URAIAN PROSES
32
33
b. Air
Air yang digunakan bersumber dari sungai Musi. Sebelum dikirim ke
pabrik Amonia, air tersebut diproses terlebih dahulu sebelum digunakan untuk
menghilangkan kation dan anion yang terdapat pada air, sehingga mempunyai
kemurnian H2O yang sangat tinggi atau disebut dengan Demin Water dan
mencegah terjadinya kerusakan pada peralatan, seperti korosi, endapan lumpur,
pembentukan kerak dan lain-lain. Sifat-sifat air dapat dilihat pada Tabel 2.3
Tabel 2.3 Sifat-Sifat Fisik Air
No Sifat Nilai
1. Titik didih 100˚C
2. Titik Beku 0˚C
3. Temperatur Kritis 374˚C
4. Tekanan Kritis 218,4 atm
5. Densitas Kritis 324 Kg/m3
6. Viskositas pada 20˚C 0,01002 Poise
Sumber: Perry’s Chemical Engineering Hand’s Book, 1996
34
c. Udara
Udara pada Pabrik Amonia dibutuhkan untuk reaksi oksidasi di secondary
reformer, udara tersebut berasal dari ambient (sekeliling) yang kemudian masuk
ke dalam kompresor, kompresor digunakan untuk menaikkan tekanan udara agar
udara masuk ke dalam alat proses yang bertekanan tinggi. Kandungan N2 dari
udara sangat dibutuhan dalam pembentukan produk amonia.
Sifat kimia udara yaitu:
1. Mempunyai sifat yang tidak mudah terbakar, tetapi dapat membantu proses
pembakaran
2. Terdiri dari 79% mol N2 dan 21% mol O2 serta larut dalam air.
Sifat-sifat fisik udara dapat dilihat pada Tabel 2.4
b. Karbondioksida (CO2)
Sifat-sifat karbondioksida, yaitu:
1. Pada suhu kamar (250C, 1 atm) berupa gas yang tidak berwarna
2. Rumus molekul CO2 dan mempunyai berat molekul 28 gr/mol
3. Mempunyai bau dan rasa yang lemah
4. Tidak beracun
5. Larut dalam air
6. Apabila terhirup menimbulkan efek sesak nafas dan gangguan terhadap
keseimbangan badan.
Sifat-sifat fisik amonia dapat dilihat pada Tabel 2.6
36
Tahapan – tahapan diatas dapat dilihat secara ringkas pada Gambar 8 berikut ini:
a. Penyaringan (Filtrasi)
Gas alam dari Gas Metering Station dialirkan menuju Mechanical Filter
(202-L) untuk dipisahkan kotoran-kotorannya yang berupa padatan, debu, dan air.
Mechanical Filter ini dioperasikan pada tekanan 28 kg/cm2 dan temperatur 21°C.
Aliran masuk Mechanical Filter dipasang flow recorder untuk mencatat
aliran gas bumi yang akan di proses di Pabrik Amonia, sedangkan pada
Mechanical Filter (202-L) sendiri terpasang pengukur beda tekanan untuk
38
mengetahui seberapa banyak kotoran yang menempel di filter dan kapan waktu
pembersihannya.
c. Pemisahan air
Gas proses keluar Desulfurizer (201-D) menuju absorber. Absorber ini
tersusun atas 10 bubble cap tray, regenerator dengan packing column, Pompa
sirkulasi, dan eksternal reboiler. Absorber ini digunakan untuk menghilangkan air
yang terkandung didalam gas proses. Air dihilangkan karena pada proses
selanjutnya, gas akan didinginkan sampai -18°C, pada keadaan ini air akan
membeku dan menyumbat alat. Sebagai larutan penyerap digunakan tri ethylene
glycol (TEG) karena pemisahan antara rich glycol dari air cukup mudah, yaitu
dengan memanfaatkan beda titik didih yang besar antara TEG dan air, sehingga
cukup dengan dipanaskan hingga suhu 204°C. Cairan TEG dikontakkan secara
counter-current dimana cairan masuk dari atas sedangkan gas proses dari bawah.
39
Akumulasi cairan dikontrol oleh level controller. Gas keluar dari absorber
menuju treatment selanjutnya, sedangkan cairan ETG diregenerasi. Air yang
teruapkan saat regenerasi dibuang ke lingkungan sedangkan TEG dialirkan ke
storage tankdengan sebelumnya mengalami beberapa pendinginan untuk
mencegah terjadinya foaming. Kemudian disirkulasikan kembali ke dalam
absorber.
shell side dari natural gas exchanger (201-C1 dan C2) untuk mendinginkan
seperempat larutan benfield sehingga suhu gas akan naik lagi menjadi 96°C.
CO2 dihilangkan agar tidak terjadi metanasi di Co-Mo 101-D hydrotreater
(Desulfurizer berikutnya). Dari atas separator (206-F) gas proses dialirkan secara
berturut-turut melalui tube side penukar panas (204-C) dan 201-C untuk
dipanaskan, selanjutnya masuk ke bagian bawah CO2 Absorber (201-E). Sebagai
larutan penyerap digunakan larutan benfield (K2CO3) yang dialirkan dari atas
absorber. Komponen utama larutan benfield yaitu Pottasium Carbonat (K2CO3)
30% berat yang berfungsi sebagai penyerap CO 2, Dietanol Amine (DEA) 2–3%
berat yang berfungsi sebagai activator, Vanadium Pentoxide (V2O5) 0,8% berat
yang berfungsi sebagai corrosion inhibitor, dan UCON 500 HB sebagai pencegah
pembentukan busa. Larutan Benfield ini akan diregenerasi di stripper untuk
dipisahkan dengan gas CO2 yang diserapnya.
Gas keluar dari absorber dialirkan ke cooler (207-C) untuk didinginkan
dengan air pendingin (cooling water), masuk ke KO drum 201-F untuk
memisahkan kandungan air yang terbawa, kemudian menuju compressor 102-J.
Reaksi yang terjadi pada sistem pemisahan CO2 adalah:
mengikat H2S dari feed gas sebelum masuk ke primary reformer. Reaksi yang
terjadi adalah sebagai berikut:
a. Reaksi pada bed katalis Co-Mo
RSR + 2H2 → RH + RSH + H2S ...(4)
Gas alam dari CO2 removal dinaikkan tekanannya dengan kompresor 102-J
sampai dengan 40-45 kg/cm2, lalu dipanaskan dengan mempertukarkan panas
aliran gas dari 102-D di 209-C kemudian dipanaskan lagi di 103-B (feed gas
heater) sampai dengan 3150C.Sebelum memasuki 103-B aliran gas diinjeksikan
H2 (syn-gas). Gas kemudian masuk ke bed katalis CoMo dan merubah sulfur
organik RSH/RSR menjadi anorganik H2S. Setelah masuk bed katalis ZnO H2S
akan diikat oleh katalis menjadi ZnS. Kemudian gas dialirkan ke saturator untuk
dijenuhkan dengan uap air.
a. Saturator
Pada awalnya, tidak ada unit saturator dalam proses pembentukan gas
sintesa. Unit ini merupakan hasil proyek optimasi energi yang dilakukan oleh PT
PUSRI. Feed gas setelah melewati feed treating area sebelum dimasukkan ke
reforming area dikirim terlebih dahulu ke saturator. Disini, feed gas dijenuhkan
dengan uap air, dengan cara dikontakkan dengan hot condensate. Hal ini untuk
mengurangi konsumsi steam karena feed gas telah jenuh dengan uap air. Hot
condensate disemprotkan ke dalam aliran gas. Proses kondensat dipanaskan dalam
Primary dan Secondary Saturator Coil sebagai bentuk pemanfaatan waste heat.
Dalam keadaan darurat digunakan BFW sebagai make up.Gas alam yang telah
jenuh dengan uap air ini kemudian dialirkan ke primary.
dengan temperatur reaksi 1200°C, sedangkan reaksi yang terjadi pada lapisan
katalis sama dengan reaksi yang terjadi di Primary Reformer.
44
Total Reaksi:
CH4 + 2H2O CO2 + 4H2 ...(13)
Katalis yang dipakai pada Secondary Reformer adalah nikel yang disangga
oleh alumina, sedangkan alumina disangga oleh susunan batu yang berbentuk
lengkung di bagian atas outlet secondary reformer. Efisiensi maksimum pada
operasi ini dinyatakan dengan terjadinya pembakaran parsial sebanyak mungkin,
sehingga akan mengurangi pemakaian bahan bakar.
Jumlah udara yang dimasukkan ke Secondary Reformer tergantung dari
jumlah N2 yang dibutuhkan. Perbandingan antara H2 dan N2 harus tepat, jika tidak
akan menyebabkan kesulitan pada Amonia Converter. Jika jumlah udara
dinaikkan maka yang mesti djaga adalah temperatur di Secondary Reformer,
dimana pengaturan suhu di Secondary Reformer ada di Primary Reformer. Suhu
gas yang keluar dari Secondary Reformer sebesar 800°C.
Gas proses dari Secondary Reformer dilewatkan melalui waste heat
exchanger, tujuannya untuk menurunkan suhu dari 800°C menjadi 348°C, lalu
masuk ke mixing tee untuk mendapatkan campuran gas panas dan dingin yang
baik. Lalu gas proses yang telah bercampur ini mengalir ke unit pemurnian gas
sintesis.
jika gas inert hadir dalam jumlah yang berlebih maka gas tersebut dapat
menghambat jalannya proses dan mengurangi produk amonia yang dihasilkan.
Gas sintesa dari LTS masuk ke absorber di serap oleh larutan semi lean
benfield dari bagian tengah absorber dengan aliran FRC-12 dan larutan lean
Benfield dari bagian atas absorber dengan aliran FRC-5. Gas yang sudah di serap
CO2 nya keluar dari atas absorber masuk ke methanator. Sedangkan larutan yang
mengandung banyak CO2 (mengandung banyak Benfield) dikirim ke stripper
melalui letdown hydraoulic turbine 107-JHT atau melalui let down valve LIC-6.
Di stripper larutan benfiled di panaskan pada beberapa reboiler, CO2 akan terlepas
dari atas stripper yang kemudian didinginkan oleh 110-C dan kemudian diambil
sebagai produk CO2 dengan aliran FR-18. Dari bagian tengah stripper larutan
semi lean benfield masuk ke flash tank 119-F untuk pelepasan CO2 dengan
bantuan penurunan tekanan bertahap oleh steam ejector. Larutan semi lean
benfield dari flash tank ini kemudian dikirim dengan pompa 107-J ke bagian
tengah absorber. Larutan di bagian bawah stripper masuk ke reboiler untuk
dipanaskan baik dengan gas sintesa maupun dengan steam di reboiler. Dan
Larutan lean benfield dari bagian bawah stripper di kirim ke bagian atas absorber
dengan pompa 110-J untuk menyerap CO2 kembali.
d. Metanator (106-D)
Metanator berfungsi untuk mengubah CO dan CO2 dicampuran gas sintesa
menjadi CH4 sebelum diumpankan ke dalam amonia konverter.Aliran gas keluar
CO2absorber dipanaskan hingga 300oC di heat exchanger 136-C dan 104-C dan
dialirkan ke metanator dengan katalis Nikel. CO dan CO2 akan direaksikan
dengan H2 menjadi CH4 (Methana) dengan bantuan katalis Nikel.
72oC) ...(15)
Dari reaksi di atas, diharapkan aliran keluar metanator sudah bebas CO dan CO2.
47
4. Sintesa Amonia
Unit Sintesa Amonia ini bertugas untuk mengkonversi Hidrogen dan
Nitrogen menjadi Amonia di Amonia converter.
Tahapan dari proses Sintesa Amonia adalah berikut ini:
a. Amonia converter
Sebelum masuk amonia converter gas ditekan di kompresor agar konversi
bisa optimal. Pembentukan amonia dari N2 dan H2diproses dengan bantuan katalis
Promoted Iron (Fe). Karena konversi reaksi yang rendah maka dibuat sistem
Loop untuk memanfaatkan gas yang belum bereaksi.
Reaksi yang terjadi di amonia converter:
c. Chiller
Unit ini digunakan chiller yang terdiri dari 3 tingkat pendinginan amonia
yang terbentuk akan terkondensasi.
d. KO Drum
Pada unit ini, KO Drum digunakan untuk memisahkan amonia yang
terbentuk. Gas yang terbentuk dikirim ke PGRU dan cairan amonia dikirim ke
pendingin loop.
5. Pendinginan Amonia
Amonia dibutuhkan dalam beberapa kondisi, yaitu amonia panas (30°C)
yang langsung dikirimkan ke unit urea, dan amonia dingin (temperatur -33°C)
yang disimpan dalam tangki penyimpanan NH3.Masih adanya gas terlarut di
48
amonia dilepaskan dalam tiga tahap pelepasan sehingga amonia yang didapatkan
lebih murni.Amonia dingin juga dimanfaatkan sebagai pendingin di Chillersyn-
loop.
Pada pabrik amonia di P-III ada 3 tingkat flash drum yaitu 110-F, 111-F
dan 112-F. Cairan amonia yang diterima dari 107-F area syn-loop masuk ke flash
drumtingkat 1(112-F), dari sini amonia sudah bisa diambil sebagai produk yang
dingin. Vapour yang ada beserta gas terlarut ditarik oleh kompresor 105-J, begitu
juga untuk tingkat yang lain. Discharge kompresor didinginkan oleh 127-C
sehingga amonia menjadi liquid dan ditampung di 109-F.
Dari 109-F diambil produk amonia panas untuk dikirim ke Pabrik Urea,
sebagian lagi di letdown ke flash drum tingkat 3 sehingga temperaturnya turun
dan gas inert juga terlepas, begitu terus sampai tingkat satu sambil dimanfaatkan
untuk mendinginkan chiller.
1. Seksi Sintesa
Pada seksi sintesis ini akan diproduksi urea dari gas karbondioksida,
amonia cair, dan larutan karbamat yang didaur ulang di dalam reaktor urea pada
tekanan dan temperatur tinggi. Reaktor yang digunakan di pabrik urea PUSRI-III
dan PUSRI-IV adalah autoclave yang terdiri dari sembilan lapis carbon steel dan
dinding paling dalamnya terbuat dari titanium untuk mencegah korosi. Reaktor ini
dirancang untuk beroperasi pada tekanan 250 kg/cm2g dan temperatur 200°C
dengan waktu tinggal selama 25 menit.
Pada proses ini make-up line amonia yang dikirim dari Pabrik Amonia
dialirkan ke dalam amonia reservoir dimana make-up amonia akan dicampur
dengan amonia recovery dari amonia condenser. Inert gas yang terdapat pada
make-up amonia cair dipisahkan oleh gas releaser. Amonia cair (NH3) yang
berasal dari reservoir Amonia yang bertekanan 16,5 kg/cm2g dikompresi oleh
amonia boost up hingga bertekanan 25 kg/cm2g. Amonia boost up akan langsung
menghasilkan tekanan 25 kg/cm2g dalam satu tingkat. Kemudian cairan amonia
tersebut sebagian dikompresi kembali oleh pompa umpan amonia sehingga
bertekanan 250 kg/cm2g sesuai dengan tekanan yang dibutuhkan pada reaksi
50
sintesis urea dan sebagian lagi dialirkan ke High Pressure Absorber (HPA).
Pompa umpan amonia juga akan menghasilkan tekanan 250 kg/cm2g dalam satu
tingkat. Cairan amonia tersebut kemudian dipanaskan oleh amonia preheater
sebanyak dua kali, pertama oleh heat exchanger yang menggunakan air panas
sebagai medium pemanas dan kedua oleh heat exchanger yang menggunakan
steam condensate sebagai medium pemanas. Setelah temperatur amonia cair
mencapai 81,4°C, cairan amoniaakan dimasukkan kedalam reaktor.
Gas CO2 dari bagian amonia PUSRI III dan PUSRI IV yang bertekanan
0,6 kg/cm2g dan temperatur 38°C dimasukkan ke suction Separator untuk
dipisahkan airnya. Kemudian udara anti korosi diinjeksikan ke gas CO 2 tersebut
sebanyak 12.500 ppm udara atau 2.500 ppm O2. Gas CO2 yang telah ditambahkan
udara akan dikompresi oleh CO2 booster kompresor dari tekanan 0,6 kg/cm2g
hingga tekanan 25 kg/cm2g. Pada booster kompresor terdapat tiga tingkat
kenaikan tekanan, yaitu kenaikan tekanan dari 0,6 kg/cm 2g menjadi 3 kg/cm2g
kemudian menjadi 9 kg/cm2g, lalu menjadi 25 kg/cm2g. Kemudian gas tersebut di
Separator menjadi dua aliran dan dikompresi kembali oleh CO 2 Kompresor
menjadi 250 kg/cm2g sesuai dengan tekanan operasi yang dibutuhkan oleh reaksi
sintesis. Pada CO2 kompresor, kenaikan tekanan hanya dua kali, yaitu dari 25
kg/cm2 menjadi 85 kg/cm2 baru menjadi 250 kg/cm2. Kemudian sebagian gas CO2
yang telah dikompresi tersebut dimasukkan ke dalam reaktor dan sebagian lagi
masuk ke dalam Low Pressure Decomposer pada seksi dekomposisi.
Selain amonia cair dan gas CO2, larutan amonium karbamat recycle juga
dimasukkan kedalam reaktor untuk dikonversi kembali menjadi urea. Recycle
carbamate solution dipompa dari high pressure absorber cooler dengan
menggunakan recycle solution booster up pump tipe sentrifugal sehingga dapat
memberikan suction head level (24 kg/cm2) pada recycle solution feed pump.
Kemudian dari recycle solution feed pump, recycle carbamate solution dipompa
ke bagian bawah reaktor sintesis urea. Amonia cair dan karbon dioksida bereaksi
menjadi amonium karbamat. Reaksi pembentukan amonium karbamat dari amonia
dan karbondioksida mengikuti persamaan reaksi sebagai berikut:
Kemudian amonium karbamat terhidrasi menjadi urea dan air. Reaksi dehidrasi
amonium karbamat menjadi urea dan air:
Selain kedua reaksi di atas, terjadi juga reaksi samping, yaitu dimerisasi urea
menjadi biuret dan amonia :
produk. Kelebihan panas dari reaksi (18) akan mempertinggi konversi reaksi (20),
karena reaksi (20) bersifat endotermis. Sehingga laju pembentukan biuret semakin
besar, biuret tidak dikehendaki karena selain mengurangi produksi urea biuret
juga merupakan racun bagi tanaman.
Pembentukan biuret dapat dikurangi dengan adanya kelebihan amonia dan
waktu tinggal yang singkat. Penurunan tekanan akan mengurangi konversi CO 2
sehingga pembentukan amonium karbamat juga berkurang. Sedangkan kenaikan
tekanan akan membahayakan reaktor. Temperatur bagian atas reaktor dijaga
200°C. Temperatur yang rendah pada reaktor dapat menurunkan konversi
amonium karbamat. Sebaliknya, jika temperatur bagian atas reaktor melebihi
200°C, dinding reaktor akan terkorosi dengan cepat dan juga mengakibatkan
naiknya tekanan kesetimbangan campuran didalam reaktor.
Konversi CO2 turun jika temperatur dan tekanan reaktor serta
perbandingan mol NH3:CO2 rendah. Penurunan ini akan memperbesar kandungan
amonium karbamat pada hasil reaksi sehingga akan memperbesar beban di High
Pressure Decomposer. Bertambahnya beban akan memperbesar konsumsi steam
pemanas untuk dekomposisi. Amonium CO2 akan memperbesar kandungan CO2
dalam karbamat. Selain itu, penurunan konversi larutan di high pressure absorber
cooler, jika kandungan ini terlalu tinggi, menyebabkan kesetimbangan dalam
High Pressure Absorberakan hilang dan proses absorbsi akan terganggu oleh
lolosnya CO2 bersama-sama dengan NH3 dari bagian atas menyebabkan
penyumbatan pipa dan kerusakan peralatan akibat terbentuknya amonium
karbamat. Pengaturan temperatur dan perpindahan panas di dalam reaktor
dilakukan dengan pengombinasian pengaturan jumlah Amonia berlebih dalam
umpan reaktor, banyaknya larutan karbamat yang dikembalikan ke reaktor, dan
temperatur amonia cair yang masuk ke reaktor.
Hasil reaksi yang keluar dari reaktor urea terdiri dari urea, air, amonium
karbamat, dan sisa amonia. Semuanya dalam fasa cair pada kondisi reaktor
beroperasi normal. Komponen-komponen dalam fasa cair tersebut dilepaskan
melalui let down valve, kemudian masuk ke dalam high pressure decomposer
(HPD) yang beroperasi pada tekanan17 kg/cm2 dan temperatur 118 - 120°C.
Namun, keluaran reaktor urea terlebih dahulu menjalani proses pemisahan
53
Reaksi hidrolisis urea tidak dapat dihindari. Reaksi ini hanya dapat
diminimalisir dengan menggunakan air sesedikit mungkin di dalam proses. Hal ini
dapat dilihat dari jumlah kondensat yang kembali ke utilitas.
Kristal urea yang jatuh ke melter akan meleleh. Dalam melter, terdapat
pipa-pipa peleleh yang di dalamnya dialirkan steam Semi Medium-Low bertekanan
7 kg/cm2g. Agar pelelehan urea menjadi lebih sempurna, pada bagian bawah pipa
peleleh dipasang spacer rod. Spacer rod ini bertujuan untuk memperkecil lubang
agar kemungkinan urea leleh turun kecil sehingga waktu tinggal urea dalam
melter lebih lama. Temperatur outlet melter harus dijaga pada 138°C. Jika
temperatur mencapai 135°C maka urea leleh akan sulit melewati lubang
distributor yang dipasangi spacer rod dan sebaliknya jika temperatur mencapai
140oC, urea akan berdimerisasi menjadi biuret. Urea leleh ini kemudian masuk ke
head tank (FA-301) kemudian masuk ke accoustic granular. Pada bagian bawah
dari accoustic granular terdapat lubang distributor yang akan memancarkan
molten urea dengan temperatur 138oC turun ke bawah. Dari bawah, udara
pendingin yang telah melalui lubang Fluidizing Cooler dihembuskan oleh fan
untuk mendinginkan lelehan Urea. Dari accoustic granular, butiran urea akan
turun akibat gaya gravitasi dan mulai memadat hingga didinginkan lagi menjadi
40°C pada fluidizing cooler oleh hembusan udara dari fan. Butir urea yang turun
dari fluidizing coolerkemudian jatuh ke belt conveyor yang mengantarkan butir
urea masuk ke trommol screen. Trommol screen ini berfungsi untuk memisahkan
produk urea yang terlalu besar. Butiran urea yang terlalu besar akan menuju ke
dissolving tank kedua yang kemudian akan dialirkan dissolving tank pertama lalu
masuk ke mother liquor tank. Produk urea dengan ukuran yang sesuai kemudian
diitimbang dengan belt scale, lalu diantarkan ke bagian pengemasan.
Udara panas yang terpisahkan dari kristal urea pada cyclone akan masuk
ke dust separator. Udara panas ini mengandung sedikit debu urea yang terbawa
karena terhisap oleh fan. Oleh karena itu, pada dust separator, debu urea diserap
terlebih dahulu menggunakan air yang disemburkan oleh spray nozzle dari bagian
atas dust separator. Kemudian debu urea ini akan masuk ke dust chamber yang
memiliki packed bed. Pada dust chamber,air juga disemprotkan untuk menyerap
debu urea yang tersisa. Udara sisa yang keluar dari dust chamber akan dihisap
keluar dari dust chamber oleh fan yang terpasang pada bagian atas dust chamber.
Dari dust chamber, larutan urea 25% yang terbentuk akan turun menuju disolving
tank kedua dengan aliran yang besar. Larutan urea ini kemudian akan dimasukkan
56
ke mother liquor tank, line down stream, line mother liquor ke LPA, atau menuju
ke tangki karbamat untuk selanjutnya dikirim ke seksi recovery.
4. Seksi Recovery
Seksi recovery di pabrik urea terbagi menjadi seksi recovery amonium
karbamat dan seksi recovery amonia. Seksi recovery ini bertujuan untuk
membentuk kembali amonium karbamat dari gas karbondioksida dan amonia dari
gas separator untuk didaur ulang ke dalam reaktor dan mendaur ulang amonium
yang berlebih ke ammonium reservoir untuk dimasukkan ke dalam reaktor
kembali. Seksi recovery ini terdiri dari seksi recovery amonium karbamat dan
seksi recovery amonia.
2.3 Produk
2.3.1 Produk Pabrik Amonia
Produk yang dihasilkan oleh Pabrik Amonia adalah karbondioksida (CO2)
dan amonia (NH3). Karbondioksida dan amonia digunakan sebagai bahan baku
dalam pembuatan urea, selain digunakan sebagai bahan baku, amonia juga
merupakan produk yang langsung dapat dipasarkan. Spesifikasi produk amonia
PT PUSRI Palembang dapat dilihat pada Tabel 2.7, sedangkan untuk spesifikasi
produk CO2 Pabrik Amonia PT PUSRI Palembang dapat dilihat pada Tabel 2.8.
No Spesifikasi Nilai
1 Titik didih 132,0C
2 Titik leleh 132,7C
3 Spgr 1,335
4 Indeks bias 1,484
5 Bentuk kristal Tetragonal
6 Panas pembentukan pada 25C -47,12 Kkal/mol
7 Panas pelarutan dalam air 60 Kkal/mol
8 Densitas curah 0,74 gr/cm3
9 Kelarutan dalam air (20C) 51,6 gr/ml
Sumber : Perry’s Chemical Enginering;s Handbook, 1996
58
- Gas alam
- Filtered water
- Demin water
- Cooling water
- Power (listrik)
- Udara instrument dan udara pabrik
- Steam
- Nitrogen (N2) dan oksigen (O2) cair maupun gas
Sedangkan untuk membuat / memproduksi bahan-bahan baku dan bahan
penunjang, di bawah ini adalah fasilitas-fasilitas keseluruhan di utilitas yang
diperlukannya, sebagai berikut:
1. Gas metering station (GMS)
2. Water treatment
3. Demineralizer water plant
4. Waste heat boiler (WHB) dan Package boiler (PB)
5. Cooling water
6. Gas turbine generator (GTG)
7. Air Kompresor untuk udara instrumen dan udara pabrik
8. Air separation plant
9. CO2 plant
10. Condensate System
hidrokarbon berat dan air. Hidrokarbon berat yang bercampur dengan kondensat
kemudian akan dibakar sebagai bahan bakar untuk package boiler dan burning
pit. Gas alam dengan kandungan sedikit hidrokarbon berat didistribusikan ke
pabrik amonia dan unit utilitas.
Air Sungai Musi yang masih keruh dengan turbidity rata-rata 40-60 ppm,
masuk ke flocculator / premix tank dan bersamaan dengan itu diinjeksikan alum,
caustic, coagulant aid, dan chlorine.
Fungsi dari aluminium sulfat (tawas, Al2(SO4)3.xH2O) berfungsi untuk
membentuk flok melalui proses koagulasi dan flokulasi. Zat-zat pengotor dalam
bentuk senyawa suspensi koloidal tersusun dari ion-ion bermuatan negatif yang
saling tolak-menolak. Dengan adanya penambahan aluminium sulfat dalam air
sungai yang digunakan sebagai bahan baku, maka aluminium sulfat akan larut
membentuk ion Al+3 dan OH- serta menghasilkan asam sulfat dengan reaksi
sebagai berikut:
Ketika ion yang bermuatan positif dalam koagulan (Alum, Al3+) bertemu
dengan ion negatif dalam air pada kondisi pH tertentu, maka akan terbentuk flok
(butiran gelatin). Butiran partikel (flok) ini akan terus bertambah besar dan berat
sehingga cenderung akan mengendap ke bawah. Pada proses ini pH air cenderung
61
turun karena terbentuk juga H2SO4. Pembentukan flok untuk air Sungai Musi
paling baik terjadi pada pH 5,5 – 6,2. Untuk menjamin proses koagulasi yang
efisien pada dosis bahan kimia yang minimal maka koagulan harus dicampur
secara cepat dengan air. Proses pencampuran bahan kimia ini dilakukan di premix
tank/flocculator. Tahap selanjutnya, menjaga pembentukan flok (flokulasi) dan
mengendapkan partikelflok sambil memperhatikan pembentukan lapisan
lumpurdengan pengadukan pelan, sehingga air yang jernih akan terpisah dari
endapan flok. Proses ini terjadi di clarifier/ floctreator. Level lapisan lumpur
dijaga dengan melakukan blow down.
Kegunaan dari bahan lainnya adalah sebagai berikut. Caustic soda (NaOH)
berfungsi untuk mengatur pH. Coagulant aid (polimer) berfungsi untuk
membantu proses koagulasi. Sedangkan chlorine (Cl2), berfungsi untuk
membunuh mikroorganisme dan lumut.
Air yang sudah dicampur dengan empat bahan kimia ini kemudian
dialirkan ke floctreator / clarifier. Bahan-bahan kimia ini akan mempersatukan
lumpur-lumpur yang halus menjadi gumpalan lumpur yang lebih besar (flok)
yang karena densitasnya lebih besar dari air, maka bentukan-bentukan flok tadi
akan mengendap yang selanjutnya dapat dibuang. Dengan demikian air yang
keluar dari flok treator / clarifier ini sudah bersih / jernih, dengan turbidity<5
ppm.
Air selanjutnya dialirkan ke clearwell untuk pengaturan pH yang
diinginkan, kemudian ditransfer dengan pompa clearwell ke filtered water
storage melalui sand filter. Sand filter digunakan untuk menyaring air yang
turbidity-nya 5,0 ppm menjadi lebih kecil (kurang dari 1,5 ppm). Sand
Filterdicuci (back wash) bila sudah dianggap kotor. Tabel 11. Data media Sand
Filter Desain P-2/3/4/IB.
Produksi filtered water yang ada di tangki penyimpanan selanjutnya
didistribusikan ke pemakai:
- Make up cooling water
- Bahan baku demin plant
- Keperluan air minum
62
Demin plant adalah unit pengolahan air bersih / jernih (filtered water)
dengan sistem pertukaran ion agar air tersebut bebas dari zat-zat yang masih
terlarut didalamnya, sehingga didapatkan air yang bermutu tinggi dan memenuhi
persyaratan sebagai air umpan boiler yang bertekanan tinggi (105 kg/cm2) di
Amonia plant.
Peralatan-peralatan yang digunakan untuk pembuatan demin water ini adalah:
1. Pompa make up demin
2. Carbon filter
3. Cation exchanger
4. Anion exchanger
5. Mixed bed
6. Tangki dan pompa injeksi acid dan caustic
7. Neutralizer tank
8. Demin water tank
9. Carbon filter.
a. Cation Exchanger
Dari outlet carbon filter air kemudian mengalir ke unit hydrogen cation
exchanger untuk ditukar ion-ion positifnya ( Ca2+, Mg2+, Na+, K+, Fe2+, Mn2+, Al3+)
terutama Ca2+, dan Mg2+ dengan ion-ion H2 oleh resin, karena Ca2+ dan Mg2+
penyebab terjadinya kerak-kerak pada boiler yang selanjutnya akan mengganggu
operasi. Reaksi yang terjadi (misal: CaSO4):
Apabila resin ini sudah jenuh berarti resin sudah tidak bisa lagi melakukan
pertukaran ion, selanjutnya untuk meregenerasi resin dipakai asam sulfat (H2SO4).
64
b. Anion exchanger
Air yang sudah bebas ion-ion positifnya selanjutnya dialirkan ke unit
anion exchanger untuk diserap / ditukar ion negatifnya (HCO 3-, SO4, CL-, NO3,
SiO2) dengan ion hidroksida (OH-) terutama SiO2, karena silika akan
menyebabkan kerak-kerak pada sudu-sudu turbin uap yang apabila semakin tebal
akan mengganggu operasi. Reaksi yang terjadi:
H2SiO3 + R4NOH R4NHSiO3+ H2O ...(29)
Apabila resin ini sudah jenuh yang berarti resin sudah tidak bisa lagi
melakukan pertukaran ion, selanjutnya untuk meregenerasi resin digunakan soda
kaustik (NaOH), reaksi yang terjadi:
Klorida, nitrat, dan carbonat dikeluarkan dengan cara yang sama dengan
regenerasi dengan soda kaustik.
c. Mixed bed
Unit mixed bed adalah tempat pembersihan air yang terakhir dimana air
tersebut akan dipakai untuk mengisi boiler bertekanan tinggi dimana resin kation
dan resin anion digabungkan dalam satu vessel. Prinsip kerjanya sama seperti
kerja di unit kation dan anion di atas.
Untuk memproduksi air bebas mineral ini agar kelancaran operasi pabrik
tetap aman dan efisien, maka untuk unit kation-anion diperlukan tiga unit, 2 unit
beroperasi satu unit regenerasi. Sedangkan mixed bed karena life cycle-nya cukup
lama (rata-rata 10-14 hari) diperlukan 2 unit beroperasi semua.
Syarat-syarat air demin yang dihasilkan untuk umpan boiler pH sekitar 6,5
silika (SiO2) < 0,01 ppm, konduktivitas < 0,2 micromhos. Air buangan hasil
regenerasi ditampung didalam tangki neutralizer untuk diatur pHnya 7-10 yang
selanjutnya dibuang ke kolam limbah.
65
Air umpan boiler ini dipanaskan pada economizer terlebih dahulu yang
kemudian akan dipompakanke dalam steam drum. Dari steam drum, air umpan
boiler akan dipanaskan kembali pada koil boiler yang kemudian dilanjutkan
dengan pembentukan steam lewat jenuh pada superheater. Steam yang dihasilkan
memiliki tekanan 42 kg/cm2 dan temperatur 400°C (medium steam) dan ada pula
yang bertekanan 3,5 kg/cm2 dan temperatur 150°C yang diperoleh dari letdown
MS ke LS, exhaust turbin (tipe backpressure), dan flashdrum. Sebagian besar
steam ini akan dipakai pada pabrik urea sedangkan sebagian kecil lainnya akan
digunakan pada pabrik utilitas sendiri. Pabrik amonia menghasilkan steam sendiri
yang diproduksi dengan memanfaatkan panas gas buang dari reformer.
sebagai bahan bakar untuk pembuatan steam pada WHB. Listrik yang dihasilkan
digunakan untuk menjalankan pabrik, konsumsi listrik perumahan PT PUSRI, dan
sebagian lagi dijual kepada perusahaan listrik negara (PLN).
Selain listrik yang dibangkitkan oleh GTG induk, juga disediakan diesel
emergency generator yang berfungsi sebagai sumber listrik cadangan apabila
terjadi total failure. Kapasitas pembangkit listrik dan produksi listrik nyata dapat
dilihat pada Tabel 2.11
a. Udara proses
Udara proses merupakan udara biasa yang dihisap dari lingkungan dengan
menggunakan kompresor. Udara ini digunakan sebagai bahan baku proses
pembuatan Amonia. Udara luar yang dihisap kemudian disaring untuk menangkap
partikel-partikel debu yang terbawa oleh aliran. Udara yang telah bebas dari
partikel-partikel debu ini kemudian dipanaskan terlebih dahulu sebelum
diumpankan kedalam proses.
b. Udara Instrumen
Udara instrumen adalah udara yang telah bersih dari uap air dan digunakan
pada alat-alat instrumentasi. Penghilangan uap air dari udara dengan cara
melewatkan udara tersebut melalui silika gel. Pengering yang telah jenuh akan
deregenerasi dengan cara menggunakan steam.
69
hidrokarbon yang ada dengan melewatkan gas pada KMnO 4 (oksidator kuat)
scrubber.
Gas yang telah bersih kemudian dikompresi lagi (kompresi tingkat 2)
hingga tekanannya 21,1 kg/cm2 diikuti dengan proses pendinginan hingga
temperatur 7oC dan proses pengeringan (menghilangkan kandungan uap air) pada
sebuah kolom pengering.
Tahapan terakhir proses pencairan gas CO2 ini yakni proses pendinginan
oleh stripper reboiler dan primary CO2 kondenser hingga terjadi perubahan fasa,
dan dilanjutkan dengan produk chiller untuk menurunkan temperatur CO2 cair
hingga 29oC. CO2 cair sebagai produk kemudian disimpan pada tangki
berkapasitas 155 ton dalam kondisi temperatur -29oC dan tekanan 15,5 kg/cm2
dan memiliki tingkat kemurnian 99,5 %.
Media pendingin dalam CO2plant ini adalah amoniacair, yang akan
berubah fasanya menjadi gas setelah mendinginkan CO2 hingga temperatur -29oC.
Untuk mengembalikan amonia ke fasa cair agar dapat digunakan kembali sebagai
refrigeran dilakukan kompresi hingga amonia tadi bertekanan 41,1 kg/cm2
dilanjutkan dengan pendinginan pada amonia kondenser. Untuk dapat memenuhi
kapasitas produksinya secara normal, CO2plant ini memerlukan 26,784 m3/jam
gas CO2, tenaga listrik 600 kW, dan laju cooling water 70 m3/jam (untuk
mendinginkan amonia dalam amonia kondenser).
Pupuk Iskandar Muda untuk diregenerasi kembali. Limbah padat B3 selain katalis
adalah kemasan kimia keperluan PT PUSRI, saat ini kemasan tersebut sebisa
mungkin dimanfaatkan kembali atau disimpan dalam bangsal limbah B3 sebelum
diolah lebih lanjut. Sedangkan untuk lumpur hasil pengerukan di biological pond
dikeringkan di Sludge Removal Facilities sampai kering dan dibuang dengan cara
ditimbun di daerah green barrier milik PT PUSRI. Untuk sampah domestik PT
PUSRI pengolahannya diserahkan kepada pihak ketiga.
Dipilihnya tanaman eceng gondok sebagai media untuk membantu mengatasi air
limbah dikarenakan tanaman itu memiliki kekuatan terhadap lingkungan yang
keras (asam maupun basa).