Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIK

VOLUME MOLAR GAS

Nama Praktikan

: Anni Fiqrotus Zakkiyah

NIM

: 121810301013

Kelompok

:4

Nama Asisten

: Lilik Duwi Wahyudi

LABORATORIUM KIMIA FISIK


JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS JEMBER
2014

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Persamaan keadaan adalah persamaan termodinamika yang menggambarkan
keadaan materi di bawah seperangkat kondisi fisika. Persamaan keadaan adalah sebuah
persamaan konstitutif yang menyediakan hubungan matematik antara dua atau lebih
fungsi keadaan yang berhubungan dengan materi, seperti temperatur, tekanan, volume dan
energi dalam. Persamaan keadaan berguna dalam menggambarkan sifat-sifat fluida,
campuran fluida, padatan, dan bahkan bagian dalam gas.
Penggunaan paling umum dari sebuah persamaan keadaan adalah dalam
memprediksi keadaan gas dan cairan. Salah satu persamaan keadaan paling sederhana
dalam penggunaan ini adalah hukum gas ideal, yang cukup akurat dalam memprediksi
keadaan gas pada tekanan rendah dan temperatur tinggi. Persamaan keadaan berguna
dalam menggambarkan sifat-sifat fluida, campuran fluida, padatan, dan bahkan bagian
dalam gas.
Alam ini terdiri dari berbagai macam unsur. Unsur-unsur tersebut juga terdiri dari
berbagai wujud. Mulai dari wujud padat, cair, gas maupun plasma. Tiap unsur pasti
memiliki sifat-sifat tersendiri baik secara fisik maupun kimia, seperti tekanan uap,
kemolaran, fraksi mol, titik didih, volume molar, dan lain-lain.
Volume molar merupakan suatu hal yang penting dalam perhitungan kimia.
Volume molar suatu unsur adalah besarnya ruang yang ditempati oleh satu mol itu dalam
keadaan standar (STP). Untuk mengukur ruang yang ditempati oleh satu mol gas relatif
sukar maka untuk memudahkan pengukuran akan dilakukan dengan menentukan volum
sejumlah mol gas agar lebih mudah diukur dengan berat yang dapat ditimbang dan
tekanan yang dapat diukur. Hal ini dilakukan untuk mempermudah kita dalam pengukuran
tersebut.
Percobaan kali ini akan mereaksikan beberapa senyawa dan memanaskan suatu
senyawa untuk menghasilkan gas CO2 dan O2 yang nantinya akan dicari volume molarnya
dalam keadaan STP menggunakan hukum-hukum gas ideal. Mempelajari volume molar
gas dapat memudahkan kita dalam melakukan pengukuran untuk menentukan volume
sejumlah mol gas agar lebih mudah diukur dengan berat yang dapat ditimbang dan
tekanan yang dapat diukur.

1.2 Tujuan Praktikum


Menentukan volume satu mol gas O2 dan satu mol gas CO2

1.3 Tinjauan Pustaka


1.3.1 MSDS (Material Safety Data Sheet)
a) Na2CO3
Natrium karbonat atau dikenal dengan soda abu adalah garam natrium dari
asam karbonat. Senyawa ini digunakan sebagai pelunak air. Memiliki pendingin alkali
rasa, dan dapat diperoleh dari abu banyak tanaman. Rumus molekul dari senyawa ini
adalah Na2CO3 , dan rumus strukturnya :
O
Na

Na

C
-

Sifat fisik dari Na2CO3 antara lain berbentuk padatan putih yang tidak berbau,
memiliki titik leleh sebesar 851 oC (154 F), memiliki titik didih sebesar 1600 oC.
Stabil di bawah kondisi biasa penggunaan dan penyimpanan bersifat hidroskopis
mudah menyerap air dari udara dan merupakan pelarut basa kuat. Kelarutan dalam
airnya 22 gr/ 100 mL dalam suhu 20 oC (Anonim, 2014).
b) KClO3 (potassium klorat)
Kalium klorat merupakan senyawa yang mengandung kalium, klorin, dan
oksigen. Klorat paling umum digunakan dalam industri, dan biasanya dalam
laboratorium digunakan sebagai agen oksidasi, disinfektan, bahan peledak, dan
kembang api. Rumus molekul dari senyawa ini adalah KClO3. Sifat fisik dari kalium
klorat antara lain berbentuk kristal atau bubuk putih, memilki massa molar sebesar
122,55 gr/mol, memiliki titik leleh sebesar 356 oC dan titik didih sebesar 400 oC,
memiliki bau, daya larut 7g/100g air pada suhu 20C. Senyawa ini merupakan
oksidator yang relatif kuat. Sering digunakan sebagai bahan peledak, kembang api dan
korek api karena sifat pengoksidasi yang dapat menghasilkan api yang kontinu.
(Anonim, 2014).
c) H2SO4 ( Asam sulfat)
Larut dalam air, memiliki titik didih 534-590C, penampilan dari asam sulfat
yaitu warna kuning keruh, stabil pada suhu yang tinggi. Asam seperti H2SO4 dengan

molekul yang mampu menyumbangkan lebih dari satu proton disebut asam poliprotik.
Sifat fisik asam sulfat antara lain memiliki massa molar sebesar 98,08 gr/mol,
memiliki titik leleh sebesar 10oC, 283K, 500F, memiliki densitas sebesar 1,84 g/cm3
dan kelarutan dalam air tercampur penuh (Anonim, 2014).
1.3.2 Gas
Gas merupakan kumpulan molekul-molekul dengan gerakan kacau balau, acak
tapi berkesinambungan, dengan kecepatan yang bertambah jika temperatur dinaikkan.
Gas memang berbeda dengan cairan (yang molekukul-molekulnya juga bergerak kacau
balau) karena molekul-molekul gas terpisah jauh satu sama lain, kecuali selama tabrakan
dan bergerak tak bergantung satu sama lain. Selain volume V yang ditempati dan jumlah
zatnya (jumlah mol, n) sifat dasar untuk mempelajari gas adalah tekanan P dan
temperaturnya T. Tekanan suatu sampel gas dalam sebuah wadah diukur dengan
manometer yang berupa pipa U yang diisi dengan sejumlah cairan yang tidak mudah
menguap. Tekanan gas sebanding dengan perbedaan tinggi cairan pada kedua kolom
(ditambahkan dengan tekanan luar jika satu pipa terbuka terhadap atmosfer). Tekanan gas
pada volume tetap dapat digunakan untuk membuat skala temperatur yang hampir tidak
bergantung pada identitas gas. Lebih jauh lagi, keseragaman yang dekat ini menjadi tepat
sewaktu rapatan gas berkurang sampai nol. Keseragaman ini memungkinkan kita
membuat skala temperatur termodinamika. Temperatur pada skala termodinamika (atau
kelvin) diberi notasi T dan biasanya dinyatakan dalam K. Jika akan dinyatakan dalam
skala Celsius, kita gunakan lambang . Kedua skala dihubungkan dengan:
T / K = / 0C + 273,15

persamaan (1)

Maka 0 C dapat disamakan dengan 273K (Atkins, 1990).


Beberapa sifat penting gas adalah bahwa gas selalu mengisi ruangan secara
merata,

mudah

ditekan,

mudah

bercampur

dan

memberikan

tekanan

pada

linkungannya.Gas terdiri atas molekul-molekul yang bergerak menurut jalan-jalan yang


lurus kesegala arah dengan kecepatan yang sangat tinggi. Molekul-molekul gas ini selalu
bertumbukan dengan molekul-molekul yang lain atau dengan dinding bejana. Tumbuhan
terhadap dinding bejana ini yang menyebabkan adanya tekanan (Sukardjo, 1997).
1.3.2 Volum Molar Gas
Massa 1 mol gas atau massa molar gas dapat dihitung berdasarkan massa jenis gas
dan hukum gas ideal. Dari hubungan antara massa dan mol gas,
Mol (n) = massa /Mr
Maka persamaan keadaan gas ideal dapat dituliskan menjadi:

PV = m RT/M
Karena perbandingan antara massa dan volume gas, m/v adalah massa jenis gas (), maka
hubungan antara massa molar M dengan massa jenis ideal dapat dituliskan :
M = RT / p
Jumlah gas dinyatakan dalam jumlah mol.
n = G/M
G = massa gas dalam g
M = massa molar
Volume satu mol gas pada keadaan standart disebut volume molar gas pada
keaadan standart (STP). Pada STP volume molar gas ideal:
Vm = nRT/P
=(8,314 kPa dm3mol-1k-1 x 1mol x 273k)/101,325 kPa
=22,4 dm3
Volume molar suatu unsur adalah besarnya ruang yang ditempati oleh satu mol unsur itu
dalam keadaan STP. Karena untuk mengukur ruang yang ditempati oleh satu mol gas
relatif sukar, maka untuk memudahkan pengukuran akan dilakukan dengan menentukan
volume sejumlah mol gas agar lebih mudah diukur dengan berat yang dapat ditimbang
dan tekanan dapat diukur. Untuk maksud tersebut dapat kita lakukan dengan jalan :
1. Mereaksikan : Na2CO3 + H2SO4
2. Memanaskan : 2 KClO3

Na2SO4 + H2O + CO2


3 O2 + 2 KCl

Gas O2 dan CO2 yang dihasilkan ditampung dalam tabung berskala seperti buret
yang berisi air, sehingga dapat diukur volume dan tekanannya. Berat gas dapat diketahui
bila reaktan ( Na2CO3 dan KClO3 ) diketahui. Berat gas dapat diketahui dari selisih berat
reaktam sebelum dan sesudah reaksi. Dalam hal ini gas ditampung masih mengandung
uap air yang berasal dari air dalam alat yang digunakan, sehingga tekanan gas adalah
tekanan total dikurangi tekanan parsial uap air pada temperatur percobaan dilakukan.
Harga tekanan parsial uap air pada berbagai temperature dapat dilihat dalam tabel (Tim
penyusun, 2014).
Untuk menghitung tekanan gas dapat digunakan rumus sebagai berikut;
P gas = P total P H2O (1 - r)
P total = Pbar C
Dimana;
P total : tekanan terkoreksi barometer
P bar

: tekanan barometer terbaca

: koreksi barometer

P H2O : tekanan parsial H2O


r

: kelembapan relatif (untuk air = 0,8)

P gas

: tekanan

gas sesungguhnya

Dengan menganggap gas memenuhi hukum-hukum gas ideal, maka dapat dihitung
volume molar oksigen pada keadaan STP.
Po Vo / To = PV/ T

atau Vo = (P.V/T) . ( To / Po)

Dimana;
Po

: tekanan keadaan STP (1 atm)

Vo

: volume gas keadaan STP

To

: temperatur absolute (0C = 273C)

: temperatur percobaan

: volume percobaan (Tim penyusun, 2014).

Besaran termodinamika dibagi menjadi dua yaitu ekstensif dan intensif, dimana
besaran termodinamika disebut besaran ekstensif apabila ukuran sistem termodinamika
diperbesar dua kali tanpa perubahan lain, besaran termodinamika tertentu yang dapat
digunakan untuk menggambarkan sistem juga diperbesar dua kali, termodinamika
ekstensif dari sistem dibagi oleh sejumlah zat maka didapat sifat intensif. Misalnya bila
sistem terdiri dari zat murni, kemudian ukurannya diperbesar dua kali maka volumenya
bertambah dua kali, namun volume molarnya tetap. Menggunakan volume molar
dikarenakan besaran ini memiliki dimensi berlainan, volume molar dinyatakan dalam
meter kubik per mol atau liter per mol. Maka hukum gas ideal ditulis sebagai PV = RT,
dengan V yang menyatakan volume per mol (Alberty, 1999).
Bila dua sistem tertutup saling didekatkan sehingga ada kontak termal suatu
perubahan dalam sifat dari keduanya dapat terjadi. Akhirnya suatu keadaan akan tercapai
dimana tak ada perubahan lebih lanjut dan keadaan ini adalah kesetimbangan termal. Jadi
dapat ditentukan bila dua sistem ada pada suhu yang sama dengan saling
menghubungkannya. Berbagai skala suhu dapat didefinisikan, tetapi yang tersederhana
dan yang paling berguna adalah yang didasarkan atas kelakuan gas ideal, seperti yang
didapat dengan ekstrapolasi kelakuan gas nyata ke tekanan nol. Akan didapatkan
kemudian bahwa skala ini identik dengan skala yang didasarkan pada hukum kedua
termodinamika dan itu tak bergantung pada sifat zat yang khas. Pasangan variable P dan
V yang berhubungan dengan suhu yang sama dapat ditentukan dan dinyatakan dengan
fungsi : f (P,V) = , di mana adalah suhu. Persaman demikian disebut persamaan
keadaan untuk fluida. Bila tekanan dari sejumlah gas yang tertentu banyaknya
diturunkan, maka diikuti persamaan :

PV = k (pada suhu tetap)


Semakin dekat. Didapatkan bahwa bila volume molar yang digunakan, maka bila
produk PV diekstrapolasi ke tekanan nol semua mengikuti fungsi suhu yang sama.
Lim (PV) = f ()
Akan mudah untuk memandang fungsi ini sebagai RT, dengan R sebagai tetapan gas
dan T sebagai suhu gas ideal (Atkins, 1990).

BAB 2
METODOLOGI PRAKTIKUM

2.1 Alat dan Bahan


2.1.1 Alat
Buret berskala 1-50 cc
Statif
Selang penghubung
Tempat zat yang berisi reaktan A
Erlenmeyer yang berisi reaktan B
2.1.2 Bahan
KClO3
Na2CO3
H2SO4
2.2 Skema Kerja
3.2.1 Pemanasan KClO3

KClO3
- Ditimbang 0,1 hingga 0,15 gram
- Dimasukkan dalam Erlenmeyer
- Dipasang lengkap alat seperti gambar
- Dipanaskan pelan-pelan
- Dicatat volume O2 yang ditampung
- Dicatat temperatur dan tekanan barometer
- Diulang sebanyak 3 kali

Hasil

3.2.2 Mereaksikan Na2CO3 dengan H2SO4

Na2CO3
- ditimbang 0,1 gram
- dimasukkan dalam erlenmeyer
- ditimbang kuvet
- diletakkan 3 ml H2SO4 dalam kuvet yang ditempatkan dalam erlenmeyer
- dipasang alat dengan lengkap
- digoyang pelan-pelan erlenmeyernya
- dicatat volume gas CO2 yang dihasilkan
- dicatat temperatur dan tekanan barometer
- diulangi sampai 3 kali

Hasil
3.3 Gambar Alat

BAB 3
HASIL DAN PENGOLAHAN DATA

3.1 Hasil Percobaan


3.1.1 Penentuan volume molar gas O2
Percobaan ke-

Massa

Volume

KClO3

(oC)

O2

(cm)

(g)

(mL)

(Pa)

1.

90

6,5

686

2.

90

0,8

0,9

88,2

3.1.2 Penentuan volume molar gas CO2


Percobaan ke-

Massa

Volume

Na2CO3

(oC)

CO2

(cm)

(g)

(mL)

1.

33

37

39,7

3890,6

2.

30

32,7

34,9

3420,2

3.2 Pengolahab Data


a) Penentuan Volume Molar Gas O2
P1 =
= 1000 kg m-3 . 9,8 m s-2. 0.07 m
= 686 kg m-1 s-2
= 686 Pa
P2 =
= 1000 kg m-3 . 9,8 m s-2. 0,009 m
= 88,2 kg m-1 s-2
= 88,2 Pa
Pbar

(Pa)

=
=
= 387,1 Pa
= 387,1 Pa x
= 2,94 mmHg

Ptotal

= Pbar
= 2,94 mmHg 0,439
=

Pgas O2 = Ptotal P

(1r)

mmHg33,8 mmHg ( 1 0,8 )

=
=

mmHg

=
V

= 62,3 x (-81,04)
= -5048,8 L/mol

b) Penentuan Volume Molar Gas CO2


P1 =
= 1000 kg m-3 . 9,8 m s-2. 0,397 m
= 3890,6 kg m-1 s-2
= 3890,6 Pa
P2 =
= 1000 kg m3 . 9,8 m s-2. 0,349 m
= 3420,2 kg m-1 s-2
= 3420,2 Pa
Pbar

=
=
= 3655,4 Pa
= 3655,4 Pa x

= 27,7 mmHg
Ptotal

= Pbar
= 27,7 mmHg
=

Pgas

mmHg

= Ptotal P
=
=

mmHg

(1r)

mmHg 33,8 mmHg ( 1 0,8 )


mmHg

=
V

=
= 62,3 x (14,8) L
= 924,4 L/mol

BAB 4
PEMBAHASAN

Gas merupakan salah satu wujud partikel yang memiliki susunan partikel acak yang
menempati suatu ruang. Ketika dipanaskan maka partikel-partikel gas akan bergerak secara
acak seiring dengan naiknya temperatur dan akan saling bertumbukan. Beberapa sifat gas
antara lain bersifat transparan, terdistribusi secara merata dalam ruangan, dalam ruangan akan
memberikan tekanan ke dinding, gaya tarik antar molekunya sangat kecil, letak partikelpartikelnya saling berjauhan, jika ada dua gas bercampur maka akan terdifusi secara merata,
dan akan mengembang bila dipanaskan serta mengerut bila didinginkan.
Volume molar suatu gas adalah besarnya ruang yang ditempati oleh satu mol gas
tersebut dalam keadaan STP. Kuantitas molar merupakan kuantitas per mol sehingga dapat
dirumuskan

Dimana Vm adalah volume molar, V adalah volume gas, dan n adalah mol gas. Mengukur
volume molar suatu gas dapat dilakukan dengan menentukan volume sejumlah gas sehingga
memudahkan pengukuran.
Praktikum kali ini adalah penentuan volume molar gas karbon dioksida dan gas
oksigen yang dilakukan dengan mereaksikan sampel yang akan menghasilkan gas tersebut
dalam sebuah barometer sederhana. Volume gas yang dihasilkan dari reaksi akan menekan
cairan yang ada di dalam pipa barometer. Percobaan yang pertama adalah penentuan volume
molar dari gas oksigen. Sampel yang digunakan adalah KClO3 yang dimasukkan ke dalam
erlenmeyer untuk kemudian dipanaskan dengan bunsen. Pemanasan bertujuan untuk
melepaskan O2 sehingga akan menekan air yang ada di dalam barometer dan volume O2 yang
tertampung dalam buret dapat diketahui. Persamaan reaksinya adalah
2KClO3 (s) 2KCl (s) + 3O2 (g)
Dari persamaan reaksi tersebut, diketahui bahwa KClO3 akan terurai menjadi kalium
klorida dan gas oksigen. Pada percobaan yang pertama dipanaskan 1 gram KClO3 dan
menghasilkan gas O2 yang memberikan perubahan pada volume cairan sebesar 6,5 mL pada
temperatur 90 oC. Pengulangan kedua dengan massa KClO3 1 gram menaikkan volume cairan
sebesar 0,8 mL saat temperatur 90 oC. Dari data tersebut dapat diperoleh besarnya tekanan P
dengan mengalikan massa jenis air, gravitasi bumi, dan tinggi cairan. Percobaan pertama dan
percobaan kedua memiliki suhu yang sama namun kenaikkan volume cairan mengalami
penurunan, hal tersebut terjadi karena adanya gas yang keluar melewati penyumbat.

Dari hasil perhitungan diperoleh bahwa P1 adalah 686 Pa dan P2 adalah 88,2 Pa.
Kedua data tersebut kemudian dirata-rata menjadi 387,1 Pa atau setara dengan 2,94 mmHg.
Tekanan total dapat dicari melalui tekanan rata-rata yang dikurangi faktor koreksi dari
barometer yaitu sebesar 2,501 mmHg. Setelah diperoleh tekanan total maka dapat juga
ditentukan besarnya Pgas yaitu dengan mengurangkan Ptotal terhadap Pair yang dikalikan
kelembaban reaktif. Faktor kelembaban perlu diperhatikan karena dalam hal ini gas yang
ditampung masih mengandung uap air yang berasal dari alat yang digunakan. Dari percobaan
ini didapatkan P gas O2 adalah -4,259 mmHg. Kemudian dengan menganggap gas memenuhi
gas ideal maka volume molar gas O2 dalam percobaan sebesar -5048,8 L/mol. Berdasarkan
literatur diketahui bahwa volume molar gas oksigen adalah 22,393 L/mol. Berdasarkan data
dari literatur tersebut didapatkan perbedaan yang cukup jauh dengan hasil percobaan.
Percobaan kedua mengenai penentuan volume molar gas CO2 yang dilakukan dengan
mereaksikan natrium karbonat dengan asam sulfat pekat. Seperti prinsip kerja pada percobaan
pertama maka akan menekan cairan yang berada dalam barometer sebagai akibat adanya gas
karbon dioksida hasil reaksi. Persamaan reaksinya adalah
Na2CO3 (s) + H2SO4 (aq) Na2SO4 (aq) + H2O (l) + CO2 (g)
Pada percobaan direaksikan Na2CO3 yang dimasukkan ke dalam erlenmeyer dan asam sulfat
pekat yang dimasukkan ke dalam kuvet. Keduanya diusahakan agar tidak bereaksi sebelum
erlenmeyer ditutup rapat. Percobaan pertama direksikan 2 gram Na2CO3 yang menghasilkan
perubahan volume air sebesar 37 mL pada suhu 33 oC. Pada pengulangan kedua direaksikan
sebanyak 2 gram Na2CO3 yang kemudian menghasilkan perubahan volume sebesar 32,7 mL
pada suhu 30 oC. Tekanan dapat dihitung sesuai persamaan

. Dengan persamaan

tersebut diperoleh P1 dan P2 berturut-turut sebesar 3890,6 Pa dan 3420,2 Pa. Kedua tekanan
tersebut dirata-rata menjadi 3655 Pa yang setara dengan 27,7 mmHg. P total dapat dicari
dengan mengurangkan tekanan bar terhadap faktor koreksi barometer yang didapatkan
sebesar 27,26 mmHg. Kemudian P gas dapat diperoleh dengan mengurangkan P total dan P
air dengan memperhatikan faktor kelembaban sehingga diperoleh P gas sebesar 20,5 mmHg.
Dengan menganggap gas sebagai gas ideal maka diperoleh volume molar gas CO2 sebesar
924,4 L/ mol. Sesuai dengan literatur diketahui bahwa volume molar gas CO2 adalah 22,262
L/mol. Berdasarkan literatur tersebut hasil yang di peroleh dari percobaan tidak sesuai dan
perbedaan nilainya sangat jauh.
Penyimpangan hasil dari percobaan dengan literatur dapat dimungkinkan dari berbagai
kesalahan yang dilakukan praktikan. Kesalahan yang mungkin dilakukan adalah penyumbat
erlenmeyer yang tidak begitu kencang maupun lubang selang dan selang yang terlalu longgar.
Bocornya gas hasil reaksi akan sangat berpengaruh terhadap volume gas yang terbaca pada

barometer sederhana tersebut. Tentunya gas yang keluar akan menurunkan tekanan gas yang
diberikan kepada air. Volume gas hasil perhitungan yang bernilai negatif juga dapat
diakibatkan dari banyaknya gas yang keluar dari sistem. Hal ini juga menyebabkan tekanan
yang dihasilkan lebih rendah daripada faktor koreksi barometer.

BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa volume untuk
satu mol gas O2 sebesar -5048,8 L/mol dan satu mol gas CO2 sebesar 22,262 L/mol. Data
tersebut tidak sesuai dengan literatur karena banyak sekali kesalahan saan melakukan
percobaan.
5.2 Saran
Praktikan sebaiknya memeriksa peralatan yang digunakan sebelum praktikum dengan
teliti agar dapat meminimalkan kesalahan yang terjadi selama praktikum. Praktikan sebaiknya
tetap menjaga selang tetap rapat selama reaksi berlangsung hingga dapat dipastikan reaksi
telah selesai. Praktikan sebaiknya selalu menjaga kebersihan dan keamanan selama
praktikum.

DAFTAR PUSTAKA
Alberty, R.A. 1999. Kimia Fisika Edisi Kelima Jilid 1. Jakarta: Erlangga.
Anonim, 2014. Asam Sulfat (http://id.wikipedia.org.wiki/Asam_Sulfat). Diakses pada 3 Maret
2014.
Anonim, 2014. Kalium Klorat (http://id.wikipedia.org.wiki/Kalium_Klorat). Diakses pada 3
Maret 2014.
Anonim, 2014. Natrium Karbonat (http://id.wikipedia.org.wiki/natrium_ karbonat). Diakses
pada 3 Maret 201.
Atkins, P. W. 1990. Kimia Fisika. Jakarta: Erlangga.
Sukardjo. 1997. Kimia Fisik. Yogyakarta: Rineka Cipta.
Tim Penyusun. 2014. Penuntun Praktikum Kimia Fisik I. Jember: FMIPA Universitas Jember.

Anda mungkin juga menyukai