Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PRAKTIKUM BAHAN DAN PRODUK INDUSTRI KIMIA

PENETAPAN KADAR NATRIUM HIPOKLORIT

Nama : Eristia

Rahmannita Kelas : 2B

NIM : 1918337

Tanggal : 29 September 2020

I. Judul : Penetapan Kadar NaOCl ( Natrium Hipoklorit ) dalam Produk Pemutih

II. Tujuan :
a. Menetapkan kadar Natrium Hipoklorit dalam sampel produk pemutih pakaian
b. Membandingkan kadar NaOCl hasil percobaan dengan etiket pada sampel produk
pemutih

III. Prinsip :
Kadar NaOCl (Natrium Hipoklorit) dalam sampel produk pemutih dapat ditetapkan
berdasarkan titras iodometri dengan penambahan larutan KI berlebih dan diasamkan
dengan asam setat menghasilkan iod. Iod yang dilepaskan dititar dengan larutan Natrium
tiosulfat yang telah di standarisasi. Indikator kanji digunakan untuk memperjelas warna
titik akhir tritrasi. Jumlah ekuivalen NaOCl (Natrium Hipoklorit) dalam sampel pemutih
setara dengan jumlah ekuivalen Natrium Tioslufat (Tio).
IV. Reaksi :
Standarisasi Natrium Tiosulfat
KIO3(aq) + 5KI(aq) + 6HCl(aq) → 3I₂ (aq) + 6KCl(aq) + 3H2O(l)
3I₂ (aq) + 6Na2S₂O₃(aq) → 6NaI(aq) + 3Na₂S₄O₆(aq)

Reduksi : I2 (aq) + 2e → 2I (aq)


Oksidasi : 2S2O32 (aq) → S4O62(aq) + 2e
Redoks : I2 (aq) + 2S2O32 (aq) → 2I (aq) + S4O62(aq)
Reaksi pada rumus : I2 (aq) + 2Na2S2O3 (aq) → 2NaI (aq) + Na2S4O6 (aq)
Pembentukan Hipoklorit
NaOCl(aq) + CH3COOH → HOCl(aq) + CH3COONa(aq)
Penetapan kadar NaOCl

Reaksi oksidasi : OCl-(aq) +2I-(aq) + 2H+(aq) → Cl- (aq) + H2O(l) +I₂ (aq)

Reaksi reduksi : I2(g) + 2NaS2O3(aq) → 2NaI(aq) + Na2S4O₆ (aq)

V. Dasar Teori

Natrium hipoklorit adalah salah satu bahan kimia yang dapat berfungsi sebagai
disinfektan karena dapat melepaskan klorin yang mampu membunuh mikroorganisme.
Natrium hipoklorit termasuk golongan halogen yang teroksigenasi. Larutan ini
merupakan disinfektan derajat tinggi karena sangat aktif pada bakteri, virus, jamur,
parasite, dan beberapa spora.

Pemutih adalah bahan yang digunakan untuk membersihkan noda yang sulit
dibersihkan dengan pembersih biasa. Zat aktif pada bahan pemutih biasanya berupa
NaOCl (natrium hioklorit). Senyawa dalam larutan bersifat tidak stabil dan mudah
terdekomposisi, membebaskan klorin, yang merupakan zat aktif produk ini. Natrium
hipoklorit adalah pemutih berbasis klorin tertua dan masih yang paling penting. Sifatnya
yang korosif, ketersediaannya yang mudah, dan produk reaksinya membuat natrium
hipoklorit memiliki risiko yang signifikan. Terutama, jika mencampur cairan pemutih
dengan produk pembersih lain, seperti asam atau amonia, yang dapat mengeluarkan asap
beracun.

NaOCl mudah rusak dan mengalami penurunan konsentrasi akibat mudahnya


klorin terlepas dari ikatan NaOCl saat kontak dengan air maupun udara. Semakin cepat
bahan NaOCl rusak, maka akan menyebabkan bahan tersebut tidak dapat digunakan dan
harus dilimbahkan/dibuang.
VI. Cara Kerja

a. Standarisasi Natrium Tiosulfat

KIO3 standar ditimbang


(+) 1 mL CH3COOH10%
KIO3 standar sebanyak 0,17784g ke
dititar dengan Na2S2O3
dikeringkan pada Erlenmeyer, ditambah
hingga kuning muda
suhu 110o C selama 1 50 mL aquadest dan
jam, didinginkan 0,5g KI, dikocok hingga
dalam
larut sempurna

Dititrasi kembali Ditambahkan


hingga menjadi tidak indikator
berwarna, dan catat kanji
volume

b. penetapan kadar NaOCl

Ditimbang sampel Dititar dengan


sebanyak 0,3 g dan Ditambahkan 0,15 g Na2S2O3 hingga
ditambahkan aquadest KI dan 5 mL mendekati titik akhir
sebanyak 75 ml CH3COOH 10%

Ditambahkan
Dititrasi kembali hingga indikator
menjadi tidak berwarna, kanji
dan catat volume
VII. Data Pengamatan :

a. Standardisasi Natrium Tiosulfat 0,1 N

Bobot V
BE KIO3 N Na2S2O3
KIO3 Na2S2O3
Ulangan (gram/grek) Fp (mgrek/mL) %RPD
(g) (mL)
1 0.1730 35.67 49.800 1 0.0974
2 0.1742 35.67 49.850 1 0.0980 0.61%
Rerata 0.0977

b. Penetapan Kadar Natrium Hipoklorit

Bobot
Bobot V Na2S2O3 setara Kadar
N Na2S2O3
Ulangan sampel (g) (mL) NaOCl NaOCl (%) %RSD
(mgrek/mL)
(mg)
1 0.3110 5.200 3.723 6.08
2 0.3105 0.0977 5.150 3.723 6.03
0.82%
3 0.3115 5.250 3.723 6.13
Rerata 6.08

c. Hasil akhir titrasi

Kadar NaOCl (%) Persyaratan Kesimpulan


Memenuhi syarat
6.08% 5.6% – 6.5%
keberterimaan

VIII. Perhitungan
a. Standarisasi Natrium Tiosulfat 0.1 N
 Penambahan KIO3
 Konsentrasi Na2S2O4
b. Penetapan Kadar NaOCl
IX. Pembahasan
NaOCl (Natrium Hipoklorit) merupakan garam dengan pH netral yang terbentuk
dari ion Na+ dan OCl-. NaOCl merupakan bahan baku dari produk pemutih dan
desinfektan, NaOCl merupakan oksidator dan bersifat tidak stabil. Pada desinfektan
hipoklorit akan membunuh bakteri dan virus dengan cara merusak protein yang terdapat
dalam bakteri dan virus. Sedangkan pada pemutih, hipoklorit akan mengoksidasi gugus
kromofor sehingga tidak bisa memantulkan warna dari gelombang tertentu, sehingga
ketika diberikan NaOCl maka gugus kromofor akan terputus sehingga warna dari noda
tidak akan tampak kembali. Kestabilan NaOCl juga dipengaruhi oleh pH, temperatur,
konsentrasi, serta paparan cahaya. Pada pemutih, Natrium Hipoklorit yang digunakan
adalah sebanyak 5,2%.

Pada praktikum kali ini akan dilakukan penetapan kadar natrium hipoklorit dengan
metode titrimetri dengan titrasi iodometri. Umumnya, iodomotri digunakan untuk
menentukan jumlah aktif hipoklorit dalam pemutih yang bertanggung jawab terhadap
tindakan pemutihan. Untuk iodometri, dasar penentuan kadar ionnya adalah I 2 yang
terbentuk jika ion iodida I- teroksidasi menjadi I2.

Sebelum menentukan kadar NaOCL, terlebih dauhulu melakukan standarisasi


larutan Na2S2O3. Larutan ini perlu distandarisasi karena bersifat tidak stabil. Standarisasi
dilakukan dengan baku primer KIO3. Kalium iodat direaksikan dengan asam asetat dan
KI berlebih, asam asetat akan memberikan suasana asam dan KI berlebih akan
menghasilkan I2 yang bereaksi secara setimbang menghasilkan ion I3- dan I-, namun hanya
I2 yang akan bereaksi dengan natrium tiosulfat. Titik akhir titrasi ditandai dengan
hilangnya warna coklat tua yang perlahan berubah menjadi warna kuning pucat. Untuk
memperjelas titik akhir titrasi dapat ditambahkan indikator kanji saat mendekati titik akhir
titrasi. Penambahan kanji akan mengubah warna larutan dari kuning pucat menjadi biru
tua. Hal tersebut terjadi karena masih terdapat gas I2 (iodin) dari hasil oksidasi senyawa
KIO3 dengan KI yang belum bereaksi dengan natrium tiosulfat. Warna biru ini diperoleh
karena kanji tersusun atas amilosa yang berstruktur spiral dimana struktur tersebut akan
mengikat iodin yang belum bereaksi dengan natrium tiosulfat sehingga membentuk
kompleks amilosa-poli iodida yang berwarna biru tua. Titik akhir ditandai dengan
menghilangnya warna biru tua dari larutan. Konsentrasi natrium tiosulfat ditetapkan
dengan konsep persamaan mol equivalen antara natrium tiosulfat dengan senyawa kalium
iodat.

Penetapan kadar NaOCl dalam sampel, NaOCl dalam sampel akan bereaksi dengan
I- sehingga menghasilkan I2 yang nantinya akan bereaksi dengan tiosulfat ketika dilakukan
titrasi. Titrasi harus dilakukan secara cepat agar I2 yang merupakan gas tidak menguap
dan hasil yang didapatkan akurat. Banyaknya zat pemutih dalam sampel sesuai dengan
banyaknya jumlah gas iodin yang dilepas untuk bereaksi dengan natrium tiosulfat.
Sehingga jumlah pemutih dalam sampel setara dengan volume natrium tiosulfat yang
digunakan. Kadar ditetapkan dengan membandingkan massa pemutih yang diperoleh
terhadap massa sampel yang ditimbang.

Berdasarkan hasil percobaan diperoleh hasil perhitungan kadar NaOCl dalam


sampel sebesar 6,08 % (b/b), hasil ini memenuhi syarat keberterimaan yaitu rentang 5,6 -
6,5 % (b/b) dengan nilai %RSD sebesar 0,82%. Nilai %RPD pada standarisasi natrium
tiosulfat sebesar 0,61%. Pada percobaan ini tidak perlu dilakukan pengujian ulang, karena
nilai %RSD dan %RPD memenuhi syarat keberterimaan yaitu tidak melebihi 5%.

X. Kesimpulan

Pada praktikum yang telah dilaksanakan dapat diambil kesumpulan bahwa:

 Kadar NaOCl yang diperoleh dapat memenuhi syarat keberterimaan yaitu 6.08%
(b/b) dimana syarat keberteminaanya 5.6% - 6.5 % (b/b).

 Nilai % RSD yang didapat sebesar 0.82 %.

 Nilai % RPD yang didapat sebesar 0.61 % yang memenuhi syarat <5%
XI. Daftar Pustaka

Day, R.A., JR A.L.Underwood. 1990. Analisis Kimia Kuantitatif, edisi keempat. Jakarta:
Erlangga.
Parta, I. (2020, Juli 22). Pengertian Titrasi. Retrieved from PENDIDIKAN.CO.ID:
https://pendidikan.co.id/pengertian-titrasi/
jtptunimus-gdl-ichazulizz-7042-3-13.bab2. (n.d.). Retrieved from digilib unimus:
http//digilib.unimus.ac.id
Khopkar, S.M. 2014. Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta: UI Press.
Sulistya, I. A. (2020). Pengaruh Penggunaan Natrium Hipokorit (NaOCl) dalam Cairan Pemutih Pakaian
sebagai Pereaksi Pengujian Amonia Pada Air Limbah. Integrated Lab Journal, 33.

Suryaningrum, L. (2013). Menentukan Kadar NaClO pada pemutih. . Klaten: SMA NEGERI SATU
PADMAWIJAYA.
Lampiran

Resume
Critical
Point

1. Kenapa perlu di standarisasi larutan Na2S2O3 yang kita gunakan?


Jawab :
Standarisasi merupakan proses yang digunakan untuk menentukan
konsentrasi suatu larutan secara teliti. Standarisasi larutan bertujuan untuk
mengetahui konsentrasi dari larutan Na2S2O3 karena beberapa zat kimia
mempunyai sifat mudah terkontaminasi dan bersifat tidak stabil sehingga perlu
distandarisasi untuk mengetahui konsentrasi sebenarnya pada Na2S2O3 agar
dapat digunakan sebagai larutan baku sekunder.
Untuk larutan Na2S2O3 yang merupakan larutan standar sekunder haruslah
dilakukan standarisasi dengan baku primer yaitu KIO3. Kalium iodat direaksikan
dengan asam asetat dan KI berlebih dimana asam asetat akan memberikan suasana
asam dan KI berlebih akan menghasilkan I2 yang bereaksi secara setimbang
menghasilkan ion I3- dan I- namun hanya I2 yang akan bereaksi dengan Natrium
Tiosulfat, dimana I2 akan bereaksi dengan Natrium Tiosulfat.
2. Kenapa KIO3 yang kita gunakan perlu di oven terlebih dahulu?
Jawab:
Pemanasan pada KIO3 didalam oven dibutuhkan. Ini dikarenakan KIO3
memilki sifat menyerap molekul air dari lingkungannya (higroskopis) maka dari
itu pemanasan dengan menggunakan oven harus dilakukan terlebih dahulu untuk
menghilangkan kandungan air dalam KIO 3.
3. Fungsi penambahan asam asetat dalam percobaan?
Jawab :
Pada percobaan yang kita lakukan perlu ditambahkan asam asetat agar
didapatkan suasana asam karena reaksi hanya akan terjadi jika suasana asam. Hal
ini juga dibuktikan dengan asam asetat dengan rumus molekul CH3COOH
memiliki zat antiseptik yang ringan bagi kualitas antibakteri, antivirus, dan
antijamur sehingga cocok dijadikan bahan tambah pada percobaan.
4. Apakah penitar dan zat yang di titar bisa di-switch?
Jawab :
Pada percobaan ini tidak dapat dilakukan penukaran. Karena zat yang di titar
belum diketahui konsentrasi yang terkandung didalamnya sehingga haruslah
dilakukan titrasi dengan menggunakan zat penitar yang mana adalah Kalium
Iodida.
4.1. Apakah titrasi yang kita lakukan adalah titrasi asam basa ?
Jawab: Titrasi yang dilakukan bukanlah titrasi asam basa melainkan titrasi
iodimetr. Metode titrasi iodometri langsung (iodimetri) mengacu kepada titrasi
dengan suatu larutan iod standar. Metode titrasi iodometri tak langsung
(iodometri) adalah berkenaan dengan titrasi dari iod yang dibebaskan dalam
reaksi kimia (Bassett, 1994). Larutan standar yang digunakan dalam kebanyakan
proses iodometri adalah natrium thiosulfat. Garam ini biasanya berbentuk sebagai
pentahidrat Na2S2O3.5H2O. Larutan tidak boleh distandarisasi dengan
penimbangan secara langsung, tetapi harus distandarisasi dengan standar primer.
Larutan natrium thiosulfat tidak stabil untuk waktu yang lama sehingga
boraks atau natrium seringkali ditambahkan sebagai pengawet. Iodin
mengoksidasi tiosulfat menjadi ion tetrationat.
5. Ketika penetapan kadar NaOCl, berapa banyak KI yang kita tambahkan? dan kenapa
?
Jawab : Pada saat praktikum penetapan kadar NaOCl, KI akan ditambahkan secara
berlebih agar iod yang dilepaskan bereaksi dengan natrium tiosulfat standar.
6. Kenapa menggunakan indkator kanji ?
Jawab : Penambahan indikator kanji pada praktek berfungsi untuk memperjelas titik
akhir titrasi dapat ditambahkan indikator kanji mendekati titik akhir titrasi. Warna
larutan dari yang semula berwarna kuning pucat menjadi biru tua disebabkan
penambahan kanji akan mengubah Hal tersebut karena masih terdapat gas I 2 iodin dari
hasil oksidasi senyawa KIO3 dengan KI yang belum bereaksi dengan natrium tiosulfat.
Warna biru ini diperoleh karena kanji tersusun atas amilosa yang berstruktur spiral
dimana struktur tersebut akan mengikat iodin yang belum bereaksi dengan natrium
tiosulfat sehingga membentuk kompleks amilosa- poliiodida yang berwarna biru tua.
larutan kanji tidak berwarna maka larutan berubah warna menjadi biru tua atau ungu
kehitaman. Hal ini menunjukkan bahwa didalam larutan terdapat I 2 dan larutan kanji
ini berfungsi sebagai indikator.
Karena warna biru tua ke ungu kehitaman dari kompleks kanji-iodium
dipakai untuk suatu uji sangat peka terhadap iodium. Kepekaan lebih besar dalam
larutan yang sedikit asam dari pada dalam larutan netral dan lebih besar dengan
adanya ion iodida (Day & Underwood, 1981).
6.1. Apakah titik ekuivalen dapat terjadi tanpa penambahan indikator kanji ?
jawab : Dapat. Namun membutuhkan waktu yang cukup lama, dan perubahan warna
sulit diamati. Dengan penambahan kanji maka perubahan warna dapat terlihat dengan
jelas.
6.2 Kapan dilakukan penambahan indikator kanji pada saat titrasi ?
jawab : dilakukan penambahan indikator harusnya dilakukan pada saat pertengahan
ketika hampir mendekati titik akhir titrasi.
7. Tambahkan reaksi apa saja yang terjadi
Jawab:
Jika larutan iodium dalam KI pada suasana netral maupun asam dititrasi dengan
natrium thiosulfat maka:
I3- + 2S2O32- → 3I- + S4O62-
Selama reaksi zat antara S2O32- yang tidak berwarna adalah terbentuk sebagai:
S2O32-+ I3- → S2O3I- + 2I-
Yang mana berjalan terus menjadi:
S2O3I- + S2O32- → S4O62- +I3-
Iodin mengoksidasi tiosulfat menjadi ion tetrationat:
I2 + 2S2O32- → 2I- + S4O62-
Standarisasi Natrium Tiosulfat
KIO3(aq) + 5KI(aq) + 6HCl(aq) → 3I₂ (aq) + 6KCl(aq) + 3H2O(l) 3I₂ (aq) + 6Na2S₂O₃(aq)
→ 6NaI(aq) + 3Na₂S₄O₆(aq) Penetapan kadar NaOCl
OCl(aq) +2I(aq) + 2H+(aq) → Cl-+ H2O(l) +I₂ (aq) I2(g) + 2NaS2O3(aq) → 2NaI(aq) +
Na2S4O₆ (aq)
Foto

Anda mungkin juga menyukai