023)
b. Udara Instrumen
Spesifikasi udara instrumen yang digunakan disajikan pada Tabel 2.14.
Tabel 2.14 Spesifikasi Udara Instrumen Pabrik Urea
Spesifikasi Kuantitas Satuan
Tekanan (di pipa header udara instrumen) 7,5 kg/cm2.g
Temperatur 28 ˚C
Jumlah 200 Nm3/jam
Dew point –40 ˚C
Kualitas Bebas minyak
(Sumber:Unit Utilitas PT Pupuk Sriwidjaja Palembang, 2023)
c. Nitrogen
Spesifikasi nitrogen yang digunakan dapat dilihat pada Tabel 2.15 berikut
ini.
Tabel 2.15 Spesifikasi Nitrogen yang Digunakan pada Pabrik Urea
Spesifikasi Kuantitas Satuan
Tekanan 4 kg/cm2.g
Temperatur 28 ˚C
O2 300 (maks) ppm
(Sumber: Unit Urea PT Pupuk Sriwidjaja Palembang, 2023)
d. Air Demin
Spesifikasi air demin disajikan pada Tabel 2.16 berikut ini.
29
2) Akan terbawa oleh gas CO2 dan akan merusak compressor CO2 di urea.
3) Merupakan racun bagi katalis pada proses selanjutnya.
rendah dan temperatur tinggi. Target yang ingin dicapai adalah konsentrasi CO 2
outlet (inlet primary refomer) kurang dari 1%-volume.
Parameter yang dikontrol pada tahap ini adalah:
1) Aliran lean benfield ke absorber
Aliran lean benfield yang terlalu rendah menyebabkan tidak optimalnya
proses penyerapan CO2. Laju alir lean benfield dijaga pada 118,8 m3/jam.
2) Temperatur stripper
Temperatur gas keluar stripper dijaga pada 38oC. Jika temperatur terlalu
rendah menyebabkan pelepasan CO2 tidak sempurna sehingga lean benfield masih
mengandung banyak CO2 sehingga penyerapan CO2 di absorber tidak optimal.
c. Pemisahan Sulfur Organik
Sulfur organik dalam bentuk senyawa Merkaptan (RSH, RSR) tidak dapat
langsung dipisahkan, tetapi harus diubah terlebih dahulu menjadi senyawa
Hidrogen Sulfida (H2S), kemudian H2S tersebut dipisahkan dengan cara
mereaksikan dengan ZnO. Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut:
RSR + 2H2 → 2RH + H2S (katalis CoMo)
H2S + ZnO → ZnS + H2O (katalis ZnO)
Umpan gas masuk ke vessel organic sulphur removal yang berisi katalis 7,5
m3 Co-Mo dan 15 m3 ZnO pada temperatur 399 oC. Disini sulfur organik berubah
menjadi hidrogen sulfida dan diserap dengan ZnO membentuk seng sulfida.
Target yang ingin dicapai adalah konsentrasi H 2S outlet (inlet primary refomer)
kurang dari 1 ppm. Variabel operasi yang harus diperhatikan adalah:
1) Rasio hidrogen terhadap gas umpan (H2/gas umpan)
Rasio hidrogen terhadap gas umpan dirancang untuk 0,01 mol/mol.
Umumnya kenaikan rasio H2/gas umpan akan memperbaiki tingkat desulfurisasi
yang dihasilkan.
2) Temperatur dan tekanan
Umumnya, sedikit kenaikan temperatur masukan akan memperbaiki tingkat
konversi sulfur. Temperatur dijaga pada kondisi 371-399 oC. Sedangkan semakin
tinggi tekanan, makin baik desulfurisasi. Tekanan operasi dijaga pada kondisi
44,67 kg/cm2.
34
2. Reforming Syn-Gas
Gas proses, yang telah diolah di area feed treating dengan komponen
utamanya CH4, selanjutnya akan diproses di area reforming sebagai berikut:
Komposisi gas outlet 101-B secara desain dapat dilihat pada Tabel 2.18.
Tabel 2.18 Komposisi Gas Outlet 101-B Secara Desain
Komponen Xi (% mol)
N2 0,09
H2 66,45
CH4 12,28
Ar 0
CO2 11,22
CO 9,95
Temperature (oC) 807,8
Pressure (kg/cm2.g) 37,21
MW 14,024
35
102-D secara desain dapat di lihat pada Tabel 2.19. Reaksi yang terjadi pada
secondary reformer adalah:
2H2(g) + O2(g) ⇌ 2H2O(g) – Q
N2 23,08
H2 54,74
CH4 0,34
Ar 0,30
CO2 7,94
CO 13,60
Temperature (oC) 1.002,5 oC
Pressure (kg/cm2 g) 35,20
.
(Sumber: Deskripsi Proses PUSRI-IB, 2023)
LTSC dalam operasi normalnya dijaga pada temperatur 206 oC. Temperatur
inlet LTSC diatur oleh TIC-1011 yang merupakan bypass 103-C dengan
mengatur BFW masuk ke 103-C2 dan sekaligus mengatur temperatur gas
inlet LTSC. Reaksi di LTSC sama dengan HTSC namun dioperasikan pada
temperatur lebih rendah untuk mendapatkan CO leak yang rendah sekaligus
meringankan beban methanator. CO leak yang diharapkan sesuai desain pabrik
adalah maksimum 0,3% mol dry basis.
LTSC bisa dioperasikan pada temperatur lebih rendah namun harus
memperhatikan temperatur agar tidak terlalu dekat dengan dew point dari
campuran gas dan steam. Temperatur operasi juga bisa dinaikan apabila kinerja
katalis sudah turun, namun tidak boleh melebihi 260 oC yang merupakan suhu
maksimal katalis.
Pengendalian Proses Unit Temperatur shift converter (HTS dan LTS). Beberapa
variable yang mempengaruhi kondisi dan reaksi di shift converter sebagai berikut:
c. CO2 Removal
Proses ini berfungsi untuk menyerap gas CO 2 yang terbentuk dari proses
reforming sebagai produk samping yang dibutuhkan pada pembuatan urea,
sehingga sintesa gas H2 dan N2 sesedikit mungkin kandungan CO2-nya sebelum
diumpankan ke dalam unit ammonia converter. Proses ini memakai larutan
Benfield (larutan K2CO3) yang dialirkan berlawanan arah dari CO 2 absorber untuk
mengabsorpsi gas CO2 dalam campuran gas. Reaksi yang terjadi adalah:
K2CO3 + CO2 + H2O ⇌ 2KHCO3 + Q
Kedua reaksi diatas bersifat eksotermis maka suhu reaktor dapat meningkat
hingga lebih dari 300 oC. Untuk menjaga reaktor dari resiko kenaikan suhu yang
terlalu berlebih, reaktor dipasang alarm yang secara otomatis terhubung dengan
control valve yang dapat meninghentikan aliran gas menuju methanator. Gas
keluaran dari methanator memiliki konsentrasi CO sekitar 0.37% mol. Gas hasil
metanasi ini didinginkan dengan menggunakan BFW sebagai media pendingin.
Tujuan dari pendinginan ini untuk mengembunkan kandungan air yang terdapat di
dalam gas hasil metanasi.
Untuk menjaga agar CO dan CO2 yang lolos ke seksi berikutnya terjaga
pada batas normal, maka beberapa parameter harus di jaga stabil.
a) Temperatur inlet dijaga normal dalam rentang 285–310 °C.
b) Bila kandungan CO dan CO2 yang lolos methanator tinggi, naikkan
kecepatan reaksi dengan menaikkan temperature inlet.
c) Bila kandungan CO dan CO2 inlet methanator tinggi, maka temperature
outlet akan naik, kurangi gas yang masuk absorber agar beban absorber
berkurang serta perbaiki kualitas dan tambahkan sirkulasi media penyerap
41
(larutan benfield).
lanjut hingga mencapai tekanan 177,5 kg/cm 2. Gabungan aliran keluar dari HP
case kompresor ini kemudian menuju ke syn-loop. Pada bagian suction wheel
terakhir, gas sintesis akan digabung dengan aliran gas recycle.
b. Ammonia Synthesis (Syn-Loops)
Ammonia converter 1-105-D berisi sekitar 77,1 m3 promoted iron catalyst.
Katalis diisikan ke dalam internal basket yang dirancang terdiri dari dua unggun
terpisah di dalam reaktor ammonia horizontal. Unggun katalis tersebut terbagi atas
tiga bagian. Unggun pertama berisi sepertiga dari jumlah keseluruhan katalis
untuk membatasi kenaikan temperatur. Gas umpan diinjeksikan ke bagian atas
unggun pertama untuk mengatur temperatur gas sintesis (gas proses). Setelah
keluar dari unggun pertama, gas proses mengalir ke dalam interchanger 1-122-C
sebelum dilewatkan ke dalam unggun kedua. Pembagian katalis di dalam ketiga
unggun di dalam ammonia converter 1-105-D dapat dilihat pada Tabel 2.20
adalah sebagai berikut:
o
Pada temperatur sekitar 454–482 C dan tekanan 173–177 kg/cm2,
sebagian gas proses (N2 dan H2) akan terkonversi menjadi ammonia (NH3). Reaksi
sintesis ammonia adalah sebagai berikut:
N2(g) + 3H2(g) ⇌ 2NH3(g) - Q
o
C sebagai cold ammonia.
7. Utillity System
Sistem utilitas sebagai penunjang dalam proses produksi ammonia, yaitu
dalam memenuhi kebutuhan steam dan udara sebagai berikut.
a. Steam System
46
Sistem kukus/ steam beserta peralatan proses lainnya seperti demin plant
dan deaerator merupakan bagian yang penting dalam suatu pabrik. Salah satu
faktor penentu keberhasilan proses produksi ammonia adalah ekses energi yang
tinggi yang digunakan sebagai pembangkit kukus di dalam sistem pembangkitan
kukus (steam generation system) sebagai sumber tenaga (power) untuk proses.
Kukus ini dihasilkan pada berbagai peralatan digunakan sebagai power dan
keluarannya berupa kukus yang tekanannya lebih rendah.
Kukus jenuh (saturated steam) tekanan tinggi 126,5 kg/cm2 dihasilkan dari
steam drum 1-101-F. Saturated steam ini dinaikkan derajat superheat-nya di
dalam superheater menjadi superheated steam pada temperatur 510 oC dan
tekanan 123 kg/cm2 (kukus tekanan tinggi, high pressure steam, HP Steam). HP
Steam ini dibangkitkan pada primary waste heat boiler 1-101-C, HTS effluent
waste heat boiler 1-103-C1/C2 dan ammonia converter effluent steam generator 1-
123-C. HP steam ini digunakan untuk menggerakkan syn-gas compressor 1-103-J.
Ketersediaan HP steam dijaga dengan auxiliary boiler 1-101-B. Auxiliary boiler
1-101-B juga dipersiapkan untuk memenuhi kebutuhan kukus saat start up
pabrik ammonia. Kukus bertekanan menengah (medium pressure steam, MP
steam) bertekanan 42,2 kg/cm2 dan temperatur 375 oC dihasilkan dari turbin
ekstraksi kompresor udara 1-101-J, turbin kompresor syn-gas 1-103-J, dan HP
steam let down. MP steam digunakan sebagai kukus proses, penggerak turbin
menengah, dan pasokan kukus (export steam) ke pabrik utilitas.
Kukus bertekanan rendah (low pressure steam, LP steam) bertekanan 3,5
kg/cm2 dan temperatur 210 oC dihasilkan dari exhaust turbin menengah, flash
steam dari steam blow down drum 1-156-F, dan MP steam let down. LP steam
digunakan sebagai pemanas, power ejector, dan deaerating boiler feed water.
b. Boiler Feed Water (BFW)
Steam yang keluar dari extraction turbine dikondensasikan sebagai
process condensate untuk kemudian disirkulasikan kembali menjadi air umpan
boiler. Process condensate tersebut mengandung senyawa-senyawa pengotor yang
tidak diizinkan terkandung di dalam air umpan boiler. Oleh karena itu, process
condensate tersebut dialirkan ke dalam process condensate stripper dan ke dalam
condensate polisher 1-102-U untuk menghilangkan senyawa Fe, Cu, SiO 2, dan
47
senyawa campuran lainnya dengan menggunakan resin penukar ion (kation dan
anion).
Make up feed water steam drum adalah air demin yang dipasok dari water
treatment plant di pabrik utilitas. Demin water digabungkan dengan kondensat
dari condensate polisher 1-102-U. Campuran ini kemudian dipanaskan di CO2
stripper quench/LP BFW exchanger 1-132-C, lean solution/LP BFW exchanger 1-
109-C, dan LTS effluent/LP BFW exchanger 1-106-C sebelum masuk ke
deaerator.
Di dalam deaerator, make up water dan condensate dimasukkan di bagian
atas bejana, kemudian dilucuti dengan cara pemanasan dengan LP steam yang
diinjeksikan. Gas yang dilucuti dibuang secara kontinyu dari bagian atas tray.
Senyawa hidrazin diinjeksikan ke feed water di outlet deaerator untuk
menghilangkan sisa senyawa oksigen. Feed water yang sudah dilucuti kemudian
dialirkan ke bawah menuju tangki penyimpanan. Feed water ini dipompakan
dengan HP BFW pump 1-104-J/JA ke steam drum 1-101-F. Steam drum 1-101-F
merupakan bagian dari HP steam system. Steam drum tersebut memiliki steam
scrubbing cyclones dan demister untuk memastikan produk yang kering.
c. Plant Air dan Instrument Air
Pada kondisi normal, udara pabrik dipasok dari compressor air 1-101-J
atau dari pabrik utilitas melalui line udara pabrik. Pasokan udara tersebut
digunakan untuk hose connection. Kompresor udara stand by di pabrik utilitas
disediakan dari outlet compressor interstage cooler 1-101-JCA. Udara pabrik
dipasok tanpa dikeringkan terlebih dahulu sedangkan udara instrumen dilewatkan
ke air drier sebelum dikembalikan ke pabrik untuk pemakaian instrumentasi.
Udara instrumen yang kering dimasukkan ke line udara instrumen,
kemudian dilewatkan melalui header udara instrumen utama yang menjangkau
seluruh pabrik. Pada operasi normal, udara instrumen berasal dari air compressor
1-101-J dan melewati unit penurun tekanan untuk mendapatkan tekanan yang
diinginkan. Udara ini kemudian dikeringkan dan dikembalikan ke pabrik
ammonia.
48
temperatur di dalam reaktor naik, maka laju reaksi akan meningkat. Akan
tetapi laju korosi juga akan meningkat pada temperatur tinggi.
3) Kelebihan (ekses) ammonia
Jika kelebihan (ekses) ammonia di dalam reaktor naik, maka konversi CO2
akan meningkat. Akan tetapi konversi CO2 yang terlalu tinggi akan meningkatkan
beban (load) pada tahap recovery.
4) Kandungan air
Jika kandungan air di dalam reaktor meningkat, maka konversi CO 2 akan
menurun. Walaupun demikian, kemungkinan terjadinya pemadatan reaktan dan
produk (solidifikasi) dapat dihindari.
5) Waktu tinggal di dalam reactor
Waktu tinggal di dalam reaktor dipengaruhi oleh kondisi operasi yaitu
tekanan dan temperatur. Jika tekanan dan temperatur menurun (rendah), maka
waktu tinggal di dalam reaktor akan meningkat (semakin lama).
b. CO2 Stripper (2-DA-101)
CO2 stripper berfungsi untuk memisahkan kelebihan ammonia dan
menguraikan ammonium karbamat yang tidak terkonversi di reaktor urea melalui
pemanasan dengan cara pemanasan menggunakan steam dan CO2 sebagai media
pelucut pada tekanan operasi sama dengan tekanan operasi reaktor urea.
Temperatur stripper bagian atas dirancang pada 194 oC, sedangkan temperatur
stripper bagian bawah dirancang pada 177 oC.
Selama proses pelucutan, terjadi dua buah reaksi samping yang harus
diperhatikan, yaitu reaksi hidrolisis urea dan pembentukan biuret. Reaksi
hidrolisis urea dinyatakan dengan persamaan reaksi berikut:
CO(NH2)2(g) + H2O(g) ⇌ CO2(g) + 2NH3(g)
d. Scrubber (2-DA-102)
Unit scrubber 2-DA-102 berfungsi untuk menyerap gas ammonia dan CO2
yang keluar dari bagian atas reaktor urea dengan menggunakan larutan karbamat
daur ulang yang berasal dari high pressure absorber 2-EA-401 B. Scrubber
dirancang pada tekanan yang sama dengan tekanan operasi reaktor urea dan
temperatur scrubber bagian bawah dirancang pada 175–180 oC. Jika temperatur
bagian bawah stripper tinggi, maka penyerapan ammonia dan CO2 oleh larutan
karbamat daur ulang cukup baik.
high pressure absorber (HPA), sedangkan gas yang keluar dari bagian atas LPD
akan dikirim ke low pressure absorber (LPA).
a. High Pressure Decomposer (2-DA-101)
High Pressure Decomposer 2-DA-101 terdiri dari bagian separator dan
falling film heater. Panas yang dibutuhkan untuk mendekomposisikan amonium
karbamat dan ekses ammonia dipasok dari carbamate condenser 2-DA-102 dan
falling film heater.
Tekanan dan temperatur merupakan faktor utama yang harus diperhatikan
dalam pengoperasian HPD. Tekanan HPD dirancang pada 17 kg/cm 2, sedangkan
temperatur HPD dirancang pada 158 oC. Jika tekanan HPD tinggi, maka jumlah
gas ammonia dan CO2 di dalam larutan yang keluar dari bagian bawah HPD akan
meningkat sehingga akan menambah beban LPD dan seksi recovery. Jika
temperatur tinggi, maka proses dekomposisi akan semakin baik. Akan tetapi,
reaksi samping hidrolisis urea, pembentukan biuret, dan korosi peralatan akan
meningkat pada temperatur tinggi.
b. Low Pressure Decomposer (2-DA-102)
Tekanan LPD dirancang pada 2,3 kg/cm2, sedangkan temperatur LPD
dirancang pada 117 oC. Tekanan LPD dijaga pada tekanan rendah kandungan
ammonia dan CO2 di dalam larutan menjadi minimal sedangkan temperatur LPD
dijaga pada temperatur tinggi dengan tetap memperhatikan masalah kecepatan
korosi peralatan, reaksi samping hidrolisis urea, dan pembentukan biuret. Selain
itu, pada LPD diinjeksikan gas CO2 untuk meningkatkan efisiensi dekomposisi
dan mengurangi penggunaan air sebagai penyerap di absorber dan kondenser
sehingga kandungan air di dalam larutan karbamat daur ulang yang akan
dimasukkan ke dalam reaktor rendah.
c. Urea Solution Separator
Urea Solution Separator (FA-205) berfungsi untuk memisahkan gas dan
larutan urea yang berasal dari LPD sebelum masuk ke crystalizer. Pada alat ini
menggunakan tekanan 0,3 kg/cm2 dimana gas akan naik ke atas dan liquidnya
akan ditampung di tank urea.
Seksi kristalisasi berfungsi untuk mengolah larutan urea yang keluar dari
dekomposer. Larutan urea tersebut kemudian dikristalkan di dalam vacum
crystalyzer 2-FA-202 pada tekanan 73 mmHg (vakum) dan temperatur 65 oC.
Kristal urea yang terbentuk dipisahkan dengan menggunakan centrifuge 2-GF-201
dan dikeringkan dengan menggunakan udara panas hingga kandungan airnya
kurang dari 0,3%-berat.
Untuk menjaga agar kandungan biuret di dalam kristal urea tetap rendah,
sejumlah mother liquor (larutan pekat) yang mengandung banyak biuret didaur
ulang untuk menyerap ammonia dan CO2 di seksi recovery. Mother liquor
tersebut akhirnya dikirim kembali ke reaktor untuk mereaksikan biuret menjadi
urea dengan ekses ammonia dengan persamaan reaksi sebagai berikut:
Kristal urea kering kemudian dikirim ke bagian atas prilling tower 2-IA-301
melewati fludizing dryer 2-FF-301 dengan bantuan FD fan 2-GB-301 dan ID fan
2-GB-302. Kristal urea kering tersebut kemudian dilelehkan di dalam melter 2-
EA-301 menggunakan pemanas steam pada temperatur 138 oC. Lelehan urea
tersebut dialirkan ke distributor untuk membentuk butiran urea karena adanya
pendinginan oleh udara di prilling tower 2-IA-301.
Udara untuk fluidizing dryer berasal dari forced fan for dryer (GB-301).
Sebelum menuju fluidizing dryer udara tersebut akan dipanaskan dengan melalui
air heater for dryer (EC-301) menggunakan media pemanas steam condensate
dan steam bertekanan rendah. Temperatur udara yang masuk akan dikontrol oleh
TICA-301 untuk menjaga temperature agar tidak melebihi 130 oC pada inlet dari
dryer karena dapat menyebabkan kristal urea akan meleleh. (Titik leleh urea
adalah 132,7 oC).
Bongkahan dari kristal urea yang terbentuk di dalam fluidizing dryer (FF-
301) akan dipisahkan dan dikumpulkan oleh agitator. Kemudian bongkahan-
bongkahan tersebut akan dikirimkan ke dissolving tank (FA-302) dan akan
dilarutkan di dalam sana. Larutan di FA-302 dicampur dengan larutan yang
dikirim dari dissolving tank (FA-303) dan akan dipompakan oleh dissolving tank
pump (GA-303 A/B) menuju mother liquor tank (FA-203) atau ke ammonium
56
temperatur tinggi dan waktu tinggal yang lama. Kondisi operasi yang optimum
dari desain urea hydrolyzer berdasarkan pada hasil eksperimen pihak TEC dan
dijelaskan melalui grafik. Sehingga diputuskan untuk mencapai kondisi optimal
diperlukan untuk menjaga kondisi operasi di urea hydrolyzer, adalah pada
temperature 200 oC, tekanan 18 kg/cm2, dan waktu tinggal selama 30 menit.