Dalam perhitungan peneracaan yang sering dijumpai adalah laju alir molar atau massa.
Namun demikian, laju alir volume sering juga dijumpai dalam persoalan peneracaan.
Pada industri laju alir suatu zat pada kenyaatannya jarang menggunakan satuan massa
atau mol, karena pengukuran pada kedua unit tersebut mahal. Pengukuran dalam satuan
laju volumetrik lebih sederhana dan murah. Oleh sebab itu untuk pengetahuan tentang
hubungan konversi dari massa atau mol menjadi volume perlu diketahui.
Harus dipahami bahwa volume tidaklah selalu kekal dalam suatu proses. Dalam
perhitungan jangan mengasumsikan volume karena akan mmberikan perhitungan yang
tidakvalid. Namun apabila diharuskan untuk menggunakan asumsi dalam volume, maka
langkah selanjutnya harus merubah satuan tersebut menjadi massa atau mol.
Gas Ideal
Gas ideal diasumsikan tidak ada interaksi antara molekul-molekul. Kerapantan gas adalah
kecil dibanding cairan atau padatan, sehingga molekul-molekul terpisah dalam gas.
Meskipun demikian, dalam percobaan menunjukkan bahwa pada kerapatan yang tinggi
tekanan P dan voluma V berbeda untuk gas yang berbeda. Akan tetapi PV selalunya
identik untuk semua gas padasuhu yang sama. Karena perkalian sama terhadap suhu,
makadapat dirumuskan sebagai berikut:
Pv = RT
atau
Persamaan gas ideal ini sangat cocok pada suhu kamar dan tekanan dibawah atm tetapi
tidak sesuai digunakan bila gas mendekati titik kondensasi atau mendekati titik kritis.
Konstanta gas ideal (R) dalamberbagai satuan sebagai berikut:
R = 8.314 J/mol K = 1.987 cal/mol K = 10.l73 psia ft 3/lbmol R = 8.314 m3Pa/mol K =
82.06 cm3atm/mol K
p1V1 T1
p 2V2 T2
Jenis kedua, berat gas dan dua variabel lain diketahui, sehingga variabel ketiga dapat
dihitung. Atau sebaliknya dapat dihitung berat gas, bila diketahui suhu, tekanan dan
volume gas.
Tekanan Gage.
Semua alat ukur tekanan gas selalu dalam tekanan Gage. Untuk memperoleh tekanan
absolut, maka tekanan gage harus ditembah dengan tekanan atmosfer. Contoh, bila
diketahui tekanan gas 10 psig, maka tekanan absolutnya adalah 10 + 14,7 = 24,7 psi.
Dimana 1 atm = 14,7 psi
Contoh 2:
Berapa kerapatan gas ideal pada 300 K dan 1 atm bila kerapatan gas pada STP adalah 1.0
kg/m3?
Penyelesaian
PV = nRT = mRT/M
sehingga
PM = mRT/V = RT
Dapat ditulis kembali (P2M) / (P1M) = (2RT2) / (1RT1), maka akhirnya diperoleh:
2 = 1(T1/T2)
3
Contoh : Hitung volume (l) 100 g gas nitrogen pada 23oC dan 3 psig dengan asumsi gas
ideal.
Jawab:
Hitung banyak mol gas N2 : n = 100 g N2/28 g/mol = 3,57 mol M2
Konversi: 1 Atm = 14,7 psia, maka tekanan P = 3 + 14,7 = 17,7 psia = 17,7/14,7= 1,2 atm
72 liter
P
1,2 atm
= 5,76 g
O2 = 0,077 mol
= 2,46
N2 = 0,792 mol
= 22,18
= 30,40 g,
Contoh:
Gas hasil pembakaran pembakaran ( N2 = 79,2; O2 = 7,2 dan CO2 = 13,6%) dilewatkan
ke evaporator pada suhu 200oC dan tekanan 743 mm Hg. Air diuapkan, sehingga
komposisi gas meninggalkan evaporator menjadi N2 = 48,3; O2 = 4,4; CO2 = 8,3 dan H2O
= 39%)
a. Volume gas meninggalkan evaporator untuk tiap 100 ft3 gas masuk
Hitung:
N2 =
0,792 mol
O2 =
0,072
CO2 = 0,136
Volume total (743 mmHg, 200 oC) dapat dihitung:
p = 743/760 = 0,978 atm
T = 200 + 273 = 473 K
R = 82,1 cc-atm/K
V
P
0,978
1 mol gas ini masuk ini mempunyai komposisi sebanyak 61% gas yang meninggalkan
evaporator.
Gas keluar = 1/0,61 = 1,64 mol
Jadi air keluar = 1,64 1 = 0,64 mol
Volume gas keluar pada kondisi : p = 740/760 = 0,973 atm; T = 358K dan R 82,1
cc-atm/K.
V
49500 ml 1,75 ft 3
volume gas meninggalkan evaporator per 100ft3 gas masuk = (1,75 x 100)/1,40
= 125 ft3
Berat air keluar evaporator = 0,64 x 18 = 11,5 gr = 0,0254 lb
Berat airkeluar evaporator/100 ft3 gas masuk = (0,0254 x 100)/1,4 = 1,81 lb
Contoh :
Cairan aseton (C3H6O) diumpan dengan laju 400 l/mnt pada kotak pemanas, kemudian
cairan tersebut diuapkan dengan menggunakan aliran gas N2. Gas yang meninggalkan
pemanas diencerkan lagi dengan aliran gas nitrogen lain dengan laju 419 m3(STP)/mnt.
Campuran gas tersebut ditekanan sehingga tekanan total Pg = 6,3 atm pada suhu 325 oC.
Pada kondisi tersebut tekanan parsial aseton dalam aliran pa = 501 mmHg. Tekanan
atmosfer 763 mmHg.
a. Hitung komposisi aliran meninggalkan kompresor
b. Berapa laju alir mole nitrogen yang masuk ke evaporator bila suhu dan tekanan
aliran 27oC dan Pg = 475 mmHg
Penyelesaian:
Asumsikan berlaku gas ideal. Berdasarkan diagram alir di atas maka yang akan dihitung
adalah:
q2 (Dari laju alir volume yang diberikan dan table kerapatan cairan aseton)
q3 (Dari hokum gas ideal)
ya =(pa /P)
q4 (Neraca aseton keseluruhan)
ql (neraca mol keseluruhan)
Vi (Hukum gas ideal)
P=
Sehingga:
Gas Nyata
Bila gas bersuhu rendah dan tekanan naik, maka hukum gas ideal tidak dapat
menerangkan kelakuan gas. Perkalian Pv dari suatu gas berbeda untuk setiap komponen
pada tekanan tinggi, tetapi pada tekanan rendah perkalian menjadi sama untuk setiap zat,
seperti diperlihatkan pada gambar dibawah ini. Keadaan ini terjadi disebabkan pada
kerapatan rendah interaksi antara molekul-molekul diabaikan, karena jarak antara
molekul-molekul besar.
PV
Alasan bahwa persamaan gas ideal valid pada kerapatan sangat rendah adalah pada
kondisi ini volume molekul dapat diabaikan terhadap volume gas dan interaksi molekulmolekul dapat diabaikan. Van der Waals (1873) mencoba mengembangkan dua asumsi
ini dengan mempostulasi bahwa tekanan ril gas akan sama dengan gas ideal dikurangi
kaya kontraksi per s tuan luas yang disebabkan oleh tarik menarik antar molekul.
P = PIG - a/v2
Dan bahwa volume actual molar akan sama dengan volume yang ditempati oleh gas ideal
ditambah dengan volume molekulmolekul itu sendiri, atau
v = vIG + b
Kedua persamaan diatas dapat disusun menjadi:
PIG = P + a/v2 dan
vIG = v - b
Kemudian ganti persamaan ini untuk PIG dand vIG kedalam persamaan gas ideal, maka
akan diperoleh persamaan van der Waals. Berbagai bentuk persamaan van der Waals
ditunjukkan seperti dibawah ini:
Pada suhu isotherm puncak hanya diperoleh satu akar ril, sedangkan dua titik lainnya
adalah bilangan imaginer. Titik bilangan ril ini disebut dengan temperature kritis Tc, dan
tekanan maksimum dimana masih diperoleh tiga buah bilangan ril disebut tekanan kritis
Pc, dan volume molar fluida pada titik ini disebut volume kritis vc.
Pada titik kritis semua unsur berada pada keadaan dispersi molekular yang hampir . Maka
dapat dianggap bahwa sifat-sifat termodinamika dan fisis unsur-unsur itu mirip. Keadaan
kritis untuk transisi gas-cairan adalah sekumpulan kondisi fisis yang pada kondisi itu
densitas dan sifat sifat lain dari cairan dan uap tersebut menjadi identik. Volume molar
cairan vL sama dengan volume molar uap vV, dimana pada titik ini tidak ada perbedaan
antara cairan dan uap.
Pada titik kritis berlaku hubungan (dP/dv)T = 0 = (d2P/dv2)T. Dari persamaan ini
memberikan dua persamaan yang dapat digunakan untuk mengevaluasi a dan b
padapersamaan vdw. Dari kedua persamaan ini akan diperoleh harga a dan b dalam
variabel Tc dan Pc yaitu: a = (27/64)(R2Tc2)/Pc
b = RTc / 8Pc
Koefisien B(T) dan C(T) masing-masing disebut koefisien virial kedua dan ketiga.
Bila B = C = D = ..= 0, maka persamaan menjadi hukum gas ideal. Benedict-WebRubin melakukan pendekatan untuk memudahkan perhitungan ini, dengan memodifikasi
persamaan diatas menjadi:
Contoh Soal:
2 mol N2 ditempatkan dalam tanki 3 liter pada suhu -150oC. Perkirakan tekanan tangki
menggunakan persamaan gas ideal dan BWR.
Penyelesaian:
v = V/n = 3 liter/2 mol = 1,5 mol/l dan T = 123 K
Dari persamaan gas ideal belaku:
Pideal = RT/v = 0,08206(123)/1,5 = 6,73 atm
Substitusi konstanta N2 dari tabel diatas ke persamaan BWR, diperoleh:
B = -0,11092, C = -0,01278, D = 2,692 x 10 -5, E = 4,3 x 10-6
1 + B/v + C/v2 + D/v4 + E/v5 = 0,920
Masukkan kepersamaan BWR diperoleh:
P = (RT/v)( 1 + B/v + C/v2 + D/v4 + E/v5) = 6,73 x 0,92 = 6,19 atm
dimana Tc = suhu kritis dan Pc tekanan kritis (data dapat dilihat App-B Felder)
Parameter dari persamaan SRK diperoleh dari data eksperimen. Untuk mendapatkannya
diawali dari faktor asentrik Pitzer yang mencerminkan kerumitan dan kepolaran
molekul gas. Harga telah diperoleh Reid, Prausnitz dan Sherwood. Kemudian
dilakukan perhitungan dengan menggunakan rumus berikut:
m = 0,48508 + 1,55171 0,1561 2
= [1 + m(1-
T
Tc
)]2
Contoh soal:
Silinder gas mempunyai volume 2,5 m3 mengandung 1 k-mol CO2 pada 200K. Gunakan
persamaan SRK untuk memperkirakan tekanan gas (atm).
Penyelesaian:
Volume spesifik: v = V/n = (2,5 m3/1k-mol)(1 kmol/1000) = 2,5 x 10-3 m3/mol.
DariTabel B.1 diperoleh: Pc = 72,9 atm (7,38 x 106 Pa), Tc = 304,2 K, dari tabel faktor
asentrik Pitzer diperoleh = 0,225. Parameter persamaan keadaan SRK dapat dihitung:
Deviasi antara volume gas menggunakan persamaan ideal dan SRK sebanyak 12%
Memperkirakan volume pada suhu dan tekanan tertentu menggunakan persamaan kubik
memerlukan kaedah coba-coba. Tahapan prosedur lihat App. A.2, salah satunya
menggunakan kaedah Newton.
Contoh soal:
Aliran gas CO2 pada 200K dan 6,8 atm diumpan ke proses pada laju 100 kmol/jam.
Gunakan persamaan keadaan SRK untuk memperkirakan laju alir gas.
Penyelesaian:
Parameter SRK sama dengan contoh di atas.
Persamaan keadaan SRK : P = RT/(v-b) - a/v(v+b)
dapat ditulis kembali mejadi:
f (v) P
RT
a
0
v b v(v b)
1,66 x10 3
v ,97 x10 5
0,2958
v(v 2,97 x10 5 )
f(v) dalam satuan Pa dan v = m3/mol. Perkiraan awal v diperoleh dari persamaan gas ideal
yaitu:
Bila disubstitusikanke persamaan ini, maka diperoleh: f(v) = 7,66 x 104 , gunakan kaedah
Newton untuk memperkirakan v yang diperoleh dari turunan f(v):
f ' (v) RT /(v b) 2 a (2v b) /[v(v b)] 2
f(v)
f(v)
v = vbaru-v
Faktor kompresibilitas tergantung pada suhu dan tekanan gas. Nilai z(T,P) untuk udara,
Ar, CO2, CO, H2, CH4, N2, O2 dan uap dapat dilihat pada Perry, Chemical Engineering
Handbook.
Contoh soal:
200 kg N2 ditempatkan pada tangki tertutup pada -100 oC. Tekanan gauge pada tangki 79
atm. Perkirakan volume tangki dengan menggunakan faktor kompressibilitas.
Penyelesaian:
Gunakan konversi menggunakan kondisi STP
Dari Perry halaman 3-113, z untuk N2 pada -100oC(173 K) dan 80 atm sekitar 0,73,
maka
sehingga:
Anggap telah diketahui dua dari tiga variabel P, V dan T untuk gas, dan ingin dihitung
variabel ketiga. Untuk menyelesaikannya, gunakan prosedur perhitungan grafik
kompresibilitas yang umum seperti berikut ini.
1. Tentukan Tc dan Pc (Tabel B.1 Felder)
2. Bila gas H2 atau He tentukan konstanta pseudocritical dari rumus empiris (koreksi
Newton):
(Tc)korekasi = Tc + 8 K
(Pc)koreksi = Pc + 8 atm
3. Hitung : Tr = T/Tc; Pr = P/Pc dan
Vr
V
VP
c
RTc /Pc RTc
Contoh soal:
100 mol N2 ditempatkan pada tangki 5 liter pada suhu -20,6oC. Tentukan tekanan dalam
tangki.
Penyelesaian:
Dari Tabel B.1 App B (Felder) diperoleh:
Dari grafik 5.3-3 (Felder) pada Tr = 2 dan Vr = 0,161 diperoleh z = 1,77, sehingga
tekanan dapat dihitung :