URAIAN PROSES
19
20
(Perry’s, 2018)
2. Udara
Pada pabrik Ammonia, udara dibutuhkan untuk reaksi oksidasi di secondary
Reformer, dimana kandungan Nitrogen (N2) dari udara sangat dibutuhkan dalam
membentuk produk Ammonia, udara diperoleh dari ambient (lingkungan sekitar).
Komposisi udara yang diambil disajikan pada Tabel 2.3
Jumlah udara instrumen yang digunakan untuk unit Ammonia sebanyak 5,33
Nm3/jam. Udara instrumen yang diambil dari udara bebas dengan compressor
memiliki spesifikasi seperti disajikan pada Tabel 2.4
21
2. Hidrogen
Hidrogen digunakan untuk start-up pada pusri-IIB. Gas ini disuplai dari
PUSRI-III dan PUSRI –IB. Tekanan dan temperatur maisng-masing gas tersebut
adalah 67 kg/cm2 G dan 177oC.
22
3. Katalis
Pada pabrik PUSRI, katalis hanya digunakan pada pabrik Ammonia karena
pabrik Urea tidak memerlukan katalis dalam reaksinya. Jenis katalis yang
digunakan pada pabrik Ammonia dapat dilihat pada Tabel 2.6
b. Gas CO2
Spesifikasi gas karbon monoksida (CO2) yang digunakan disajikan pada
Tabel 2.8
23
Tahapan-tahapan diatas dapat dilihat secara ringkas pada Gambar 2.1 berikut ini:
24
b. Desulfurization (Desulfurisasi)
25
menghambat penyerapan sulfur pada Zinc Oxide yang bereaksi dengan Zinc
Oxide membentuk hidrat atau karbonat.
Katalis Desulfurizer dibutuhkan pada kondisi sulfida yang aktif sebagai
katalis untuk hidrogenasi sulfur organik. Selama operasi normal dengan adanya
sulfur di gas alam, katalis Desulfurizer akan tetap pada kondisi sulfida. Namun
jika kondisi tak terduga, gas alam disupplai benar-benar bebas dari sulfur dalam
jangka waktu yang lama, H2 perlu dikurangi atau dihentikan untuk menghindari
reduksi katalis Desulfurizer unsulfide yang dapat merusak katalis.
Selama start-up awal, akan ada periode waktu sampai Methanator online, di
mana tidak ada hidrogen tersedia. Selama periode ini, hidrogen dapat bersumber
dari OSBL/tie-in untuk memenuhi kebutuhan hidrogen di reaktor Desulfurizer.
Setelah pabrik menghasilkan hidrogen dari Reforming/Shift Section, gas yang
mengandung hidrogen ini didinginkan di Heat Exchanger downstream reformer,
dan hidrogen dapat diambil dari outlet Methanator Separator (144-D). Hidrogen
impor dapat dihentikan setelah hidrogen yang diproduksi di 101-B cukup. H2
sangat penting dialirkan ke Desulfurizer jika gas alam mengandung sulfur
organik.
c. Reforming Section (Seksi Reformer)
Gas alam yang telah dicampur dengan steam, di-reforming untuk
menghasilkan gas reformer dengan menggunakan Primary Reformer dan
Secondary Reformer. Sistem reformer ditampilkan pada Proses Flow Diagram.
Steam proses ditambahkan untuk mencapai rasio molar Steam terhadap Carbon
(S/C) sebesar 2,7 di dalam gas yang ke Primary Reformer. Unit kedua disebut
Secondary Reformer dimana pada unit ini berfungsi untuk menyempurnakan
reaksi reforming pertama yaitu dari Primary reformer dan akan menghasilkan
suatu gas sintesa
1. Primary Reformer
Gas alam yang sudah didesulfurisasi dicampur dengan proses steam dari
proses Condensate Stripper (130-D) untuk memberikan rasio molar Steam
terhadap Carbon (S/C) sebesar 2,7:1. Flow gas dikontrol oleh rasio terhadap flow
steam proses. Fitur ini melindungi katalis reformer jika terjadi kehilangan steam
proses. Mixed Feed gas dipanaskan dalam Mixed Feed Coil yang terletak di
27
Convection Section (101-B). Feed gas yang sudah panas didistribusikan ke tube
katalis 101-B. Tube High-alloy ini dipasang di Radiant Section (101-B) dan diisi
dengan katalis berbasi nikel (dapat dilihat dilampiran C.2). Mixed Feed gas
mengalir ke bawah melalui katalis reformer, terjadi reaksi steam reforming dan
reaksi shift uap air membentuk
Hidrogen, CO dan CO2. Temperature inlet 101-B adalah 488oC. Tekanan inlet
42,6 Kg/cm2G dan Pressure drop 2,75 Kg/cm2.
Reaksi steam reforming mengkonversi hidrokarbon dalam gas alam menjadi
hidrogen dan karbon monoksida:
CH4 + 2H2O CO2 + 4H2 (endotermis)
Konversi metana menjadi H2 dan CO:
CH4 + H2O 3H2 + CO (endotermis)
Reaksi shift:
CO + H2O CO2 + H2 (eksotermis)
Secara keseluruhan, kombinasi reaksi yang terjadi di 101-B adalah sangat
endotermis. Panas reaksi disupplai oleh Fuel Gas yang dibakar melalui Burner,
terletak di Top Section 101-B, dan dipasang di antara deretan tube katalis. Burner
beroperasi dengan mode pembakaran ke bawah (Top Firing). Hal ini
mengakibatkan Flux panas tertinggi ada di bagian atas tube, di mana temperature
gas proses paling rendah dan sebagian besar reaksi endotermis berlangsung. Mode
ini menghasilkan temperature dinding relatif merata sepanjang tube katalis.
Kondisi gas proses di Outlet tube katalis sekitar 715oC dan 41,5 kg/cm2A. Outlet
gas dari 101-B mengandung 28,50%-mol CH4 yang tidak bereaksi. Karena
temperatur yang relatif rendah di Radiant Section, sehingga tube tidak mudah
retak dan lebih handal serta pengoperasian yang lebih fleksibel dan berumur lebih
lama. Temperatur maksimum dinding tube adalah 864,4oC.
Radiant Section (101-B) dirancang untuk mendapatkan effisiensi termal
maksimum. Dan untuk menghindari kehilangan panas, Manifold Outlet dan Riser
diletakkan dalam Furnace. Selain itu, panas dari Fuel Gas dimanfaatkan dibagian
Convection Section untuk:
Preheating Mixed Feed untuk Primary Reformer (101-BCX) (Feed Gas
dan Steam Proses).
28
Preheating Udara Proses (101-BCA2) dan (101-BCA1) (hot dan cold coil)
Superheating steam HP (101-BCS2) dan (101-BCS1) (hot dan cold coil)
Preheating umpan Gas Alam (101-BCF)
Preheat udara bakar (CAP) (101-BC)
Sebuah Attemperator/ Desuperheater dipasang di antara Coil Superheat
Steam HP (hot dan cold coil) untuk injeksi Boiler Feed Water ke steam, jika
dibutuhkan. Hal ini untuk mencegah temperatur yang terlalu tinggi di steam
superheat dan/atau untuk meningkatkan produksi steam. Coil superheat Steam HP
juga memiliki Burner Superheat. Pada kondisi normal, burner ini akan digunakan
untuk mengontrol temperatur steam superheat.
Radiant Box 101-B dipanaskan dengan kombinasi Gas Alam dan Waste Gas,
Waste Gas meliputi :
Gas HP Flash dari CO2 removal
Waste Gas Purifier
Syn Gas dari LP Scrubber
Waste gas dibakar di Burner yang terpisah (di tengah) dari masing-masing
main burner. Susunan seperti ini untuk mengoptimalkan pembakaran dengan jenis
fuel yang berbeda jika terjadi perubahan tekanan dan temperatur Waste Gas,
terutama ketika Molecular Sieve (109-DA/B) sedang diregenerasi. Fuel Gas yang
digunakan di Burner Superheater 101-B dan di Burner Start Up Heater (102-B)
hanya bersumber dari Gas Alam.
2. Secondary Reformer
Dalam pabrik Ammmonia konvensional, jumlah udara proses dikontrol untuk
menghasilkan rasio molar Hidrogen terhadap Nitrogen (H/N) 3:1 pada inlet
Converter Ammonia (105-D). Dalam pabrik Ammonia KBR-Purifier, sekitar 50%
udara dilebihkan untuk digunakan di 103-D. Hal ini menyebabkan rasio Hidrogen
terhadap Nitrogen (H/N) sekitar 2:1 di inlet Purifier. Kelebihan udara
memberikan reaksi panas dan reforming tambahan di Secondary Reformer (103-
D). Dan juga, Methane Slip dari 103-D lebih tinggi pada Pabrik KBR-Purifier
(sekitar 1,59%-mol untuk PUSRI-IIB) dibandingkan dengan pabrik konvensional
(0,25-0,3%-mol). Metana yang tidak bereaksi dibuang di Downstream Purifier.
29
Fitur proses ini membuat proses reforming lebih sederhana dan temperature outlet
101-B dan 103-D lebih rendah dibandingkan dengan pabrik konvensional .
Gas Proses outlet Primary Reformer mengalir melalui transfer line Primary
Reformer Effluent (107-D) dan memasuki ruang pembakaran Secondary Reformer
(103-D)(dapat dilihat pada lampiran C.3). Di sini gas proses bercampur dengan
udara proses dari Kompresor udara (101-J). Sejumlah kecil steam MP
ditambahkan ke udara proses yang bertujuan untuk memastikan tetap ada aliran di
line yang ke ruang pembakaran jika terjadi kehilangan udara proses. Dalam ruang
pembakaran 103-D, gas outlet 101-B dan udara proses yang sudah dipanaskan,
akan terbakar secara spontan. Pembakaran ini menghasilkan temperature tinggi
sekitar 1349oC.
Gas panas mengalir turun melalui Bed katalis reformer berbasis Nikel, di
mana reaksi steam reforming dan reaksi shift terjadi. Karena reaksi keseluruhan
bersifat endodermis, temperature gas meninggalkan 103-D berkurang menjadi
sekitar 898oC. Metana slip outlet 103-D sekitar 1,59% mol basis kering dan
Pressure drop sepanjang 103-D 0,96 Kg/cm2 (dapat dilihat pada lampiran C.3).
Reaksi steam reforming dan reaksi shift yang terjadi adalah sebagai berikut :
CH4 + H2O + heat CO + 3 H2
CO + H2O CO2 + H2 + heat
Karena temperature gas proses yang sangat tinggi, internal 107-D dan 103-D
diisolasi dengan refractory dan sisi eksternal berupa jacket water. Jacket water
dialirkan dari pompa kondensat (119-J/JA) atau dari air demin (dapat dilihat pada
lampiran C.3). Steam yang dihasilkan dari jacket water diventing ke atmosfir.
Kegagalan/kerusakan refactory dapat dideteksi dini dengan adanya peningkatan
konsumsi air di jacket water dan indikasi di gas detector.
gas carrier, melalui katalis LTS. Hidrogen untuk reduksi katalis bisa berasal dari
outlet Absorber CO2. Air yang terbentuk selama reduksi katalis LTS dipisahkan
dan dibuang dari 173-D. Laju alir nitrogen, konsentrasi hydrogen, temperatur
reduksi dan tekanan operasi ditentukan oleh vendor katalis LTS.
Aliran gas dari HTS effluent BFW preheater masuk ke LTSC dan mengalirkan
ke bawah melewati Bed katalis. Reaksi yang berlangsung pada LTSC adalah
reaksi eksotermis, sehingga terjadi kenaikan suhu pada aliran gas yang keluar,
yaitu temperatur 299oC. Sedangkan pada kondisi SOR, katalis LTSC dapat
dioperasikan pada temperatur 200oC.
f. CO2 Removal
Unit CO2 Removal menggunakan proses OASE ® lisensi BASF dua tahap
yang hemat energi. Unit ini dirancang untuk menyerap CO2 dalam gas proses dari
18,5%-mol ke 500 ppmv dalam basis kering. OASE merupakan larutan methyl
diethanol amine (MDEA) aktif yang merupakan pelarut khusus (proprietary)
lisensi BASF.
Penyerapan CO2 berlangsung pada tekanan relatif tinggi dan temperatur
rendah. Regenerasi larutan berlangsung pada tekanan yang relatif rendah dan
temperatur tinggi. Tekanan dan temperatur operasi absorber CO2 adalah 36,7
Kg/cm2G dan 126oC.
Gas proses masuk ke bottom absorber CO2 , dimana sebagian besar CO2 akan
diserap oleh larutan semi-lean OASE. Gas kemudian megalir ke bagian atas
absorber,di mana sebagian besar CO2 yang tersisa diserap oleh larutan lean
OASE. Untuk menghilangkan larutan OASE yang terkandung dalam aliran gas,
gas dialirkan melalui beberapa wash tray dan demister di bagian atas absorber,
dan kemudian mengalir melalu CO2 Absorber Overheal KO Drum. Gas ini juga
dispray dengan sejmlah kecil kondensat proses dipipa atas KO Drum untuk
menghilangkan OASE yang masih terjebak di dalam gas.
Larutan OASE rich yang hampir jenuh dengan CO2 keluar dari bottom
Absorber. Mengalir melalui Turbin hidrolik (107-JAHT), dimana power
dihasilkan dengan menurunkan tekanan larutan. Pada turbin dan digunakan untuk
menggerakkan salah satu pompa Larutan Semi-lean (107-JA). Line bypass
33
dipasang di turbin hidrolik, untuk mengontrol jumlah power yang digunakan dan
sebagai line aliran larutan ketika turbin hidrolik belum beroperasi.
Tekanan outlet turbin diset sedemikian sehingga sebagian besar gas-gas inert,
seperti hidrogen, karbon monoksida dan N2, yang terlarut dalam larutan
terflash/telepas. Gas-gas tersebut akan terpisah dari larutan di CO2 HP Flash
Column. Dimana HP Flash Column ini memiliki sebuah packed Bed yang
berfungsi untuk melepas flash gas yang masih terjebak di dalam larutan.
Kemudian Flash Gas keluar dari HP Flash Column dan mengalir sebagai fuel
untuk Primary Reformer. Dan larutan dari bottom HP Flash Column dialirkan ke
CO2 LP Flash Column. Dimana pada LP Flash, sebagian besar CO2 yang
terabsorbsi di larutan dilepaskan. Gas outlet LP Flash didinginkan sampai 38oC di
CO2 LP Flash Overhead Condenser. Kemudian Air yang terkondensasi
dipisahkan dari CO2 di CO2 LP Flash Reflux Drum.
Air yang terkondensasi di LP Flash Reflux Drum dipompa oleh CO2 Stripper
Reflux Pump ke wash tray di top absorber, HP Flash Column dan LP Flash
Column untuk menjaga keseimbangan air di sistem. Dimana CO2 sebagai produk
samping dari Ammonia dikirim ke pabrik Urea dan sisanya dibuang ke atmosfer
atau dikirim ke pabrik lain. Konsentrasi produk CO2 minimal 99%-vol.
Untuk menjaga keseimbangan air dalam sistem, maka make-up air demin
ditambahkan ke LP Flash Reflux Drum secara kontinyu. Gunanya untuk
menghilangkan liquid dari unit CO2 removal yang sekaligus menghindari potensi
kehilangan OASE dari sistem dan persyaratan pengolahan effluent. Untuk
mengontrol keseimbangan air dalam unit CO2 removal adalah dengan mengatur
temperatur di Raw Gas Separator. Temperatur yang lebih tinggi di Raw Gas
Separator akan meningkatkan jumlah uap air yang akan masuk ke sistem CO2
removal.
Produk bottom LP Flash Column adalah larutan semi-lean OASE. Sebagian
besar larutan semi-lean dipompa kembali ke middle Absober oleh pompa. Larutan
semi-lean sisanya dipompa oleh pompa sirkulasi Semi-lean ke Lean/Semi lean
Solution Exchanger. Di Heat Exchanger ini, larutan semi-lean dipanaskan dengan
cara bertukar panas dengan larutan lean outlet stripper. Larutan semi-lean yang
sudah dipanaskan kemudian dialirkan ke CO2 Stripper.
34
Pada Stripper, sisa CO2 yang terlarut dalam larutan semi-lean di Strippping
dengan steam di CO2 Stripper Reboiler. Dimana terdapat Line by pass disediakan
pada Stripper Reboiler untuk mengontrol temperatur di Stripper dan
mengoptimalkan proses recover panas dari gas proses. Stripper memiliki dua
packed bed untuk memudahkan proses stripping. Gas Outlet 122-D2 dialirkan ke
122-D1 yang akan meningkatkan proses Stripping di LP Flash. Kandungan CO2
di larutan lean OASE cukup rendah untuk memenuhi spesifikasi maksimum 500
ppmv CO2 Outlet LP Flash (dapat dilihat pada lampiran C.5).
g. Methanation (Metanasi)
Gas proses dari 142-D2 dipanaskan dari 50oC sampai 316oC di Methanator
Feed/Effluent Exchanger 114-C dan di Methanator start up Heater 172-C.
Pemanasan 172-C menggunkan steam HP jenuh. Line bypass gas dipasang di 114-
C untuk mengontrol temperatur inlet Methanator 106-D (dapat dilihat pada
lampiran C.6). Gas kemudian mengalir melalui 106-D, dimana oksida karbon
yang masih tersiksa bereaksi dengan hidrogen di katalis nikel untuk membentuk
metana dan air :
CO2 + 4H2 CH4 + 2H2O
CO + 3H2 CH4 + H2O
Reaksi eksotermis metanasi menyebabkan kenaikan temperatur di 106-D.
Sebagai perkiraan kasar, setiap kenaikan 1% konsentrasi CO dalam gas proses
dapat menghasilkan kenaikan temperatur sebesar 74oC, sedangkan kenaikan
1%konsentrasi CO2 dapat menaikkan temperatur sebesar 60oC. Pressure drop
sepanjang 106-D adalah 0,21 Kg/cm2. Pada end-of-run katalis LTS, gas proses ke
106-D akan mengandung sekitar 0,38%-mol CO dan sekitar 500 ppmv CO2.
Namun, ketika LTS masih baru, kandungan CO akan lebih rendah, sehingga
kenaikan temperatur di 106-D juga lebih rendah. Pada kondisi ini, pemanasan di
172-D ini sangat penting untuk menjaga temperatur inlet 106-D. Jumlah CO2 total
dalam gas outlet 106-D adalah ˂5 ppmv, dan kandungan metana outlet pada
kondisi desain (EROR) sebesar 2,20% mol. Sejumlah kecil syn gas diambil dari
outlet Methanator effluent Separator (144-D) untuk keperluan hydrotreating di
101-D (dapat dilihat pada lampiran C.6).
35
h. Drying (Pengeringan)
Dalam persiapan untuk dryin, gas outlet 106-D didinginkan terlebih dahulu
dengan bertukar panas di Methanator Feed/Effluent Exchanger (114-C).
Kemudian didinginkan lagi oleh Cooling Water di Methanator effluent cooler
(115-C) sampai 38oC, setelah itu gas digabungkan dengan purge gas dari
Ammonia Scrubber (124-D) dan selanjutnya didinginkan sampai 4oC oleh
refrigerant Ammonia di Methanator effluent Chiller (130-C1/C2). Chiller (130-
C1/C2) menggunakan pool Ammonia cair mendidih pada 15,3oC/1,1oC. Ammonia
cair ke 130-C1 disupplai dari 149-D melalui level control valve. Kondensat dari
130-C dipisahkan dari gas proses di Methanator effluent Separator (144-D) dan
dipompa oleh pompa kondensat (122-J/JA) ke Raw Gas Separator (142-D1)
(dapat dilihat pada lampiran C.7).
Gas dingin dari 144-D mengalir ke Molecular Sieve Dryer (109-DA/DB)
(dapat dilihat pada lampiran C.7). Dryer mengandung desiccant padat dengan
komposisi inlet NH3 = 2,20 ppmv, CO2 = 0-10 ppmv, dan H2O = 3,6 kmol/jam.
Masing – masing Dryer didesain untuk menghilangkan air, Ammonia, dan CO2
sampai konsentrasi total ˂1 ppmv (0.5 ppmv, 0.3 ppmv, dan 0.2 ppmv) selama
periode 24 jam dalam zeolite 13X (Alumino silicate).
Regenerasi dan pendinginan Dryer dilakukan dengan waste gas kering dari
Purifier. Untuk regenerasi, waste gas dipanaskan dalam Molecular Sieve
Regenerasi Heater (183-C) sampai 245oC menggunakan steam MP. Gas yang
digunakan untuk regenerasi dikirim sebagai fuel di Primary Reformer (101-B).
Setelah regenerasi, 109-D didinginkan dengan waste gas Purifier yang tidak
dipanaskan. Siklus Dryer berkerja secara otomatis dan di program di DCS. Total
siklus 48 jam untuk setiap vessel adalah sebagai berikut:
1. Drying 24 jam Aliran gas ke bawah
2. Adsorpsi Paralel 0,75 jam Aliran gas ke bawah
3. Depressuring 2 jam Aliran gas ke bawah
4. Regenerasi/Pemanasan 12 jam Aliran gas ke atas
5. Pendinginan 6 jam Aliran gas ke bawah
6. Press Up 2 jam Aliran gas ke bawah
7. Stand-by 1,5 jam tidak ada aliran gas
36
Pada prosesnya gas umpan converter dibagi menjadi tiga aliran. Aliran
pertama (sekitar 60% dari total flow) melewati anulus di Ammonia converter,
dimana terjadi pendinginan shell bagian luar, dan kemudian pemanasan dengan
gas outlet pada Bed ke-1 di interchanger 122-C1. Lalu aliran kedua umpan gas
dipanaskan dengan gas outlet pada Bed ke-2 di interchanger 122-C2, kemudian
aliran ketiga tidak terjadi pemanasan dan umpan gas langsung masuk ke inlet Bed
ke-1 dan temperatur inletnya dikontrol.
Pada proses ini gas umpan dari ketiga aliran ini digabungkan, dimana gas
melewati katalis di Bed ke-1 dan terjadi pendinginan kemudian melewati ke
katalis di Bed ke-2 terjadi pendinginan kembali, lalu melewati katalis di Bed ke-3
dan ke-3B tidak terjadi pendinginan karena kedua Bed ini berfungsi sebagai single
thermodynamic Bed. Temperatur inlet dan outlet gas setiap Bed pada EOR dapat
dilihat pada Tabel 2.9.
Tabel 2.9 Temperatur Inlet dan Outlet Gas pada Setiap Bed pada EOR
EOR Temperatur Temperatur Konsentrasi NH3
Operasi Inlet (oC) Outlet (oC) Outlet (% mol)
Bed-1 380 527 10.89
Bed-2 400 478 16.25
Bed-3 A/B 391 446 20.31
(Unit Operasi Ammonia PUSRI-IIB, 2019)
kembali dari Ammonia separator ini berfungsi untuk mendidikan liquid Ammonia
pada empat temperatur yang berbeda (14,6°C, 4,5°C, -18,5°C dan -33,3°C).
Secara mekanikal, chiller terdiri dari beberapa tube konsentris, di mana
Ammonia mendidih mengalir melalui kompartemen. Syn gas recycle dari
Ammonia separator melewati tube sisi dalam secara counter current dengan
effluent gas outlet converter yang mengalir di annulus antara tube. Jadi, gas outlet
converter didinginkan dari luar dengan menggunakan refrigeran Ammonia dan
dari dalam dengan gas recycle dingin.
Outlet converter didinginkan sampai temperatur -17,2°C. Ammonia yang
terkondensasi dipisahkan di Ammonia separator dan dikirim ke Ammonia let
down Drum, yang beroperasi pada tekanan 19 kg/cm2A. Kemudian Ammonia cair
dari bottom Ammonia let down drum dikirim ke Ammonia Refrigerant Receiver,
kemudian langsung ditransfer ke pabrik Urea menggunakan kompressor. Dan
sejumlah kecil Ammonia selalu dialirkan ke top Bed 149-D untuk keperluan
penyerapan Ammonia.
Kemudian Gas dari Ammonia separator dipanaskan kembali di chiller dan
kemudian kembali ke suction kompresor, untuk mencegah akumulasi inert
(metana dan argon) di sintesis loop, sekitar 2,7% gas dari Ammonia separator di-
purging. Dan flow gas yang dibuang diatur untuk menjaga kandungan inert total
di inlet converter sekitar 3,5%-mol. Untuk kasus produksi 2160 MTPD, purge gas
dikirim ke HP Ammonia Scrubber untuk menyerap Ammonia yang terkandung
dalam purge gas sebelum digabung dengan umpan purifier.
Ammonia cair dari 147-D dialirkan ke salah satu dari 120-CF1 atau 120-CF4.
Refrigerant Ammonia cair secara berurutan mengalir dari kompartemen
bertekanan lebih tinggi ke tekanan yang lebih rendah melalui level control untuk
mencapai duty refrigerasi.
dalam condensate stripper feed atau iffluent exchanger (188-C) dan dikirim ke
proses condensate stripper (130-D). 130-D memiliki dua packed bed. Di 130-D,
pengotor dipisahkan dari kondensat proses dengan stripping menggunakan steam
MP. Kondensat yang sudah di-stripping didinginkan di 1880C, dan selanjutnya
didinginkan sampai temperatur 390C dengan Cooling water stripped condensate
cooler (174-C). Kondensat dingin yang sudah di-stripping dikirim ke polisher
offsite untuk digunakan kembali sebagai air demin.
Steam keluar dari top 130-D mengandung pengotor dari kondensat proses.
Steam ini dicampur dengan steam yang lewat bypass, dan dikirim ke gas proses
atau steam mixing untuk menjadi umpan reformer. Pengotor akan diolah di
primary reformer (101-B) dan tidak akan dibuang ke lingkungan. Diharapkan
proes stripping yang tepat dapat dicapai dengan rasio flow steam terhadap
kondensat sebesar 0,3:1. Untuk menjamin kinerja selama kontingensi, 130-D
dirancang untuk rasio steam terhadap kondensat sebesar 0,4:1. Hal ini untuk
mengingatkan bahwa penggunaan rasio steam lebih tinggi dari 0,3:1 dapat
menyebabkan kondensat outlet menjadi asam yang agresif untuk logam. Untuk
itu, pH kondensat harus dimonitor secara ketat setiap saat dan flow steam yang
lebih rendah digunakan untuk mendapatkan keseimbangan yang tepat antara pH
dan kualitas kondensat.
Gambar 2.2 Diagram Blok Proses Pembuatan Urea (Process Engineer Urea
PUSRI-IIB, 2019)
kondisi tersebut, maka temperatur operasi 1820C, rasio H2O/CO2 0,58, rasio
NH3/CO2 3,7 dan tekanan 155 kg/cm2 dipilih untuk pabrik ini dan dengan
kondisi seperti ini didapatkan konversi CO2 63%
2. Stripper
Stripper (DA-101) berfungsi memisahkan kelebihan NH3 dan
mendekomposisikan carbamate yang tidak terkonversi dari larutan sintesa Urea,
dengan menggunakan pemanasan yang bersumber dari steam dan CO2 stripping
pada tekanan operasi yang sama dengan di Reactor (DC-101) (dapat dilihat pada
lampiran C.14). Reaksi dekomposisi carbamate yang terjadi adalah sebagai
berikut :
NH2COONH4 CO2 + 2NH3
Selama proses dekomposisi dan stripping di Stripper (DA-101), reaksi
hidrolisa Urea menjadi faktor yang penting karena mempengaruhi efisiensi
sintesa Urea. Reaksi hidrolisa Urea yang terjadi adalah sebagai berikut :
NH2CONH2 + H2O CO2 + 2NH3
Karena hidrolisa Urea akan mengurangi jumlah Urea dimana Urea
merupakan produk yang diinginkan, maka kondisi ini harus dikontrol untuk
mengurangi kehilangan produk. Hidrolisa Urea terjadi pada temperatur tinggi,
tekanan rendah dan waktu tinggal yang lama. Oleh karena itu desain dan kondisi
operasi Stripper (DA-101) ditentukan dengan hati-hati untuk meminimalkan
hidrolisa Urea yang terjadi sehingga yield produksi Urea yang tinggi dapat dijaga.
Pembentukan biuret juga dapat merupakan faktor lainnya yang harus
diperhatikan dalam mendesain dan mengoperasikan Stripper (DA-101). Pada
tekanan parsial NH3 yang rendah dan temperatur diatas 1100C, Urea akan
terkonversi menjadi NH3 dan biuret sebagaimana reaksi berikut ;
2NH2CONH2 NH2CONHCONH2 + NH3
Reaksi adalah reversible dimana variabel penting yang mempengaruhi reaksi
adalah temperatur, konsentrasi NH3 dan waktu tinggal. Laju pembentukan biuret
dalam Urea molten dan Concentrator dengan konsentrasi NH3 rendah berlangsung
sangat cepat, sedangkan di seksi sintesa pembentukan biuret kecil karena ekses
NH3 yang cukup tinggi.
50
Kandungan biuret rendah dan tidak melebihi 1.0 wt% direkomendasikan bagi
produk Urea yang digunakan untuk pertanian. Hal ini terutama menjadi penting
pada penggunaan pupuk untuk tanaman dimana kandungan biuret yang tinggi bisa
merusak tanaman itu sendiri. Dengan desain yang tepat dan pengaturan proses
yang baik maka kandungan biuret dalam produk Urea prill yang keluar dari Seksi
Prilling pabrik ini akan terjaga dibawah dibawah 0,8 wt%.
3. Carbamate Condenser
Campuran gas dari top Stripper (DA-101) masuk ke bottom Carbamate
Condenser (EA-101), dimana campuran gas tersebut dikondensasikan dan diserap
oleh larutan carbamate dan kemudian Urea terbentuk dari dehidrasi larutan
carbamate di shell side Carbamate Condeser (EA-101). Panas yang dihasilkan
dari pembentukan carbamate dan kondensasi NH3 dari Carbamate Condenser
(EA-101) digunakan untuk memproduksi steam tekanan rendah di tube side.
Tekanan operasi di Carmabate Condenser (EA-101) adalah sama dengan tekanan
sintesa Urea (dapat dilihat pada lampiran C.14).
Tekanan steam yang dihasilkan di tube side Carbamate Condenser (EA101)
diatur sehingga temperatur top (temperatur larutan yang keluar dari Carbamate
Condenser (EA-101) menjadi sekitar 1800C. Tekanan steam diharapkan adalah 5
kg/cm2G pada load operasi normal Pabrik Urea 100 %. Carbamate Condenser
(EA-101) dioperasikan dengan rasio N/C 2.9, dimana akan menghasilkan tekanan
uap yang minimum pada larutan sintesa Urea.
larutan urea (dapat dilihat pada lamipiran C.15). Panas untuk mendekomposisi
ammonium carbamate dan evaporasi ekses NH3 disuplai oleh panas kondensasi
steam SL dan dari kondesat SML
Pengaruh temperatur dan tekanan terhadap komposisi liquid outlet HP
Decomposer adalah sebagai berikut :
Pengaruh tekanan
Di HP Decomposer (DA-201) jumlah NH3 dan CO2 dalam larutan outlet
harus sekali mungkin untuk meringankan beban/load di peralatan selanjutnya
untuk memudahkan pengoperasian sistem secara keseluruhan. Pada kondisi
dimana terjadi kenaikan jumlah NH3 dan CO2 didalam liquid outlet, maka
temperatur kesetimbangan di LP Absorber (EA-401) akan menurun dan
diperlukan jumlah air yang lebih banysk di Seksi Recovery, sehingga akhirnya
akan menurunkan konversi CO2.
Pengaruh Temperatur
Temperatur yang tinggi dibutuhkan untuk proses dekomposisi carbamate.
Akan tetapi temperatur yang tinggi akan memicu meningkatnya laju korosi,
pembentukan biuret dan Hidrolisa Urea, sehingga harus ditentukan temperatur
yang optimum untuk proses ini. Temperatur operasi HP Decomposer (DA-201)
dikontrol pada 152°C di outlet larutan.
2. LP Decomposer
Pengaruh tekanan dan temperatur pada liquid di LP Decomposer (DA-202)
adalah sebagai berikut :
Pengaruh Tekanan
Untuk memisahkan NH3 dan CO2 dalam larutan di LP Decomposer (DA-202)
sebanyak mungkin yang dibutuhkan tekanan operasi serendah mungkin. Akan
tetapi temperatur optimum di LP Decomposer perlu ditentukan dengan tepat
dengan mempertimbangkan pengoperasian LP Absorber (EA- 402) dan kenyataan
bahwa hidrolisa Urea lebih mudah terjadi di LP Decomposer (DA-202)
dibandingkan dengan di HP Decomposer (DA-202) karena jumlah NH3 dan CO2
jauh lebih kecil. Dengan mempertimbangkan hal tersebut maka tekanan operasi di
LPD adalah 2.6 kg/cm3 (dapat dilihat pada lampiran C.15).
Pengaruh Temperatur
53
1. Prilling Tower
Molten Urea yang dikirim ke Prilling Tower (IA-301) di spray sebagai
tetesan Urea menggunakan Prilling Basket. Urea yang keluar dari Prilling Basket
didinginkan dan menjadi padat setelah kontak dengan udara yang mengalir dari
bawah keatas Prilling Tower karena hisapan dari Induced Fan for Prilling Tower
(GB-301A-G). Debu Urea yang terbawa dalam aliran udara kemudian di-scrub di
Dust Scrubbing System sebelum dibuang ke atmosfer.
Rata-rata ukuran diameter Urea prill bisa diatur sesuai dengan range yang
diinginkan dengan mengatur kecepatan Prilling Device. Ukuran butiran Urea
yang lebih besar akan didapatkan dengan kecepatan Prilling Basket yang lebih
tinggi, dan sebaliknya ukuran Urea akan lebih kecil apabila kecepatan lebih
rendah.
Range ukuran butiran Urea dari ukuran terbesar terjadi pada kondisi
kecepatan putaran yang menyebabkan tumpahan Urea normal sampai ukuran
terkecil terjadi ketika butiran Urea terlempar sampai ke dinding Prilling Tower
akibat kecepatan putaran Prilling Device.
Urea didalam udara panas diserap melalui proses kontak secara counter-
current (berlawanan arah aliran) dengan larutan Urea 20 wt% di Packed Bed for
Dust Recovery (FD-302). Circulation Pump for Dust Recovery (GA-301)
mensirkulasikan Urea solution dalam jumlah yang cukup untuk membasahi
packed bed. Diatas packed bed, dipasang Demister for Dust Recovery (FD-303).
Demister ini dicuci dengan proses kondensat yang bersih yang akan menangkap
debu Urea yang terlewat dari packed bed. Kemudian udara dibuang ke atmosfer
oleh Induced Fan for Prilling Tower (GB-301) setelah debu yang terkandung
dalam air ditangkap oleh demister. Kandungan debu Urea dan gas amoniak yang
terkandung dalam udara yang keluar di Prilling Tower diharapkan lebih kecil dari
50 mg/Nm3 (dapat dilihat pada Lampiran C.18).
2. Product Cooler
Urea prill dari Prilling Tower (IA-301) dikirim ke Product Cooler (EA-801)
dan kemudian didinginkan dengan menggunakan cooling water untuk menjaga
temperatur akhir produk 42°C.
e. Recovery System
56
2.3 Produk
Pupuk Urea dan Ammonia merupakan produk utama yang dihasilkan PT.
PUSRI. Selain itu, dihasilkan pula produk samping berupa Karbon Dioksida cair,
Dry Ice, Nitrogen cair, gas Nitrogen, Oksigen cair, dan gas Oksigen.
2.3.1 Produk Utama
Produk utama yang dihasilkan oleh PT. PUSRI Palembang adalah pupuk
Urea dalam bentuk butiran (prilled) dan Ammonia cair. Ammonia cair digunakan
pada proses pembuatan Urea sebagai bahan baku dengan CO2.
59
Spesifikasi Urea yang dihasilkan oleh PT. PUSRI Palembang dapat dilihat
dari tabel 2.11 di bawah ini.
a. Ammonia Ekses
b. Nitrogen dan Oksigen Cair
Dalam pabrik pemisah udara (Air Separation Unit) prinsipnya adalah
melakukan fraksionasi terhadap kandungan Nitrogen dan Oksigen yang
terdapat dalam udara bebas. Dengan titik didih yang berbeda, pada suhu minus
183 °C, Oksigen (O2) mencair dan memisahkan diri dari Nitrogen (N2).
c. CO2 dan es kering (Dry Ice)
Pabrik ini menggunakan proses dari perusahaan Gases Industriales Buenos
Aires, Argentina dengan kemampuan produksi 55 ton CO2 cair per hari. CO2
cair berasal dari gas CO2 yang berlebih dari pabrik Ammonia yang dikirim ke
pabrik CO2 cair. Setelah gas CO2 dimurnikan, lalu didinginkan pada suhu
minus 30°C. Pada tekanan 15 kg/cm2 gas CO2 berubah menjadi cair. CO2 cair
umumnya digunakan dalam industri minuman dan blanket.
2.4 Utilitas
Gambar 2.3 Diagram Blok Proses Utilitas (Process Engineer Utilitas PUSRI-IIB, 2019)
fire water main ring apabila fire water digunakan sekali-sekali dalam jumlah kecil
dengan flow rate 25 m3/jam pada tekanan operasi 11 kg/cm2 G.
Secara desain, ketinggian permukaan air sungai pada kondisi pasang dapat dibagi
dalam kategori:
a. High (HL) Mean Sea Level (MSL) = + 3.800 mm
b. Normal (NL) Mean Sea Level (MSL) = + 1.120 mm
c. 3. Low (LL) Mean Sea Mevel (MSL) = + 270 mm
Gambar 7 di bawah ini merupakan sketsa dari River Water Intake Pump (6201-
JA/JB) :
Diharapkan pH yang keluar dari Clarifier berkisar 6,5–8,5 dengan turbidity < 10
NTU.
Pressure Sand Filter (PSF) dapat memproses 220 m3/jam air jernih per vessel
pada tekanan operasi 5 kg/cm2 dan temperatur operasi 30℃. Di Pressure Sand
Filter (PSF), clarified water mengalir dari bagian atas menuju bagian bawah
melalui filter dimana partikel pengotor seperti suspended solid disaring. Hasil
keluaran dari PSF dengan kandungan kurang dari 1 ppm susupended solid
dikirim ke Filtered Water Tank dan Ultrafiltration Unit untuk diproses lebih
lanjut.
Proses backwash untuk pressure sand filter diperlukan untuk menjaga kinerja
filter dengan menggunkan air scour blower (6202-UJA/UJB) dan Backwash
Pump for PSF (6202-JA/JB) pada tekanan 3,26 kg/cm2 G, apabila service time
pressure Sand Filter telah mencapai 0,8 kg/ cm2 G. Proses backwash ini akan
membuang suspended solid dan partikel pengotor yang terjebak di media filter
dan proses air blower ke media filter akan melonggarkan kembali media filter
tersebut.
Air yang dikeluarkan dari proses backwash ini akan dikirim kembali ke
backwash water recovery pond untuk diolah kembali di Clarifier. Setelah selesai
tahapan backwash semua valve ditutup untuk settlement media filter. Selanjutnya
clarified water di umpankan ke PSF dari bagian atas dan sistem beralih ke mode
service. Air bersih sebagai produk dari filter water treatment diharapakan
memiliki pH 6,5-7,5, konsentrasi residual chloride < 0,5 ppm dan turbidity < 1
NTU. Kondisi Operasi dan Spesifikasi Filter Water Treatment dapat dilihat pada
tabel 2.14 dan 2.15
dilakukan cukup dengan menutup driving water untuk ejector dengan cara
menutup outlet valve dari meansuring tank.
Tahap selanjutnya adalah proses drain, dengan megeluarkan air yang terdapat
dedalam Mixed Bed Polisher dan ditampung di Neutralization Pond (6402-F).
Dilanjutkan dengan proses mixing dengan menggunakan bantuan udarayang
berasal dari air blower (6006UJA/UJB).Setelah proses mixing selesai, dilanjutkan
dengan proses water filling, dengan mengisi unit dengan air setelah proses mixing
dan meyakinkan bahwa tidak ada udara yang terjebak di dalam vessel selama
operasi normal. Tahapan pengisian air dihentikan apabila air sudah overflow
melalui vent udara. Tahap terakhir adalah proses rinse yang dimaksudkan untuk
membersihkan Mixed Bed Polisher. Apabila kualitas air produk dapat diterima,
maka dilanjutkan dengan tahapan service.
Urea memiliki kapasitas sebesar 6250 m3/jam untuk masing-masing pompa, dan
pompa emergency cooling water memiliki kapasitas sebesar 1313 m3/jam untuk
masing-masing pompa. Tekanan discharge masing-masing pompa sebesar 5
kg/cm2G dan temperatur sebesar 33 ̊C. Sedangkan tekanan cooling water return
ke cooling tower sebesar 2,5 kg/cm2G dan temperatur sebesar 43 ̊C. Chloride
content di cooling water harus berada dalam batasan 20-63 ppm.
Air make-up disuplai ke basin cooling tower untuk mengimbangi kehilangan
akibat adanya air yang menguap (evaporation loss), drift loss water dan blow
down water. Cooling water membutuhkan beberapa perlakuan khusus untuk
menjaga kualitasseperti yang diharapkan. Karena air secara terus menerus akan
hilang karena adanya evaporation los, air dalam jumlah tertentu harus terus
ditambahkan (air make-up). Air make-up ini berperan dalam terjadinya
peningkatan impuruties herdness, alkalinity, dan silika di sistem cooling water.
Karena adanya kehilangan sejumlah air akibat terjadinya proses penguapan,
sejumlah kotoran I(impurities) akan tertinggal di dalam air dan terus terakumulasi,
hal ini dapat meningkatkan potensi terbentuknya scale deposit di cooling water
sistem.
Selama beroprasi, antara cooling water dan logam terjadi kontak, hal ini
dapat meningkatkan potensi terjadinya korosi pada logam. Oleh karena itu, di
butuhkan perawatan khusus secara terus menerus dengan menggunakan bantuan
bahan kimia tertentu. Ijenksi corrosion inhibitor (6205-UI), scale inhibitor (6205-
U2), dosing of chorine (6205-U3), non-oxidizing biocide (6205-U4 dan 6205-U9),
dispersant (6205-U5), pH control (6205-U6) untuk H2SO4 dan (6205-U7) untuk
NaOH, dan oxidizing biocide (6205-U8) disiapkan melalui suatu cooling tower
chemical injection system.
a. Corrosion inhibitor
Corrosion inhibitor ( Zinc-PO4 based) sebanyak 132 kg/hari untuk basin
Ammonia-UOA dan 66 kg/hari untuk basin Urea diinjeksikan secara kontinu
sebagai pelindung dari korosi.
b. Bio dispersant
Bio dispersant (non ionic surfactant) sebanyak 686 kg/bulan untuk basin
Ammonia-UOA dan 387 kg/hari untuk basin Urea diinjeksikan satu kali
71
tertutup. Piston tetap berada diluar strainer basket. Proses cleaning Side Stream
Filter ditentukan oleh timer (1 sequence flushing tiap jam) atau differential
pressure control (nax 0,5 kg/cm3 G). Valve flushing akan terbuka dan partike
berukuran bear akan dibuang keluar. Piston bergerak dua kali ke basket untuk
membuang partikel-partikel yang terjebak di dalamnya.
Continuous blow down untuk cooling water dikontrol oleh FIC-3201 dan
FIC-3202 yang memberikan sinyal ke FV-3201 dan FV 3202 secara berturut turut
apabila conductivity water tinggi > 2500 µs/cm, di basin Ammonia AL-3202 akan
mengirim sinyal untuk menolak perintah FIC 3202 dan mengatur opening FV-
3202 dan di basin Urea AL-3201 akan mengirim sinyal untuk menolak perintah
FIC-3201 dan mengatur opening FV-3201. Kondisi Operasi dan Kualitas standar
header cooling water system dapat dilihat pada tabel 19 dan 20.
30OC. Air receiver dilengkapi dengan drain trap untuk membuang Cairan Secara
terus menerus dan otomatis, juga untuk mencegeah hilangnya udara bertekanan
Balance pipe akan mengarahkan udara yang masuk ke trap agar kembali ke Air
Receiver.
Disediakan dua unit Stand-by Air Compressor (26004-JA/JB) dengan
masing-masing kapasitas sebesar 2500 Nm3/jam untuk memenuhi kebutuhan
Plant Air dalam kondisi emergency. Satu unit Air Compessor dengan penggerak
motor (6004-JA) akan menyuplai udara jika Air Compressor (101-J) di Ammonia
Plant dalam kondisi Shutdown atau tidak bisa menyuplai kebutuhan udara,
sedangkan satu unit lainnya dengan penggerak diesel (6006-JB) untuk menyuplai
udara apabila suplai udara dari stand-by Compressor dengan penggerak motor
(6006-JA) tidak mencukupi atau ketika sumber power listrik tidak tersedia karena
power fulture.
Instrument Air Dryer (tipe pressure swing adsorption dengan dua unit tower)
digunakan untuk menghilangkan kandungan air di udara bertekanan dengan
menggunakan activated alumina sebagai desiccant. Selama siklus berlangsung,
udara bertekanan akan melalui desiccant yang terdapat di dalam vessel. Dengan
mengalirnya udara ke desiccant, pori-pori berukuran microscopic di permukaan
Bed desiccant akan menyerap uap air dari udara dan menurunkan humidity dan
temperatur udara sampai mencapai dew point -40oC. Adsorpsi merupakan suatu
proses pelepasan panas (eksotermis), panas disimpan didalam Bed desiccant
selama siklus regenerasi. Dikarenakan air melekat di desiccant, desiccant Bed
akan menjadi jenuh dan memerlukan proses regenerasi. Selama proses regenerasi,
off-stream tower akan diturunkan tekanan dari tekanan operasi 7,5 kg/cm2G
menjadi tekanan atmosferik. Sejumlah udara kering dilewatkan ke desiccant Bed
yang terdapat di off-stream tower. Kombinasi dari udara kering dan panas
adsorpsi dari siklus pengeringan (drying) akan menghilangkan mousture di
desiccant, service dan regenerasi berlangsung secara otomatis, lima (5) menit
drying atau service dan lima (5) menit regenerasi. Tersedia dua unit Instrument
Air Dryer Package (6006-LA/LB). Pertukaran tiap-tiap unit package berlangsung
secara otomatis. Kondisi Operasi Plant Air dan Instrument Air dapat dilihat pada
tabel 2.20 dan 2.21.
74
debu, partikel padat, cairan yang masih tersisa dan juga menangkap oil traces di
dalam gas apabila ada. Scrubber Filter dapat menangkap partikel dengan ukuran =
0,3 µm dengan efisiensi sebesar 99,98% pada tekanan operasi 28 kg/cm2 G dan
temperature operasi 300C. Gas dari Scrubber Filter selanjutnya dikirim ke
Downstream Scrubber sebelum di kirim ke Ammonia Plant untuk ditangkap
cairan yang masih tersisa. Sebelum memasuki Downstream Scrubber, tekanan gas
dikurangi menggunakan letdown valve (PV-4101A atau PV-4101B) dari 28kg/cm2
G menjadi 14 kg/cm2G.
periode proses resirkulasi, valve discharge pompa dapat dibuka. Waste water
pump akan berhenti apabila limit switch low tercapai.
Line discharge Waste Water Pump dari Neutralization Pond dilengkapi
dengan pH Analyzer AI-4301 dan three way valve AV-4301. Jika pH waste water
yang terindikasi pada AI-4301 di DCS di luar range 7-8, maka AI-4301 akan
mengirim sinyal ke AV-4301 untuk membuka dari A ke B, yang berarti bahwa
waste water akan di kembalikan ke Neutralization Pond. Sebaliknya, jika pH
berada range 7-8, AV4301 harus di-reset secara manual oleh operator di DCS dan
selajutnya waste water dapat dikerim ke existing effluent channel.
b. Ammonia Stripping Unit
Effluent water dan offspec condensate dari pabrik Urea dikirim ke Check Pit
A 6404-FA untuk diprose. Pada saat pabrik Urea upset condition, offspec hingga
100 ppm. Waste water dipompakan oleh Ammonia Stripper Feed Pump 6405
JA/JB ke Ammonia Stripper Feed Preheater 6403-C/CA dan selanjutnya di proses
dengan metode stripping di Ammonia Stipper 6403-E dengan menggunakan low
pressure steam 3,5kg/cm2 G sebagai media Stripping yang diatur oleh FV-4301
melalui RC-4302.
Air hasil pengolahan (treated wate water) akan mengalir melaui buttom side
Ammonia Stripper 6403-E menuju Ammonia Stripper Feed Preheater 6403-C/CA
kemudia menuju Effluent Cooler 6403-C1/C2 untuk di diginkan dari temperature
54,20C menjadi 400C pada tekanan 0,3kg/cm2G dan terakhir di kirim ke Check
Pit B (6404-FB).
Waste water Urea yang berminyak akan dikirim langsung ke Check Pit B
6404-FB. Treated wate water yang sudah bercampur dengan effluent standard
selanjutnya dikirim ke existing effluent channel dengan menggunakan Check Pit
Pump 6406-JA/JB.
Manual sampling facility S-4303 tersedia di line discharge waste water dari
Check Pit Pump sebelum dikrim ke existing channel OEP WWTP (TP-30) untuk
menetukan Ammonia content yang terdapat di treated waste water. Waste Amonia
content di treated waste water diukur di laboratorium dengan menggunakan
spectrophotometer. Conductivity Analyzer AI-4302 di bottom outlet Ammonia
Stripper 6403-E disediakan untuk memonitor setiap perubahan conductivity.
78
Ammonia liquid. Ammoini vapor discharge 6103-J dialirkan ke 1st Stage Oil
Separator (6103-F2) untuk memisahkan minyak yang terkandung di Ammonia
vapor. Kemudian Ammonia vapor dikirim ke Oil Separator 6103-F3. Ammonia
vapor dari 6103-F3 akan melewati Ammonia condenser 6103-C2 untuk
dikondensasi. Ammonia terkondensasi dialirkan ke liquid receiver 6103-F4.
Ammonia liquid dari liquid receiver dikirim ke economizer 6103-C3 dan
kemudian ke Re-evaporator (6103-C4) untuk menguapkan Ammonia sedangkan
Ammonia liquid dikirim kembali ke Ammonia Storage Tank.