Gas Bumi
Wet Gas
Wet gas adalah gas bumi yang mengandung hidrokarbon yang lebih berat dalam
jumlah yang cukup banyak dan mudah dipisahkan dalam bentuk cairan. Cairan yang
dihasilkan dari gas basah disebut kondensat, sedangkan gas yang diperoleh disebut gas
kondensat. Baik saat awal maupun pada akhir produksi, biasanya di dalam reservoar fluida
dalam keadaan fasa gas.
Ciri-ciri gas basah antara lain :
1. Temperatur krikondenterm diagram fasanya lebih kecil dari temperature reservoar,
2 Fluida dari separator terdiri atas 10 % mol cairan dan 90 % mol fasa gas,
3. Cairan dari separator mempunyai gravity > 50 0API dan biasanya jernih seperti air,
4. GOR produksi dapat mencapai 100 000 SCF/STB atau kurang.
Dry Gas
Dry gas adalah terutama terdiri dari metana dan sedikit mengandung etana
serta kemungkinan propane.
Adapun ciri-ciri dari gas kering antara lain :
1. Temperatur kritis dan temperatur krikondenterm fluida relatif sangat rendah,
sehingga biasanya berharga jauh di bawah temperatur reservoarnya,
2. Sedikit sekali atau hampir dapat dikatakan tidak ada cairan yang diperoleh dari
separator produksi permukaan,
3. GOR produksi biasanya lebih dari 100 000 SCF/STB.
Gas Ideal
Fasa gas pada kondisi tekanan dan temperatur rendah (kondisi standar)
dapat memenuhi kaidah hukum gas ideal. Gas ideal adalah gas yang mempunyai
volume total molekul yang dapat diabaikan terhadap volume wadah, tidak
mempunyai gaya tarik menarik maupun tolak-menolak antar sesama molekul atau
molekul dengan dinding wadahnya, dan tumbukan antar molekul bersifat lenting
sempurna sehingga tidak terjadi kehilangan tenaga akibat tumbukan tersebut.
1. Hukum Boyle
Berbunyi pada suatu suhu, volume sejumlah gas berubah sedemikian,
sehingga selalu berbanding terbalik dengan tekanan gas. Dapat dituliskan sebagai
berikut :
PV = Tetapan
2. Hukum Charles
Berbunyi pada suatu tekanan, volume sejumlah tertentu gas berubah
sedemikian, sehingga selalu berbanding lurus dengan suhu mutlaknya. Dapat
dituliskan sebagai berikut :
V/T = Tetapan
Bila jumlah dan tekanan gas tetap, dan volume dialurkan terhadap suhu mutlak,
akan diperoleh garis lurus. Garis ini akan melalui titik dari sumbu, artinya pada 0 oR
atau 0oK volume gas adalah 0. Dalam kehidupan sehari-hari dikenal bahwa jika
suhu mutlak ini dicapai, gas akan mengembun dan bahkan kemudian membeku. Hal
ini menunjukkan bahwa pada suhu yang cukup rendah, hukum yang sederhana ini
tidak berlaku lagi gas-gas di alam. Suatu hukum yang hampir sama dengan hukum
Charles ialah hukum Gay Lussac.
3. Hukum Gay Lussac
Berbunyi dalam volume yang tetap, tekanan sejumlah tertentu gas selalu berbanding lurus dengan
suhu mutlaknya.
P/T = Tetapan
Hukum Boyle dan Hukum Charles dapat digabung, volume, V, dapat dianggap sebagai fungsi dari
tekanan, P dan suhu mutlak, T
V = f (P,T)
Deferensiasi akan memberikan : dV =
Integrasi persamaan deferensial ini akan memberikan : PV = C’ T
V V
4. Hukum Avogadro dP dT
P T T P
Berbunyi pada tekanan gas suhu yang sama, dalam suhu yang sama semua gas ideal memiliki jumlah
molekul yang sama. Pernyataan setara dengan pernyataan bahwa gas ideal apa saja dalam jumlah mol (gram
molekul) yang sama, akan menempati volume yang sama apabila diukur pada tekanan dan suhu yang sama.
Ternyata dari percobaan, 1 mol gas apa saja memiliki volume sebesar 22,4 liter, pada 0 oC dan 1 atm.
Bila Hukum Avogadro digabungkan dengan persamaan Gay Lussac, yakni dengan mengambil C’ =
nR, akan diperoleh : PV = nRT atau
keterangan :
Ppc = Pseudo critical Pressure, psia,
Pci = Tekanan kritis komponen ke i, psia, (lihat tabel I),
Tpc = Pseudo critical temperatur, 0R,
Tci = Temperatur kritis komponen ke i, 0R, (lihat tabel I),
yi = Fraksi mol komponen ke i.
Selain dengan cara penentuan berdasarkan harga tekanan dan temperatur kritis gas murni (komponen)
penyusunnya, Ppc dan Tpc suatu campuran gas dapat juga ditentukan dengan menggunakan Grafik 1, apabila
telah diketahui specific gravity gas. Grafik 1, memenuhi persamaan Standing sebagai berikut :
Tpc = 168 + 325 (γg) - 12,5 (γg)2 *
Ppc = 677 + 15 (γg) - 37,5 (γg)2 *
dengan γg adalah specific gravity gas atau campuran gas.
Setelah harga dari pseudo reduced temperature (Tpr) dan pseudo reduced pressure (Ppr) diperoleh, maka faktor
kompresibilitas dapat dicari dari Grafik 2. Harga Z dapat dicari dengan cara menarik garis lurus dari harga Ppr
yang memotong harga Tpr. Titik perpotongan antara Ppr dan Tpr kemudian ditarik ke kiri untuk mendapatkan
harga Z.
Sweet gas adalah gas alam yang tidak mengandung hidrogen sulfida (H 2S), tetapi dapat
mengandung nitrogen (N2), karbondioksida (CO2) atau kedua-duanya. Kandungan ini harus kita ketahui
besarnya prosentasenya karena akan mempengaruhi besarnya harga Z.
Za = ZnYn + (1 – Yn) Zg *
keterangan :
Za = faktor kompresibilitas additive,
Zn = faktor kompresibilitas nitrogen,
Zg = faktor kompresibilitas dari fraksi hidrokarbon campuran,
Yn = fraksi mole nitrogen dari dalam campuran.
Harga faktor kompresibilitas yang sebenarnya yaitu Z dari campuran, didefinisikan sebagai :
Ztrue = C.Za
Dengan C adalah faktor koreksi yang tergantung pada konsentrasi nitrogen, temperature, dan tekanan.
* = Koreksi Eilbert
Pengaruh karbondioksida (CO2) terhadap kompresibilitas :
Didefinisikan faktor kompresibilitas additif, sebagai berikut :
Za = (ZCO2) YCO2 + (1 – YCO2) (Zg) **
Ztrue = Za
keterangan :
Z CO2 = faktor kompresibilitas dari CO murni,
Y CO2 = fraksi mole CO2 di dalam campuran,
Zg = faktor kompresibilitas dari fraksi hidrokarbon.
Jika di dalam campuran gas terkandung gas CO2, N2, dan H2S dalam jumlah yang cukup
besar, dipergunakan persamaan :
Za = ZCO2 (YCO2) + Zn(Yn)+ Z H2SYH2S + (1- YCO2 – Yn – YH2S).Zg
Ztrue = C.Za (Faktor C tidak diperlukan bila tidak mengandung gas N2)
Gas alam akan dikatakan sour gas apabila mengandung 1 gram H 2S per cubic feet. H2S dalam sour gas bersifat
korosif. H2S juga akan mempengaruhi besarnya harga Z.. Sour gas bersifat korosif, bahkan bisa menjadi racun jika
konsentrasinya cukup besar. H 2S di dalam konsentrasi yang kecil dapat diabaikan, sehingga untuk perhitungan
faktor kompresibilitas dapat dilakukan tanpa koreksi seperti yang dilakukan terhadap nitrogen (N 2) dan
karbondioksida (CO2). Tetapi jika konsentrasi H 2S cukup besar, maka koreksi harus dilakukan.
m PM
keterangan : g
V RT
m = berat gas, lb,
V = volume gas, cuft,
M = berat molekul gas, lb/lb mole,
P = tekanan reservoar, psia,
T = temperatur, °R,
R = konstanta gas = 10.73 psi cuft/lb mole °R.
Sedangkan untuk gas campuran digunakan rumus sebagai berikut :
PM a
g
keterangan :
zRT
z = faktor kompresibilitas gas,
Ma = berat molekul tampak.
Specific Gravity
Spesific gravity gas didefinisikan sebagai perbandingan antara densitas gas dengan densitas udara
pada kondisi temperatur dan tekanan yang sama. Untuk komponen tunggal persamaannya ditulis sebagai
berikut :
g atau MgP
Mg Mg
g g RT
udara M udara P M udara 29
RT
Sedangkan untuk gas campuran, Mg diganti dengan Ma (berat molekul tampak campuran gas),
yaitu :
Ma Ma
g
M udara 29
Dari uraian di atas, spesific gravity gas tidak dipengaruhi oleh tekanan dan temperatur yang ada
pada sistem tersebut, tetapi hanya dipengaruhi oleh berat molekul tampak dari campuran gas tersebut. Jadi
harga spesific gravity stabil/tetap.
Menentukan Spesific Grafity gas yang mengandung N2, CO2, dan H2S
Dengan metode Meenhan :
g 0.967 y N 2 1.52 yco 1.18 y H 2 S
ghc 2
1 y N 2 yCO2 y H 2 S
keterangan :
γghc = grafity gas mengandung impurities.
y N2 = mol fraksi N2 dalam gas.
y H2S = mol fraksi H2S dalam gas.
y CO2 = mol fraksi CO2 dalam gas.
Faktor Volume Formasi Gas
Satu cuft gas di dalam reservoar bila dibawa ke permukaan volumenya tidak akan tetap 1 cuft, melainkan
bertambah besar karena pemuaian. Faktor volume formasi gas adalah perbandingan volume dari sejumlah gas
pada kondisi reservoar dengan kondisi P & T standar, dapat dituliskan sebagai berikut :
Z r nRTr Z rTr
Volume Gas pada Kondisi Reservoar Vres Pr Pr
Bg
Volume Gas Dipermukaan Vsc Z sc nRTsc 1* 5200 R
Psc 14.7 psia
keterangan :
Bg = faktor volume formasi gas, cuft/scf,
Vres = volume gas pada kondisi reservoar, cuft,
Vsec = volume gas pada kondisi standard, scf,
Psc = tekanan pada kondisi standard, psi ( 14.7 psi),
Pr = tekanan pada kondisi reservoar, psi,
Tsc = temperatur pada kondisi standard, 0R (5200R),
Tr = temperatur pada kondisi reservoar, 0R,
Zsc = faktor kompresibilitas gas pada kondisi standard (= 1),
zT cuft zT bbls p SCF p SCF
Bg 0.02829 0.00504 35.35 Z = faktor kompresibilitas
198.4 gas pada kondisi reservoar.
p SCF p SCF zT cuft zT bbls
r
Dari persamaan di atas, maka didapat persamaan faktor volume formasi gas yaitu :
Viskositas Gas
Viscositas gas murni (satu komponen) tergantung pada tekanan dan temperatur, tetapi untuk gas campuran (gas
alam) viscositas akan tergantung pula pada komposisi. Umumnya, dalam perhitungan teknik reservoar produksi dan yang
dimaksud dengan viskositas di sini adalah viskositas dinamik (μ), bukan viskositas kinematik (υ).
Cara untuk mencari harga viskositas gas dapat secara langsung dan secara tidak langsung. Seacara langsung
yaitu dengan menggunakan alat ”Ball Pressure Viscosimeter” atau ”Rankie Capillary Viscosimeter”. Sacara tidak
langsung yaitu dengan menggunakan metode persamaan dan korelasi. Ada beberapa cara untuk menghitung viskositas gas
alam, antara lain :
1. Untuk menghitung viskositas pada tekanan atmosfer menggunakan persamaan :
keterangan :
g gi yi Mi 0.5
μg = Viskositas campuran gas pada tekanan atmosfer, yi Mi 0.5
μgi = Viskositas gas murni (lihat grafik 1),
Mi = Berat mol gas murni ke-i.
2. Untuk menghitung viskositas gas alam pada temperatur dan tekanan sembarang dapat menggunakan :
g : ga f ( M, T )
g ga dengan
(lihat grafik 2)
ga g
f ((lihat
Pr , Tgrafik
r)
ga 3)
Grafik 1
()
Grafik 2
(Gas Production Operation, Dale Beggs)
Grafik 3
(Gas Production Operation, Dale Beggs)
Compresibilitas Gas
Kompresibilitas gas isothermal adalah perubahan volume per unit volum akibat perubahan
tekanan pada temperatur yang konstan, dapat ditulis sebagai berikut :
1 V
C psia -1 C
1 V
P nRT 1
ideal)
v P T atau V P nRT P 2 (gas
P
P nRT Z 1 1 Z
C 2
P Z (gas nyata)
ZnRT P P P Z P
Kesetimbangan energi dimana pompa digunakan dalam sistem untuk mengalirkan gas
diberikan oleh persamaan berikut ini :
mV 2 mgz
U PV q W
2 gc gc
ENTHALPI GAS (H) :
Kandungan panas gas yang merupakan fungsi
kapasitas panas gas tsb., sehingga perubahan
enthalpi akbt P & T :
V
H C p T V T P
T p
H RT 2 Z
P T P T P
Dimana, Cp = spesifik panas, Btu/lbmol oR
P = tekanan absolut, psia
T = Temperatur absolute, oR
V = volume sistem, cuft
R = konstanta gas ~ 1.986 Btu/lbmol oR
Z = Z-factor (faktor penyimpangan gas)
Enthalpi Komponen murni :
H Ho Ho H
H o
o
0
H RTc H H / RTc w H H / RTc o
1
H o
=c koreksi penyimpangan enthalpi ‘simple
H / RT
1
H m H mo H o H m
H o
H m o
0
RTcm H H / RTc wm H H / RTc o
1
wm xi wi
kondisi pseudoreduced
i digunakan untuk mendapatkan
harga dan
FLUIDA
H o
H / RTc
0
H o
H / RTc
1
Selanjutnya harga (H0 ‑ H)m diperoleh dari persamaan :
sehingga
0
entalpi dari
H H m RTcm H H /RTc
tertentu dapat dihitung,
0
yaitu
gas campuran
0
pada
dengan
tekanan
menggunakan
dan
m H H /RTc
persamaan
'
0 temperatur
Hm H H H0
m 0
m
Enthalpi ‘GaS iDEAL’
(”Engineering Data Book”, Natural Gas Processors Association)
Enthalpi ‘GaS iDEAL’
(”Engineering Data Book”, Natural Gas Processors Association)
Pengaruh tekanan thd enthalpi ‘simple fluid’
(”Engineering Data Book”, Natural Gas Processors Association)
ENTH
FLUIDA
koreksi penyimpangan enthalpi ‘simple fluid’
akibat pengaruh tekanan
(”Engineering Data Book”, Natural Gas Processors Association)
ENTH
FLUIDA
EXERCISE
Tabel. PVT Matching Terhadap Komposisi Komponen Fluida
Reservoar dari Sumur PMS-01 (Upper Cibulakan)
Fraksi Mol (Y i ), %
Komponen P res = 2500 psia
Laboratorium Simulasi
T res = 220 F
CO2 6,22 6,22
C07-C08 1,05
Komponen-semu
C12+ 0,13
1.Metode Volumetris
Secara umum cadangan gas di tempat dapat dihitung dengan menggunakan rumus :
43560 Vb (1 Swi )
G
keterangan :
Bgi
G = Cadangan gas mula-mula ditempat, scf,
Vb = Bulk volume reservoar, acre-ft,
Ф = Porositas batuan reservoar,
Swi = Saturasi air conate,
Bgi = Faktor volume formasi gas awal, cuft/scf,
Bga = Faktor volume formasi gas pada tekanan abonden, cuft/scf,
43560 = Konversi dari acre-ft ke cuft.
Diperlukan peta isopach yang digunakan untuk menentukan volume total batuannya.
Metode Trapezoidal
Metode ini digunakan bila perbandingan luas garis kontur yang berurutan ke bawah lebih
besar dari 0,5 atau A A
n
0.5
maka :
n 1
An
h
Vb ( An An 1 )
2
Metode Pyramidal
Metode ini digunakan bila perbandingan luas garis kontur yang berurutan ke bawah lebih
kecil atau sama dengan 0,5 atau maka :
A A n n 1
0.5
An
keterangan :
h
Vb An An 1 An xAn 1
3
Vb = Volume bulk batuan, acree-ft,
An = Luas yang dibatasi oleh isopach di bawahnya, acre,
An+1 = Luas yang dibatasi oleh isopach di atasnya, acre,
h = Interval antar garis isopach, ft.
Cadangan
• Cadangan = Gas Awal – Gas Sisa.
1 1
Gp 43560 Ah 1 Swi x
• Recofery Faktor Bgi Bga
Bgi PaZi
RF 1 1
Bga PiZa
Untuk reservoar gas dengan mekanisme pendorong
air (water drive reservoar) faktor perolehan adalah :
dimana :
Sgi = saturasi gas awal, fraksi
Sgr = saturasi gas sisa , fraksi
Bgi = faktor volume formasi gas pada tekanan
awal,Scf/cuft
Bga = faktor volume formasi gas pada tekanan abandon,
Scf/cuft
Tabel 1.2
Residual Gas Saturation After Water Flood as
Measured Core Plugs
(1 Water
• Untuk Strong Swi Drive
Sgr )
RF x100%
(1 Swi )
Persamaan Umum Material Ballance
2.Metode Material Balance
untuk Depletion Drive Reservoir
G ( Bg Bgi ) We WpBw
Gp
Bg yang digunakam pada reservoar jenis ini adalah :
Asumsi
Tidak ada perembesan air ke dalam reservoar dan atau produksi air sangat kecil dan dapat diabaikan,
Keadaan mula-mula dari reservoir adalah undersaturated,
Reservoir homogen dan isotropis,
Tenaga yang menyebabkan adanya produksi gas hanya berasal dari pengembangan gas itu sendiri.
Untuk depletion drive, persamaannya berubah menjadi :
Gambar 3
Plot P/Z terhadap Gp dengan Efek Water Influx
(Gas Production Operation, Dale Beggs)
Jika data kumulatif produksi dan tekanan reservoar cukup tersedia, Initial Gas In Place (G) dan
cadangan gas dapat ditentukan tanpa harus mengetahui terlebih dahulu harga A, h, Φ, dan Sw. Ini dibentuk
dengan membuat kesetimbangan massa atau mol dari gas, yaitu :
Mol produksi = mol awal ditempat – mol tersisa.
P G PV PV
Dengan mengaplikasikan hukum
sc
gas,
p
pV = ZnRT,
i i
i
maka didapat :
Tsc Z sc Tf Zi Tf Z
Vi GB gi untuk sehingga di dapat :
G ( Bg Bgi ) We WpBw
Gp
Bg
G ( Bg Bgi )
Gp
Bg
keterangan :
Tf = Temperatur formasi,
Pi = Tekanan awal reservoar,
Tsc = Temperatur pada keadaan estándar,
Psc = Tekanan pada keadaan standar.
Metode Material Balance
untuk Water Drive Reservoir
Untuk reservoar Water Drive, yaitu adanya water influx dan produksi air, maka persamaannya berubah
menjadi :
GpBg WpBw
C
QD P *
G ; y ax b
Bg Bgi Bg Bgi
keterangan :
We = CΣQD∆P.
C = Konstanta water influx
Sebuah grafik GpBg +WpBw/Bg-Bgi vs ΣQD∆P/Bg-Bgi menghasilkan garis lurus dengan slope menyatakan
besarnya C, dan dapat diketahui besarnya IGIP dengan ekstrapolasi garis sehingga memotong sumbu y (lihat Gambar 2).
qsc
6
703x10 kh Pr Pwf
2 2
re
TZ ln 0.472 S Dqsc
rw
Persamaan untuk menentukan tekanan atau
kehilangan tekanan untuksuatu laju aliran gas
sebesar qsc.
2 2 1422T Z qsc re
Pr Pwf ln 0.472 S Dqsc
kh rw
DIMANA :
Deliverabilitas Reservoar
q sc C Pr 2
Pwf
2 n
MMSCF / day
; C
Psi
2 n
AOFP C PR 2 n
Plot Log P2 versus Log qsc
Exersice
SG gas = 0.65
T res = 200 F
Inflow Performance
q sc C Pr 2
Pwf 2 n
• Persamaan Deliverabilitas menggambarkan hubungan
antara laju produksi gas (qsc) terhadap tekanan alir dasar
sumur (Pwf)
• Hubungan tersebut dinamakan Inflow Relation ship
Permeabilitas
Ketebalan lapisan
Temperatur Reservoar
Jari jari pengurasan
Jari jari sumur
Skin faktor
Viskositas gas (g) dan faktor Kompresibilitas gas (Z) -
merupakan funsi tekanan, sehingga Konstanta
deliverabilitas menjadi
1
Ck
z
Peramalan Inflow performace
Atau :
Peramalan Inflow Performance
W e ll C a p a c it y F o re c a s t ing
HGL- I
3000
2500
2000
1500
1000
50 0
0
0 5 00 1000 15 00 20 00 2 500 3000
Q ( M S CFD )
Re se r voir P re ssur e 2625 psia Re se r voir P re ssur e 2000 psia Re se r voir P re ssur e 1500 psia
Uji Deliverabilitas
Deliverabilitas adalah kemampuan dari suatu sumur gas untuk berproduksi, yang
dinyatakan dalam bentuk grafik Pwf vs Qsc. Secara umum, faktor-faktor yang
mempengaruhi deliverability sumur gas juga sama dengan faktor yang mempengaruhi
inflow performance relationship (IPR), yaitu :
Water coning
Yaitu ikut terproduksinya air yang semakin lama semakin tinggi. Hal ini karena rate yang
terlalu besar atau kesalahan perforasi yang terlalu dekat dengan batas gas-air (GWC) dan
biasanya dijumpai pada reservoar di bawah pengaruh air yang kuat. Dengan demikian gas
yang terproduksi semakin lama akan semakin kecil, sedangkan produksi air akan
semakin tinggi sehingga deliverability sumur gas tersebut akan terpengaruh dan
mengakibatkan sumur mati.
Skin effek
Kerusakan formasi dimana permeabilitasnya semakin mengecil dan
mengakibatkan aliran dari formasi ke lubang bor akan terhambat. Pengurangan
harga permeabilitas tersebut biasanya terjadi di sekitar lubang bor yang
diakibatkan oleh adanya kontaminasi filtrat lumpur pada formasi di daerah zona
invasi. Perubahan aliran yang disebabkan oleh pengurangan permeabilitas
tersebut akan mengurangi dari kemampuan sumur untuk berproduksi.
Jenis aliran
Pada tes sumur gas dan analisanya, biasanya dianggap alirannya adalah laminar,
yaitu untuk harga n = 1. Untuk aliran yang turbulen, dimana harga n tidak sama
dengan satu, persamaan yang digunakan akan berbeda, sehingga deliverabilitynya
juga akan berubah.
Jenis reservoar
Untuk tekanan reservoar yang berada di bawah depletion drive, tekanannya akan
cepat turun sejalan dengan waktu produksi dan hal ini dapat diamati setelah
selang waktu produksi tertentu. Untuk reservoar water drive, perubahan tekanan
reservoar dipengaruhi oleh air yang aktif, sehingga perubahan dari tekanan
reservoar tidak akan turun dengan cepat.
Faktor nonteknis, yaitu :
Rate produksi dan tekanan produksi
Besarnya laju aliran berhubungan dengan tekanan aliran yang terdapat di dalam lubang
bor yang berupa drawdown terhadap tekanan reservoar (Pr). Dengan berubahnya
tekanan alir dasar sumur (Pwf), maka laju aliran yang dihasilkan juga akan berubah,
semakin kecil tekanan alir dasar sumur, maka laju aliran akan semakin besar. Dengan
demikian, apabila besarnya tekanan aliran dapat diatur laju aliran juga akan bisa
ditentukan, sehingga deliverability sumur gas juga akan berpengaruh terhadap
perubahan dari ke dua parameter tersebut.
Pada masa awal tes penentuan dari deliverabilitas ini, sudah dikenal persamaan empiris yang
selaras dengan hasil pengamatan. Persamaan ini menyatakan hubungan antara Q sc terhadap P2
pada kondisi aliran yang stabil.
Qsc = C (PR2 - Pwf2)n
Harga n ini mencerminkan derajat pengaruh faktor inersia turbulensi terhadap aliran. Harga n
diperoleh dari sudut kemiringan grafik dengan sumbu tegak (P2). Untuk aliran yang laminer
akan memberikan harga n sama dengan 1, dan bila faktor inersia- turbulensi berperan dalam
aliran maka n < 1 (dibatasi sampai harga paling kecil sama dengan 0,5).
Harga C dapat dilihat/dicari berdasarkan titik perpotongan grafik dan satuannya dapat dinyatakan
dalam :
q sc stabil kh
MMSCF / day
C 2
Pr Pwf2 n
w
r
r
1422.T . g .z g ln e 0.75 s
( psi 2 n
)
Harga C ini tergantung dari sifat fisik batuan dan fluida yaitu, k dan .. Permeabilitas adalah
saturasi liquid di dalam reservoar, sebagai penurunan tekanan dari depletion. Gas yang tertinggal
akan mengembang untuk menjaga Sg konstan. Kecuali condensat retrograt atau hadirnya water
influx. Untuk gas kering, perubahan k terhadap waktu tidak terlalu berpengaruh. Jika berada pada
permeabilitas tinggi, maka harga C juga akan tinggi begitu juga sebaliknya, tergantung dari
klasifikasi permeabilitasnya. Harga dan z tergantung dari perubahan harga tekanan reservoar.
Satuan ukuran lainnya digunakan dalam analisa “deliverabilitas” adalah “absolut open flow”
(AOF).
Back Pressure Test
Convensional back pressure atau disebut juga “flow after flow test”, metode ini pertama
kali ditemukan oleh Pierce dan Rawlins (1929) untuk mengetahui kemampuan sumur
berproduksi dengan memberikan tekanan balik (back pressure) yang berbeda-beda. Pelaksanaan
dari tes yang konvensional ini dimulai dengan jalan menutup sumur, untuk menentukan harga P R.
Selanjutnya sumur diproduksi dengan laju sebesar Q sc sehingga aliran mencapai stabil, sebelum
diganti dengan laju produksi lainnya. Setiap perubahan laju produksi tidak didahului dengan
penutupan sumur.
Gambar skematis dari proses “back pressure test” diperlihatkan pada Gambar 1.
Analisis deliverability didasarkan pada kondisi aliran yang stabil. Untuk keperluan ini diambil
tekanan alir di dasar sumur, Pwf, pada akhir dari periode suatu laju produksi.
Lama waktu pencapaian kondisi stabil dipengaruhi oleh permeabilitas batuan. Waktu
untuk mencapai kestabilan ini dapat diperkirakan berdasarkan waktu mulai berlakunya aliran
semi mantap, maka harga waktu mencapai kondisi stabil, t s, adalah :
2 2
C re C re 1
t s 948 1000 C
k k PR PR
Flow After Flow Test
Gambar 1
Diagram Laju Produksi dan Tekanan dari Back Pressure Test
(Ikoku, Chi.U.DR; “Natural Gas Production Engineeing”)
Contoh
Isochronal Test
Back Pressure Test hanya dapat memberikan hasil yang baik bila dilangsungkan
pada reservoar dengan permeabilitas tinggi. Sedang untuk reservoar dengan permeabilitas
rendah, akan diperlukan waktu yang cukup lama untuk mencapai kondisi yang stabil,
sehingga apabila uji dilakukan pada sumur yang belum mempunyai fasilitas produksi, jumlah
gas yang dibakar cukup besar.
Bertolak dari kelemahan back-pressure test, maka Cullender mengembangkan
isochronal test guna memperoleh harga deliverability pada sumur dengan permeabilitas
rendah yang memerlukan waktu yang lama untuk mencapai kondisi stabil. Cullender juga
mengusulkan suatu cara tes berdasarkan anggapan, bahwa jari-jari daerah penyerapan yang
efektif (efektive drainage radius), rd, adalah fungsi dari tD dan tidak dipengaruhi oleh laju
produksi. Ia mengusulkan laju yang berbeda tetapi dengan selang waktu yang sama, akan
memberikan grafik log P2 vs log Qsc yang linier dengan harga eksponen n yang sama,
seperti pada kondisi aliran yang stabil.
Tes ini terdiri dari serangkaian proses penutupan sumur sampai mencapai stabil, P R,
yang diteruskan dengan pembukaan sumur, sehingga menghasilkan laju produksi tertentu
selama jangka waktu t, tanpa menanti kondisi stabil. Setiap perubahan laju produksi didahului
oleh penutupan sumur sampai tekanan mencapai stabil, P R. Ada beberapa hal penting yang
berkaitan dengan urutan uji isochronal, yaitu :
1. Waktu alir, kecuali pengaliran yang terakhir, berlangsung dalam selang waktu
yang sama.
2. Perode penutupan berlangsung sampai P =PR, bukannya selang waktu yang sama
panjang.
3. Pada periode pengaliran terakhir, sumur dialirkan sampai mencapai keadaan stabil,
tetapi hal ini tidak mutlak.
Gambar 2
Diagram Laju Produksi dan Tekanan dari Isochronal Test
(Ikoku, Chi.U.DR; “Natural Gas Production Engineeing”)
Modified Isochronal Test
Metode ini merupakan pengembangan dari metode isochronal,
perbedaannya terletak pada penutupan sumur tidak perlu mencapai
kondisi stabil. Pada reservoar yang ketat, penggunaan tes isochronal
belum tentu menguntungkan bila diinginkan penutupan sumur sampai
mencapai keadaan stabil. Katz dkk (1959) telah mengusulkan suatu
metode untuk memperoleh hasil yang mendekati hasil tes isochronal.
Perbedaan metode ini dengan metode lain terletak pada persyaratan
bahwa penutupan sumur tidak perlu mencapai stabil. Selain dari itu,
selang waktu penutupan dan pembukaan sumur dibuat sama besar.
Pengolahan data untuk analisa deliverabilitas sama seperti pada
metode isochronal, kecuali untuk harga PR diganti dengan Pws, yaitu
harga tekanan yang dibaca pada akhir dari setiap massa penutupan
sumur.
Gambar 3
Diagram Laju Produksi dan Tekanan dari Modified Isochronal Test
(Ikoku, Chi.U.DR; “Natural Gas Production Engineeing”)
Modified Isochronal Test
Metode Analisis Data Hasil Uji Deliverability
Analisa data hasil uji deliverability gas digunakan untuk menentukan indikator
produktivitas sumur gas, yaitu Absolute Open Flow Potential (AOFP). Untuk
keperluan tersebut, ada tiga metode analisa yang digunakan, yaitu :
1. Metode Rawlins-Schellhardt,
ψ Jones-Blount-Glaze, dan
2. Metode
3. Metode Laminer-Inertia Turbulence-Pseudo Pressure atau LIT
Metode Analisis Rawlins-Schellhardt
(Metode Konvensional)
Pierce dan Rawlins (1929) merupakan orang pertama yang mengemukakan
suatu metode uji sumur gas untuk mengetahui kemungkinan sumur gas berproduksi
dengan memberikan tekanan balik (back pressure), sehingga dikenal pula sebagai uji
back pressure. Tahun 1935, Rawlins-Schellhardt mengembangkan suatu persamaan
empiris yang menggambarkan hubungan antara laju alir dan tekanan pada sumur gas.
Hubungan tersebut dinyatakan dengan persamaan dalam bentuk pendekatan tekanan
kuadrat (square pressure), seperti berikut ini :
2
Qsc C P r Pwf
2 n
keterangan :
Qsc = Laju alir gas, Mscf/d.
C = Koefisien performance yang menggambarkan posisi kurva deliverability
yang stabil, Mscfd/psia2.
n = Bilangan eksponen, merupakan inverse slope dari garis kurva deliverability
yang stabil dan mencerminkan derajat pengaruh faktor inersia-turbulensi
terhadap aliran, umumnya berharga antara 0.5 – 1, dengan n = 1/slope.
Pr = Tekanan rata-rata reservoir, psia.
Pwf = Tekanan alir dasar sumur, psia.
Persamaan di atas dapat dirubah, yaitu :
1
log P r Pwf log q sc log C
2 2
n
Harga eksponen n adalah n = 1/slope, yaitu :
logqsc1 logqsc 2
n
2
log P r Pwf
2
logP
1 r
2
Pwf
2
2
q sc
C
P r
2
Pwf
2 n
Metode analisis Rawlins-Schellhardt kurang baik karena tidak memperhatikan faktor deviasi
gas, sehingga tidak cocok dengan real gas.
Metode Analisis Jones-Blount-Glaze
Metode plot data uji yang diperkenalkan oleh Jones dkk dapat digunakan pada sumur gas untuk mendapatkan
kinerja sumur pada masa sekarang. Metode ini digunakan untuk menentukan koefisien laminar A dan koefisien
turbulensi B. Persamaan aliran radial semi-mantap dapat ditulis dalam bentuk :
12 2
2 2 1422 μ g ZTq sc 0.472 re 3.161 x 10 βZTγ g q sc 1 1
Pr Pwf ln S
kh rw h2 rw re
keterangan :
Pr = Tekanan rata-rata reservoir, psia.
Pwf = Tekanan alir dasar sumur, psia.
T = Temperatur dasar sumur, 0R.
μg = Viskositas gas, cp.
γg = Specific gravity gas, fraksi.
Z = Faktor deviasi gas, fraksi.
k = Permeabilitas efektif, mD.
2.33x10
10
k 1.201
h = Ketebalan formasi produktif, ft.
β = Koefisien kecepatan aliran, ft-1 =
q = Laju alir gas.
re = Jari-jari pengurasan, ft.
rw = Jari-jari sumur, ft.
S = Faktor skin, dimensionless.
Persamaan di atas bila di bagi dengan Qsc dapat ditulis sebagai berikut :
2 2
Pr Pwf ΔP 2
ΔP 2 Aqsc Bq sc
2
A Bq sc atau
q sc q sc
dengan koefisien aliran laminar A adalah :
1422 μ g ZT 0.472 re
A
ln S
kh rw
karena 1/re amat kecil, maka dapat diabaikan, dan koefisisen aliran turbulen B adalah :
3.161 x 10 12 βZTγ g
B
h 2 rw
Harga laju produksi gas (Qsc) dapat dihitung dengan menggunakan persamaan
berikut :
2 2 2 12
A A 4 B P r Pwf
Qsc
2B
Sedangkan besarnya harga AOFP adalah sama dengan Q sc pada harga Pwf sebesar 0 psi.
Metode Analisis Jones-Blount-Glaze dapat diterapkan untuk real gas,
tetapi pada metode ini dibutuhkan dua data atau lebih uji aliran yang stabil, karena untuk
mendapatkan harga stabil dari koefisien laminar A diperlukan sekurang-kurangnya dua uji
aliran yang stabil.
Bila diplot antara vs Qsc pada kertas grafik kartesian akan
memberikan suatu garis lurus dengan slope B yang menunjukkan derajat
aliran turbulen di dalam sumur dan intercept A yang didapat sebagai
perpotongan garis berdasarkan dengan qsc = 0.
ΔP 2 q sc
Gambar 1
Penentuan A dan B Berdasarkan Plot vs qsc
(Ikoku, Chi.U.DR; “Natural Gas Production Engineeing”)
P 2
qsc
Metode Analisis LIT
Persamaan – persamaan pada LIT ini mempunyai anggapan-anggapan :
1. Di dalam reservoar berlaku keadaan isotermal,
2. Pengaruh gravitasi diabaikan,
3. Fluida yang mengalir hanya satu fasa,
4. Pori-pori homogen dan isotropik, serta porositas konstan tersebar merata,
5. Permeabilitas konstan dan tidak dipengaruhi tekanan,
6. Viskositas fluida dan faktor permeabilitas konstan,
7. Kompresibilitas dan gradien tekanan kecil, dan
8. Model aliran adalah radial slinder.
Δψ ψ r ψ wf A 3 q sc B 3 q sc
2
Δψ q sc q sc q sc Δψ
2
N Δψ q sc Δψ q sc
A dan B N q sc q sc q sc
2
N q sc q sc q sc
2
q sc
2
A 3 A 3 4 B 3 ψ r ψ wf
0.5
2 B3
dan harga AOF apabila Pwf = 0, dan harga AOFP apabila Pwf = 14.7 psia.
AOF
2
a a 4b R
0.5
2b
AOFP
a a 4b R 14.7 0.5
2b
Laminer Inertia Turbulence
Contoh Test MIT
Solusi
• Permeability
• Skin
KINERJA ALIRAN GAS DALAM PIPA
e [in]
0.25
f 0.316 N Re
Aliran Turbulen Satu Fasa
• Rough-wall pipe
• Nikuradse telah membuat percobaan untuk menentukan faktor gesekan
pipa kasar
1 2
1.74 2 log
f D
• Colebrook dan White (1939) untuk menyusun persamaan sebagai berikut:
1 2 18.7
1.74 2 log
f D N Re f
• Tidak bisa ditentukan secara langsung, dihitung dengan coba-coba
Aliran Turbulen Satu Fasa
1 21.25
1.14 2 log 0 .9
f D N Re
• Persamaan ini memberikan kesalahan sebesar 1% dibandingkan
dengan persamaan Colebrook dan White untuk 5000 < NRe < 108 dan
10-6 <e/D< 10-2.
• Kesalahan maksimum sebesar 3% terjadi untuk NRe < 2000
Aliran Dalam Sumur
pM
g
ZRT
• Kombinasi pesamaan diatas menjadi
dp gMdh
p g c ZRT
• Ada beberapa cara untuk memperkirakan tekanan statik
berdasarkan persamaan diatas
Metoda P & T rata-rata
• Jika Z dievaluasi pada p dan T rata-rata, dapat ditulis
pws dp gM H
• Sehingga
pts
p g c Z RT
0
dh
( pws pms )( I ws I ms )
Prosedure perhitungan
1. Hitung harga
0.01875 g H
2. Hitung Its
3. Hitung tekanan titik tengah pmp
pmp pts
I mp I ts
keterangan :
Sd 5
P = Tekanan, psia,
S = 0,0375(TVD)/ TZ,
MD = Measured depth (kedalaman terukur), ft,
TVD = True vertical depth (kedalaman sebenarnya), ft,
Tavg = Temperatur, oR,
q = Laju alir gas, MMscfd,
d = Diameter tubing, inch,
f = Faktor friksi dari persamaan Jain atau Colebrook.
Harga Z dievaluasi pada =(ptf + pwf)/2. Dengan membagi sumur
menjadi beberapa bagian mendapatkan hasil yang lebih akurat.
Konvergensi sering kali lebih cepat didapat jika iterasi dilakukan
berdasarkan harga faktor devisiai gas, Z, dibandingkan dengan
berdasarkan tekanan. Prosedur untuk metode ini adalah :
1. Memperkirakan Z* (sebagai harga mula-mula dapat digunakan
angka = 0,9)
2. Menentukan tekanan yang tak diketahui menggunakan persamaan
di atas dengan Z = Z*
3. Menentukan tekanan rata-rata, Pavg=(ptf + pwf)/2
4. Menentukan Z pada Pavg dan Tavg
5. Membandingkan Z dan Z*. Jika (Z – Z*)/Z < e, dimana e adalah
bilangan yang kecil sebagai toleransi, maka perhitungan yang
dilakukan adalah benar. Jika tidak maka gunakan Z* = Z dan ulangi
langkah 2 dan seterusnya.
Metoda Cullender & Smith
• Gunakan
v q/ A
• Akan menghasilkan
pscTZ
q qsc
pTsc Z sc
• atau
2
dp pM cos MTZp sc fqsc
dL ZRT 2 pRTsc2 g c DA2
p dp M p 2
( ) cos C
ZT dL R ZT
Metoda Cullender & Smith
2
• Dimana 8 psc fqsc
C 2
Tsc g c 2 D 5
• Diintegrasikan, maka
p
p wf dp M MD
ZT
p 2
R
0
dL
ptf ( ) cos C
ZT
• Jika menggunakan satuan lapangan
p
pwf dp
ZT
p 2 TVD
18.75 g MD
ptf 0.001( ) F2
ZT MD
Metoda Cullender & Smith
• Dimana
0.667 fqsc TVD
F 5
cos
D MD
• Dengan menulis yang lebih sederhana dan membagi sumur
dengan dua bagian H/2, menghasilkan:
• Bagian atas
• Dimana
p
I ZT
p 2 TVD 2
0.001( ) F
ZT MD
• Prosedur perhitungan sama dengan penentuan tekanan statik, akan
tetapi lebih rumit disebabkan harga I lebih kompleks
Pressure Traverse
Aliran Gas di Pipa Permukaan
dp v 2 PMfv 2
f
dx 2 g c d ZRT .2 g c d
dimana :
P = psia q = MMscFD
L = ft d = inclies
T = 0R f = faktor gesekan
Persamaan diatas dapat diubah menjadi
bentuk perhitungan penentuan laju produksi
menjadi :
0.5
5634 10 Tsc 1 2
3 2 2
qsc d 2.5
P sc g f.l
Panhandle A 0.085
N Re0.147
0.015
Panhandle B
N Re 0.183
0.187
IGT
N Re 0.2
Weymouth 0.032
1
d 3
Berdasarkan harga faktor gesekan , maka utuk masing masing
metode diperoleh persamaan umum laju produksi aliran gas di
permukaan sbb:
a2 a3 a4
Tb P P 1 a
qh a1 1
2 d 5
Pb T ZL g
Equation a1 A2 a3 a4 a5
Weymouth 433.50 1.0000 0.5000 0.5000 2.667
Panhandle A 435.87 1.0788 0.5394 0.4604 2.618
Panhandle B 737.00 1.0200 0.5100 0.4900 2.530
METODA PERHITUNGAN ALIRAN FLUIDA
DI DALAM PIPA HORISONTAL
METODA
PERHITUNGAN RUMUS ASUMSI
Untuk aliran horisontal : – Perubahan energi kinetik diabaikan (=0)
Weymouth 0.5
Tb P P
2 2
– Aliran pada kondisi mantap dan isothermal
Qh 18.062 1 2
Pb G Z T L – Aliran pada posisi horisontal
Untuk aliran non horisontal :
– Tidak ada panas yang hilang atau masuk
Tipe A :
T
Qh 3.23 b
1 2
P 2 P 2 es D5
0.5
kedalam sistem
Pb G T f L Z – Tidak ada kerja yang dilakukan oleh gas
0.5
Tipe B : P12 5 selama mengalir
s
P22
D
Tb e – Laju aliran gas diukur pada kondisi standard
Qh 3.23
Pb G T f L Z
yaitu pada Tb dan Pb
Panhandle Faktor transmisi mengasumsikan
–
Pb
Faktor kompresibilitas pada average
g
0.853
Lm Ta Z a flowing Temperature (Ta) dan average
Pressure (Pa)
P T d L q C
psia o
R in mi scfd 77.54
psia o
R in ft scfd 5634
psia o
R in ft MMscfd 5.634x10-3
kpa o
K m m m3/d 1.149x106
Metode Perhitungan Kehilangan Tekanan
Aliran Gas dalam Pipa Horisontal
Korelasi untuk memperkirakan gradien tekanan aliran gas dalam
pipa horisontal telah dikembangkan oleh :
1. Weymouth,
2. Panhandle A dan B,
3. Clinendist,
4. Ferguson,
5. Ford, Bacon, dan Davis, dan
6. Beggs and Brill (aliran dua fasa).
Persamaan Weymouth untuk Aliran Gas
pada Pipa Horisontal
Anggapan yang diambil untuk penurunan persamaannya adalah sebagai berikut:
1. Perubahan energi kinetik diabaikan, atau = 0,
2. Aliran pada kondisi mantap (steady-state) dan isothermal,
3. Aliran pada posisi horisontal,
4. Tidak ada panas yang hilang atau masuk kedalam sistem, dan
5. Tidak ada kerja yang dilakukan oleh dan terhadap gas selama aliran.
Le
e s1
L
1
e s1 e s2
L
1
e s1 s 2 ( e s3 1)
L3 .......... ..
1 2
s1 s2 s3
nilai s1, s2, s3,…., dihitung dengan menggunakan persamaan di atas.
Gambar 1
Diagram Aliran Non Horisontal
(Anas. P.S. Ir. M.T,; “Kaitan Antara Penyebaran Titik Serap,
Konstruksi Sumur dan Surface Facilities Di Lapangan Gas”)
Metode Panhadle A
Panhandle menggunakan persamaan dasar yang sama seperti Weymouth, hanya saja
faktor gesekan dinyatakan sebagai fungsi dari bilangan Reynold, yaitu :
0.085
f 0.147
N Re
Berdasarkan persamaan faktor gesekan tersebut, persamaan aliran gas dalam pipa
adalah sebagai berikut :
1, 07881 0.4604
2 0.5394 1
Tb P P
2
q g 435.87
1 2
D 2,6182
Pb TLZ g
Apabila dikalikan dengan harga E, maka pada persamaan Panhandle A, umumnya
harga E diambil 0,92.
Persamaan ini dimaksudkan untuk merefleksikan aliran gas melalui smooth pipe, bila
ditambah dengan faktor efisiensi E (< 0,9) persamaan ini sesuai untuk perkiraan persamaan
aliran turbulen sebagian. Persamaan ini menjadi sedikit kurang akurat dengan naiknya laju
alir.
Metode Panhadle B
Panhandle juga mengembangkan persamaan aliran gas, khusus untuk pipa transmisi
jarak jauh, dengan menganggap faktor gesekan menuruti hubungan sebagai berikut :
0.015
f 0.0392
N Re
Berdasarkan persamaan faktor gesekan tersebut, persamaan aliran gas dalam pipa
adalah sebagai berikut :
1, 02 0.51
T P1 P2
2 2
q g 737 b 0,961 .D 2,53
Pb g TLZ
Metode Clinendist
Metode ini mengetengahkan suatu persamaan aliran yang
memperhitungkan efek kompresibilitas (Z). Dalam hal ini, faktor
kompresibilitas mempunyai harga yang berbeda untuk Pseudo Reduced
Pressure (Pr) yang berlainan. Persamaan Clinendist dapat dituliskan
sebagai berikut :
1/ 2
5
Z bTb Pc D Pr
Pr Pr , 2
Pr
Q 397
Pb g TL f 0 Z
dPr
Z
dPr
0
Metode Ferguson
Dalam metode ini adanya faktor ketinggian diperhitungkan dalam
persamaan aliran gas dalam pipa. Persamaannya dapat ditulis sebagai berikut :
0,5
Tb P e5 P D 5
2 2
Q 3,22
1 2
Pb g Ta Z a Le f
dengan :
s = (0,0375.G.X) / (TaZa)
X= Beda ketinggian, ft.
Metode Ford, Bacon, dan Davis
Metode ini hanya dipakai untuk kondisi khusus saja, dimana persamaan aliran gas
berlaku untuk diameter pipa 6-24 inchi, serta untuk pipa yang berdiameter 30 inchi. Adapun
persamaan aliran gas di dalam pipa horisontal dari metode Ford, Bacon, dan Davis dapat ditulis
sebagai berikut :
2 2 0 , 541
2 , 625
P1 P2
Q 840 E M N D
L
keterangan :
Q = Aliran gas pada kondisi standar Tb dan Pb, cuft/h.
E = Efisiensi aliran (= 0,94).
M = (14,35 Tb)/(520 Pb).
N = Faktor penyesuaian untuk sifat-sifat gas alam.
P1 = Tekanan awal (input), psia.
P2 = Tekanan akhir (output), psia.
D = Diameter dalam pipa, inchi.
Faktor penyesuaian untuk sifat-sifat gas alam (N) dapat dicari
dengan persamaan berikut :
0 , 46 0 , 08 0 , 54
0 , 54 0,6 7 ,0 520
NB
B T
keterangan :
B= 1/Z.
G = Spesifik grafity gas (untuk udara = 1).
μ = Viscositas, cp.
T= Temperature aliran, 0R.
Field Handling of
Natural Gas
Gathering System,
Compressor, Gas Processing
Gathering System
L mi
DB= 6 in DA= 4 in
L L A
B
RANGKAIAN PIPA SERI
Weymouth Formula
0. 5
Tb P1 P2 D 3
2 2 16
Qh 18.062
Pb g TLZ
0.5 16
D 3 16
KD 3
Qh K L 2
L Qh
Equivalent Length
16 16
'
LA DA 3 ' DA 3
LA LB
'
LB DB DB
RANGKAIAN PIPA SERI
• Equivalent Length 16
' DA 3
LAeq LA LA LAeq LA LB
DB
DA= 4 in QA
P1 P2 QT
DB= 6 in QB
Flow Capacity
0.5
Qh K D K D 3
16 8
3
Ratio Flow Capacity
8
Qt QA QB QB DA 3
1 1
QA QA QA DB
Looped Pipe Line
Dalam banyak kasus, hanya bagian pipa yang sudah ada akan diparalelkan atau
“Looped” dengan maksud untuk meningkatkan kapasitas aliran.
Dimana untuk menghitung kapasitas aliran yang baru, dapat digunakan persamaan:
qold 8
qnew
0.5 d2 3
1
1 Y 1 W
d1
2
(1 W )
Keterangan:
qnew = Kapasitas aliran baru setelah looping.
qold = Kapasitas aliran sebelum looping.
Y = Fraksi dari pipa yang lama/asli yang diparalelkan dimulai dari
outlet.
d1 = Diameter pipa lama.
d2 = Diameter pipa baru.
f1 = Faktor gesekan pipa yang lama.
f2 = Faktor gesekan pipa yang baru.
GAS COMPRESSION
Disain Kompresor :
- Kapasitas Kompresor (Compressor Capacity)
- Kebutuhan Tenaga (Power Requirements)
TIPE-TIPE KOMPRESOR
Ejector Compressor, terdiri dari motif uap air bertekanan tinggi atau nozzle
gas dengan pancaran tinggi menuju ruang pengisapan untuk dibaur dan
ditingkatkan. Walaupun begitu hanya digunakan untuk menaikkan tekanan
dibawah tekanan atmosfir menuju ke tekanan atmosfir.
Kapasitas Kompresor (Compressor Capacity)
d 2 LSEv
q
4
Dimana volumetric eficiency diperoleh melalui persamaan:
Z 1r 1 / k
Ev 1 A C 1
Z2
Keterangan:
q = Kapasitas aliran, scfd.
d = Diameter piston, in.
L = Panjang stroke/langkah, in
S = Kecepatan kompresor, rpm.
Ev = Volumetric efficiency
A = Faktor kemungkinan bocor , gesekan, dll., biasanya antara 0.03
dan 0.06
C = Clearance, bervariasi dari 0.04 sampai 0.16.
Z1 = Faktor kompresibilitas gas pada kondisi pengisapan
(Suction)
Z2 = Faktor kompresibilitas gas pada kondisi keluaran (discharge)
r = Perbandingan kompresi, P2/P1.
P1 = Tekanan pengisapan (Suction Pressure), Psi.
P2 = Tekanan keluaran (Discharge Pressure), Psi.
KEBUTUHAN TENAGA (POWER REQUIREMENT)
Kebutuhan tenaga dari berbagai jenis kompresor adalah kebutuhan utama untuk pemilihan dan
disain dari komponen-komponen kompresor.
INJECTION GAS
WELL OUTFLOW
RELATIONSHIP
(VLP) or (TPC)
SANDFACE WELL
RESERVOIR PRESSURE
PRESSURE BHFP INFLOW (IPR)
Pressure Losses in Well System
P4 = (Pwh - Psep)
Gas
Sales line
Pwh Psep Liquid
Stock tank
Pwf Pwfs Pr Pe
• Persamaan :
• Inflow
pr pres pwf
• Outflow
ptf ptb pwf
• Prosedur
• Berdasarkan anggapan pwf, tentukan qsc menggunakan persamaan inflow
performance
• Plot antara pwf dan qsc
• Berdasarkan anggapan qsc dan pwh, hitung pwf untuk setiap qsc anggapan
Tekanan kepala sumur konstan
• Prosedur
• Plot antara pwf dan qsc pada grafik yang sama dari hasil
langkah sebelumnya. Perpotongan antara kedua kurva
memberikan kapasitas aliran dan pwf untuk ukuran
tubing yang digunakan
Pwf Pwfs Pr Pe
3500
Inflow (Reservoir) Curve
Flowing bottomhole pressure, psi
3000
2500
2000
1500
1000
500
0
0 500 1000 1500 2000 2500 3000 3500 4000 4500
Production rate, STB/D
Tubing Curve
3500
Tubing Curve
3000
Flowing bottomhole pressure, psi
2500
2000
1500
1000
500
0
0 500 1000 1500 2000 2500 3000 3500 4000 4500
Production rate, STB/D
System Graph
3500
Inflow (Reservoir) Curve
Tubing Curve
3000
Flowing bottomhole pressure, psi
2500
1957.1 psi
2000
1500
1000
500
2111 STB/D
0
0 500 1000 1500 2000 2500 3000 3500 4000 4500
Production rate, STB/D
INFLOW AND OUTFLOW
PERFORMANCE
Pressure, psig
0
1000
2000
3000
5200
4000
5000
5000
FBHP, psig
4800
Depth, feet
6000
7000 4600
8000 4400
9000 4200
10000 0 1000 2000 3000
11000 Rate, bbls/d
12000
13000
14000
0 1000 2000 3000 4000 5000
Effect of Skin on IPR
Inflow
Pressure at Node
(IPR)
Outflow
SKIN
10 5 0 -1 -3
qo 1/ ln re +S
rw
Flowrate Note : Log effect
Effect of Pressure Depletion on IPR
Inflow
Outflow
Flowrate
Effect of Tubing Size on Outflow
Inflow
(IPR)
Pressure at Node
Outflow
2 3/8”
2 7/8” 3 1/2”
4 1/2”
Flowrate (stb/d)
Pwh berubah
1952 0
1800 1768
1400 4695
1000 6642
600 7875
200 8477
0 8551
Memplot Pwf terhadap qsc
Pwf vs Qsc
2,500
2,000
1,500
Pwf, psi
1,000
500
0
0 2 4 6 8 10
Qsc, MMscf/d
Mengasumsikan beberapa harga laju alir dan tentukan Pwf dengan
menggunakan persamaan penurunan tekanan antara tubing dan tekanan
kepala sumur untuk setiap laju alir.
25 g q 2 T Z f MD EXPS 1
pwf ptf EXPS
2 2
Sd 5
Hal ini dilakukan untuk setiap ukuran tubing. Hasil yang didapat adalah
sebagai berikut :
Outflow
Pwf, psia
qsc,
MMscfd d = 1.995 inch d = 2.441 inch
1 1300 1290
2 1370 1300
3 1500 1370
4 1620 1400
5 1800 1580
Memplot Pwf terhadap qsc, untuk kedua ukuran tubing
pada grafik sebelumnya.
Pwf vs Qsc
2,500
2,000
Pwf, psi
1,500
1,000
500
0
0 2 4 6 8 10
Qsc, Mscf/d
Ptf vs Qsc
1,600
1,400
1,200
1,000
Ptf, psi
800
600
400
200
0
0 1 2 3 4 5
Qsc, MMscfd
5. Dengan laju alir yang sama pada step 1, tentukan Ptf dari subsistem
separator-pipa dimana tekanan separator adalah 1,000 psia untuk kedua
diameter pipa 1.995 dan 2.441 inch.
Persamaan yang digunakan: P P 2 ( 25 q 2 TZfL) / d 5
0.5
tf sep g sc
Outflow
Ptf vs Qsc
1,600
1,400
1,200
1,000
Ptf, psi
800
600
400
200
0
0 1 2 3 4 5
Qsc, MMscfd
Penyelesaian :
1. Asumsi harga qsc (1,2,3 dan 4 MMscfd), tentukan Pwf menggunakan satu
persamaan inflow performance, yaitu :
qsc = C (Pr2 – Pwf2)n = 0.0295 (19522 – Pwf2)0.83
kemudian buat tabulasi hasil perhitungan ini.
2. Metode Tekanan dan Temperatur Rata-rata digunakan untuk menentukan
Ptf, untuk setiap qsc dan Pwf , yaitu :
atau a a3 a4
P1 P2 1
2 2
T
2
. D
a5
q g a1 E b
Pb TLZ g
Hasilnya :
qsc, Mscfd pwf ptf psep
1000 1877 1500 1490
2000 1774 1362 1320
3000 1653 1158 1042
4000 1512 840 504
4. Plot antara Psep terhadap qsc dan tentukan harga kapasitas alir pada
berbagai harga dari Psep.
Qsc vs Psep
1600
1400
1200
Psep, psia
1000
800
600
400
200
0
0 1 2 3 4 5
Qsc, MMscfd
Kesimpulan :
Penyelesaian :
1. Tekanan di separator atau kompresor untuk berbagai harga laju alir sudah
dihitung dan diplot pada soal sebelumnya di atas.
2. Dimulai dari tekanan yang dibutuhkan konsumen, tentukan tekanan yang
keluar dari kompresor, Pdis, untuk berbagai harga laju alir, menggunakan
persamaan berikut :
2 2
25 g q 2T Z fL
p1 p 2
d5
Hasilnya sebagai berikut :
1,600
1,400
1,200
P dis, psia
1,000
800
600
400
200
0 1 2 3 4 5 6
Qsc, MMscfd
Psep Pdis
Plot pada grafik diatas memberikan perpotongan pada Qsc =
3.04 MMscfd jika tidak menggunakan kompresor.
Untuk mendapatkan laju alir yang sesuai maka dibutuhkan kompresor.
Harga-harga dibawah ini dibaca dari grafik diatas, yaitu :
keterangan :
d = Diameter dalam (ID) pipa, in.
SG = Specific gravity gas.
T = Temperatur, oR.
f = Moody friction factor
Qg = Laju alir gas, MMscfd.
P = Tekanan, psia.
P/100ft = Pressure drop per 100 ft.
Diameter flowline harus didesain untuk kecepatan maksimum dan minimum untuk mencegah
beberapa permasalahan, seperti erosi dan noise.
B. Manifold
Manifold adalah kumpulan dari kerangan atau valve yang mempunyai
banyak fungsi, beberapa diantaranya adalah : Untuk mengatur aliran fluida
produksi dari tiap sumur, mengisolasi suatu bagian dari sistem jaringan flowline
guna melakukan perawatan atau perbaikan, mengarahkan/membelokkan aliran
fluida produksi dari setiap sumur ke test line atau main header, mencegah
terjadinya tekanan balik dari separator ke sumur. Pada suatu lapangan, produksi
dari tiap sumur perlu dikelompokkan terlebih dahulu ke suatu tempat pemusatan
(well centre).
Untuk mengetahui apakah diameter header yang dipilih cukup aman terhadap pengoperasiannya, dapat
dicek dengan persamaan :
P.D keterangan :
t t = Tebal pipa yang diijinkan, in.
2S
P = Tekanan kerja pada header, psi.
D = Diameter luar header, in.
S = Tegangan pipa, tergantung dari beban pipa.
D. Valve
Valve berfungsi untuk membuka dan menutup aliran fluida di dalam pipa serta berfungsi
untuk mengatur jumlah atau besarnya aliran dengan jalan memutar handweal.
Berdasarkan cara penyambungan valve dengan pipa atau peralatan lainnya, maka jenis
valve
dibedakan menjadi tiga yaitu : screwed (ulir), flanged, dan butt-wellding (las).
V g .Ta
0,5
keterangan :
Cv 0.5
1360 ( .P2 ) V = Laju aliran gas pada 14,7 psi dan 60 oF, cuft/jam.
P = Pressure drop pada kondisi aliran maksimum, psi.
P2 = Outlet pressure pada kondisi aliran maksimum, psi.
γg = Spesific grafity gas (udara = 1).
Ta = Temperatur absolut aliran, oR.
Stasiun Kompresor
Stasiun kompresor merupakan salah satu bagian dari unit transportasi
pada lapangan gas, yang berfungsi untuk menambah tekanan alir dari gas yang
melewati flowline. Kompresor diperlukan untuk menaikkan tekanan alir dalam
pipa, terutama dalam pipa distribusi/transmisi yang berjarak panjang, dimana
kehilangan tekanan sangat besar. Disamping itu, kompressor juga diperlukan
pada gathering station yang kadang tidak mampu memenuhi laju produksi yang
diinginkan ke dalam pipa transmisi, dan juga pada storage field.
Kompresor merupakan vacuum pump, yang setiap tipenya berdasarkan
kapsitas dan besarnya kerja yang dapat dilakukan. Berdasarkan cara kerja dan
peraalatannya, ada 3 tipe dasar kompresor, yaitu :
1. Positive Displacement Type Compressor, terdiri dari reciprocating
compressor dan rotary lobe compressor (sliding-vane, liquid piston, straight-
lobe, dan helical-lobe).
2. Dynamic Type Compressor, terdiri dari centrifugal compressor, axial
compressor, dan mixed flow compressor.
3. Ejector Compressor.
Positive Displacement Type Compressor
A. Reciprocating Compressor
Merupakan kompresor dengan mekanisme menekanan dan
memindahkan elemen oleh piston yang bergerak di dalam silinder,
seperti ditunjukkan oleh Gambar 1.
Reciprocating compressor mempunyai 2 tipe yang didasarkan
pada kecepatan gerak pistonnya, yaitu high speed reciprocating (900 –
1.200 rpm) dan low speed reciprocating (200 – 600 rpm).
Gambar 1
Gerakan Piston Reciprocating Compressor
(Ken, Arnold, P.E.;“Surface Production Operation”)
B. Rotary Compressor
Merupakan kompresor yang prinsip kerjanya menekan dan memindahkan elemen
yang disebabkan oleh perputaran elemen itu sendiri.
Untuk jenis sliding vane compressor mempunyai baling-baling aksial yang menempel
pada rotoryang berada di dalam selubung silinder. Prinsip kerjanya adalah melempar gas yang
berada pada tiap trap dengan gaya sentrifugalnya.
Jenis liquid piston compressor menggunakan air atau jenis cairan lainnya sebagai
piston untuk menekan dan memindahkan gas.
Straight lobe compressor merupakan kompresor putar yang terdiri dari selubung yang
terdapat dua rotor simetri. Prinsip kerjanya adalah memutar dua rotor yang saling berlawanan
arah, sehingga gas yang berada di sela-sela rotor akan terdorong keluar melalui discharge.
Sedangkan helical lobe compressor merupakan kompresor yang menggunakan rotor
berbentuk ulir. Prinsipnya gas yang berada di sela-sela ulir akan terdorong ke depan mengikuti
ulir dari rotor tersebut.
Gambar 2
Gerakan Rotor Sliding Vane Compressor
(Beggs, Dale H;“Gas Production Operations”)
Gambar 3
Straight Lobe Compressor
(Beggs, Dale H;“Gas Production Operations”)
Gambar 4
Helical Lobe Compressor
(Ken, Arnold, P.E.;“Surface Production Operation”)
Dynamic Compressor
Kompresi pada kompresor ini didasarkan pada transfer energi dari perputaran baling-baling ke gas.
Pertukaran ini terjadi karena perubahan momentum dan tekanan pada gas. Momentum ini dirubah menjadi
tekanan yang menekan gas ke baling-baling lainnya.
A. Centrifugal Compressor
Merupakan jenis kompresor yang meggunakan impeller berbentuk baling-baling yang dipasang
sejajar dengan rotornya.Energi transfernya tergantung dari kecepatan perputaran impelernya. Gas yang
masuk diantara impeller terlempar ke depan dan masuk ke impeller lainnya, sehingga setiap impeler akan
mengalami beberapa pelemparan atau tenaga dorong. Kecepatan gas yang keluar dari kompresor tergantung
pada kecepatan putar impeler dan banyaknya sudu pada impeler.
B. Axial Compressor
Axial compressor merupakan kompresor yang meggunakan sudu yang sejajar sepanjang rotornya.
Kecepatan gas diperoleh dari gerakan sudu rotor yang menyelubungi rotornya. Tiap stage terdiri dari dua
baris sudu, satu baris berputar dan baris lainnya tetap. Sudu rotor memberikan kecepatan dan tekanan kepada
gas saat rotor dijalankan, kecepatan tersebut diubah ke dalam tekanan di dalam sudu yang diam.
C. Mixed Flow
Merupakan kompresor yang bentuk impelernya merupakan kombinasi dari beberapa karakteristik
dari centrifugal compressor dan axial compressor.
Gambar 5
Centrifugal Compressor
(Beggs, Dale H;“Gas Production Operations”)
Gambar 6
Axial Compressor
(Ken, Arnold, P.E.;“Surface Production Operation”)
Ejector Compressor
Ejector compressor menggunakan saluran panjang yang berdiameter
kecil. Gas yang masuk ke nosel ditekan melewati saluran yang berdiameter
kecil, sehingga kecepatan gas tersebut naik. Tingginya kecepatan keluaran gas
tersebut di dalam diffuser dirubah menjadi tekanan yang sangat tinggi.
Gambar 7
Diagram Ejector Compressor
(Beggs, Dale H;“Gas Production Operations”)
Fasilitas Gas Procesing
A. Separator
Agar dapat memenuhi fungsinya dengan baik, separator umumnya terdiri dari komponen-
komponen sebagai berikut :
1. Inlet Separation Element
Peralatan di depan lubang inlet yang dapat berupa deflector plate atau centrifugal device dimana
pemisahan untuk pertama kali terjadi. Deflector plate dapat berbentuk suatu plate atau piringan. Fluida
yang masuk ke separator menumbuk deflector, sehingga cairan jatuh ke dasar vessel dan gas mengalir di
sekeliling deflector. Pada centrifugal device, fluida yang masuk dialirkan memutari dinding silinder
kecil, sehingga terjadi gaya centrifugal yang besarnya dapat mencapai 500 kali gaya gravitasi. Untuk
separator spherical atau vertikal, dinding silinder dapat merupakan dinding vesselnya sendiri. Gaya
centrifugal menyebabkan cairan bersama-sama jatuh ke dalam settling section di dasar vessel.
2. Settling Section
Berfungsi untuk menghilangkan turbulensi aliran fluida dan mengendapkan padatan yang ikut dalam
cairan di dasar vessel berdasarkan gaya gravitasi. Settling section berupa ruang yang cukup luas untuk
mengendapkan cairan, sering diperlengkapi dengan peralatan pembantu seperti quieting plate atau buffles
yang disebut dengan scrubbing. Separator dengan centrifugal device dan settling section yang cukup luas
umumnya menghasilkan cairan di stock tank yang lebih stabil daripada separator dengan scrubbing.
3. Mist Extractor/Eliminator
Dipasang di lubang outlet yang berfungsi untuk memisahkan partikel-partikel cairan yang tidak dapat
dipisahkan oleh gravitasi. Partikel-partikel cairan yang kecil hampir tidak mempunyai perbedaaan
gravitasi dengan gas, partikel-partikel ini akan terkumpul di mist extractor sampai ia cukup besar untuk
jatuh ke settling section. Mist extractor umumnya dibuat dari susunan kawat stainless steel membentuk
jaringan.
4. Peralatan Control dan Safety
Umumnya terdiri atas : level control, pressure control, liquid dump valve, gas back pressure, valve,
safety relief valve, pressure gauge, gauge glass, instrument gas regulator, dan pipa-pipa atau tubing.
Jenis Separator
A. Berdasarkan Bentuknya
1. Vertikal
2. Horizontal
- Single tube
- Double tube
3. Spherical
B. Berdasarkan Fungsinya
1. Knock out
- FWKO
- TLKO
2. Gas Scrubber
3. Flash Chamber
4. Expansion Vessel
Proses LTS sangat efektif untuk condensate recovery pada sumur-sumur bertekanan tinggi
untuk wet non-associated gas well stream. LTS dipasang di dekat wellhead dan juga di gas plant
sebagai :
- Pemisah hidrokarbon dan air dari wet gas well stream.
- Mengerjakan dehidrasi aliran produksi gas.
- Memperoleh kondensat lebih banyak dibandingkan separator konvensional.
Hasil dari LTS adalah dry gas (mengurangi kadar uap air pada aliran dry gas),
kondensat yang lebih banyak, dan air bebas Dry gas dapat langsung dialirkan ke sistem gas
sale atau diproses lebih lanjut, sedangkan kondensat yang banyak perlu distabilkan agar
mengurangi evaporation loss di storage tank.
Macam-macam LTS :
1. Instalasi LTS tanpa inhibitor hidrat,
2. Instalasi LTS dengan menggunakan inhibitor hidrat, dan
3. Instalasi LTS dengan bantuan external refrigerator.
B. Sweetening
Beberapa proses yang digunakan untuk memisahkan gas asam adalah Alkanolamine
Sweetening, Glycol/Amine Process, Sulfinol Process, dan Iron-sponge Sweetening.
I. Alkanolamine Sweetening
Amine terdiri dari komposisi nitrogen-hydrokarbon (N-HC) yang secara kimia akan
bereaksi dengan gas-gas asam (acid gases) untuk membentuk ikatan garam komplek. Amine dikategorikan
dalam tiga golongan, yaitu : primary, secondary, dan tertiary, tergantung dari komposisi atom N dan
senyawa HC dalam satu ikatan tersebut.
1. Primary Amine
Primary amine mempunyai 2 atom H dan satu senyawa HC yang terikat pada atom N.
Amine jenis ini merupakan tipe yang paling reaktif, karena mempunyai 2 atom hydrogen yang labil (mudah
membentuk ikatan). Monoethanol Amine (MEA) dan Diglycol Amine (DGA) termasuk dalam tipe primary
amine ini.
2. Secondary Amine
Jenis ini hanya mempunyai 1 atom H yang labil dan 2 senyawa HC yang terikat pada
atom N. Jenis ini kurang reaktif dibandingkan primary amine, karena hanya mempunyai 1 atom H yang
labil. Diethanol Amine (DEA) dan Diisopropanol Amine (DIPA) termasuk dalam tipe secondary amine ini.
3. Tertiary Amine
Jenis ini mempunyai 3 senyawa HC yang terikat pada atom N. Tipe ini paling tidak
reaktif, karena tidak memiliki satupun atom H yang labil. Methyldiethanol Amine (MDEA) dan Triethanol
Amine (TEA) termasuk tipe tertiary amine ini.
Proses alkanolamine memisahkan H2S sekaligus CO2, umumnya MEA lebih disukai dibanding
DEA atau TEA, ini disebabkan karena MEA lebih reaktif, lebih stabil, dan dengan cepat dapat dibersihkan
dari kontaminan dengan cara destilasi semi kontinyu.
Reaksi yang terjadi antara H2S dan MEA adalah :
Absorbsi : MEA + H2S → MEA Hydrosulfide + heat
MEA + H2 + CO2 → MEA Carbonate + heat
Alkanolamine sweetening digunakan secara luas untuk gas dengan kandungan H 2S relatif tinggi.
Proses yang dilakukan dengan menggunakan amine ini dapat kita lihat pada diagram Amine Treating System
(Gambar 1). Gas hidrokarbon yang mengandung asam (acid gas) dialirkan melalui bagian bawah dari tabung
contactor menuju bagian atas tabung contactor. Larutan amine dialirkan pada bagian atas tabung contactor
menuju bagian bawah tabung. Pertemuan kedua fluida tersebut akan menimbulkan reaksi kimia yang akan
menghilangkan gas yang bersifat asam. Gas yang bersih hasil dari reaksi tersebut (sweet gas) akan keluar
meninggalkan contactor melalui bagian atas. Sedangkan amine yang banyak mengandung gas asam (rich
amine) akan dialirkan melalui bagian bawah dari contactor. Proses selanjutnya adalah pemurnian amine,
setelah terjadi reaksi dengan gas asam. Amine yang banyak mengandung gas asam (rich amine) akan didaur
ulang di dalam stripper, dengan menggunakan tekanan yang rendah dan ditambahkan pemanasan dari
reiboler. Gas asam akan terbebaskan melalui reflux condenser. Amine panas yang sudah murni akan keluar
melalui bagian bawah tabung dan dialirkan menuju Heat Exhanger untuk menurunkan temperatur rich amine
(banyak mengandung gas asam) yang berasal dari contactor.
II. Glycol / Amine Process
Digunakan untuk gas alam yang tidak memerlukan penurunan dew point. Process
glycol/amine menggunakan larutan yang mempunyai komposisi 10 - 30 % berat MEA, 45 -
85 % berat glycol, dan 5 - 25 % berat air. Kelemahan proses ini adalah menaikkan kehilangan
pengisapan MEA karena temperatur regenerasi yang tinggi, untuk memperoleh MEA kembali
harus digunakan vacum destilasi dan adanya problem korosi (Gambar 1).
I. Mined Carvens
Mined carvens (lubang penambangan) yang berbentuk vertical biasanya terdapat
dalam limestone, granit, chalk, shale, dan dolomite. Tipe ini telah berhasil dipakai untuk
menyimpan LNG beberapa tahun ini. Dari kajian secara teoritis, laboratorium, dan rancang
bangun, menunjukkan bahwa mined carvens ini layak digunakan sebagai tempat penyimpanan
LNG. Biaya penggalian sangat diutamakan untuk carvens storage tentang pemilihan sifat fisik
batuannya.
Dalam tipe ini, shaft vertical sesuai dengan kedalaman. Lubang dengan
permukaan dihubungkan dengan pipa. Bagian dalam dari pipa dipakai untuk
mengalirkan LNG , sedangkan anulusnya dipakai untuk melengkapi peralatan keluar
dan masuknya gas dari lubang untuk mempertahankan kesetimbangan tekanan
lubang. Shaft vertical dipakai untuk membuat lubang yang diisi oleh air, selanjutnya
lubang dipertahankan pada tekanan ekivalen sampai hidrostatik water head sekaligus
menyeimbangkan tekanan separasi lubang dari shaft vertical.
Mined carvens merupakan metode yang penting untuk dikembangkan, tetapi
saat ini masih dianggap kurang komersil, karena beberapa kerugiannya, missal :
Biaya operasi sangt tinggi jika disbanding metode lain.
Panas yang diperoleh dari tangki LNG besar.
Karena pengaruh kondisi geologi pada beberapa tempat, tidak memungkinkan untuk
membangun storage LNG jenis ini.
II. Frozen Holes
Frozen holes merupakan suatu metode penampungan dengan cara
membuat lubang di dalam tanah yang mengandung saturasi air, dengan
mula-mula mensirkulasikan refrigerant di sekitar tanah.
Penggunaan frozen earth cavities dapat dipertimbangkan secara
modifikasi dengan konsep mined carvens. Mulanya ring atau sejumlah
ring yang terkonsentrik pada pipa vertikal ditempatkan di dalam tanah.
Kemudian refrigerant dialirkan hingga sampai pipa, setelah tanah
dimampatkan, penutup (roof) melengkapi instalasi, lalu selanjutnya
pelubangan di lanjutkan. Kestabilan dinding selama penggalian harus
dijaga dan juga mencegah penyusupan air ke dalam lubang.
FinalTest