URAIAN PROSES
28
29
2. Udara
Udara pada pabrik PT PUSRI digunakan sebagai udara instrumen dan udara
proses. Udara proses digunakan sebagai sumber gas nitrogen dalam pembuatan
amoniak. Kandungan nitrogen yang dimiliki udara akan bereaksi dengan hidrogen
untuk membentuk amoniak. Udara untuk proses pembuatan amoniak berasal dari
udara sekitar yang diumpankan pada unit secondary reformer. Selain itu, udara
juga diperlukan sebagai bahan baku pembuatan udara pabrik (plant air) dan udara
instrumen. Udara instrumen digunakan untuk keperluan seperti aerasi, udara
campuran dan lainnya. Komposisi udara yang diambil dari alam ditampilkan pada
Tabel 2.3.
Sifat-sifat fisik udara dapat dilihat pada Tabel 2.5 berikut ini:
Tabel 2.5. Sifat-Sifat Fisik Udara
Sifat Nilai
Densitas pada 0 oC 1,2928 kg/m3
Temperatur kritis -140,7 oC
Tekanan kritis 37,2 atm
Densitas kritis 350 kg/m3
Entalpi pada 120 oC 1278 kJ/kg
Panas jenis pada 1000 oC, 281.65 K dan 0,89876 bar 0,28 kal/gr
Faktor kompresibilitas 1000
Berat molekul 28,964
Viskositas 1,76xPoise
Koefisien perpindahan panas 2,49 E-W/m.K
Sumber: Perry’s Chemical Engineering Hand’s Book, 1996
3. Air
Pada pabrik ammonia, air digunakan sebagai air umpan boiler (boiler feed
water) dan air pendingin (cooling water), dimana kebutuhan air tersebut diperoleh
dari Sungai Musi. Air tersebut diproses terlebih dahulu untuk menghilangkan
kation dan anion yang terdapat pada air, sehingga mempunyai kemurnian H2O
yang sangat tinggi.
31
Karakteristik dan komposisi air sungai Musi yang diproses pada unit
utilitas disajikan pada Tabel 2.7.
Tabel 2.7. Karakteristik dan Komposisi Air Sungai Musi
reforming dari pabrik amoniak. Tekanan dan temperatur untuk masing-masing gas
tersebut adalah 67 kg/cm2g dan 177 oC.
2. Bahan Kimia
Bahan kimia digunakan pada proses penyerapan CO2, penyerapan H2O, dan
pembuatan boiler feed water dan masih banyak lagi. Berikut ini adalah bahan-
bahan kimia yang digunakan dalam pabrik amoniak.
a. Trietilen Glikol (TEG)
Trietilen glikol berfungsi untuk menyerap air yang terdapat pada gas umpan.
b. Larutan Benfield
Larutan Benfield mempunyai komposisi:
K2CO3 : 30 %
DEA (Diethanol Amine) : 2-3 % sebagai aktivator
V2O5 (Vanadium Pentoxide) : 0,5 % sebagai anti korosi
Ucon (poly-glicol) : untuk anti foaming
Larutan ini di injeksikan pada CO2 absorber di bagian feed treatment dan main
Benfield.
c. Bahan kimia pengolahan boiling feed water
Bahan kimia pengolahan boiling feed water yang digunakan antara lain adalah
Hidrazin (N2H4) murni yang diinjeksikan kedalam deaerator untuk mengikat
oksigen bebas dalam air, fosfat (PO42-) murni yang diinjeksikan ke dalam
steam drum, amoniak murni yang diinjeksikan dalam deaerator untuk
mengatur pH air.
3. Katalis
Dalam pabrik pupuk urea, katalis hanya digunakan pada proses sintesis
amoniak saja sedangkan proses sintesis urea tidak memerlukan katalis. Hal ini
dikarenakan reaksi sintesis urea sudah ekonomis tanpa katalis. Katalis digunakan
untuk mempercepat dan mengarahkan jalannya reaksi kimia. Jenis katalis yang
digunakan pada pabrik amoniak dapat dilihat pada Tabel 2.8.
33
Sifat fisik amoniak dapat dilihat pada Tabel 2.10 berikut ini:
Tabel 2.10. Sifat-Sifat Fisik Amoniak
Sifat Nilai
Titik didih -33,4 oC
Titik beku -77,70 oC
Temperatur kritis 133,25 oC
Tekanan kritis 1657 psi
Tekanan uap cairan 8,5 atm
Spesifik volume pada 70 oC 22,7 ft3/lb
Spesifik gravity pada 0 oC 0,77
Panas pembentukan pada:
1 oC -9,37 kkal/mol
25 oC -11,04 kkal/mol
Kelarutan dalam air pada 1 atm (% berat)
0 oC 42,80
20 oC 33,10
60 oC 14,10
Panas spesifik pada 1 atm
0 oC 0,5009
100 oC 0,5317
200 oC 0,5029
Sumber: Perry’s Chemical Engineering Hand’s Book, 1996
2. Gas CO2
Spesifikasi gas karbon dioksida (CO2) yang digunakan pada pabrik urea
disajikan pada Tabel 2.11.
Tabel 2.11. Spesifikasi Gas CO2 Sebagai Bahan Baku Pabrik Urea
Spesifikasi Kuantitas Satuan
Tekanan 0,6 kg/cm2g
o
Temperatur 38,0 C
CO2 (dry basis) 98 (min) % berat
Belerang total 1 (maks) ppm vol
Sumber: Urea PUSRI - III, 2018
Sifat-sifat fisik karbondioksida dapat dilihat pada Tabel 2.12 berikut ini:
Tabel 2.12. Sifat-sifat Fisik Karbondioksida
Sifat Nilai
Titik didih -57,5 oC
Titik beku -78,4 oC
Temperatur kritis 38 oC
Tekanan kritis 0,6 kg/cm3
Panas penguapan 6030 kal/mol
Sumber: Perry’s Chemical Engineering Hand’s Book, 1996
Bahan baku penunjang yang digunakan pada proses pembuatan urea terdiri
atas steam, udara instrumen, air demin, nitrogen, air pendingin, listrik, dan bahan-
bahan kimia lainnya.
1. Steam
Spesifikasi steam yang digunakan disajikan pada Tabel 2.13.
Tabel 2.13. Spesifikasi Steam Pabrik Urea
Spesifikasi Kuantitas Satuan
Tekanan (kukus tekanan sedang) 42 kg/cm2g
o
Temperatur (kukus tekanan sedang) 399 C
Fouling factor 0,0001 m2 jam oC/kkal
Jumlah 67,82 MT/jam
Sumber: Utilitas PUSRI-III, 2018
2. Udara Instrumen
Spesifikasi Udara Instrumen yang digunakan disajikan pada Tabel 2.14.
Tabel 2.14. Spesifikasi Udara Instrumen Pabrik Urea
Spesifikasi Kuantitas Satuan
Tekanan (di pipa header udara instrumen) 7,5 kg/cm2g
o
Temperatur 28 C
Jumlah 200 Nm3/jam
Dew point –40 o
C
Kualitas bebas minyak
Sumber: Utilitas PUSRI-III, 2018
3. Air Demin
Spesifikasi air demin yang digunakan disajikan pada Tabel 2.15.
36
4. Nitrogen
Spesifikasi nitrogen sebagai bahan baku disajikan pada Tabel 2.16.
Tabel 2.16. Spesifikasi Nitrogen yang Digunakan pada Pabrik Urea
Spesifikasi Kuantitas Satuan
Tekanan 4 kg/cm2g
o
Temperatur 28 C
O2 300 (maks) ppm
Sumber: Urea PUSRI-III, 2018
5. Air Pendingin
Spesifikasi cooling water yang digunakan disajikan pada Tabel 2.17.
Tabel 2.17. Spesifikasi Cooling Water Pabrik Urea
Spesifikasi Kuantitas Satuan
Tekanan 6,2 kg/cm2g
o
Temperatur 32 C
Faktor fouling 0,0002 m2 jam oC/kkal
Inhibitor 30 – 50 ppm
pH 6,5 – 7,5
Turbidity 3 (maks) ppm
Total hardness 25 (maks) ppm sebagai CaCO3
Fe 0,1(maks) Ppm
Cl2 8 (maks) Ppm
Minyak Trace
Total dissolved solid 80 (maks) Ppm
Sumber: Utilitas PUSRI-III, 2018
6. Listrik
a. Motor
- di atas 1500 kW : 3,8 kV, 3 fasa, dan frekuensi 50 Hz
- di atas 110 kW-1500 kW : 2,3 kV, 3 fasa, dan frekuensi 50 Hz
37
b. Penerangan
Spesifikasi penerangan, yaitu 220 V, 1 fasa, dan frekuensi 50 Hz
c. Sistem pengontrol
Spesifikasi sistem pengontrol, yaitu 110 V, tegangan AC
d. Instrumentasi
Spesifikasi instrumentasi, yaitu 110 V, 1 fasa, dan frekuensi 50 Hz
Gambar 2.1. Diagram Alir Hubungan Pabrik Amoniak, Urea, dan Utilitas
Sumber : HUMAS PT Pusri Palembang, 2018
38
c) Dehidrasi
Di dalam sistem ini gas alam diolah untuk menghilangkan kandungan
airnya. Gas alam masuk dari bottom absorber dan glycol masuk dari top
absorber, berkontak secara counter current. Uap air akan diserap dan ikut
ke dalam glycol. Glycol yang telah digunakan diregenerasi dengan jalan
o
dipanaskan pada temperatur 204 C dalam tekanan atmosfer untuk
menguapakan airnya.
d) Pemisahan Heavy Hidrocarbon
Heavy Hidrocarbon (HHC) harus dipisahkan dari gas karena dapat
menyebabkan foaming dan carry over di absorber serta dapat menutupi pori
- pori katalis. Hidrokarbon berat dipisahkan dengan cara menurunkan suhu
gas sampai -18°C di chiller dengan menggunakan ammonia.
Pendinginan ini terjadi di Chiller (203–C) dengan medium pendingin
amoniak yang selanjutnya masuk ke fuel separator (206–F) dimana cairan
HHC merupakan hasil kondensasi (206–F) yang selanjutnya dipanaskan
kembali dan ditampung di fuel gas KO Drum (207–F) yang akan digunakan
sebagai bahan bakar tambahan dalam primary reformer. Sedangkan cairan
di (207–F) dibakar di burning pit (bila tidak digunakan).
e) Pemisahan CO2
Feed gas yang bebas air dan HHC dipanaskan dan masuk ke bawah CO2
absorber (201–E). Feed gas yang masuk absorber kontak secara counter
current dengan larutan Benfield sebagai absorbansi (Potassium Carbonate)
yang mengalir ke atas, sehingga terjadi penyerapan CO2 yang ada di feed
gas. Larutan Benfield merupakan larutan Potassium Karbonat (K2CO3) yang
mengandung zat-zat sebagai berikut:
- DEA (Dietanol Amine) sebanyak (1,5–2,5) % sebagai aktivator.
- V2O5 (Vanadium Pentoxide) sebanyak (0,5–0,8) % untuk mencegah korosi.
- Anti Foaming Agent (UCON) untuk mencegah terjadinya pembusaan
(foaming). Unit pemisahan CO2 dapat ditunjukkan pada Gambar 2.2.
40
Reaksi di atas berlangsung pada temperatur 350 – 380 oC. Senyawa sulfur
ketika keluar dari Desulfurizer < 1,5 ppm.
2) Reforming Unit
Gas proses yang telah diolah di Feed Treating Unit dengan komponen
utama CH4 (hampir 90 %) diproses di Reforming Unit yang terdiri beberapa unit,
yaitu sebagai berikut:
a. Saturator
Saturator berfungsi untuk menjenuhkan gas proses dengan Process Water.
Design asli pabrik tidak mempunyai saturator, namun pada Ammonia
Optimation Project (AOP), alat ini ditambahkan untuk mengurangi
konsumsi steam di primary reformer. Gas proses setelah melalui saturator
diharapkan akan terjadi pencampuran antara natural gas dengan Boiler Feed
Water (BFW).
b. Primary Reformer
Gas proses yang jenuh dengan air dimasukkan ke dalam Primary Reformer
(101–B) yang terdiri atas tube-tube yang berisi katalis Nikel Oksida. Di
dalam Primary Reformer terdapat 9 row yang setiap row terdiri dari 42 tube
dan dilengkapi dengan 200 arch burner. Steam masuk ke Primary Reformer
dengan kondisi temperatur 300 oC dan tekanan 42 kg/cm2. Primary reformer
bertujuan untuk membentuk H2 dari CH4 pada temperatur sekitar 800 oC. Di
dalam Primary Reformer dibutuhkan fuel yang berasal dari natural gas dan
HHC. Panas Primary Reformer dimanfaatkan untuk memanaskan coil-coil
udara dan steam. Sedangkan panas sisa dikeluarkan oleh ID Fan dengan
temperatur sekitar 200 oC. Reaksi yang terjadi di Primary Reformer adalah
sebagai berikut:
CH4 + H2O CO + 3 H2 (reaksi endotermis) (6)
CO + H2O CO2 + H2 (reaksi eksotermis) (7)
Proses di primary reformer secara keseluruhan bersifat endotermis.
c. Secondary Reformer
Untuk menyempurnakan reaksi reforming (pemecahan CH4 menjadi CO,
CO2 dan H2). Reaksi Secondary Reformer berlangsung pada temperatur
o
yang lebih tinggi (900–1100) C. Udara untuk Secondary Reformer
42
3) Purifikasi
Gas sintesa yang dihasilkan mengandung CO dan CO2 yang tidak baik
untuk Ammonia Converter sehingga harus dihilangkan pada tahap purifikasi.
a. High Temperatur Shift Converter (HTSC)
Pada shift converter (104–D) akan terjadi konversi CO menjadi CO2, agar
CO2 dapat diserap oleh larutan Benfield, selain itu untuk meringankan
beban di metanator agar katalis tidak mengalami over heating. Pada HTSC
mengubah CO menjadi CO2 dengan katalis besi alumina temperatur tinggi
350–420 oC. Reaksi yang terjadi adalah :
CO + H2O H2 + CO2 (11)
c. Pemisahan CO2
Pemisahan CO2 di unit ini secara prinsip sama dengan pemisahan CO2 pada
Feed Treating Unit (FTU). Perbedaan yang ada terletak pada adanya flash
tank yang dihubungkan dengan stripper, sehingga pada unit ini tekanan di
Stripper bisa lebih rendah, akibatnya pemisahan CO2 di stripper lebih
sempurna. CO2 dari stripper merupakan pemasok utama CO2 untuk urea
plant. Keluaran LTSC didinginkan ke 1153–C, 1105–C, 1113–C, dan 1155–
43
d. Metanator
Kedua tahapan proses diatas masih menyisakan CO dan CO2 dalam jumlah
kecil < 10 ppm. Untuk itu CO dan CO2 diubah menjadi CH4. Reaksi terjadi
pada temperatur 285–325 oC dengan katalis Nikel Oksida. Reaksi yang
terjadi adalah :
5) Pendinginan Amoniak
Pendingin dalam sistem refrigerasi ditempatkan agar dapat dimanfaatkan
secara maksimal. Ammonia liquid yang diterima dari area syn-loop masuk ke flash
drum tingkat 1, dari sini amoniak sudah bisa diambil sebagai produk yang cold (-
33 oC) yang dikirim ke storage. Vapour yang ada beserta gas terlarut ditarik oleh
45
yang dinding dalamnya terbuat dari bahan stainlees steel, terdapat 14 tingkat plat
yang berlobang - lobang sebagai distributor dan di design untuk beroperasi pada
tekanan 200 kg/cm2g dan temperatur 190 °C dengan waktu tinggal 31 menit.
Sebelum masuk ke Reaktor, amoniak terlebih dahulu dinaikkan temperatunya di
Ammonia Preheater No. 1 menggunakan hot water sebagai pemanas, dilanjutkan
di Ammonia Preheater No. 2 menggunakan pemanas Steam Condensate.
Karbon dioksida yang dikirim dari pabrik Amoniak dengan tekanan
0,60 kg/cm2g dan temperatur 38 °C, kandungan air dipisahkan terlebih dahulu
dalam Suction Separator sebelum memasuki CO2 Booster Compressor. Amoniak
cair dan karbon dioksida bereaksi menjadi amonium karbamat yang selanjutnya
terhidrasi menjadi urea dengan urutan reaksi sebagai berikut:
2NH3(l) + CO2(g) NH2COONH4(1) + 38.000 kal (14)
Disamping kedua reaksi di atas, selama proses sintesis urea terjadi reaksi samping
dimana terbentuk biuret dari penguraian urea. Reaksi samping tersebut adalah:
2NH2CONH2(1) NH2CONHCONH2(i) + NH3(g) (16)
Urea Biuret Amoniak
berputar pada permukaan dinding bagian dalam tube. Hal ini dimaksudkan untuk
memperkecil waktu tinggal dalam tube pemanas sehingga pembentukan biuret
dan hidrolisa urea dapat ditekan.
Larutan yang tertampung dipenyekat sebelum dialirkan ke FFH
dipanaskan terlebih dahulu dalam reboiler yang disebut Reboiler for High
Pressure Decomposer. Steam pemanas di bagian luar pipa dari FFH dan RHPD
adalah Steam Middle (SM) 12 Kg/cm2g. Untuk RFHPD pengatur temperaturnya
adalah TIC-201. Larutan itu dikembalikan lagi ke ruang yang sama dimana excess
ammonia dan gas yang teruapkan digunakan untuk pemanasan sieve tray,
perputaran larutan pada reboiler berdasarkan azas thermo syphon. Udara anti
korosi diinjeksikan ke reboiler pada bagian atas dari reboiler dan ke ruangan
antara penyekat FFH oleh Air Compressor.
Ketika melalui empat buah sieve trays, larutan ammonium karbamat
terdekomposisi dan excess ammonia cair teruapkan karena adanya kontak dengan
campuran gas panas yang berasal dari reboiler HPD dan Falling Film Heater
(FFH). Campuran gas tersebut bertindak sebagai stripping agent terhadap larutan
ammonium karbamat yang turun kebawah. Panas penguraian dan panas untuk
penguapan didapat dari panas sensible dan panas kondensasi uap air pada sisi luar
dari pipa pemanas. Hal ini memberikan pengurangan konsumsi steam dan
memungkinkan kandungan air tetap kecil dalam resirkulasi ammonium karbamat.
Perubahan secara mendadak, terutama jika temperatur naik mengakibatkan up set
operasi yang serius di HPD. Kenaikan temperatur yang disebabkan oleh pengatur
temperatur yang tak bekerja dengan baik atau karena permukaan larutan yang
tiba-tiba naik dapat menyebabkan beberapa kerugian, antara lain :
1. Pemisahan CO2 dan NH3 bertambah besar yang diikuti oleh hidrolisa urea dan
pembentukan biuret meningkat pula.
2. Pemakaian steam di HPD bertambah besar, diikuti dengan guncangan
permukaan cairan yang rnengakibatkan up Set campuran gas ke HPAC.
3. Laju korosi dan erosi di reboiler akan meningkat.
Campuran gas yang telah dipisahkan di HPD, selanjutnya mengalir ke
HPAC. Larutan dari dasar HPD dialirkan ke puncak LPD setelah didinginkan
50
terlebih dahulu didalam Tube Bundel Urea Heat Exchanger. Sebagian dari larutan
ini akan terurai (flash) menjadi gas ammonia dan karbon dioksida.
3. Seksi Recovery
a. Carbamate Recovery
Pada seksi ini campuran gas NH3 dan CO2 hasil dari dekomposisi
dikembalikan ke reactor dalam bentuk larutan Ammonium Karbamat, setelah
melalui proses kondensasi dan penyerapan. Gas-gas gabungan yang keluar dari
Gas Separator dan Oxidizing Column mengalami kondensasi pada temperatur 60
51
°C didalam Shell Side Off Gas Condenser. Cairan yang terbentuk ditampung
didalam Off Gas Absorbent Tank dengan penambahan sedikit Kondensat untuk
pengenceran, Sedangkan campuran gas yang tidak terkondensasi dialirkan ke
bagian bawah Off Gas Absorber.
Didalam Off Gas Absorber, Absorbsi tersebut terjadi dalam tiga tahap, yaitu:
Campuran gas dari puncak HPD masuk melalui pipa sparger yang
menempel pada dasar dinding dalam dari HPAC dan membentuk
gelembung-gelembung gas dalam larutan, di sini 65 % dari gas-gas tersebut
terabsorpsi.
Campuran gas yang tersisa keluar dari HPAC menuju bagian bawah dari
HPA, kemudian naik ke atas melewati celah-celah Inter cooler untuk
didinginkan, terus ke atas melalui packed column dimana sisa CO2 yang
berada dalam 35 % gas terabsorpsi oleh larutan yang turun dari atas.
Gas-gas amoniak dari packed column dicuci oleh larutan amoniak cair
sambil mengalir ke atas melalui lima Bubble Cap trays agar sisa-sisa karbon
dioksida dapat diserap dengan sempurna.
b. Recovery Ammonia
Gas amoniak yang keluar dari puncak HPA, masuk ke shell side Ammonia
Condenser, dimana hampir semua gas amoniak terkondensasi. Cairan amoniak
yang terbentuk tersebut turun ke bawah, masuk ke Ammonia Reservoir.
Gas-gas yang tidak terkondensasi kebanyakan berupa gas inert yang ikut ke
urea plant bersama gas karbon dioksida, amoniak cair dan udara sisa pasivasi
yang dimasukkan ke reaktor dan ke HPD. Campuran gas Inert dengan sedikit
amoniak dari Ammonia Condenser mengalir ke Ammonia Recovery Absorber.
berlangsung pada temperatur tinggi (di atas 90 oC). Air diuapkan dan larutan urea
yang super jenuh turun ke bawah. Kristal urea yang terbentuk tumbuh menjadi
besar karena adanya kontak dengan larutan urea yang super jenuh. Panas untuk
menguapkan air diambil dari panas sensibel larutan urea yang baru masuk, panas
kristalisasi urea, dan panas yang diambil dari sirkulasi bubur urea ke absorber
bertekanan tinggi. Crystallizer dioperasikan pada tekanan atmosfer dan
temperatur 60 oC. Kristal-kristal urea dengan kadar air sekitar 1,9 % dimasukkan
ke pengering. Yang mengeringkan kristal urea hingga kandungannya kurang dari
0,2 % dengan udara panas. Kristal urea kering dikirim ke menara pembutir
melalui pipa pneumatic. Menara pembutir (prilling tower) berfungsi sebagai
tempat pembentukan butiran (prill) urea. Lebih dari 99,8 % kristal urea
dikumpulkan di siklon. Tepung Urea dari centrifuge sebelum ke Melter di Prilling
Tower terlebih dahulu di panaskan dengan udara panas yang ditiupkan dan dihisap
ke atas. Dalam Melter, tepung urea yang 99,68 % dilelehkan memakai Steam Low
pada temperatur 138 oC.
Lelehan urea dari head tank didistribusikan secara merata ke distributor
lalu turun ke bawah berbentuk hujan dalam menara pembutir. Ketika lelehan urea
turun dari menara pembutir, dari bagian bawah ditiup dengan udara sehingga
hujan urea tersebut membeku (dalam bentuk butiran) selama perjalanan turun ke
bawah. Prill urea yang terbentuk turun ke bawah melalui belt conveyor yang
berjalan ke PPU (Gudang Pupuk) sebagai produk Urea. Prill Urea yang terbentuk
turun ke bawah melalui belt conveyor yang berjalan ke PPU (Gudang Pupuk)
sebagai produk Urea.
2.3 Produk
2.3.1 Produk Pabrik Amoniak
Produk yang dihasilkan oleh Pabrik Amoniak adalah karbondioksida (CO2)
dan amoniak (NH3). Karbondioksida dan amoniak digunakan sebagai bahan baku
dalam pembuatan urea, selain digunakan sebagai bahan baku, amoniak juga
merupakan produk yang langsung dapat dipasarkan. Spesifikasi produk amoniak
PT PUSRI Palembang disajikan pada Tabel 2.18.
53
Pada tekanan 15 kg/cm2 gas CO2 berubah menjadi cair. CO2 cair umumnya
digunakan dalam industri minuman dan blanket.
Untuk memproduksi es kering (dry ice), CO2 cair yang telah dihasilkan
sebelumnya diubah menjadi salju CO2 padat yang ditekan dengan alat press
sehingga membentuk silinder, dimana kapasitas pembuatan es kering ini adalah
4,8 ton per hari.
Es kering ini umumnya digunakan untuk pengawetan hasil pertanian dan
perikanan. Penggunaan es kering dapat mengurangi persentase kerusakan, lebih
tahan lama penyimpanannya dan dapat mengurangi bahan-bahan terbuang.
dihilangkan karena dapat merusak resin Cation Exchanger dan Anion Exchanger.
Pada vessel ini terdapat pipa bagian atas untuk mengeluarkan kandungan minyak
yang mungkin terdapat dalam air. Alat-alat yang digunakan pada Demineralizer
Water Plant antara lain:
1) Carbon Filter (3205 – U)
Tahapan dalam Carbon Filter dapat dibagi dua yaitu tahap service
(pelayanan) dan tahap pengaktifan kembali. Proses pengaktifan kembali perlu
dilakukan apabila daya serap karbon telah menurun. Urutan operasi pada unit
Carbon Filter adalah sebagai berikut:
a) Service
Pada tahap ini air dialirkan dari top side melewati karbon aktif.
b) Backwash
Backwash dilakukan untuk melepaskan kotoran-kotoran yang tertahan di
dalam media filter.
c) Rinse
Rinse dilakukan untuk membilas media filter. Proses ini dilakukan dengan
mengalirkan air dari top side yang akan langsung dibuang.
2) Cation Exchanger (3004 – UA/B/C)
Dari Carbon Filter, air dipompakan ke Cation Exchanger. Di sini ion
positif ditukar dengan ion H+ dari resin dengan rumus kimia HZ. Bila resin telah
jenuh, maka tidak mampu lagi mengikat kation sehingga dilakukan regenerasi
dengan mengalirkan asam sulfat ke dalam Cation Exchanger. Larutan asam sulfat
akan bereaksi dengan resin sehingga mengembalikan kapasitas normal kinerjanya.
Urutan operasi pada unit penukar cation adalah sebagai berikut :
a) Service (pelayanan)
Tahap service pada unit penukar cation merupakan reaksi pertukaran antara
cation dalam air dengan ion hidrogen oleh resin. Reaksi yang terjadi dalam
unit ini adalah sebagai berikut:
Cation(aq) + Anion(aq) + H-Z(s) Cation-Z(s) + 2H+(aq) + Anion(aq) (20)
b) Backwash
Backwash dilakukan untuk merenggangkan resin dan reklasifikasi resin di
dalamnya.
60
c) Inject Acid
Inject acid berfungsi untuk menginjeksikan acid yaitu asam sulfat setelah
melalui tahap backwash.
d) Regenerasi resin
Regenerasi resin dilakukan untuk menaikkan kembali daya tukar resin yang
berkurang selama proses service. Reaksi yang terjadi selama proses
regenerasi adalah sebagai berikut :
Cation-Z(s) + H2SO4(aq) H-Z(s) + Cation-SO4(aq) (21)
e) Rinse (pembilasan)
Proses pembilasan dilakukan untuk menghilangkan asam sulfat dan sisa
garam-garam sulfat yang terbentuk selama proses regenerasi resin. Proses
ini dilakukan dengan mengalirkan air dari top side.
3) Anion Exchanger (3005 – UA/B/C)
Air dari Cation Exchanger masuk melalui top side Anion Exchanger yang
berisi resin. Di sini ion-ion negatif dihilangkan dengan anion resin yang memiliki
rumus kimia R-OH. Anion Exchanger harus diregenerasi dengan larutan caustic
soda (NaOH) yang dipanaskan untuk mengikat ion-ion negatif yang terikat pada
resin. Urutannya adalah sebagai berikut:
a) Service
Tahap pada unit penukar anion ini merupakan reaksi pertukaran antara
anion yang terdapat dalam air dengan ion hidroksil (OH-).
Reaksi yang terjadi pada proses ini adalah sebagai berikut:
2H+(aq) + Anion(aq) + R-OH(s) R-Anion(s) + H2O(l) (22)
b) Backwash
Backwash dilakukan untuk merenggangkan resin. Proses ini dilakukan
dengan mengalirkan air dari bawah.
c) Inject 1
Inject 1 dilakukan untuk penginjeksian awal caustic soda (NaOH).
d) Soaking
Resin dan NaOH diendapkan maka akan terjadi reaksi pelepasan silika
atau mineral.
61
e) Inject 2
Inject 2 dilakukan untuk penginjeksian lanjutan setelah tahap soaking.
f) Regenerasi Resin
Regenerasi resin dilakukan untuk menaikkan kembali daya tukar resin
yang berkurang selama proses service. Pada unit penukar anion,
regenerasi resin dilakukan menggunakan larutan soda caustic.
Air yang keluar dari unit ini diharapkan mengandung SiO2 maksimum
0,05 ppm dan 0.1 ppm TDS (Total Dissolved Solid), kemudian ditampung di
Demin Water Storage. Urutan operasi Mixed Bed Exchanger terdiri dari:
a) Service
Tahap ini mempunyai prinsip sama dengan cation dan anion exchanger.
62
b) Backwash
Tahap ini dilakukan untuk merenggangkan resin dan penyusunan ulang
resin. Resin anion dan kation pada unit ini akan mengalami pemisahan
karena perbedaan densitas.
c) Regenerasi Resin
Regenerasi resin dilakukan untuk mengembalikan daya tukar resin yang
berkurang selama tahap service. Regenerasi dilakukan dalam satu unit
terpisah antara anion dan kation.
d) Pencampuran Resin
Pencampuran resin dilakukan dengan mengalirkan udara dari bagian bottom
column. Aliran udara dibuat sedemikian sehingga resin anion dan kation
saling bercampur dengan sempurna.
e) Rinse
Tahap pembilasan dilakukan untuk menghilangkan sisa-sisa sulfate acid dan
caustic soda yang digunakan dalam tahap regenerasi resin.
a. Corrosion Inhibitor
Korosi adalah suatu peristiwa perusakan metal oleh reaksi kimia atau
reaksi electrokimia. Untuk menghindari hal ini maka diinjeksikan bahan kimia
yang dapat melapisi permukaan metal dan membentuk lapisan passive (protective
film) agar terhindar dari pengaruh korosi atau dapat menurunkan kecepatan korosi.
Bahan kimia ini berupa cairan yang terdiri dari Ortho-phosphate, Polyphosphate
dan Zinc yang diinjeksikan kedalam Cooling Water system.
64
b. Scale Inhibitor
Scale atau kerak terjadi karena adanya endapan deposit di permukaan
metal. Endapan ini dapat digolongkan dalam beberapa jenis :
1. Mineral Scale, yaitu pengendapan garam-garam kristal apabila daya
kelarutannya dilampaui ( misalnya : garam-garam Ca, Mg, SiO2 ).
2. Suspended Matters, yaitu pertikel-pertikel asing yang masuk kedalam
system karena terbawa udara ( misal: debu – debu ).
3. Corrosion Product, yaitu hasil sampingan dari proses korosi yang tidak
larut dalam air. Adanya Scale / kerak dalam permukaan pipa akan
menyebabkan terganggunya perpindahan panas (Heat transfer),
penyumbatan pipa dan korosi
c. Biocide
System air pendingin khususnya jenis open recirculation merupakan
lingkungan yang sangat baik bagi pertumbuhan mikroorgnisme. Mikroorganisme
menimbulkan lendir/slime yang berwarna coklat kehitaman yang menempel
dipermukaan pipa. Slime ini akan mengurangi effect pencegahan korosi dan
menurunkan effiesiency CW. Untuk mencegah pertumbuhan bakteri /
microorganisme tersebut, diinjeksikan gas chlorine yang akan mampu membunuh
hampir semua jenis microbiologi yang ada. Disamping bakteri, Cl2 juga mampu
menghilangkan fungi/jamur, alga/ganggang dan lumut.
Melalui proses stripping dengan Low Steam (LS) dengan reaksi Hydrazine
(N2H4), air demin dan kondensat dihilangkan kandungan O2 dan gas-gas terlarut
(CO2), diinjeksikan NH3 untuk menaikkan pH menjadi 9.0. Keluaran dari
Deaerator disebut Boiler Feed Water (BFW), dan dinaikkan tekanannya sampai
60 kg/cm2 dan dikirim ke Waste Heat Boiler (WHB) dan Packed Boiler (PB).
dilengkapi dengan continuous blow down dan intermittent blow down. Hasil dari
blowdown kemudian dialirkan ke Flash Drum untuk menghasilkan low steam dan
sisanya dibuang. Apabila WHB mengalami tripped, maka aliran gas ini akan
mengalir naik ke atas dan gas terbuang ke udara melalui vent. Data desain Waste
Heat Boiler (WHB) adalah sebagai berikut:
a) Kapasitas (desain) : 90 ton/jam
b) Tekanan Steam : 42,5 kg/cm2
c) Temperatur Steam : 400 oC
d) Sumber Panas : - Exhaust Gas Turbin Generator (GTG)
- Supplemental Burner (Grid Type Duct Burner)
b. Package Boiler (3007-U)
Proses pada Package Boiler sama seperti proses di WHB. Pada Package
Boiler, panas yang diperlukan dihasilkan dari pembakaran gas alam pada Burner
yang berada di daerah Evaporator. Udara untuk pembakaran didapat dari udara
atmosfer yang dihembuskan ke dalam package boiler oleh Forced Draft Fan dan
gas keluarannya masih mengandung kelebihan O2 sebesar 2–3 %. Data desain
packed boiler yaitu:
a) Kapasitas (desain) : 100 ton/jam
b) Tekanan Steam : 42,5 kg/cm2
c) Temperatur Steam : 400 oC
d) Sumber panas : Burner dengan bahan bakar gas alam
selanjutnya amoniak akan diserap oleh H2SO4 pada kolom scrubber yang
kemudian membentuk garam. Sedangkan limbah cair selanjutnya dikirim ke
kolam equalisasi secara bertahap sedikit demi sedikit agar tidak terjadi pengejutan
konsentrasi limbah di dalam kolam equalisasi.
Wet land merupakan kolam seluas 11.000 m2 yang ditanami enceng gondok,
di mana di dalam kolam ini terjadi proses absorbsi biologis urea dan amoniak juga
terjadi nitrifikasi dan denitrifikasi. Akar tanaman enceng gondok juga merupakan
media bagi bakteri nitrifikasi untuk menempel dan tumbuh sementara lumpur di
dasar wet land merupakan media untuk tumbuhnya bakteri denitrikasi. Dipilihnya
tanaman eceng gondok sebagai media untuk membantu mengatasi air limbah
dikarenakan tanaman itu memiliki kekuatan terhadap lingkungan yang keras
(asam maupun basa).