Nama : Eristia
Rahmannita Kelas : 2B
NIM : 1918337
II. Tujuan :
a. Menetapkan kadar Natrium Hipoklorit dalam sampel produk pemutih pakaian
b. Membandingkan kadar NaOCl hasil percobaan dengan etiket pada sampel produk
pemutih
III. Prinsip :
Kadar NaOCl (Natrium Hipoklorit) dalam sampel produk pemutih dapat ditetapkan
berdasarkan titras iodometri dengan penambahan larutan KI berlebih dan diasamkan
dengan asam setat menghasilkan iod. Iod yang dilepaskan dititar dengan larutan Natrium
tiosulfat yang telah di standarisasi. Indikator kanji digunakan untuk memperjelas warna
titik akhir tritrasi. Jumlah ekuivalen NaOCl (Natrium Hipoklorit) dalam sampel pemutih
setara dengan jumlah ekuivalen Natrium Tioslufat (Tio).
IV. Reaksi :
Standarisasi Natrium Tiosulfat
KIO3(aq) + 5KI(aq) + 6HCl(aq) → 3I₂ (aq) + 6KCl(aq) + 3H2O(l)
3I₂ (aq) + 6Na2S₂O₃(aq) → 6NaI(aq) + 3Na₂S₄O₆(aq)
Reaksi oksidasi : OCl-(aq) +2I-(aq) + 2H+(aq) → Cl- (aq) + H2O(l) +I₂ (aq)
V. Dasar Teori
Natrium hipoklorit adalah salah satu bahan kimia yang dapat berfungsi sebagai
disinfektan karena dapat melepaskan klorin yang mampu membunuh mikroorganisme.
Natrium hipoklorit termasuk golongan halogen yang teroksigenasi. Larutan ini
merupakan disinfektan derajat tinggi karena sangat aktif pada bakteri, virus, jamur,
parasite, dan beberapa spora.
Pemutih adalah bahan yang digunakan untuk membersihkan noda yang sulit
dibersihkan dengan pembersih biasa. Zat aktif pada bahan pemutih biasanya berupa
NaOCl (natrium hioklorit). Senyawa dalam larutan bersifat tidak stabil dan mudah
terdekomposisi, membebaskan klorin, yang merupakan zat aktif produk ini. Natrium
hipoklorit adalah pemutih berbasis klorin tertua dan masih yang paling penting. Sifatnya
yang korosif, ketersediaannya yang mudah, dan produk reaksinya membuat natrium
hipoklorit memiliki risiko yang signifikan. Terutama, jika mencampur cairan pemutih
dengan produk pembersih lain, seperti asam atau amonia, yang dapat mengeluarkan asap
beracun.
Ditambahkan
Dititrasi kembali hingga indikator
menjadi tidak berwarna, kanji
dan catat volume
VII. Data Pengamatan :
Bobot V
BE KIO3 N Na2S2O3
KIO3 Na2S2O3
Ulangan (gram/grek) Fp (mgrek/mL) %RPD
(g) (mL)
1 0.1730 35.67 49.800 1 0.0974
2 0.1742 35.67 49.850 1 0.0980 0.61%
Rerata 0.0977
Bobot
Bobot V Na2S2O3 setara Kadar
N Na2S2O3
Ulangan sampel (g) (mL) NaOCl NaOCl (%) %RSD
(mgrek/mL)
(mg)
1 0.3110 5.200 3.723 6.08
2 0.3105 0.0977 5.150 3.723 6.03
0.82%
3 0.3115 5.250 3.723 6.13
Rerata 6.08
VIII. Perhitungan
a. Standarisasi Natrium Tiosulfat 0.1 N
Penambahan KIO3
Konsentrasi Na2S2O4
b. Penetapan Kadar NaOCl
IX. Pembahasan
NaOCl (Natrium Hipoklorit) merupakan garam dengan pH netral yang terbentuk
dari ion Na+ dan OCl-. NaOCl merupakan bahan baku dari produk pemutih dan
desinfektan, NaOCl merupakan oksidator dan bersifat tidak stabil. Pada desinfektan
hipoklorit akan membunuh bakteri dan virus dengan cara merusak protein yang terdapat
dalam bakteri dan virus. Sedangkan pada pemutih, hipoklorit akan mengoksidasi gugus
kromofor sehingga tidak bisa memantulkan warna dari gelombang tertentu, sehingga
ketika diberikan NaOCl maka gugus kromofor akan terputus sehingga warna dari noda
tidak akan tampak kembali. Kestabilan NaOCl juga dipengaruhi oleh pH, temperatur,
konsentrasi, serta paparan cahaya. Pada pemutih, Natrium Hipoklorit yang digunakan
adalah sebanyak 5,2%.
Pada praktikum kali ini akan dilakukan penetapan kadar natrium hipoklorit dengan
metode titrimetri dengan titrasi iodometri. Umumnya, iodomotri digunakan untuk
menentukan jumlah aktif hipoklorit dalam pemutih yang bertanggung jawab terhadap
tindakan pemutihan. Untuk iodometri, dasar penentuan kadar ionnya adalah I 2 yang
terbentuk jika ion iodida I- teroksidasi menjadi I2.
Penetapan kadar NaOCl dalam sampel, NaOCl dalam sampel akan bereaksi dengan
I- sehingga menghasilkan I2 yang nantinya akan bereaksi dengan tiosulfat ketika dilakukan
titrasi. Titrasi harus dilakukan secara cepat agar I2 yang merupakan gas tidak menguap
dan hasil yang didapatkan akurat. Banyaknya zat pemutih dalam sampel sesuai dengan
banyaknya jumlah gas iodin yang dilepas untuk bereaksi dengan natrium tiosulfat.
Sehingga jumlah pemutih dalam sampel setara dengan volume natrium tiosulfat yang
digunakan. Kadar ditetapkan dengan membandingkan massa pemutih yang diperoleh
terhadap massa sampel yang ditimbang.
X. Kesimpulan
Kadar NaOCl yang diperoleh dapat memenuhi syarat keberterimaan yaitu 6.08%
(b/b) dimana syarat keberteminaanya 5.6% - 6.5 % (b/b).
Nilai % RPD yang didapat sebesar 0.61 % yang memenuhi syarat <5%
XI. Daftar Pustaka
Day, R.A., JR A.L.Underwood. 1990. Analisis Kimia Kuantitatif, edisi keempat. Jakarta:
Erlangga.
Parta, I. (2020, Juli 22). Pengertian Titrasi. Retrieved from PENDIDIKAN.CO.ID:
https://pendidikan.co.id/pengertian-titrasi/
jtptunimus-gdl-ichazulizz-7042-3-13.bab2. (n.d.). Retrieved from digilib unimus:
http//digilib.unimus.ac.id
Khopkar, S.M. 2014. Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta: UI Press.
Sulistya, I. A. (2020). Pengaruh Penggunaan Natrium Hipokorit (NaOCl) dalam Cairan Pemutih Pakaian
sebagai Pereaksi Pengujian Amonia Pada Air Limbah. Integrated Lab Journal, 33.
Suryaningrum, L. (2013). Menentukan Kadar NaClO pada pemutih. . Klaten: SMA NEGERI SATU
PADMAWIJAYA.
Lampiran
Resume
Critical
Point