Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK

EKSTRAKSI MINYAK ATSIRI SEREH DENGAN


DISTILASI UAP

Disusun oleh :

Mutmainna (105119001)

Asisten Praktikan : M. Achyaruddin Wahid

PROGRAM STUDI KIMIA


FAKULTAS SAINS DAN ILMU KOMPUTER
UNIVERSITAS PERTAMINA
2020
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Tujuan :
1. Menghitung persentase rendemen hasil minyak sereh
2. Menghitung nilai Rf untuk masing-masing noda yang muncul pada hasil percobaan
minyak sereh dan minyak sereh standar
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Minyak Atsiri


Sereh memiliki aroma yang unik karena mengandung berbagai macam zat kimia. Sereh
mengandung minyak atsiri (minyak tidak mudah menguap), minyak non volatil dan
komponen pati. Minyak atsiri (biasa disebut essential oil) merupakan bahan dengan bau
yang unik, sedangkan minyak non-volatile (oleoresin) merupakan bahan yang pedas dan
pahit.
Berdasarkan pengertian encyclopedia of chemical technology, minyak atsiri sebagian
besar merupakan senyawa cair dan dapat diperoleh dari bagian tanaman (misalnya akar,
batang, daun, biji, buah) atau dari bunga dengan cara distilasi. Selain pemurnian, ada
beberapa cara untuk memperolehnya seperti ekstrak, bahkan diperoleh dengan metode
pengepresan dan enzimatik. (Noor, 2017)

2.2 Distilasi
Prinsip dasar pemisahan dengan distilasi adalah perbedaan titik didih cairan di bawah
tekanan tertentu. Proses distilasi biasanya melibatkan penguapan campuran, diikuti
dengan proses pendinginan dan kondensasi. Distilasi terdiri dari berbagai macam seperti
distilasi uap.
Distilasi uap adalah istilah yang digunakan untuk campuran air suling dan senyawa yang
tidak larut dalam air, yang memungkinkan bagian yang mudah menguap menjadi uap
pada suhu yang lebih rendah daripada pemanasan langsung dengan mengalirkan uap air
ke dalam campuran. (Rusli, 2010)
Aplikasi distilasi uap untuk ekstraksi beberapa produk alami, seperti minyak kayu putih,
minyak jeruk dari lemon atau jeruk, dan minyak dari tumbuhan lain. Distilasi uap adalah
istilah umum untuk campuran air suling dan senyawa yang tidak larut dalam air.
(Bashendra, 2013).

2. 3 Kromatografi Lapis Tipis


Kromatografi lapis tipis (KLT) merupakan metode yang dapat memisahkan senyawa dari
suatu campuran dengan menggunakan dua fasa yaitu fasa diam dan fasa gerak. Akibat
pengaruh kapiler pada peningkatan ekspansi, atau karena pengaruh gravitasi pada
ekspansi ke bawah, fase gerak yang disebut pelarut pengembang akan bergerak sepanjang
fase diam. Cukup tempatkan sampel sesuai ukuran bercak dan pisahkan dengan
kromatografi lapis tipis. Setelah sampel terlihat, langkah selanjutnya adalah
mengembangkan sampel dalam wadah kromatografi yang sebelumnya telah dijenuhkan
dengan uap fase gerak. Celupkan tepi bawah pelat tipis yang dilapisi sampel pada fase
gerak kurang dari 0,5-1 cm. Tinggi fase gerak internal wadah harus berada di bawah pelat
yang sudah dilengkapi titik sampel agar mudah diketahui. Jarak noda yang terbentuk
pada percobaan dihitung untuk menentukan nilai Rf-nya. (Syiah, 2017)
Nilai Rf digunakan sebagai nilai perbandingan relatif antar sampel. Nilai Rf juga
menunjukkan derajat retensi komponen pada fase diam, sehingga nilai Rf biasa disebut
faktor retensi. Nilai Rf dapat dihitung dengan rumus berikut
(Meliana, 2018)
𝑗𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑡𝑒𝑚𝑝𝑢ℎ 𝑛𝑜𝑑𝑎
𝑅𝑓 =
𝑗𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑡𝑒𝑚𝑝𝑢ℎ 𝑒𝑙𝑢𝑒𝑛
BAB III
METODE PERCOBAAN

3.1 Data Fisik dan Kimia

• Data Fisik dan Kimia n-Heksana


Tabel 3.1. Data Fisik dan Kimia n-Heksana
No Parameter Keterangan

1 Bentuk Cair

2 Warna Tidak Berwarna

3 Rumus Kimia C6H14

4 Massa Molar 86,18 g·mol−1

5 Titik lebur −95 °C(−139 °F;


178 K)

6 Titik didih 69 °C (156 °F;


342 K)

7 Titik nyala −23.3 °C

8 Densitas 0.6548 g/mL

9 Kelarutan dalam air 3 mg/L at 20 °C

10 Viskositas 0.294 cP

• Data Fisik dan Kimia Air


Tabel 3.2. Data Fisik dan Kimia Air
No Parameter Keterangan

1 Rumus molekul H2O

2 Massa molar 18.02 g/mol

3 Volume molar 55,5 mol/ L

4 Kerapatan pada fasa 1000 kg/m3, liquid


917 kg/m3, solid

5 Titik lebur 0 0C (273.15 K) (32


ºF)

6 Titik didih 100 0C (373.15 K)


(212ºF)

7 Titik triple 273,16 K pada 4,6


torr

8 Kalor jenis 4186 J/(kg·K)

9 Tegangan permukaan 73 dyne/cm pada


200C

10 Tekanan uap 0,0212 atm pada 20


0
C

11 Kalor penguapan 40,63 kJ/mol

12 Kapasitas kalor 4,22 kJ/kg K

13 Tekanan kritis 22,1 x 106 Pa

14 Konstanta dielektrik 78,54 pada 25 0C

15 Temperatur kritis 647 K

16 Viskositas 1,002 centipoise


0
pada 20 C

17 Kalor pelelehan 3,34 x 105 J/kg

• Data Fisik dan Kimia Etil Asetat


Tabel 3.3. Data Fisik dan Kimia Etil Asetat
No Parameter Keterangan

1 Rumus molekul C4H8O2

2 Massa molar 88.12 g/mol

3 Bentuk Cair

Warna Tak berwarna

4 Densitas 0.897 g/cm3

5 Titik lebur −83,6 °C


(−118,5 °F; 189,6 K
6 Titik didih 77,1 °C (170,8 °F;
350,2 K)

7 Kelarutan dalam air 8,3 g/100 mL


(20 °C)

8 Kelarutan dalam etanol, Dapat campur


aseton, dietil eter,
benzena

9 Tekanan uap 73 mmHg (20 °C)

10 Keasaman (pKa) 25

11 Indeks bias (nD) 1,3720

12 Viskositas 426 μPa s (0,426


cP) pada 25 °C

13 Momen dipol 1,78 D

14 Titik nyala −4 °C (25 °F;


269 K)

15 Temperatur kritis 647 K

16 Ambang ledakan 2,0%-11,5%

3.2 Alat dan Bahan

Tabel 4.1 Bahan

No Pereaksi

1 Daun sereh 20 gr

2 Air (Aquades)

3 n-Heksana

4 Etil Asetat

5 Minyak sereh standar

Tabel 4.2 Alat


No Peralatan

1 Erlemeyer 100 mL

2 Gelas kimia 250 mL

3 Gelas ukur 50 mL

4 Gelas ukur 100 mL

5 Corong pisah

6 Buret

7 Chamber

8 Ring

9 Kaca arloji

10 Pinset

11 Cawan penguap

12 Klem dan Statif

13 Labu distilasi uap

14 Labu bundar

15 Konektor

16 Adaptor

17 Kondensor

3.3 Cara Kerja

3.3.1 Distilasi uap

Potongan sereh 20 g

- Dimasukkan ke labu destilasi


uap
- Stir bar dimasukkan ke dalam
labu bundar berisi air
- Labu distilasi uap diletakkan
diatas labu bundar
- Peralatan destilasi uap
disusun
- Pemanasan dilakukan dengan
suhu 200oC
- Destilasi dilakukan selama 2
Distilat sereh

- Ditampung
- Destilat 50 mL + n-heksana 50
mL dimasukkan ke corong pisah
- Campuran di ekstrasi 2x
- Fasa n-heksana diambil dan
ditampung di cawan penguap
- Cawan yang telah ditimbang
massa kosongnya dipanaskan
hingga n-heksana menguap
- Minyak atsiri ditimbang

Minyak atsiri sereh

3.3.2 Uji KLT

Minyak sereh standar dan


minyak sereh sampel

- Minyak sereh standar


ditotolkan pada plat klt
- Minyak sereh sampel
dilarutkan dengan
diklorometana lalu
ditotolkan ke plat KLT
- Plat KLT direndam dalam
eluen n-heksan dan etil
asetat
- Jarak noda dihitung

Rf
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Data Pengamatan

massa
(g)

Massa sampel sereh


25,5210
kering

Massa vial kosong 5,4531

Massa vial + minyak


5,4675
atsiri

jarak
Identifikasi KLT
(cm)

Standar

jarak noda 1 2,1

jarak noda 2 3,5

jarak noda 3 3,9

Sampel

jarak noda 1 2,0

jarak noda 2 3,0

jarak noda 3 3,9

jarak elusi 4,0


Gambar 4.1 Pengamatan Uji KLT

4.2 Perhitungan
𝑗𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑡𝑒𝑚𝑝𝑢ℎ 𝑛𝑜𝑑𝑎
𝑅𝑓 =
𝑗𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑡𝑒𝑚𝑝𝑢ℎ 𝑒𝑙𝑢𝑒𝑛

2,1 𝑐𝑚
Rf standar 1 = 4 𝑐𝑚
= 0,525
3,5 𝑐𝑚
Rf standar 2 = 4 𝑐𝑚
= 0,875
3,9 𝑐𝑚
Rf standar 3 = 4 𝑐𝑚
= 0,975

2,0 𝑐𝑚
Rf sampel 1 = 4 𝑐𝑚
= 0,5
3,0 𝑐𝑚
Rf sampel 2 = 4 𝑐𝑚
= 0,75
3,9 𝑐𝑚
Rf sampel 3 = 4 𝑐𝑚
= 0,975

Persentase rendemen :
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑝𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒ℎ
% 𝑟𝑒𝑛𝑑𝑒𝑚𝑒𝑛 = 𝑥 100%
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
0,0144 𝑔𝑟
% 𝑟𝑒𝑛𝑑𝑒𝑚𝑒𝑛 = 𝑥 100%
25,5210 gr
% 𝑟𝑒𝑛𝑑𝑒𝑚𝑒𝑛 = 0,0564 %

4.3 Pembahasan

Distilasi
Pada percobaan ini, inputnya berupa sampel sereh kering. Langkah kerja yang pertama
adalah preparasi sampel, dilakukan dengan menyiapkan dan menimbang potongan sereh
dengan massa ± 25 gram kemudian dimasukkan ke labu uap. Labu uap lalu diletakkan
diatas labu bundar yang berisi air kemudian diletakkan diatas hot plate. Pelarut yang
digunakan adalah air, dikarenakan sifat polar air berbeda dengan minyak atsiri. Hal ini
membuatnya mudah untuk memisahkannya dari distilat. Air dan minyak esensial tidak
akan larut satu sama lain. Selain itu, titik didih air lebih rendah daripada titik didih
minyak esensial, sehingga uap air akan meningkat, minyak serai dilepaskan dari pori-pori
serai yang ditandai dengan air pada labu bundar yang lama kelamaan berubah menjadi
warna hijau dan menghasilkan distilat.
Langkah selanjutnya, menyiapkan/merangkai satu set alat distilasi. Lalu setelah
memasukkan ±25 gram sampel ke dalam labu alas bulat 250 mL, labu tersebut diisi
dengan aquades hingga setengah dari total volume labu tersebut, pada langkah ini
dipastikan labu terendam, hal ini dilakukan agar perpindahan panasnya merata. Untuk
menghindari adanya letupan, batu didih ditambahkan. Selanjutnya, labu diletakkan di atas
alat distilasi dan dipanaskan perlahan di atas pemanas. Sebelum merakit peralatan
dipastikan telah mengoleskan petroleum jelly (vaseline) pada mulut labu dan ujung
kondensor agar tidak ada kendala seret pada alat yang digunakan. Setelah mengoleskan
vaseline, dilanjutkan dengan pemasangan tiap komponen. Pada rangkaian ini terdapat
beberapa komponen seperti adaptor yang dapat digunakan untuk menghubungkan labu
uap ke kondensor, begitu juga dengan kondensor dengan erlenmeyer. Pada percobaan,
hasil distilasi (distilat) ditutup dengan aluminium foil agar tidak bereaksi dengan udara
ataupun menguap. Suhu diatur mencapai 200 oC. Jika sudah dipanaskan selama 2 jam,
distilasi dihentikan.
Setelah melakukan distilasi selama 2 jam, akan diperoleh distilat. Untuk memperoleh
hasil distilat yang lebih murni lagi, sampel diekstrak menngunakan pelarut heksana.
Ekstraksi dilakukan secara duplo untuk memastikan terbentuknya distilat yang lebih
murni lagi sebab pada ekstraksi ini akan terjadi pemisahan air dan minyak atsiri. Setelah
melakukan ekstraksi akan terbentuk dua fasa disebabkan oleh perbedaan densitas (fasa
yang berada di lapisan atas adalah fasa yang memiliki densitas lebih kecil), fasa air
dibuang terlebih dahulu dan fasa yang tersisa ditempatkan pada cawan penguap. Fasa
yang tersisa pada cawan penguap diuapkan kemudian dihitung massanya. Pada
percobaan ini, outputnya berupa minyak atsiri. Berdasarkan percobaan yang dilakukan,
diperoleh massa cawan penguap kosong seberat 5,4531 gram dan massa cawan penguap
berisi minyak atsiri seberat 5,4675 gram sehingga massa minyak atsiri yang diperoleh
diketahui sebesar 0,0144 gram.

Uji KLT
Pada percobaan ini, inputnya adalah hasil minyak atsiri (sereh) percobaan dan minyak
sereh standar. Kedua input ini akan diperlakukan uji KLT (Kromatografi Lapis Tipis)
sehingga data yang diperoleh dapat dikomparasikan. Minyak atsiri (sereh) terlebih dahulu
harus dilarutkan dalam eluen sesuai pada percobaan. Setelah dicelupkan kemudian
ditotolkan pada pelat. Untuk mempermudah proses pengamatan hasil, diberikan tanda
perbedaan untuk totolan minyak atsiri (sereh) standar dan minyak atsiri (sereh) hasil
percobaan menggunakan pensil untuk meenghindari adanya penggangu jika
menggunakan tinta pulpen. Setelah dicelupkan, ditempatkan pada kaca sampai eleun
bergerak hingga tanda batas. Output yang dihasilkan pada proses ini berupa plat KLT.
Selanjutnya melakukan proses penyinaran UV. Inputnya berupa plat KLT yang
dihasilkan pada percobaan sebelumnya. Plat KLT tersebut disinari dengan sinar UV
sehingga dapat terlihat noda seperti berikut ini :

Gambar 4.2 Pengamatan Uji KLT

Bercak noda yang muncul pada pengamatan uji KLT tersebut adalah indikasi adanya
senyawa polar. Ini merupakan senyawa yang terkandung pada serai, seperti senyawa
geranial, sitronellal dan sitronellol. Output bercak noda ini akan diukur untuk
menentukan nilai Rf. Nilai Rf dihitung berdasarkan jarak tempuh noda dibagi dengan
jarak tempuh eluennya berdasarkan rumus berikut.

𝑗𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑡𝑒𝑚𝑝𝑢ℎ 𝑛𝑜𝑑𝑎


𝑅𝑓 =
𝑗𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑡𝑒𝑚𝑝𝑢ℎ 𝑒𝑙𝑢𝑒𝑛

Analisa kuantitatif lainnya adalah persentase rendemen yang diperoleh. Berdasarkan


percobaan yang dilakukan, diperoleh persentase rendemen sebesar 0,0564 %. Hal ini
berbeda dengan teori yang diketahui bahwa idealnya terdapat 1 % persentase rendemen.
Terjadinya hal tersebut diakibatkan oleh kurang lamanya proses distilasi yang dilakukan.
BAB V
KESIMPULAN

1. Persentase rendemen hasil minyak sereh sebesar 0,0564 %.


2. Nilai Rf standar yang diperoleh masing-masing sebesar 0,525 ; 0,875 ; 0,975. Nilai Rf
sampel yang diperoleh masing-masing sebesar 0,5 ; 0,75 ; 0,975.
Daftar Pustaka

Asfiyah, Siti. 2020. Modifikasi Deanstark Upaya Efisiensi Proses Distilasi Uap Minyak Biji
Pala dalam Praktikum Kimia Organik. Laboratorium Kimia Organik, FMIPA Universitas
Gadjah Mada, Yogyakarta.

Bashendra, Zi. 2013. Tinjauan Pustaka : Distilasi. Semarang : Penerbit Universitas


Diponegoro

Budi, F. S. 2009. Pengambilan oleoresin dari ampas sereh (hasil samping penyulingan
minyak sereh) dengan proses ekstraksi, Jurnal Teknik, Vol.30. No.3, hal: 156-161.

Noor. 2017. Minyak Atsiri. Semarang : Penerbit Universitas Diponegoro

Rusli, Rolan. 2010.Destilasi. https://www.rolanrusli.com Diakses 07 November 2020 pukul


22.30 WITA.

Savitri, Meliana. 2018. Perhitungan Nilai Rf. Jakarta selatan : Penerbit Universitas
Pertamina

Syiah. 2017. Tinjauan Pustaka : Kromatografi Lapis Tipis. Semarang : Penerbit Universitas
Negeri Muhammadiyah Semarang

Wahjoedi, B. 1994. Beberapa data farmakologi dari sereh. Warta


Perhipba. Perhimpunan Peneliti Bahan Obat Alami. vol 2. hal: 4–6.

Anda mungkin juga menyukai